Di susun oleh :
Ulpa Susanti
2010721077
Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucinatio yang bermakna secara
mental mengembara atau menjadi linglung. Jardri, dkk (2013) menegaskan “The term
hallucination comes from the Latin "hallucinatio": to wander mentally or to be absent-
minded”. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart &Laraia, 2005).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori presepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada ( Damaiyanti,2008 ).
Dampak yang ditimbulkan oleh pasien dengan halusinasi adalah kehilangan
kontrol dirinya. Biasanya hal ini terjadi pada tahap ketiga dan keempat yaitu tahap
controlling dan tahap conquering. Pada tahap controlling halusinasi sudah
mengendalikan diri pasien hal ini menyebabkan pasien cemas berat dan pada tahap
conquering halusinasi sudah melebur dan pasien merasa sangat ketakutan, panik
dan tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan yang dialaminya
(Nurlaili, 2019)
Halusinasi adalah presepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari
luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang “khayal”, halusinasi sebenarnya
merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang “teresepsi”
( Yosep,2010 ).
A. Faktor Predisposisi
B. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan
atau, tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta
konflik antar masyarakat.
C. Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada klien gangguan jiwa. Sekitar 70%
halusinasi yang dialami klien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar/suara, 20%
halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penciuman, pengecapan, dan
perabaan. Pengkajian dapat dilakukan dengan mengobservasi perilaku klien dan
menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami klien.
INDERA KARAKTERISTIK
Penglihatan Rangsangan visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
(Halusinasi Optik) geometris, tokoh kartun, atau adegan atau bayangan yang
rumit dan kompleks. Bayangan dapat menyenangkan atau
menakutkan, seperti monster.
Pendengaran Mendengar kegaduhan atau suara. Suara yang berkisar dari
(Halusinasi Akustik) kegaduhan atau suara sederhana, suara berbicang tentang
klien, menyelesaikan percakapan antara dua orang atau
lebih tentang orang yang berhalusinasi. Pikiran mendengar
dimana klien mendengar suara yang berbicara pada klien
dan perintah yang memberitahu klien untuk melakukan
sesuatu, kadang-kadang berbahaya.
Penciuman Mencium tidak enak, busuk, dan tengik seperti darah, urin
(Halusinasi Olfaktorik) atau feses; kadang-kadang bau menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,
kejang, dan demensia.
Gustatory Merasakan tidak enak, kotor, busuk seperti darah, urin, dan
(Halusinasi Pengecap) feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus
(Halusinasi Taktil) yang jelas. Merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati, atau orang lain. Merasakan seperti diraba-raba,
dicolek, ditiup, dirambati ulat.
D. Fase-fase
Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat, mulai dari tingkat I sampai tingkat IV
Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
Fase I. Comforting Klien mengalami perasaan 1. Tersenyum
Ansietas sedang. yang mendalam seperti 2. Menggerakkan bibir tanpa
Halusinasi menyenangkan. ansietas, kesepian, rasa suara
Memberi rasa nyaman. bersalah, takut sehingga 3. Menggerakkan mata
mencoba untuk memikirkan dengan cepat
hal yang menyenangkan 4. Respons verbal yang
untuk meredakan ansietas. lambat jika sedang asyik
Pikiran dan pengalaman 5. Diam dan konsentrasi
sensori masih ada dalam
kontrol kesadaran (jika
ansietas dikontrol).
Fase II. Condeming Pengalaman sensori 1. Peningkatan sistem saraf
Ansietas berat. menakutkan. Mulai merasa otak, tanda-tanda ansietas,
Halusinasi menyebabkan kehilangan kontrol. Merasa seperti peningkatan denyut
rasa antipati. dilecehkan oleh pengalaman jantung, pernapasan dan
Menyalahkan. sensori tersebut. Menarik diri tekanan darah
dari orang lain. Tingkat 2. Rentang perhatian
kecemasan berat, secara menyempit
umum halusinasi 3. Konsentrasi dengan
menyebabkan rasa antipati pengalaman sensori
4. Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
NON PSIKOTIK dan realita
Fase III. Controlling Klien menyerah, berhenti 1. Perintah halusinasi ditaati
Ansietas Berat. melakukan perlawanan dan 2. Sulit berhubungan dengan
Pengalaman sensori menjadi menerima pengalaman orang lain
berkuasa dan tidak dapat sensorinya. Isi halusinasi 3. Rentang perhatian hanya
ditolak lagi menjadi atraktif. Merasa beberapa detik atau menit
kesepian bila pengalaman 4. Gejala fisik ansietas berat
sensori berakhir berkeringat, tremor, dan
tidak mampu mengikuti
PSIKOTIK perintah
Fase IV. Conquering Pengalaman sensori menjadi 1. Perilaku panik
Panik. ancaman jika klien tidak 2. Berpotensi untuk
Umumnya menjadi melebur mengikuti perintah. membunuh atau bunuh
dengan halusinasinya Halusinasi dapat berlangsung diri
selama beberapa jam atau 3. Tindakan kekerasan
hari agitasi, menarik diri, atau
katatonia
4. Tidak mampu merespons
perintah terhadap lebih
PSIKOTIK dari satu orang
E. Rentang Respon
Adaftif Maladaftif
a. RESPON ADAPTIF
1. Pikiran logis
Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
2. Persepsi akurat
Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman
Kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
4. Perilaku sesuai
Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut
diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan
dengan moral.
5. Hubungan sosial
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan di tengah-tengah
masyarakat.
b. RESPON TRANSISI
1. Pikiran kadang menyimpang
Kegagalan dalam mengabstrakkan dan mengambil kesimpulan.
2. Ilusi
Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
3. Reaksi emosi berlebihan atau berkurang
Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
4. Perilaku aneh atau tak lazim
Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran
mengolah dan tidak kenal orang lain.
5. Menarik diri
Perilaku menghindar dari orang lain.
c. RESPON MALADAPTIF
1. Gangguan pikiran atau waham
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walau tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial.
2. Halusinasi
Persepsi yang salah terhadap rangsang.
3. Ketidakmampuan untuk kontrol emosi
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami
kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.
4. Ketidakteraturan perilaku
Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
5. Isolasi sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Stuart, 2007).
F. Mekanisme Koping
Isolasi Sosial
CAUSA
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap klien serta
ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah:
1) Data Subjektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi mengatakan bahwa klien :
a) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
c) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
d) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster.
e) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
f) Merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses.
g) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
2) Data Objektif
Berdasarkan data objektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi melakukan hal-hal berikut :
1) Bicara atau tertawa sendiri.
2) Marah-marah tanpa sebab.
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu.
4) Menutup telinga.
5) Menunjuk-nunjuk kea rah tertentu.
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah.
10) Muntah.
11) Menggaruk-garuk permukaana kulit.