Anda di halaman 1dari 17

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Assoc. Prof. Dr. Hidayet Tok


Zirve University, Faculty of Education
See discussions, stats, and author profiles for this publication at:
https://www.researchgate.net/publication/304119354
Learning and Teaching: Theories, Approaches and Models

PENDAHULUAN
Di zaman pengetahuan cepat berkebang dan menyebar terlalu cepat, megakibatkan
mustahil untuk informasi yang akan dihafal. Untuk itu dalam pembelajaan perlu
menggunakan pendekatan model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis
masalah mengambil dasar dari pandangan John Dewey tentang “belajar
dari pengalaman ". Pembelajaran berbasis masalah (PBL), yang merupakan metode
pengajaran yang mencoba untuk memastikan bahwa siswa belajar dengan bekerja dalam
kelompok dan bekerja sama untuk meneliti masalah yang nyata. Sejak itu, telah menjadi
pendekatan pengajaran yang digunakan dalam banyak disiplin ilmu seperti teknik, hukum dan
arsitektur. Penggunaan pembelajaran berbasis masalah dalam pendidikan dimulai pada 1980-
an. Mengapa pembelajaran berbasis masalah mulai digunakan dalam pendidikan adalah
karena diketahui bahwa siswa hanya dapat menyimpan sedikit pengetahuan dalam ingatan
mereka dan tidak mampu menggunakan pengetahuan di bidang lain dengan
mentransformasikannya ketika metode tradisional digunakan.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu praktik terpenting dari konsep
pembelajaran konstruktivist. Pembelajaran berbasis masalah menghadapkan siswa pada
situasi atau kejadian yang komplek damn rumit, dan membebani siswa dengan peran
"memiliki" masalah atau "tanggung jawab untuk" memecahkannya. Untuk mampu
memecahkan masalah, siswa harus mam[u mendefinisikan masalah nyata dan belajar apa pun
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah secara valid melalui penelitian. Pembelajaran
berbasis masalah merupakan pembelajaran berdasarkan pengalaman, yang membutuhkan
penggunaan pikiran dan kerampilan secara aktif. Pembelajaran berbasis masalah adalah
sebuah pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
mempelajari cara belajar dan meningkatkan kemampuan mereka dalam belajar.

Pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan, yang berfokus pada masalah nyata.
Pembelajaran berbasis masalah telah berkembang luas yang mencari bagaimana orang akan

1
dapat memperoleh dan mentransfer pengetahuan. Secara umum pembelajaran berbasis
masalah memiliki tiga karakteristik utama
1. Pembejaran berbasis masalah, memiliki menekankan penimgkaan kognitif tngkat
tinggi.
2. Memiliki struktur yang memfasilitasi pengalaman dalam kelompok kecil, pendidikan
khusus dan aktif proses pembelajaran.
3. Mengembangkan keterampilan dan motivasi dan mempertahankan keterampilan untuk
belajar sepanjang hayat.

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


Pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan dalam pengajaran berbagai disiplin
ilmu. Namun, langkah-langkah dasar untuk semua implementasi pembelajaran berbasis
masalah dalam literatur adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat sebagai suatu masalah dan dapat didefinisikan
2. Menentukan apa yang orang tahu dan apa yang perlu dia ketahui dan mengatur pikirannya
3. Mengumpulkan dan berbagi informasi
4. Menghasilkan solusi dan hipotesis potensial
5. Menentukan masalah pembelajaran
6. Penerapan pengetahuan baru untuk masalah dan evaluasi ulang
7. Mengidentifikasi solusi terbaik
8. Menjelaskan masalah dan solusinya secara singkat
9. Evaluasi dan presentasi pembelajaran baru

Karakteristik Masalah Pembelajaran Berbasis Masalah


Karakteristik masalah PBL harus melibatkan dapat dicantumkan sebagai berikut:
1. Masalah harus dapat menarik dan merangsang perhatian siswa..
2. Masalah harus ada hubungan dengan dunia nyata yang sebanarnya.
3. Masalah harus bermakna dan sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa dan
harus memberikan kesempatan berinteraksi antara siswa.
4. Harus berdasarkan pada pengetahuan siswa saat ini.
5. Masalah seharusnya tidak terstruktur, artinya, harus memiliki lebih dari satu cara
untuk memecahlannya.

