Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II

Dosen Pengampu : Ns. Duma L. Tobing , M.Kep, Sp.Kep.J

Di susun oleh :
Ulpa Susanti
2010721077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2021
I. KASUS (MASALAH UTAMA)
Defisit Perawatan Diri (DPD)
Defisit perawatan diri adalah hubungan antara tuntutan perawatan diri
terapeutik individual dan kekuatan agen perawatan dirinya dimana kemampuan
perawatan diri yang telah dikembangkan di dalam agen perawatan diri tidak bisa
dioperasikan atau tidak memadai untuk mengetahui dan memenuhi beberapa atau
semua komponen permintaan perawatan diri terapeutik yang ada atau yang
diproyeksikan (Herawati et al., 2020).
Perawatan diri (personal hygine) mencakup aktivitas yang dibutuhkan
sehari-hari yang biasa dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADLs).
Aktivitas ini dipelajari dari waktu ke waktu dan menjadi kebiasaan seumur hidup.
Kegiatan perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus dilakukan
(kebersihan mandi, berpakaian, toilet, makan), tetapi juga berapa, kapan, di mana,
dengan siapa, dan bagamana (Miller dalam Carpenito-Moyet, 2009).
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan
diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau
kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan minum
secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya suatu kondisi. Faktor predisposisi defisit perawatan diri meliputi:
1. Faktor psikologis
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien,
sehingga klien menjadi begitu bergantung pada perkembangan inisiatifnya
terganggu. Pasien gangguan jiwa, misalnya, mengalami defisit perawatan diri
dikarenakan kemampuan realitas yang kurang. Hal ini menyebabkan klien
tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya, termasuk perawatan diri.
2. Faktor biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak
mampu melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan oleh
adanya penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri. Selain itu, faktor herediter (keturunan)berupa
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, juga turut menjadi
penyebab.
3. Faktor sosial
Faktor sosial ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan
kemampuan perawatan diri lingkungannya.

B. Faktor Presipitasi
Faktor pesipitasi defisit perawatan diri, meliputi kurangnya motivasi,
keusakan kognitif atau perseptual, cemas, dan kelelahan yang dialami klien.

C. Jenis - Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut Herdman (2015) jenis perawatan diri terdiri dari:
1) Defisit perawatan diri : Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktifitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2) Defisit perawatan diri: Berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
3) Defisit perawatan diri: Makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri.
4) Defisit perawatan diri: Eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan eliminasi sendiri
D. Rentang Respon
1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu
ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri.
2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stressor.

E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi intergrasi pertumbuhan
belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2) Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung mencelakai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri.

F. Sumber Koping
Sumber koping defisit perawatan diri mencakup kemampuan personal
(personal anility) akan:
1. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. Berhias dan berdandan secara baik
3. Melakukan makan dengan baik
4. Melaksanakan BAB/BAK secara mandiri
5. Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptif
6. Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif.
III. A. Pohon Masalah

Gangguan pemeliharaan
kesehatan

Defisit perawatan diri

Kehilangan fungsi tubuh, kurangnya


motivasi

B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

DATA MASALAH
Subjektif :

1. Klien mengatakan trauma dan


enggan untuk melakukan
perawatan pada dirinya

2. Klien mengatakan tidak peduli


akan kebersihannya

3. Klien mengatakan masih terbayang


alm.suaminya ketika berada
dikamar mandi

Objektif :
Defisit Perawatan Diri
1. Klien terlihat mandinya tidak
bersih

2. Gigi dan rambut klien terlihat kotor

3. Klien menggunakan pakaian yang


tidak sesuai

4. Klien terkadang BAK ditempat


tidur

5. Klien setiap sebelum dan sesudah


makan jarang untuk mencuci
tangan

IV. Diagnosa Keperawatan


1. Defisit Perawatan Diri
V. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Intervensi


Tujuan Kriteria Evaluasi
Dx Keperawatan
1. Defisit Tujuan umum: klien 1. Ekspresi wajah bersahabat. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
perawatan diri: tidak mengalami 2. Menunjukkan rasa senang. komunikasi terapeutik:
mandi,berpak defisit perawatan diri. 3. Klien bersedia berjabat tangan. 1. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal.
aian, makan, Tujuan Khusus: 4. Klien bersedia menyebutkan 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
eliminasi TUK 1: nama. 3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang
Klien dapat membina 5. Ada kontak mata. disukai klien.
hubungan saling 6. Mau bersedia berdampinga n 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
percaya dengan dengan perawat. 5. Jujur dan menepati janji.
perawat. 7. Mau mengutarakan masalah 6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
yang dihadapi. 7. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2. Defisit TUK 2: klien mampu 1. Klien dapat menyebutkan Berikan pendidikan kesehatan dan latih klien cara-cara
perawatan diri: melakukan kebersihan pentingnya kebersihan diri. perawatan kebersihan diri:
mandi. diri secara mandiri. 2. Klien mampu menyebutkan 1. Identifikasi kebersihan diri, berdandan,makan dan
tanda kebersihan diri. eliminasi.
3. Klien mampu menyebutkan 2. Jelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
fungsi kebersihan diri untuk 3. Dorong klien untuk menyebutkan 3 tanda kebersihan diri.
kesehatan. 4. Diskusikan fungsi kebersihan diri untuk kesehatan dengan
4. Klien mampu menyebutkan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang
tujuan dari kebersihan diri. berhubungan dengan kebersihan diri.
5. Klien mampu menyebutkan 5. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan
alat-alat untuk menjaga tujuan memelihara kebersihan diri.
kebersihan diri. 6. Beri reinforcement positif setelah klien
6. Klien mampu mempraktikk an mampumengungkap kan arti kebersihan diri
cara menjaga kebersihan diri. 7. Jelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
7. Klien mampu menyebutkan 8. Jelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
cara-cara melakukan 9. Latih klien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.
kebersihan diri. 10. Beri reinforcemen positif setelah klien mampu
mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.
11. Bantu klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan klien.
12. Diskusikan rencana tindak lanjut bersama klien (SP2).
3. Defisit TUK 3: Klien mampu 1. Klien mampu menyebutkan Berikan pendidikan kesehatan dan latih klien
perawatan diri: melakukan cara berhias yang baik. berhias/berdandan:
berpakaian. berhias/berdand an 2. Klien mampu menyebutkan 1. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal.
dengan baik. cara menyisir rambut. 2. Evaluasi jadwal kegiatan klien.
3. Klien mampu menyebutkan 3. Jelaskan cara berhias yang baik.
cara bercukur (laki-laki) dan 4. Jelaskan cara menyisir rambut.
berdandan (perempuan). 5. Jelaskan cara bercukur (laki-laki), dan berdandan
4. Klien mampu mempraktikk (perempuan).
an cara berhias yang baik. 6. Latih klien mempraktikkan cara berhias yang baik.
7. Ber reinforcemen positif setelah klien mampu
mempraktikkan cara berhias yang baik.
8. Bantu klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan.
9. Diskusikan rencana tindak lanjut bersama klien (SP 3)
4. Defisit TUK 4: Klien mampu 1. Klien mampu menyebutkan Berikan pendidikan kesehatan dan latih klien makan secara
perawatan diri: melakukan makan cara mempersiapkan makanan. mandiri:
makan dengan baik. 2. Klien mampu menyebutka cara 1. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal.
makan yang tertib. 2. Evaluasi jadwal kegiatan klien.
3. Klien mampu menyebutkan 3. Jelaskan cara mempersiapkan makan.
cara merapikan peralatan 4. Jelaskan cara makan yang tertib dan baik.
makanan setelah makan. 5. Jelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan.
Klien mampu mempraktikk an 6. Latih cara makan yang baik.
cara makan yang baik. 7. Beri reinforcement positif setelah klien mampu
mempraktikkan cara makan yang baik.
8. Bantu klien memasukkan dalam jadwal kegiatan klien.
9. Diskusikan rencana tindak lanjut bersama klien (SP4).
5. Defisit TUK 5: Klien mampu 1. Klien mampu menyebutkan Berikan pendidikan kesehatan dan ajarkan klien melakukan
perawatan melakukan eliminasi tempat buang air besar/buang buang air besar/buang air kecil secara mandiri:
diri:eliminasi dengan mandiri air kecil yang sesuai. 1. Sapa klien dengan ramah,baik verbal, maupun non verbal.
(buang air 2. Klien mampu menyebutkan 2. Evaluasi jadwal kegiatan klien.
besar/buang air kecil). cara membersihkan diri setelah 3. Jelaskan tempat buang air besar/buang air kecil yang
buang air besar/buang air kecil. sesuai.
3. Klien mampu mempraktikk an 4. Jelaskan cara membersihkan diri setelah buang air
cara buang air besar/buang air besar/buang air kecil.
kecil yang sesuai. 5. Latih klien mempraktikkan cara buang air besar/buang air
kecil yang sesuai.
6. Beri reinforcement positit setelah klien mampu
mempraktikkan cara eliminasi yang baik dan benar.
7. Evaluasi tindakan keperawatan.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic
Course).Yogyakarta: EGC.

SUTEJO, 2016. KEPERAWATAN JIWA, JAKARTA.


Stuart,Gail.W, Keliat,Budi.A, Pasaribu,Jesika. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Stuart. Jakarta: Elsevier
NANDA 2016
Herawati, N., Afconneri, Y., Padang, P. K., Gadang, S., Padang, K., & Barat, S.
(2020). SELF-HEALTH CARE OF SCIZOPHFRENIA PATIENTS WITH
HALUSINATION. 8(1).

Anda mungkin juga menyukai