Anda di halaman 1dari 35

HIV/AIDS

(REVIEW JURNAL:
PENYAKIT MENULAR
DARI SUDUT
PANDANG
EPIDEMIOLOGI)
KELOMPOK 10 SEMSTER IV B
ANGGOTA KELOMPOK 10
NI MADE EVITA MAHARANI
01 P07134019080
I GUSTI AYU MIRDA
04 PRAMIANDARI
PUTRI NABILLAH JAKARIA P07134019085
02 P07134019083

05 NI WAYAN MELANI
NI WAYAN MEGI RONCI A. P07134019100
03 P07134019084
06
JURNAL

01
WASPADA EPIDEMI
HIV-AIDS DI
INDONESIA
Oleh: Handayani
Medical and Health Science Journal, Vol.
1, No. 1
February 2017
HIV/ADIS
Acuquired Immune Deficiency Sidrome (AIDS) merupakan
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus Human
Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus HIV mengakibatkan
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia, mengakibatkan
penderita kehilangan daya tahan tubuh, sehingga mudah
terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi, kanker
dan lain-lain. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin
pencegahan ataupun obat yang dapat menyembuhkan penyakit
ini secara tuntas. Jangka waktu antara terkena infeksi dan
munculnya gejala penyakit pada orang dewasa memakan waktu
rata-rata 5-7 tahun. Selama kurun waktu tersebut walaupun
masih tampak sehat, secara sadar maupun tidak pengidap HIV
dapat menularkan virusnya pada orang lain.
TRIAD EPIDEMIOLOGI

AGENT HOST ENVIRONMENT

Virus Human Immuno Lingkungan biologis, sosial,


Manusia
Deficiency Virus (HIV) ekonomi, budaya, dan agama
EPIDEMIOLOGI
• Kasus HIV-AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1981
• Saat ini kasusnya sudah menyebar di berbagai negara di dunia dengan jumlah yang terus
meningkat, menyerang pria, wanita serta anak anak.
• World Health Organisation (WHO) memperkirakan sekitar 10-12 juta orang dewasa dan anak-
anak didunia telah terinfeksi dan setiap hari sebanyak 5.000 orang tertular virus HIV.
• Menurut laporan dari WHO pada akhir tahun 2009, terdapat 33,3 juta orang hidup dengan HIV
dan 1,8 juta orang meninggal karenanya.
• Laju penularan infeksi pada wanita jauh lebih cepat dari pada pria. Dari seluruh infeksi HIV 90%
terjadi di negara berkembang terutama di Asia.
• Sementara itu negara-negara maju telah berhasil menekan laju infeksi HIV di negaranya. Tahun
2020 penanganan AIDS diseluruh dunia akan menghabiskan dana 514 milliar dollar AS.
• Setiap hari 7.500 penduduk dunia terinfeksi HIV, lebih dari separuh yang terinfeksi rata-rata
berusia dibawah 25 tahun.
PERJALANAN PENYAKIT
Masa inkubasi HIV berlangsung antara 5-7 tahun setelah
infeksi.
Diikuti dengan:
jumlah HIV dalam darah +,
jumlah sel T -,
sehingga kekebalan .
PERJALANAN PENYAKIT
Tahap masa inkubasi
Antara 5-10 tahun,
Tahap Jendela tidak ada gejala Tahap Pembesaran
(Window Period) spesifik, tetapi bisa Kelenjar Limfe
menularkan HIV pada
orang lain.

Terjadi setelah infeksi HIV, Terjadi penurunan sel T– 4


tenggang waktu 1-6 bulan, dibawah 200/microliter
tes HIV negativ karena sehingga muncul berbagai
Tahap macam penyakit,
belum ada anti body HIV,
tetapi penderita dapat Asimptomatik terutama penyakit-
menularkan HIV kepada penyakit yang disebabkan
orang lain. infeksi oportunistik.
PERJALANAN PENYAKIT
Kriteria Gejala Sebagai Pegangan dalam
Mendiagnosis AIDS Oleh WHO
● Gejala minor atau ringan yaitu batuk kronis lebih dari satu bulan, bercakbercak
merah dan gatal dipermukaan kulit pada beberapa bagian tubuh, Herpes Zorter
yang muncul berulang-ulang, sariawan pada mulut dan tenggorokan yang
disebabkan oleh jamur Candida albicans, dan pembengkakan kelenjar getah
bening yang menetap di sekujur tubuh.

