Anda di halaman 1dari 67

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB STROKE BERULANG DI RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH KOTA MATARAM

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah skripsi I prodi D4
Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI
Tahun Akademik 2020/2021

Oleh:

NI MADE WIWIK ARYANTI


NIM.P07120317060

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..I
LEMBAR PENGESAHAN ……………………..….…………………………........II
LEMBAR PERSETUJUAN…………………….…………………………………..III
KATA PENGANTAR………………………….…………………………………...IV
DAFTAR ISI………………………………………….………………………………V
DAFTAR GAMBAR………………………….……….…………………………….VI
BAB I PENDAHULUAN……………………………….………......………………..1
A. Latar Belakang………………………………………………...…………....1
B. Rumusan Masalah……………………………………………....................4
C. Tujuan Penelitian………………………………………….....….................4
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………..6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………...8
A. Kerangka Teori……………………………………………………………..8
1. Stroke...............................................................................................8
a. Definisi Stroke………………………………………………………...8
b. Klasfikasi Stroke………………………………………………...……9
c. Epidemologi…………………………………………..……………...13
d. Etiologi Dan Faktor Resiko…………………………………………14
e. Patofisiologi………………………………………………….............16
f. Manifestasi Klinis…………………………………...……………….18
g. Komplikasi………………………………..…………………………..20
h. Stroke Berulang………………………………………………….......21
i. Faktor Penyebab Stroke Berulang……………………………...…23
B. Kerangka Konsep………………………………………………………….40
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………….......…..41
A. Ruang Lingkup……………………………………………………………..41
1. Tempat Penelitian…………………………………………………......41
2. Waktu Penelitian……………………………………………………….41

i
B. Desain Penelitian…………………………………………………….........42
C. Populasi Dan Sampel…………………………………………….............43
1. Populasi……………………………………………………………......44
2. Sampel………………………………………………………………....44
a. Kriteria Sampel…………………………………………………....45
b. Besar Sampel………………………………………………….......45
3. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)…………………………..46
D. Variabel Penelitian…………………………..………………………….…46
E. Data Yang Dikumpulkan……………………………………………..…...47
1. Data Primer…………………………………………………….....…...47
2. Data Sekunder……………………………………………......……….47
F. CaraPengumpulan Data…………………………………...…………….48
1. Data Primer………………………………………........……………...48
2. Data Sekunder………………………………......…………………….48
G. Cara Pengolahan Data…………………….......…………………………49
1. Data Primer……………………………..……………………………..49
2. Data Sekunder……………………......……………………………….49
H. Definisi Operasional……......……………………………………………..53
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..55
Lampiran 1………………………………………………………………………….57
Lampiran 2………………………………………………………………………….60
Lampiran 3………………………………………………………………...............61
LEMBAR PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Tim Penguji Proposal Skripsi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan dan diterima untuk memenuhi
salah satu syarat menyesesaikan Program Pendidikan Diploma IV (D.IV)
Keperawatan Mataram
Tahun akademik 2020/2021

Mengesahkan,
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI

Rusmini, S.Kep., Ns., Mm


Nip. 197010161989032001

Tim Penguji

1. H. Moh. Arif, S.Kep.,M.Kes ( )


Nip. 196706071989031003 Ketua Penguji

2. Rusmini, S.Kep.,Ns.,Mm ( )
Nip. 197010161989032001 Penguji I

3. Desty Emilayi, M.Kep ( )


Nip. 197412061998032001 Penguji Ii

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal karyatulisilmiahdenganjudul‘’ ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

STROKE BERULANG ’’telah mendapat persetujuan untuk diseminarkan

dihadapan tim penguji Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI Jurusan

Keperawatan Program Studi DIV Keperawatan Mataram Tahun Akademik

2020/2021.

Oleh :

NI MADE WIWIK ARYANTI


NIM. PO7120317060

Mataram, Januari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

RUSMINI, S.Kep., NS., MM DESTY EMILAYI, M.KEP

NIP.197010161989032001 NIP. 197412061998032001


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat,
taufik, hidayah, serta inayah-nya sehinnga penulis proposal skripsi dengan
judul ‘’ANALISIS FAKTOR PENYEBAB STROKE BERULANG DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM’’ dapat terselesaikan tepat
waktunya. Penulis proposal skripsi ini tidak terlepas dari bantuan bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu segala kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd., M.Kes Selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Mataram.
2. Ibu Rusmini, S.Kep,.Ns.,MM Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Dan Selaku Pembimbing I.
3. Ibu Desty Emilyani, M.Kep Selaku Ketua Program Srudi DIV
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Dan Selaku
Pembimbing II.
4. Bapak H. Zuhhad ,Ns.,M.Kes Selaku Direktur RSUD Kota Mataramn
Yang Sudah Memberikan Izin Untuk Melakukan Penelitian Di Rsud
Kota Mataram.
5. Bapak H.Moh. Arif, S.Kep.,M.Kes Selaku Ketua Penguji Yang Sudah
Banyak Memberikan Saran Demi Perbaikan Proposal Skripsi Ini.
6. Kepada Ibu Ni Komang Jati Yang Menjadi Penyemangat Utama Dan
Selalu Mendo’akan Penulis Tiada Hentinya.
7. Kepada teman-teman yang menjadi penyemangat dan terimakasih
dukungannya selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih banyak
kurangnya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.
Demikian, semoga proposal skripsi ini bisa bermanfaat dan
menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Mataram, januari 2021


Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak

disebabkan karena kurangnya terputusnya aliran darah yang mengalir ke

otak akibatnya ada gumpalan darah, endapan plak ,atau karena pecahnya

pembuluh darah akibat tekanan darah secara tiba-tiba ke otak. Hal ini yang

mengakibatkan sel-selotak mengalami kekurangan oksigen serta energi dan

menyebabkan kerusakan otak permanen yang berakibat kecacatan sampai

dengan kematian dini (Kemenks RI, 2016).

Faktor resiko stroke pada umumnya dapat dikelompokkaan dalam dua

bagianya yaitu faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan atau diubah yang

terdiri dari faktor keturunan, umur, jenis kelamin,dan ras sedangkan faktor

resiko yang dapat dikendalikan stress, hipertensi, merokok, alkohol, aktivitas

fisik rendah, diabetes melitus, obesitas, minum kopi, pola makan, dan obat-

obatan (Junaidi, 2011).

Salah satu penyebab meningkatnya kasus penyakit pembuluh darah

seperti stroke adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan

gaya hidup sehat seperti pola makan sehat, istirahat cukup, hindari stress,

mengurangi kebiasaan yang dapat merugukan tubuh seperti merokok,

makanan berlebihan, makanan yang mengandung lemak jenuh, dan aktif

berolahraga, selain itu meningkatnya usia harapan hidup, kemajuan dibidang

1
2

ekomoni, serta perbaikan di bidang pangan yang diikuti dengan kesadaran

menerapkan gaya hidup sehat juga menjadi pemicunya. Sebaliknya,

masyarakat sejak usia muda dimanjakan dengan gaya hidup sembarangan

yang kurang memperhatikan perilaku hidup sehat (Junaidi, 2011).

Menurut Black & Hawks, (2005) Stroke dibagi dalam dua kategori

mayor yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena

aliran ke otak terhambat akibat ateroklerosis atau bekuan darah.Jumlah

penderita stroke iskemik 85% dari jumlah penderita stroke yang ada.

Sedangkan stroke hemogarik terjadi karena pecahnya pembuluh darak otak

sehingga menghambat aliran darah ke otak( Haris, 2015).

Berdasarkan Word Healt Organizatin (WHO) menunjukkan bahwa 63%

penyebab kematian di seluruh dunia di sebabkan oleh penyakit tidak menular

yaitu stroke atau setara dengan kematian 36 juta jiwa per tahun.Jumlah

penderita stroke di seluruh dunia yang berusia di bawah 45 tahun terus

meningkat. Pada konfrensi ahli saraf internasional di inggris dilaporkan

bahwa stroke terdapat lebih dari 1000 penderita stroke berusia kurang 30

tahun ( American Heart Associatin, 2012). Sedangkan di Indonesia, Yayasan

Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan angka kejadia stroke menurut data

dasar rumah sakit sekitar 63 per 100.000 penduduk di usia atas 65 tahun

terserang stroke.

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun 500.000 penduduk terkena

serangan stroke, sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya
3

cacat ringan maupun berat. Secara umum, dapat dikatakan angka kejadian

stroke adalah 200 orang per 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, diantara

100.000 penduduk, maka 200 orang akan menderita. Kejadian total stroke

iskemik sekitar 80% dari seluruh total kasus stroke, sedangkan kejadian

stroke hemoragik hanya sekitar 20% dari seluruh total kasus stroke

( Yayasan Stroke Indonesia, 2014).

