A. Ruang Lingkup
1. Komunikasi antar pegawai RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA di setiap unit
kerja
2. Komunikasi kepada pasien
3. Komunikasi kepada keluarga pasien
4. Komunikasi kepada masyarakat di sekitar rumah sakit
5. Komunikasi dalam penerbitkan majalah, bulletin dan atau newsletter.
6. Komunikasi pada media online seperti seperti Website, House Journal online, akun
media sosial, dan lain sebagainya.
7. Komunikasi kepada pers
8. Komunikasi kepada stakeholder (pihak-pihak yang memiliki kepentingan seperti
LSM, organisasi masyarakat, rekanan, kolega, dan instansi lain)
9. Komunikasi kepada pemerintah
B. Batasan Operasional
1. Komunikasi adalah sebagai proses dimana seorang individu (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambang kata-kata) untuk merubah
tingkah laku orang lain.
2. Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak sesuai
dengan yang diinginkan komunikator.
3. Komunikator (sender) adalah orang yang melakukan komunikasi dengan orang lain
untuk mengirimkan suatu pesan/informasi kepada orang lain yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak.
4. Komunikan (receiver) adalah orang yang menerima pesan/informasi dari
komunikator.
5. Pesan (message) adalah informasi yang disampaikan baik secara langsung maupun
tidak langsung dari komunikator ke komunikan.
6. Media (channel) adalah alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke
komunikan.
C. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
3. Undang-Undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi
4. Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers
BAB III
TATA LAKSANA KOMUNIKASI
A. Proses Komunikasi
Proses komunikasi secara umum digambarkan sebagai berikut :
1. Proses pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
2. Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
atau untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, baik secara langsung atau tidak
langsung.
3. Proses dimana seseorang (komunikator) mengatakan sesuatu (pesan) kepada
seseorang (komunikan), menggunakan saluran tertentu (media) dan dengan efek
tertentu (feedback).
4. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran
dan perasaan komunikator kepada komunikan.
5. Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua untuk
melancarkan komunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat
yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.
b. Faktor komunikator
Terdapat dua faktor penting pada diri komunikator agar komunikasi berjalan efektif
yaitu :
1) Kepercayaan pada komunikator (source credibility)
Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat
tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar
akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap. Dengan lebih dikenal dan
disenanginya komunikator oleh komunikan maka lebih besar kecenderungan
komunikan untuk merubah sikap sesuai dengan yang diinginkan komunikator.
c. Faktor pesan
1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikan.
2) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang
sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyajikan/menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4) Pesan harus menyarankan sesuatu untuk memperoleh kebutuhan sesuai situasi
kelompok komunikan dalam memberikan tanggapan yang dikehendaki.
b. Kepentingan
Kepentingan akan membuat orang selektif dalam menerima pesan. Seseorang
yang sedang tersesat di hutan dan beberapa hari tidak menemukan makanan
sedikit pun, dan diberi pilihan berlian dan makanan, maka seseorang tersebut
dipastikan akan memilih makanan.
Contoh lain, memberi materi mengenai operasi tulang tidak akan efektif, tetapi
jika memberi materi mengenai perawatan luka dan gizi seimbang bagi keluarga
yang sedang menunggu pasien pasca operasi barangkali akan lebih efektif.
c. Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan
keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Motivasi seseorang berbeda dari waktu
ke waktu, dari tempat ke tempat. Perbedaan motivasi itu yang dapat menjadi
hambatan komunikasi.
Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi maka semakin besar pesan akan
diterima dengan baik. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu
komunikasi yang motivasinya tak sesuai dengan komunikan.
d. Prasangka
Prasangka merupakan suatu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi karena
orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan
menentang komunikator yang hendak memberikan komunikasi. Contohnya
prasangka terhadap suatu ras, agama, pendirian politik, kelompok, pendek kata
perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak baik.
Contohnya seorang politikus yang di suatu tempat mengemukakan suatu analisis
yang ternyata meleset akan ditanggapi dengan penuh prasangka apabila ia
kembali berpidato di tempat tersebut.
3) Konfirmasi ulang Instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil
pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan
hasil pemeriksaan
b. Teknik SBAR
Perawat/dokter jaga akan melaporkan kondisi pasien dengan sistem SOAP
(Subjective-Objective-Assesment-Planning)
- Subjective yaitu: Gejala yang dikeluhkan pasien.
- Objective yaitu: Tanda-tanda/gejala yang ditemukan pada pasien.
- Assesment yaitu : Diagonosis pasien terkini
- Planning yaitu: Rencana Tindakan Lanjut/Apa yang perlu/akan dilakukan
untuk mengatasi masalah pasien saat ini.
1) Pada 15 menit pertama Perawat harus segera melaporkan pada dokter jaga/IGD
2) Pada 15 menit kedua : dokter jaga harus melaporkan kepada dokter
Konsulen/dokter yang meminta pemeriksaan.
3) Pada 15 menit ketiga : bila belum berhasil, dokter jaga melaporkan kepada
dokter spesialis lain dengan kualifikasi sama.
4) Pada 15 menit keempat : bila belum berhasil dokter jaga bias menghubungi
urutan pimpinan sebagai berikut :
- Kepala Komite medik.
- Direktur atau Wakil Direktur Rumah sakit.
D. Teknik Berbicara Efektif
Teknik berbicara yang efektif dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Menarik nafas dalam-dalam sebelum memulai berbicara.
b. Mengatur volume bicara agar lebih keras dari biasanya. Caranya dengan mengatur,
agar suara dapat didengar oleh jajaran orang yang duduk atau berdiri paling jauh dari
tempat kita berbicara.
c. Menggunakan kata-kata sehari-hari, yang dikenal oleh pendengar. Orang akan
tertarik pada pembicaraan yang menggunakan kata-kata yang akrab ditelinganya
daripada kata-kata yang tidak dimengerti (misalnya istilah-istilah dalam bahasa
asing).
d. Layangkan pandangan ke seluruh pendengar.
Jakarta, 2023
RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA
Direktur
Permenkes RI No. 1691/ Menkes / Per / VIII / 2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
M. Haig, Kathleen., Sutton, R.N. Staci., dan Whittington, R.N. John, M.D. Maret
2006. SBAR: A Shared Mental Model for Improving Communication Between
Clinicians. Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations Vol. 32
No. 3.
Uchyana Efendy, Onong, Prof. DR. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung.