DIWASPADAI
RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA
BAB I
DIFINISI
TUJUAN
A. KEBIJAKAN
FRESOFOL 1% INJ
PROPOFOL LIPURO INJ
PROPOFOL
RECOFOL INJ
ANESTESI UMUM SAFOL INJ
KETAMIN KETALAR INJ
DESFLURANE SUPRANE
SEVOFLURANE SEVORANE
GOLONGAN OBAT NAMA GENERIK NAMA DAGANG
EPINEPRINEINJ / EPINEPRINE/
VASOKONSTRIKT
ADRENALIN INJ ADRENALIN
OR
NOREPINEPRINE LEVOSOL INJ 8 MG
B. PRINSIP
BAB III
TATA LAKSANA
A. PERESEPAN
1. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert
medications.1
2. Instruksi ini harus mencakup minimal:
a. Nama pasien dan nomor rekam medis
b. Tanggal dan waktu instruksi dibuat
c. Nama obat (generik), dosis, jalur pemberian, dan tanggal
pemberian setiap obat
d. Kecepatan dan atau durasi pemberian obat.
3. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi
penggunaan setiap high alert medications secara tertulis Jika
memungkinkan, peresepan high alert medications haruslah
terstandarisasi dengan menggunakan instruksi tertulis/tercetak.
C. PEMBERIAN OBAT
1. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double-check)
terhadap semua high alert medications sebelum diberikan kepada
pasien.1
2. Pengecekan ganda terhadap high alert medications
a. Tujuan: identifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi
atau pengecekan ganda oleh petugas kesehatan lainnya (sebagai
orang kedua) sebelum memberikan obat dengan tujuan
meningkatkan keselamatan dan akurasi.
b. Kebijakan:
1) Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan high alert
medications tertentu/spesifik dan disaat pelaporan
pergantian jaga atau saat melakukan transfer pasien.
2) Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien
atau pada catatan pemberian medikasi pasien.
3) Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang
berwenang untuk menginstruksikan, meresepkan, atau
memberikan obat-obatan, antara lain: perawat, ahli farmasi,
dan dokter.
4) Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang
berwenang, teknisi, atau perawat lainnya. (petugas tidak
boleh sama dengan pengecek pertama)
5) Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan
ganda/verifikasi oleh orang kedua dilakukan pada kondisi-
kondisi seperti berikut:
Setiap akan memberikan injeksi obat
Untuk infus:
Saat terapi inisial
Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
Saat pemberian bolus
Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
Setiap terjadi perubahan dosis obat
6) Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan
instruksi dari dokter.
c. Berikut adalah high alert medications yang memerlukan
pengecekan ganda:
d. Prosedur:
1) Untuk dosis inisial atau inisiasi infus baru
Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal di
bawah ini untuk menjalani pengecekan ganda oleh
petugas kedua:
o Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi
pasien, atau resep/instruksi tertulis dokter
o Obat yang hendak diberikan lengkap dengan labelnya
Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini:
o Obat telah disiapkan dan sesuai dengan instruksi
o Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat yang
hendak diberikan telah sesuai dengan instruksi
dokter.
o Obat memenuhi 7 Benar.
o Membaca label dengan suara lantang kepada perawat
untuk memverifikasi prinsip 7 Benar ini:
Obat benar
Dosis atau kecepatannya benar, termasuk
pengecekan ganda mengenai penghitungan dan
verifikasi pompa infuse
Rute pemberian benar
Frekuensi / interval benar
Diberikan kepada pasien yang benar
Informasi benar
Dokumentasi benar
Pada beberapa kasus, harus tersedia juga kemasan/vial
obat untuk memastikan bahwa obat yang disiapkan
adalah obat yang benar, misalnya: dosis insulin
Ketika petugas kedua telah selesai melakukan
pengecekan ganda dan kedua petugas puas bahwa obat
telah sesuai, lakukanlah pencatatan pada rekam
medis/catatan pemberian medikasi pasien.
Petugas kedua harus menulis ‘dicek oleh:’ dan diisi
dengan nama pengecek.
Pengecekan ganda akan dilakukan sebelum obat
diberikan kepada pasien.
Pastikan infus obat berada pada jalur/selang yang benar
dan lakukan pengecekan selang infus mulai dari
larutan/cairan infus, pompa, hingga tempat insersi
selang.
Pastikan pompa infus terprogram dengan kecepatan
pemberian yang tepat, termasuk ketepatan data berat
badan pasien.
2) Untuk pengecekan saat pergantian jaga perawat atau
transfer pasien:
Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini:
o Obat yang diberikan harus memenuhi kelima
persyaratan.
o Perawat berikutnya akan membaca label dengan
lantang kepada perawat sebelumnya untuk
memverifikasi kelima persyaratan (seperti yang telah
disebutkan di atas).
Saat pengecekan telah selesai dan kedua perawat yakin
bahwa obat telah sesuai, lakukanlah pencatatan pada
bagian ‘pengecekan oleh perawat’ di rekam medis pasien.
KETENTUAN UMUM
1. Penyimpanan :
a. Elektrolit pekat dibatasi di ruang dengan kriteria ‘critical ill’
yakni:
1) ICU/NICU
2) IGD
3) Depo Farmasi
4) Kebidanan
b. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus
memastikan bahwa elektrolit pekat disimpan di lokasi dengan
akses terbatas bagi petugas yang diberi wewenang. Obat diberi
penandaan yang jelas berupa label “High Alert” warna merah dan
“Elektrolit pekat, harus diencerkan sebelum diberikan”
c. Pisahkan obat elektrolit pekat dari obat lain
d. Lakukan penandaan pada penyimpanannya seperti memberikan
selotip merah pada sekeliling tempat penyimpanan.
2. Peresepan :
a. Instruksi lisan hanya diperbolehkan dalam keadaan emergensi
dan sesegera mungkin dibuat dokumen tertulis yang dilengkapi
legalisasi dokter yang meresepkan lisan
b. Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep: pasien, no
rekam medik, indikasi, ketepatan obat, dosis dan rute
pemberian
3. Penyiapan:
a. Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) melakukan verifikasi
resep obat elektrolit pekat.
b. Jika apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat
elektrolit pekat dapat didelegasikan pada TTK yang sudah
mendapat pelatihan mengenai obat elektrolit pekat.
c. Lakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda
sebelum obat diserahkan kepada dokter, perawat atau keluarga
pasien disertai informasi yang memadai.
4. Pemberian :
a. Sebelum perawat memberikan obat elektrolit pekat kepada
pasien maka perawat lain harus melakukan pemeriksaaan
kembali secara independen:
1) Identitas pasien
2) Kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter
3) Ketepatan perhitungan dosis obat
b. Obat elektrolit pekat infus harus dipastikan:
1) Ketepatan kecepatan pompa infuse
2) Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada
syringe pump dan di setiap ujung jalur selang
c. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar
menjelaskan kepada perawat penerima pasien bahwa pasien
mendapatkan obat elektrolit pekat.
KETENTUAN KHUSUS
2. NACL 3% INFUS
a. PENYIAPAN DAN STABILITAS
1) Larutan hipertonis NaCl 3% dapat langsung digunakan.
2) Penambahan obat atau zat lain ke dalam larutan tidak
direkomendasikan.
3) Stabil pada suhu ruang
4) Paparan terhadap panas sebaiknya dihindari, namun NaCl
3% tidak akan rusak sampai paparan panas pada suhu 40°C.
5) Hindari penyimpanan di freezer bila larutan tidak jernih,
larutan tidak boleh digunakan
b. ADMINISTRASI & RUTE PEMBERIAN:
1) IV intermiten : laju maksimum 100 mL/jam
2) IV infus kontinu : laju maksimum 100 mL/jam
3) Untuk infus intermittent:
Administrasikan 3% atau 5% NaCl melalui vena besar dan
hindari terjadinya infiltrasi.Setelah 100 mL pertama
pemberian, konsentrasi NaCl, dan bikarbonat harus
direevaluasi untuk menentukan jumlah yang harus
diadministrasikan pada pemberian berikutnya.
4) Laju pemberian : Tidak melebihi 100 mL/jam atau 1 meq/kg/
jam
5) Kompatibilitas : Kompatibel dengan D5W, D10W, ringer dan
ringer laktat, kombinasi dekstrosa/ringer, kombinasi
dekstrosa/ringer laktat, kombinasi dekstrosa/ NaCl 0.9%, 1/6
M Na laktat.
c. KONTRAINDIKASI
Larutan hipertoni s NaCl 3 % tidak boleh digunakan pada pasien
dengan peningkatan, sedikit penurunan, atau kadar serum
natrium yang normal, pasien dengan retensi cairan atau
hipernatremia
d. PERHATIAN
1) Pasien dengan gagal jantung kongestif (CHF), sirosis hati,
gagal ginjal parah, obstruksi saluran kemih.
2) Pasien yang mengkonsumsi obat yang dapat menyebabkan
retensi natrium seperti glukokortikoid dan kortikotropin.
e. MONITORING
1) Pemantauan keseimbangan cairan (intake & output, adanya
tanda edema) selama terapi
2) Pemantauan gelala hiponatremia (sakit kepala, takikardia,
lesu, membrane mucus kering, mual, muntah, keram otot)
atau hipernatremia (edema, penambahan bobot badan,
hipertensi, takikardia, demam, kulit kemerahan) selama terapi
3) Pemantauan kadar natrium, kalium, bikarbonat dan klorida
serta keseimbangan asam basa untuk pasien dengan terapi
NaCl jangka panjang
4) Pemantauan osmolaritas serum
BAB IV
DOKUMENTASI
BAB V
PENUTUP