Prevalensi berdasarkan diagnosis stroke di Indonesia terjadi

peningkatan dari tahun 2013sebanyak 7% meningkatpada tahun 2018

sebanyak 10,9%.Peningkatan laju mortalitas yang disebabkan oleh serangan

stroke pertama mencapai angka 18-37% dan sebanyak 62% akibat serangan

stroke berulang. Tingginya insiden kematian yang disebabkan oleh stroke

berulang perlu mendapatkan perhatian khusus karena diperkirakan 25%

orang yang sembuh dari stroke pertama akan mendapatkan stroke berulang

dalam kurun waktu 5 tahun. Penderita stroke terbanyak diKalimantan

Timur(14,7%), diikuti daerah istimewa yogyakarta (14,6%) dan yang terendah

adalah Papua4,1%.Sedangkan prevelansi stroke di Pronvinsi Nusa Tenggara

Barat tahun 2018 meningkat di bandingkan tahun 2013(4,5%) menjadi (8,8%)

pada tahun 2018 ( Riskesdas 2018).

Mengingat tingginya angka kejadian stroke serta terjadinya

peningktakan dari tahun ke tahun,dampak yang besar bagi pasien, maka

sangatlah penting bagi tenaga kesehatan khususnya profesi keperawatan


4

memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat sehingga masyarakat

memahani bagaimana cara mengurangi faktor resiko stroke berulang.

Langkah pertama dalam mencegah stroke adalah memodifikasi gaya hidup

dalam segala hal seperti, merokok, makan berlebihan, makan yang

mengandung lemak jemuh, dan aktif berolah raga ( Junadi, 2011).

(Susanto, 2012) Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan menjalankan

prilaku hidup sehat sejak dini, pengendalian faktor – faktor resiko secara

optimal dan melakukan pemeriksaan medis secara rutin dan berkala

(Riyandhika, 2018).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang analisis faktor penyebab stroke berulang di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Mataram dengan harapan adanya bahan acuan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang resiko stroke berulang sehingga dapat

mencegah faktor paling dominan menyebabkan stroke.

B. Rumusan Masalah

Faktor apa saja yang dapat menyebabkan stroke berulang di Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Mataram?

C. Tujuan penelitan

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis faktor–faktor penyebab terjadinya stroke

berulang.
5

2. Tujuan Khusus

a. Mengindentifikasi faktor Umum terhadap kejadian stroke

berulang di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

b. Mengindentifikasi faktor jenis kelamin terhadap kejadian stroke

berulang di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

c. Mengindentifikasi faktor keturunan stroke terhadap kejadian

stroke berulang di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

d. Mengindentifikasi faktor riwayat hipertensi terhadap kejadian

stroke berulang di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

e. Mengindentifikasi faktor diabetes militus terhadap kejadian

stroke berulang di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

f. Mengindentifikasi faktor obesitas terhadap kejadian stroke

berulang di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

g. Mengindentifikasi faktor riwayat merokok terhadap kejadian

stroke berulang di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

h. Mengindentifikasi faktor aktivitas fisik terhadap kejadian stroke

berulang di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

i. Mengindentifikasi faktor kepatuhan kontrol terhadap kejadian

stroke berulang di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

j. Mengindentifikasi faktor riwayat mengkonsumsi alkohol

terhadap kejadian stroke berulang di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Mataram


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi,

menambah refrensi.

Dan sebagai masukan yang berguna atau bermanfaat bagi

mahasiswa yang ingin meningkatkan pemahaman mengenai

faktor – faktor yang mempengaruhi stroke.

b. Bagi Penelitian

Dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang

berkaitan dengan pengetahuan pasien kepada masyarakat

memberikan informasi penyebab kekambuhan stroke.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pasien stroke dan keluarga

Memberikan informasi dan menambahkan pengetahuan dan

sikap tindakan pasien stroke agar tidak terjadi stroke berulang

dan dapat menghindari resiko stroke berulang.

b. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada penetuan kebijakan khususnya di bidang program

stroke agar memahami kondisi yang sebenarnya di masyarakat


7

terkait dengan pengatahuan pasien stroke dalam upaya

pencegahan kejadian stroke berulang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka teori

1. Stroke

a. Pengertian

Stroke adalah serangan otak yang timbul secara mendadak

dimana terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau menyuruh

sebagai akibat dari gangguan aliran darah oleh karena sumbatan ata

u pecahnya pembuluh darah tertentu di otak sehingga menyebabkan

sel - sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat – zat makanan dan

akhirnya dapat terjadi kematian sel – sel tersebut dalam waktu yang

relative singkat dikenal dengan brain attack (Yastroki, 2014, sekalis

tentang stroke).

Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan

fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian

otak (Sneltzer & Bare, 2002).Stroke adalah cedera otak yang

berkaitan dengan obstruksi aliran darah ke otak. Stroke dapat terjadi

karena pembentukan thrombus di suatu arteri serebrum, akibat

emboli yang mengalir ke otak dari tempat lain di tubuh, atau akibat

pendarahan otak (Corwin, 2001).

8
9

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa stroke adalah gangguan pendarahan otak yang

mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila terjadi gangguan yang

cukup besar mengakibatkan kematian sebagian sel saraf otak.

b. Klasifikasi Stroke

Stroke dapat dibagi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan

stroke hemorhagic.Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang

berbeda, pada stroke hemorhagic terdapat timbunan darah di

subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan stroke iskemik terjadi

karena kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen

dan nutrisi kurang mencukupi. Klasifikasi stroke menurut Wardhana

(2011) antara lain sebagai berikut :

1. Stroke Iskemik

Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan

pasokan darah yang disebabkan karena penyumbatan pada

pembuluh darah otak.Penyumbatnya adalah plak atau timbuhan

lemak yang mengandung kolesterol yang adadalam darah.

Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah besar ( arteri

karotis), atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau

pembuluh darah kecil. Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi

karena dinding bagian dalam pembuluh darah (arteri) menebal

dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh
10

karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan

terjadi gumpalan darah (trombosis), sehingga aliran darah makin

lambat dan lama-lama menjadi sumbatan pembuluh darah.

Akibatnya, otak mengalami kekurangan pasokan darah yang

membawah nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh darah.

Sekitar 85% kasus stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau

infark, stroke infark pada dasanya terjadi kurangnya aliran darah

ke otak. Penurunan aliran adrah yang semakin parah dapat

menyebabkan kematian jaringan otak. Penggolongan stroke

iskemik atau infark menurut (Junadi 2011) di kelompokkan

sebagai berikut :

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

Suatu gangguan akut dari fungsi lokalserebral yang

gejalanya berlangsung kurang dari 24 jam atau serangan

sementara dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu

sampai dua jam baisanya TIA dapat ditangani, namun apabila

sampai tiga jam juga belum bisa teratasi sekitar 50% pasien

sudah terkena infark (grofir, 2009 : brust, 2007, junaidi 2011).

b. Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)

Gejala neurologis dari rind akan menghilang kurang

lebih 24 jam, biasanya rind akan membaik dalam waktu 24-48

jam.
11

c. Stroke In Evolution (SIE)

Pada keadaan ini gejala ataun tanda neurologis fokal terus

berkembang dimana terlihat semakin berat dan memburuk

setelah 48 jam.Defisit neurologis yang timbul berlangsung

terhadap dari ringan sampai menjadi berat.

d. Complete Stroke Non Hemorrhagic

Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau

permanen tidak berkembang lagi bergantung daerah bagian

otak mana yang mengalami infark.

2. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami

kebocoran atau pecahnya pembuluh darah di dalam otak,

sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang

jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi

ruang-ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan

fuingsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak

sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage)

atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar

otak (subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat

luas dan fatal bahkan sampai pada kematian. Stroke hemoragik

pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan

terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh


12

(aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan

kerana faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan

karena faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi

adalah kerapuhan karena mengerasnya dinding pembuluh darah

akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis akan lebih parah lagi

apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi. Beberapa

jenis faktor hemoragik menurut feigin (2007), yaitu:

1. Hemoragi Ekstradural (hemoragi epidural) adalah kedaruratan

bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini

biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan

arteri tengah atau arteri meningens lainnya. Pasien harus

diatasi beberapa jam setelah mengalami cedera untuk dapat

mempertahankan hidup.

2. Hemoragi Subdural (termasuk subdural akut) yaitu hematoma

subdural yang robek adalah bagian vena sehingga

pembentukan hematomanya lebih lama dan menyebabkan

tekanan pada otak.

