Authors:
Editors:
Ignatius Rhadite P. B.
Putri Adiliani
Sania Tafryda
Bayu Nugroho
Rahmatia Syafira
i
CATATAN AKHIR TAHUN 2020
Buku ini pertama kali diterbitkan oleh Kementerian Kajian Strategis Badan
Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Univesitas Negeri Semarang. Hak
cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak
baik sebagian ataupun keseluruhan isi dengan cara apapun tanpa sepengetahuan
dan izin tertulis dari penerbit.
ii
SEPENGGAL KALIMAT DARI PARA TOKOH
Asfinawati
Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia (YLBHI)
Harapan Indonesia ada di buku ini. Harapan ini bukan semata karena
pandangan serta analisis terhadap bentangan isu yang begitu luas dalam
buku ini atau solusi yang coba diberikan untuk bentangan tersebut. Tetapi
lebih dari itu tradisi pertanggungjawaban kepada publik. Juga tradisi
menulis apa yang telah terjadi sehingga peradaban akan terus maju dari
proses belajar yang bisa melampaui ruang dan waktu ini.
iii
transparansi ini dan manajemen kampus lainnya menuai tindakan balasan
mulai skorsing, DO hingga kriminalisasi. Kampus yang tumpuannya
rasionalitas dan mendapuk dirinya lebih dari seluruh institusi pendidikan
lainnya hingga menamai siswanya “mahasiswa” ternyata menjadi sarang
dan pembelajaran irasionalitas. Bukankah rasionalitas itu didasarkan atas
kemerdekaan berpikir serta lanjutannya berpendapat? Bukankah begitu
kekuasaan diterapkan untuk menertibkan pikiran dan pendapat artinya
rasionalitas tidak lagi jadi yang utama? Jadi apa yang dipertahankan
universitas? Kekuasaan? Penyeragaman?
iv
Rocky Gerung - Akademisi dan Pengamat
Kebijakan Publik
Boleh jadi, itulah yang Anda tahu dan kenal. Namun, setahu dan
sepengenalan saya, tak semua mahasiswa larut dalam perilaku hedonistik macam
itu. Jika bersedia membaca buku ini, Anda mesti mengakui: banyak mahasiswa
berbuat bagi kemaslahatan banyak orang, termasuk mengunjukkan perhatian dan
empati terhadap persoalan bersama. Buku ini menunjukkan bukti: mahasiswa
bukan kambing congek, yang cuma pintar mengembik. Mereka berpikir dan
menulis secara kritis, berlandaskan kehendak terlibat perubahan ke arah kehidupan
bersama yang adil bagi semua dan setiap orang.
v
SAMBUTAN PRESIDEN MAHASISWA BEM KM UNNES 2020
Buku “Awan Gelap di Langit Negeri” ini adalah bukti perjuangan dan
dedikasi punggawa-punggawa brilian Kementerian Kastrat. Lebih dari itu, dalam
buku ini pula merekam secara tidak langsung perjalanan pengawalan isu BEM KM
UNNES selama tahun 2020 yang penuh pergolakan. Mulai dari ketidakadilan dan
ketidak-idealan pendidikan kita hari ini, kriminalisasi, pemberangusan kebebasan
akademik, politisasi di dalam kampus, ekonomi dan pandemi yang dibajak oleh
oligarki, mundurnya demokrasi hingga agenda reformasi yang kian parah
dikorupsi.
Buku ini menjadi prasasti bahwa pernah ada di tahun 2020, saat negeri ini
begitu kelam, kampus ini begitu suram. Meski belum nampak kapan cahaya fajar
terbit di negeri ini dan kapan mentas dari peliknya permasalahan, tapi saya percaya,
selagi masih ada pejuang di negeri ini, masih ada yang meneriakkan kebenaran di
bumi pertiwi, selama itu pula harapan akan kebaikan, perbaikan, kebermanfaatan,
sejahtera, adil dan makmur akan hadir di negeri ini.
vi
mengabdi dan berjuang sampai detik ini. Teruslah berjuang dimanapun temen-
temen berada. Doa-doa terbaik untuk temen-temen semua.
Terakhir, atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa akhirnya amanah ini
dicukupkan. Terima kasih kepada UNNES dan Indonesia. BEM KM UNNES
hanyalah jalan dan wasilah untuk mengabdi dan berjuang. Saya percaya, bagi ia
yang telah memutuskan mengambil jalan perjuangan, baginya jalan perjuangan
adalah jalan tiada ujung dan tak bertepi. Mari kita terus berjuang bersama..
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan
berkat serta kasih Nya, Kementerian Kajian Strategis (Kastrat) BEM KM Unnes
2020 berhasil menerbitkan buku Catatan Akhir Tahun (Catahu) dengan tema besar
“Awan Gelap di Langit Negeri” yang berisi rekapitulasi pendampingan, advokasi,
kajian akademis, essay, legal opinion hingga penyikapan terhadap berbagai macam
isu yang muncul sepanjang tahun 2020 ini, baik dari lingkup Universitas Negeri
Semarang, lingkup regional, hingga lingkup nasional.
viii
bumi Pertiwi. Sebut saja pengesahan terhadap UU KPK, UU Minerba, UU
Pertanahan dan yang terbaru Omnibus Law Cipta Kerja yang muatan substansi nya
makin menjauhkan masyarakat dari kata sejahtera, karena perspektif pemodal yang
dibangun dan dominan. Berbagai macam produk hukum tersebut juga
dikhawatirkan akan menjelma menjadi malapetaka yang makin memperburuk
kehidupan rakyat sipil dan melanggengkan perampasan ruang hidup, yang
dampaknya kembali akan diderita oleh masyarakat. Sedangkan para oligarki akan
tetap abai melihat penderitaan rakyat karena keuntungan besar yang didapat.
Padahal ideal nya Pemerintah dan DPR harus lebih memprioritaskan produk hukum
yang berkaitan dengan kebutuhan kesejahteraan maupun mengatasi persoalan bagi
masyarakat, seperti RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, serta RUU Pekerja
Rumah Tangga.
Buku ini kami desain selain sebagai bentuk pertanggung jawaban, juga
sebagai manifestasi keberpihakan mahasiswa agar mahasiswa tetap teguh dalam
pendiriannya yaitu sebagai mitra berjuang rakyat menuntut perubahan. Dari sini
kita tahu, tanggung jawab sebagai mahasiswa selain kepada diri sendiri, yang utama
adalah kepada rakyat. Memposisikan diri berada dalam barisan pembela kelompok
miskin, rentan, marjinal dan terpinggirkan merupakan sebuah keharusan bagi
seorang insan cendekia. Keberpihakan inilah yang kemudian menjadi landasan
utama dalam setiap sikap dan gerakan yang diaplikasikan. Dari situ pula kita harus
memastikan bahwa kita hadir saat terdengar isak tangis dan jeritan rakyat karena
perampasan, perbudakan dan penghisapan yang dilakukan oleh Oligarki.
ix
Sebagai penutup, kami tak pernah lelah untuk mengingatkan bahwa sebagai
mahasiswa yang dibekali dengan amunisi berupa ilmu pengetahuan, dan menjadi
harapan sebagai agen of change, maka berdiam diri bukanlah langkah tepat untuk
dilakukan. Perubahan bukanlah sebuah pemberian atau hal yang bisa datang dengan
sendiri nya, tetapi perubahan itu adalah sesuatu yang hanya bisa diraih dari hasil
perjuangan dan pertarungan. Ingatlah bahwa sejarah bangsa kita ini adalah sejarah
nya para pemuda. Maka mari ambil peran untuk menciptakan perubahan dengan
segala yang melekat pada diri kita sebagai pemuda. Karena menjadi mahasiswa
artinya menjadi manusia yang memegang tanggungjawab untuk menggerakkan
semangat perubahan, menjaga nilai-nilai kebaikan, menjadi intelektual organik,
serta menjadi garda terdepan dalam setiap perjuangan dan perlawanan terhadap
penguasa yang menjauhkan rakyat dari kata sejahtera
Harapan kami setelah terbitnya buku ini, mahasiswa dan juga setiap
elemen masyarakat sipil lain dapat berkolaborasi dan menguatkan konsolidasi
dalam menggalang gerakan melawan oligarki dan mewujudkan kesejahteraan dan
keadilan sosial.
Hormat Kami,
x
SEKAPUR SIRIH
“Kemarin kita menjalin asa, hari ini kita berkarya, maka besok kita gemparkan dunia!
Ingatlah bahwa kita adalah keluarga Kastrat yang telah berkarya untuk Kampus dan
Bangsa!”
xi
Indah Safitri, Ivan adi Saputro, Fiddin Nur Fidhiana, Laela Rahma Agustin, Cahya
Astika Tunggaldewi, Nur Rochmat Solichin, Achelia Nafisa Putri, Mas’ud Ilman
Mubarok, dan Rahmatia Syafira.
Setiap massa ada orang nya, dan setiap orang ada massa nya. Barangkali
quotes tersebut merupakan kalimat yang tepat untuk menggambarkan telah
berlabuhnya kapal bernama Kementerian Kajian Strategis BEM KM UNNES 2020
ke dermaga sebagai persinggahan terakhir, yang juga menandakan telah
berakhirnya perjalanan panjang mengarungi samudera luas dengan badai dan
xii
ombak besar yang menghantam. Dengan tertatih-tatih para awak kapal
menginjakan kaki di daratan dengan senyum lebar yang merekah di bibir,
mengucapkan salam perpisahan kepada kapten kapal yang telah menahkodai kapal
tersebut dan mengorganisir para awak kapal untuk bersama-sama berjuang agar
kapal yang ditumpangi tidak karam di samudera. Kapten kapal melepas kepergian
para awak kapal dengan haru sekaligus bangga, begitu juga dengan para awak kapal
yang juga merasa berbangga karena telah melakukan petualangan hebat dan
mencetak sejarah. Daratan telah dipijak, dan sebuah peradaban baru telah tercipta
karena lompatan besar yang mereka torehkan. Kelak akan tiba waktu nya bagi
mereka untuk menjadi kapten di kapal masing-masing dan menahkodai para awak
kapal yang baru. Menjelajahi samudera yang lain menuju ujung dunia, dan
berpetualang kembali untuk mengukir sejarahnya masing-masing. Kiasan cerita
tersebut saya buat dan sampaikan untuk menggambarkan betapa terhormat dan
bangga nya saya sebagai seorang nahkoda karena telah berhasil membawa
Kementerian Kastrat sampai ke persinggahan nya. Bersama-sama kita melawan
ombak dan badai besar berupa masalah, konflik dan perbedaan yang berpotensi
menghancurkan kementerian kastrat. Dan kita kembali patut bersyukur karena
berhasil mempertahankan kapal kita hingga akhir.
Tiba lah saya untuk berpamitan dan melepas semua punggawa kastrat
dengan sebuah kebanggan karena saya yakin kalian akan mampu meneruskan
estafet perjuangan ini dan menjadi nahkoda kapal yang akan membawa pejuang-
pejuang baru untuk menaklukan samudera perjuangan. Pesan dari saya, teruslah
berkarya dan ciptakan cerita baru masing-masing yang penuh kebanggan.
xiii
DAFTAR ISI
(4) MENJADI BURUH MUNGKIN ADALAH POSISI YANG PALING TIDAK DIINGINKAN ......... 33
(5) INDONESIA STATUS DARURAT BENCANA NASIONAL NONALAM : UKT HARUS
DISESUAIKAN ................................................................................................................ 37
xiv
(7) MENIMBANG REFORMA AGRARIA ALA REZIM JOKO WIDODO .................................... 44
(8) MENERKA MERDEKA BELAJAR ALA NADIEM : BENAR MERDEKA ATAU HANYA
SLOGAN? ....................................................................................................................... 50
(2) LEGAL OPINION : SURAT KEPUTUSAN REKTOR TERHADAP SKORSING DOSEN UNNES
CACAT HUKUM ............................................................................................................ 141
(3) REKTOR UNNES TIDAK KONSISTEN DAN TERKESAN MENGHINDARI DEBAT AKADEMIK
.................................................................................................................................... 158
xv
xvi
BAB I : NEGARA DAN PANDEMI
1
MENJAWAB DARMA PENDIDIKAN NASIONAL DI MASA PANDEMI
1 https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta-lengkap-kasus-pertama-
virus-corona-di-indonesia. Di akses pada 28 April 2020
2 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (24/3/2020)
3 https://kumparan.com/kumparannews/psbb-dinilai-tak-efektif-kebijakan-yang-setengah-
2
mengalami kendala keuangan dalam membayar Uang Kuliah Tunggal
(UKT).
3
Di kebanyakan kampus sekarang, sistem perkuliahan di masa
pandemic ini masih dilakukan sesuai dengan jam pelajaran yang diterapkan
yaitu mengacu pada pembelajaran online yang sistemnya face to face,
sehingga learning outcomes yang dihasilkan kurang maksimal. Prof Natsir
juga mengkritisi kebijakan menteri sekarang mengenai kampus merdeka
yang tidak memiliki guidance yang baik sehingga kualitas dari sistem
tersebut tidak bisa dikontrol, menurutnya pendidikan di Indonesia masih
perlu banyak pembinaan.
4 Komite Mengenai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Komentar Umum 13, dok.PBB
E/C.12/1999/10
4
mencangkup berbagai elemen baik hak ekonomi, sosial dan budaya serta
hak sipil dan politik.5
5
yakni “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia”. Dan dengan di tanda tangani nya Kovenan Internasional Hak-
Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, maka Indonesia memliki kewajiban pula
membanun pendidikan kerarah yang memungkinkan setiap orang
berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat yang bebas, meningkatkan
pengertian, toleransi dan persahabatan di antara semua bangsa dan
kelompok suku, etnis atau agama, dan lebih jauh kegiatan Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk memelihara perdamaian.
6 Smith, R. K., Asplund, K. D., & Marzuki, S. Hukum Hak Asasi Manusia (Yogyakarta:
Pusat Studi Hak Asasi Manusia,2008)hlm,117
6
Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional
Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan, Lebih lanjut ia juga menjelaskan,
memaparkan terjadi Logical Fallcy dalam penggunaan serta alokasi
yang akan digunakan terhadap dana abadi pendidikan yang akan turut
digunakan gunakan untuk stabilitas sistem keuangan negara yang jauh
dari masalah pendidikan maupun pandemi sama sekali
Kesimpulan
7
pembelajaran yang dialihkan dengan sistem online sehingga siswa dan
mahasiswa tetap mendapatkan hak pendidikan mereka sesuai yang dijamin
konstitusi. Serta agar pemerintah dapat memberikan keringanan bagi biaya
pendidikan yang disini bukan hanya bantuan berupa bandwidth melainkan
juga keringanan untuk Uang Kuliah Tunggal.
8
AWAN GELAP PEREKONOMIAN INDONESIA SETELAH PANDEMI
7 WHO. 2020. Naming The Coronavirus Disease (COVID-19) and The Virus That Cause It.
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-
guidance/naming-the-coronavirus-disease-(covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it.
Pada 23 Maret 2020.
8 Worldometers. 2020. Coronavirus. https://www.worldometers.info/coronavirus/ Pada 21 April
2020
9 CNN Indonesia. 2020. Jokowi Umumkan 2 WNI Positif Corona di Indonesia.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200302111534-20-479660/jokowi-
umumkan-dua-wni-positif-corona-di-indonesia Pada 24 Maret 2020
9
Eskalasi penyebaran wabah COVID-19 di Indonesia kian tak
terkontrol dan jumlah pasien positif pertambahannya. Pada tanggal 2 April
2020, pasien yang ditanyakan terinfeksi COVID-19 sebanyak 6.760 orang,
590 diantaranya meninggal dunia, dan 747 dinyatakan telah sembuh. 10
Berdasarkan perbandingan pasien yang positif dengan tingkat kematian
tersebut, menempatkan Indonesia berada pada peringkat kedua Negara di
dunia dan tertinggi se-asia dengan tingkat kematian (case fatality rate/CFR)
sebanyak 8,73%. Amerika Serikat menjadi negara yang paling tinggi tingkat
angka kematiannya dibanding negara-negara lain.11
Tanpa adanya upaya yang cepat, sigap dan signifikan dari pemangku
kebijakan untuk segera mengentaskan bumi pertiwi dari wabah pandemi
COVID-19, maka optimisme perekonomian tidak akan pernah datang.
Optimisme dan sentiment positif ekonomi akan hadir tatkala pandemi
COVID-19 dapat ditangani, setidaknya menunjukkan perubahan kearah
dapat terkendali dan akhirnya dapat terselesaikan hingga tuntas.
10 Worldometer., op.cit.
11
CEBM. 2020. Global COVID-19 Case Fatality Rate. https://www.cebm.net/global-covid-
19-case-fatality-rates/ pada 21 April
12
Blomberg. 2020. IMF Says Great Lockdown Recession Likely Worst Since Depresission.
https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-04-14/imf-says-great-lockdown-
recession-likely-worst-since-depression pada 20 April 2020.
10
signifikan, puluhan jurus dan stimulus untuk mendongkrak perekonomian
pun tidak akan mempan dan tidak ada artinya untuk menaikkan
perekonomian Indonesia kembali.
13
https://www.businesstoday.in/current/economy-politics/coronavirus-have-larger-
economic-impact-than-sars-oecd/story/397337.html
11
Korea Selatan: pemerintah Korea Selatan mengalokasikan anggaran
khusus senilai 11,7 triliun won (USD 9,9 miliar) untuk membantu respons
medis, bisnis, rumah tangga. Selain itu, pemerintah Korea Selatan juga
mengumumkan keringanan pajak dan subsidi sewa pada 28 Februari lalu.
India mengumumkan paket stimulus ekonomi sebesar 1,7 triliun rupee atau
USD 22,5 miliar atau Rp. 360 triliun untuk membantu jutaan rumah tangga
berpenghasilan rendah selama menghadapi masa lockdown 21 hari karena
virus corona.
14
https://www.idxchannel.com/market-news/foto/daftar-stimulus-negara-di-dunia-hadapi-
ancaman-krisis-ekonomi-covid-19-20
12
membuat perekonomian Indonesia cukup terimbas apabila ekonomi
Tiongkok terpuruk.
Investor memang sedang panik dan lebih pilih bermain aman dengan
mengalihakan investasinya di sektor safe haven (yang minim risiko) seperti
emas dan obligasi. Yang mana ini membuat investasi secara nasional dalam
semua skenario mengalami penurunan. Hal ini juga dipicu oleh
produktivitas industri yang menjadikan investor menahan investasinya.
15
https://bisnis.tempo.co/read/1309788/sri-mulyani-jika-ekonomi-cina-turun-1-persen-ri-
turun-06/full&view=ok
16
Masker dan Hand Sanitizer Mulai Langka di Pasaran.
https://republika.co.id/berita/q6o8w7314/masker-dan-hand-sanitizer-mulai-
langka-di-pasaran
13
Presiden Jokowi menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur dan Rincian APBN
2020. Beleid tersebut diteken untuk melengkapi Perppu Nomor 1 Tahun
2020 tentang kebijakan keuangan Negara dan stabilitas system
keuangan untuk penangan pandemi COVID-19.
Dengan diterbitkannya Perpres tersebut, pemerintah mengubah
perkiraan pendapatan Negara menjadi Rp. 1.760,8 triliun. Angka
tersebut anjlok 10 persen atau sekitar Rp. 472,3 triliun dari pagu
sebelumnya yang ditetapkan sebesar Rp. 2.540 triliun.
Sedangkan anggaran belanja Negara tahun ini diperkirakan
bakal membengkak Rp. 73 triliun menjadi Rp. 2.233,19 triliun atau 5,07
persen dari PDB. Angka ini naik dari sebelumnya Rp. 307,2 triliun atau
1,76 persen dari PDB. Defisit keseimbangan primer juga meningkat
tajam dari Rp. 12 triliun menjadi Rp. 517,7 triliun.
Secara rinci, pendapatan Negara dalam APBN-P 2020 ini terdiri
dari penerimaan perpajakan diperkirakan sebesar Rp. 1.462 triliun,
turun dari yang sebelumnya Rp. 1.865 triliun. Lalu penerimaan negera
bukan pajak (PNBP) diperkirakan Rp. 297,7 triliun, turun dari pagu
sebelumnya sebesar Rp. 366,9 triliun. Sedangkan hibah tetap di angka
yang sama yaitu Rp. 498,74 triliun.
Sedangkan anggaran belanja Negara terdiri dari pemerintah
pusat Rp. 1.851 triliun, membengkak dari sebelumnya Rp. 1.683 triliun.
Serta transfer daerah dan dana desa (TKDD) Rp. 762,7 triliun, turun dari
sebelumnya Rp. 856,9 triliun.
Dalam pasal 2 pada perpres tersebut, dijelaskan bahwa
penggunaan anggaran belanja pemerintah pusat akan diutamakn untuk
penanganan pandemi COVID-19 serta untuk menghadapi ancaman
yang membahayakan perekonomian nasional serta stabilitas system
keuangan. Belanja pemerintah pusat akan difokuskan untuk kesehatan,
jarring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi.17
14
Pembiayaan utang ditaksir meningkat Rp. 654,5 triliun menjadi
Rp. 1.006,4 triliun. Dalam pembiayaan utang bertambah rencana
pembiayaan pandemic bond sebesar Rp. 449,9 triliun.18
Pembiayaan investasi pemerintah juga bertambah. Dari minus
Rp. 74,2 triliun menjadi minus Rp. 229,3 triliun. Pemerintah merinci,
pembiayaan investasi ini termasuk pembiayaan guna mendukung
program pemulihan ekonomi nasional senilai Rp. 150 triliun. Selain itu,
terdapat juga tambahan pembiayaan pendidikan Rp. 18,6 triliun guna
memenuhi alokasi anggaran pendidikan 20 persen.
2. Penurunan pertumbuhan ekonomi
Kementerian keuangan merilis scenario pertumbuhan ekonomi
2020 dalam paparannya yang berjudul Pandemi COVID-19,
Perkembangan Ekonomi dan Langkah Kebijakan Fiskal. Meskipun
melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pemerintah masih
18 Kemenkeu.go.id
15
optimis ekonomi masih tumbuh di tengah kondisi pandemic virus
corona. Ekonomi diproyeksikan tumbuh 2,3 persen.19
Hal ini sejalan dengan proyeksi menurut International Monetary
Fund (IMF) yang memperkirakan ekonomi global akan mengalami
resesi hingga -3 persen. Proyeksi ini jauh lebih rendah dari pertumbuhan
tahun 2019 lalu yang mencapai 2,9 persen.20
19
Proyeksi Pemerintah, Ekonomi Indonesia 2020 Tumbuh 2,3%.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/07/proyeksi-pemerintah-
ekonomi-indonesia-2020-tumbuh-23
20 Ekonomi Global Masih Jauh dari Resesi – Pontas.
https://pontas.id/2019/09/15/ekonomi-global-masih-jauh-dari-resesi/
16
3. Konsumsi, daya beli dan industri
Wabah pandemi COVID-19 berdampak menurunkan terhadap
indikator nasional hingga regional, baik jangka pendek maupun jangka
panjang pada berbagai skenario. Hadirnya wabah pandemi COVID-19
ini berpotensi menurunkan daya beli dan konsumsi rumah tangga
sampai ke tahap yang sangat besar dan semakin membesar apabila
penanganan wabah COVID-19 hingga 6 bulan lamanya.
Penurunan konsumsi rumah tangga didorong oleh menurunnya
GDP riil pada semua skenario pertumbuhan ekonomi nasional.
Sedangkan dampaknya terhadap ekonomi regional secara umum
17
hadirnya wabah COVID-19 ini akan menurunkan PDRB riil di semua
provinsi pada semua skenario simulasi. Hal ini didorong oleh turunnya
tingkat produksi sektoral dan turunnya tingkat penyerapan tenaga kerja
di daerah-daerah. Terutama di provinsi yang merupakan zona merah
seperti DKI Jakarta, Jateng, Jabar, dsb.
Sektor jasa seperti penerbangan dan pariwisata yang paling
pertama kali terdampak dari hadirnya wabah pandemic COVID-19 ini.
Di sektor penerbangan, banyak maskapai yang tidak bisa menerbangkan
pesawatnya dikarenakan adanya pembatasan di sejumlah Negara untuk
menghindari tersebarnya wabah pandemi COVID-19 ini.21
Sedangkan di sektor pariwisata banyak sub sektor yang juga
terimbas selain pendapatan dari destinasi utamanya seperti perhotelan,
restoran, umkm daerah, transportasi hingga travel guide. Diperkirakan
tingkat okupansi hotel turun hingga 25-50% dan total pendapatan dari
restoran turun hingga 25-50%.
Bali menjadi daerah yang mesti diwaspadai karena merupakan
daerah yang memiliki kontribusi pendapatan daerah yang berasal dari
sektot pariwisata yang sangat tinggi yang berpotensi terjadi peningkatan
angka kemiskinan dan pengangguran nasional.
Potensi efek kampanye dirumah aja, phisycal distancing yang
mempunyai dampak terjadinya guncangan (shock) pada sisi supply yang
dapat terlihat dari banyak ditutupnya pabrik dan berhentinya kegiatan
produksi. Disisi demand pun membuat konsumsi barang oleh
masyarakat menjadi turun dan berimplikasi pula pada menurunnya
permintaan barang tersebut. Akibatnya daya beli masyarakat turun dan
gelombang PHK massal tak terelakkan.22
4. PHK Massal dan Meningkatnya angka kemiskinan
21
Selamatkan Ekonomi Nasional, Wabah Corona Harus Segera Diatasi.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4210529/selamatkan-ekonomi-nasional-
wabah-corona-harus-segera-diatasi
22
Bencana Nasional Penyebaran COVID-19 sebagai Alasan Force Majeure, Apakah Bisa?.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13037/Bencana-Nasional-
Penyebaran-COVID-19-sebagai-Alasan-Force-Majeure-Apakah-Bisa.html
18
Pandemi COVID-19 telah berdampak pada perekonomian
Indonesia. Salah satunya, semakin banyak pekerja yang dirumahkan dan
terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Direktorat Jenderal
Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat 1,94 juta pekerja dari 114.340
perusahaan yang terkena PHK dan dirumahkan.
Lebih rinci, sebanyak 1.500.156 pekerja dari sektor formal yang
berasal dari 83.546 perusahaan. Selain sektor formal, sektor informal
juga terkena dampak. Pekerja yang terdampak sebanyak 443.760 orang
yang berasal dari 30.794 perusahaan. 23
23
Hampir 2 Juta Pekerja Kena PHK dan Dirumahkan.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/21/hampir-2-juta-pekerja-
kena-phk-dan-dirumahkan
19
miskin bertambah 3,9 juta orang. Adapun scenario terburuk, yakni
pertumbuhan ekonomi 1 persen, penduduk miskin bertambah 8,45
juta orang.
24
Angka Kemiskinan Bisa Melonjak, Bantuan Sosial Mendesak.
https://bebas.kompas.id/baca/bebas-akses/2020/04/18/angka-kemiskinan-
bisa-melonjak-bantuan-sosial-mendesak/
20
hingga menyewa influencer untuk daya tarik. Namun karena menuai
kontroversi dan kemudian resmi ditemukan warga yang terinfeksi
corona akhirnya kebijakan ini pun ditangguhkan. 25
2. Paket Stimulus Ekonomi Jilid II: kebijakan fiscal dan non fiscal.
Pemerintah menebar insentif gratis pungutan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21, 22, dan 25 kepada pekerja industri
manufaktur dan perusahaan. Tujuannya, untuk menumbuhkan daya
beli masyarakat di tengah tekanan pandemi virus corona. Stimulus
tersebut berlaku untuk industri manufaktur selama 6 bulan. Selain
itu terdapat juga percepatan dan kenaikan batas maksimum restitusi
pajak. Sedangkan stimulus non-fiskal berupa penyederhanaan dan
pengurangan larangan terbatas ekspor dan impor, percepatan sektor
ekspor dan impor untuk eksportir dan importir bereputasi baik, dan
terkait pengawasan logistik.26
25
Airlangga: Influencer asing bakal dapat diskon tiket pesawat Rp 700.000.
https://nasional.kontan.co.id/news/airlangga-influencer-asing-bakal-dapat-diskon-
tiket-pesawat-rp-700000
26
Ini Paket Stimulus Fiskal Jilid 2 Antisipasi Dampak Negatif Virus Corona Pada Ekonomi.
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-paket-stimulus-fiskal-jilid-2-
antisipasi-dampak-negatif-virus-corona-pada-ekonomi/
21
belanja pemerintah pusat sebesar Rp. 1.596 triliun dari TKDD sebesar
Rp. 762,7 triliun.
Anggaran tersebut difokuskan pada kesehatan, jaring pengaman
sosial, dan pemulihan ekonomi nasional. Dana tersebut diambilkan dari
alokasi dana abadi pemerintah termasuk dana abadi pendidikan, saldo
anggaran lebih (SAL), dan berbagai dana yang dikelola badan layanan
umum (BLU), serta pembiayaan utang dengan penerbitan surat berharga
Negara (SBN).27
4. Program Kartu Pra Kerja
Program kartu pra kerja diluncurkan saat adanya pandemi covid-
19. Padahal semula fokus diadakannya program kartu pra kerja adalah
untuk meningkatkan keterampilan sesuai kebutuhan peserta, namun kini
beralih menjadi konsep untuk bantuan sosial.
Program kartu pra kerja dengan nilai 20 triliun mencakup
program biaya pelatihan senilai Rp 1.000.000 dan insentif sebesar Rp.
600.000 per bulan selama 4 bulan dengan total yang akan diterima Rp.
2,4 juta. Selain itu peserta juga akan mendapat insentif suveri evaluasi
dengan total Rp. 150.000 untuk tiga kali survey yang mana bisa
dicairkan melalui rekening bank ata e-wallet seperti Gopay, OVO,
LinkAJa milik peserta.28
Namun pemberian bantuan berupa pelatihan secara online
dinilai kurang tepat, apalagi bagi para pegawai yang dirumahkan dan
korban PHK lebih membutuhkan cash transfer atau Bantuan Langsung
Tunai (BLT) untuk bertahan hidup di tengah pandemic covid-19. Kartu
prakerja yang diambilkan dari dana penanganan Covid-19 dengan total
anggaran 405 triliun ini dinilai tidak mengatasi permasalahan dan hanya
27
Perpres Nomor 54 Tahun 2020 Berpotensi Mereduksi Hak Konstitusional DPR.
http://dpr.go.id/berita/detail/id/28394/t/Perpres+Nomor+54+Tahun+2020+Ber
potensi+Mereduksi+Hak+Konstitusional+DPR
28
Mau Dapat Rp 600.000/Bulan dari Kartu Pra Kerja? Begini Caranya.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4992772/mau-dapat-rp-
600000bulan-dari-kartu-pra-kerja-begini-caranya
22
akan membuang-buang anggaran. Pemberian langsung bantuan berupa
cash transfer bisa menstimulus daya beli masyarakat yang anjlok
disebabkan pandemi COVID-19.
Rekomendasi
23
BAYANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL DAN INDONESIA PASCA
PANDEMI : GELAP ATAU GEMERLAP
29
Krisis Akibat Corona Diramal Bikin Perekonomian Dunia Resesi.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5006753/krisis-akibat-corona-
diramal-bikin- perekonomian-dunia-resesi, akses 13 Mei 2020
30
Jejak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dari Masa Ke Masa. https://jeo.kompas.com/jejak-
pertumbuhan-ekonomi-indonesia-dari-masa-ke-masa, akses 17 Mei 2020
24
Uni Eropa -2,7, dan China turun hingga -6,8. 31 Di Indonesia, Menteri
Keuangan, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia
berdasarkan perkiraan BI, OJK, dan LPS akan turun ke 2,3% bahkan yang
terburuk bisa mencapai -0,4 %. 32
31
https://money.kompas.com/read/2020/05/10/091500226/perekonomian-indonesia- pasca-
pandemi-covid-19, akses 17 Mei 2020
25
Pemerintah Indonesia sedang dilema saat ini, dimana ingin memulihkan
sektor kesehatan, disisi lain juga ingin tetap menjaga sektor ekonomi agar
tetap stabil.
27
PLN yang tidak menghasilkan valuta asing berhutang dalam valuta asing
60% lebih.
28
otomatis. Menurut ketentuan Undang-Undang yang terdahulu, taipan-
taipan harus mengembalikan lahan dalam jumlah tertentu, tetapi di
Undang-Undang yang baru mereka tidak ada batas sama sekali.
Kemudian, minerba ini sebelumnya wajib diolah dan dimurnikan, tetapi
pada Undang-Undang yang baru hanya wajib diolah saja dan bebas tanpa
royalti. Diperparah rezim ini seperti sedang dikendalikan beberapa
korporasi sehingga bernama korporatokrasi yang dapat mengendalikan
yang mana Undang-Undang yang harus dibahas terlebih dahulu dan mana
yang tidak.
Dalam sisi pangan basic food tidak ada masalah, hanya masalah
distribusi dan kondisi iklim. Namun, pada extra fooding terhambat karena
impor gandum dan makanan sejenisnya terganggu akibat pandemi ini.
Cara antisipasi menyesuaikan iklim sendiri. Musim tanam dimajukan
untuk mengurangi dampak dari prediksi dari kemarau yang
29
berkepanjangan.
Mari kita taati peraturan yang ada yang telah diperhitungkan oleh
pemerintah. Syarat jika ada pelonggaran PSBB nantinya, kita sebagai
warga negara harus berubah karena ada standar kehidupan baru yang harus
kita terapkan. Mari kita bergandengan tangan untuk menguatkan
Indonesia di kondisi seperti ini.
31
Simpulan
32
MENJADI BURUH MUNGKIN ADALAH POSISI YANG PALING TIDAK
DIINGINKAN
Melihat dari satu sisi yang lain, yaitu pada buruh yang masih tersisa
di perusahaan, yang masih tetap bekerja ditengah pandemi covid-19 ini.
Mereka dianggap melawan kebijakan work from home (apabila produksi
tidak bisa dilakukan dirumah) padahal apabila mereka dirumahkan maka
ekonomi akan berhenti. Apakah tidak akan menempatkan negara dalam fase
yang sangat sulit ketika pandemi ini dibarengi dengan krisis ekonomi? Tapi
nyatanya ini sudah mulai terjadi. Krisis ekonomi dan krisis pangan yang
33
didorong untuk terjadi dari berbagai sektor salah satunya adalah PHK tanpa
pesangon dan subsidi dari pemerintah yang tidak tepat sasaran. Maka
sekarang banyak bermunculan lumbung pangan masyarakat dan lain-lain
karena memang hanya mengandalkan kebijakan pemerintah itu tidak cukup,
dari masyarakat sendiri harus membangun solidaritas demi
kesejahteraannya, lagi-lagi mereka memperjuangkan kesejahteraannya
sendiri, kesejahteraan yang sering terkendala oleh kebijakan pemerintah
yang berbeda dengan apa yang dijanjikannya dahulu saat kampanye.
34
rantai penularan covid-19 karena tetap bekerja padahal mereka berusaha
mendukung dan mengurangi potensi krisis pangan sendiri maupun skala
nasional. Setelah mereka mendapatkan hasil panen padahal mereka akan
menghadapi kenyataan harga pangan yang krisis karena permintaan
menurun sebab kondisi ekonomi yang turun.
35
36
INDONESIA STATUS DARURAT BENCANA NASIONAL NONALAM :
UKT HARUS DISESUAIKAN
33 https://www.topuniversities.com/student-info/student-finance/universities-changing
37
Pertama darurat kesehatan masyarakat melalui Keppres 11/2020
dan kedua Darurat Bencana Nonalam melalui Keppres 12/2020.
Seharusnya berdasarkan pasal 26 ayat (2) UU 24/2007 tentang
Penanggulangan Bencana “setiap orang yang terkena bencana
berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar”.
Kemudian Pasal 48 UU 24/2007 mengatakan penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi
pemenuhan kebutuhan dasar. Pemerintah telah menetapkan status
bencana nasional artinya bencana meliputi dan dialami oleh setiap
orang di Indonesia. Oleh karena itu setiap orang berhak
mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. Melihat cita-
cita pembentukan negara maka pendidikan adalah pendidikan
bagian dari kebutuhan dasar.
4. Terjadi pengalihan anggaran pendidikan. Perpu 1/2020 yang
menjadi UU 2/2020 mengenai perubahan APBN membuat
kebijakan di bidang perpajakan yang salah satunya untuk insentif
pajak korporasi dapat menggunakan dana abadi dan akumulasi
dana abadi pendidikan serta dana yang dikelola oleh Badan
Layanan Umum. Rumah Sakit dan Universitas termasuk badan
layanan umum.
5. Dirjen Pendidikan Tinggi telah mengeluarkan surat No.
302/E.E2/KR/2020 tertanggal 31 Maret 2020 yang salah satu isinya
menghimbau perguruan tinggi menggunakan penghematan biaya
operasional selama pembelajaran dari rumah untuk membantu
mahasiswa. Melihat perkembangan kondisi mahasiswa dari
pengaduan-pengaduan yang masuk kepada kami tampaknya hal ini
tidak cukup melainkan perlu sebuah kebijakan untuk mengurangi
hingga membebaskan UKT sesuai dengan kondisi mahasiswa.
38
membebaskan UKT sesuai dengan kondisi mahasiswa.
II. Pendidikan tinggi di seluruh Indonesia hendaknya memberikan
keringan hingga membebaskan UKT sebagai kebijakan mandiri
tanpa menunggu adanya kebijakan secara nasional dari
Pemerintah.
39
PERSOALKAN BIAYA PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI COVID-19,
MAHASISWA FH UNNES AJUKAN UJI MATERI PERMENDIKBUD
25/2020 KE MAHKAMAH AGUNG
40
- Bahwa karena adanya Pandemi Covid-19 mengakibatkan hancur nya
sendi perekonomian masyarakat sipil. Selain itu menimbulkan dampak
secara multisektor, dimana Pendidikan menjadi salah satu sektor yang
sangat terdampak dari adanya Pandemi Covid-19.
- Bahwa berkaitan dengan Pandemi Covid-19, Pemerintah telah
menetapkan status Darurat Kesehatan Masyarakat melalui Keputusan
Presiden Nomor 11 tahun 2020 dan Darurat Bencana Non alam melalui
Keputusan Presiden No 12 tahun 2020. Artinya bencana meliputi dan
dialami oleh setiap orang di Indonesia. Oleh karena itu setiap orang
berhak mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. Melihat cita-
cita dan tujuan pembentukan Negara yang tertuang dalam Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, maka Pendidikan
merupakan bagian dari kebutuhan dasar
- Bahwa berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia yang tertuang dalam Surat Edaran Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:
36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan
Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona
Virus Disease (COVID-19), yang kemudian ditindaklanjuti dengan
kebijakan di berbagai Perguruan Tinggi. Sehingga, implikasi dari
kebijakan tersebut mahasiswa tidak menikmati instrumen Biaya
Langsung yang tertuang dalam BKT, karena mengharuskan melakukan
pembelajaran secara daring dari rumah. Implikasi lain dari adanya
kebijakan ini yakni terjadi penurunan pengeluaran Keuangan Perguruan
Tinggi secara drastis di masa Pandemi ini karena banyak instrumen Biaya
Langsung (BL) diatas yang tidak digunakan oleh mahasiswa, apabila
dibandingkan dengan Pengeluaran Keuangan Perguruan Tinggi pada
kondisi normal.
- Bahwa Pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai Biaya Kuliah
Tunggal (BKT) yang dipengaruhi oleh Biaya Langsung (BL) dan Biaya
Tidak Langsung (BTL). BKT merupakan keseluruhan biaya operasional
yang terkait langsung dengan proses pembelajaran mahasiswa per-
41
semester pada program studi di PTN. Kemudian berdasarkan lampiran
Permendikbud 25/2020 pada bab Model Pembiayaan, dijelaskan
mengenai Biaya Langsung yang merupakan biaya operasional yang
terkait langsung dengan penyelenggaraan Program Studi. Biaya langsung
dihitung dan ditetapkan berdasarkan perencanaan dan pelaksanaan
Kurikulum Program Studi. Adapun dalam Lampiran aturan terkait, Biaya
Langsung terdiri dari 4 (empat) jenis, yakni 1) kegiatan kelas: kuliah
tatap muka, tutorial, matrikulasi untuk program afirmasi, studium
generale, tugas, kuis, ujian tengah semester, ujian akhir semester; 2)
kegiatan laboratorium/studio/bengkel/lapangan: praktikum, tugas
gambar/desain, bengkel, kuliah lapangan, praktik kerja lapangan, dan
kuliah kerja nyata; 3) kegiatan tugas akhir/skripsi: tugas akhir, skripsi,
seminar, ujian komprehensif, pendadaran, dan wisuda; 4) bimbingan
konseling dan kemahasiswaan: orientasi Mahasiswa baru, bimbingan
akademik, ekstra kurikuler, dan pengembangan diri
- Bahwa karena tidak dinikmati nya fasilitas serta hak-hak pendidikan
secara penuh selama pembelajaran secara daring, serta adanya hantaman
ekonomi yang ditimbulkan dari Pandemi Covid-19, maka mahasiswa di
seluruh Indonesia melakukan tuntutan kepada Perguruan Tinggi masing-
masing serta kepada Pemerintah dalam hal ini yakni Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk memberikan
penurunan nominal biaya kuliah selama Pandemi Covid-19 kepada
seluruh mahasiswa.
- Bahwa berkaitan dengan tuntutan tersebut, banyak mahasiswa yang
melakukan gerakan, baik yang dilakukan secara daring melalui sosial
media maupun aksi demonstrasi secara langsung.
- Bahwa menanggapi hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan kemudian menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 25 tahun 2020 tentang Standar
Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi Pada Perguruan Tinggi
Negeri di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Akan
tetapi mahasiswa melihat bahwasanya Permendikbud tersebut bukanlah
42
menjadi solusi atas permasalahan biaya kuliah yang dialami mahasiswa
selama Pandemi ini, melainkan malah menimbulkan masalah baru.
Diantara nya yakni kewajiban pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT)
secara penuh pada tiap semester (termasuk dalam kondisi Pandemi ini)
serta pungutan Iuran Pengembangan Institusi yang dalam Permendikbud
No 25 tahun 2020 tidak diatur mengenai batasan persentase Perguruan
Tinggi dapat memungut dari mahasiswa jalur Mandiri.
- Bahwa ketentuan dalam pasal 9 ayat (1) Permendikbud 25/2020
memberikan implikasi bahwa dalam segala kondisi, baik kondisi normal
maupun kondisi tidak normal yang disebabkan oleh bencana alam
dan/atau bencana non-alam, mahasiswa tetap diwajibkan membayarkan
biaya kuliah berupa UKT pada setiap semesternya secara penuh.
Ketentuan a quo menurut mahasiswa nihil pertimbangan (Pandemi
Covid-19) secara komprehensif serta tidak melihat dinamika yang timbul
di masyarakat, karena hanya mengatur mekanisme mengenai
pembebasan sementara, Pengurangan, Perubahan Kelompok, atau
pembayaran UKT secara mengangsur (ayat 4) berdasarkan
pertimbangan penurunan ekonomi saja, akan tetapi tidak memberikan
perspektif secara komprehensif terkait dengan dampak lain yang
ditimbulkan oleh bencana alam dan/atau bencana non alam yang
dirasakan secara langsung oleh seluruh mahasiswa, seperti saat (Pandemi
Covid-19) sekarang ini, yang menyebabkan terjadinya proses
pembelajaran yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan pembelajaran
pada kondisi normal. Dalam kondisi Pandemi Covid 19 seperti saat ini
mengharuskan pembelajaran dilaksanakan secara daring dari rumah
masing-masing, secara otomatis mahasiswa tidak mendapatkan
kemanfaatan dan hak yang sepenuhnya sama apabila dibandingkan
dengan pada saat kondisi normal, dimana pembelajaran dilaksanakan
secara tatap muka dalam ruang kelas.
- Bahwa dalam beberapa media, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
telah memberikan claim bahwa kendala perekonomian mahasiswa
selama Pandemi Covid-19 telah diakomodir dalam pasal 9 ayat (4)
43
Permendikbud No 25 Tahun 2020. Akan tetapi mahasiswa memiliki
argumentasi sebaliknya. Bagi mahasiswa, aturan terkait tidak memiliki
unsur kebaharuan karena aturan tersebut telah diterapkan di banyak
Perguruan Tinggi, bahkan sebelum adanya Permendikbud tersebut
diterbitkan, selain itu Permendikbud tersebut nihi perspektif Pandemi
serta tidak menggambarkan situasi darurat bencana yang saat ini sedang
melanda Negeri.
- Bahwa ketentuan dalam pasal 9 ayat (4) menurut para pemohon hanya
mengakomodir kepentingan mahasiswa yang mengalami penurunan
ekonomi saja karena adanya bencana alam dan/atau non-alam, kemudian
mahasiswa dapat mengajukan permohonan yang meliputi ayat 4 dengan
cara melengkapi persyaratan yang ditentukan oleh masing-masing
perguruan tinggi. Akan tetapi ketentuan pada ayat 4 tidak
mempertimbangkan dan mengakomodir dampak lain diluar penurunan
ekonomi seperti tidak dinikmatinya hak serta fasilitas oleh mahasiswa di
masa pandemi, dimana seluruh Perguruan Tinggi menerapkan
pembelajaran secara daring dari rumah. Bahwa karena (pandemic covid-
19) ini seluruh mahasiswa di Indonesia mengalami kerugian dengan tidak
dinikmatinya fasilitas dan hak-hak yang semestinya jika dibandingkan
dengan kewajiban membayar UKT secara penuh, karena dengan sistem
pembelajaran secara daring, mahasiswa tidak dapat menikmati /
mengakses fasilitas operasional atau hak yang ada dalam instrumen biaya
langsung pada BKT. Sehingga menurut mahasiswa, aturan a quo
seharusnya mengakomodir pembebasan atau minimal sekurang-
kurangnya pemotongan UKT bagi seluruh mahasiswa Indonesia di PTN
secara merata tanpa perlu mengajukan persyaratan tertentu, mengingat
dalam masa (pandemic covid-19) ini, biaya operasional yang terdapat
dalam rumusan BKT maupun biaya langsung tidak dirasakan langsung
oleh mahasiswa selama pembelajaran secara daring.
- Bahwa ketentuan dalam pasal 9 ayat (4) mengenai penetapan ulang,
maupun pengajuan keringanan UKT telah ada dan diatur oleh Perguruan
Tinggi pada keadaan normal atau sebelum adanya (Pandemi Covid-19)
44
ini, begitupula dengan pengurangan hingga pembebasan UKT bagi
mahasiswa semester akhir yang hanya mengerjakan skripsi. Sehingga
Permendikbud 25 Tahun 2020 tidak menjadi solusi atas bencana non
alam (Pandemi Covid-19) karena tidak ada perbedaan kebijakan antara
kondisi normal dengan kondisi bencana non alam seperti yang terjadi saat
ini. Dengan demikian, keadaan (Pandemi Covid-19) haruslah dimaknai
secara darurat dan berbeda apabila dibandingkan dengan kondisi normal.
Melihat dampak yang ditimbulkan oleh (Pandemi Covid-19) ini
dirasakan oleh seluruh mahasiswa karena tidak dinikmatinya hak dan
fasilitas yang sepadan bila dibandingkan dengan kondisi normal, maka
Mahasiswa menilai aturan dalam pasal 9 ayat (4) Permendikbud 25 tahun
2020 sama sekali tidak dilandasi pada pertimbangan darurat akibat
bencana non alam (Pandemi Covid-19) serta tidak mengakomodir
aspirasi atau tuntutan dari mahasiswa yang merasakan kerugian akibat
adanya (Pandemi Covid-19).
- Bahwa apabila dalam kondisi bencana alam dan /atau non alam
mahasiswa tetap diwajibkan melakukan pembayaran UKT secara penuh,
maka menurut mahasiswa, Pemerintah secara nyata-nyata telah
menciptakan pendidikan yang tidak berkeadilan dan jauh dari kata
menyejahterakan serta menegaskan bahwa Perguruan Tinggi
memberikan layanan pendidikan dengan mengejar laba, yang secara jelas
dilarang dan bertentangan dengan Undang-Undang Dikti. Sehingga
wajar apabila dalam kondisi tidak normal yang disebabkan karena
bencana alam dan/atau non alam seperti saat ini, seluruh mahasiswa di
PTN tidak perlu membayar kewajiban berupa UKT secara penuh pada
tiap semesternya.
- Para Pemohon menyatakan bahwa pasal 9 ayat (1) Permendikbud
25/2020 yang menyatakan bahwa “Mahasiswa wajib membayar UKT
secara penuh pada setiap semester” telah bertentangan dengan pasal 47
ayat (1) UU Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 huruf e , pasal 7 ayat 2,
pasal 63 huruf c UU Pendidikan Tinggi, pasal 26 ayat 2 dan Pasal 48
huruf d UU Penanggulangan Bencana. Yang pada kesimpulannya,
45
menurut Para pemohon apabila Pasal 9 ayat 1 Permendikbud 25/2020
tetap diberlakukan, maka secara nyata-nyata menciptakan pendidikan
yang tidak berkeadilan dan jauh dari kata menyejahterakan serta
menegaskan bahwa Perguruan Tinggi memberikan layanan pendidikan
dengan mengejar laba, yang secara jelas dilarang dan bertentangan
dengan Undang-Undang Dikti. Sehingga wajar apabila dalam kondisi
tidak normal yang disebabkan karena bencana alam dan/atau non alam
seperti saat ini, seluruh mahasiswa di PTN tidak perlu membayar
kewajiban berupa UKT secara penuh pada tiap semesternya. Ibi Jus Ibi
Remedium (Dimana ada hak, disana ada kemungkinan menuntut,
memperolehnya atau memperbaikinya bilamana hak tersebut dilanggar).
46
- Bahwa menurut Para Pemohon frasa “dapat” pada pasal 10 ayat (1)
huruf d Permendikbud 25/2020 telah menimbulkan ketidakpastian
hukum. Didalam peraturan a quo tidak diuraikan secara jelas dan spesifik
mengenai standar dan kategori yang ditetapkan, dalam hal Perguruan
Tinggi Negeri dapat memungut iuran pengembangan institusi sebagai
pungutan dan/atau pungutan lain selain UKT dari mahasiswa program
diploma dan program sarjana bagi mahasiswa yang masuk melalui
seleksi mandiri. Bahwa menurut mahasiswa, Permendikbud No 25
Tahun 2020 yang menjadi landasan maupun payung hukum seharusnya
mengakomodir asas kepastian hukum mengenai sejauh mana ketentuan
dalam aturan tersebut dapat ditafsirkan dan dilaksanakan secara tegas
sebagai hal yang mengikat bagi subyek hukum yang diatur nya ataupun
yang terkena akibat hukum dari pemberlakuan aturan tersebut.
- Bahwa menurut Para Pemohon frasa “dapat” pada pasal 10 ayat (1)
huruf d Permendikbud 25/2020 merupakan bentuk lepas tanggung jawab
negara dalam memenuhi hak warga negara dalam hal pendidikan yang
dijamin oleh konstitusi. Menurut mahasiswa, dicantumkan dan
diberlakukan nya frasa “dapat” dalam aturan tersebut merupakan bentuk
pelimpahan/pelemparan tanggung jawab negara dalam hal pemenuhan
hak atas pendidikan bagi semua warga negara kepada Perguruan Tinggi
dengan dalih berlindung dibalik otonomi masing-masing Perguruan
Tinggi. Bahwa Pendidikan merupakan pondasi untuk mengantarkan
Indonesia menuju negara ideal yang dicitakan dalam Alinea 4 Konstitusi.
Sehingga menurut pemohon, negara seharusnya meletakan Pendidikan
masuk dalam skala prioritas tertinggi yang harus diperhatikan.
47
pengembangan institusi sebagai pungutan dan/atau pungutan lain selain
UKT dari mahasiswa program diploma dan program sarjana bagi
mahasiswa yang masuk melalui seleksi mandiri, dimana telah melahirkan
suatu bentuk ketidakadilan dan diskriminatif. Ketidakadilan yang
dimaksud berupa pembedaaan perlakuan dengan mengadakan pungutan
lain berupa uang pangkal yang hanya dilakukan pada mahasiswa jalur
mandiri. Diskriminatif yang dimaksud ialah dengan membedakan latar
belakang mahasiswa dalam pemberian jaminan pendidikan sebagai
bentuk pemenuhan hak warga negara yang diamanatkan oleh konstitusi
dan Undang-Undang. Padahal jika melihat realita dan kondisi di
lapangan, tidak semua mahasiswa yang berada dalam jalur mandiri
merupakan pihak yang berada dalam kondisi ekonomi menengah keatas.
Sehingga menurut mahasiswa, peraturan a quo bertententangan dengan
prinsip Pendidikan Tiggi yakni demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
48
- Bahwa di masa Pandemi Covid-19 ini dimana seluruh sektor mengalami
hantaman dari sektor perekonomian, termasuk bagi mahasiswa dan orang
tua nya. Sudah seyogya nya Pemerintah dan Perguruan Tinggi tidak
melakukan pemungutan Iuran Pengembangan Institusi kepada
mahasiswa baru jalur seleksi mandiri dengan pertimbangan hati nurani
dan kemanusiaan.
50
Undang-undang Nomor 9 tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
7. Menghukum Termohon untuk membatalkan atau sekurang-kurangnya
membatalkan secara sementara (selama masa Pandemi Covid-19) Pasal 10
ayat (1) huruf d Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2020 tentang Standar Satuan Biaya Operasional
Pendidikan Tinggi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
8. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara;
Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, kami mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aquo et bono).
51
MAHASISWA UNNES ADUKAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA KE KOMNAS HAM
52
bencana secara komprehensif (Kepres No 11 tahun 2020 tentang Darurat
Kesehatan Masyarakat dan Kepres No 12 Tahun 2020 Darurat Bencana Non
alam).
Seharusnya kebijakan mengenai bantuan maupun Keringanan biaya
kuliah dapat dirasakan oleh semua mahasiswa secara otomatis tanpa perlu
mengajukan persyaratan tertentu, karena jelas seluruh mahasiswa mengalami
kerugian dari adanya Pandemi Covid-19 ini, akibat tidak mendapatkan layanan
pendidikan serta hak lain secara penuh. Selain itu tidak ada unsur kebaruan
dalam aturan tersebut, karena tanpa adanya Permendikbud No 25 tahun 2020
pun, kebijakan mengenai penetapan ulang maupun pemotongan UKT telah ada
dan diterapkan di banyak Universitas. Sehingga menjadi sangat tidak adil
apabila mahasiswa diwajibkan melakukan pembayaran biaya kuliah secara
penuh pada situasi Pandemi Covid-19 ini. Bukti lain, aturan ini telah mengebiri
hak-hak mahasiswa yaitu dengan dilegitimasi nya Perguruan Tinggi dalam
melakukan pemungutan Iuran Pengembangan Institusi/Uang Pangkal (diluar
UKT), Kebijakan pungutan Uang Pangkal seharusnya tidak layak untuk
diterapkan, karena negara seakan lepas tangan dalam urusan Pendidikan,
terlebih dalam Permendikbud 25/2020 tidak diatur mengenai batasan
persentase maksimal Perguruan Tinggi dapat memungut Uang Pangkal dari
mahasiswa baru jalur seleksi mandiri, hal ini tentu saja dikhawatirkan akan
menyebabkan Perguruan Tinggi memungut Uang Pangkal secara sewenang-
wenang, mengingat tidak ada rambu-rambu memgenai batas maksimal dapat
dipungutnya Uang Pangkal. Bahwa berkaitan dengan 2(dua) hal diatas, maka
tidak sedikit mahasiswa yang harus terpaksa putus pendidikan karena biaya
pendidikan yang tidak terjangkau serta mencekik.
Bahwa dalam teori hukum responsive dijelaskan bahwa hukum harus
bisa merespon dinamika yang timbul di masyarakat, kemudian memberikan
solusi untuk penyelesaiannya. Sifat responsif dapat diartikan sebagai melayani
kebutuhan dan kepentingan sosial yang dialami dan ditemukan oleh
masyarakat. Pasal 28 C dan E UUD 1945 dan Pasal 13 UU No. 11 Tahun 2005
sesungguhnya telah menjamin bahwa pendidikan tinggi secara progresif harus
dapat semakin terjangkau, kemudian pengelolaan kampus haruslah didasarkan
53
pada prinsip demokratis dan menjunjung nilai HAM. Mendikbud secara nyata-
nyata telah menciptakan pendidikan yang tidak berkeadilan dan jauh dari kata
menyejahterakan serta menegaskan bahwa Perguruan Tinggi memberikan
layanan pendidikan dengan mengejar laba, yang secara jelas dilarang dan
bertentangan dengan Undang-Undang.
54
Konstitusi negara Indonesia juga mengatur dan menjamin mengenai kebebasan
berserikat, berkumpul dan menyampaikan pendapat. Contoh kasus yang terjadi
pada Universitas Nasional serta Universitas Negeri Semarang menjadi salah
satu bukti bahwa negara hanya diam dan sama sekali tidak bertindak tegas
untuk menjamin pemenuhan hak konstitusional rakyat nya. Perguruan Tinggi
adalah perpanjangan tangan Menteri (representasi negara) dalam pelaksanaan
tugas pendidikan tinggi. Dengan berdiam diri artinya Menteri setuju dan
semakin melegitimasi tindakan-tindakan anti demokrasi seperti ini.
Berdasarkan hal diatas, maka mahasiswa menilai bahwasanya telah
terjadi dugaan Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makariem. Hal
diatas dapat dikategorikan sebagai Pelanggaran HAM karena dilakukan oleh
Negara sebagai pelaku. Kunci dari pelanggaran HAM ialah harus ada
kewajiban negara yang tidak terpenuhi di situ. Bentuknya dapat berupa
perumusan kebijakan ataupun dengan melakukan pembiaran. Yang secara
tidak langsung berarti Negara sudah melanggar “Kontrak Sosial” manusia
dalam ber-Negara, dimana Negara lewat aparaturnya tidak memberikan
pelayanan dan pemenuhan hak asasi manusia bagi rakyatnya. Pelanggaran
Negara terhadap kewajibannya itu juga dapat dilakukan baik dengan
perbuatannya sendiri (acts of commission) maupun karena kelalaiannya (acts
of ommission). Maka dari itu mahasiswa Unnes melakukan pengaduan kepada
KOMNAS HAM atas dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
Mendikbud.
55
PENEGAKAN HUKUM PENIMBUN MASKER DI TENGAH KRISIS
VIRUS COVID-19
41 Dipna V. “Update Virus Corona 3 Maret: Kasus COVID-19 Meningkat Jadi 90.428
Baca selengkapnya di artikel "Update Virus Corona 3 Maret: Kasus COVID-19
Meningkat Jadi 90.428", https://tirto.id/update-virus-corona-3-maret-kasus-covid-
19-meningkat-jadi-90428-eCAl. diakses pada tanggal 4 Maret 2020
42 CNN Indonesia “Jokowi Umumkan Dua WNI Positif Corona di Indonesia”
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200302111534-20-479660/jokowi-
umumkan-dua-wni-positif-corona-di-indonesia. Diakses pada tanggal 3 Maret
2020
43 Liputan 6 “Daftar Harga Barang yang Naik Imbas Virus Corona, Apa Saja?”
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4172562/daftar-harga-barang-yang-naik-
imbas-virus-corona-apa-saja. Diakases pada tanggal 3 Maret 2020
44 Liputan 6 “6 Fakta Penggerebekan Pabrik Masker Ilegal, Manfaatkan Isu Corona hingga
Dalam Kasus Ini tentu ada pihak yang dirugikan. Contoh yang
paling nyata adalah mereka yang menderita penyakit tertentu, seperti yang
terjadi Susanto tan penderita Kanker Nasofaring dan Celine yang menderita
Leukimia. Ayah dana anak ini harus susah payah mendapatkan masker
untuk melindungi tubuh mereka dari debu dan polusi secara langsung. 46
Selain itu, banyak juga pihak-pihak yang dirugikan degan adanya
penimbunan masker ini, dari pihak-pihak medis sendiri yang memerlukan
masker untuk bekerja sampai dosen dan mahasiswa ilmu kesehatan atau
ilmu pengetahuan alam yang memerlukan masker untuk melakukan riset
ataupun praktikum sebagai mata kuliah.
59
Penting, sedangkan jenis barang yang termasuk Barang Penting hanya
termasuk;
Bila kita melihat kembali perkembangan hingga saat ini yang sangat
mengkhawatirkan perihal kekurangan pasokan masker, seperti yang terjadi
di Rumah Sakit Umum Bunda BMC Padang Sumatra Barat49. Hal ini juga
sejalan dengan World Health Organisation yang menyatakan dunia
terancam kekurangan peralatan medis, termasuk kebutuhan 89 juta masker,
Direktur Jendral WHO berujar bahwa “Pemerintah harus mengembangkan
insentif bagi industri untuk meningkatkan produksi. Ini termasuk
pelonggaran pembatasan ekspor dan distribusi peralatan pelindung pribadi
dan persediaan medis lainnya . 50 , Hal ini bertolak belakang dengan
kebijakan pemerintah Indonesia yang malah berinisiatif untuk memberikan
Pakistan” https://www.suara.com/news/2020/03/06/045000/kehabisan-stok-
masker-rumah-sakit-di-padang-bakal-impor-dari-pakistan. Diakses tanggal 06 Maret
2020.
50 Rehia Sebayang “WHO: Dunia Terancam Kekurangan Peralatan Medis”
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200305084551-4-142607/who-dunia-
terancam-kekurangan-peralatan-medis
60
insentif untuk mempromosikan pariwisata 51 . Hal membuat kita semakin
sadar cara pandang apa yang sedang dipakai pemerintah dalam menghadapi
Virus Covid-19.
Hal ini juga dapat terkait dengan Undang-Undang lainnya yang terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dalam Pasal 4 UU No.5
Tahun 1999 disebutkan bahwa:
KESIMPULAN
63
PILKADA DI TENGAH PANDEMI : KESEHATAN PUBLIK VS
KEPENTINGAN POLITIK
52 Kadek Melda Luxiana (19 Juli 2020). Mendagri Jelaskan Dasar Keputusan Pilkada
Serentak Jadi Desember 2020. diakses dari https://news.detik.com/berita/d-
5099938/mendagri-jelaskan-dasar-keputusan-pilkada-serentak-jadi-desember-
2020
64
bulan November 2020, akan tetapi Pemerintah nampaknya juga lupa karena
Pemerintah AS akan menggunakan sistem pos, sehingga rakyat AS dalam
hal ini bisa memilih dari rumah mereka masing-masing. Pemerintah
Indonesia sendiri juga masih belum mengeluarkan Perppu tentang Pilkada
di tengah pandemi yang bisa menjadi landasan Hukum bagi KPU untuk
menerapkan sanksi bagi mereka yang tidak atau melanggar ketentuan
protokol kesehatan seperti larangan berkerumun, berkampanye, menggelar
konser musik, dan arak-arakan yang dapat menjadi klaster baru persebaran
Covid-19. Menurut KPU sendiri selaku penyelenggara Pilkada serentak di
Indonesia melaporkan setidaknya ada 60 calon kepala daerah yang
terkonfirmasi Covid-19 53 , hal ini membuktikan bahwasanya Pemerintah
dalam kapasitasnya gagal membuat aturan yang tegas soal sanksi bagi
pelanggar protokol kesehatan yang masih saja sering dilakukan oleh peserta
Pilkada dan para simpatisannya dengan tetap membuat kerumunan yang
seharusnya tidak boleh dilakukan. Kunci dari adanya kepatuhan dari para
peserta Pilkada adalah sanksi yang tegas serta landasan aturan yang jelas
sehingga membuat para peserta Pilkada patuh untuk selalu mematuhi
protokol kesehatan yang ada. Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu juga
mencatatkan setidaknya terdapat 243 dugaan pelanggaran protokol
kesehatan yang dilakukan oleh peserta Pilkada saat proses pendaftaran
calon54. Hal ini jika tidak segera dievaluasi oleh pemangku kebijakan akan
menjadikan Pilkada kali ini sebagai bom waktu persebaran Covid-19 di
Indonesia.
53 Kompas.com (10 September 2020). KPU : 60 Calon Kepala Daerah Terpapar Covid-19.
diakses dari https://nasional.kompas.com/read/2020/09/10/15313681/kpu-60-calon-
kepala-daerah-terpapar-covid-19
54 BBC.com (10 September 2020). Pilkada 2020: Ratusan dugaan pelanggaran protokol
65
Indonesia Darurat Virus Covid-19
55Sarah Nurul Fatia (26 September 2020). [UPDATE] Kasus Virus Corona Indonesia per
26 September 2020 Naik Jadi 271.339 Orang. diakses dari https://www.pikiran-
rakyat.com/nasional/pr-01774100/update-kasus-virus-corona-indonesia-per-26-
september-2020-naik-jadi-271339-orang?page=2
56 WHO (27 september 2020). WHO Coronavirus Disease Dashboard. diakses dari
https://covid19.who.int/table
66
Indonesia. Saat awal pandemi ini menyerang Menteri Kesehatan
mengeluarkan pernyataan yang terkesan menyepelekan seperti saat peneliti
dari Oxford yang mengingatkan keberadaan virus Covid-19 di Indonesia,
Terawan justru menyangkalnya serta mengajak peneliti Oxford tersebut
untuk membuktikan dan menunjukkan letak virus Covid-19 di Indonesia.
Menkes pada 17 Februari juga mengeluarkan pernyataan jika kekuatan doa
masyarakat Indonesia lah yang membuat Indonesia masih aman dari
Pandemi virus Covid-19, sedang pada saat itu Pemerintah sama sekali tidak
menyiapkan kebijakan pencegahan virus Covid-19 masuk ke Indonesia57.
Pemerintah juga mengganggarkan dana 72 Milyar untuk influencer sebagai
upaya penggenjotan pariwisata yang lesu akibat Pandemi Covid-19, hal itu
sangat aneh karena saat negara lain menutup diri sebagai upaya mitigasi
masuknya virus Covid-19 ke negaranya, hal ironi justru terjadi di Indonesia
malahan Pemerintah membuka pintu masuk selebar-lebarnya bagi
wisatawan asing untuk datang. Beberapa kontroversi yang menyepelekan
keberadaan virus Covid-19 yang datang dari para pejabat tadi justru
membuat masyarakat menjadi abai sehingga pada Maret 2020 lalu kasus
konfirmasi satu dan dua ditemukan hingga sekarang pertumbuhan kasus
Covid-19 semakin meninggi dan mengancam segala sendi dari ekonomi,
sosial, pendidikan, dan politik. Langkah awal Pemerintah untuk
menerapkan Lockdown atau Karantina Wilayah di masa Pandemi mengacu
pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan58
juga tidak diterapkan. Patut dipahami bahwa maksud dengan Karantina
Kesehatan adalah upaya mencegah dan menangkal keluar masuknya
penyakit dan/atau faktor resiko kesehatan masyarakat yang berpotensi
menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat 59 . Semua aspek sudah
57 Rakhmat Nur Hakim (2 September 2020). Kilas Balik 6 Bulan Covid-19 : Penyataan
Kontroversial Pejabat Soal Virus Corona. diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/02/09285111/kilas-balik-6-bulan-covid-19-
pernyataan-kontroversial-pejabat-soal-virus?page=all
58 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Karantina Kesehatan
59 Sigar Aji Poerana, S.H. Hak Rakyat Jika Terjadi Lockdown. diakses dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e74a69e9bf8d/hak-rakyat-
jika-terjadi-i-lockdown-i-/
67
terpenuhi untuk diberlakukannya karantina kesehatan ini, akan tetapi
Pemerintah justru memilih untuk melakukan PSBB yang penekanan kasus
dan kebijakan di lapangan masih banyak yang melakukan pelanggaran.
Pemerintah juga gagal dalam mengedukasi masyarakat untuk penerapan
protokol kesehatan, hal tersebut terbukti dengan masih banyaknya
masyarakat yang abai walaupun sudah diterapkannya sanksi progresif. Hal
tersebut menjadi bukti bahwasanya Pemerintah masih atau belum bisa
mengedukasi masyarakat tentang konsep 3M (Memakai masker, Mencuci
tangan, dan Menjaga jarak) sebagai upaya untuk menekan laju pertumbuhan
virus Covid-19.
60 Rahmad Fauzan (13 Agustus 2020). Anggaran Kesehatan 2021 jadi Rp. 169,7 T, Ini
Perinciannya. diakses dari
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200814/12/1279364/anggaran-kesehatan-
2021-jadi-rp1697-triliun-ini-perinciannya
61 Agatha Olivia Victoria (14 Agustus 2020). Anggara Pemulihan Ekonomi Nasional 2021
62 Dani Prabowo (23 Juli 2020). Hasil Dua Survei, Masyarakat Berharap Pilkada Serentak
2020 Ditunda. diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2020/07/23/09444091/hasil-dua-survei-
masyarakat-berharap-pilkada-serentak-2020-ditunda?page=all
69
yang ada untuk menunda Pilkada dan segera fokus pada penanganan
Pandemi.
1. Jusuf Kalla
Sebagai seorang negarawan sekaligus Wakil Presiden ke-10
dan ke-12 RI serta ketua PMI, Jusuf Kalla berpendapat
bahwasanya tak ada urgensi yang mengharuskan Pilkada
dilangsungkan ditengah Pandemi Covid-19. Menurutnya
pelaksanaan Pilkada ditengah Pandemi seperti sekarang justru
berpotensi memperparah penularan virus Covid-19 sehingga
63
pelaksanaannya perlu ditunda . Jusuf Kalla juga
memperingatkan akan bahaya penularan Covid-19 ini, karena
dari data KPU juga telah menunjukkan terdapat 60 calon Kepala
Daerah yang terpapar Covid-19. Hal ini menurutnya Pemerintah
belum bisa menegakkan aturan protokol kesehatan untuk calon
Kepala Daerah dan para pendukungnya.
63 Kompas.com (21 September 2020). Jusuf Kalla : Jika Pilkada Membuat Rakyat Sakit,
untuk Apa Disegerakan?. diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/21/12574601/jusuf-kalla-jika-pilkada-
membuat-rakyat-sakit-untuk-apa-disegerakan
70
Aksi penolakan juga dilontarkan oleh dua ormas Islam
terbesar di Indonesia yaitu PBNU dan PP Muhammadiyah. Yang
menjadi konsideran kedua ormas melakukan penolakan terhadap
Pilkada ditengah pandemi antara lain karena alasan masih
tingginya kasus Covid-19 di Indonesia dan banyaknya protokol
kesehatan yang dilanggar oleh peserta Pilkada sehingga dapat
menimbulkan kerugian bagi rakyat serta dapat menjadi klaster
baru penularan Covid-19 di Indonesia. PP Muhammadiyah
melalui sekretaris umumnya meminta Kementerian Dalam
Negeri, KPU, dan DPR untuk meninjau ulang keputusan
berlangsungnya Pilkada di tengah Pandemi, menurutnya
keselamatan publik adalah yang utama daripada hanya sekedar
Pilkada 64 . PP Muhammadiyah juga khawatir soal potensi
daripada Pilkada ini untuk menciptakan klaster baru dalam
penularan virus Covid-19 yang barang tentu akan menimbulkan
kerugian dan kemudharatan yang besar bagi masyarakat dan
upaya Pemerintah dalam penanganan virus Covid-19. PBNU
juga mengungkapkan kekhawatirannya soal pelaksanaan
Pilkada ditengah Pandemi, dalam release resminya PBNU
mengeluarkan beberapa butir sikap yaitu :
a. Meminta kepada Komisi Pemilihan Umum Republik
Indonesia, Pemerintah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia untuk menunda pelaksanaan tahapan
Pilkada serentak tahun 2020 hingga tahap darurat
kesehatan terlewati. Pelaksanaan Pilkada, sungguh pun
dengan protokol kesehatan yang diperketat, sulit
terhindar dari konsentrasi orang dalam jumlah banyak
dalam seluruh tahapannya.
65 Jawahir Gustav Rizal (21 September 2020). PBNU Minta Pilkada 2020 Ditunda. diakses
dari https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/21/094900665/pbnu-minta-
pilkada-2020-ditunda?page=all
66 CNN Indonesia (11 September 2020). Corona Tak Terkendali, Komnas HAM Desak
72
Opsi yang dapat diambil Pemerintah jika Pilkada ditunda
73
dilakukan. Pandemi mengharuskan Pemerintah untuk lebih serius
dalam penanganan masalah krisis kesehatan publik akibat pandemi
virus Covid-19 dengan cara meningkatkan kapasitas tenaga
kesehatan beserta fasilitasnya, penuhi hak-hak tenaga kesehatan
yang harus diberikan serta jangan membuat kebijakan yang
kontradiktif terhadap penaganan virus Covid-19 di Indonesia. Tetap
dilangsungkannya Pilkada di tengah Pandemi merupakan bentuk
keputusan yang kontra produktif dengan upaya Pemerintah untuk
menurunkan angka penularan virus Covid-19, karena Pilkada
memungkinkan terjadinya kerumunan dalam prosesnya yang dapat
memperparah kasus penularan Covid-19 di Indonesia. Untuk itu
menunda Pilkada adalah opsi terbaik yang dapat diambil oleh
Pemerintah saat ini. Sekarang fokuskan segala daya upaya dan
pikiran tentang cara mengeluarkan Negeri ini dari jeratan Pandemi,
curahkan segala SDA dan SDM yang ada untuk sektor penanganan
virus Covid-19 dan peningkatan pelayanan kesehatan publik dengan
begitu maka upaya Pemerintah untuk segera keluar dari jerat
Pandemi dapat segera terealisasi.
Kesimpulan
74
juga pasal 43 UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM yang berbunyi,”
Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama
dalam pemerintahan”. Akan tetapi hal tersebut ketika terjadi dalam
keadaan normal, sekarang pada faktanya keadaan Indonesia sedang
darurat kesehatan masyarakat akibat virus Covid-19 sehingga
urgensitas Pilkada masih bisa dikesampingkan mengingat kesehatan
rakyat adalah hal utama dan yang paling besar dalam keadaan seperti
ini. Negara juga perlu menegakkan Hak asasi rakyat lainnya yaitu
Hak untuk hidup, Hak atas kesehatan, dan Hak atas rasa aman.
Urgensi Pilkada merupakan murni keputusan politis dari pihak-
pihak yabg berkompetisi mulai dari Bakal Calon, Partai Politik, dan
para Cukong yang mendukung Bakal Calon dalam Pilkada dengan
gelontoran uangnya untuk alasan permudahan izin dari pihak
birokrasi apabila jagoannya dalam Pilkada berhasil menang. Kita
tidak bisa tutup mata, Pilkada merupakan kompetisi orang-orang
yang ingin mencari kekuasaan serta kompetisi para Cukong untuk
memenangkan jagoannya dengan cara apapun, mulai dari
penyuapan pada penyelenggara Pilkada sampai Money Politic.
Pilkada hanyalah kompetisi para elit bukan kompetisi milik rakyat,
jikalau Pilkada tetap dilaksanakan juga berarti Pemerintah sama saja
mengorbankan rakyat. Kesehatan sekarang adalah hal yang utama
yang harus diwujudkan oleh Pemerintah, tunda Pilkada dan
selamatkan rakyat, Hak konstitusi rakyat tak lebih besar daripada
Hak jaminan kesehatan rakyat yang harus mutlak didapatkan dari
negara.
75
MENUNTUT PEMERINTAH MENDAHULUKAN KESELAMATAN DAN
KEPENTINGAN HIDUP MASYARAKAT
67 Naming The Coronavirus Disease (COVID-19) and The Virus That Cause It.
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-
guidance/naming-the-coronavirus-disease-(covid-2019)-and-the-virus-that-
causes-it
68 Coronavirus Disease 2019. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-
coronavirus-2019.
76
Dengan melihat peningkatan penyebaran COVID-19 di Indonesia yang
signifikan dan tidak terkontrol, kondisi perkembangan COVID-19 di Indonesia
saat ini termasuk yang tertinggi se-Asia Tenggara dengan angka kematian
(Case Fatality Rate/CFR) sebanyak 8.02% dan menempati posisi kelima angka
mortalitas dunia setelah San Marino, Bangladesh, Italy dan Iraq.
77
Melihat perkembangan terkini dan kondisi yang sudah dijelaskan
diatas, sebenarnya sejak awal pemerintah Indonesia dapat mengantisipasi
adanya pandemi ini dan melakukan pencegahannya seperti yang dilakukan Uni
Eropa yang menutup perbatasannya selama 30 hari, Venezuela yang menutup
penerbangannya jauh-jauh waktu, Rusia yang memberlakukan pengawasan
ketat di seluruh bandaranya, atau China yang langsung me-lockdown kota
Wuhan sesaat setelah ditemukannya COVID-19.
Namun disini pemerintah dinilai lamban dan tidak serius, bahkan terkesan
menyepelekan dengan lebih mementingkan kepentingan investasi dan ekonomi
dibanding kepentingan kesehatan rakyatnya. Terbukti dengan pertama kali hadirnya
COVID-19 di Indonesia fokus yang dibahas dalam rapat kementerian kabinet
Presiden Joko Widodo adalah perihal bagaimana menjaga iklim investasi agar
78
investor tetap tertarik investasi di Indonesia, bahkan hingga direncanakannya
promosi untuk wisman yang mencari wisata alternative karena batal mengunjungi
RRT, Korea, dan Jepang.69
79
Ketidaksigapan pemerintah dalam melakukan pencegahan infeksi
COVID-19 ini diperparah dengan tidak disiapkannya langkah preventif
pencegahan. Alhasil yang terjadi adalah tingkat ketersediaan alat kesehatan
di pasar seperti hand sanitizer dan masker terjadi kelangkaan di tengah
masyarakat. Selain itu dampak dari gagapnya pemerintah menyikapi
penyebaran infeksi COVID-19 yaitu tidak disiapkannya fasilitas kesehatan
atau Alat Pelindung Diri (APD) yang mumpuni bagi dokter dan tenaga
medis yang berjuang menangani pasien COVID-19.70
Corona. https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/159951/berantakannya-
koordinasi-pemerintah-pusat-dan-daerah-menanggulangi-corona
80
Kerja. Banyaknya penolakan dari berbagai wilayah yang timbul dari
berbagai elemen seperti mahasiswa, buruh, tani, rakyat membuat kondisi
sosial menjadi hal yang harus dipertimbangkan untuk dibatalkan ditengah
pandemi COVID-19 oleh DPR RI.
81
BAB II : WAJAH LAIN INDONESIA
82
MENINJAU KEMBALI KEBANGKITAN JOKOWI : KEMENANGAN
REFORMASI ATAU MENYESUAIKAN DIRI DENGAN OLIGARKI?
1
di media sosial, komentar di media massa dan berbagai bentuk protes
lainnya74. Jokowi cenderung menggambarkan kebangkitannya bagaikan
tantangan terhadap kepentingan oligarki yang dikatakan mendominasi
ekonomi politik negeri. Style kepemimpinan Jokowi yang membumi
ataupun kesukarelaan pangkal rumput pendukungnya- keduanya sangat
kontras dengan naluri otoriter serta politik mesin oligarki Prabowo
membantunya memenangkan sofa kepresidenan walaupun mempunyai
kewalahan oleh kekuatan material dari elit oligarki yang menentang
kekuasaannya. Semacam yang hendak saya soroti, popularitas
fenomenal Jokowi di golongan pemilih biasa di Indonesia mengubahnya
jadi sasaran kooptasi yang sempurna oleh elit oligarki yang memerlukan
inisiatif untuk mengimbangi mobilisasi yang terus menjadi tidak efektif.
Proses elektoral Indonesia yang masih rentan terhadap manipulasi
membagikan peluang yang luas kepada para elit ini untuk secara selektif
merangkul Jokowi yang pada gilirannya dituntut untuk mengakomodasi,
walaupun tidak seluruhnya, logika demokrasi oli-garchical.
2
mobilisasi pemilih, seperti politik uang. Akan terjadi kecurangan
manakala uang dipakai untuk membeli suara, atau terjadi gratifikasi
ketika penyelenggara pemilu memperoleh uang atau barang atas fasilitas
yang diberikan kepada peserta pemilu 76 . Kebangkitan populisme di
Indonesia ditandai dengan munculnya dua kandidat populis, Jokowi dan
Prabowo, pada pemilu 201477. Prestasi Jokowi dalam memimpin Solo
dan DKI Jakarta menjadikannya alternatif pemimpin politik di luar elit-
elit lama yang mendominasi partai politik di Indonesia 78 . Prabowo
menyangka Jokowi berpotensi membangkitkan kepentingan pemilih
Jakarta yang tidak puas serta mempromosikan pencalonannya dengan
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), seorang pengusaha etnis Tionghoa dan
mantan walikota Bangka Belitung, sebagai cawapres 79 . Popularitas
Jokowi yang fenomenal akhirnya membuat Megawati menobatkannya
sebagai calon presiden PDI-P walaupun terdapat tentangan kuat di dalam
partai terutama dari Fraksi Puan Maharani (putri Megawati) yang
mempunyai ambisi presiden yang kuat sendiri. Harapan pada pemimpin
terpilih adalah bonum commune yakni prinsip mengedepankan
kepentingan umum (Heryanto, 2015:38). Tetapi butuh diingat kalau
pengaruh politik Jokowi secara oligarki difasilitasi serta bukan hasil dari
inisiatif akar rumput. Bahkan dengan pencalonan presiden Jokowi masih
harus beroperasi di struktur kekuasaan oligarki yang mengakar kokoh di
Indonesia yang memberinya ruang terbatas untuk meningkatkan basis
sokongan secara independen dari pusat kekuasaan tradisional. Tetapi,
sokongan masyarakat sipil yang sebagian besar tidak terorganisir untuk
Jokowi membuat ia masih butuh tergantung pada kepentingan oligarki
dalam memperebutkan sofa kepresidenan.
76 Pandangan yang diungkap dari kalimat tersebut dikutip dari tulisan Kartini (2019).
77 Untuk analisis populisme di Indonesia, lihat Margiansyah (2019).
78 kalimat ini mengacu pada Widoyoko (2016)
79 Prasetyo, 2014 “Responden sebanyak 69,50% menyatakan setuju bahwa Jokowi
3
Pimpinan PDI-P menunjang pencalonan Jokowi hanya sepanjang
popularitasnya akan membantu mereka memperoleh kembali akses ke
patronase negara tanpa secara sungguh- sungguh membatasi politik
patrionial tradisional. Selain memungkinkan kepemimpinan partai untuk
senantiasa di atas angin, kinerja kurang baik PDI-P dalam pemilihan
legislatif juga memberi mereka kesempatan di luar partai untuk
menggunakan popularitas Jokowi untuk memperoleh akses ke patronase
negara di pemerintahan baru. Dalam proses inilah Jusuf Kalla maju
sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi Jokowi sebagai calon
presiden yang diusung oleh PDIP 80 . Kala Jokowi dilantik sebagai
presiden ketujuh Indonesia, banyak atensi awal diberikan pada potensi
tantangannya dalam menghadapi oposisi yaitu Koalisi Merah Putih
Prabowo yang memegang kebanyakan di DPR81. Tetapi itu tidak perlu
waktu lama hingga para pengamat mulai mencermati kalau
permasalahan yang lebih sungguh-sungguh terletak di dalam koalisi
Jokowi sendiri dengan sebagian pakar menyatakan keterkejutannya pada
ketahanan jaringan kepentingan oligarki yang mencegah upaya yang
berarti untuk menyimpang dari jalan historis politik patronase. Tidak
mengherankan mereka yang telah membantu Jokowi mengamankan sofa
kepresidenan menuntut apa yang mereka anggap sebagai proporsi yang
adil untuk posisi kabinet.
80
Lihat juga Romli, 2017
81 Produk Undang-Undang berkaitan dengan otonomi daerah yang dibuat oleh DPR-RI tidak
melibatkan DPD-RI, sehingga merupakan produk inkonstitusional (Zulfan, 2017)
4
dengan KPK dan PPATK82. Tetapi butuh dicatat kalau aksi semacam itu
tidak menciptakan pembatasan klientelisme yang signifikan. Terdapat
beberapa contoh di mana Jokowi memberikan jabatan strategis kepada
mereka yang mempunyai latar belakang yang meragukan walaupun
terdapat ketidaksepakatan kuat dari warga sipil serta KPK dan PPATK
karena keakraban kandidat dengan Megawati atau Kalla.
82 Pada tahun 2019, PT Kompas Media Nusantara menerbitkan buku yang menunjukkan bahwa
nama-nama menteri telah disaring melalui konsultasi dengan KPK dan PPATK. Semua
nama yang mendapatkan warna merah, kuning, atau catatan dari KPK, tak ada yang terpilih
(Fathoni, 2019).
83 Nama Kader Parpol yang masuk Kabinet Indonesia Maju yaitu Tjahyo Kumolo,
Yasonna Laoly, Juliari Batubara, Parmono Agung, Gusti Ayu Bintang. D,
Airlangga Hartato , Agung Gumiwang. K , Zainuddin Amali, Syahrul Yasin. L,
Siti Nurbaya. B, Johnny G. Plate, Ida Fauziah, Abdul Halim .I, Agus
Suparmanto, Prabowo Subianto, Edy Prabowo, dan Suharso Monoarfa.
Untuk analisis lebih lanjut, lihat
https://www.liputan6.com/news/read/4092837/ini-17-kader-partai-politik-
yang-diprediksi-duduk-jadi-menteri- jokowi
5
Jokowi dalam 100 hari awal84. Tidak kalah berartinya kekuatan warga
sipil yang dipercaya memfasilitasi naiknya Jokowi secara bertahap
dikesampingkan dalam proses politik. Pengamatan ini menampilkan
bahwa kemenangan elektoral Jokowi tidak mencerminkan erosi yang
nampak dari struktur kekuasaan oligarki. Kebalikannya, dia lebih
berperan sebagai mekanisme untuk mendistribusikan kembali patronase
dari pusat kekuasaan lama ke pusat kekuasaan baru yang dibentuk di
sekitar Megawati.
84 Rilis Lembaga Survei Indonesia tentang Evaluasi 100 Hari Kinerja Jokowi JK
menyebutkan bahwa yang puas atas kinerja Presiden Joko Widodo sebesar
61,6% & yang puas atas kinerja Wakil Presiden M. Jusuf Kalla sebesar 59,3%.
6
22 TAHUN UJIAN REFORMASI : ANTARA KEBEBASAN
BERPENDAPAT DAN BATASANNYA DALAM PERJUANGAN
DEMOKRASI INDONESIA MELAWAN OLIGARKI
7
mewarnai penolakan atas UU Cipta Kerja yang disahkan menjadi UU Nomor 11
Tahun 2020 yang terdapat banyak kesalahan yang menurut Fraksi PKS DPR RI
terdapat enam kali perubahan jumlah halaman naskah pasca pengesahan oleh
DPR ditambah perubahan oleh pihak pemerintah. Dengan begitu banyak pihak-
pihak yang menolak dan berdemonstrasi di jalanan, terdapat kesadaran publik
yang semakin luas. Mahasiswa dan buruh telah menunjukkan eksistensi budaya
politik mereka sebagai partisan.
Dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dibahas adalah
bagaimana kebebasan berpendapat dan batasan-batasannya dalam demokrasi di
Indonesia?
8
Pembahasan
Ketika menyoal tentang kebebasan berpendapat atau beraspirasi, maka hal
yang paling mendasar untuk dibahas adalah tentang politik kebebasan berpendapat.
Politik kebebasan berpendapat adalah kehendak politik negara untuk menjamin
kebebasan berpendapat dan berekspresi atau juga membatasi kebebasan
berpendapat dan kebebasan berekspresi. Jadi, apa yang diukur dari politik
kebebasan adalah kehendak negara. Bagaimana kita memeriksa atau membaca
kehendak negara? Maka, yang pertama yang dibaca adalah konstitusi sebagai
hukum negara. Masa reformasi telah menawarkan sesuatu yang dicita-citakan
bangsa ini, salah satunya adalah tentang kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat. Seperti yang termaktub dalam pasal 28E ayat (3) UUD
RI 1945 yang berbunyi, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”
Pada dasarnya, jaminan kebebasan berpendapat dan berkumpul telah
dijamin dalam konstitusi, seperti dalam pasal 28E ayat (3) dan pasal 28F UUD RI
1945 serta UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum.. Pendek kata, secara konstitusi sudah memberikan
jaminan kukuh terhadap hak kebebasan berpendapat dan berekspresi. Kebebasan
berekspresi ini tidak hanya diberikan kepada warga negara ketika melawan tirani,
namun juga bagi setiap individu untuk bebas mengeluarkan pendapat dan sekaligus
mengekspresikannya berkait dengan berbagai masalah. Tentunya kebebasan
berpendapat di sini berkait dengan upaya untuk menyosialisasikan perbuatan
kebaikan dan kebajikan, dan berupaya untuk mengimbau dan mengantisipasi
berbagai perbuatan kejahatan dan kezaliman.85 Politik kebebasan berpendapat juga
tercermin dalam UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU No 8
Tahun 1999 tentang Tata Cara Mengemukakan Pendapat di Muka Umum, dan
dalam UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Prinsipnya, jaminan tersebut kukuh, baik di level konstitusi maupun di level
peraturan-peraturan derivatif atau turunannya. Secara internasional pun sudah
dijamin hak atas kebebasan berpendapat dan menyampaikan informasi dijamin di
10
politik karena sebenarnya lahirnya sebuah UU berasal dari lembaga politik (DPR)
di mana pasal-pasal yang tertuang di dalamnya merupakan kompromi atau
kesepakatan-kesepakan di antara kekuatan-kekuatan politik partai politik yang
mempunyai kursi di parlemen.86
Akan tetapi, penulis menyebutnya situasi hari ini bahwa hukum dan
penegakan hukum dalam konteks kebebasan berpendapat itulah yang merupakan
produk politik. Bisa dilihat bagaimana kemudian kekuatan massa atau aspirasi
publik bisa memastikan atau memutuskan sebuah peraturan perundang-undangan
maupun perkara itu memenuhi kualifikasi pidana atau tidak. Seperti contohnya pada
kasus yang telah disebutkan di atas, yaitu tentang demonstrasi terkait UU Cipta
Kerja yang sudah banyak kritikan dan penolakan dari masyarakat namun tetap
disahkan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam hukum pidana ada unsur-unsur yang
harus dipenuhi, tetapi praktiknya kekuatan massa atau aspirasi publik menjadi
penentu dalam konteks isu kebebasan berpendapat. Jadi betapa pun ada kasus-kasus
yang dalam kacamata pidana tidak memenuhi unsur yang memungkinkan untuk
orang dipidana, tetapi kalau political move atau aspirasi publik begitu kuat, maka
pada akhirnya akan memenuhi kualifikasi pidana. Artinya, aparat penegak hukum
akan betul-betul mempertimbangkan desakan-desakan publik. Inilah yang disebut
trial by the political.
Pada dasarnya, rumusan-rumusan pembatasan yang ada dalam KUHP, UU
ITE, dan sebagainya ini adalah sebuah solusi tentang bagaimana negara
memastikan ada titik temu antara hak-hak yang harus dijamin dan dilindungi.
Proses konsolidasi hak asasi manusia ini kemudian dijembatani dengan politik
pembatasan ini. Secara eksplisit, pembatasan memang diperlukan dalam konteks
kebebasan berpendapat. Dalam perspektif, hukum konstitusi kita juga penting
dalam merumuskan apa yang disebut dengan contitusional equilibrium.
Contitusional equilibrium ini hendak memastikan bagaimana satu jaminan hak
konstitusional dengan hak konstitusional lainnya tidak saling berkontradiktif.
86 Prof. Dr. Moh. Mahfud. MD, SH., SU, 2009, Politik Hukum di Indonesia (Edisi
Revisi), Rajawali Pers, Depok
11
Karena itulah diperlukan rumusan-rumusan ini. Kalau sering disebut bahwa hak
asasi manusia adalah produk barat yang mengusung liberalisme, sebenarnya tidak
juga karena HAM juga merumuskan ruang-ruang atau titik temu yang
memungkinkan adanya conflicting norm atau conflicting right.
Dengan mengetahui batasan-batasan dalam kebebasan berpendapat, maka
hal-hal yang menyangkut pelanggaran-pelanggaran kebebasan berpendapat dapat
diminimalkan. Tentu hal tersebut di luar hal-hal represif aparat dan kuasa
pemerintah yang menindas untuk membungkam orang yang kritis. Termasuk kasus
salah tangkap, diculik, dan tindak kekerasan aparat yang menjadikan Indonesia
darurat demokrasi.
12
Kesimpulan
Dalam 22 tahun ujian reformasi ini diperlukan hal-hal elegan yang efektif
dalam melawan oligarki dan menghadapi situasi darurat demokrasi saat ini yang
sudah menelan banyak korban. Yang harus dipahami mengenai kritik dan
merendahkan martabat atau menista adalah dua hal yang berbeda. Jika mengkritik,
seperti UU Cipta Kerja dengan memberikan argumentasi yang kuat dan etika yang
baik, itu tidaklah menjadi sebuah persoalan. Namun, jika dengan tata cara dalam
menyampaikan kritik tersebut anarki dan mempersonifikasikan sesuatu, maka hal
tersebut sudah masuk dalam konteks merendahkan martabat. Dalam hal ini,
Pancasila menjadi filter dari kebebasan berpendapat itu karena Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa. Kebebasan yang diatur dalam konstitusi. Kebebasan
tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk berkembang dan melindungi, bukan
untuk menekan hak-hak individu.
Saran
Adapun saran yang dapat di sampaikan dari karya tulis ini adalah:
13
SENGKARUT KEKERASAN SEKSUAL : DARI UU YANG MANGKRAK
SAMPAI STIGMA YANG PERLU DIROMBAK
Berbicara perihal kekerasan seksual, agaknya masyarakat sudah tak asing lagi
dengan kasus yang satu ini. Berita terkait kekerasan seksual acapkali kali dijumpai di
berbagai media, mulai dari siaran televisi, media cetak, sampai situs daring. Di Indonesia,
kasus ini selalu menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan
data dari Komnas Perempuan yang ada pada laman tirto.id (10/07/20). Dalam data
tersebut diketahui bahwa angka kekerasan seksual meningkat pada tiga tahun terakhir, di
antaramya; 348.446 kasus pada 2017; 406.178 kasus; dan 431.471 pada 2019.
Sungguh miris melihat jumlah kasus yang sebanyak itu. Ditambah lagi, korban
kekerasan seksual selalu menyasar perempuan dan anak-anak. Belum adanya spesifikasi
hukum melatarbelakangi maraknya kekerasan seksual di tanah air. Karena delik pasal yang
belum rinci, pelaku selalu saja menemukan celah untuk terlepas dari jerat hukum. Untuk
itu, pencegahan kekerasan seksual harus dimulai dengan memperbaiki payung hukumnya.
Hal itu dibenarkan oleh Ali Khasan—Asisten Deputi Perlindungan Hak
Perempuan dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. “Tindak pidana kekerasan seksual
harus diatur secara komperhensif berdasarkan hasil penelitian panjang yang dilakukan para
pendamping korban kekerasan seksual” ujar Ali—dikutip dari laman Republika.co.id
(23/07/20).
Untuk itu, diusulkanlah Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan
Seksual (RUU PKS) pada 2016 lalu. Adanya UU ini diharapkan bisa menjadi pembaruan
hukum untuk kasus kekerasan seksual. Dengan hukum yang spesifik, pelaku kejahatan
tidak bisa lolos dari jerat hukum. RUU PKS tidak hanya fokus pada pasal penghukuman
pelaku, tetapi juga pemberdayaan kepada korban. Dengan begitu, angka kekerasan
seksual di Indonesia diharapkan akan menurun.
Namun, siapa sangka? Di tengah hiruk-pikuk kasus kekerasan seksual yang
memerlukan payung hukum, RUU PKS justru didepak dari Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) Prioritas 2020. Berbagai kalangan sangat menyayangkan hal itu—terlebih
untuk korban. Tak bisa memungkiri, hukum yang tidak jelas akan mempengaruhi pola
14
pikir di masyarakat.Selama ini, proses hukum yang dilakukan oleh aparat—baik secara
langsung maupun tidak langsung—selalu menempatkan korban menjadi sasaran untuk
disalahkan. Tindakan tersebut lama-kelamaan akan membentuk stigma negatif. Masyarakat
terbiasa menyalahkan korban sebagai pemicu kekerasan seksual. Ketidaktegasan hukum
dan pola pikir konservatif yang demikian membuat korban semakin terpuruk. Kondisi
inilah yang menjadi alasan perlunya pembaharuan hukum terkait kekerasan seksual.
Pembahasan
Lonjakan Kasus
Tak sampai di situ saja, kasus kekerasan seksual juga meningkat darstis
tahun ini—terlebih sejak adanya Covid-19 (virus Corona). Dikutip dari laman
detik.com (10/07/20), menurut Reisa Broto Asmoro—Tim Komunikasi Publik
Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19, jumlah kekerasan
seksual meningkat sebesar 75 persen saat pendemi. Lagi-lagi, persoalan
ekonomi menjadi musabab sebagian besar kasus ini. Totalnya, ada sebanyak
14.719 kasus di bulan Juli. Tentu saja, angka tersebut belum mewakili
keseluruhan kasus yang terjadi. Tak sedikit korban yang memilih untuk tidak
melaporkan—atau malah ada segelintir yang dibungkam.
15
menjadi isu publik. Dengan begitu, sudah sepantasnya pemerintah terlibat
lebih jauh dalam penanganan permasalahan ini. Pencegahan kekerasan
seskusal harus dilakukan secara masif—mengingat pelonjakan kasus yang tak
kalah masif. Negera ini seakan sedang dilanda darurat kekerasan seksusal.
Melihat kasus yang terus membludak, kekerasan seksual perlu mendapat
perhatian khusus—bukan malah dianggap sebagai kejadian yang lumrah
dijumpai.
16
Darurat Pembaharuan Hukum
Bisa dikatakan, kepastian hukum dari pemerintah menjadi obat yang mujarab
untuk mengentaskan kasus kekerasan seksual. Bagaimana tidak? Pemerintah dan
jajarannya sebagai suprastruktur politik memiliki sarana kekuasaan yang
menjangkau seluruh elemen masyarakat. Dengan begitu, produk hukum yang
mereka hasilkan juga memberi keterdampakan langsung ke masyarakat. Untuk itu,
dibuatlah sebuah rancangan undang-undang yang membahas terkait kekerasan
seksual atau yang dikenal dengan RUU PKS. Sejatinya, rancangan undang-undang
ini menyoroti penanganan korban dan mempertegas jerat hukum bagi pelaku.
Draf RUU PKS diajukan sejak awal 2107. Pada tahun selanjutnya, RUU
tersebut menjadi salah satu prolegnas. Namun, pembahasannya seolah
mengalami stagnasi dan hanya berkutat pada persoalan itu-itu saja. Proses RUU
PKS tersendat karena mendapat penolakan dari kalangan kelompok agama. RUU
ini dianggap melegalkan adanya LGBT dan hubungan di luar nikah. Padahal,
salah satu ormas agama—Fatayat NU mengatakan bahwa hal itu tidak benar.
Ormas tersebut justru mendesak pengesahan RUU PKS.
Hingga pada 2020, RUU PKS didepak dari prolegnas prioritas. Padahal ada
beberapa poin pembaruan pada RUU PKS yang sangat dibutuhkan dalam
penanganan kasus kekerasan seksual, antara lain aturan tentang pencegahan,
bentuk-bentuk kekerasan seksual, hak korban termasuk pemulihan, pemantauan
penghapusan kekerasan seksual, dan pembinaan.
17
kekerasan seksual pada perempuan disabilitas, hanya 8 kasus yang sampai di meja
hijau.
Insiden semacam itu, tak lain dan tak bukan karena belum adanya delik
pasal yang jelas terkait kekerasan seksual. Masih banyak celah yang
menyebabkan pelaku mudah berkilah sehingga terbebas dari jerat hukum.
Beberapa pelaku malah tak terseret kasus hukum sama sekali dan bebas
berkeliaran. Hal ini jelas menimbulkan keresahan tersendiri. Ditambah lagi, RUU
PKS yang tak lagi masuk ke dalam daftar kategori wajib bahas, mengundang
keprihatinan dari banyak pihak—khususnya korban kekerasan seksual.
18
menjabarkanya sesuai rumusan pasal, diantaranya perkosaan dan pencabulan,
begitu juga dengan UU Perlindungan anak yang hanya merujuk pada
KUHP. Sedangkan UU No 21 tahun 2007 tentang TPPO hanya mengatur
kekerasan dalam konteks perdagangan manusia untuk tujuan eksploitasi
seksual. Hal yang berbeda dirumuskan dalam UU No 23 tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Dalam UU
tersebut dimuat istilah yang relatif baru yaitu kekerasan seksual. UU ini
juga memberikan sedikit penjelasan mengenai kekerasan seksual. Namun,
keberadaan UU ini pun tidak memberikan pengertian yang lebih jelas
tentang kekerasan seksual (Maidina Rahmawati, 2017:6). Oleh sebab itu
Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS)
hadir sebagai jawaban sekaligus tindak lanjut dari penandatanganan Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Convention
On The Elimination of All Forms Discrimination Against Women, ATAU
CEDAW) pada 1981 yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia pada
24 Juli 1984 melalui UU Nomor 7 tahun 1984. RUU P-KS diyakini sebagai
sebuah jawaban terhadap darurat Kekerasan Seksual yang sudah menjamur di
Indonesia.
19
Stigma yang Mendarah Daging
Tak bisa memungkiri, serentetan stigma negatif selalu melekat pada korban
kekerasan seksual—khususnya perempuan. Pemikiran-pemikiran negatif
acapkali dialamatkan untuk korban, antara lain; pakaian korban yang terbuka;
fisik atau visual yang mengundang; sampai pergi ke tempat yang sepi. Secara tidak
langsung, pemikiran konservatif semacam itu akan menempatkan korban sebagai
posisi yang selalu dipersalahkan. Tindakan tersebut membentuk stigma yang
mengakar kuat dalam masyarakat. Tanpa disadari, pola pikir yang demikian seolah
menormalisasi tindakan bejat dari pelaku kekerasan seksual. Padahal menurut
Avigail Moor (dalam Setyawati, 2015:11), tidak ada hubungannya antara pakaian
perempuan dengan keinginan untuk merangsang seseorang.
Stigma negatif ini semakin awet karena peran serta media. Banyak media
20
massa yang tanpa sadar menggiring masyarakat untuk menyalahkan korban.
Tak jarang, pemilihan diksi yang digunakan seolah menempatkan korban
menjadi biang masalah. Korban sering divisualisasikan dengan pakaian atau ciri
fisik tertentu sehingga korban dianggap bersalah.
Dan lagi-lagi, hukum mengambil peran dalam merawat stigma ini. Bagaimana
tidak? Ketidakjelasan hukum berakibat pada ketidaktegasan aparat penegaknya.
Tak jarang masyarakat dipertontonkan pelunakan hukum terhadap kasus kekerasan
seksual. Tindakan ini secara tidak langsung akan membuat masyarakat
menormalisasi perbuatan pelaku.
21
Peran Tiap Elemen
Bagi pemerintah, salah satu hal yang bisa dilakukan, yaitu dengan
menetapkan pembaharuan payung hukum terkait kasus kekerasan seksual. Di sini,
pemerintah dan jajarannya memiliki andil yang besar. Hal ini karena
pemerintahlah yang memiliki otoritas untuk membuat dan menetapkan payung
hukum. Dengan penetapan delik pasal yang jelas dan tegas, diharapkan dapat
membuat pelaku menjadi jera, sekaligus mencegah orang yang hendak melakukan
tindakan tersebut. Untuk itu, tak ada alasan lagi untuk menunda pembaharuan
hukum tentang kekerasan seksual.
22
Kesimpulan
23
PEMBUNGKAMAN DEMOKRASI DI UNAS : DARI REPRESIFNYA
WATAK KAMPUS HINGGA ABAINYA NEGARA
24
Pada awal Juli 2020, UNAS menerbitkan sanksi akademik pemberhentian
secara permanen (Drop Out) kepada 3 mahasiswa, pemberhentian sementara (skorsing)
kepada 3 mahasiswa, dan peringatan keras kepada 15 mahasiswa lainnya. Semuanya
merupakan mahasiswa yang menyampaikan tuntutan transparansi dan pengurangan
uang kuliah melalui aliansi Unas Gawat Darurat. Adapun dasar penjatuhan sanksi
tersebut karena mahasiswa dianggap telah mencemarkan nama baik kampus ketika
menyampaikan tuntutan pengurangan biaya kuliah. Tidak cukup di situ, UNAS juga
melakukan upaya kriminalisasi dan intimidasi terhadap mahasiswa UGD. UNAS
melaporkan mahasiswa ke pihak kepolisian menggunakan Pasal 29 jo 45 UU ITE dan
juga Pasal 170 KUHP. Hingga kini beberapa mahasiswa yang sebelumnya telah
mendapatkan sanksi akademik telah mendapatkan panggilan kepolisian atas laporan
UNAS tersebut. Mahasiswa juga mendapatkan intimidasi dengan serangkaian tindakan
kekerasan yang dilakukan keamanan kampus UNAS saat melakukan aksi solidaritas di
kampus. Terhadap tindakan kekerasan tersebut telah dilakukan pelaporan tindak pidana
kepada Polda Metro Jaya.
Dalam rilis yang dikeluarkan oleh LBH Pers, Tim Advokasi Untuk Demokrasi
yang mendampingi langsung mahasiswa beranggapan bahwa tindakan kekerasan
tersebut menambah panjang catatan buruk UNAS dalam mengelola kehidupan kampus
yang demokratis dan menjunjung nilai HAM sebagaimana dimandatkan Pasal 4 ayat 1
UU Sistem Pendidikan Nasional. Tuntutan mahasiswa untuk meminta transparansi
keuangan kampus dan pemotongan biaya kuliah sebagai dampak Covid-19
sesungguhnya memiliki dasar konstitusional yang kuat. Pasal 28 C dan E UUD 1945
dan Pasal 13 UU No. 11 Tahun 2005 sesungguhnya telah menjamin bahwa pendidikan
tinggi secara progresif harus dapat semakin terjangkau. Transparansi pengelolaan dana
pendidikan sebagaimana tuntutan mahasiswa juga sudah selayaknya dilakukan UNAS
jika merujuk pada Pasal 48 UU Sistem Pendidikan Nasional.
25
dialogis ketimbang cara-cara represif. Tindakan represif dengan cara melakukan
pemecatan pada mahasiswa secara inkonstitusional serta melakukan kriminalisasi
dengan melibatkan aparat kepolisian menunjukan bahwasanya telah terjadi
pemberangusan terhadap ruang demokrasi yang seharusnya dijamin oleh konstitusi
serta merupakan penghianatan terhadap agenda reformasi yang telah diperjuangan
dengan berdarah-darah untuk mencapai sebuah kebebasan, bernama demokrasi dan
Hak Asasi Manusia.
26
setuju dan semakin melegitimasi tindakan-tindakan anti demokrasi
seperti ini;
6. BEM KM Unnes bersolidaritas dan mendukung gerakan yang
dilakukan oleh mahasiswa UNAS serta seluruh Perguruan Tinggi yang
melakukan gerakan menuntut keadilan;
7. Mengajak seluruh elemen mahasiswa untuk bersolidaritas dan terus
berjuang menegakan kebebasan akademik di kampus untuk
mewujudkan pendidikan yang terjangkau, ilmiah dan bervisi
kerakyatan .
27
CARUT MARUTNYA PENEGAKAN HUKUM, HAK ASASI
MANUSIA, DAN KORUPSI DI INDONESIA : KEADILAN YANG
SELALU TERBANTAHKAN DI NEGERI DAGELAN
Semua orang mungkin sudah mengetahui atau paling tidak telah pernah
mendengar dan atau membacanya, bahwa: “setiap orang sama kedudukannya
dihadapan hukum” (The all man are equal under the law). Dalam bahasa Undang-
undang "Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya”89. ".90 Hanya saja pertanyaan yang muncul adalah, berapa banyak orang
yang telah memahami apa makna dan bagaimana implementasi hal tersebut dalam
praktek kehidupan hukum negara kita pada umumnya dan dunia peradilan pada
khususnya? Apakah dalam implementasinya hukum justru berlaku diskriminatif?
87 Jayadi, Ahkam, Problematika Penegakkan Hukum Dan Solusinya. Jurnal Hukum Vol. 15 no.
2. 2015 Hlm
88 Satjipto Rahardjo, 2009, Hukum Progresif Sebuah Sintesa Hukum Indonesia, Yogyakarta:
Genta Publishing
89 Undang-undang Dasar 1945
90 Undang-undang Dasar 1945
28
Bagaimana dengan status sosial seseorang? Demikian juga dengan budaya hukum
masyarakat serta kekuasaan dan kekuatan politik yang sedang berkuasa, apakah ikut
mempengaruhi tegak dan berfungsinya hukum sebagai “kaidah perilaku” dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara? Apakah selama ini dalam
kehidupan kita sudah pernah mengalami bagaimana sesungguhnya hukum itu
memperlakukan kita secara sama atau sebaliknya, terutama di dalam proses peradilan?
Tahun 2015 lalu, kasus hukum yang menimpa seorang nenek berusia 63 tahun
sempat menyita perhatian masyarakat Indonesia. Dia adalah Nenek Asyani yang
divonis 1 tahun penjara dengan masa percobaan 1 tahun 3 bulan dan denda Rp 500 ribu
subsider 1 hari hukuman percobaan. Nenek Asyani divonis bersalah setelah ia didakwa
mencuri dua batang pohon jati milik perhutani untuk dijadikan tempat tidur. Tak terima
dengan vonis yang dijatuhkan hakim, Nenek Asyani sempat meluapkan amarahnya. Ia
membantah tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa batang pohon jati yang ia
tebang diambil dari lahannya sendiri yang ditanam oleh almarhum suaminya 5 tahun
silam91. Perilisan kasus ini sempat viral tahun 2015 lalu berita miris yang lagi-lagi
ditontonkan kepada rakyat Indonesia, seakan hukum di negara ini tak kenal belas kasih
dan tak pandang kondisi serta latar belakang alasan korban melakukan hal tersebut.
Tak berhenti dengan kasus nenek Asyani kita kembali tertegun dengan kasus
Baiq Nuril, Kasus ini bermula saat Baiq Nuril dituduh menyebarkan rekaman
percakapan telepon dengan atasannya, Kepala SMAN 7 Mataram, H Muslim. Muslim
ditengarai melakukan pelecehan seksual secara verbal dalam percakapan itu. Tak
terima tersebar rekaman percakapan itu, Muslim mempolisikan Baiq hingga berujung
ke pengadilan. Di pengadilan tingkat pertama Baiq dinyatakan bebas karena tidak
terbukti atas dakwaan UU ITE. Atas vonis bebas ini, Jaksa mengajukan kasasi. Dalam
putusan kasasi MA, menghukum Baiq selama 6 bulan penjara dan denda Rp500 juta.
Baiq terbukti menyebarkan konten yang mengandung kesusilaanseperti diatur Pasal 27
29
ayat (1) UU No. 11 Tahun 2008 jo UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Belum lama ini, Majelis MA pun menolak permohonan PK Baiq
Nuril 92 . Korban pasal “karet” UU ITE sebenarnya bukan pertama kali terjadi.
Sebelumnya, Prita Mulyasari, pasien rumah sakit swasta di Tangerang mendapat
hukuman pidana karena mengeluhkan layanan RS tersebut melalui surat elektronik
atau email kepada beberapa rekannya. Prita dijerat setelah satu tahun UU ITE mulai
pertama kali diberlakukan. Kasus ini menggambarkan jelas bahwa keadilan sementara
ini tak bisa didapatkan di negara ini, coba saja kita bayangkan, jika kita sendiri diposisi
dimana kita sangat membutuhkan pertolongan karena sebuah ancaman kejahatan
namun justru kita yang di anggap bersalah karena telah meminta pertolongan? Apa
yang akan anda bilang terhadap hukum yang seperti itu?.
