SASARAN KESELAMATAN
PASIEN FKTP SIKESJAS
KORBRIMOB TAHUN 2023
1
KORPS BRIMOB POLRI
BIDANG KESEHATAN DAN
JASMANI
FKTP SIKESJAS KORBRIMOB
BAB I
DEFINISI
A. Definisi
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana seorang individu
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambang kata-kata) untuk
merubah tingkah laku orang lain. Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang
baik dan berdampak sesuai dengan yang diinginkan komunikator. Komunikasi akan
berhasil apabila pesan yang disampaikan` oleh komunikator sesuai dengan
pengalaman yang pernah diperoleh komunikan.
Komunikasi harus dilaksanakan dengan terencana, terpola, efektif dan
sistematis agar terhindar dari kesalahpahaman yang dapat menimbulkan masalah,
seperti ketidakpuasan pelanggan yang akan mengakibatkan terjadinya permasalahan
hukum. Komunikasi dengan pasien ataupun keluarga pasien harus dibangun dengan
baik sesering mungkin agar dapat membantu proses penyembuhan. Keluarga pasien
pun perlu diberi edukasi agar mengetahui hal- hal yang terkait dengan kesehatan
sehingga secara tidak langsung Klinik Pratama Polres Sumedang dapat membantu
menciptakan masyarakat yang sehat.
B. Tujuan
Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik dan berdampak efektif, maka
seluruh karyawan di Klinik Pratama Polres Sumedang harus memiliki nilai- nilai
etika berkomunikasi diantaranya jujur, terbuka, terpercaya, sopan, transparan,
empati, dan memotivasi, yang bertujuan memberikan panduan teknis bagi
pelaksana serta pimpinan tentang tata cara berkomunikasi yang efektif di Klinik
Pratama Polres Sumedang, sebagai bahan acuan dalam mengembangkan sistem
pengumpulan data/informasi/pesan sesuai dengan kondisi masing-masing unit kerja
dan menyampaikannya dengan baik kepada komunikan, menciptakan sistem
komunikasi yang cepat, tepat, berkelanjutan, up to date dan dapat dipercaya agar
efektif serta berdampak pada kepuasan pasien dan keluarga pasien.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang Lingkup
1. Komunikasi antar pegawai FKTP SIKESJAS KORBRIMOB di setiap unit
kerja
2. Komunikasi kepada pasien
3. Komunikasi kepada keluarga pasien
4. Komunikasi dalam penerbitkan majalah, bulletin dan atau surat kabar.
5. Komunikasi pada media online seperti seperti Website, House Journal online,
akun media sosial, dan lain sebagainya.
6. Komunikasi kepada pers/wartawan
7. Komunikasi kepada stakeholder (pihak-pihak yang memiliki kepentingan
seperti LSM, organisasi masyarakat, rekanan, kolega, dan in stansi lain)
8. Komunikasi kepada pemerintah
B. Batasan Operasional
1. Komunikasi adalah sebagai proses dimana seorang individu (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambing kata-kata) untuk merubah tingkah
laku orang lain.
2. Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak sesuai
dengan yang diinginkan komunikator.
3. Komunikator (sender) adalah orang yang melakukan komunikasi dengan orang lain
untuk mengirimkan suatu pesan/informasi kepada orang lain yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak.
4. Komunikan (receiver) adalah orang yang menerima pesan/informasi dari
komunikator.
5. Pesan (message) adalah informasi yang disampaikan baik secara langsung maupun
tidak langsung dari komunikator ke komunikan.
6. Media (channel) adalah alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke
komunikan.
3
C. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
3. Undang-Undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi
4. Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers
5. Permenkes RI nomor 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
4
BAB III
TATA LAKSANA KOMUNIKASI
A. Proses Komunikasi
Proses komunikasi secara umum digambarkan sebagai berikut :
1. Proses pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
2. Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, atau
untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, baik secara langsung atau tidak langsung.
3. Proses dimana seseorang (komunikator) mengatakan sesuatu (pesan) kepada
seseorang (komunikan), menggunakan saluran tertentu (media) dan dengan efek
tertentu (feedback).
4. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran
dan perasaan komunikator kepada komunikan.
5. Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua untuk
melancarkan komunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat
yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.
5
B. Teknik Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan
sikap (attitude change) atau perubahan perilaku (behavior change) atau setidaknya
perubahan opini (opinion change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Dalam
komunikasi efektif, proses penyampaian informasi harus tepat waktu, akurat, jelas, dan
mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahpahaman.
1. Proses komunikasi efektif adalah sebagai berikut :
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan
secara lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
b. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan.
c. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
2. Lima fondasi membangun komunikasi efektif yaitu :
a. Berusaha benar-benar mengerti orang lain (emphatetic communication)
b. Memenuhi komitmen/janji
c. Menjelaskan harapan
d. Meminta maaf dengan tulus ketika membuat kesalahan
e. Memperlihatkan integritas pribadi
3. Faktor-faktor penunjang komunikasi efektif adalah :
a. Faktor komunikan
Seseorang atau sekelompok orang dapat menerima pesan dengan baik, jika
berada dalam kondisi sebagai berikut :
1) Mengerti pesan yang disampaikan, baik itu dari bahasa, dialek dan gaya
bahasa jika diperlukan gunakan bahasa daerah.
2) Menyadari bahwa keputusan sesuai dengan tujuan dan bersangkutan dengan
kepentingan pribadinya.
3) Waktu/timing menerima suatu pesan harus tepat.
4) Sikap, nilai, penampilan harus sesuai dengan norma komunikan.
5) Jenis kelompok komunikan harus diperhatikan.
b. Faktor komunikator
Terdapat dua faktor penting pada diri komunikator agar komunikasi berjalan
efektif yaitu :
6
1) Kepercayaan pada komunikator (source credibility)
Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan
dapat tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang
besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap. Dengan lebih dikenal
dan disenanginya komunikator oleh komunikan maka lebih besar
kecenderungan komunikan untuk merubah sikap sesuai dengan yang diinginkan
komunikator.
2) Daya tarik komunikator (source attractiveness).
Seorang komunikator juga akan mempunyai kemampuan merubah sikap
komunikan dengan menonjolkan atau menampilkan daya tariknya. Misalnya
komunikator menonjolkan kesamaan dirinya dengan komunikan, bersenda
gurau sesuai dengan nilai komunikan, menggiring komunikan ke arah opini
yang sama dan memuaskan sehingga komunikator meraih simpati komunikan.
Kesamaan yang dapat dibangun seperti kesamaan ideologi dan kesamaan
demografi.
Kemampuan yang tidak kalah penting adalah kemampuan membaca
c. Faktor pesan
1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikan.
2) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang
sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyajikan/menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4) Pesan harus menyarankan sesuatu untuk memperoleh kebutuhan sesuai situasi
kelompok komunikan dalam memberikan tanggapan yang dikehendaki.
7
Menurut sifatnya, gangguan komunikasi terbagi kedalam dua jenis, yaitu
gangguan mekanik dan gangguan semantik. Gangguan mekanik yaitu gangguan
yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
Contohnya adalah gangguan suara ganda (interferensi) pesawat radio,kebisingan
kendaraan di jalan raya. Gangguan semantik yaitu gangguan yang berkaitan
dengan makna dari pesan tersebut, biasanya ditimbulkan saat penggunaan bahasa.
Contohnya secara denotatif semua orang akan setuju, bahwa anjing adalah
binatang berbulu, berkaki empat. Secara konotatif banyak yang menganggap
anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan. Tetapi
untuk sebagian lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan binatang yang
menakutkan dan berbahaya.
b. Kepentingan
Kepentingan akan membuat orang selektif dalam menerima pesan.
Seseorang yang sedang tersesat di hutan dan beberapa hari tidak menemukan
makanan sedikit pun, dan diberi pilihan berlian dan makanan, maka seseorang
tersebut dipastikan akan memilih makanan.
Contoh lain, memberi materi mengenai operasi tulang tidak akan efektif,
tetapi jika memberi materi mengenai perawatan luka dan gizi seimbang bagi
keluarga yang sedang menunggu pasien pasca operasi barangkali akan lebih
efektif.
c. Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan
keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Motivasi seseorang berbeda dari waktu
ke waktu, dari tempat ke tempat. Perbedaan motivasi itu yang dapat menjadi
hambatan komunikasi.
Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi maka semakin besar pesan
akan diterima dengan baik. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu
komunikasi yang motivasinya tak sesuai dengan komunikan.
d. Prasangka
Prasangka merupakan suatu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi
karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga
dan menentang komunikator yang hendak
8
memberikan komunikasi. Contohnya prasangka terhadap suatu ras, agama,
pendirian politik, kelompok, pendek kata perangsang yang dalam pengalaman
pernah memberi kesan yang tidak baik.
Contohnya seorang politikus yang di suatu tempat mengemukakan suatu
analisis yang ternyata meleset akan ditanggapi dengan penuh prasangka apabila ia
kembali berpidato di tempat tersebut.
9
Yah..benar Dikonfirmasikan Jadi isi pesannya ini yah pak …
10
2) Illness centered communication style atau patient centered
communication style yaitu komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan
pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik.
Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang
menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.
b. Kiat komunikasi dalam menyampaikan informasi menurut Konsil Kedokteran
Indonesia yaitu :
1) Tanyakan, apakah ada yang dikhawatirkannya.
2) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti, sesuai tingkat pemahamannya
(usia, latar belakang pendidikan, sosial budaya).
3) Tidak dianjurkan memakai bahasa atau menggunakan istilah kedokteran.
Kalaupun harus menggunakannya, beri penjelasan dan padanan katanya (kalau
memang ada).
4) Tidak perlu tergesa-gesa dan sekaligus, pemberian informasi bisa dilakukan
secara bertahap.
5) Jika menyampaikan berita buruk, gunakan kata atau kalimat persiapan atau
pendahuluan, misalnya, “Boleh saya minta waktu untuk menyampaikan
sesuatu?” untuk melihat apakah dia (yang diajak berkomunikasi) siap
mendengar berita tersebut.
6) Hindari memakai kata-kata yang bersifat mengancam, seperti “Kalau tidak
melakukan anjuran saya, kalau ada apa-apa jangan datang ke saya”.
7) Gunakan kata atau kalimat yang menimbulkan semangat atau meyakinkannya.
8) Ulangi pesan yang penting.
9) Pastikan pasien/keluarga mengerti apa yang disampaikan.
10)Menanggapi reaksi psikologis yang ada, terlihat dari ucapan
atau sikap dan dengan empati. ”Saya dapat mengerti jika ibu
khawatir”.
11) Menyimpulkan apa yang telah disampaikan.
12) Beri kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya, jangan memonopoli
pembicaraan.
11
13) Berikan nomor telpon yang bisa dihubungi jika sewaktu- waktu
diperlukan.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan
melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri
dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan
berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.
12
1) Tulis : Perintah harus ditulis secara lengkap oleh petugas petugas kesehatan
yaitu meliputi :
a) Tanggal dan jam.
b) Isi perintah.
c) Nama pemberi perintah.
d) Nama penerima perintah.
Perintah/Instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan
yang disampaikan harus ditulis pada berkas rekam medis catatan terintegrasi
RM 12,dengan tehnik SBAR,instruksi dokter ditulis di kolom
instruksi,bubuhkan stempel “SBAR” kemudian dikonfirmasi ulang pada saat
DPJP visite, Instruksi harus dicek kembali oleh DPJP kemudian ditanda
tangani pada kolom cap konfirmasi (stempel “TBAK”) dan tanda tangan pada
lembar Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi. Apabila dokter DPJP
sedang tidak ada ditempat maka verifikasi dapat ditanda tangani oleh dokter
pengganti yang ditunjuk oleh dokter DPJP.
Stempel SBAR
2) Baca : Perintah/ Instruksi lisan via alat komunikasi/ telepon dan laporan hasil
pemeriksaan di baca ulang/ di eja, waspadai nama-nama obat yang NORUM/
LASA (Nama Obat Rupa Mirip/ Look Alike Sound Alike) seperti :
a) Aminophilin 200 mg – Amitriptyline 25 mg
13
b) Acyclovir 200 mg – Acyclovir 400 mg
Perintah/Instruksi lisan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan, nama-
nama obat atau tindakan yang tidak jelas akan di eja dengan ejaan alphabet
internasional:
A ALPHA N NOVEMBER
B BRAVO O OSCAR
C CHARLIE P PAPA
D DELTA Q QUEBEC
E ECHO R ROMEO
F FOXTROT S SIERRA
G GOLF T TANGO
H HOTEL U UNIFORM
I INDIA V VICTOR
J JULIET W WHISKEY
K KILO X X-RAY
L LIMA Y YANKEE
M MIKE Z ZULU
3) Konfirmasi ulang (verifikasi) : Instruksi baik lisan dan via alat komunikasi
atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan pada kesempatan pertama setelah
pemberian instruksi.
14
D. Pelaporan Hasil Pemeriksaan Kritis
1. Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang
memerlukan penanganan segera dan harus dilaporkan ke DPJP dalam waktu kurang
dari satu jam.
2. Dokter atau petugas menyampaikan hasil kritis ke DPJP , bila tidak bisa di hubungi
maka petugas menghubungi dokter / perawat di bagian terkait.
3. Dokter/petugas yang melaporkan hasil kritis mencatat nama lengkap, tanggal dan
waktu.
15
2. Pada 15 menit kedua: dokter jaga harus melaporkan kepada dokter
konsulen/dokter yang meminta pemeriksaan.
3. Pada 15 menit ketiga : bila belum berhasil, dokter jaga melaporkan kepada dokter
spesialis lain dengan kualifikasi sama.
4. Pada 15 menit keempat : bila belum berhasil dokter jaga bisa menghubungi urutan
pimpinan sebagai berikut :
a. Ketua Komite medik.
b. Kepala atau Wakil Kepala Klinik
H. Teknik Berbicara Efektif
Teknik berbicara yang efektif dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Menarik nafas dalam-dalam sebelum memulai berbicara.
2. Mengatur volume bicara agar lebih keras dari biasanya. Caranya dengan mengatur,
agar suara dapat didengar oleh jajaran orang yang duduk atau berdiri paling jauh dari
tempat kita berbicara.
3. Menggunakan kata-kata sehari-hari, yang dikenal oleh pendengar. Orang akan
tertarik pada pembicaraan yang menggunakan kata-kata yang akrab ditelinganya
daripada kata-kata yang tidak dimengerti (misalnya istilah-istilah dalam bahasa asing).
4. Layangkan pandangan ke seluruh pendengar.
16
3. Gambaran perilaku, ini merupakan gambaran individual yang sangat spesifik,
kegiatan pengamatan kepada orang lain tanpa membuat keputusan atau generalisasi
tentang latar belakang, orangnya atau sifatnya.
Teknik mendengar efektif dapat membantu dan memastikan para komunikator
mempunyai informasi yang akurat. Memastikan bahwa kualitas informasi yang baik
tidak hanya merupakan tantangan dalam komunikasi. Keduanya baik pengirim maupun
penerima ingin memastikan bahwa mereka mempunyai kualitas ketepatan dari informasi
yang benar.
17
BAB IV
DOKUMENTAS
I
18