2
6. Masalah harus otentik. Dengan kata lain, masalah tidak dari luar kehidupan sehari-
hari siswa dan terlalu bersifat teoritis dan harus dipilih dari dunia nyata.
7. Harus didefinisikan dengan jelas.
8. Harus mendukung pembelajaran seumur hidup.
9. Masalah seharusnya dirasakan nyaman bagi siswa untuk menyatakan keputusan di
setiap tahap.
10. Karena beberapa masalah akan dipecahkan dalam kelompok, agar menjadi nyaman
dalam kerjasama, anggota grup dapat membagi menjadi sub-sub masalah.
11. Masalah harus bersifat terbuka dan bukan hanya ada jawaban tunggal.
12. Masalah harus dikaitkan dengan pengetahuan siswa sebelumnya dan bersifat
alami/nyata. Masalah harus menghasilkan sudut pandang yang berbeda, bagi masing-
masing kelompok.
13. Seharusnya bisa memotivasi siswa untuk melakukan penelitian lebih lanjut, sehingga
siswa bisa memiliki pemahaman konsep yang yang lebih mendalam..
14. Masalah harus mengharuskan membuat penilaian dan keputusan berdasarkan
pengetahuan dan argumen/alasan yang rasional.
15. Masalah harus cukup rumit, sehingga mengharuskan kerja sama semua anggota
kelompok untuk mencari sebuah pemecahan.
16. Pada aewalnya masalah seharusnya bisa diperdebatkan untuk menarik semua anggota
kelompok untuk berdebat.
17. Masalah harus mengacu dengan pengetahuan siswa sebelumnya dengan terkait
dengan konsep-konsep baru yang dipelajari.
18. Masalah harus mengasosiasikan pengetahuan baru siswa dengan konsep-konsep
dalam pelajaran lain atau disiplin ilmu.
19. Masalah harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa, dari tingkat kognitif
rendah (pengetahuan dan kognisi) ke kognitif tingkat yang lebih tinggi (analisis,
sintesis dan evaluasi).

Proses praktik pembelajaran berbasis masalah telah diberikan dalam enam langkah dalam
diagram di bawah ini.

3
Meeting Problem/Memenuhi masalah: pengajar menyajikan masalah yang tidak
terstruktur terkait dengan kehidupan nyata pada siswa dalam kelompok kecil. Siswa mencoba
mendefinisikan masalah yang diajukan mendasarkan pada pengetahuan siswa sebelumnya.

Perencanaan pembelajaran: Dengan berduskusi/bertukar pendapat dalam kelompok, apa


yang diketahui tentang masalah dimasukkan ke dalam poin-poin yang perlu diketahui.
Setelah dilakukan diskusi tentang solusi yang mungkin terbaik, lalu diajukan hipotesis.
Kegiatan ini mendapat bimbingan guru, khususnya terkait pengumpulan informasi metode
dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.

Mengumpulkan informasi: Informasi dikumpulkan dari berbagai sumber informasi baik


dari perpustakaan, internet, sumber daya pribadi, dll.

Solusi: Data yang diperoleh dibagikan, disikusikan dan ditafsirkan. Berdasarkan data tersebut
dicoba dicari solusi terbaik sebagai jawaban terhadap masalah yang diajukan, dibahas dalam
kelompok, untuk menentukan mengambil keputusan solusi terbaik.

4
Presentasi: Solusi yang telah ditetapkan kemuduanb dipresentasikan dalam forum, untuk
dimingakan saran dan kritik dari kelompok lain secara singkat. Pandangan dan kritik tentang
saran tersebut dicatat.

Evaluasi: mengacu pada saran dan kritik yang ada, solusi yang telah ditetapkan mungkin
perrlu disempurnakan.na

Peran Pengajar
Peran pengajar dalam pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbeda dari peran
pengakar dalam pembelajaran tradisional. Dalam pembelajaran berbasis masalah, pengakar
memiliki peran sebagai pembimbimg dan fasilitator di dalam kelas. Pengajar membimbing
siswa tentang cara berpikir dan menyelesaikan masalah dan mengarahkan siswa dalam
penimgkagan kinerja.
Peran seorang tutor dalam pembelajaran berbasis masalah dapat didaftar seperti ini:
1. Pengajar haeus memiliki motivasi dan dapat meluangkan waktu untuk menerapkan
pembelajaran berbasis masalah. Pengajar harus mampu membuat siswa lebih mengerti
dan merasa senangan daalam kegiatan PBL.

2. Pengajar mempersiapkan dan merancang masalah yang berasal dari kehidupan nyata
dengan baik. Masa;ah dapat disajikan dalam bentuk skenario tertulis, gambar, animasi
komputer, video dan alat perekam dan sebagainya.

3. Pengajar memeriksa aksesibilitas/kemudahan untuk mendapat sumber daya seperti


buku, terbitan berkala, dan web, dan sebagainya yang diperlukan untuk memecehakan
masalah.

4. Pengajar menyiapkan instrumen yang jelas untuk mengidentifikasi tujuan, strategi dan
teknik untuk menilai pembelajaran.

5. Dalam sesi PBL, siswa yang tidak berpengalaman cenderung meneruskan pertanyaan
dan informasi mereka secara langsung ke pengajar. Dalam siatuasi yang demikian,
perlu mengarahkan sisa untuk befrtanaya dan berdiskusi pada kelompoknya.
5
6. Pengajar mengajukan pertanyaan-petanyaan pada siswa untuk meningkatkan
pemahaman siswa ke tingkat yang lebih tinggi dan memungkinkan siswa untuk
membuat analisis mendalam dari masalah yang disajikan.

7. Pengajar menciptakan suasana di mana siswa dapat merasa tidak takut diejek saat
diskuisi dan anggota kelompok didorong untuk bisa menghargai anggita lain.

8. Pengajar merangkum hasil pemecahan masalah (capaian) dari setiap kelompok- untuk
membantu kelompok untuk terus maju. Tidak memihak sejauh mungkin saat
membuat inti ringkasan.

9. Jika ada kelompok telah sampai pada titik di mana tidak dapat melangkah lebih jauh
atau dalam roses pengambilan keputusan, pengakar menyarankan beberapa alternatif.

10. Pengkaar memantau proses PBL setiap kelompok, ini penting untuk mengetahui
kemajuan yang dicapai tiap kelompok.

11. Pengakar mencatat pertanyaan-pertanyaan maupun kesan dari siswa tentang


memproses PBL baik secara individu maupun kelompok.

12. Pengakar secara bijak menjalankan peran sebagai pembimbing dan fasilitator.

Peran Siswa
Pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan yang berpusat pada siswa. Karena itu,
tugas yang paling penting ada pada siswa. Dalam pembelajaran berbasis masalah, guru dan
siswa bertukar peran mereka. Di dalam metode, tanggung jawab siswa dalam belajar
meningkat. Siswa berpindah dari posisi pasif ke posisi yang aktif. Siswa adalah orang yang
berpikir, mengetahui dan menyelesaikan masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah,
siswa diminta untuk belajar utuk mengarahkan diri sendiri agar mampu berhasil dalam
pembelajaran. Dalam pendekatan PBL peran, yang dilakukan siswa dalam pembelajaran,
6
telah sepenuhnya berubah. Siswa yang menyusun informasi secara aktif telah menggantikan
penerima pasif. Siswa bekerja dalam kelompok perlu mengatur pengetahuan mereka
sebelumnya dan mendefinisikan situasi masalah. Siswa harus ingin tahu tentang hal-hal yang
mereka tidak mengerti, desain rencana pemecahan masalah dan cara mengidentifikasi sumber
daya yang dibutuhkan.

1. Menganalisis situasi masalah dengan memahami struktur masalah secara luas.


2. Mengembangkan solusi praktis untuk masalah tersebut.
3. Melakukan peran pengambilan keputusan dalam diskusi kelompok.
4. Bekerja sama dengan pengajar dan teman-teman dan menentukan tujuan
pembelajaran.
5. Mengidentifikasi sumber daya dan strategi, yang akan dapat disampaikan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
6. Menilai kesimpulan yang diambil berdasarkan data yang diperoleh
7. Memeriksa tujuan pembelajaran dan media pembelajaran.
8. Menyampaikan pendapatnya dengan jelas dan dapat dimengerti oleh anggota
kelompok lain.
9. Mengevaluasi pandangan yang berbeda secara obyektif.
10. Menyadari peran dan tanggung jawabnya secara individual.
11. Memperlihatkan perilaku yang mendukung ide-ide dan situasi-situasi baru dan
menyebarkannya kepada anggota lainnya.
12. Mengucapkan selamat dan menghargai anggota kelompok lain.
13. Mengembangkan infrastruktur pengetahuan untuk pemecahan masalah
14. Mampu menetapkan target tertentu, yang mungkin berguna dalam menggunakan
prosedur penelitian yang sesua.
15. Melakukan pengamatan secara ssitematis
16. Menjadi instruktur satu sama lain dengan mengajarkan apa yang telah mereka pelajari
kepada kelompok lain
17. Berani dalam fokus pada masalah baru dan potensi solusinya.
18. Melakukan kontak dengan dunia luar dan orang lain untuk menemukan konsep dan
untuk menggunakan kemampuannya.
19. Mendekati masalah dan solusinya dengan ide-ide baru dan orisinal.
20. Bersikap ingin tahu selama proses.
7
21. Memberikan masukan positif dan kritik yang membangun.
22. Bergabung dengan kelompok, bekerja tepat waktu dan teratur.
23. Menilai kontribusinya dan teman-temannya dalam kerja kelompok.
24. Menemukan sumber daya penting untuk solusi masalah dan membagikannya pada
anggita yang lain .
25. Membuat laporan dan mempresentasikannya di depan kelas.

Evaluasi dalam Pembelajaran Berbasis Masalah


Konsep pengukuran dan evaluasi dalam pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbeda
dari pembelajaran dengan pendekatan tradisional. Siswa tidak hanya dievaluasi dalam
proporsi jawaban yang benar saja, dengan memberikan pertanyaan dalam alat ukur
tradisional (ujian tertulis dan lisan). Metode evaluasi dalam PBL dibagi menjadi dua, seperti
berpusat pada proses dan berpusat pada produk.

Metode Evaluasi yang berpusat pada proses:


1. Evaluasi teman sebaya
2. Evaluasi diri
3. Pengukuran non-test (catatan perpustakaan, artikel diperiksa, lembar pelacakan murid)
4. Teknik lisan dan wawancara
5. Pengamatan
6. Laporan siswa
7. Evaluasi masalah
8. Evaluasi kinerja (presentasi visual, verbal, audial dan tertulis, grafik, demonstrasi,
analisis matematis dan portofolio)

Metode Evaluasi yang berpusat pada produk:


1. Laporan siswa
2. Evaluasi dilakukan oleh siswa
3. Pemeriksaan pilihan ganda
4. Ujian jawaban singkat dan mengisi kesenjangan
5 Ujian tertulis
8
6. Evaluasi portofolio

Komponen kunci dalam pembelajaran berbasis masalah adalah memberikan siswa


kesempatan untuk melakukan evaluasi sendiri. Evaluasi diri memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan, memantau pembelajaran di luar lingkungan akademik dan
membantu mencapai tujuan untuk belajar seumur hidup.
Singkatnya, di kelas di mana strategi pengajaran berbasis masalah diterapkan, evaluasi
dilakukan dalam bentuk pemecahan masalah siswa dengan menggunakan pengetahuan yang
telah mereka peroleh dari pelajaran dan pengalaman hidupnya. Karena pembelajaran menjadi
tanggung jawab siswa, maka siswa harus dapat melakukan evaluasi diri dan pengajar hanya
bertindak sebagai fasilitator.

Pendekatan Pengajaran Tradisional dan Pembelajaran Berbasis Masalah


Ada perbedaan mendasarr antara pendekatan pengajaran tradisional dan pembelajaran
berbasis masalah terkait tujuan, peran guru dan siswa dan perolehan pengetahuan. Beberapa
perbedaan-perbedaan ini telah tercantum dalam tabel berikut:

Komponen Pendekatan Tradisional Pendekatan PBL

Tujuan Memungkinkan siswa Memungkinkan siswa untuk


mengulangi pengetahuan membangun pengetahuan
yang telah mereka pelajari mereka sendiri untuk bekerja
seperti saat diminta. di luar solusi untuk situasi
masalah.
Peran Pengajar memberikan informasi dan Sebagai panduan kognitif
mengarahkan situasi membuat siswa mengalami
pemikiran mereka. masalah
membimbing siswa untuk sebagai narasumber,
belajar dan mengevaluasi mengajukan pertanyaan
pembelajaran mereka. kepada siswa, menceritakan
dunia dan mengarahkan
9
siswa
Bahan pembelajaran mengidentifikasi situasi
disiapkan dan disajikan oleh belajar dan siswa memilih.
pengajar masalah dan materi
pembelajaran.
Peran siswa Pasif Sebagai pemecah masalah,
mengerjakan berbagai solusi
untuk
masalah yang mereka temui
dengan memanfaatkan
sumber daya yang tersedia
Sebagai pengikut, siswa Sebagai peserta, siswa aktif
menunggu kepemimpinan dalam proses pembelajaran
dan bimbingan guru. dan meneliti masalah secara
luas.

Informasi dikumpulkan, diorganisir dan Sangat sedikit informasinya


disajikan oleh pengajar. disajikan kepada siswa oleh
tutor .. Sebagian besar
dikumpulkan dan dibangun
oleh siswa.

KEUNGGULAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


1. Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa menentukan apa yang dia tahu atau tidak
tentang pada masalah yang dihadapi. Untuk memperoleh pengatahuan baru, siswa
terus belajar dengan melakukan pengamatan, percobaan, praktik, penelitian dan
menganalisis. Pengajar membimbing murid-muridnya ke untuk mendapat akses ke
sumber daya yang diperlukan.
2. Mengembangkan kemampaun evaluasi/refleksi diri siswa. Selama proses
pembelajaran berbasis masalah, para siswa dapat mengembangkan refleksi diri.
Refleksi diri adalah melihat kelemahan dan keunggulan diri tanpa perlu

10
penhgendalian eksternal/pemgajar. Pendeknya,siswa diberi kesempatan untuk
mendapatkan kemampuan pengarahan diri sendiri dalam pemecahan masalah.
3. Pengabungan antara praktik dan teori. Siswa mendapat kesempatan untuk mengubah
pengetahuan teoritis yang dimiliki ke dalam praktik dengan bantuan PBL.
Pembelajaran berbasis masalah mendukung siswa baik dalam menggabungkan
pengetahuan mereka sebelumnya dengan yang baru dan mengembangkan
keterampilan penilaian diri..
4. Mempertahankan pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran seumur hidup
didefinisikan sebagai analisis berkelanjutan, investigasi dan perilaku pencarian untuk
mengetahui di bidang spesialisasi sendiri atau di bidang/minat lain. Individu yang
memperoleh keterampilan untuk pembelajaran berbasis masalah dapat melakukan
aktivitas mencari pengetahuan dan pemecahan masalah di bidangnya dalam dalam
hidupnya.
5. Memberikan pembelajaran aktif. Hal ini bertujuan untuk memperoleh keterampilan
pemrosesan ilmiah siswa seperti melakukan pengamatan, klasifikasi dan pengukuran;
menggunakan angka; membangun kontak; membuat asumsi; mengumpulkan,
merekam, dan menafsirkan data; menentukan dan mengendalikan variabel; membuat
definisi; membentuk hipotesis; membuat percobaan dan membuat model dan
menggunakannya pada akhir proses pembelajaran aktif.
6. Memperoleh keterampilan kerja kelompok. PBL berfokus pada menghasilkan siswa
keterampilan bekerja dalam tim/kelompok kecil. Pembelajaran dalam kelompok kecil
memiliki efek yang lebih positif dalam keberhasilan akademik, dan sikap terhadap
pembelajaran dibandingkan dengan pengajaran tradisional.
7. Memperoleh keterampilan memecahkan masalah. Kehidupan masa depan penuh
dengan masalah yang lebih komplek dan rumit, akan membutuhkan pendekatan
/keterampilan baru dalam penyelesaiannya. Model PBL akan dapat mengembangkan
dan memperkuat keterampilan siswa dalam memecahkan masalah.
8. Meningkatkan literasi sains. Literasi sains terdiri dari membangun koneksi dengan
fakta ilmiah, pengetahuan konsep dan teori, kebiasaan berpikir ilmiah, memahami
sifat sains, matematika, teknologi, pengaruh teknologi terhadap orang dan perannya
pada masyarakat.
9. Meningkatkan keterampilan proses ilmiah. PBL memiliki sifat yang memotivasi
siswa untuk berpikir ilmiah.

11
10. Mendapatkan pengetahuan yang sangat mengesankan. PBL dinyatakan mendapatkan
lebih sedikit pengetahuan bila dibandingkan dengan metode lain, namaun ada
penelitian yang menyatakan sebaliknya dan menegaskan bahwa pengetahuan yang
diperoleh PBL bahkan lebih mengesankan.
11. Memperoleh keterampilan metakognitif. Keterampilan metakognitif berarti kesadaran
siswa untuk berpikir terhadap proses berpikirnya sendiri. Keterampilan metakognitif,
diketahui melibatkan perilaku seperti kemampuan untuk melihat fungsi eksekutif
dalam berpikir, bernegosiasi, mengekspresikan pendapat tentang situasi masalah,
meninjau dan mengingat kembali pengetahuan tentang hal-hal yang terkait masalah,
membentuk hipotesis, menentukan apa yang harus diamati, mengajukan pertanyaan
bila perlu, mempertanyakan makna kegagalan dalam proses dengan meneliti dan
meninjau pembelajaran baru.
12. Meningkatkan keterampilan belajar mandiri. Pendekatan PBL memungkinkan siswa
untuk mengembangkan keterampilan belajar mandiri untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
13. Memperoleh keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis didefinisikan sebagai
kemampuan mengidentifikasi suatu topik utama, hipotesis, mewujudkan asosiasi
penting, menarik kesimpulan yang benar, membuat kesimpulan dari data yang
diperoleh, menafsirkan kesimpulan, apakah mereka didasarkan pada data atau tidak,
dan mengevaluasi pendapat berdadsarkan data/bukti yang ada.
14. Meningkatkan keterampilan belajar kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah kerja
sama siswa sebagai suatu tim untuk tujuan bersama. PBL mengembangkan
keterampilan belajar kooperatif, yaitu bekerja dalam kelompok kecil,
membandingkan pembelajaran mereka dengan pembelajaran orang lain .
15. Memfasilitasi motivasi tinggi dan sikap positif. Dalam proses pembelajaran berbasis
masalah, siswa bersedia dan antusias belajar, karena ketika mereka melakukan
penelitian sendiri, siswa akan masuk lebih dalam dalam pekerjaan pembelajaran, yang
menyebabkan motivasi menimgkat.
16. Memperoleh keterampilan komunikasi. Berbicara kepada anggota grup secara
langsung, menggunakan kata-kata yang bisa dipahami, menyajikan dengan jelas,
mengajukan pertanyaan secara terbuka dengan benar, mengidentifikasi kesalah
pahaman di antara anggota kelompok dan berusaha menyelesaikannya,
mengungkapkan perasaannya, memahami perilaku verbal dan nonverbal dan

12
meresponsnya. Hal tersebut merupakan keterampilan komunikasi yang terlibat dalam
PBL.
17. Meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tujuan utama PBL yang bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan memastikan bahwa
siswa belajar pada tingkat yang lebih tinggi. Kegiaan seperti analisis, sintesis dan
evaluasi, mencipta merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi melalui masalah
yang dirancang dengan baik.
18. Meningkatkan keterampilan dalam menggunakan sumber daya informasi. PBL, di
samping keterampilan siswa dalam menemukan, mengevaluasi dan menggunakan
sumber belajar yang sesuai, meningkatkan keterampilan mereka dalam konsultasi
sumber daya pribadi dan mendapatkan informasi.
19. Mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan. PBL memungkinkan siswa
untuk menyingkirkan sifat keraguan dan sifat takut-takut.

Berikut ini adalah keterampilan yang merupakan keterampilan utama dalam proses penelitian
ilmiah:
 Melakukan pengamatan
 Membuat klasifikasi
 Membangun kontak
 Melakukan pengukuran
 Membuat prediksi
 Menggambar kesimpulan
 Mengidentifikasi dan mengendalikan variabel
 Membentuk hipotesis
 Menafsirkan data
 Menghasilkan definisi
 Membuat percobaan
 Membentuk model

KELEMAHAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN KESULITAN


DALAM IMPLEMENTASINYA

13
Selain banyak manfaat dari pembelajaran berbasis masalah, ada juga penelitian yang
mengkaji keterbatasannya, antara lain:
1. Masalah yang paling penting dengan pembelajaran berbasis masalah adalah
pembentukan masalah. Pembelajaran berbasis masalah cenderung menyebabkan
beberapa masalah baru
2. Mungkin perlu waktu lama untuk menggunakan pendekatan semacam itu dalam
pendidikan formal. Lamanya waktu mungkin menyebabkan siswa menjadi bosan atau
motivasinya berkurang.
3. Jika keterampilan kepemimpinan pengajar buruk, ia mungkin gagal dalam
peneraopan PBL di kelas. Munhkin akan terjadi menyebabkan munculnya masalah
jauh lebih rumit daripada menyelesaikan masalah.
4. Sangat sulit untuk mengevaluasi pembelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah.
Ini juga bisa sulit mengevaluasi semua siswa dalam kelompok kerja secara objektif.
5. Program pengajaran mungkin tidak cocok untuk pembelajaran berbasis masalah,
karena persiapan program-program ini sebagian besar didasarkan pada pendekatan
pengajaran tradisional.
6. Siswa mungkin dihadapkan dengan kendala sumber daya dalam pembelajaran
berbasis masalah, terlebih hampir tidak mungkin materi itu harus dibuat digunakan,
dikembangkan oleh siswa sendiri.
7. Keterbatasan PBL dapat juga terkait dengan pengajar, siswa, sifat pengetahuan yang
didapatnya, waktu dan biaya.

Contoh Masalah
Beberapa contoh masalah, yang dapat digunakan dalam sains, matematika dan ilmu sosial
pendidikan, telah diberikan di bawah ini:
1. Misalkan, suatu hari, ketika Anda sedang mengemudi di jalan raya dengan ayah Anda,
Anda melihat peringatan tulissan berupa "Slippery When Wet" dan ayahmu
melambatkan kecepatan segera setelah dia melihat peringatan ini. Mengapa?
2. Misalkan Anda menghabiskan liburan Anda di laut dan ketika Anda pergi keluar
suatu pagi, Anda melihat banyak ikan mati dan beberapa orang mengambilnya untuk
dimakan. Bagaimana sikap Anda? Mengapa?

14
3. Baru-baru ini, Anda melihat bahwa, dalam iklan deterjen yang disiarkan di TV, iklan
untuk lemon deterjen sering diiklankan. Menurut Anda, mengapa lemon sangat
ditekankan? iklan deterjen?
4. Suatu hari Ali sedang bermain dengan bagian logam yang dia temukan. Dia mencoba
mengompres bagian logam tangannya untuk mengukur kekuatannya melawannya,
tetapi tidak berhasil. Temannya yang bersamanya berkata bahwa Ali tidak akan dapat
melakukan ini, karena guru-guru mereka telah menyebutkan makanan padat tidak
tertahankan. Ali menegaskan bahwa logam dapat dikompres dan memutuskan untuk
meneliti subjek ini. Apakah Anda berpikir benda padat dapat dikompresi? Tolong
jelaskan.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH
Salah satu hal yang sering diidentifikasi oleh pemberi kerja ketika merekrut lulusan
adalah keterampilan lulusan dalam memecahkan masalah. Dengan demikian peserta didik
perlu mengembangkan kemampuan untuk menerapkan keterampilan pemecahan masalah.
Pengembangan dan penggunaan keterampilan pemecahan masalah secara langsung juga
meningkatkan kualitas pembelajaran. Rossman (1993) mengemukakan bahwa ketika peserta
didik menggunakan keterampilan pemecahan masalah, "Peran peserta didik berubah dari
penerima informasi pasif menjadi peserta didik yang aktif dalam penciptaan pemahaman.
Masalahnya yang disodorkan pada peserta didik harus menarik perhatian peserta didik,
bermakna, dan memungkinkan memunculkan berbagai tanggapan/respon peserta didik "
Sebagai contoh, berikut adalah salah satu cara untuk menyajikan masalah ke suatu kelas.
Mulai dengan pertanyaan sederhana, "Apa itu panas?" Mintalah peserta didik menggunakan
jurnal dan papan tulis untuk mencatat gagasan mereka. Kemudian secara kolektif
mendiskusikan ide-ide dan menuliskan ringkasan "pemikiran terbaik yang dapat dihasilkan "
pada topik panas. Selanjutnya, ucapkan kata-kata ajaib, "Ayo cari tahu" dan mulailah
menjelajahi informasi dan bereksperimen
Dalam contoh ini, pengajar mengkaitkan pengetahuan peserta didik sebelumnya dengan
masalah yang dipecahkan dan kemudian memutuskan cara terbaik untuk mendekati masalah.
Kadang kadang peserta didik juga perlu diberikan kesempatan untuk "memiliki/mencari
masalah sendiri" dari pada hanya diberi masalah yang mereka mungkin tidak tertarik atau

15
memiliki pengetahuan sebelumnya tentang. Ini dapat dilakukan dengan hanya bertanya
kepada peserta didik masalah apa yang ingin mereka selesaikan.

Pemecahan masalah biasanya melibatkan langkah-langkah berikut:


• Identifikasi masalahnya
• Analisis masalah dan kumpulkan informasi
• Menghasilkan solusi potensial
• Pilih dan uji solusinya
• Analisis / Evaluasi hasil

Beberapa alat yang digunakan dalam pemecahan masalah termasuk:


o Brainstorming. Teknik ini digunakan untuk mendorong partisipasi dari setiap anggota
tim. Brainstorming membantu mengembangkan ide yang khas untuk menghasilkan
ide-ide baru. Metode ini dapat menciptakan iklim kebebasan dan keterbukaan, yang
mendorong peningkatan jumlah ide.
o Analisis Akar Penyebab/ Root Cause Analysis ("Lima Mengapa."). Tujuan dari adalah
untuk menemukan penyebab mendasar dari suatu masalah. Salah satu caranya adalah
dengan bertanya "Mengapa?" lima kali atau lebih untuk benar-benar memahami akar
masalahnya.
o Diagram Sebab dan Akibat. Diagram ini dibuat untuk mewakili hubungan antara efek
(masalah) dan penyebab potensial. Diagram membantu memilah dan menghubungkan
interaksi di antara faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses/permasalahan.
o Grafik Pareto. Pareto Chart menunjukkan distribusi frekuensi di mana setiap bilah
pada grafik menunjukkan kontribusi relatif dari masalah yang berkontribusi terhadap
masalah yang lebih besar. Ini membantu mengidentifikasi di mana harus
memfokuskan energi untuk mendapatkan dampak paling positif.
o Diagram alir. Flowchart adalah peta yang menunjukkan semua langkah dalam suatu
proses. Ini membantu dalam memahami proses dan memastikan semua langkah dalam
proses ditangani.
o Matriks Keputusan. Matriks Keputusan berguna ketika dihadapkan pada pengambilan
keputusan yang sulit. Opsi atau alternatif tercantum di kolom sebelah kiri dan kriteria
pemilihan tercantum di baris atas. Masing-masing opsi dinilai berdasarkan kriteria
seleksi untuk sampai pada keputusan logis terbaik.

16
Dengan tindakan pengajar yang sesuai, pada ahirnya peserta didik akan dapat belajar
bagaimana menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi.

17

Anda mungkin juga menyukai