● Gejala-gejala mayor yaitu demam yang berkepanjangan lebih dari tiga bulan,
diare kronis lebih dari satu bulan berulangulang maupun terus-menerus dan
penurunan berat badan lebih 10 persen dalam kurun waktu tiga bulan.
PENYEBAB DARI TERTULARNYA
SESEORANG OLEH HIV-AIDS

● Mereka yang mempunyai banyak


● Pasangan dari pengidap AIDS atau yang
pasangan seksual, baik homo maupun
positif HIV.
hetero.
● Prilaku seks beresiko tinggi dan makin
● Penerima transfuse darah.
maraknya industry seks.
● Bayi yang dilahirkan dari ibu yang
● Kurangnya informasi tentang penularan
positif HIV.
HIV/AIDS dan masalah budaya
● Pecandu narkotika secara suntikan.
DAMPAK

DAMPAK DAMPAK TERHADAP DAMPAK TERHADAP DAMPAK TERHADAP


DEMOGRAFI SISTEM PELAYANAN EKONOMI NASIONAL TATANAN SOSIAL
Karena tingginya proporsi kelompok KESEHATAN
Dampak pada dunia bisnis Adanya stigma dan diskriminasi akan
umur yang lebih muda terkena , dapat
Tingginya tingkat penyebaran hilangnya keuntungan dan berdampak pada tatanan sosial
diperkirakan nantinya akan
HIV-AIDS berarti bahwa semakin produktivitas yang masyarakat. Penderita HIV-AIDS
menurunkan angka harapan hidup.
banyak orang sakit, dan diakibatkan oleh dapat kehilangan kasih sayang dan
Berpengaruh pada meningkatnya
membutuhkan jasa pelayanan berkurangnya semangat kehangatan pergaulan sosial.
pekerja yang tidak hadir,
kesehatan. Biaya langsung dari kerja, meningkatnya Sebagian akan kehilangan pekerjaan
meningkatnya biaya pelatihan,
perawatan kesehatan tersebut ketidakhadiran karena izin dan sumber penghasilan yang pada
pendapatan yang berkurang, dan
semakin lama akan menjadi sakit atau merawat anggota akhirnya menimbulkan kerawanan
sumber daya yang seharusnya dipakai
semakin besar. Banyak waktu keluarga, percepatan masa sosial. Sebagaian mengalami
untuk aktivitas produktif terpaksa
yang dihabiskan oleh anggota penggantian pekerja karena keretakan rumah tangga sampai
dialihkan pada perawatan kesehatan,
keluarga untuk merawat pasien, kehilangan pekerja. perceraian. Jumlah anak yatim dan
waktu yang terbuang untuk merawat
dan tidak dapat melakukan piatu akan bertambah yang akan
anggota keluarga yang sakit, dan
aktivitas yang produktif. menimbulkan masalah tersendiri.
lainnya,juga akan meningkat.
KEBIJAKAN STRATEGIS NASIONAL DALAM
PENANGGULANGAN HIV-AIDS DI INDONESIA
(Ditjen PP & PL, 2014; Abdul, 2014)

a. Pemerintah pusat bertugas melakukan regulasi dan standarisasi secara nasional kegiatan program AIDS dan
pelayanan bagi orang dengan HIV-AIDS (ODHA).
b. Penyelenggaraan dan pelaksanaan program dilakukan sesuai azas desentralisasi dengan Kabupaten/kota
sebagai titik berat manajemen program;
c. berkewajiban menjamin tersedianya obat antiretrovirus (ARV) maupun reagen pemeriksaan secara
berkesinambungan;
d. Pengembangan layanan bagi ODHA dilakukan melalui pengkajian menyeluruh dari berbagai aspek yang
meliputi: situasi epidemi daerah, beban masalah dan kemampuan, komitmen, strategi dan perencanaan, kesinambungan,
fasilitas, petugas kesehatan dan pembiayaan. Sesuai dengan kewenangannya pengembangan layanan ditentukan oleh Dinas
Kesehatan.
e. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIVAIDS harus didahului dengan penjelasan yang benar dan
mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent). Konseling yang memadai harus diberikan sebelum dan
sesudah pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan diberitahukan kepada yang bersangkutan tetapi wajib dirahasiakan kepada
pihak lain;
KEBIJAKAN STRATEGIS NASIONAL DALAM
PENANGGULANGAN HIV-AIDS DI INDONESIA
(Ditjen PP & PL, 2014; Abdul, 2014)

f. Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan tanpa diskriminasi kepada ODHA. Layanan bagi
ODHA dilakukan secara holistik, komprehensif dan integratif sesuai dengan konsep layanan perawatan yang
berkesinambungan.
g. Keberpihakan kepada ODHA dan masyarakat (patient and community centered); Upaya mengurangi infeksi
HIV pada pengguna napza suntik melalui kegiatan pengurangan dampak buruk (harm reduction) dilaksanakan secara
komprehensif dengan juga mengupayakan penyembuhan dari ketergantungan napza;
h. Penguatan dan pengembangan program diprioritaskan bagi peningkatan mutu pelayanan, dan kemudahan
akses terhadap pencegahan, pelayanan dan pengobatan bagi ODHA.
i. Pengembangan layanan dilakukan secara bertahap pada seluruh pelayanan yang ada sesuai dengan fungsi
dan strata pelayanan dengan mempertimbangkan kemampuan dan kesiapan sarana, tenaga dan dana.
j. Pencapaian target program nasional juga memperhatikan komitmen dan target internasional.
KESIMPULAN
● Penyakit HIV-AIDS merupakan penyakit menular, berbahaya, dan belum
ada obatnya,dengan angka kematian tinggi.
● Indonesia termasuk negara dengan penularan HIV-AIDS yang tinggi.
● Tingginya jumlah penderita HIV-AIDS berdampak terhadap demografi,
sistem pelayanan kesehatan, ekonomi nasional dan tatanan sosial di
Indonesia.
● Pemerintah telah menyusun strategi dan program penanggulangan
penyebaran HIVAIDS.
● Penaggulangan HIV-AIDS di Indonesia memerlukan kerjasama berbagai
pihak, program yang terarah, terpadu dan menyeluruh, baik dari
pemerintah, swasta, politikus, tokohtokoh masyarakat, LSM bidang
sosial budaya dan agama untuk merubah perilaku masyarakat
Indonesia dalam penanggulangan HIV-AIDS.
JURNAL

02
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI DAN
PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA
WARIA DI KOTA
MANADO TAHUN 2018
Oleh: Ferry Firmansyah, Afnal Asrifuddin,
Angela F.C. Kalesaran
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4
EPIDEMIOLOGI HIV AIDS

Perkembangan kasus HIV di Indonesia yang berhasil dilaporkan pada triwulan


1 (JanuariMaret) tahun 2017 menunjukan bahwa jumlah kasus terinfeksi HIV
yang dilaporkan sebanyak 10.376 orang dan 673 orang yang terinfeksi AIDS.
Infeksi HIV yang dilaporkan berdasarkan kelompok umur yaitu paling tinggi
pada umur 25-49 tahun (69,6%) (Ditjen P2P Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia jumlah


orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia menurut populasi kunci waria
pada tahun 2012 berjumlah 9.154 kasus.
Kasus Epidemi HIV AIDS di Sulawesi Utara
Untuk Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2012 jumlah waria dengan
HIV/AIDS berjumlah 981 kasus dan kasus HIV/AIDS berdasarkan faktor
resiko homoseksual (waria) di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan
kabupaten/kota tertinggi terdapat pada Kota Manado dengan jumlah 390
kasus (Kemenkes RI, 2014).

KASUS PERTAMA KASUS TERBANYAK


Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Berdasarkan distribusi penderita
Sulawesi Utara pertama kali ditemukan HIV/AIDS menurut kabupaten/kota
tahun 1997 di RS. Bethesda Tomohon.
Penderita HIV/AIDS di Sulawesi Utara sejak
yang paling banyak adalah Manado
tahun 1997 sampai Juni 2017 berjumlah dengan HIV sebanyak 275 jiwa dan
2444 kasus, yang diantaranya 766 penderita AIDS sebanyak 610 jiwa, dengan total
HIV dan 1678 penderita AIDS. sebanyak 885 jiwa.
Jumlah kasus HIV/AIDS di Sulawesi Utara
Faktor Resiko Rasio Jumlah Jumlah Total Kasus
Penderita HIV Pnderita AIDS

