Anda di halaman 1dari 5

Identitas Pasien

Nama: Tn. D

Umur: 77 tahun

Diagnosis: SDH Kronis

Tindakan: Burr Hole

BB: 50 kg

TB: 155 cm

Kesadaran apatis

Hasil Lab:

Hb 11.4

Hct 34

Tr 180

Leu 8.4

OT 31

PT 13

Cr. Serum 1.1

TTV:

TD 207/109

MAP 154

Status Anastesi:

ASA 3

Pre-medikasi

Pethidin

Pethidine atau meperidin hidroklorida adalah anti nyeri yang termasuk dalam
golongan narkotika. Obat ini biasanya diaplikasikan untuk menghilangkan nyeri yang
bersifat sedang sampai berat terutama pada sebelum, saat dan sesudah operasi (1).
Indikasi manajemen nyeri sedang hingga berat; tambahan untuk anestesi dan sedasi
pra-operasi.

Mekanisme kerja

Farmakodinamik

Pethidin adalah analgesik sintesis yang memiliki efek sama dengan morfin dan
termasuk dalam kelas fenilpiperidin. Petidin akan mengaktifkan reseptor opioid di
susunan saraf pusat dan tepi, menahan keluarnya neurotransmitter, serta
mengurangi aktivitas neuron pasca sinaps sehingga menghambat impuls nyeri.
Selain efek analgesik, petidin juga menimbulkan efek pada susunan saraf pusat
berupa depresi napas, mengantuk, sedasi, perubahan mood, euforia, disforia, mual
muntah dan menimbulkan perubahan pada elektroensefalografi (2).

Farmakokinetik
Farmakokinetik petidin terdiri dari absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya.
Absorbsi
Penggunaan petidin dapat melalui intramuskular, intravena dan injeksi
subkutan. Pada penggunaan intramuskular dengan dosis 100mg, sekitar 80%
diabsorbsi dalam enam jam dengan konsentrasi maksimal pada plasma tercapai
setelah 24 menit. Efek analgesik akan bertahan setelah 2-4 jam pada penggunaan
melalui intramuskular, intravena dan subkutan. Petidin mengalami first pass
metabolisme yang besar di hepar dengan nilai rata-rata 50-60%. Nilai ini akan
meningkat sampai 80-90% pada pasien dengan gangguan hepar. Tingkat efektifitas
petidin pada penggunaan oral setara dengan setengah dari efektifitas pada
penggunaan parenteral (1).
Distribusi
Belum ada informasi spesifik yang menjelaskan mengenai distribusi petidin
dalam tubuh, namun beberapa data menunjukkan petidin didistribusikan dengan
cepat pada jaringan dan sisanya didistribusikan secara luas pada ekstravaskuler.
Volum distribusi adalah 4.17L/kg dengan kadar ikatan plasma sekitar 64.3% terutama
pada albumin dan asam glikoprotein alpha-1. Nilai distribusi yang luas ini akan
mengakibatkan kadar petidin bebas tidak akan meningkat jika terjadi perpindahan
petidin dari ikatan protein plasma. (1,3)
Metabolisme
Sebagian besar petidin dimetabolime di hepar. Proses metabolime ini diawali
dengan proses hidrolisis menjadi asam petidin, selanjutnya diikuti dengan proses
koagulasi parsial dengan asam glukoronik. Petidin juga melalui proses N-demetilasi
menjadi norpetidin dan mengalami hidrolisis dan konjugasi yang terakhir. Norpetidin
adalah bahan metabolit aktif dan memiliki aktivitas sebagai antinyeri setara dengan
setengah kadar petidin dan memiliki aktivitas anti kejang setara dengaan dua kali
petidin. Pada pasien dengan gangguan hepar dapat terjadi akumulasi dari kadar
petidin, oleh karena itu dianjurkan untuk dilakukan penyetaraan dosis pada
golongan pasien ini (3).
Ekskresi
Kadar nilai bersihan plasma pada penggunaan petidin intravena adalah
1.06L/menit (0.71-1.32l/menit), sekitar 3.8% (2.2-6.9%) dari dosis petidin akan
diekskresikan dalam bentuk yang sama. Nilai bersihan plasma ini akan berkurang
pada disfungsi hepar. Nilai half lifepetidin diperkirakan sekitar 3.5 jam. Pada pasien
sirosis dan pada pasien dengan hepatitis akut, nilai ini dapat memanjang sampai 7-
11 jam sehingga sebaiknya dilakukan penyesuaian dosis. Pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal atau pada usia lebih dari 60 tahun dan neonatus, nilai half
life  dari norpetidin akan memanjang sampai lebih dari 30 jam, sehingga
menimbulkan akumulasi dan efek toksik seperti kejang, agitasi, iritabel,
tremor, twitching  dan kejang mioklonus. Dalam keadaan normal, nilai half life  adalah
8-21 jam. Pada wanita hamil, nilai half life adalah 20.6 jam (3). Kadar obat yang
diekskresikan tidak berubah atau tetap dalam keadaan metabolisme aktifnya
disesuaikan dengan tingkat keasaman dimana petidin dan norpetidin terdapat pada
urin yang asam sedangkan bentuk konjugasinya terdapat pada urin yang basa (1).

Dosis premedikasi 0.5 – 1 mg/kgBB IM, 1 – 1.5 mg/kgBB IV

Catatan American Pain Society (2008) dan ISMP (2007) tidak


merekomendasikan penggunaan meperidine sebagai analgesik. Jika digunakan pada
nyeri akut (pada pasien tanpa penyakit ginjal atau CNS) tidak dapat dihindari,
pengobatan harus dibatasi hingga ≤48 jam dan dosis tidak boleh melebihi 600 mg /
24 jam. Rute oral tidak dianjurkan untuk perawatan nyeri akut atau kronis. Jika I.V.
rute diperlukan, pertimbangkan dosis yang dikurangi. Pasien dengan paparan opioid
sebelumnya mungkin memerlukan dosis awal yang lebih tinggi.

Onset 10 – 15 menit

Durasi 90 – 120 menit

Dosis tersedia di rumah sakit solusio, injeksi, sebagai hidroklorida: 50 mg/mL (1


mL); 100 mg/2 mL.

Kontraindikasi

Geriatrik Hindari penggunaan (American Pain Society, 2008; ISMP, 2007).

Gangguan ginjal: Hindari penggunaan dalam gangguan ginjal (American Pain


Society, 2008; ISMP, 2007).
Gangguan hati: Gunakan dengan hati-hati pada gangguan hati berat;
pertimbangkan dosis awal yang lebih rendah saat memulai terapi. Efek opioid yang
meningkat dapat terlihat pada pasien dengan sirosis; pengurangan dosis lebih
penting untuk oral daripada rute intravena.

Efek samping yang umum

Kardiovaskular: Bradikardia, henti jantung, depresi sirkulasi, hipotensi, palpitasi, syok,


sinkop, takikardia.

Sistem saraf pusat: Agitasi, kebingungan, delirium, disorientasi, pusing, mengantuk,


dysphoria, euforia, kelelahan, kemerahan, halusinasi, sakit kepala, tekanan intracranial
meningkat, pusing, malaise, depresi mental, kegugupan, gelisah, sedasi, kejang
(terkait dengan akumulasi metabolit), sindrom serotonin.

Dermatologi: Pruritus, ruam, urtikaria.

Gastrointestinal: Kram perut, anoreksia, spasme bilier, konstipasi, mual, lumpuh


ileus, sfingter kejang Oddi, muntah, xerostomia.

Genitourinari: Ureteral spasme, retensi urin.

Lokal: Reaksi di tempat suntikan (termasuk rasa sakit, wheal, dan flare).

Neuromuskular & skeletal: Otot berkedut, mioklonus, tremor, lemah.

Okular: Gangguan visual.

Pernapasan: Dyspnea, pernapasan, depresi pernafasan.

Lain-lain: Anafilaksis, diaforesis, pelepasan histamin, reaksi hipersensitivitas,


ketergantungan fisik dan psikologis.

Faktor Risiko Kehamilan: C

Pada Tn. D, Pethidin HCL menjadi pilihan premedikasi karena mempunyai batas
keamanan yang lebih lebar sebab dapat mencapai efek opioid yang diinginkan SSP
dibanding morfin. Selain itu, tindakan pembedahan yang dilakukan tidak lama
sehingga Pethidin, yang duration of actionnya lebih singkat dibanding morfin, lebih
dipilih. Efek samping Pethidin yang kemungkinan terjadi pada pasien adalah
hipotensi dan kebingungan.

Infus Ringerfundin
Adalah cairan isotonis full balance adapted menyerupai human plasma. Cairan ini
menetap dalam cairan ekstraseluler.

Komposisi (mEq/L)

Na+ =145

K+= 4

Ca++=5

Mg++ =2

Cl- =109

Acetat = 24

Maleat= 5

Acetat dan Maleat diabsorbsi di seluruh organ dan otot dengan minimun pemakaian
oksigen sehingga aman digunakan untuk penderita gangguan hati.

OSM 309

Indikasi Dehidrasi isotonis, DHF, kasus braintrauma, syok hemoragik.

Indikasi Penggunaan

1. Menggantikan kehilangan cairan di ekstraseluler pada kasus dehidrasi isotonis


dimana Asidosis terjadi mendekati hampir Asidosis.

2. Dapat digunakan kepada pasien neurotrauma ≠ edema brain (Laktat).

3. Tidak berbahaya terhadap neonatus.

 Nama Cairan : Ringerfundin®/ Sterofundin

Daftar Pustaka

(1) Drugbank. Pethidine. In: drugbank.html; 2017.


(2) MIMS. Pethidine_ Indication, Dosage, Side Effect, Precaution.
(3) Therapeutic good administration A. DBL tm Pethidine Hyrdochloride injection
BP. In: 7th ed. ; 2012:1-11.

Anda mungkin juga menyukai