Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA


BAB I
DEFINISI

Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana seorang individu (komunikator)


menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambang kata-kata) untuk merubah tingkah laku
orang lain.
Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak sesuai dengan
yang diinginkan komunikator. Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan
oleh komunikator sesuai dengan pengalaman yang pernah diperoleh komunikan.
Komunikasi harus dilaksanakan dengan terencana, terpola, efektif dan sistematis agar
terhindar dari kesalahpahaman yang dapat menimbulkan masalah, seperti ketidakpuasan
pelanggan yang akan mengakibatkan terjadinya permasalahan hukum.
Komunikasi dengan pasien ataupun keluarga pasien harus dibangun dengan baik sesering
mungkin agar dapat membantu proses penyembuhan. Keluarga pasien pun perlu diberi
edukasi agar mengetahui hal-hal yang terkait dengan kesehatan sehingga secara tidak
langsung RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA dapat membantu menciptakan
masyarakat yang sehat.
Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik dan berdampak efektif, maka seluruh
karyawan di RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA harus memiliki nilai-nilai etika
berkomunikasi diantaranya jujur, terbuka, terpercaya, sopan, transparan, empati, dan
memotivasi.
Yang bertujuan Memberikan panduan teknis bagi pelaksana serta pimpinan tentang tata cara
berkomunikasi yang efektif di RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA, sebagai bahan
acuan dalam mengembangkan sistem pengumpulan data/informasi/pesan sesuai dengan
kondisi masing–masing unit kerja dan menyampaikannya dengan baik kepada komunikan,
menciptakan sistem komunikasi yang cepat, tepat, berkelanjutan, up to date dan dapat
dipercaya agar efektif serta berdampak pada kepuasan pelanggan.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup
1. Komunikasi antar pegawai RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA di setiap unit
kerja
2. Komunikasi kepada pasien
3. Komunikasi kepada keluarga pasien
4. Komunikasi kepada masyarakat di sekitar rumah sakit
5. Komunikasi dalam penerbitkan majalah, bulletin dan atau newsletter.
6. Komunikasi pada media online seperti seperti Website, House Journal online, akun
media sosial, dan lain sebagainya.
7. Komunikasi kepada pers
8. Komunikasi kepada stakeholder (pihak-pihak yang memiliki kepentingan seperti
LSM, organisasi masyarakat, rekanan, kolega, dan instansi lain)
9. Komunikasi kepada pemerintah

B. Batasan Operasional
1. Komunikasi adalah sebagai proses dimana seorang individu (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambang kata-kata) untuk merubah
tingkah laku orang lain.
2. Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak sesuai
dengan yang diinginkan komunikator.
3. Komunikator (sender) adalah orang yang melakukan komunikasi dengan orang lain
untuk mengirimkan suatu pesan/informasi kepada orang lain yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak.
4. Komunikan (receiver) adalah orang yang menerima pesan/informasi dari
komunikator.
5. Pesan (message) adalah informasi yang disampaikan baik secara langsung maupun
tidak langsung dari komunikator ke komunikan.
6. Media (channel) adalah alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke
komunikan.
C. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
3. Undang-Undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi
4. Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers
BAB III
TATA LAKSANA KOMUNIKASI

A. Proses Komunikasi
Proses komunikasi secara umum digambarkan sebagai berikut :
1. Proses pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
2. Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
atau untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, baik secara langsung atau tidak
langsung.
3. Proses dimana seseorang (komunikator) mengatakan sesuatu (pesan) kepada
seseorang (komunikan), menggunakan saluran tertentu (media) dan dengan efek
tertentu (feedback).
4. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran
dan perasaan komunikator kepada komunikan.
5. Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua untuk
melancarkan komunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat
yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.

B. Teknik Komunikasi Efektif


Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap
(attitude change) atau perubahan perilaku (behavior change) atau setidaknya perubahan opini
(opinion change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Dalam komunikasi efektif,
proses penyampaian informasi harus tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahpahaman.

Proses komunikasi efektif adalah sebagai berikut :


1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara lengkap
isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
2. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan.
3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
Lima fondasi membangun komunikasi efektif yaitu :
 Berusaha benar-benar mengerti orang lain (emphatetic communication)
 Memenuhi komitmen/janji
 Menjelaskan harapan
 Meminta maaf dengan tulus ketika membuat kesalahan
 Memperlihatkan integritas pribadi

Faktor-faktor penunjang komunikasi efektif adalah :


a. Faktor komunikan
Seseorang atau sekelompok orang dapat menerima pesan dengan baik, jika berada
dalam kondisi sebagai berikut :
1) Mengerti pesan yang disampaikan, baik itu dari bahasa, dialek dan gaya bahasa
jika diperlukan gunakan bahasa daerah
2) Menyadari bahwa keputusan sesuai dengan tujuan dan bersangkutan dengan
kepentingan pribadinya.
3) Waktu/timing menerima suatu pesan harus tepat
4) Sikap, nilai, penampilan harus sesuai dengan norma komunikan.
5) Jenis kelompok komunikan harus diperhatikan.

b. Faktor komunikator
Terdapat dua faktor penting pada diri komunikator agar komunikasi berjalan efektif
yaitu :
1) Kepercayaan pada komunikator (source credibility)
Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat
tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar
akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap. Dengan lebih dikenal dan
disenanginya komunikator oleh komunikan maka lebih besar kecenderungan
komunikan untuk merubah sikap sesuai dengan yang diinginkan komunikator.

2) Daya tarik komunikator (source attractiveness).


Seorang komunikator juga akan mempunyai kemampuan merubah sikap
komunikan dengan menonjolkan atau menampilkan daya tariknya. Misalnya
komunikator menonjolkan kesamaan dirinya dengan komunikan, bersenda
gurau sesuai dengan nilai komunikan, menggiring komunikan ke arah opini
yang sama dan memuaskan sehingga komunikator meraih simpati komunikan.
Kesamaan yang dapat dibangun seperti kesamaan ideologi dan kesamaan
demografi.
Kemampuan yang tidak kalah penting adalah kemampuan membaca
pikiran/memahami kepentingannya, kebutuhannya, kecakapannya,
pengalamannya, kemampuan berpikirnya, kesulitannya, dan sebagainya.

c. Faktor pesan
1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikan.
2) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang
sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyajikan/menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4) Pesan harus menyarankan sesuatu untuk memperoleh kebutuhan sesuai situasi
kelompok komunikan dalam memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Hambatan komunikasi diantaranya adalah :


a. Gangguan (barrier)
Menurut sifatnya, gangguan komunikasi terbagi kedalam dua jenis, yaitu
gangguan mekanik dan gangguan semantik. Gangguan mekanik yaitu gangguan
yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
Contohnya adalah gangguan suara ganda (interferensi) pesawat radio, kebisingan
kendaraan di jalan raya. Gangguan semantik yaitu gangguan yang berkaitan
dengan makna dari pesan tersebut, biasanya ditimbulkan saat penggunaan bahasa.
Contohnya secara denotatif semua orang akan setuju, bahwa anjing adalah
binatang berbulu, berkaki empat. Secara konotatif banyak yang menganggap
anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.
Tetapi untuk sebagian lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan binatang yang
menakutkan dan berbahaya.

b. Kepentingan
Kepentingan akan membuat orang selektif dalam menerima pesan. Seseorang
yang sedang tersesat di hutan dan beberapa hari tidak menemukan makanan
sedikit pun, dan diberi pilihan berlian dan makanan, maka seseorang tersebut
dipastikan akan memilih makanan.
Contoh lain, memberi materi mengenai operasi tulang tidak akan efektif, tetapi
jika memberi materi mengenai perawatan luka dan gizi seimbang bagi keluarga
yang sedang menunggu pasien pasca operasi barangkali akan lebih efektif.

c. Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan
keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Motivasi seseorang berbeda dari waktu
ke waktu, dari tempat ke tempat. Perbedaan motivasi itu yang dapat menjadi
hambatan komunikasi.
Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi maka semakin besar pesan akan
diterima dengan baik. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu
komunikasi yang motivasinya tak sesuai dengan komunikan.

d. Prasangka
Prasangka merupakan suatu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi karena
orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan
menentang komunikator yang hendak memberikan komunikasi. Contohnya
prasangka terhadap suatu ras, agama, pendirian politik, kelompok, pendek kata
perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak baik.
Contohnya seorang politikus yang di suatu tempat mengemukakan suatu analisis
yang ternyata meleset akan ditanggapi dengan penuh prasangka apabila ia
kembali berpidato di tempat tersebut.

C. Macam-macam teknik komunikasi efektif diantaranya adalah :


1. Teknik Komunikasi Efektif Antar pribadi
Komunikasi antarpribadi adalah suatu proses pengiriman pesan antara dua
orang atau kelompok kecil orang, dengan beberapa efek dan umpan balik seketika.
Komunikasi antarpribadi terjadi secara dialog dan memungkinkan terjadi
feedback dan interaksi secara langsung dari komunikan. Dibandingkan dengan
bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam
kegiatan mengubah opini, kepercayaan, sikap, dan perilaku komunikan.
Dalam komunikasi antar pribadi, komunikasi efektif tercapai bila terjadi
kesamaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.
Komunikasi efektif antar pribadi mempunyai 5 ciri yaitu:
a. Keterbukaan
b. Empati
c. Dukungan
d. Rasa positif
e. Kesetaraan
Kiat sukses berkomunikasi :
a. Kenali dengan baik lawan bicara
b. Jangan terlalu banyak bicara dan kurang mendengar
c. Jangan merasa dan memperlihatkan bahwa kita lebih tahu daripada lawan kita
bicara
d. Kenali betul diri sendiri dan kemampuan diri sendiri

Yah..benar Dikomfirmasikan Jadi isi pesannya ini yah pak …

Komunikator Isi pesan Ditulis Dibacakan Komunikasikan


2. Teknik Komunikasi Efektif Antara Dokter dan Pasien
Pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara
efisien, dengan tujuan utama komunikasi dalam penyampaian informasi atau
pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerjasama antara
dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non-verbal
menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan
kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternatif untuk mengatasi
permasalahannya.
Dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan:
a. Disease centered communication style atau doctor centered communication
style yaitu komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha
menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai
tanda dan gejala-gejala.
b. Illness centered communication style atau patient centered communication style
yaitu komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya
yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat
pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta
apa yang dipikirkannya.
Kiat komunikasi dalam menyampaikan informasi menurut Konsil Kedokteran
Indonesia yaitu :
 Tanyakan, apakah ada yang dikhawatirkannya.
 Gunakan bahasa yang mudah dimengerti, sesuai tingkat pemahamannya (usia,
latar belakang pendidikan, sosial budaya)
 Tidak dianjurkan memakai bahasa atau menggunakan istilah kedokteran.
Kalaupun harus menggunakannya, beri penjelasan dan padanan katanya (kalau
memang ada).
 Tidak perlu tergesa-gesa dan sekaligus, pemberian informasi bias dilakukan
secara bertahap.
 Jika menyampaikan berita buruk, gunakan kata atau kalimat persiapan atau
pendahuluan, misalnya, “Boleh saya minta waktu untuk menyampaikan
sesuatu?” untuk melihat apakah dia (yang diajak berkomunikasi) siap
mendengar berita tersebut.
 Hindari memakai kata-kata yang bersifat mengancam, seperti “Kalau tidak
melakukan anjuran saya, kalau ada apa-apa jangan datang ke saya”.
 Gunakan kata atau kalimat yang menimbulkan semangat atau meyakinkannya.
 Ulangi pesan yang penting.
 Pastikan pasien/keluarga mengerti apa yang disampaikan.
 Menanggapi reaksi psikologis yang ada, terlihat dari ucapan atau sikap dan
dengan empati. ”Saya dapat mengerti jika ibu khawatir”.
 Menyimpulkan apa yang telah disampaikan.
 Beri kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya, jangan memonopoli
pembicaraan.
 Berikan nomor telpon yang bisa dihubungi jika sewaktu-waktu diperlukan.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan
melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat
dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang
keduanya dapat dipelajari dan dilatih.
Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic
Communicationin Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa
pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam
batasan definisi berikut:
1) Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien
(aphysician cognitive capacity to understand patient’s needs),
2) Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an
affectivesensitivity to patient’s feelings),
3) Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya
kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient).

3. Teknik Komunikasi Efektif Antara Tenaga Kesehatan


Komunikasi dalam menyampaikan informasi antara tenaga kesehatan
membutuhkan perhatian yang utama. Metode yang digunakan untuk komunikasi
tersebut harus dapat digunakan sebagai komunikasi verbal dan non verbal yang
akurat, jelas dan mudah dipahami sehingga tidak terjadi misinterpretasi yang dapat
berpengaruh terhadap penanganan pasien selanjutnya. Diantaranya adalah:
a. Komunikasi antara dokter umum dengan dokter spesialis (DPJP)
b. Komunikasi antara dokter spesialis (DPJP) dan dokter spesialis terkait.
c. Komunikasi antara dokter dengan perawat.
d. Komunikasi antara perawat/antar petugas rumah sakit.

4. Tehnik komunikasi efektif di RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA:


a. Tehnik TULBAKON (Tulis, Baca dan konfirmasi)
1) Perintas harus di tulis secara lengkap oleh petugas petugas kesehatan yaitu
meliputi :
 Isi perintah.
 Nama pemberi perintah.
 Nama penerima perintah.
 Tanggal dan jam.
Perintah/Instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan
yang disampaikan harus ditulis pada berkas rekam medis, dikonfirmasi ulang
pada saat DPJP Visite instruksi harus dicek kembali oleh DPJP kemudian
ditanda tangani pada kolom cap konfirmasi (stempel “read back”). Apabila
dokter DPJP sedang tidak ada ditempat maka cap konfirmasi dapat
ditanda tangani oleh dokter pengganti yang ditunjuk oleh dokter DPJP.

Tanggal : …………… Tanggal : …………

Jam : ……………….. Jam : ………………

Penerima instruksi Pemberi Instruksi


Diisi oleh dokter
(……………………) (………………….) pemberi instruksi

2) Baca Perintah/Instruksi lisan via alat komunikasi/telepon dan laporan hasil


pemeriksaan di baca ulang/di eja, waspadai nama-nama obat yang
NORUM/LASA (Nama Obat Rupa Sama/Look Like Sound Like) seperti :

- Aminophilin 200 mg – Amitriptyline 25 mg


- Acyclovir 200 mg – Acyclovir 400 mg
Perintah/Instruksi lisan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan Nama-nama obat
atau tindakan yang tidak jelas akan di eja dengan ejaan alphabet yang sudah di standarisasi :

3) Konfirmasi ulang Instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil
pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan
hasil pemeriksaan

b. Teknik SBAR
Perawat/dokter jaga akan melaporkan kondisi pasien dengan sistem SOAP
(Subjective-Objective-Assesment-Planning)
- Subjective yaitu: Gejala yang dikeluhkan pasien.
- Objective yaitu: Tanda-tanda/gejala yang ditemukan pada pasien.
- Assesment yaitu : Diagonosis pasien terkini
- Planning yaitu: Rencana Tindakan Lanjut/Apa yang perlu/akan dilakukan
untuk mengatasi masalah pasien saat ini.

5. Pelaporan hasil pemeriksaan kritis


1) Proses penyampaian hasil pemeriksaan kritis kepada dokter yang merawat
pasien.
2) Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang
memerlukan penanganan segera dan harus dilaporkan ke DPJP dalam waktu
kurang dari satu jam.
3) Huruf Kode alfabet Huruf Kode Alfabet Dokter atau
A Alfa N November petugas
B Bravo O Oscar
C Charlie P Papa
D Delta Q Quebec
E Echo R Romeo
F Fanta S Sierra
G Golf T Tanggo
H Hotel U Uniform
I India V Victor
J Juliete W Whiskey
K Kilo X X-ray
L Lima Y Yankee
M Mike Z Zulu
menyampaikan hasil kritis ke DPJP, bila tidak bisa di hubungi maka petugas
menghubungi dokter/perawat di bagian terkait.
4) Dokter/petugas yang melaporkan hasil kritis mencatat nama lengkap, tanggal
dan waktu.

6. Pelaporan pemeriksaan cito


1) Proses permintaan dan penyampaian pemeriksaan tes cito.
2) Pemeriksaan cito adalah pemeriksaan yang harus segera dilakukan dan segera
disampaikan hasilnya, baik hasil normal maupun abnormal misalnya
pemeriksaan analisa gas darah, foto thorak dan lain sebagainya.
7. Alur pelaporan nilai kritis dari penunjang

ANALIS/ Dr. PENANGGUNG


KOORDINATOR JAWAB
ANALIS LABORATORIUM

RAWAT INAP RAWAT JALAN & UGD


PERAWAT PERAWAT

DPJP/Dr. Jaga/Konsulen DPJP/Dr. Poli/ Dokter


Jaga spesialis

8. Mekanisme pelaporan hasil pemeriksaan kritis dan pemeriksaan cito

1) Pada 15 menit pertama Perawat harus segera melaporkan pada dokter jaga/IGD
2) Pada 15 menit kedua : dokter jaga harus melaporkan kepada dokter
Konsulen/dokter yang meminta pemeriksaan.
3) Pada 15 menit ketiga : bila belum berhasil, dokter jaga melaporkan kepada
dokter spesialis lain dengan kualifikasi sama.
4) Pada 15 menit keempat : bila belum berhasil dokter jaga bias menghubungi
urutan pimpinan sebagai berikut :
- Kepala Komite medik.
- Direktur atau Wakil Direktur Rumah sakit.
D. Teknik Berbicara Efektif
Teknik berbicara yang efektif dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Menarik nafas dalam-dalam sebelum memulai berbicara.
b. Mengatur volume bicara agar lebih keras dari biasanya. Caranya dengan mengatur,
agar suara dapat didengar oleh jajaran orang yang duduk atau berdiri paling jauh dari
tempat kita berbicara.
c. Menggunakan kata-kata sehari-hari, yang dikenal oleh pendengar. Orang akan
tertarik pada pembicaraan yang menggunakan kata-kata yang akrab ditelinganya
daripada kata-kata yang tidak dimengerti (misalnya istilah-istilah dalam bahasa
asing).
d. Layangkan pandangan ke seluruh pendengar.

E. Teknik Mendengar Efektif


Ada ungkapan yang mengatakan kalau kita ingin didengar orang maka belajarlah
menjadi pendengar yang baik. Mendengar adalah hal yang utama dalam berkomunikasi,
mendengar dengan efektif berarti mendengar untuk mengerti apa yang dikatakan dibalik
pesan.
Prosesnya adalah :
a. Mendengar efektif dengan menangkap ungkapan non verbal sebaik isyarat/petunjuk
verbal. Artinya pada saat mendengarkan dengan efektif penerima akan mendapatkan
umpan balik dengan menguraikan sendiri melalui kata-katanya tentang pesan yang
disampaikan oleh pengirim, dan mengulang kembali dengan caranya sendiri.
b. Penerima pesan mengecek kembali, yaitu apa yang ada dibalik pesan yang
diterimanya untuk mengerti pesan apa yang sesungguhnya diterima.
c. Gambaran perilaku, ini merupakan gambaran individual yang sangat spesifik,
kegiatan pengamatan kepada orang lain tanpa membuat keputusan atau generalisasi
tentang latar belakang, orangnya atau sifatnya..
Teknik mendengar efektif dapat membantu dan memastikan para komunikator
mempunyai informasi yang akurat. Memastikan bahwa kualitas informasi yang baik
tidak hanya merupakan tantangan dalam komunikasi. Keduanya baik pengirim maupun
penerima ingin memastikan bahwa mereka mempunyai kualitas ketepatan dari informasi
yang benar.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dalam melaksanakan komunikasi perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :


1. Komunikasi Antar pribadi
Komunikasi dilakukan oleh petugas di unit kerja masing-masing baik antar pegawai,
maupun antara pegawai RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA dengan pelanggan.
2. Komunikasi Kelompok Kecil
Kegiatan komunikasi kelompok kecil dilakukan di RS KHUSUS BEDAH BINA
ESTETIKA dalam bentuk promosi kesehatan, pemberian informasi kesehatan, seminar,
diklat dan lain sebagainya. Komunikator dapat melakukan kegiatan komunikasi tersebut
di unit kerja masing-masing, atau berkoordinasi dengan unit kerja lain untuk menunjang
kelancaran kegiatan.
Komunikasi berupa edukasi kepada pasien, keluarga pasien dan pelanggan lainnya
dilakukan di setiap unit kerja serta harus berkoordinasi dengan Instalasi Promosi
Kesehatan dan Pemasaran agar lebih terorganisir dan efektif.
3. Komunikasi Kelompok Besar
Kegiatan komunikasi dalam lingkup kelompok besar di RS KHUSUS BEDAH BINA
ESTETIKA seperti apel upacara, peringatan dan perayaan hari-hari besar lainnya.
4. Komunikasi Massa
Kegiatan komunikasi formal dengan organisasi/instansi di luar RS KHUSUS BEDAH
BINA ESTETIKA, misalnya wawancara/sebagai narasumber di media cetak, media
elektronik.

Apabila masyarakat memerlukan data/informasi/pesan yang berhubungan dengan


layanan publik harus berkoordinasi dengan informasi RS KHUSUS BEDAH BINA
ESTETIKA
Media komunikasi resmi milik RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA seperti
website, situs jejaring sosial, telepon, leaflet dan papan pengumuman dikelola oleh bagian IT.
Sedangkan materi komunikasi untuk media massa didapat dari berbagai narasumber.
Narasumber yang berwenang memberikan pernyataan dalam bentuk ucapan maupun tulisan
adalah anggota/staf RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA atau narasumber lain atas
persetujuan Direktur Rumah Sakit.
Pedoman ini merupakan panduan teknis mengenai prinsip-prinsip komunikasi antar
petugas di lingkungan RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA mulai dari pimpinan sampai
staf pelaksana termasuk dokter dan perawat, juga antara petugas dengan pelanggan internal
maupun eksternal (pasien, keluarga pasien dan masyarakat rumah sakit).
Dengan berkembangnya era teknologi komunikasi dan informasi maka sebaiknya
pedoman ini perlu dievaluasi setelah dua tahun masa berlakunya.

Jakarta, 2023
RS KHUSUS BEDAH BINA ESTETIKA
Direktur

dr. Rosalina Hutagalung,MARS


DAFTAR PUSTAKA

 Permenkes RI No. 1691/ Menkes / Per / VIII / 2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.

 M. Haig, Kathleen., Sutton, R.N. Staci., dan Whittington, R.N. John, M.D. Maret
2006. SBAR: A Shared Mental Model for Improving Communication Between
Clinicians. Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations Vol. 32
No. 3.

 Uchyana Efendy, Onong, Prof. DR. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung.

 Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter–Pasien. Jakarta.


 Mulyana, Deddy, Prof. M.A., PH.D. Komunikasi Efektif.

Anda mungkin juga menyukai