Heteroseksual Tinggi 571 1340 1911

Homoseksual Tinggi Kedua 113 172 285

Pengguna Tinggi Ketiga 43 77 120


jarum suntik
Perinatal Tinggi 30 67 97
Keempat

Data berdasarkan Dinkes Prov. Sulut, 2017


Data populasi kunci wanita pekerja seks
Tahun 2016 di Kota Manado

Wanita pekerja seks (WPS) 202 orang


langsung Despite being red, is a cold
Wanita pekerja seks (WPS) tidakplace 1.703 orang
langsung
Waria 249 orang

LSL (lelaki seks dengan lelaki) 1360 orang


Pengguna Narkoba Suntik 172 orang
(penasun)
Faktor Penyebab
Rendahnya pengetahuan tentang penularan dan
pencegahan, serta rentannya gaya hidup seksual waria
terhadap HIV/AIDS mengakibatkan prevalensi IMS dan
HIV/AIDS masih cukup tinggi dikalangan waria.

Transmisi infeksi HIV melalui hubungan seksual lewat anus


lebih mudah karena hanya terdapat membran mukosa
rektum yang tipis dan mudah robek
Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini


adalah Untuk mengetahui
gambaran epidemiologi dan
pengetahuan HIV/AIDS pada
waria di Kota Manado pada
tahun 2018.
Metode Penelitian
Metode Sampel

Jenis penelitian yang digunakan Sampel yang terpilih sebanyak 40 responden waria,
adalah survei epidemiologi dengan hasil yang dikumpulkan dari hasil teknik
pendekatan deskriptif dengan pengambilan sampel Snowball. Variabel yang
metode penelitian Mixed Methods diteliti yaitu pengetahuan tentang HIV/AIDS,
yakni kombinasi metode kualitatif tindakan berisiko HIV/AIDS, Frekuensi melakukan
dan kuantitatif. hubungan seksual, dan tempat melakukan hubungan
seksual. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner,
pedoman wawancara dan alat perekam suara.
Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel Epidemiologi

1
Gambaran Epidemiologi
Waria
Menurut Orang
Hasil Penelitian
Gambaran Waktu
2 Hubungan Seksual Waria
Hasil Penelitian
Gambaran Epidemiologi
3 Hubungan Seksual Waria
Menurut Tempat
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa responden mempunyai
pengetahuan tentang HIV/AIDS baik yaitu 28 orang (70%),
responden mempunyai tindakan berisiko tertular HIV/AIDS
yaitu 24 orang (60%), responden melakukan anal seksual
sebanyak 35 orang (87,5%), responden melakukan oral seksual
sebanyak 34 orang (85%), responden melakukan hubungan
seksual lebih dari 3 kali dalam seminggu sebanyak 24 orang
(60%), responden melakukan hubungan seksual di kost yaitu 19
orang (47.5%).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran epidemiologi waria di Kota Manado
2018, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Gambaran Epidemiologi waria menurut orang
• Responden mempunyai umur 16-25 tahun yaitu 22 orang (55%)
• Responden mempunyai tingkat pendidikan SMU yaitu 23 orang (57.5%)
• Responden mempunyai pekerjaan wiraswasta 17 orang (42,5%
• Responden mempunyai tindakan berisiko tertular HIV/AIDS yaitu 24 orang (60%)
• Responden mempunyai pasangan seksual dari kalangan orang yang sudah bekerja yaitu
29 orang (72,5%).
Gambaran Epidemiologi Waria Menurut Waktu
• Responden melakukan hubungaGambaran Epidemiologi Waria Menurut Waktu a.
Responden melakukan hubungan seksual lebih dari 3 kali dalam seminggu seksual lebih
dari 3 kali dalam seminggu sebanyak 24 orang (60%).
• Responden melakukan hubungan seksual pada waktu malam/subuh hari sebanyak 33
orang ( 82,5%).
Gambaran Epidemiologi Waria Menurut Tempat
• Responden melakukan hubungan seksual di kost yaitu
19 orang (47,5%).
• Responden sering bertemu pasangan Pasangan
Seksual di lokalisasi yaitu 22 orang (55%).
Gambaran Pengetahuan Waria Tentang HIV/AIDS
Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan
tentang HIV/AIDS baik yaitu 24 (60%).
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, Ferry., Asrifuddin, Afnal., & Kalesaran, Angela F.C.


2018. Gambaran Epidemiologi dan Pengetahuan HIV/AIDS pada
Waria di Kota Manado Tahun 2018. Jurnal KESMAS: 7(4).
Handayani. 2017. Waspada Epidemi HIV-AIDS di Indonesia.
Medical and Health Science Journal, 1(1).
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai