Oleh:
Hendra Pranata, S. Kep.
NIM 202311101054
halaman
C. Epidemiologi
Hasil penelitian multisenter di unit rawat jalan pada 14 rumah sakit pendidikan di
seluruh Indonesia yang dilakukan oleh kelompok studi nyeri pada bulan Mei 2002,
didapatkan 4456 kasus nyeri yang merupakan 25% dari total kunjungan pada bulan
tersebut. Jumlah penderita laki-laki sebanyak 2200 orang dan 2256 orang
perempuan. Kasus nyeri kepala 35.86%, nyeri punggung bawah 18,3% dan
nyeri neuropatik yang merupakan gabungan nyeri neuropatik diabetika, nyeri paska
herpes, dan neuralgia trigeminal sebanyak 9.5%.
Hingga saat ini nyeri tercatat sebagai keluhan yang paling banyak
membawa pasien keluar masuk untuk berobat ke Rumah Sakit, diperkirakan
prevalensi nyeri kronis adalah 20% dari populasi dunia, di Eropa tercatat jumlah
pasien nyeri sebanyak 55% (JMJ, 2014). Murphy dalam Lumunon, Sengkey &
Angliadi (2015), melaporkan prevalensi nyeri akut di inggris mencapai 42% dengan
angka kejadian pada pria sebanyak 17% dan wanita sebanyak 25%. Sembilan dari 10
orang Amerika berusia 18 tahun atau lebih dilaporkan menderita nyeri minimal
sekali dalam satu bulan dan sebanyak 42% merasakannya setiap hari (Latief
dalam Sinardja, 2013). Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari Word Health
Organization(WHO) (2015), jumlah pasien nyeri pembedahan meningkat dari tahun
ke tahun. Jumlah prevalensi nyeri secara keseluruhan belum pernah di teliti di
Indonesia, namun diperkirakan nyeri kanker dialami oleh sekitar 12,7 juta orang atau
sekitar 5% daripenduduk Indonesia(WHO, 2014), angka kejadian nyeri rematik di
Indonesia mencapai 23,6-31,3%(Purastuti dalam Fanada & Muda 2012),
sedangkan nyeri punggung bawah (LBP) sebanyak 40% penduduk dengan jumlah
prevalensi pada laki-laki sekitar 18,2% dan wanita 13,6% (Wulandari, Maja &
Khosama, 2013)
D. Etiologi
1. Agen cedera biologis (misal infeksi, iskemia, neoplasma);
2. Agen cedera fisik (misal, abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan);
3. Agen cedera kimiawi (misal luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agen mustrad);
4. Ketidakmampuan fisik-psikososial kronis (misal kanker metastasis, cedera neurologis,
dan arthritis).
Penyebab dari adanya gangguan kebutuhan keamanan dan kenyamanan sebagai
berikut:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera;
2. Iskemik jaringan;
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau
tak terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot
yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan atau
diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama;
4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan
juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya;
5. Post operasi;
6. Tanda dan gejala fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya
untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk
mengkajitanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi
keterlibatansaraf otonom.
7. Efek perilaku Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan
gerakantubuh yang khas dan berespon secara vokal serta mengalami kerusakan
dalaminteraksi sosial. Pasien seringkali meringis, mengernyitkan dahi, menggigit
bibir,gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan
melindungibagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan, menghindari
kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri;
8. Pengaruh Pada Aktivitas Sehari-hari. Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang
mampu berpartisipasidalam aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam
melakukan tindakanhigiene normal dan dapat menganggu aktivitas sosial dan
hubungan seksual.
Cemas
G. Penatalaksanaan Medis
a. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman
atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing klien
menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga
secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
b. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.Hipnosis diri
dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan
dapat mengurangi ditraksi. Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana
untuk meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus
nyeri.
c. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus
yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat pertandingan,
menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan music, suara
gemericik air), distraksi pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi intelektual
(bermain kartu).
d. Terapi dengan pemberian analgesic
Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti
pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf
perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid
(morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi
lebih nyaman walaupun terdapat nyeri
e. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur atau
terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit baru seperti
decubitus
H. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (PES)
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera injury.
2. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan nyeri akut
3. Risiko cedera berhubungan dengan infeksi selaput otak ditandai dengan kejang.
4. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang ditandai
dengan pasien lemas.
5. Mual berhubungan dengan sensasi muntah yang ditandai dengan pasien mual.
b. Perencanaan/Nursing Care Plan
Bulechek, Gloria M et al. 2013. Nursing Intervention Classification (SIKI). United Kingdom:
Elsevier. BO. Herdman, T. Heather.
Nanda International Inc. 2015. Diagnosis keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
EGC.
Kozier, Barbara. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik edisi 7.
Jakarta : EGC. BQ. Moorhead,Sue et al. 2013.
Nusing Outcomes Classification. United Kingdom: Elsevier. BR. Wartonah, Tarwoto. 2006. KDM
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Moorhead, Sue et al. 2013. Nusing Outcomes Classification. United Kingdom: Elsevier. BR.
Wartonah, Tarwoto. 2006. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta: EGC.
Wartonah, Tarwoto. 2006. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Dhewanti, T, S & Nurjannah, &. 2017. Description and Management of Mental Ilness Patients Risk
for Falls in the Hospital. Universitas Gadjah Mada. Departemen Keperawatan Jiwa dan
Komunitas, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat,dan Keperawatan. Vol 1 (3)
November 2017, Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas