Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FARMASI RUMAH SAKIT DAN APOTEK

LASA DAN HIGH ALERT


(FA3244)

KELOMPOK 7
Disusun Oleh :
Alya Pinahayu Sakanthi 118260006
Nasyta Dila Firdaus 118260035
Rosa Mexsi Avila 118260057
Yuni Maulida 118260012

PROGRAM STUDI FARMASI


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan aspek manajemen rumah sakit yang
penting. Tujuan pengelolaan obat yang baik di rumah sakit adalah agar obat yang
diperlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang cukup dan terjamin untuk
mendukung pelayanan bermutu (Permenkes, 2016). Selain rumah sakit pengelolaan
obat juga terdapat di apotek. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker (Permenkes RI No. 9, 2017).
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien dan bertujuan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam
proses pelayanan (Permenkes RI No. 73, 2016).
Kesalahan pengobatan (medication error) adalah kegagalan dalam proses
perawatan yang mengarah pada, atau memiliki potensi untuk mengarah pada,
membahayakan pasien. Medication error dapat terjadi pada saat pemilihan obat,
penulisan resep, pembuatan formulasi yang akan digunakan, dispensing, penggunaan
obat dan monitoring terapi. Salah satu contoh medication error pada tahap dispensing
adalah kesalahan saat pengambilan dan pemberian obat kepada pasien. (Aronson,
2009).
Obat high alert adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius
(sentinel event), obat berisiko tinggi yang menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan
pengucapannya terdengar mirip atau Look Alike Sound Alike (Permenkes, 2016).
Obat Look-Alike Sound-Alike (LASA) adalah obat-obatan yang pelafapannya
terdengar mirip dan memiliki kemasan atau bentuk yang terlihat mirip, dalam istilah
Bahasa Indonesia disebut juga Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM)
(Permenkes No. 58, 2014).
Salah satu contoh dari kesalahan yang terjadi pada obat LASA seperti obat
Aptor dan Lipitor. Jika seorang pasien kolesterol yang seharusnya mendapatkan obat
Lipitor namun diberikan obat Aptor, maka kolesterol pasien tersebut akan tetap tinggi
dan tidak mencapai tujuan pengobatannya. Oleh karena itu dalam pengelolaan dan
pemberian atau pelayanan obat LASA atau obat high alert medication harus sesuai
dengan dengan ketentuan dan kebijakan dari Rumah Sakit atau Apotek terkait agar
tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan obat yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pasien.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian terkait pengelolaan dan
pelayanan obat high alert medication supaya tidak terjadi kesalahan dalam pemberian
obat kepada pasien sehingga keselamtan pasien akan tetap terjaga.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan terkait penyimpanan obat high alert medication termasuk
obat LASA di Rumah Sakit maupun Apotek?
2. Bagaimana cara pemberian obat high alert medication terutama obat LASA agar
sesuai dengan kebutuhan pasien?

C. Tujuan
1. Mampu memberikan gambaran terkait penyimpanan obat high alert medication di
Rumah Sakit maupun Apotek
2. Mengetahui cara memberikan obat high alert medication yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
High Alert Medication merupakan obat – obat yang perlu di waspadai dan
sering menyebabkan kesalahan yang serius (sentinel event). Obat – obatan yang
terlihat mirip dan terdengar mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM,
atau Look Alike Soun Alike/LASA ) adalah obat yang mempunyai resiko tinggi
yang menyebabkan dampak tidak diinginkan (adverse outcome). Obat dalam isu
keselamatan pasien yang sering disebutkan adalah pemberian elektrolit konsetrat
secara tidak sengaja (misalnya kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9
%, dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat) (Nur Aini, 2014).

B. Penggolongan High Alert Medication.


Penggolongan obat High Alert menurut ISMP (Institute for Safe Medication
Practices) daftar High Alert Medication in Acute Care Settings sebagai berikut :
Kategori Jenis obat Kategori Jenis obat
 Agonis  Epinefrin  Pethidin IV
 Opioid IV
Adrenergik IV  Norepinefrin  Fentanyl IV
 Propofol
 Agen Anestesi  Opioid Transdermal  Durogesic® patch
 Ketamin
 Lidocain cum  Morfin tab
 Anti-aritmia IV  Opioid oral
Adrenalin  Codein 10 mg
 Warfarin  Agen blok
 Antikoagulan  Vekuronium
 Na Heparin neuromuscular
 Inhibitor factor  Preparat nutrisi  Ivelip®
 Fondaparinux
Xa parenteral  Clinoleic®
 Direct thrombin  Dabigatran  Agen radiokontras  Omnipaque®
inhibitors etexilate IV  Iopamiro®
 Trombolitik  Streptokinase  Sodium Bikarbonat  Sodium Bikarbonat
 Agen Kemoterapi  Hidroksi Urea  Diazepam IV
(oral dan  Cisplatin IV  Antikonvulsan  Phenobarbital IV
parenteral)  Metotreksat  Chlorpromazine
 Dekstrosa  Kalsium Intravena
 Dekstrosa 40%  Ca Glukonas IV
hipertonik
 Larutan dialysis  Larutan
 Oksitosin IV  Syntocinon®
hemodialisa hemodialisa
 Obat  Glikuidon  Injeksi Magnesium
 MgSO4
hipoglikemik oral  Metformin Sulfat
 Insulin (SC dan  Insulin aspart
 Konsentrat KCl  KCl 7,46 %
IV)  Insulin glargine
 Obat inotropik IV  Digoxin  NaCl untuk injeksi,  NaCl 3%
 Dopamin hipertonik,
 Agen sedasi, IV  Midazolam
(ISMP, 2014)

C. Golongan Obat LASA

UCAPAN MIRIP
Nama Obat Nama obat
 AlloPURINOL HaloPERIDOL  CefoTAXIME CefoROXIME
 LaSIX LOSEC  EFEDrin EFINefrin
 AmiTRIPTILIN AmiNOPHILIN  HISTApan HEPTAsan
 APTOR LipiTOR  ErgoTAMIN ErgoMETRIN
Asam
 Asam MEFENAmat  FasTALGIN ForTELYSIN
TRANEKSAmat
 AmineFERON AmioDARON  DOPAMIN DobuTAMIN
 AlpraZOLAM LoraZEPAM  FARgesic FORgesic
 Propranolol BisoPROLOL  TRIOfusin TUTOfusion
 AZITROmycin ERITROmycin  PheniTOYN VenTOLIN
 CefEPIM CefTAZIDIM  PIRAcetam PARAcetamol
KEMASAN MIRIP
Nama Obat Nama obat
 Histapan Heptasan  Tilflam tab Vaclo tab
 Bio ATP Pehavral  Ubesco tab Imesco tab
 Tomit Tab Trifed Tab  Ikalep sirup Lactulac sirup
 Omeprazole inj Ceftizoxime inj  Iliadin drop Iliadin spray
 Rhinos sirup Rhinofed sirup  Mertigo tab Nopres tab
(Rusli, 2018)

D. Manajemen obat High Alert di Rumah Sakit.


Prinsip-prinsi untuk melindungi pemakaian obat High Alert Medication
menurut American Hospital, yaitu sebagai berikut (American Hospital,2002)
Untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan dengan cara :
1. Mengurangi jumlah High Alert Medication di unit penyimpanan.
2. Mengurangi volume obat yang tersedia.
 Melakukan pengecekan ulang / doubel cek.
 Minimalisasi konsekuensi kesahan.
 Membatasi akses pada High Alert Medication.
 Dengan memisahkan obat – obatan yang nama atau kemasan mirip
(LASA/NORUM).
America Hospital Assocation telah membuat konsep untuk melindungi
penggunaan obat High Alert ( American Hospital, 2002)
1. Sistem redudansi (contohnya : unit dosis distribusi obat).
2. Menggunakan tempat khusus.
3. Mengurangi pilihan
4. Menggunakan fungsi, yakni teknik untuk mengurangi kemungkinan apabila
obat tersebut yang diberikan berpotensi mematikan.
5. Sentralisasi proses kesalahan seperti memusatkan persiapan larutan intravena.
6. Menggunakan defisiasi (misalnya mengidentifikasi dan mengkhususkan obat
LASA/NORUM dengan nama generik yang cenderung tidak samadalam
pengucapan dengan nama paten).
7. Menyimpan obat dengan tepat (misalnya memisahkan obat berpotensi
berbahaya dengan nama mirip).
8. Menggunakan tanda sebagai pengingat (misalnya dengan menggunakan label
pada obat High Alert).

E. Penyimpanan obat High Alert Medication.


Keamanan obat yang harus diwaspadai (High Alert Medication) dapat
ditingkatkan dengan cara rumah sakit menetapkan risiko spesifik dari setiap obat
dengan tetap memperhatikan aspek peresepan, menyimpan, menyiapkan,
mencatat, menggunakan, serta monitoringnya. Obat High Alert harus disimpan di
Instalasi Farmasi/Unit/Depo. Apabila rumah sakit ingin menyimpan diluar lokasi
tersebut, disarankan disimpan di depo farmasi yang berada dibawah tanggung
jawab apoteker .
Rumah Sakit membuat daftar semua obat High Alert dengan menggunakan
informasi atau data yang terkait penggunaan obat di dalam rumah sakit, data
tetang kejadian yang tidak diharapkan (adverse event) atau kejadian nyaris cedera
(near miss) termasuk risiko terjadi salah pengertian tentang NORUM.Informasi
dari kepustakaan seperti dari Institute for Safe Health Medication Practices
(ISMP), Kementrian Kesehatan, dan lainnya. Obat – obat ini dikelola sedemikian
rupa untuk menghindari kekurang hati – hatian dalam menyimpan, menata, dan
menggunakannya termasuk administrasinya, contoh dengan memberi label atau
petunjuk tentang cara menggunakan obat dengan benar pada obat – obat High
Alert .
Menurut Standart Praktik Apoteker Indonesia Tahun 2013 (IAI,2013) terdapat
Standart Prosedur Operasional (SPO) dalam melaksanakan kegiatan penyimpanan
obat yang perlu diperhatikan secara khusus (High Alert Medication) yaitu sebagai
berikut :
1. Obat – obat Narkotik dan Psikotropika.
a. Penyimpanan obat-obat narkotika dan psikotropika di dalam almari khusus
terkunci dan kunci dipegang oleh seorang penanggung jawab.Petugas
memeriksa nama dan komposisi obat yang akan diberi label High Alert.
b. Terdapat kartu stock di dalam almari untuk memantau jumlah pemasukan
dan pengeluaran obat.
2. Obat – obat Kemoterapi
a. Penyimpanan obat-obat kemoterapidi dalam almari terkunci sesuai dengan
sifat obat.
b. Kartu stock digunakan untuk memantau jumlah pemasukan dan
pengeluaran obat.
3. Obat-obat keras atau obat parenteral.
a. Penyimpanan obat dilakukan berdasarkan kestabilan jenis masing - masing
obat, disesuaikan dengan suhu penyimpanan apakah pada suhu kamar atau
lemari pendingin.
b. Kartu stock digunakan untuk memantau jumlah pemasukan dan
pengeluaran obat.
4. Obat Elektrolit Konsentrat.
a. Obat-obat yang sering digunakan dalam keadaan darurat karena berkaitan
dengan keselamatan pasien, misalnya natrium Klorida lebih pekat dari
0,9%, Magnesium Sulfat 20% dan 40% dan Natrium Bikarbonat.
b. Obat elektrolit konsentrat disimpan dan diberi label yang jelas dengan
menggunakan huruf balok dengan warna yang menyolok.
c. Penyimpanan obat elektrolit konsentrat pada unit pelayanan harus diberi
label yang jelas dan tempat penyimpanan terpisah dari obat-obat lain.
5. Look Alike Sound Alike (LASA) Error
a. Mencegah bunyi nama obat yang kedengarannya sama tetapi berbeda
dalam penggunaannya.
b. Tempat penyimpanan obat -obatan yang terlihat mirip kemasannya dan
konsetrasinya berbeda tidak boleh diletakkan di dalam satu rak dan label
masing-masing obat dan konsentrasi dengan huruf balok yang menyolok.
F. Faktor risiko obat High Alert Medication
Faktor risiko obat High Alert Medication adalah farktor penentu yang
menentukan berapa besar kemungkinan obat tersebut menimbulkan bahaya.
Faktor risiko dari obat High Alert yang memiliki nama dan pengucapan sama.
Oleh karena itu staff rumah sakit dianjurkan untuk mencegah risiko tersebut
dengan cara :
1) Menempatkan obat golongan yang termasuk golongan Look Alike secara
alfabetis harus dijeda dengan obat lain.
2) Terdapat daftar obat yang termasuk golongan Look Alike Sound Alike.
3) Tanda khusus berupa stiker berwarna untuk obat golongan Look Alike Sound
Alike yang mengingatkan petugas pada saat pengambilan obat
(Safitri,dkk.2016).
DAFTAR PUSTAKA

American Hospital Association, 2002 . In our hands: How hospital leaders can build a
thriving workforce. Chicago: Author.
Aronson, J.K. 2009. Medication Errors: Definition and Classification. British Journal of
Clinical Pharmacology. Oxford,UK
ISMP. 2014. ISMP List of High-Alert Medications in Acute Care Settings. Cambridge .
Institute for Healthcare Improvement
Nur Aini, F. (2014). Gambaran Penyimpanan Obat High Alert Medication di Instalasi
Farmasi RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo. Akademi Farmasi Putra
Indonesia Malang..
Permenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Permenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Permenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Rusli . 2018 . Farmasi Klinik . Kementerian Kesehatan RI . Jilid I . Jakarta. Hal 35-39
Safitri, M., Zazuli, Z., & Dentiarianti. 2016. Studi Pengelolaan Obat-obatan Look Alike
(Rupa Mirip) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X di kota cimahi .Seminar
Nasional Farmasi (SNIFA) 2 UNJANI

Anda mungkin juga menyukai