3. Hemoragi Subaraknoid ( hemoragi yang terjadi di ruang

subaraknoid) dapat terjadi sebagai akibat dari trauma atau

hipertensi tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran

aneurisma.
13

4. Hemoragi Interaserebral, yaitu hemoragi atau pendarahan di

subsantsi dalam otak yang paling umum terjadi pada pasien

dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral karena

perubahan degeberatif karenaur penyakit ini biasanya

menyebabkan ruptur pembuluh darah.

c. Epidemologi

Tingginya angka kejadian stroke bukan hanya dinegara maju

saja, tetapi juga menyerang negara berkembang seperti Indonesia

karena perubahan tingkah laku dan pola hidup masyarakat (Hartanti,

2012).Usia merupakan salah satu faktor resiko stroke, semakin tua

umumnya maka resiko terkena stroke pun semakin tinggi. Penelitian

WHO MONICA menunjukan bahwa insiden stroke bervariasi antara

48 sampai 240 per10000 per tahun pada populasi usia 45 sampai 54

tahun, stroke dapat menyerang terutama pada mereka yang

mengkonsumsi makanan lemak. Life style atau gaya hidup selalu

dikaitkan dengan berbagai penyakit yang menyerang usia produktif.

Generasi muda sering menerapkan pola makan yang tidak sehat

dengan seringnya mengkonsumsi makanan siap saji yang sarat

dengan lemak dan kolesterol tapi rendah serat ( Turana, 2007).

Di indonesia belum ada penelitian epidemiologi tentang

kejadian stroke terutama stroke berulang. Pola hidup masyarakat

yang meliputi pola makan, aktivitas fisik atau olah raga, merokok,
14

konsumsi alkohol dan stress merupakan salah satu faktor resiko

yang diduga berperan dalam menimbulkan pemicu terjadinya stroke.

Keadaan rawan stroke di indonesia semakin meningkat, karena

dikombinasi perubahan fisik, lingkungan, kebiasaan, gaya hidup dan

jenis penyakit yang berkembang dengan tiba-tiba, menyebabkan

resiko masyarakat terkena stroke, di indonesia secara kumulatif bisa

meningkat menjadi 10 sampai 15 atau pasti jauh lebih besar

dibandingkan di masa-masa sebelumnya ( Yayasan stroke indonesia,

2014), prevalensi stroke di indonesia di temukan 10,9 per 1000

penduduk. Hal ini menunjukan sekitar 10,6-11,3 kasus stroke

dimasyarakat telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi

stroke tertinggi di jumpai di kalimantan timur 14,7% dan terendah di

papua 8,8%.

d. Etiologi Dan Faktor Resiko

Stroke menurut Smeltzer &Bare (2000), biasanya diakibatkan

dari salah satu dari empat kejadian, yaitu: (1). Trombrosit (bekuan

darah di dalam pembuluh darah otak atau leher). (2). Embolisme

serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawah ke otak dari

bagian tubuh yang lain). (3). Iskemia (pecahnya pembuluh darah

serebral dengan perdarah kedalam jaringan otak atau ruang sekitar

otak). Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang


15

menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan,

berpikir memori, bicara atau sensasi.

Faktor resiko stroke meliputi resiko yang tidak dapat diubah

seperti umur, suku, jenis kelamin, dan genetik. Bila faktor resiko ini

ditanggulangi dengan baik, maka kemungkinan mendapatkan stroke

dikurangi atau ditangguhkan, makin banyak faktor resiko yang

dipunyai makin tinggi pula kemungkinan mendapatkan stroke

sedangkan faktor resiko yang dapat diubah merupakan faktor resiko

terjadinya stroke pada seseorang yang keberadaannya dapat

dikendalikan ataupun dihilangkan sama sekali, gaya hidup

merupakan tindakan atau perilaku seorang yang biasa dilakukan

sehari-hari atau sudah menjadi kebiasaan.

Faktor resiko yang dapat diubah yang memiliki kaitan erat

dengan kejadian stroke berulang diantaranya hipertensi, diabetes

melitus, kelianan jantung, kebiasaan merokok, aktivitas

fisik/olahraga, kepatuhan kontrol, obesitas, minum alkohol, diit,

pengelolahan faktor resiko ini dengan baik akan mencegah terjadinya

stroke berulang (Husni & Laksmawali, 2001, Lumantobing, 2002,

Smeltzer & Bare, 2002. Black & Hawks, 2009.Wahyu, 2009.Pinzon &

Asanti, 2010.Junaidi, 2011).

e. Patofisiologi stroke
16

Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak

akut fokal maupun global akibat terlambatnya peredaran darah ke

otak.Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya

pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah ke otak.Otak

yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan

menjadi terganggu.Stroke bukan merupakan penyakit tunggal tetapi

merupakan kumpulan dari beberapa penyakit diantaranya hipertensi,

penyakit jantung, diabetes melitus dan peningkatan lemak dalam

darah atau dislipidemia.Penyebab utama stroke adalah thrombosis

serebral, aterosklerosis dan perlambatan sirkulasi serebral

merupakan penyebab utama terjadinya thrombus.Stroke hemoragik

dapat terjadi di epidural, subdural dan intraserebral (Smeltzer & Bare,

2002).

Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan

mengakibatkan pecahnya pembuluh darah sehingga dapat terjadi

perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur

otakndan merembes kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam

vertrikel atau ke ruang intracranial. Ekstravasi darah terjadi di daerah

otak dan subaraknoid, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan

tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak,

sehingga dapat mengakibatkan penekanan pada arteri disekitar

perdarahan. Bekuan darah yang semula lunak akhirnya akan larut


17

dan mengecil karena terjadi penekanan maka daerah otak disekitar

bekuan darah dapat membengkak dan mengalami nekrosis karena

kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan mencair, sehingga

terbentuk suatu rongga (Smeltzer & Bare, 2002).

Gangguan neurologis tergantung letak dan beratnya

perdarahan.Pembuluh darah yang mengalami gangguan biasanya

arteri yang berhubungan langsung dengan otak.Timbulnya penyakit

ini mendadak dan evolusinya dapat secara cepat dan konstan,

berlangsung beberapa menit bahkan beberapa hari. Gambaran klinis

yang sering mucul antara lain: pasien mengeluh sakit kepala berat,

leher bagian belakang kaku, muntah penurunan kesadaran dan

kejang. Sembilan puluh persen menunjukan adanya darah dalam

cairan serebrospinal, dari semua pasien ini 70-75 % akan

meninggaldalam 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena meluasnya

perdarahan sampai ke sistem ventrikel, hermiasi lobus temporal dan

penekanan mesensefalon atau mungkin disebabkan karena

perembesan darah ke pusat-pusat yang vital. Penimbuna darah yang

cukup banyak di bagian hemisfer serebrimasih dapat di tolerir tanpa

memperlihatkan gejala-gejala klinis yang nyata sedangkan adanya

bekuan darah dalam batang otak sebanyak 5 ml saja sudah dapat

mengakibatkan kematian (Smeltzer & Bare, 2002).

f. Manifestasi klinis
18

Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, tergantung

pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat),ukuran area

yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral

(sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat

membaik sepenuhnya. Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer &

Bare (2002), antara lain: defisit sensorik, defisit verbal, defisit kognitif

dan defisit emosional.

1. Defisit lapangan pandangan

a) Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan

penglihatan.

b) Kesulitan menilai jarak

c) Diplopia

2. Defisit motorik

a) Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi

yang sama).

b) Hemiplegi (paralisis wajah, lengan, dan tidak mampu pada sisi

yang sama).

c) Ataksia (berjalan tidak mantap, dan tidak mampu menyatukan

kaki).

d) Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang

sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang

bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.


19

e) Disfagia (kesulitan dalam menelan).

3. Defisit sensorik : kebas dan kesemutan pada bagiaan tubuh

4. Desifit verbal

a. Afasia ekspresif (tidak mampu membentuk kata yang dapat

dipahami).

b. Afasia reseptif (tidak mampu memahami kata yang

dibicarakan)

c. Afasia global (kombinal baik afasia reseptifdan ekspresif)

5. Defisit kognitif

a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang

b. Penurunan lapang perhatian

c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi

d. Perubahan penilaian

6. Defisit emosional

e. Kehilangan kontrol diri

f. Labilitas emosional

g. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress

h. Depresi

i. Menarik diri

j. Rasa takut, bermusuhan dan marah

k. Perasaan isolasi

g. Komplikasi
20

Komplikasi stroke menurut Smeltze& Bare (2002) meliputi :

1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi

daraah adekuat ke otak. Fungsi otak tergantung pada kesediaan

oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen

supiemen dan mempertahankan hemoglobin serta hemototrit

pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam

mempertahankan oksigenasi jaringan.

2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah

jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat

(cairan intravena)harus menjamin penurunan vesikositas darah

dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipontensi

ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran

darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.

