Anda di halaman 1dari 13

38

BAB 4
POPULASI DAN SAMPEL

1. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator

Standar Kompetensi: Mahasiswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan


dalam mengkaji pendekatan, jenis, langkah dan strategi,
inovasi/difusi dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian, serta
penyusunan proposal penelitian kependidikan.

Kompetensi Dasar : Mahasiswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan


dalam mengkaji, Populasi dan Sampel Penelitian

Indikator :

1. Membedakan populasi dan sampel


2. Menjelaskan alasan perlunya menggunakan sampel
3. Membedakan teknik probability sampling dan non probability sampling
4. Menyebutkan dan menjelaskan masing-masing teknik yang termasuk
probabilty sampling
5. Menyebutkan dan menjelaskan masing-masing teknik yang termasuk non
probability sampling
6. Menentukan ukuran sampel dari contoh jumlah populasi

2. Peta Konsep
Skhema 1
39

Skhema 2

Skhema 3

3. Uraian Materi
A. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
40

subyek/obyek itu. Misalnya akan melakukan penelitian di perusahaan X, maka


perusahaan X ini merupakan populasi. Perusahaan X mempunyai sejumlah
orang/subyek dan obyek yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti
jumlah/kuantitas. Tetapi perusahaan X juga mempunyai karakteristik orang-
orangnya. Misalnya; motivasi kerjanya, disiplin kerjanya, kepemimpinannya,
iklim organisasinya dan lain-lain; dan juga mempunyai karakteristik obyek yang
lain misalnya; kebijakan, prosedur kerja, tata ruang, produk yang dihasilkan dan
lain-lain. Yang terakhir berarti populasi dalam arti karakteristik.

B. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa
yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi,
untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(mewakili).

Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh


menyimpulkan gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia
menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka
ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang
ekornya, maka ia menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau
sampel dipilih tidak representatif. Maka ibarat tiga orang buta itu yang membuat
kesimpulan salah tentang gajah.

Sampel merupakan bagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel
jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan
diteliti. Penelitian yang atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar
hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus.
Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi,
maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen
atau unsur tadi.

Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan


sensus antara lain adalah; a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam
prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti, b) keterbatasan waktu
penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas
jika meneliti sebagian dari elemen penelitian, c) bahkan kadang penelitian yang
dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel dari pada terhadap populasi –
misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan
41

kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan,
d) demikian pula jika elemen populasi homogen, penelitian terhadap seluruh
elemen dalam populasi menjadi tidak masuk akal, misalnya untuk meneliti
kualitas jeruk dari satu pohon jeruk.

Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa
dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara
penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel
dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel.

Populasi atau uneiverse adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda,


yang dijadikan obyek penelitian. Jika ingin diteliti adalah sikap guru SD
terhadap sertifikasi guru, maka populasinya adalah seluruh guru SD tersebut.
Jika yang diteliti adalah hasil belajar siswa “X”, maka populasinya adalah
keseluruhan siswa SD “X” tersebut, jika yang diteliti adalah motivasi pegawai di
departemen “A”: maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen “A”.

Elemen/unsur adalah setiap satuan populasi. Kalau dalam populasi


terdapat 30 laporan keuangan, maka setiap laporan keuangan tersebut adalah
unsur atau elemen penelitian. Artinya dalam populasi tersebut terdapat 30 elemen
penelitian. Jika populasinya adalah sekolah dasar (SD), dan jumlah sekolah dasar
ada 500, maka dalam populasi tersebut terdapat 500 elemen penelitian.

C. Teknik Sampling

Secara skematis, teknik sampling ditunjukkan pada gambar di atas, dari


gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan Non probaility
sampling. Probability sampling meliputi; simple random, proportionate stratified
random, disproportionate stratified random, dan area random. Non probaility
sampling meliputi; sampling sitematis, sampling kuota, sampling aksidental,
purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang


yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Teknik ini meliputi :

a. Simple random sampling


42

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota


populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

b. Proportionate stratified random sampling

Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak


homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai
pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata. Misalnya jumlah pegawai
yang lulus S1 = 45, S2 = 30, SMA = 800, SMP = 900, SMK = 400, SD
= 300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.

c. Disproportionate stratified random sampling

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi


berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu
mempunyai tiga (3) orang lulusan S3, empat (4) orang lulusan S2, sembilan puluh
(90) orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMA, 700 orang lulusan SMP, maka 3
lulusan S3, dan 4 lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel, karena dua
kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMA, dan
SMP.

d. Cluster sampling (Area sampling)

Teknik sampling area atau daerah digunakan untuk menentukan sampel


bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk
dari satu negara, propinsi, atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana
yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan
daerah populasi yang telah ditetapkan.

2. Non Probability Sampling

Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak


memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Teknik sampling ini meliputi.

a. Sampling Sistematis

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarklan


urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Pengambilan sampel
dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, atau kelipatan dari bilangan tertntu,
misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil adalah nomor
1, 5, 10, 15, 20 dan seterusnya (tercapai ) jumlah sampel.
43

b. Sampling kuota

Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi


yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Sebagai
contoh akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap produk
industri tertentu. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan
data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian belum dipandang
selesai, karena belum memenuhi kuota yang ditentukan. Bila pengumpulan data
dilakukan secara kelompok yang terdiri atas lima orang, maka setiap anggota
kelompok harus dapat menghubungi 100 orang anggota sampel, atau lima orang
tersebut harus dapat mencari 500 anggota sampel.

c. Sampling Aksidental

Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan


kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
sebagai sumber data.

d. Sampling Purposive

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan


tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok
digunakan untuk penelitian kualitatif.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota


populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sampel total,
dan sensus,dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula


jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang
lama-lama menjadi besar, dalam penentuan sampel pertama-tama dipilih satu atau
dua orang, kemudian dua orang ini disuruh memilih teman-temannya untuk
dijadikan sampel, begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin ban yak.

D. Syarat Sampel
44

Secara umum sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak
mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus
valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur . kalau yang ingin
diukur adalah masyarakat Batak sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya
orang Batak Toba saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur
sesuatu yang seharusnya diukur (orang Batak). Sampel yang valid ditentukan oleh
dua pertimbangan.

Pertama, Akurasi atau Ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan “bias”


(kekeliruan) dalam sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruyan
yang ada dalam sampel, maka makin akurat sampel tersebut. Tolak ukur adanya
bias atau kekeliruan adalah populasi.

Kedua, Presisi, kriteria kedua sampel yang baik adalah meiliki tingkat
presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita
dengan karakteristik populasi. Contoh : dari 300 pegawai produksi, diambil
sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang
menghasilkan 50 potong produk “X”, namun berdasarkan laporan harian, pegawai
bisa menghasilkan produk “X” perharinya rata-rata 58 unit. Artinya diantara
laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian yanhg
dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan
diantara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat
presisi sampel tersebut.

Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi


sepenuhnya. Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat
kesalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama “sampling eror” presisi diukur
oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan diantara simpangan
baku yang diperoleh dari sampel dengan simpangan baku dari populasi , makin
tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat presisi mungkin
bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan
mungkin bisa berkurang dengan cara menambahkan jumlah sampel , karena
kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah ( Kerlinger,
1973).

E. Menentukan Ukuran Sampel

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah


sampel yang 100 % mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota
populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan
diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel
yang diambil sama dengan jumlah populasi, maka peluang kesalahan generalisasi
45

semakin kecil dan sebaliknya, makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi,
maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).

Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam


penelitian ?. jawabannya tergantung pada tingkat kesalahan yang dikehendaki.
Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang
diperlukan, dan sebaliknya makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin
besar jumlah anggota sampel yang diperlukan. Berikut ini diberikan tabel
penentuan jumlah sampel (Lampiran) dari populasi tertentu yang dikembangkan
dari Isaac dan Michael.

Ukuran sampel (sample size) adalah banyaknya individu, subyek atau


elemen dari populasi yang diambil sebagai sampel. Jika ukuran sampel yang di
ambil terlalu besar atau terlalu kecil maka akan menjadi masalah dalam penelitian
itu. Oleh karena itu, ukuran sampel harus betul-betul diperhatikan oleh peneliti
dalam melakukan penelitiannya.

Tentang berapa ukuran ideal untuk sampel penelitian?, sampai saat ini belum ada
kesepakatan atau ketentuan yang bisa diterima secara umum. Penetapan ukuran
sampel merupakan masalah yang komplek dan mencakup banyak pertimbangan
kualitatif dan kuantitatif. Yang jelas, sampel yang baik adalah sampel yang
memberikan pencerminan optimal terhadap populasinya (representative).
Representative suatu sampel tidak pernah dapat dibuktikan, melainkan hanya
didekati secara metodologi melalui parameter yang diketahui dan diakui
kebaikannya secara teoritik maupun eksperimental. Berikut ini disajikan pendapat
beberapa ahli tentang ukuran sampel;

1. Gay & Diehl (1992 : 146) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-
besarnya. Pendapat ini mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang
diambil, maka akan semakin representatif, dan hasilnya dapat digeneralisir.
Namun, ukuran sampel yang dapat diterima akan sangat bergantung pada jenis
penelitiannya;
a) apabila penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel minimunnya adalah 10%
dari populasi,
b) penelitian yang bersifat korelasional, sampel minimunnya 30 subyek,
c) penelitian kausal-perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subyek per group, dan
d) penelitian eksperimental, sampel minimunnya adalah 15 subyek per group.

2. Roscoe (1975) memberikan panduan untuk menentukan ukuran sampel :


a. Pada setiap penelitian, ukuran sampel harus berkisar antara 30 dan 500.
46

b. Apabila faktor yang digunakan dalam penelitian itu banyak, maka ukuran
sampel minimal 10 kali atau lebih dari jumlah faktor.
c. Jika sampel akan dipecah-pecah menjadi beberapa bagian, maka ukuran sampel
minimum 30 untuk tiap bagian yang diperlukan.

3.Slovin (1960), dalam Sevila (2007) menentukan ukuran sampel dari suatu
populasi dengan rumus sebagai berikut:

N
N = 2
1+ N (e)

Di mana : n = jumlah sampel


N = ukuran populasi
E = batas kesalahan

4. Fraenkel & Wallen (1993:92) menyarankan, besar sampel minimum untuk:


a. Penelitian deskriptif sebanyak 100.
b. Penelitian korelasional sebanyak 50.
c. Penelitian kausal-perbandingan 30 / group.
d. Penelitian eksperimental sebanyak 30/15.

5. Malhotra (1993), besarnya jumlah sampel yang diambil dapat ditentukan


dengan cara mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5 X jumlah variabel. Jika
variabel yang diamati berjumlah 20, maka sampel minimalnya adalah 200 (5 X
20).
Faktor-faktor kualitatif yang penting dipertimbangkan dalam penentuan ukuran
sampel adalah:
a. Pentingnya keputusan.
b. Sifat dari penelitian.
c. Jumlah variabel
d. Sifat dari analisa.
e. Ukuran sample dalam penelitian sejenis
f. Tingkat luasnya akibat.
g. Tingkat penyelesaian.
h. Keterbatasan sumber.

Umumnya, untuk keputusan yang lebih penting, banyak informasi yang


diperlukan, dan informasi yang akan diperoleh sangat tepat. Sifat dari penelitian
47

juga mempengaruhi ukuran sample. Untuk explaratory research design, seperti


yang digunakan dalam riset kualitatif, ukuran sample adalah khusus kecil. Untuk
conclusive research, seperti survey deskriptif, sample besar yang akan digunakan.
Keputusan tentang ukuran yang digunakan juga ditentukan oleh
perrtimbangan pertimbangan keterbatasan sumber daya yang tersedia, misalnya
masalah biaya dan waktu yang terbatas. Keterbatasan yang lain termasuk
ketersediaan personel yang berkualitas untuk mengumpulkan data. Faktor
terpenting dalam menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan untuk
mengestimasi sebuah parameter populasi adalah ukuran dari varians populasi.
Semakin besar dispersi atau varians dalam populasi, semakin besar pula jumlah
sampel yang diperlukan untuk menghasilkan ketepatan estimasi (Cooper & Emory
: 1995).
Walaupun periset pemasaran seringkali dipengaruhi oleh keuangan dalam
keputusan terhadap ukuran sampel, pada beberapa kejadian dia akan menghitung
ukuran sampel yang diperlukan dalam rangka untuk memberikan dia terhadap
keluasan interval yang dia inginkan dan derajat kepercayaan yang diinginkan
Simpangan baku harus merupakan suatu angka estimasi karean sampel
tidak akan terpilih sementara periset mencoba untuk memutuskan ukuran sampel.
Biasanya estimasinya tentang simpangan baku akan berdasarkan pada pengalaman
sebelumnya dalam bekerja dengan populasi yang sama.

KESALAHAN DALAM MENENTUKAN SAMPEL


Walaupun peneliti telah banyak memperoleh petunjuk teori tentang teknik
penetapan jumlah sampel, namun ada sebagian orang yang masih melakukan
kesalahan kesalahan. Kesalahan umum yang sering dijumpai dalam menentukan
besarnya jumlah sampel adalah sebagai berikut:
1. Peneliti gagal dalam menetapkan jumlah anggota populasi yang dapat
dipercaya.
2. Peneliti menggunakan anggota sampel yang terlalu kecil untuk setiap
subgroupnya, sehingga analisis statistika parameter tidak berlaku, padahal
populasi sebenarnya cukup besar.
3. Peneliti tidak menggunakan teknik sampling stratified yang disyaratkan untuk
menentukan anggota sampel subgroupnya.
4. Peneliti merubah prosedur teknik samplingnya.
5. Peneliti merubah rumus untuk menghitung besarnya anggota sampel.
6. Peneliti memilih anggota sampel yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian.
7.Peneliti mengurangi anggota sampel yang telah ditentukan oleh perhitungannya.
8. Peneliti memilih group eksperimen dan group kelompok dari populasi yang
berbeda.
48

9. Peneliti tidak memberikan alasan-alasan mengapa rumus dan teknik sampling


yang digunakan di dalam penelitian itu. Pada umumnya, Teknik-teknik riset
pemasaran berkenaan dengan pembuatan estimasi statistik tentang populasi.

Dalam sebagian besar kasus adalah tidak mungkin untuk mensurvai


seluruh populasi, dan tidak juga berarti terhadap waktu dan biaya yang terlibat.
Keterbatasan sumberdaya yang tersedia mungkin dapat diletakkan pada
penggunaan yang lebih baik dalam meningkatkan ketepatan dalam suatu sampel
yang terbatas. Untuk alasan ini, daripada mensurvai seluruh populasi yang
diinginkan, data dikumpulkan dari sampel ang terbatas. Pada bab ini, kita telah
melihat bagaimana kita dapat membuat estimasi rerata (mean) interval, atau
proporsi, dari populasi dengan dasar data sampel. Sehubungan dengan estimasi
tersebut, kita dapat menyatakan dengan tingkat kepercayaan tertentu, yang ana
interval mengandung rerata populasi atau proporsi yang sebenarnya. Untuk dapat
membuat suatu estimasi interval tersebut, kita biasanya dapat mengasumsikan
suatu distribusi normal yang menjadi dasar. Teori Limit Tengah (central limit
theorem) mengijinkan kita untuk mengasumsikan kenormalan dalan distribusi dari
rerata dalam kasus sampel yang cukup besar. Jika ukuran sampel lebih kecil dari
30, kita dapat menggunakan distribusi-t sebagai distribusi yang mendasarinya.
Akhirnya, jika asumsi kita dari suatu populasi tak terbatas adalah tidak valid, kita
dapat memodifikasi estimasi dengan menggunakan faktor koreksi
terbatas (finite correction factor).

F. Contoh menentukan Ukuran Sampel

Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan suatu kelompok


masyarakat terhadap masuknya barang-barang impor yang harganya jauh lebih
murah. Kelompok masyarakat itu terdiri dari 1000 orang, yang dapat
dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan; yaitu lulusan S1 = 50 orang, D3
= 300 orang, SMK = 500 orang, SMP = 100 orang, dan SD = 50 orang
(populasi berstrata).

Bila jumlah populasi = 1000 orang, kesalahan 5 %, berdasarkan tabel dari


Isaac dan Michael, maka jumlah sampelnya 258 orang (tabel) karena populasi
berstrata, maka sampelnya juga berstrata. Stratanya menurut tingkat pendidikan.
Dengan demikian masing-masing sampel untuik tingkat pendidikan harus
proporsional sesuai dengan populasi, jadi jumlah sampel untuk :

S1 = 50/1000 X 258 = 12,90 = 13

D3 = 300/1000 X 258 = 77,40 = 77


49

SMK = 500/1000 X 258 = 129,00 = 129

SMP = 50/1000 X 258 = 12,90 = 13

SD = 100/1000 X 258 = 25,80 = 26

Jadi jumlah sampelnya = 13 + 77 + 129 + 13 + 26 = 258.

Tabel Isaac dan Michael


50

4. Ringkasan

1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
2. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.
3. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
probability dan non probability.
4. Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Teknik ini meliputi; simple random, proportionate
stratified random, disproportionate stratified random, dan area random.
5. Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi; sampling
sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling,
sampling jenuh, dan snowball sampling.

5. Latihan
1. Terangkanlah perbedaan populasi dan sampel
2. Terangkan mengapa diperlukan teknik sampling
3. Jelaskan perbedaan teknik sampling probability dengan non probability.
4. Sebutkan dan jelaskan masing-masing teknik sampling yang termasuk
probability sampling.
5. Sebutkan dan jelaskanlah masing-masing teknik sampling yang termasuk
non probability sampling
6. Dengan aturan dalam menentukan jumlah sampel, tentukanlah jumlah
sampel dari contoh jumlah suatu populasi.

Anda mungkin juga menyukai