Disusun Oleh
JULI 2020
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF
Polemik yang terjadi di kampus PGSD Tegal rasanya tak kunjung selesai dari
tahun ke tahun. Sebab dari tahun ke tahun pula, beragam wacana yang menyangkut
mengenai PGSD Tegal selalu berhembus, terkhusus menjelang penerimaan
Mahasiswa Baru. Wacana mengenai Pemotongan Generasi atau passing out,
pemindahan kampus, hingga wacana Penutupan kampus PGSD Tegal selalu menjadi
isu yang selalu dihadapi oleh Lembaga Kemahasiswaan (LK) dari tingkat Himpunan
Mahasiswa (HIMA), hingga BEM Universitas.
Terhitung sejak tahun 2017, bermula saat tidak dicantumkan nya kembali pilihan
PGSD Tegal dalam laman penerimaan mahasiswa baru Tahun 2017. Berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya, dimana Program Studi PGSD Tegal selalu tercantum
sebagai pilihan bagi calon mahasiswa baru yang hendak menempuh perkuliahan di
Universitas Negeri Semarang, hingga kini pemilihan PGSD Tegal oleh mahasiswa
selalu berdasarkan hasil angket saat verifikasi, bukan lagi melalui laman penerimaan
mahasiswa baru yang terintegrasi secara sistem. Sehingga wacana penutupan Kampus
Tegal selalu santer terdengan setiap tahun nya . Di awal tahun 2020 dalam forum
antara Dekan FIP bersama Ketua dan Wakil Ketua BEM FIP, Dekan FIP
menyampaikan bahwasanya pada tahun 2020, FIP Unnes tidak menerima kembali
mahasiswa baru untuk PGSD Tegal, dan akan difokuskan ke PGSD Ngaliyan sebagai
satu kesatuan dalam PGSD Unnes. Ada beberapa alasan yang menjadi alasan serta
pertimbangan dari pimpinan kampus dalam menerapkan kebijakan ini yakni terkait
dengan kendali mutu, sarana dan prasarana yang kurang memadai, hingga PGSD
Tegal yang dianggap membebani keuangan kampus.
1990
PGSD Tegal berawal dari SGO Tegal yang di sahkan pada 18 Februari 1986 dibawah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, disahkan langsung oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof. Dr. Fuad Hassan.
Ketika pemerintah ingin meningkatkan kualifikasi guru SD melalui peningkatan
jenjang pendidikan SGO Tegal yang semula menjadi bagian dari Pendidikan
Menengah keguruan beralih fungsi menjadi Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan yang mengelola program D2 PGSD. Dengan beralihnnya menjadi D2
PGSD maka lembaga berintefrasi ke IKIP semarang pada tahun 1990.
Pada tahun 1991 PGSD Tegal menerima mahasiswa baru. Yang terbagi di 4 buah
UPP (Unit Pelaksana Program). UPP 1 PGSD FIP, UPP 2 PGSD Ngaliyan, UPP 3
PGPJSD daerah Undip Lama, dan UPP 4 PGSD Tegal.
Sejak tahun 2007, program D2 PGSD berubah menjadi S1 dan menjadi jurusan
PGSD. Jurusan PGSD Tegal dipimpin oleh Koordinator. Sekarang PGSD Tegal
menjadi Jurusan PGSD Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.
1
Yuliwitanto, Sejarah Singkat PGSD Tegal https://yuliwitanto.wordpress.com/profil-lembaga/sejarah-
singkat/ diakses pada 8 Juni 2020 pukul : 18.30 WIB
B. Kilas Balik Polemik PGSD Tegal
PGSD Tegal sebagai kesatuan bagian dalam bingkai Fakultas Ilmu Pendidikan
(FIP) Universitas Negeri Semarang, dalam sejarah nya merupakan bekas dari Sekolah
Guru Olahraga (SGO) Negeri yang berlokasi di Jl. Kolonel Sugiono, Kemandungan,
Kota Tegal. Berdiri diatas tanah Negara dengan status Hak Pakai berdasarkan
Sertifikat tanah Nomor HP-21/AAE323041 Tahun 2018 dengan luas tanah sebesar
25.084 M2.2 Merupakan satu-satunya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) yang berada di Tegal.
Terhitung sejak 2017, bermula dari keputusan pimpinan kampus yang akan
melakukan pemotongan generasi/angkatan mahasiswa PGSD Tegal dengan tidak lagi
menerima mahasiswa baru kala itu, yang juga dibuktikan dengan tidak dicantumkan
nya kembali pilihan PGSD Tegal dalam laman penerimaan mahasiswa baru Tahun
2017. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana Program Studi PGSD Tegal
selalu tercantum sebagai pilihan bagi calon mahasiswa baru. Rektor Unnes dalam
sebuah media online menyatakan bahwa “Pendidikan PGSD Unnes akan difokuskan
di PGSD Kampus Ngaliyan. Fasilitas yang tersedia di Kampus Ngaliyan jauh lebih
baik, antara lain ditandai dengan tersedianya asrama dan ruang perkuliahan yang
representatif, jadi tujuan utamanya adalah kualitas. Kami ingin melahirkan guru
dengan kualitas terbaik. Sebab guru berkualitas baik adalah variabel yang sangat
penting untuk memajukan pendidikan nasional”.3 Kemudian timbul dinamika serta
gejolak sebagai reaksi dari kebijakan sepihak yang dilakukan oleh pimpinan kampus,
hingga puncak nya pada 7 April 2017 terjadi Aksi Massa dari mahasiswa yang
menuntut agar Rektor Unnes tetap membuka penerimaan Mahasiswa Baru untuk
angkatan 2017 serta menolak ditutupnya Prodi PGSD Kampus Tegal, yang kemudian
2
Bpk.unnes.ac.id Mengenai Data Dukung Laporan Tahunan Rektor Unnes Tahun 2020
3
Tribun Jateng, 2017, Rektor Unnes Pastikan Tak Tutup Prodi PGSD
(https://jateng.tribunnews.com/2017/04/10/rektor-unnes-pastikan-tak-tutup-prodi-pgsd10 April 2017),
diakses pada 18 April 2020 pukul 19.34
pasca aksi, Rektor Unnes menyatakan akan membuka kembali jalur masuk mandiri
dan kerjasama dengan kuota 70 mahasiswa baru untuk PGSD Tegal.
Permasalahan tidak berhenti hanya disitu, akan tetapi selalu muncul polemik yang
serupa tiap tahun nya, yakni hal mengenai wacana pemotongan kuota mahasiswa,
pemutusan generasi/angkatan atau passing out hingga wacana penutupan kampus
PGSD Tegal itu sendiri. Pada tahun 2017 yang merupakan tahun awal mencuat nya
isu ini, jumlah mahasiswa baru yang diterima oleh PGSD Tegal sejumlah 70
mahasiswa (2 rombel), di tahun berikut nya (2018) menjadi 90 Mahasiswa (3
Rombel), serta di tahun 2019 jumlah mahasiswa baru yang diterima hanya 60
Mahasiswa baru (2 Rombel) dari semua jalur Penerimaan (SNMPTN, SBMPTN, dan
Mandiri), dengan menggunakan metode angket, bukan lagi berdasarkan pilihan yang
ditentukan oleh calon mahasiswa baru melalui laman penerimaan yang resmi dan
terintegrasi dengan sistem milik Pemerintah. Padahal jika berkaca dari tahun 2016
serta tahun-tahun sebelumnya, kuota mahasiswa baru yang diterima oleh PGSD Tegal
sejumlah 160 Mahasiswa tiap angkatan nya.
Dalam sebuah forum sarasehan bersama dosen dan pimpinan Fakultas Ilmu
Pendidikan Tahun yang dilaksanakan pada awal tahun 2020, dijelaskan dalam materi
presentasi bahwasanya terdapat beberapa rencana strategis jangka pendek, menengah
dan panjang yang dirumuskan. Salah satunya yakni mengenai wacana pemindahan
kampus Program Studi Pendikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), yang sedianya
bertempat di Ngaliyan serta Tegal, kemudian direncanakan akan berpindah ke
Kampus Bendan. Adapun Program Profesi Guru (PPG) yang semula berlokasi di
Kampus Bendan, akan berpindah dan menempati kampus Ngaliyan. Berkaitan dengan
itu juga, salah satu rencana yang telah dirumuskan dalam rapat kerja tersebut adalah
dengan tidak mengalokasikan kuota mahasiswa baru pada tahun 2020 dan seterusnya
untuk PGSD Tegal, atau dengan kata lain terdapat pemutusan angkatan/generasi yang
muara nya tentu saja akan mengakibatkan tutup nya kampus PGSD Tegal secara
otomatis ketika mahasiswa Angkatan 2019 telah lulus. Wakil Rektor I Bidang
Akademik dalam audiensi bersama Tim Advokasi pada 31 Maret 2020
menyampaikan bahwasanya kebijakan mengenai penerimaan mahasiswa baru Tahun
2020 di PGSD Tegal diserahkan kepada pihak Fakultas Ilmu Pendidikan, serta telah
meminta kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan untuk memberikan kajian berisi
pertimbangan kepada Rektor.4 Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan ketika ditemui oleh
perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIP menyampaikan dengan tegas
bahwasanya keputusan untuk tidak mengalokasikan kuota mahasiswa baru tahun 2020
untuk PGSD Tegal sudah final dan tidak dapat diganggu gugat, selain itu pihak
Fakultas akan menutup diri serta tidak akan menerima pembahasan yang berkaitan
dengan permintaan mahasiswa baru untuk PGSD Tegal. Hal senada juga disampaikan
oleh Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pendidikan yang
menyatakan bahwasanya sudah tidak ada tawar-menawar maupun negosiasi lagi
mengenai mahasiswa baru PGSD Tegal. Alasan utama dari diputuskan kebijakan ini
karena beberapa hal yakni terkait Kendali Mutu Pendidikan yang berimbas pada
kualitas, Keterbatasan Fasilitas, serta Beban Anggaran/Keuangan yang harus
ditanggung. Selain itu, pertimbangan mengenai passing out ini sebenarnya sudah
dilakukan sejak bertahun-tahun lalu sehingga keputusan ini oleh pimpinan kampus
dianggap sudah melalui pertimbangan yang sangat matang.
Selanjutnya dalam audiensi tanggal 12 Juni 2020 yang juga dihadiri oleh WR III,
BAKK, serta Pimpinan FIP. Dekan FIP menjelaskan bahwa alasan pemotongan
generasi mahasiswa PGSD Tegal adalah ketidakefektifan manajemennya, karena satu
jurusan dibagi menjadi 2 (dua) tempat, maka akan mengalami kekurangan dan juga
terdapat dua Himpunan Mahasiswa, hal tersebut dapat menyalahi aturan hukum. Cita-
cita Rektor adalah menjadikan PGSD menjadi Center Of Exellent. Sehingga, PGSD
Tegal dan Ngaliyan dijadikan satu supaya manajemennya lebih mudah dan ini adalah
tantangan bagi fakultas yaitu Pemindahan PGSD di Bendan Ngisor untuk mencetak
civitas akademika PGSD yang baik, karena harus diakui bahwa jurusan yang paling
diunggulkan adalah PGSD. Dr. Drs. Edy Purwanto, M.Si (WD1 FIP) telah di beri
tugas untuk melakukan study ke Bendan Ngisor (kampus Pasca Sarjana Unnes)
sebagai kampus PGSD. Kampus tersebut sudah disiapkan asrama mahasiswa sehingga
memungkinkan untuk diwujudkan PGSD sebagai center of exellent, karena kondisi
saat ini belum siap, maka masih di wilayah masing-masing (Ngaliyan dan Tegal),
sampai kampus Bendan dinyatakan siap. Benefit yang akan diperoleh apabila PGSD
menjadi satu adalah lebih efisien bagi administrasi fakultas. Dr. Drs. Edy Purwanto,
M.Si (WD1 FIP) meyakini bahwa keputusan yang paling baik adalah PGSD menjadi
4
Hasil Audiensi Tim Advokasi se-Unnes bersama Wakil Rektor I Bidang Akademik pada 31 Maret
2020
satu dan menjadi kampus yang memiliki fasilitas yang memadai. Alasan lain yang
mendasari pemindahan PGSD adalah jarak Bendan ke Kampus Sekaran dirasa dekat
dibandingkan dengan Ngliyan dan Tegal5.
Menyikapi hal tersebut, mahasiswa telah mengadakan beberapa kali forum kajian,
serap aspirasi secara daring maupun konsolidasi yang pada puncaknya telah diadakan
konsolidasi akbar di Kampus PGSD Tegal. Hasil dari konsolidasi akbar tersebut ialah
bahwasanya mahasiswa Tegal sebagai obyek kebijakan dan sebagai pihak yang
langsung merasakan dampak dari kebijakan tersebut menolak adanya pemotongan
angkatan/generasi mahasiswa, dan menuntut agar Unnes tetap mengalokasikan kuota
mahasiswa baru untuk PGSD Tegal pada tahun 2020 ini, serta menjamin adanya
pemenuhan terhadap fasilitas kampus yang layak demi menunjang dan
memaksimalkan kualitas pembelajaran.
Hasil Angket Mahasiswa PGSD Tegal mengenai wacana kebijakan passing out6
5
Hasil Audiensi Bersama Pimpinan Universitas dan Fakultas pada tanggal 12 Juni 2020
6
Data Serap Aspirasi HIMA PGSD Tegal
Dalam angket tersebut dapat dilihat bahwasanya mahasiswa PGSD Tegal masih
menginginkan adanya mahasiswa baru pada tahun 2020, sehingga pimpinan kampus
harus memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi dari mahasiswa sebagai objek
dari diberlakukan nya kebijakan yang akan diterapkan.
Oleh karena itu Tim Kajian merasa perlu menyampaikan juga kajian
komprehensif secara Akademis yang dilakukan berdasarkan telaah mendalam
mengenai kontra narasi dari pernyataan yang dijelaskan oleh pihak pimpinan kampus,
dan kemudian akan dituangkan dalam bentuk Kajian Akademis pada tulisan ini.
Dalam Kajian ini terdapat beberapa hal yang menjadi point penting untuk
dipertimbangkan oleh pimpinan kampus sebelum mengambil kebijakan mengenai
PGSD Tegal
BAB II
PGSD TEGAL DIANGGAP MEMBEBANI KEUANGAN KAMPUS ?
Narasi utama yang menjadi alasan kuat oleh Pimpinan Kampus Fakultas dalam
memutuskan kebijakan passing out adalah perihal beban keuangan yang harus
ditanggung untuk pembiayaan Kampus Tegal. Disampaikan bahwasanya keberadaan
PGSD Tegal yang berada jauh dari kampus utama di Semarang, serta banyak nya
instrumen pengeluaran yang harus dibayarkan untuk PGSD Tegal seperti pengadaan
barang dan jasa, pemeliharaan serta perawatan aset, pembiayaan tenaga kerja Non
Aparatur Sipil Negara (ASN), serta pemenuhan instrumen penunjang pembelajaran
lainya, dianggap oleh pimpinan kampus sangat memberatkan dan membebani
Keuangan kampus yang tidak stabil. Sehingga pimpinan kampus beranggapan bahwa
untuk menekan pengeluaran berlebih serta sebagai bentuk penghematan keuangan
kampus, maka kebijakan untuk melakukan passing out bagi Angkatan 2020 ini
dianggap sebagai langkah yang tepat oleh pimpinan kampus.
Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah
sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan
masyarakat, dan/atau luar negeri. Selain itu, keterbukaan informasi publik
merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap
penyelenggaraan negara dan Badan Publik lainnya dan segala sesuatu yang
berakibat pada kepentingan publik.7 Universitas Negeri Semarang sebagai lembaga
publik yang melaksanakan tugas penyelenggaraan negara dibidang pendidikan serta
mendapat anggaran dari negara, sudah semestinya melaporkan rincian keuangan,
termasuk pengeluaran nya kepada publik sebagai pertanggungjawaban kepada
masyarakat yang telah membayarkan pajak nya kepada negara berdasarkan prinsip-
prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas.
7
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
ataukah narasi tersebut hanyalah alasan yang dibuat mengada-ada tanpa melihat basis
data secara komprehensif.
Status Universitas Negeri Semarang sebagai PTN-BLU tidak lepas dari payung
hukum berupa Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2012 Jo Peraturan Pemerintah No
23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
8
Pasal 14 PP No. 23 Tahun 2005 j.o PP No. 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
Gambar 1. Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi menurut UU no. 12 tahun 2012
Standar satuan biaya operasional Pendidikan Tinggi ini yang menjadi dasar
untuk mengalokasikan anggaran dalam APBN untuk PTN. Standar ini pula yang
digunakan oleh PTN sebagai dasar untuk menetapkan biaya yang ditanggung oleh
mahasiswa. Untuk APBD, dalam Pasal 83 ayat (2), Pemerintah daerah dapat
memberikan dukungan dana PendidikanTinggi yang dialokasikan dalam APBD. Dana
Pendidikan Tinggi yang bersumber dari APBD merupakan bantuan dana yang
disediakan oleh Pemerintah daerah untuk penyelenggaraan Pendidikan Tinggi di
daerah masing-masing sesuai dengan kemampuan daerah. Anggaran APBN dan
APBD ini digunakan sebagai biaya operasional, Dosen dan tenaga kependidikan, serta
investasi dan pengembangan. dana ini diterima dalam bentuk rupiah murni (RM) yang
kemudian didalamnya digunakan sebagai pemeliharaan sarana prasarana dan Bantuan
Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) yang berfungsi sebagai : 1)
pelaksanaan penelitian dan pengabdian masyarakat, 2) biaya pemeliharaan, 3)
penambahan bahan praktikum, 4) bahan pustaka, 5) penjaminan mutu, 6) pelaksanaan
kegiatan kemahasiswaan, 7) langganan daya dan jasa, 8) pelaksanaan kegiatan
penunjang, 9) pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran, 10) honor dosen dan tenaga pendidik non-PNS, 11) pengadaan dosen
tamu, 12) pengadaan sarana dan prasarana sederhana, 13) satuan pengawas internal,
14) pembiayaan rumah sakit PTN, 15) Kegiatan lain yang merupakan prioritas renstra
PTN9.
9
Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP mengenai BOPTN dan
BPPTNBH, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Febrari 2017 di Solo. Dan juga Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri yang dikeluarkan oleh Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pad tahun 2016.
mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya. PNBP dalam
PTN-BLU bisa dibagi menjadi 3, yakni biaya pendidikan, dana hibah, dan
kerjasama/dana usaha lain PTN-BLU10. Sayangnya fungsi PNBP ini tidak dijelaskan
secara rigid dalam sebuah perundang-undangan ataupun dalam sebuah juknis resmi
kementerian terkait maupun universitas.
Tim Kajian mencoba mencari data sebagai landasan argumentasi yang Akademis,
terkhusus mengenai Keuangan Kampus. Himpunan Mahasiswa (HIMA) PGSD Tegal
telah menghimpun dan mendata nominal Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang harus
dibayarkan tiap semester nya oleh mahasiswa, kemudian ditemukan total nominal
angka mencapai Rp 589,350,000,- tiap semester atau Rp. 1,178,700,000,-
pertahunnya, dari 158 mahasiswa PGSD Tegal Angkatan 2017-2019. Jika
diperhatikan, nominal dengan angka sekian merupakan jumlah yang sangat besar
didapatkan oleh kampus tiap semester nya.
Berikut merupakan rincian UKT dan persebaran golongan UKT dari mahasiswa
PGSD Tegal Angkatan 2017-2019:
A. Bidikmisi
10
PP No 23 Tahun 2005 jo PP No. 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum.
11
Data Serap Aspirasi HIMA PGSD Tegal FIP Unnes
12. Panji Alwi Maulana 1401417319 2017 0
13. Nurisna Fauzia 1401418136 2018 0
14. Ois Nur Indah Prahatun 1401418022 2018 0
15. Tesa Eliska 1401418032 2018 0
16. Dhelia gita safitri 1401418035 2018 0
17. Arman Bagus Maulana 1401419216 2019 0
18. Amelia 1401418018 2018 0
19. Dirgantari Rachmadina 1401419160 2019 0
20. Dwi Laili 1401419009 2019 0
21. Firman Aji Setiawan 1401419127 2019 0
22. Tia Fitriani 1401419155 2019 0
23. Ni'Matur Rizqi 1401419119 2019 0
24. Tefani Rizqi Utami 1401419108 2019 0
25. Dian Putri Mufaida 1401419241 2019 0
26. Delia Indriani Kinasih 1401419224 2019 0
27. Dewi Khafidhotul Hasanah 1401419219 2019 0
B. Gol 1
C. Gol 2
D. Gol 3
E. Gol 4
F. Gol 5
H. Jumlah Keseluruhan
No Ket Jumlah
1 Gol 1 1,000,000
2 Gol 2 6,000,000
3 Gol 3 63,600,000
4 Gol 4 168,000,000
5 Gol 5 169,800,000
6 Gol 6 180,950,000
Jumlah 589,350,000
Berdasarlan data yang berhasil kami kumpulkan dari 158 mahasiswa ditemukan
total nominal angka mencapai Rp. 589,350,000,- tiap semester atau Rp.
1,178,700,000,- per tahun nya.
Selain itu, Tim Kajian juga telah mengakses data.unnes.ac.id mengenai jumlah
kategori Persebaran UKT yang dibayarkan oleh mahasiswa untuk menunjang akses
atas pendidikan yang layak, serta telah mempelajari Laporan Tahunan Rektor
Universitas Negeri Semarang Tahun 2017-2019.
Tabel 1.
12
Tabel 1,2,3 Mengenai Persebaran Kategori Golongan UKT Diakses pada Laman Data.Unnes.ac.id
simpulan nya tidak berbeda jauh dengan yang disampaikan diatas bahwa ada
peningkatan golongan UKT tiap tahun nya.
Akan tetapi, biaya mahal yang dikeluarkan oleh mahasiswa tiap semester nya
sebagai kewajiban yang harus ditunaikan, nyata nya tidak berbanding lurus dengan
hak ideal yang semestinya didapat oleh mahasiswa, terkhusus bagi mahasiswa PGSD
Tegal yang “diperlakukan berbeda” oleh kampus. Dibuktikan dengan tidak
ditingkatkan serta dimaksimalkanya fasilitas kampus untuk penunjang kegiatan
perkuliahan, bahkan alih-alih ditingkatkan, yang didapatkan malah kebijakan passing
out yang muara nya tentu saja akan berdampak pada tutupnya kampus PGSD Tegal.
Pada tahun 2018, UNNES memperoleh nilai surplus tahun berjalan sebesar
Rp61.558.712.784,00 sedangkan surplus tahun berjalan periode 31 Desember 2017
sebesar Rp54.654.380.664,00.
Pendapatan dari Badan Pengembang Bisnis UNNES pada tahun 2017 sebesar
Rp3.220.617.356,00. Pendapatan tersebut berasal dari asrama, pusat layanan
kesehatan (Puslakes), UNNES Press dan pendapatan sewa lahan dan gedung di
UNNES. Kemudian di tahun 2018 mengalami peningkatan dengan menerima
pendapatan sebesar Rp4.140.336.680,00. Pendapatan non-layanan pendidikan
UNNES, berasal dari pendapatan hasil kerja sama dengan pihak ketiga, dan
pendapatan dari penjualan produk dan pemanfaatan aset yang dimiliki UNNES.
Pendapatan-pendapatan tersebut masuk dalam PNBP UNNES yang peruntukannya
digunakan untuk menunjang kegiatan unit kerja yang mendapatkan dana yang
bersangkutan. Perolehan pendapatan non-layanan pendidikan dari setiap unit kerja di
tahun 2018 sebesar Rp55.216.771.996,00.13
Tabel. Proyeksi Pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) UNNES Tahun
2020-2024.14
Dari data-data argumentatif yang Tim Kajian lampirkan, dapat kami simpulkan
bahwasanya setiap tahun nya Unnes mengalami peningkatan pendapatan yang
didapatkan dari berbagai macam sumber yakni Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan
Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) mahasiswa, Biaya Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN) dari Pemerintah, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),
Sumbangan Masyarakat, serta pemasukan lain dari lini usaha/bisnis yang dimiliki
oleh Kampus sebagai income generating, baik dari pemanfaatan aset dan lahan,
maupun dari kerjasama. Terlebih berdasarkan Peraturan Rektor Universitas Negeri
Semarang No.1 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis (RENSTRA) Bisnis
Universitas Negeri Semarang Tahun 2020-2024, telah diproyeksikan selama 5 (lima)
tahun kedepan bahwa PNBP Unnes akan terus mengalami peningkatan jumlah tiap
tahun nya.
Sehingga Narasi dari pihak Pimpinan Fakultas mengenai Beban Keuangan tentu saja
sangat tidak berdasar, karena tidak melampirkan basis data sebagai dasar argument
13
Laporan Tahunan Rektor Universitas Negeri Semarang Tahun 2018-2019
14
Peraturan Rektor UNNES No.1 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis (RENSTRA) Bisnis
Universitas Negeri Semarang Tahun 2020-2024
yang akademis, serta seharusnya narasi tersebut telah terbantahkan apabila melihat
kondisi keuangan Unnes yang surplus anggaran.
BAB III
MUTU PGSD TEGAL YANG DIRAGUKAN SERTA FASILITAS
PENUNJANG YANG KURANG MAKSIMAL
Tim Kajian menilai bahwasanya narasi yang disampaikan oleh pihak pimpinan
kampus merupakan narasi tidak jelas yang juga tidak memiliki nilai ukur yang pasti
dan rigid mengenai “MUTU” yang dimaksut. Termasuk di dalam nya mencakup
definisi, konsep, maupun karakteristik dari Mutu tersebut. Selain itu, Narasi mengenai
Kendali Mutu yang dikhawatirkan akan mengakibatkan dihasilkan nya output
mahasiswa yang tidak memiliki kualitas seperti yang dihasilkan kampus utama, bagi
kami hanya sebatas kekhawatiran yang tidak berdasar dan tidak ilmiah, sebab pihak
kampus sama sekali tidak memperhatikan Data empiris serta kenyataan yang terjadi
sebenarnya di lapangan mengenai kekhawatiran yang dimaksut.
Mutu berasal dari bahasa latin yakni “Qualis” yang berarti what kind of
(tergantung kata apa yang mengikutinya). Mutu menurut Juran (1993) ialah
kecocokan dengan kebutuhan.16 Menurut Husaini Usman dalam bukunya
Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, mengatakan bahwa mutu memiliki
13 karakteristik yakni Kinerja (performa), Waktu ajar (timelines), Handal (reliability),
Daya tahan (durability), Indah (estetis), Hubungan manusiawi (personal interface),
Mudah penggunaannya (easy of use), Bentuk khusus (feature), Standar tertentu
(comformence to specification), Konsistensi (concistensy), Seragam (uniformity),
Mampu melayani (serviceability), Ketepatan (acuracy). Pendidikan yang bermutu
adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan serta memiliki kemampuan
atau kompetensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang
dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang
keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life skill), Selain itu mampu
menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi
yang integral (integrated personality) yaitu mereka yang mampu mengintegralkan
iman, ilmu, dan amal. 17 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Mutu dibidang
pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Yang jika dijabarkan
maka Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan
bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang pakem (pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan), Output pendidikan merupakan hasil perpaduan antara
15
Bab Penjelasan atas UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
16
Abdul Hadis-Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan (Bandung:Alfabeta,2010),hal 2
17
Usman, Husaini, Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan(Jakarta: Bumi Aksara,2009),
hal. 512-513.
income dan proses, sedangkan outcome pendidikan merupakan dampak, manfaat,
harapan perubahan dari sebuah kegiatan atau pelayanan suatu program.
Kemudian berkaitan dengan hal diatas, PGSD Tegal dapat dibilang sangat
konsisten dalam memberikan sumbangsih prestasi bagi Fakultas Ilmu Pendidikan dan
Unnes secara umum setiap tahun nya. Bahkan dalam audiensi tersebut pun Rektor
Unnes juga mengakui bahwa PGSD Tegal cukup rajin memberikan prestasi bagi
Unnes, kemudian ditambahkan oleh Rektor yang mengakui apabila prestasi yang
dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan Ngaliyan. Sehingga untuk memperkuat
claim diatas, maka Tim Kajian juga menggunakan Data Empiris yang dikumpulkan
oleh Himpunan Mahasiswa (HIMA) PGSD Tegal mengenai Prestasi-Prestasi yang
pernah ditorehkan oleh Mahasiswa PGSD Tegal dalam kurun waktu beberapa tahun
ke belakang sejak tahun 2016 hingga 2020. berikut merupakan penjabaran nya :
18
Data Serap Aspirasi HIMA PGSD Tegal
13. a. Ines Shandy Pramono Duta Anti Narkoba 2019 Jaura 3
b. Mei Rizqi Pertami Finalis
14. Tarindra Puspa dan Team PIMNAS ke-32 2019 Medali Emas
15. a. Dewi Puspitasari Lomba Essay dan Poster Nasional 2020 Juara 2 Essay
b. Bangkit Gigih Prayoga 2020 Juara 3 Poster
16. Afifah Rizkila Andini Lomba Tari Kreasi Tradisional 2020 Juara 3
Online se-Regional Jawa
Dari data yang kami lampirkan, Kualitas Mahasiswa PGSD Tegal tentu saja dapat
disandingkan dan bersaing dengan mahasiswa dari Perguruan Tinggi lain di
Indonesia, serta membuktikan bahwasanya Mahasiswa PGSD Tegal juga mampu
menorehkan Prestasi demi mengharumkan nama baik Unnes. Disamping itu, terdapat
banyak lulusan dari PGSD Tegal yang berhasil lolos dalam tes CPNS, yang kemudian
dapat disimpulkan bahwasanya lulusan dari PGSD Tegal mampu menjadi guru yang
berkualitas. Berikut merupakan Persentase Lulusan PGSD Tegal yang lolos seleksi
CPNS dari tahun ke tahun.
2014 24.53%
2013 29.35%
2012 23.15%
2011 39.27%
2010 54.37%
2009 53.47%
2008 39.02%
2007 42.22%
Dalam banyak hal, KSR Sub Unit PGSD Tegal selalu bekerjasama dengan PMI
Kota Tegal. KSR subunit PGSD Tegal telah lama bekerja sama dengan PMI yang ada
di Kota Tegal, kerja sama yang dimaksut yakni pemberian relawan kesehatan dari
KSR PGSD Tegal pada tiap acara yang membutuhkan tenaga kesehatan, dimana PMI
kota tegal pasti akan selalu mengambil beberapa orang dari KSR PGSD Tegal dan
dengan sukarela KSR PGSD Tegal akan membantunya. PMI juga mendukung PGSD
Tegal tetap terus menerima mahasiswa baru, dengan alasan ;
3. KSR PGSD Tegal memiliki kerja sama yang baik dengan PMI kota tegal, KSR
PGSD selalu diikutsertakan dalam kegiatan PMI dan sudah dipercaya oleh PMI
kota tegal
Komunitas dibawah naungan BEM FIP Unnes ini juga terbilang mempunyai
kontribusi kepada masyarakat, khususnya anak-anak dalam bidang pendidikan,
keterampilan, dan sosial masyarakat. Secara garis besar Rumah Inspirasi (RI)
merupakan salah satu Program Kerja rutin tahunan dari BEM FIP yang sudah berjalan
sekitar 5 tahun. Kegiatan ini bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan.
Sistem pengabdian nya lebih berfokus kepada mengajar anak-anak di desa yang
masih membutuhkan bimbingan. Untuk desanya sendiri ada di Martoloyo, dan
sifatnya gratis tanpa pungutan sepeser pun. Bukan hanya fungsionaris BEM yang
melakukan pengabdian di desa yang bersangkutan, akan tetapi juga melibatkan
partisipasi aktif dari publik dengan cara membuka open relawan bagi masyarakat di
daerah Tegal yang juga tertarik untuk melakukan pengabdian bersama BEM FIP
Unnes. Hal-hal Yang di ajarkan yakni seputar pengetahuan umum, dan keterampilan.
Keterampilan itu nantinya akan ditampilkan pada akhir periode pembelajaran, seperti
pentas kecil-kecilan untuk anak-anak dengan tagline besar Children Go to Campus
(CGC). Untuk pesertanya sendiri bebas tidak ditentukan umur.
3. PRAMUKA
Pramuka Unnes Tegal memiliki keterikatan dengan kwarcab Kota Tegal, salah
satu keterkaitan misalnya apabila terdapat kegiatan yang akan diadakan Pramuka
Unnes Tegal, maka sebelumnya wajib lapor terlebih dahulu melalui surat ke pihak
kwarcab, kemudian apabila terdapat acara maupun kegiatan dari kwarcab seperti
upacara pramuka atau yang lainnya, pihak kwarcab akan mengundang Pramuka dari
Unnes Tegal untuk datang. Hal ini disebabkan karena Pramuka Unnes Tegal berada
dibawah naungan langsung dari Kwarcab Kota Tegal. Dengan adanya PGSD Tegal
disini, maka secara tidak langsung turut mengaktifkan kegiatan dan menggerakan
Pramuka di kota Tegal juga.
Dari segi manfaat, Pramuka Unnes menjadi alat untuk menemukan dan
mengembangkan potensi-potensi dalam diri anak-anak siaga melalui kegiatan Surya
Wijaya yang dilakukan tiap tahun. Pramuka Unnes juga turut serta melakukan latian
gabungan dengan organisasi kepramukaan di universitas lain seperti UPS untuk
mempererat persaudaraan antar insan pramuka. Tak hanya itu, Pramuka Unnes
merupakan wadah bagi anak-anak SD di sekitarnya untuk mengenal serta
memperdalam kemampuan mereka dalam bidang pramuka, juga sekaligus menjadi
tempat awal bagi para calon guru mahasiswa Unnes untuk belajar melatih anak-anak
melalui penerjunan.
4. Kegiatan Lain
KSR bersama PMI sering mengadakan Gerakan Sosial, diantaranya yakni donor
darah, serta Satuan Tugas (Satgas) pada saat arus mudik lebaran berlangsung, dalam
pelaksanaan Satgas PMI kota tegal, pasti KSR PGSD Tegal juga diikutsertakan dan
terbilang sangat aktif dalam gerakan sosial ini,
Disamping itu, KSR PGSD Tegal setiap tahunnya pasti mengadakan donor darah
yang bekerja sama dengan PMI Kota Tegal, kontribusi lain yang diberikan yaitu
apabila terdapat kegiatan seperti konser maupun kegiatan lainnya yang membutuhkan
tenaga medis maupun relawan kesehatan, PMI kota tegal juga pasti membutuhkan
beberapa anggota KSR PGSD Tegal untuk dilibatkan.
Selain itu, sebagai satu-satunya kampus yang memiliki Program Studi PGSD di
Tegal, banyak sekali lulusan dari PGSD Tegal yang langsung terserap di sekolah-
sekolah Wilayah Tegal dan sekitarnya, sehingga secara tidak langsung peran Kampus
PGSD Tegal untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Tegal dan
sekitarnya sudah sangat teruji kebermanfaatan nya, karena telah melaksanakan
amanah dari Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Selama masyarakat masih merasa diberikan manfaat dan tidak
merasa dirugikan dari hadirnya PGSD Tegal, tentu saja Unnes tidak bisa sewenang-
wenang bersikap, karena ada aturan yang mengaturnya. Bukti-bukti diatas sekali lagi
membuktikan bahwa keberadaan PGSD Tegal memiliki nilai tawar positif ditengah
masyarakat Kota Tegal, selain itu kegiatan positif serta prestasi yang didapatkan oleh
mahasiswa Tegal menunjukan bahwa pihak kampus sama sekali tidak memperhatikan
dan mempertimbangkan aspek-aspek Empiris tersebut.
E. Penyediaan Fasilitas Penunjang Merupakan Kewajiban Kampus Berdasarkan
UU Pendidikan Tinggi
19
Pasal 41 Undang-Undang No 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
F. Konsep Manajemen Mutu Terpadu Sebagai Tawaran Solusi Dari
Mahasiswa
Seharusnya Unnes belajar dari kampus lain dalam mengelola PSDKU yang
berada di daerah, yang tidak berbatasan langsung dengan wilayah administrasi
kampus utama. Beberapa Kampus seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
memiliki 4 program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), dan 3 Program
Studi Pendidikan Guru PAUD di Kampus Serang, Tasikmalaya, Sumedang,
Purwakarta maupun Universitas Jember yang juga memiliki Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Kampus Bondowoso yang juga berada jauh di
Kampus Utama wilayah Jember serta banyak kampus lain yang juga memiliki
Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU). Dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indoensia Tahun 1945 menjelaskan bahwa “Setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan”20 aturan tersebut tentu saja memiliki
makna agar setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk
mengenyam pendidikan serta diberikan akses mudah di seluruh wilayah Indonesia
dengan maksut pemerataan. Dalam hal ini, seharusnya Negara hadir dalam diri
Unnes, yang kemudian membuka Jurusan PGSD di wilayah Tegal, agar masyarakat
juga memiliki akses yang mudah untuk mengenyam pendidikan. Ketika Unnes berniat
untuk melakukan pemotongan generasi yang muaranya akan menyebabkan tutupnya
Kampus PGSD Tegal, tentu saja hal tersebut sama dengan menghianati amanat
Undang-Undang dan memotong akses masyarakat untuk memperoleh layanan
pendidikan secara merata.
Ketika dalih Unnes adalah benar-benar merasa khawatir dengan kualitas mutu
yang ada di PGSD Tegal karena jarak yang jauh dengan Kampus utama, yang juga
menyebabkan terkendalanya monitoring secara langsung, maka pihak pimpinan
kampus perlu melakukan evaluasi terhadap Manajemen Mutu yang dikelolanya
dengan mengadopsi konsep Manajemen Mutu Terpadu. Definisi Manajemen Mutu
Terpadu (Total Quality Management) Pendidikan menurut Edward Sallis adalah
sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan
seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi
kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya (masyarakat), saat ini dan
20
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
untuk masa yang akan datang, sedangkan menurut Fandy Tjiptono & Anastasia Diana
(1995) Manajemen Mutu Terpadu ialah suatu pendekatan dalam usaha
memaksimalkan daya saing melalui perbaikan terus menerus atas jasa, manusia,
produk, dan lingkungan.21 yang pada kuncinya yakni mengenai perbaikan secara terus
menerus sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas mutu.
Sehingga ketika langkah yang dilakukan adalah pemotongan generasi atau passing out
maka langkah tersebut merupakan langkah yang jelas keliru.
21
Edward Sallis, Alih Bahasa Ali Riyadi, Ahmad & Fahrurozi, Total Quality Management in
Education: Manajemen Mutu Pendidikan (Yogyakarta: Irchisod, 2006) Hal. 73
BAB IV
MENGKAJI KEBIJAKAN PASSING OUT DARI ASPEK FILOSOFIS,
SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
A. Aspek Filosofis
Kebijakan Passing Out PGSD Tegal apabila benar diterapkan, maka jelas hal
tersebut merupakan bentuk penghianatan terhadap amanat Konstitusi untuk
menyelenggarakan pemerataan akses Pendidikan dan menjamin agar tiap warga
Negara dapat mengenyam pendidikan secara berkeadilan, terjangkau dan tanpa
diskriminatif. Implikasi dari diterapkan nya kebijakan tersebut ialah masyarakat Tegal
dan sekitarnya akan terputus akses nya untuk mendapatkan pendidikan, terkhusus
dalam keilmuan di bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar, selain itu juga memutus
dampak positif/manfaat yang sebelumnya selalu diberikan oleh PGSD Tegal kepada
Kota Tegal dan masyarakat nya. Hal ini tentu saja sangat berdasar apabila kita melihat
banyak nya jumlah serapan lulusan mahasiswa PGSD Tegal yang kemudian mengabdi
untuk memajukan Kota Tegal dengan pengabdian nya sebagai guru untuk
mencerdaskan generasi penerus bangsa.
B. Aspek Sosiologis
Pada Bab sebelumnya, telah dipaparkan secara jelas mengenai data empiris yang
dikumpulkan oleh HIMA PGSD Tegal mengenai prestasi dan kontribusi aktif serta
positif mahasiswa PGSD Tegal bagi kemajuan Kota Tegal dan sekitarnya. Dapat
disimpulkan bahwasanya keberadaan mahasiswa PGSD Tegal tidak hanya sekedar
menjadi pelengkap, akan tetapi eksistensi serta kebermanfaatan nya cukup diakui oleh
publik apabila mempertimbangkan jejak langkah dan perjalanan yang ditorehkan nya
dari waktu ke waktu. Sebagai satu-satunya kampus yang memiliki Program Studi
PGSD di Tegal, banyak sekali lulusan dari PGSD Tegal yang langsung terserap di
sekolah-sekolah Wilayah Tegal dan sekitarnya, sehingga secara tidak langsung peran
Kampus PGSD Tegal untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Tegal dan
sekitarnya sudah sangat teruji kebermanfaatan nya, karena telah melaksanakan amanat
dari Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 yakni untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Di sisi lain apabila kebijakan passing out benar-benar diterapkan, yang muara nya
akan menyebabkan tutupnya Kampus PGSD Tegal tentu memiliki implikasi lain
yakni berpengaruhnya kehidupan sosial-ekonomi pada masyarakat Kota Tegal,
khususnya yang berada di wilayah sekitar kampus PGSD Tegal. UMKM yang
dimiliki oleh masyarakat seperti tempat makan, foto copy, warung Internet (Warnet),
usaha Laundry, hingga usaha indekos tentu menjadi hal yang perlu diperhatikan
secara serius oleh pengelola kampus ketika hendak memutuskan kebijakan mengenai
passing out. Terlebih jika usaha-usaha tersebut merupakan mata pencaharian utama
masyarakat, tentu nya kebijakan passing out bukanlah solusi yang tepat untuk
diterapkan. Suatu kebijakan yang ideal adalah kebijakan yang mempertimbangkan
secara komprehensif segala sebab-akibat yang ditimbulkan, serta menjadikan suara
masyarakat sebagai pertimbangan utama disamping kehendak mahasiswa PGSD
Tegal itu sendiri.
C. Aspek Yuridis
Berkaitan dengan status PGSD Tegal, hingga kini masih terjadi perdebatan terkait
dengan status yang dimiliki oleh PGSD Tegal, apakah merupakan Program studi
ataukah bukan. Dalam Audiensi bersama pimpinan, Dekan menyampaikan
bahwasanya status PGSD Tegal bukanlah merupakan Program Studi yang berdiri
sendiri, akan tetapi merupakan Unit Pelaksana Program (UPP), sehingga pengaturan
nya berada satu (1) atap bersama dengan PGSD Ngaliyan, baik dari segi pendanaan
hingga struktural dalam Prodi tersebut. Akan tetapi menurut mahasiswa ada beberapa
hal yang menjadi catatan penting yang dapat dijadikan perhatian lebih terkait dengan
status dari PGSD Tegal saat ini, :
1. Yang pertama yaitu berkaitan dengan nomenklatur dari UPP tersebut, saat
mahasiswa bertanya mengenai landasan hukum yang melandasi adanya UPP,
pihak pimpinan kampus tidak bisa memberikan aturan hukum yang menjadi
payung atau pijakan pengaturan dari UPP. Kemudian saat tim kajian mencoba
melakukan akses terhadap sumber hukum/aturan terkait, tidak ditemukan satu
pun aturan yang mengatur UPP. Begitupula saat diakses pada web Kementrian
pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
2. Kedua, dalam sejarah nya SGO Tegal yang semula menjadi bagian dari
Pendidikan Menengah Keguruan beralih fungsi menjadi Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) yang mengelola program D2 PGSD. Dengan
beralihnya menjadi D2 PGSD maka lembaga berintegrasi ke IKIP Semarang
(Cikal bakal Unnes) pada tahun 1990 menjadi UPP 4 PGSD Tegal. Unnes pernah
memiliki 4 UPP yakni UPP 1 PGSD yang berlokasi di kampus FIP, UPP 2 PGSD
yang berlokasi di Karanganyar (Sekarang dikenal Ngaliyan) dulu merupakan SPG
N Semarang, UPP 3 PGPJSD (Berlokasi di Jalan Atmodirono, Semarang) Dulu
merupakan SGO Semarang, serta UPP 4 PGSD Tegal (Berlokasi di
Kemandungan Kota Tegal) Dahulu merupakan SGO N Tegal. Kemudian seiring
berjalan nya waktu terdapat penggabungan antara UPP 1 dan UPP 2 ke Kampus
Karanganyar (Ngaliyan), adapun UPP 3 PGPJSD melebur berada dalam naungan
Fakultas Ilmu Keolahragaan di kampus pusat, sedangkan UPP 4 PGSD Tegal
tetap tanpa perubahan. Sejak tahun 2003, guna efisiensi penyelenggaraan PGSD
hanya diselenggarakan di dua tempat yaitu UPP 1 di kampus Karanganyar
Semarang, dan UPP 2 di Kampus Tegal, Karena tidak ada nomenklatur mengenai
UPP, maka kemudian penamaan nya menjadi PGSD Ngaliyan dan PGSD Tegal.
Sejarah panjang dari PGSD semakin menguatkan dalil bahwasanya tidak ada nya
aturan yang mengakomodir mengenai UPP, sehingga tidak ada lagi keberlanjutan
dari UPP.
4. Bahwa per tahun 2017, PGSD Tegal tidak lagi dicantumkan dalam sistem
penerimaan mahasiswa baru yang terintegrasi dengan sistem penerimaan
mahasiswa baru secara nasional. Padahal sebelum tahun 2017, dari tahun ke
tahun nama PGSD Tegal selalu menjadi pilihan yang tercantum pada sistem
penerimaan mahasiswa baru. Saat ditanya mengenai hal ini, pimpinan kampus
hanya menjawab dengan dalih sistem 1 pintu atas nama PGSD Unnes, akan tetapi
tidak menjawab secara detail terkait dengan instrumen aturan yang
memperbolehkan untuk menarik atau menghapus nama PGSD Tegal dari sistem,
terlebih telah disampaikan diatas bahwasanya tidak adanya aturan yang melandasi
UPP, sehingga langkah Unnes untuk memasukan atau menghapus PGSD Tegal
ke dalam sistem penerimaan Mahasiswa Baru haruslah didasarkan pada aturan,
serta tidak dibenarkan secara sepihak apalagi sewenang-wenang, karena berkaitan
dengan nasib banyak pihak yang merasakan dampak atau imbas nya. Mahasiswa
menduga bahwasanya hal ini berkaitan dengan status Akreditasi dari PGSD Tegal
yang tidak diurus atau diperhatikan keberlanjutan nya, sehingga PGSD Tegal
tidak masuk menjadi pertimbangan dalam proses Akreditas PGSD Unnes seperti
PGSD Ngaliyan walaupun claim dari pimpinan, PGSD Tegal berada dalam 1
(satu) bagian yang sama.
6. Bahwa menurut mahasiswa, Kampus juga tidak memiliki itikad baik untuk
menyelesaikan persoalan yang terjadi pada PGSD Tegal, terutama terkait dengan
status akreditasi nya. Bagi mahasiswa, apabila kampus memiliki itikad baik dan
konsisten dengan amanat konstitusi serta berpedoman pada tujuan nasional
bangsa, maka sudah seharusnya kampus menyelesaikan dan mencari jalan keluar
terhadap kekurangan yang dimiliki pada kampus Tegal. Karena bagaimanapun
juga, kehadiran PGSD Tegal salah satunya memiliki tujuan pemerataan terhadap
akses pendidikan bagi masyarakat, sehingga pendidikan tidak hanya terfokus di
beberapa titik saja, akan tetapi dapat tersebar hingga ke pinggiran bahkan pelosok
daerah sekalipun. Terlebih PGSD Tegal merupakan satu-satu nya jurusan PGSD
yang ada di Kota Tegal, sehingga apabila kampus benar-benar melakukan
pemutusan angkatan, yang muaranya akan menyebabkan tutupnya kampus Tegal,
maka secara langsung Unnes telah menutup akses pemerataan untuk mengenyam
pendidikan, serta menghalangi bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan nya
yakni terkait mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tidak adanya aturan yang melandasai UPP sebagai dasar hukum, menyebabkan
Unnes seakan-akan dapat secara sewenang-wenang berlaku kepada Kampus Tegal,
sebab tidak ada instrumen aturan dan ketentuan yang melegitimasi adanya UPP
tersebut. Unnes sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) merupakan lembaga publik
yang menjalankan fungsi negara di bidang Pendidikan tentu memiliki tanggung jawab
moriil untuk turut serta menuntaskan misi dalam hal mewujudkan pemerataan akses
pendidikan bagi masyarakat, yang kemudian dijawab dengan membuka Prodi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Wilayah Tegal, yang tidak berbatasan
langsung dengan wilayah administrasi di kampus utama, yakni Semarang.
Pembukaan PGSD di wilayah Tegal dirasa sangat tepat, dikarenakan PGSD Unnes
Wilayah Tegal merupakan satu-satunya Prodi PGSD yang berada di Tegal. Sehingga
hal ini menjawab mengenai kebutuhan tenaga pendidik bagi Kota Tegal dan
sekitarnya, karena salah satu penyuplai utama tenaga pendidik SD di Tegal dan
sekitarnya yaitu adalah mahasiswa lulusan PGSD Tegal. Hal tersebut tentu sejalan
dengan amanat Konstitusi kita yang memiliki harapan agar setiap warga negara dapat
menikmmati Pendidikan tanpa diskriminasi, sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah
memiliki kewajiban untuk memastikan agar Perguruan Tinggi juga dapat menyasar
daerah-daerah secara tersebar dan merata sebagai sarana akses pemerataan bagi
masyarakat agar akses pendidikan tidak hanya terfokus di beberapa titik saja, tetapi
dapat tersebar hingga ke titik lain serta dapat dinikmati oleh semua kalangan
masyarakat. Sehingga apabila kebijakan passing out benar-benar diterapkan, maka
Unnes secara jelas menutup akses pemerataan bagi masyarakat Tegal dan sekitarnya
yang memiliki niat untuk mengenyam pendidikan dengan kualifikasi khusus sebagai
guru Sekolah Dasar, disamping itu jelas Unnes menghianati amanat Konstitusi yang
seharusnya dijaga dan dijadikan pedoman.
Kebijakan passing out atau pemotongan angkatan di Tahun 2020 ini jelas muara
nya akan berdampak pada tutupnya Kampus PGSD Tegal ketika Angkatan 2019
sebagai generasi terakhir telah menyelesaikan studi nya. Diatas telah dijelaskan
bahwasanya keberadaan PGSD Tegal memberikan pengaruh dan dampak positif bagi
masyarakat dan kota Tegal itu sendiri, selain itu beragam prestasi yang telah
ditorehkan menjadikan narasi mengenai Mutu mahasiswa PGSD Tegal yang
diragukan oleh pimpinan kampus telah secara otomatis terbantahkan berdasarkan data
empiris yang telah disajikan.
Bahwa ideal nya, Unnes seharusnya melihat dan merespon situasi serta aspirasi
dari masyarakat sebelum menerapkan sebuah kebijakan karena selain mahasiswa,
maka masyarakat Tegal juga akan merasakan dampaknya. Sebagai badan publik yang
memiliki pertanggungjawaban kepada masyarakat, tentu saja Unnes harus
mempertimbangkan dan melandaskan setiap kebijakan berdasarkan kebutuhan serta
kebermanfaatan dari masyarakat, lalu berkaitan dengan wacana passing out ini, maka
Kampus PGSD Tegal dapat ditutup ketika masyarakat sekitar (Tegal) merasa
dirugikan akibat adanya layanan pendidikan Tinggi yang dianggap tidak bermutu.
Sehingga masyarakat (Pemerintah Daerah, Instansi, Kelompok, atau Individu) dapat
menyampaikan keberatan nya apabila Kampus PGSD Tegal tidak memiliki
kebermanfaatan sama sekali dalam upaya pembangunan dan peningkatan kualitas
masyarakat. Akan tetapi apabila masyarakat merasa keberadaan kampus PGSD Tegal
tidak merugikan, maka sudah menjadi keharusan bahwasanya keberadaan PGSD
Tegal tetap harus dipertahankan.
Apabila melihat kondisi yang terjadi pada PGSD Tegal dapat dikatakan bahwa
tidak cukup kuat untuk melakukan passing out yang berimbas pada tutupnya kampus
PGSD Tegal. Memang benar masih terdapat kekurangan, terutama dari segi
Akreditasi. Akan tetapi hal tersebut seharusnya dapat diatasi dan diperbaiki oleh
pimpinan kampus sehingga eksistensi PGSD Tegal masih tetap dapat terjaga.
Keengganan dan tidak bertanggung jawabnya pimpinan kampus dalam mengurus
persoalan akreditasi tentu memiliki implikasi multi dimensi seperti yang telah
dijabarkan diatas. Alih-alih melakukan penanganan terhadap akreditasi, yang
dilakukan justru terkesan menutup-nutupi keberadaan PGSD, sehingga banyak yang
merasa dirugikan dari sikap pimpinan terkait hal ini.
Disamping itu seperti yang selalu ditekankan dalam kajian ini, bahwasanya
pertimbangan masyarakat serta mahasiswa yang menjadi objek langsung kebijakan
juga harus dijadikan landasan kebijakan yang utama dibandingkan hal lain. Karena
Unnes sebagai lembaga publik yang dibiayai juga oleh pajak masyarakat memiliki
tanggung jawab untuk mendengarkan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat.
Unnes yang saat ini masih berstatus sebagai PTN Badan Layanan Umum (BLU)
dalam hal ini Rektor atau Pemimpin Perguruan Tinggi tetap diwajibkan menaati
ketentuan dan aturan yang ada serta tidak dapat sewenang-wenang dalam mengambil
kebijakan terkait dengan passing out ini, karena Unnes berada dalam naungan
Kemendikbud maka Unnes seyogyanya melakukan upaya yang konstitusional.
BAB V
PGSD TEGAL MAU DIPINDAH KEMANA DAN TEMPAT LAMA AKAN
DIJADIKAN APA ?
Oleh sebab itu, kita perlu sedikit mengetahui mengenai Ketentuan Hak Pakai atas
Tanah milik negara, terutama berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
yang juga mengatur mengenai ketentuan tersebut. Negara sebagai pihak yang
menguasai tanah (sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat/bangsa) dapat
memberikan tanah kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut
peruntukan dan keperluannya, misalnya hak milik, hak-guna-usaha, hak guna
bangunan atau hak pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada sesuatu
Badan Penguasa (Departemen, Jawatan atau Daerah Swatantra) untuk dipergunakan
bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing22.
22
Wibowo Tunardy, HAK PAKAI, https://www.jurnalhukum.com/hak-pakai/ diakses pada 2 Juli 2020
pukul 22.15 WIB
23
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Indonesia; 3.) badan hukum yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia; 4.) badan
hukum asing yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia.
2. Syarat-syarat pemberian hak tersebut masih dipenuhi dengan baik oleh pemegang
hak;
3. Pemegang hak masih memenuhi persyaratan sebagai pemegang hak yang diatur
dalam PP 40.
24
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan
Hak Pakai Atas Tanah
3. Dihentikan sebelum jangka waktu berakhir karena suatu syarat yang tidak
terpenuhi;
6. Tanahnya musnah
Kebijakan Passing out atau pemotongan angkatan ini jelas muara nya akan
mengakibatkan tutupnya kampus PGSD Tegal secara otomatis ketika angkatan 2019
sebagai angkatan terakhir telah dinyatakan lulus secara keseluruhan. Kemudian
bagaimana nasib gedung kampus PGSD Tegal ketika prodi PGSD Tegal dinyatakan
telah tutup karena tidak ada lagi mahasiswa ? Dalam beberapa forum Audiensi,
perwakilan mahasiswa seringkali menanyakan hal tersebut kepada pimpinan terkait
dengan nasib kampus PGSD Tegal pasca habis nya mahasiswa ketika angkatan 2019
telah lulus, namun tidak ada jawaban spesifik dari pimpinan kampus terkait dengan
akan dijadikan apa kampus Tegal, akan tetapi pimpinan kampus menyampaikan
bahwasasnya saat ini kampus PGSD Tegal berada dibawah naungan Badan
Pengembang Bisnis (BPB) Unnes. Menurut tim kajian yang dilandasi berdasarkan
Undang-Undang Pokok Agraria dan PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah, terkait dengan status tanah
kampus Tegal, maka seharusnya tanah hak pakai tersebut dikembalikan kepada
negara karena status tanah tersebut tidak dipergunakan lagi sesuai dengan pengajuan
awal penggunaan tanah kepada negara, yakni dipergunakan untuk berdiri nya kampus
PGSD Tegal. Pengajuan hak pakai atas tanah negara untuk penggunaan PGSD Tegal
tentu saja dimaksutkan sebagai salah satu upaya untuk melaksanakan pemerataan
akses pendidikan agar makin mudah dijangkau oleh masyarakat, selain itu sebagai
pengamalan terhadap tujuan nasional bangsa Indonesia yang termaktub dalam alinea
ke-4 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Akan tetapi,
apabila Unnes ingin menggunakan lahan hak pakai kampus Tegal untuk hal lain,
maka sudah seyogya nya Unnes harus mengembalikan terlebih dahulu lahan tersebut
kepada negara, kemudian melakukan permohonan pengajuan kembali sesuai dengan
tujuan nya, yakni pembaharuan penggunaan lahan kampus Tegal berdasarkan
ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam aturan yang berlaku.
Dalam Data yang diambil dari Lampiran Pendukung Laporan Tahunan Rektor
Universitas Negeri Semarang tahun 2020, Sertifikat tanah Hak Pakai Kampus PGSD
Tegal diketahui telah diperbaharui pada tahun tahun 2018, yakni dengan Sertifikat
tanah Nomor HP-21/AAE323041 Tahun 2018. Artinya, Penggunaan Lahan kampus
Tegal sebagai hak pakai atas tanah negara masih menyisakan sisa waktu yang relatif
cukup lama (baca: Pasal 45 PP No 40 Tahun 1996 mengenai jangka waktu bagi hak
pakai atas tanah Negara). Kemudian, dengan tidak diterima kembali mahasiswa baru
angkatan 2020, berarti menyisakan angkatan 2019 sebagai angkatan terakhir yang
mendiami kampus PGSD Tegal. Apabila saat ini diketahui bahwasanya angkatan
2016 merupakan angkatan tertua pada PGSD Tegal, maka dapat dihitung pada tahun
2023 atau 2024, kampus PGSD Tegal sudah tidak lagi memiliki mahasiswa sama
sekali, yang ditandai dengan lulusnya mahasiswa angkatan 2019. Dalam sisa
penggunaan lahan hak pakai yang masih terbilang cukup lama (dan masih dapat
diperpanjang), akan tetapi lahan tersebut sudah tidak digunakan untuk layanan PGSD,
maka akan dijadikan apa lahan kampus Tegal tersebut ?.
N.M Syamsu Dhuha (0812-8610-6767) - Ketua BEM FIP Unnes Tahun 2020
Edi Nurzaman (0823-2400-2515) - Ketua HIMA PGSD Tegal Unnes Tahun 2020
DAFTAR PUSTAKA
9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah;
12. Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang No.1 Tahun 2020 Tentang
Rencana Strategis (RENSTRA) Bisnis Universitas Negeri Semarang Tahun 2020-
2024.
Buku atau Jurnal :
Internet :
1. Yuliwitanto. Sejarah Singkat PGSD Tegal. diakses pada 8 Juni 2020 pukul 18.30
WIB dari https://yuliwitanto.wordpress.com/profil-lembaga/sejarah-singkat/
2. Tribun Jateng.(2017). Rektor Unnes Pastikan Tak Tutup Prodi PGSD. diakses
pada 18 April 2020 pukul 19.34 dari
https://jateng.tribunnews.com/2017/04/10/rektor-unnes-pastikan-tak-tutup-prodi-
pgsd10April2017
3. Wibowo Tunardy. (2020). HAK PAKAI. diakses pada 2 Juli 2020 pukul 22.15
WIB dari https://www.jurnalhukum.com/hak-pakai/
4. Unnes.ac.id
Lain-lain :