3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau

fibrilasi atrium atau dari katup jantung prostetik. Embolisme akan

menurunkan aliran darak ke otak dan selanjutnya meneurunkan

aliran darah serebral.

h. Stroke berulang

Perjalanan penyakit stroke beragam, pasien tersebut dapat pulih

sempurna, ada pula yanh sembuh dengan cacat ringan, sedang sampai
21

berat.Pada kasus beras dapat terjadi kematian, pada kasus yang dapat

bertahan hidup beberapa kemungkinan terjadi stroke berulang, dementia

dan depresi. Stroke merupakan penyakit yang paling banyak

menyebabkan cacat pada usia diatas 45 tahun (Siswanto, 2005).

Secara klinik gambaran perjalanan stroke ada beberapa macam,

pertama defisit neurologiknya terjadi sangat akut dan maksimal saat

muncul serangan, gambaran demikian sering terjadi pada stroke karena

emboli, kedua yang dikenal dengan stroke in evolution atau progressing

stroke adalah bila mana defisit neurologiknya memburuk secara tertahap

yang umumnya dalamukuran menit sampai jam defisit neurologik yang

maksimal tercapai (complet stroke), bentuk ini biasanya disebebkan

karena perkembangan proses trombosis arterial yang memburuk atau

suatu emboli yang rekuren. Stroke berulang juga didefinisikan sebagai

kejadian serebrovaskuler baru yang mempunyai satu diantara kriteria hal

berikut:

1. Defisit neurologik yang berbeda dengan stroke pertama

2. Kejadian yang meliputi daerah anatomi atau daerah pembuluh darah

yang berbeda dengan stroke pertama.

3. Kejadian ini mempunyai sub tipe stroke yang berbeda dengan stroke

pertama.
22

Kriteria ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa sebab yang teratur

dari kemunduran klinik setelah stroke pertama (seperti hipoksia,

hipertensi, hiperglikemia, infeksi) atau gejala yang lebih buruk karena

kemajuan serangan stroke tidak salah diklasifikasikan sebagai kejadian

serebrovaskuler berulang.

Stroke berulang dengan makin banyak faktor resiko yang dipunyai,

maka tinggi kemungkinan mendapatkan stroke berulang. Faktor resiko

stroke yag dipunyai tersebut, seperti riwayat hipertensi, diabetes melitus,

kelainan jantung, dislipidemia, dan lain-lain harus ditanggulangi dengan

baik, pasien harus berhenti merokok dan harus rajin berolahraga yang

disesuaikan dengan keadaanya. Pasien dengan gejala klinis atau faktor

resiko perilaku lebih dari satu mempunyai peningkatan resiko terjadinya

stroke berulang dan penanganan yang tepat dari faktor resiko tersebut

sangat penting untuk pencegahan stroke. Pada kelompok resiko tinggi

setelah terjadinya serangan stroke seharusnya menjadi target

penanganan secara terus-menerus untuk mencegah terjadinya stroke

berulang (Makmur dkk, 2002 dalam Siswanto, 2005).

Menurut junaidi (2011), kekambuhan stroke terjadi stroke berulang di

pengaruhi oleh tiga hal penting, yaitu:

1. Penanggulangan faktor resiko yang ada dikaitkan dengan kepatuhan

pasien dalam mengontrol atau mengendalikan faktor resiko yang telah

ada, seperti menjaga kestabilan tekanan darah. Seseorang yang


23

tekanan darah yang tidak dikontrol dengan baik akan meningkatkan

resiko terjadinya stroke berulang.

2. Pemberian obat-obatan khusus yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya stroke kedua atau stroke berulang, seperti penggunaan

aspirin yang terbukti mengurangi terjadinya kejadian stroke berulang

hingga 25%.

3. Genetik, yaitu seseorang yang mempunyai gen untuk terjadinya stroke

berulang.

i. Faktor Penyebab Stroke Berulang

Stroke tidak mempunyai penyebab tunggal, melainkan banyak

penyebab yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stroke

(multifactorial cause).Berbagai faktor yangterdapat pada seseorang

bisa merupakan penyebab terjadinya stroke pada suatu ketika, hal

tersebut mengakibatkan seseorang yang sudah pernah mengalami

stroke kemungkinan dapat terjadi serangan kedua (stroke berulang)

apabila faktor-faktor masih tetap ada dan tidak dilakukan

pengelolaan.Pengelolaan pada pasca stroke agar tidak menjadi

stroke berulang tidaklah mudah, hal ini disebabkan karena berbagai

faktor diantara faktor intrinsik (pasien yang menyangkut usaha dalam

memodifikasi pola hidup serta faktor ekstrinsik yang meliputi

lingkungan dan upaya dokter dalam membantu mengendalikan faktor

resiko (Tugasworo, 2002 dalam Siswanto, 2005).


24

Berbagi faktor yang berperan di dalam terjadinya stroke telah

diketahui dan memberikan dasar bagi program pencegahan yang

efektif. Saat ini telah diketahui faktor yang dapat menyebabkan

seseorang lebih rentan terhadap stroke yang disebut faktor resiko

terhadap stroke (Tugasworo, 2002 dalam Siswanto 2005). Faktor-

faktor resiko stroke menurut Pinzon % Asanti (2010) dan Wardhana

(2011) dapat dibagi menjadi faktor stroke yang tidak dapat diubah

dan faktor stroke yang dapat diubah:

1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

Faktor resiko stroke yang tidak dapat di ubah merupakan

resiko alami yang dimiliki oleh setiap orang meliputi: umur, jenis

kelamin, suku/ras, dan keturunan/riwayat keluarga. Faktor resiko

ini berperan dalam terjadinya suatu penyakit seperti haknya

stroke, dimana faktor resiki alami ini mempunyai karakteristik

sendiri untuk tiap penyakit ( data riset kesehatan indonesia 2007,

Poerwadi, 2000 dalam Siswanto, 2005. Wardhana,2011).

a) Umur

Bertambahnya umur merupakan faktor resiko yang

terpenting untuk terjadinya serangan stroke, dimana umur

merupakan faktor resiko yang paling penting bagi semua

jenis stroke.Insiden stroke meningkat secara eksopensial


25

dengan bertambahnya umur. Stroke pada dasarnya lebih

sering terjadi pada usia lanjut dari anak dan dewasa, terdapat

pertambahan insiden stroke sesudah usai 55 tahun. Stroke

iskemik yang terjadi pada usia dibawah 45 tahun sekitar 3%.

Aterosklerosis merupakan penyebab utama pada usia lanjut,

sedangkan kemungkinan perdarahan lebih sering dijumpai

pada anak atau dewasa muda. Anak dengan infark serebri

biasanya akan mengalami distabilitas yang lebih besar

daripada anak yang mengalami stroke pendarahan (data riset

kesehatan dasar indonesia, 2007).

b) Jenis kelamin

Terdapat perbedaan insidens stroke pada pria dan

wanita insidens stroke pada pria lebih tinggi walaupun pria

memilki resiko lebih tinggi untuk terkena stroke namun pasien

wanita lebih banyak yang meninggal, hal ini karena pasien

stroke berjenis kelamin perempuan memiliki resiko kematian

2,68 kali lebih besar dari pada pasien pria. Amran (2012)

menunjukkan bahwa separuh pasien stroke meninggal terjadi

pada perempuan. Perempuan pada umumnya menderita

stroke pada usia lanjut selain itu adanya keadaan khusus

pada perempuan diduga sebagai pemicu yaitu kehamilan,


26

melahirkan, dan menopause yang berhubugan dengan

fluktuasi hormonal. Sdangkan pada penelitian Framingham,

stroke iskemik akan meningkat dengan pertambahan usia dan

hampir 30% lebih sering terjadi pada pria daripada wanita

(Poerwadi, 2000 dalam Siswanto, 2005). Data riset kesehatan

indonesia (2018) menunjukan bahwa laki-laki mempunyaib

resiko lebih tinggi 11,0% kali lebih banyak terjadinya stroke

berulang dibandingkan dengan wanita.

c) Suku/Ras

Orang asia memiliki kecenderungan terkena stroke

lebih besar dari eropa, hal ada kaitannya dengan lingkungan

hidup, pola makan dan sosial ekonomi. Makanan asia lebih

banyak mengandung minyak dari pada makanan orang eropa.

Menurut data kesehatan di amerika serikat, penduduk yang

berasal dari keturunan afrika-amerika beresiko terkena

serangan stroke 2 kali lebih besar dari penduduk keturunan

eropa. Keadaan ini makin meningkatkan hampir 4 kali lipat

pada umur sekitar 50 tahun, namun pada usia sekitar 65 tagun

penduduk amerika yang terkena stroke sama dengan

keturunan afrika-amerika (Wardhana, 2011).

d) Keturunan/Keluarga
27

Bilamana kedua orang tua pernah mengalami stroke

maka kemungkinan keturunannya terkena stroke semakin

besar.Riwayat keluarga adanya serangan stroke atau penyakit

pembuluh darah iskemik, sering pula didapat terjadi pada

pasien stroke yang muda.Berbagi faktor penyebab termasuk

prediposisi genetik aterosklerosis dapat menerangkan hal

ini.Sedangkan anurisma intracranial sakular, malformasi

pembuluh darah, dan angiopati amiloid sering familial dan ini

merupakan penyebab stroke nonaterosklerotik (Poerwadi,

2000 dalam Siswanto, 2005).

2. Faktor resiko yang dapat diubah

Faktor resiko stroke berulang dapat diubah sama dengan faktor

stroke secara umum antara lain: hipertensi, diabetes melibus,

kelainan jantung, kebiasaan merokok, konsumsi minuman

beralkohol, aktivitas fisik/olahrag, kepatuhan kontrol, obesitas,

dan kepatuhan diit ( Husni& Lakmawati, 2001. Lumantong,

2002.Smeltzer & Bare & Hawks, 2009.Wahyu, 2009.Pinzon &

Asanti, 2010.Junaidi, 2011).

a. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko terpenting untuk

semua tipe stroke, baik stroke perdarahan maupun stroke


28

infark.Peningkatan resiko stroke terjadi seiring dengan

peningkatan tekanan darah. Diperkirakan resiko stroke

meningkat 1,6 kali setiap peningkatan 10 mmHg tekanan

darah sistolik dan sekitar 50% kejadian stroke dapat dicegah

dengan pengendalian tekanan darah (Gofir, 2009). Hipertensi

meningkatkan resiko stroke 2-4 kali lipat tanpa tergantung

pada faktor resiko lainnya. Hipertensi kronis dan tidak

terkendali akan memacu kekakuan dinding pembulu darah

kecil yang dikenal dengan mikroangiopati. Hipertensi juga

akan memacu munculnya timbuhan plat pada pembuluh darah

besar. Timbuhan plak akan menyempitkan lumen atau

diameter pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan mudah

ruptur atau pecah dan terlepas. Plak yang terlepas akan

meningkatkan resiko tersumbatnya pembuluh darah yang

lebih kecil. Bila ini terjadi maka timbulnya gejala stroke (Perreu

& Bogusslavsky, 2003 dalam Pinzon & Asanti, 2010).

Hipertensi mempercepat pengerasaan dinding pembuluh

darah arteri dan mengakibatkan penghancuran lemak pada sel

otot polos sehingga mempercepat proses aterosklerosis.

Hipertensi berperan dalam proses aterosklerosis melalui efek

penekanan pada sel endotel atau lapisan dalam dinding arteri

yang berakibat pembentukan plak pembuluh darah semakin


29

cepat seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya

140/90 mmHg (Junaidi, 2011). Peningkatan tekanan darah

sistolik dan diastolik dapat meningkatkan terjadi stroke (Lewis

et al, 2007). Penelitan Zhang dkk (2010), di Cina menunjukann

bahwa tingginya tekanan darah sistolik dapat meningkatkan

kejadian stroke.Penelitian yang dilakukan oleh Kristiywati

(2008), menunjukan adanya hubungan antara kejadian stroke

dengan hipertensi dan hipertensi merupakan faktor resiko

paling dominan yang berhubungan dengan kejadian stroke.

b. Diabetes Melitus

Individu dengan diabetes memiliki resiko yang lebih

tinggi untuk mengalami stroke dibandingkan dengan individu

tanpa diabetes melitus merupakan penyakit yang sering

dijumpai bersama-sama penyakit serebrovaskuler, yang

merupakan faktor resiko kedua terjadinya stroke. Seorang

dikatakan menderita diabetes melitus apabila hasil

pemeriksaan kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau

pemeriksaan gula darah puasa <140 mg/dl, atau pemeriksaan

gula darah 2 jam postrandial >200 mg/dl (Smeltzer & Bare,

2002). Diabetes melitus menyebabkan kadar lemak darah

menigkat karena konversi lemak tubuh yang terganggu. Bagi


30

pasien diabetes melitus peningkatan kadar lemak darah

sangat meningkatkan resiko penyakit stroke. Diabetes

mempercepat terjadinya arterosklerosis baik pada pembuluh

darah kecil (mikroangiopati) maupun pembuluh darah besar

(makroangiopati) diseluruh pembuluh darah termasuk

pembuluh darah otak dan jantung. Kadar glukosa darah yang

tinggi pada stroke akan memperbesar meluasnya area infark

(sel mati) karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme

glukosa yang dilakukan secara anaerob (oksigen sedikit) yang

termasuk jaringan otak (Junaidi, 2011). Pasien diabetes

melitus tubuhnya tidak menangani gula secara tepat, tidak

dapat memproses lemak secara efisien dan akan mempunyai

resiko yang tinggi untuk terjadinya hipertensi. Diabetes juga

berperan pada kemampuan tubuh untuk mencegah gumpalan

darah beku, meningkatkan resiko stroke iskemik. Siswanto

(2005) dalam penelitiannya menunjukan bahwa resiko untuk

terjadinya stroke berulang pada subyek dengan kadar gula

darah puasa >140 mg/dl sebesar 2,63 kali dibandingkan

dengan gula darah puasa >140 mg/dl. Sedangkan subyek

dengan kadar gula darah puasa 2 jam pp >200 mg/dl beresiko

terkena stroke berulang sebesar 3,16 kali dibandingkan

dengan kadar gula darah puasa <140 mg/dl.


31

c. Merokok

Merokok meningkatkan resiko terkena stroke dua

sampai empat kali.Hal ini berlaku untuk semua jenis rokok

(Sigaret, pipa atau cerutu) dan untuk semua tipe stroke,

terutama perdarahan subarachnoid karena terbentuknya

aneurisma dan stroke iskemik.Merokok memberikan

konstribusi terbentuk plak pada arteri.Asap rokok mengandung

beberapa zat berbahaya yang sering disebut zat oksidator. Zat

oksidator ini menimbulkan kerusakan dinding arteri dan

menjadi tempat penimbuhan lemak, sel trombosit, kolesterol

penyempitan dan pergeseran arteri diseluruh tubuh termasuk

otak, jantung dan tungkai, sehingga merokok dapat memicu

terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran darah, dan

menyebabkan darah menggumpal sehingga beresiko terkena

stroke (Pinzon & Asanti, 2010). Peranan merokok pada

aterosklerosis menurut Junaidi (2011) adalah merokok

menurunkan jumlah kolesterol baik dan menurunkan

kemampuan kolesterol baik untuk menyingkirkan kolesterol

jahat yang berlebihan karena sel-sel darah menggumpal pada

dinding arteri, ini meningkatkan resiko pembentukan trombus

dan plak.Rokok dapat menyebabkan peningkatkan kecepatan

detak jantung serta memicu penyempitan pembuluh


32

darah.Penelitian yang dilakukan Siregar (2005) menunjukkan

bahwa merokok merupakan faktor yang kuat untuk terjadinya

stroke. Begitu juga penelitian yang dilakukan Zhang dkk

(2010), di ciha menyebutkan bahwa merokok mempunyai

pengruh yang signifikan terhadap terjadinya stroke dan juga

perempuan yang tinggal bersama suami yang merokok aktif

(1-9 batang perhari) beresiko 2 kali untuk terkena stroke.

Siswanto (2005) dalam penelitiannya menunjukan bahwa

pasien stroke yang merokok memiliki resiko 1,28 kali untuk

terkena stroke berulang meskipun resiko tersebut tidak

bermakna secara statistiok.

d. Aktivitas fisik (olahraga)

Aktivitas fisik dapat darai aktivitas ditempat kerjanya

maupun kegiatan olahraga, aktivitas berat dipengaruhi dari

kegiatan yang lebih banyak diluar ruangan dan banyak

bergerak seperti atlentik, tentara dan buruh bangunan.

Aktivitas ini dilakukan lebih dari 3 hari dalam seminggu dan

lebih dari 4 jam seminggu. Aktivitas sedang dipengaruhi dari

kegiatan yang dilakukan baik didalam ruangan maupun di luar

ruangan, seseorang kurang aktif secara fisik (yang

olahraganya kurang dari tiga kali atau per minggu 30 menit)

memiliki hampir 50% resiko terkena stroke dibandingkan


33

mereka yang aktif. Berbagai kemudahan hidup yang didapat

seperti mencuci dengan mesin cuci untuk rumah tangga,

banyaknya kendaraan bermotor serta kemajuan teknologi

membuat aktivitas seseorang semakin hari semakin ringan

atau mudah, namun dampak dari kemajuan teknologi ini

seorang dapat menjadi pasif dan cenderung menimbulkan

masalah berat badan dan dapat meningkatkan resiko

terjadinya hipertensi yang nantinya memicu terjadinya

aterosklerosis bila masalah berat badan tidak diimbangi

dengan olahraga yang cukup (Wahyu, 2009). Siswanto (2005),

dalam penelitiannya menunjukan bahwa resiko untuk terjadi

stroke berulang pada pasien stroke yang tidak rutin dalam

melakukan aktivitas fisik sebesar 1,77 kali dibandingkan

dengan pasien stroke yang melakukan aktivitas fisik secara

rutin.

e. Kepatuhan kontrol

Pasien stroke harus sering memeriksakan dirinya

kedokter atau rumah sakit.Selain kontrol kedokter pasien

stroke harus mengontrol kolesterol, pasien stroke juga harus

mengontrol gula darahnya. Seseorang yang berusai 60 tahun

dengan tekanan sisstolik 135 mmHg (premiery prevention of


34

stroke, AHA/ASA guideline stroke, 2006 dalam Bethesda

stroke center iskemik dalam jangka waktu 8 tahun adalah

8/1000. Bila disamping itu menderita diabetes melitus,

kemungkingan untukmendapatkan stroke meingkat menjadi

30/1000 dengan diabetes melitus meningkat menjadi 59/1000

(Lumantobing, 2002). Siswanto (2005),dalam penelitian

menunjukan bahwa kebiasaan pasien stroke melakukan

kontrol tidak teratur mmiliki hubungan yang bermakna

terhadap kejadian stroke berulang dengan resiko mencapai

3,84 kali dibandingkan dengan pasien stroke yang melakukan

kontrol secara rutin.

f. Obesitas

Terdapat saling keterkaitan antara obesitas dengan

resiko peningkatan hipertensi penyakit jantung, stroke,

diabetes melitus dan merupakan beban penting kesehatan

jantung dan pembuluh darah. Obesitas dapat meingkatkan

kejadian stroke terutama bila disertai dengan dislipedemia dan

hipertensi melalui proses aterosklerosis. Obesitas juga dapat

menyebabkan terjadi stroke lewat efek snoring atau

mendengkur dan tiba-tiba henti napas karena terhentinya

suplai oksigen secara mendadak di otak.Obesitas juga

membuat seseorang cenderung mempunyai tekana darah


35

tinggi, meningkatkan resiko terjadinya diabetes melitus juga

meningkatkan produk sampingan metabolisme yang

berlebihan yaitu oksidan atau radikal bebas (Junaidi, 2011).

Penurunan berat badan adalah perubahan gaya hidup yang

paling besar pengaruhnya terhadap perbaikan tekanan darah.

Hal ini dibuktikam dengan mereka yang berusia 50-65 tahun

yang mengalami penurunan berat badan 7 kg atau lebih

mengalami penurunan resiko terserang hipertensi sebanyak

21%. Sedangkan kelompok yang lebih tua yang mengalami

perununan berat badan yang sama resikonya pun turun 29%.

Lewis, dkk (2007), dalam penelitian menunjukan bahwa

perununan berat badan 10 kg dapat menurunkan tekanan

darah sistolik 5-20 mmHg.

g. Minum alkohol

Minum alkohol secara teratur lebih dari 30 gram per

hari (pria) atau 25 gram per hari (wanita), mabuk-mabukan

(minum lebih dari 75 % gram dalam 24 jam ) dan alkoholisme

dapat meningkatkan tekanan darah sehingga dapat


36

meningkatkan resiko stroke. Minum alkohol dalam jumlah

sedikit pun dapat meningkatkan tekanan darah, oleh karena

itu harus dihindari untuk seorang yang memiliki riwayat

hipertensi karena dapat menimbulkan komplikasi berat

(Wahyu, 2009). Martuti (2009), dalam penelitiannya

menunjukan bahwa mengkonsumsi alkohol dapat

meningkatkan tekana darah secara cepat.Seseorang yang

mengkonsumsi alkohol lebih dari 3 gelas atau lenih setiap hari

sudah cukup untuk meningkatkan tekanan darah.

h. Diit

Menurut Lewis, ddk (2007), diet dengan tinggi lemak

dan kurangnya buah dan sayur dapat meningkatkan resiko

terjadinya stroke. Pernyataan ini juga didukung oleh premiery

prevention of stroke AHA/ASA guideline stroke, (2006, dalam

Bethesda stroke center literature, 2008), yang mengatakan

bahwa asupan makanan yang mengandung banyak sayur dan

buah dapat mengurangi terjadinya stroke.Pemakaian sodium

yang berlebihan juga dapat meningkatkan tekanan darah

(Black & Hawks, 2009). Menurut Martuti (2009), dalam

penelitian menunjukan bahwa pasien stroke perlu membatasi

asupan garam karena kandungan mineral natrium (sodium)


37

didalamnya memegang peranan penting terhadap timbulnya

hipertensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa angka kejadian

stroke meningkat pada pasien dengan kadar kolesterol diatas

240 mg%. Setiap kenaikan kolesterol 38,7 mg% menaikan

angka stroke 25 % sedangkan kenaikan HDL (high density

lipoprotein) 1 mmol (38,7 mg%) menurunkan terjadinya stroke

setinggi 47% (premiery literature, 2008). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Giantani (2003),

menunjukkan bahwa kenaikan kadar kolesterol berpengaruh

terhadap resiko stroke iskemik sebanyak 3.09 kali. Serat

makanan juga dibutuhlkan untuk proses metabolisme dalam

tubuh. Diet tinggi serat bermaanfaat untuk menghindari

kelebihan lemak, lemak jenuh dan kolesterol.Setiap gram

konsumsi serat juga menghindari kelebihan gula dan natrium

serta dapat menurunkan berat badan dan mencegah

kegemukan. Dietary guedelelines for American menganjurkan

untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung serat 20-

35 gr perhati (Martuti, 2009).

i. Kelainan jantung

Sirkulasi serebral sebagai sistem kardiovaskuler

mempunyai arti fungsinya tergantung efektifitas jantung


38

sebagai pompa, integritas pembuluh darah sistemik dan

komponen darah dalam memenuhi kebutuhan darah dan

oksigen.Otak membutuhkan 25% dari konsumsi oksigen ke

seluruh tubuh dengan menggunakan 20% curah jantung

semenit. Kejadian stroke selalu berhubungan dengan penyakit

lain. Kelainan jantung sering berhubungan dengan stroke

berulang adalah aterosklerosis, disritmia jantung khususnya

fibrilasi atrium, penyakit jantung iskemik, infark miokard dan

gagal jantung. Pasien dengan kelainan jantung beresiko tinggi

terhadap terjadinya stroke bila dibandingkan dengan yang

tidak mempunyai kelainan jantung.Penyakit jantung hipertensi

dengan hipertrofil ventrikel kiri yang terlihat pada EKG, sangat

terkait dengan kenaikan resiko baik stroke iskemik maupun

pendarahan.Lesi dijantung dapat pula melepaskan emboli ke

sirkulasi arterial, seperti mural thrombus akibat infark yang

lama atau thrombus yang terjadi pada fibrasi atrium (Husni &

Laksmawati, 2001 dalam Siswanto, 2005). Siswanto (2005),

dalam penelitian menunjukan bahwa kelainan jantung terbukti

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stroke

berulang resiko sebesar 2,85 kali.


39

B. Kerangka Konsep

Faktor resiko yang tidak


dapat diubah
dikendalikan :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Faktor keturunan

4. Ras / etnis

Faktor yang dapat


diubah :
1. Hipertensi
2. Diabetes militus
3. Obesitas
4. Merokok
5. Olah raga
6. Kepatuhan
kontrol
7. Minum alcohol

Keterangan
8. Diit :
9. Kelainan jantung
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar1 : Kerangka konsep faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
stroke berulang (Modifikasi teori Lawrence Green dalam
Notoadmojo 2010), (Bruner and Suddart 2010,) dan (Agustina
2010).
BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitan adalah alat pemandu peneliti tentang urutan

yang harus dilakukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013). Bab ini

mengemukan tempat dan waktu penelitian, desain penelitian, populasi, dan

sampel, variabel penelitian, data yang dikumpulan, cara mengumpulan data,

cara pengelolahan data, dan definisi operasional.

A. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat

Adapun yang digunakan penelitian sebagai tempat penelitian

adalah RSUD Kota Mataram, dengan prtimbangan:

a. Berdasarkan data yang didapatkan RSUD Kota Mataram

menerima kasus stroke setidaknya 193 orang.

b. Data yang didapatkan dari RSUD Kota Mataram menunjukkan

terjadi peningkatan yang signifikan pada kasus Stroke dalam 2

tahun terakhir.

c. Belum ada penelitian terkait dengan Analisis Faktor Penyabab

terjadinya stroke berulang di RSUD Kota Mataram.

d. Lokasi penelitian dapat dijangkau oleh penelitian.

2. Waktu penelitian

Penelitian diawali dengan penyusunan proposal pada bulan

september2020. Penelitian dilakukan pada bulan februari 2021.

41
42

B. Desain penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga penelitian dapat memperoleh jawaban

terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis

atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut.

Desain penelitian harus disusun dan dilaksanakan dengan penuh

perhitungan agar dapat menghasilkan petunjuk empiris yang kuat

revelvansinya dengan pertanyaan penelitian (Setiadi, 2009).

Desain penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif.Metide deskriptif adalah suatu metode penelitian yang

bertujuan untuk mendeskriptifkan (memaparkan) peristiwa-peristiwa

penting yang terjadi pada masa kini.Deskriptif peristiwa dilakukan

secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual dari pada

penyimpulan. Fenomena disajikan dengan apa adanya tanpa

manipulasi, oleh karena itu penelitian jenis ini tidak memerlukan suatu

hipotesis. (Nursalam,2016).
43

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruh subyek penelitian yang akan diteliti (Setiadi,

2013). Populasi atau disebutjuga dengan istilah Universe atau

universum atau keseluruhan adalah sekelompok individu atau

keseluruhan adalah sekelompok individu atau obyek yang memiliki

karakteristik yang sama, mungkin diselidiki/diamati (Imron, 2010).

Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa populasi dalam

penelitian ini adalah pasien stroke yang pernah mengalami stroke

pada tahun 2020 dan berada di RSUD Kota Mataram yaitu sebanyak

193 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, adalah

elemen-elemen populasi yang dipilih, berdasarkan kemampuan

mewakilinya (Setiadi, 2013).

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien stroke

yang pernah mengalami stroke sebelumnya sepanjang tahun 2020

dan berada di RSUD Kota Mataram.


44

a. Kriteria Sampel

1) Kriteria inkulasi

Kriteria inkulasi adalah karakteristik umum subjek

penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan

diteliti (Setiadi, 2013).

a) Pasien stroke yang sebelumnya pernah menderita

stroke

b) Pasien / keluarga bersedia untuk menjadi responden

c) Pasien/ keluarga berada di tempat penelitian (RSUD

Kota Mataram) sampai waktu penelitian berakhir.

2) Kriteria eklusi

Kriteria eklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

berbagai sebab (Setiadi, 2013).

a) Pasien /keluarga yang tidak bersedia diteliti atau tidak

bersedia menjadi responden.

b) Pasien / keluarga yang tidak bisa membaca dan menulis.

b. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian deskriptif dihitung menggunakan

rumus (Setiadi, 2013):

N
n= 2
1+ N ( d )
45

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan yang diinginkan

N 193
n= 2
n=
1+ N ( d ) 1+193 ( 0,5 )2

193 193
n= = =49
1+193( 0,25) 1+ 48,25

Berdasarkan rumus diatas didapatkan perhitungan :

c. Sampling

Sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-

benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,

2013).

Samplingyang digunakan pada penelitian ini adalah

purposivesampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampling

yang berdasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti sendiri, (Notoadmodjo, 2014).

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai

variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar


46

dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya (Setiadi,

2013).Adapun variabel pada penelitian ini adalah analisis faktor

penyebab yang kejadian stroke berulang.

E. Data yang dikumpulkan

1. Data primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpulan data (Sugiyono, 2010). Data primer

padapenelitian ini meliputi:

a. Data karakteristik responden meliputi : nama, umur

b. Data jenis kelamin pasien

c. Data riwayat penyakit stroke keluarga pasien

d. Data riwayat Hipertensi

e. Data riwayat Diabetes Militus

f. Data berat badan

g. Data riwayat merokok

h. Data riwayat aktifitas fisik

i. Data riwayat kepatuhan kontrol

j. Data riwayat Minum Alkohol

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain,

badan/instansi yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi,

2013).data sekunder pada penelitian ini yaitu data tentang jumlah


47

pasien yang terkenaq stroke pada tahun 2020 di RSUD Kota

Mataram, serta data tentang gambaran umum lokasi tempata

penelitian.

F. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada

subyek atau responden dan proses pengumpulan karakteristik subyek

yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2011).

1. Data primer

a. Data karakteristik responden meliputi : nama, umur, pekerjaan,

dan pendidikan dikumpulkan melalui wawancara langsung

dengan alat bantu kuesioner.

b. Data jenis kelamin pasien stroke dikumpulkan melalui

wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner.

c. Data riwayat kejadian stroke sebelumnya dikumpulkan melalui

wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner.

d. Data riwayat hipertensi dikumpulkan melalui wawancara

dengan alat bantu kuesioner.

e. Data riwayat hipertensi dikumpulkan melalui wawancara

dengan alat bantu kuesioner.

f. Data riwayat kebiasaan Obesitas dikumpulkan melalui

wawancara dengan alat bantu kuesioner.


48

g. Data riwayat penyakit Merokok dikumpulkan melalui wawancara

dengan alat bantu kuesioner.

h. Data riwayat aktivitas/olahraga dikumpulkan melalui wawancara

dengan alat bantu kuesioner.

i. Data riwayat kepatuhan kontrol dikumpulkan melalui

wawancara dengan alat bantu kuesioner.

j. Data riwayat Minum Alkohol dikumpulkan melalui wawancara

dengan alat bantu kuesioner.

2. Data Sekunder

a. Data tentang jumlah pasien yang terkena stroke didapatkan

langsung dari RSUD Kota Mataram.

b. Data tentang gambaran umum lokasi penelitian yaitu RSUD

Kota Mataram diperoleh dengan cara melalui survey langsung

dan dari dokumentasi Profil RSUD Kota Mataram tahun 2020.

G. Pengolahan Data

1. Data Primer

a. Data karakteristik responden diolah secara deskriptif dan

disajikan dalam tabel distrubusi frekuensi

1. Data umur pasien

Menurut Depkes RI (2009) dalam Dewi (2015), data tentang

umur responden dikelompokkan menjadi :

a) 12-16 tahun (Remaja Awal)


49

b) 17-25 tahun (Remaja Akhir)

c) 26-35 tahun (Dewasa Awal)

d) 36-45 tahun (Dewasa Akhir)

e) 46-55 tahun (Lansia Awal)

f) 56-65 tahun (Lansia Akhir)

g) >65 tahun (Manula)

2. Data pasien

Menurut Notoatmodjo (2012), data jenis pekerjaan pasien

dikelompokkan menjadi :

a) Pedagang

b) Buruh/Tani

c) PNS

d) Pensiunan

e) Wiraswasta

f) IRT

b. Data umur dalam kejadian stroke akan diolah secara deskriptif

dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data usia

balita dikumpul dan kemudian dikelompokkan menjadi:

1) Usia 25 – 44 tahun

2) Usia 45 -65 tahun


50

c. Data jenis kelamin pasien stroke akan diolah secara deskriptif

dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data jenis

kelamin balita dikelompokan menjadi laki-laki dan perempuan

d. Data berat pasien stroke akan diolah secara deskriptif dan

disajikan dalam bentuk tabel ditribusi frekuensi.

e. Data riwayat Hipertensi. Data riwayat hipertensi dikelompokkan

menjadiada peningkatan tekanan darah dan tidak ada

peningkatan tekanan darah.

f. Data riwayat penyakit diabetes. Data riwayat penyakit diabetes

dikelompokkan menjadi pesien diabetes dan pasien tidak

menderita diabetes.

g. Data riwayat merokok. Data riwayat merokok dikelompokkan

menjadi pasien perokok dan pasien tidak merokok

h. Data riwayat aktifitas fisik. Data riwayat aktifitas fisik

dikelpmpokkan menjadi jarang melakukan aktifias fisik, sering

melakukan aktifitas fisik dan, kadang – kadang melakukan

aktifitas fisik.

i. Data riwayat mengkonsumsi alkohol. Data riwayat

mengkonsumsi alkohol dikelompokkan menjadi pernah

mengkonsumsi alkohol dan tidak pernah mengkonsumsi

alkohol.
51

j. Data pendidikan pasien dalam kejadian stroke diolah secara

deskriptif dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

Pendidikan ibu kemudian dikategorikan menjadi 3 yaitu :

1) Pendidikan Dasar, bila responden tamat SD/MI atau

SMP/MTS sederajat.

2) Pendidikan Menengah, bila responden tamat SMA/MA/SMK

sederajat.

3) Pendidikan tinggi bila responden tamat perguruan tinggi

D1/D2/D3, S1/S2/S3. (Depdiknas, 2009)

Setelah diberikan kriteria, masing-masing item faktor resiko

tersebut kemudian dikumpulkan dan ditabulasi.Untuk mengetahui

faktor – faktor penyebab stroke berulang dengan menjumlahkan

masing-masing variabel pengamatan dan membaginya dengan

seluruh jumlah sampel, hasilnya kemudian dikalikan dengan 100%

yang asli akhirnya berupa presentase. Adapun rumus yang digunakan

yaitu:

∑f
P= ×100 %
N
Keterangan :
P : presentase per item faktor
∑ f : frekuensi responden dengan ada faktor atau tidak ada faktor.
N : total responden
(Riwidikdo, 2010)
52

H. Definisi Operasional
Definisi operasional mendefinisikan variable secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan
menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2012).
No Variable Definisi Cara Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur Data
1 2 3 4 5 6
Variable Independen
1 Umur Usia responden yang Kuesioner Umur Interval
dihitung dari ulang tahun responde
terakhir n dalam
tahun
2 Jenis Jenis kelamin responden Kuesioner 1= laki – Nominal
kelamin yang terdiri dari laki – laki
laki dan perempuan 2=
Perempu
an
3 Riwayat Riwayat anggota Kuesioner 1 = tidak Nominal
Keluarga keluarga yang pernah ada
mengalami anggota
Stroke,Hipertensi, dan keluarga
atau DM yang
mengala
mi salah
satu,
kedua
atau
ketiga
penyakit
tersebut
2 = ada
anggota
keluarga
yang
mengala
mi salah
satu,
kedua
atau
ketiga
53

penyakit
tersebut.
4 Hipertensi Keadaan dimana Kuesioner 1 = tidak Nominal
tekanan darah ada
seseorang mengalami riwayat
peningkatan hipertensi
2 = ada
riwayat
hipertensi
5 Diabetes Keadaan dimana gula Kuesioner 1 = tidak Nominal
Militus dalam darah seseorang ada
mengalami peningkatan riwayat
mengala
mi DM
2 = ada
riwayat
mengala
mi DM
6 Obesitas Keadaan dimana berat Kuesioner 1 = tidak Nominal
badan lebih dari normal adanya
kelebihan
berat
badan
2 =
Adanya
kelebihan
berat
badan
7 Merokok Kebiasaan responden Kuesioner 1 = tidak Nominal
dalam ada
konsumsi/menghisap riwayat
rokok sebelum sakit dan kebiasaa
atau saat sakit n
merokok
2 = ada
riwayat
kebiasaa
n
merokok
8 Aktifitas Kebiasaan responden Kuesioner 1 = tidak Nominal
fisik untuk olahraga melakuka
n
olahraga
2 =
melakuka
n
54

olahraga
9 Kepatuha Kebiasaan responden Kuesioner 1 = tidak Nominal
n kontrol untuk melakukan kontrol patuh
2 = patuh
10 Kebiasaan Kebiasaan responden Kuesioner 1 = tidak Nominal
meminum Dalam ada
alkohol Konsumsi kebiasaa
Alkohol n minum
Sebelum sakit alkohol
2 = ada
kebiasaa
n
meminum
alkohol
55

DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association (AHA).2015. Heart Disease And Stroke
Statistics. Diakses Tanggal 14 november 2020
A,Haris, Martiningsih. 2015. Identifikasi Faktor Resiko Terjadinya Stroke
Tersedia dalam Https://scholar.google.co.id/scholar?
start=o&q=jurnal+stroke&as_sdt=0,5&Vis=l. Diakses Tanggal 15 november
2020.Jurnal
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajara Keperawatan Medikal bedah
Vo.II.EGC:Jakarta
Corwin, E, J. (2009). Buku Saku Patofisologi. Jakarta: EGC
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Tersedia Dalam
Https://Www.Depkes.Go.Id/Resources/Download/Infoterkini/Materi Rakorpop
2018/Hasil %20risekesdas%2018.Pdf [Diaskes] 20 november 2020
Junaidi. 2011.Stroke Waspadai Ancamannya. Jakarta : Penerbit Andi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.Laporan Riset Kesehatan
Dasar 2016. Tersedia Dalam
Https://Www.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-profil-
kesehatan.html. [diaskes 24 november 2020]
Notoatmodjo.2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo.2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Rekam Medik Rumah Sakit Kota Umum Daerah Kota Mataram Tahun 2020
56

Susanto,T. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Penerbit Tim. Jakarta


Siswanto Y. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stroke Berulang
(Studi Kasus RS.DR.Kariadi Semarang). Semarang Universitas
Diponegoro;2010
Setiadi. 2007.Konsep Dan Penelitian Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Sugiyono.2015. Metode Penelitian (Pendekatan) Kuantitatif. Kualitatif Dan
R&D).
57

Lampiran 1

KUISIONER PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB STROKE BERULANG

DI RUMAH SAKIT DAERAH KOTA MATARAM

A. Lembar observasi faktor penyebab stroke berulang

Nama (inisial) :

Umur : tahun

Berat badan : kg

Jenis kelamin : laki-laki perempuan

Pekerjaan : pedagang buruh /tani

Tni/polri pensiunan

Pns wiraswasta irt

Pendidikan : Tidak Sekolah Tamat Sd/ Smp

Tamat Smk /Sma/Ma

Tamat Perguruan Tinggi

Tekanan darah : Mmhg


58

B. Lembar Kuisioner faktor penyebab yang mempengaruhi stroke berulang

Beri tanda centang pada kolom yang tersedia sesuai dengan yang andai alami

1. Apakah bapak/ ibu pernah mengalami penyakit stroke sebelumnya ?

Ya Tidak

a. Sudah berapa kali ibu/ bapak mengalami stroke ?

2 kali

Lebih dari 2 kali

2. Apakah ibu / bapak memiliki riwayat hipertensi ?

Ya Tidak

a. Apakah ada dari keluarga ibu / bapak yang memiliki riwayat penyakit

hipertensi ?

Ya Tidak

3. Apakah ibu / bapak pernah mengalami penyakit diabetes melitus (DM) ?

a. Apakah ada dari keluarga ibu / bapak yang memiliki riwayat penyakit

Diabete melitus (DM) ?

4. Apakah sebelum stroke ibu / bapak memiliki kebiasaan merokok ?

Ya Tidak

a. Apakah ibu / bapak saat ini memiliki kebiasaan merokok?

Ya Tidak

b. Berapa banyak ibu / bapak menghisap rokok dalam sehari ?

Kurang dari 10 batang

10 batang
59

Lebih dari 10 batang

5. Apakah ibu / bapak sering melakukan olahraga ?

Ya Tidak

a. Berapa lama ibu / bapak melakukan olahraga ?

<3 kali perminggu / kurang dari 30 menit perminggu

>3 kali perminggu / lebih 30 menit perminggu

6. Apakah ibu / bapak tetap melakukan kontrol ke rumah sakit ?

Ya Tidak

7. Apakah ibu / bapak sering mengkonsumsi alkohol sebelum mengalami

stroke ?

Ya Tidak

a. Apakah saat ini ibu / bapak masih mengkonsumsi alkohol ?

Ya Tidak
60

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah menbaca penjelasan tentang penelitian dan setelah mendapat

jawaban terhadap pertanyaan yang saya ajukan mengenai penelitian ini,

saya mengerti penelitian dapat menghargai dan menunjung tinggi hak-hak

saya sebagai responden dan saya memahami bahwa penelitian ini akan

sangat berguna bagi saya dan untuk pembaca.

Saya menyadari bahwa keikut sertaan dan kejujuran saya dalam

penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi saya dan masyarakat umum.

Dengan ditanda tanganinya surat persetujuan ini, maka saya

menyatakan bersedia untuk berperan serta menjadi responden dalam

penelitian ini.

Mataram, ……………………2021

Penelitian Responden

(Ni Made Wiwik Aryanti) ( )


61

Lampiran 3

Penjelasan tentang penelitian

Judul Penelitian : Analisis Faktor Penyebab Stroke Berulang Di Poli

Saraf RSUD Kota Mataram

Saya mahasiswa akademi DIV politeknik kesehatan kemenkes

mataram jurusan keperawatan bermaksud mengadakan peelitian untuk

mengetahui apa saja faktor penyebab terjdainya stroke berulang di poli saraf

rsud kota mataram.

Penelitian sangat menghargai dan menjunjung tinggi hak responden

dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diberikan baik

dalam pengumpulan, pengelolaan maupun pengkajian data. Penelitian

sangat mengharapkan responden untuk mengisi angket yang diberikan

dengan sejujur-jujurnya.

Melalui penjelasan singkat ini peneliti sangat mengharapkan

partisipasi anda berperan serta dalam penelitian ini. Atas kesedian dan

partisipasinya penelitiann mengucapkan terimakasih.

Mataram,……………………………..2021

Peneliti,

Ni made wiwik aryanti

Nim. P07120317060

Anda mungkin juga menyukai