Di lain sisi tak berselang lama dengan kasus nenek Asyani di atas ada kasus
lain yang tak kalah mengejutkan Tiga mantan pejabat Kuansing yang menjadi terdakwa
kasus dugaan korupsi pemberian honorarium kegiatan pada Bagian Pelayanan
Pertanahan Setda Kuansing Tahun 2015 lalu, divonis bebas Hakim Tindak Pidana
Korupsi Pengadilan Negeri Pekanbaru, belum lama ini Jumat, 8 Mei 2020. Dilansir
dari riau.online penyimpangan-penyimpangan tersebut mengakibatkan terjadinya
kerugian keuangan negara atau daerah sebesar Rp 395.762.500,0093.
92 BBC news, Kasus Baiq Nuril: Perempuan yang dipidanakan karena merekam percakapan
mesum akan 'tagih amnesti' ke Jokowi
93 Joseph Ginting, Dituntut 18 Bulan Penjara, Tiga Mantan Pejabat Kuansing Divonis Bebas
https://www.riauonline.co.id/riau/kota-pekanbaru/read/2020/05/09/dituntut-18-bulan-
penjara-tiga-mantan-pejabat-kuansing-divonis-bebas Di akses 10 Oktober 2020,
Pukul 15.03
30
Nenek Asyani pencuri 2 batang kayu Koruptor yang ditengarai merugikan
divonis negara hingga Rp 395.762.500,00.
Divonis bebas
1 tahun penjara
31
- Hak Diskriminasi Manusia
Seperti halnya dalam upaya penegakkan hukum, dalam hal
penegakkan hak asasi manusia jua demikian, terlalu banyak
pertanyaan yang mestinya bisa terjawab oleh sebuah negara. Namun
dalam implementasinya justru pertanyaan-pertanyaan yang muncul,
terjawab oleh berita miris dalam berbagai bidang.
1) Diskriminasi Ras
Belum lama kemarin kita di gegerkan oleh berita
diskriminasi ras terhadap saudara-saudara kita etnis papua.
Ada Undang-Undang No. 40 Tahun 2008 tentang
Penghapusan Diskriminasi ras/etnis, tapi Komnas HAM
mencatat ada 101 pelanggaran ras dan etnis selama 2011-
2018. Kasusnya mulai dari pembatasan terhadap pelayanan
publik, maraknya politik etnisitas/identitas, pembubaran
ritual adat, diskriminasi atas hak kepemilikan tanah bagi
kelompok minoritas, dan akses ketenagakerjaan yang belum
berkeadilan.
2) Diskriminasi Gender
“Saya sudah bilang ke HRD, saya punya riwayat
endometriosis jadi tidak bisa melakukan pekerjaan kasar
seperti mengangkat barang dengan beban berat,” Itulah
pengakuan salah satu buruh perempuan yang bekerja pada
perusahaan produsen es krim PT. Alpen Food Industry (AFI)
atau Aice, Elitha Tri Novianty. Perempuan berusia 25 tahun
ini sudah berusaha mengajukan pemindahan divisi kerja
karena penyakit endometriosisnya kambuh. Tapi apa daya,
perusahaan justru mengancam akan menghentikannya dari
pekerjaan, keadaan dilematis ini terus dijalani ratusan
perempuan atau bahkan ribuan perempuan tanpa kita sadari,
dan hanya sedikit sekali yang di ekspose oleh media. Negara
32
memang telah mendirikan Komnas Perempuan sebagai
upaya untuk melindungi perempuan dan hak-haknya.
Namun pada 2018, masih tercatat 421 kebijakan tingkat
nasional maupun daerah yang diskriminatif terhadap
perempuan dan juga kelompok rentan lainnya.
3) Diskriminasi Agama
Kesepakatan diskriminatif Dusun Karet, Bantul, digugat
seorang penganut Katolik bernama Slamet Jurniarto, yang
tak diizinkan warga menetap di dusun itu. Pada tahun 2018,
SETARA Institute mencatat terdapat 109 peristiwa yang
melanggar kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Pelanggaran bukan cuma hanya berasal dari kalangan
masyarakat biasa, tapi ada juga yang melibatkan oknum
negara94.
4) Diskriminasi Difabel
Penyandang disabilitas masih sering terpinggirkan untuk
mendapatkan kesempatan yang sama seperti individu
lainnya. Yang paling terlihat yaitu untuk akses mendapatkan
pekerjaan dalam bidang formal dan akses layanan publik.
5) Diskriminasi Kelas Sosial
Masyarakat yang berada pada kelas sosial lebih rendah
sering kali kesulitan dalam mendapatkan akses pendidikan
dan kesehatan. Keterbatasan biaya yang dimiliki menjadi
penghalang bagi mereka untuk mendapatkan hal yang
seharusnya menjadi hak mereka sebagai warga negara95.
33
- Korupsi Memberantas Indonesia
34
baik antar lembaga pemberantasan korupsi di Indonesia maupun
dalam hal kerjasama dengan negara lain.
35
pemerintah menganggap hal ini adalah hal biasa lama-lama
Indonesia tak lagi mampu memberantas korupsi, namun Korupsilah
yang memberantas Indonesia.
36
DWIFUNGSI TNI KEMBALI, ORBA BANGET DONG?
“Ada satu kemampuan yang sama sekali membedakan antara militer dan sipil,
kemampuan ini adalah khas militer. Kemampuan ini disebut sebagai Manajemen
Kekerasan (Samuel P. Huntington dalam buku nya yang berjudul “Prajurit dan
Negara : Teori dan Politik Hubungan Militer-Sipil”) “
Wacana kembali nya Dwi Fungsi TNI ramai diperbincangkan dan menjadi
sorotan setelah Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengusulkan kepada Istana
untuk membahas dan merevisi UU No.34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia (TNI) terkhusus di pasal 47, pernyataan Panglima TNI yang meminta agar
diizinkan nya Perwira tinggi dan menengah yang non job atau tidak memiliki jabatan
fungsional di instansi untuk menduduki jabatan sipil tertentu tanpa perlu
mengundurkan diri dari dinas kemiliteran. Hal ini menjadi semakin memanas dan
mengkhawatirkan saat beberapa Jenderal Purnawirawan yang kini duduk di
Pemerintahan mendukung langkah tersebut, sebut saja Moeldoko (Kepala Kantor Staff
Kepresidenan), Luhut Binsar Pandjaitan (Menteri Koordinaor bidang Kemaritiman),
dan Ryamizard Ryacudu (Menteri Pertahanan Kabinet Jokowi Jilid I). Jika menilik
sejarah yang terukir di bangsa ini, jelas bahwa pernyataan yang disampaikan oleh
Panglima TNI maupun pejabat Istana menodai semangat dari agenda Reformasi yang
sudah diperjuangkan sampai berdarah-darah oleh pejuang demokrasi kita yang salah
satu nya melalui gerakan mahasiswa.
37
politik, dan ekonomi yaitu Adili Soeharto dan kroni-kroninya, Berantas KKN,
Tegakkan supremasi hukum, Cabut dwifungsi ABRI, Otonomi daerah seluas-luasnya,
dan Amendemen UUD 1945. Di antara tuntutan tersebut adalah penghapusan
dwifungsi ABRI atau sekarang dikenal sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Mencabut dwifungsi ABRI berarti menghapuskan fungsi sosial politik yang dimiliki
militer seperti duduk di kursi pemerintahan, menjadi anggota partai politik, hingga
mengelola bisnis pribadi. Dengan begitu, militer dapat bekerja dengan lebih
professional sesuai yang diamanatkan kontitusi kita dalam UU No 34 tahun 2004.
Dalam kehidupan demokrasi yang bebas, militer tentu nya bukanlah pilihan
yang tepat untuk mengurusi urusan sipil. Militerisme tentunya mengedepankan culture
kepatuhan pada atasan yang jelas bertentangan dengan kebebasan yang menjadi ciri
khas masyarakat sipil dalam bingkai demokrasi, oleh karena itu demokrasi yang
38
meletakan hakekat manusia sebagai subyek yang bebas tidak akan pernah berjodoh
dengan militerisme yang kebalikanya. Oleh karena nya melibatkan militer dalam
mengatur urusan-urusan sipil merupakan sebuah langkah mundur kehidupan
demokrasi bernegara kita, dan bentuk penghianatan terhadap Reformasi.
Restrukturisasi TNI harus melihat pada efektivitas nya menjalankan fungsi pertahanan
dan tentunya tidak boleh bertentangan dengan agenda Reformasi TNI.
39
IURAN BPJS KESEHATAN TAK JADI DITURUNKAN MALAH DINAIKAN
: PEMERINTAH NGE-PRANK RAKYAT
Ditengah kondisi covid-19 dan ekonomi yang sedang sulit di negeri ini.
Pemerintah kembali berulah dengan membebani rakyat nya, setelah sebelumnya BBM
tidak diturunkan harganya ditengah harga minyak dunia yang sedang anjlok, kini
pemerintah dengan tega menaikkan iuran BPJS Kesehatan. Padahal sebelumnya
Mahkamah Agung (MA) sudah memutuskan untuk membatalkan rencana awal
pemerintah menaikkan iuran BPJS Kesehatan. Namun pemerintah seolah tak bisa
dihadang keinginannya, bahkan oleh rakyatnya sendiri. Pemerintah melalui perpres
nomor 64 tahun 2020 tetap saja bersikeras ingin menaikkan iuran BPJS Kesehatan dan
mengabaikan kondisi rakyat.
Kemudian Perpres tersebut digugat dan diwakili oleh Komunitas Pasien Cuci
Darah Indonesia (PCDI) yang merasakan keberatan dengan naiknya iuran BPJS
Kesehatan. Gugatan tersebut dikabulkan oleh Mahkamah Agung (MA) melalui putusan
Judicial Review (JR) terhadap Peratuan Presiden Nomor 75 Tahun 2019, khususnya
pada pasal 34 ayat 1 dan ayat 2 tentang kenaikkan iuran BPJS Kesehatan yang mulai
berlaku 1 Januari 2020.
40
penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional yang dilaksanakan Dewan Jaminan
Sosial Nasional ada masalah. Kedua, penyelenggaraan program jaminan sosial oleh
BPJS, yang terjadi selama dalam praktek selama ini terdapat suatu persoalan ego
sektoral di instansi terkait, overlapping aturan dan inkonsistensi instansi dalam
penegakan hukum hingga masih banyaknya tindakan tercela dan tidak terpuji baik dari
kalangan pengambil kebihakan, stakeholder, maupun masyarakat di bidang jaminan
sosial.Hal tersebut mengakibatkan dampak sistemik secara langsung kepada
masyarakat seperti diskriminasi dalam pemberian pelayanan pada pasien, pembatasan
quota dan keterlambatan dokter dari jadwal yang sudah ditentukan, pelayanan
administrasi yang tidak professional, tidak maksimal dan bertele-tele, system antrian,
ketersediaan tempat tidur untuk rawat inap, dan prosedur yang menyulitkan bagi
layanan cuci darah, fasilitas yang tidak sesuai dengan fasilitas yang tertera pada kartu,
pasien terpaksa harus menambah biaya perawatan atau pasien harus menunggu untuk
menjalani rawat inap, obat-obatan yang disediakan oleh pihak BPJS Kesehatan
semuanya adalah obat generic dan lain sebagainya.
41
Menurut Ketua Majelis Supandi, kesalahan dan kecurangan (fraud) dalam
pengelolaan dan pelaksanaan program jaminan sosial oleh BPJS yang menyebabkan
terjadinya deficit Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan tidak boleh dibebankan
kepada masyarakat, dengan menaikkan iuran bagi peserta PBPU dan peserta PU
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 34 ayat 1 dan 2 Perpres Nomor 75
tahun 2019.
Pemerintah seharusnya tahu diri dan paham situasi. Ditengah pandemic dan
ekonomi yang sulit seperti ini seharusnya pemerintah bisa menahan diri dan tidak
terburu-buru dalam menaikkan iuran BPJS Kesehatan. Apalagi sebelumnya sudah
42
diputus MA untuk dibatalkan kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Seharusnya pemerintah
lebih fokus pada akar persoalan masalah yang ada di BPJS yaitu pembenahan system
dan pengelolaan yang masih buruk sehingga membuat keuangan Dana Jaminan Sosial
(DJS) menjadi defisit. Dengan begitu sudah selayaknya pemerintah membatalkan
Perpres Nomor 64 Tahun 2020 atau akan dilakukan judicial review kembali oleh
masyarakat. Pemerintah yang salah mengelola, masyarakat yang kena getahnya dengan
semakin sengsara menanggung beban iuran BPJS Kesehatan yang kian melangit.
43
MENIMBANG REFORMA AGRARIA ALA REZIM JOKO WIDODO
Tanah merupakan aset penting dalam kehidupan manusia. Selain sebagai akses
produksi, tanah mempunyai nilai religious dan menyimpan memori bagi manusia. Ia
bukan sesuatu yang hanya bersifat komersil seperti gambaran para penganut neolib, ia
adalah hak paling dasar yang harus di miliki oleh manusia. Pentingnya tanah bagi
kehidupan manusia, founding fathers menyadari bahwa tanah memiliki nilai erat
dengan manusia sehingga memerlukan perlindungan dan penghormatan dari negara.
Kesadaran itu yang kemudian membuat Soekarno dengan gagasan populismenya
mencanangkan land reform sebagai perbaikan atas tata kuasa kepemilikan tanah yang
didasarkan pada Pasal 33 Ayat (3) UUD 194598.
44
Gayung bersambut, rezim-rezim berikutnya tetap mengusung reforma agraria
sebagai modal untuk mendaptkan kekuasaan. Periode pertama kepemimpinan Jokowi
mengusung reforma agraria dalam nawacitanya. Redistribusi tanah 9 juta hektar
termuat dalam janji politiknya dan juga dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2014- 2019 101 . Di periode keduapun rezim Jokowi
masih mengelu-elukan sertifikasi sebagai bagian dari reforma agraria yang diandalkan.
Akan tetapi hal tersebut kontraproduktif dengan berbagai kebijakan yang rezim
Jokowi keluarkan. UU Minerba, RUU Pertanahan yang meski dicabut tergantikan
dengan Omnibus Law yang justru di dalamnya tidak memuat perbaikan-perbaikan tata
kuasa dan tata kelola kepemilikan lahan, bahkan melanggengkan ketimpangan. Apakah
rezim Jokowi tetap melaksanakan cita-cita pendiri bangsa dengan memandatkan
reforma agraria sebagai jalan?
Pembahasan
Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 secara eksplisit menjelaskan bahwa bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan diperuntukkan
sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Negara sebagai institusi yang memegang
kendali kekuasaan mempunyai tanggung jawab besar dalam mengalokasikan dan
mendistribusikan sumber- sumber agraria untuk mewujudkan pemerataan ekonomi
dan kesejahteraan.
Namun sayangnya, selama 60 tahun UUPA disahkan, tak kunjung ada
perbaikan atas ketimpangan pemilikan tanah. Data sensus pertanian 2013 102
menyebutkan bahwa konsentrasi rumah tanggap petani (RTP) berada di pulau Jawa
dengan hanya menguasai lahan sebesar 5,03 juta hektar. Hal ini mengisyaratkan
101 Kantor Staff Presiden Republik Indonesia, Pelaksanaan Reforma Agraria: Arahan Kantor
Staff Presiden : Prioritas Nasional Reforma Agraria dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2017, (Jakarta: Kantor Staff Presiden, 2017), hlm. 14
102 Penulis menggunakan data sensus 2013 karena merupakan data sensus yang terbaru.
Sensus pertanian dilaksanakan selama sepuluh tahun sekali dan akan dilaksanakan
kembali pada tahun 2023
45
bahwa penguasaan lahan rata-rata di pulau Jawa cukup kecil yaitu hanya 0,37 hektar
setiap RTP. Hal ini juga menandakan bahwa sebagian besar RTP di Jawa adalah
petani miskin atau petani gurem103. Sedangkan penguasaan lahan terbesar berada di
pulau Sumatera dengan luasan 09,3 hektar dan hanya dikuasai oleh 6,29 juta jiwa.
Di aspek lain data dari sensus 2013 mampu menceritakan ketimpangan
distribusi dengan jelas. Data yang diolah oleh Sajogyo Institut menunjukkan bahwa
sesungguhnya hampir 88% petani di Indonesia masuk kedalam kategori petani
miskin yaitu dengan catatan terdapat 87.96% RTP pada golongan petani miskin
dengan menguasai lahan rata-rata 0,45 hektar. Sedangkan 12,04% RTP merupakan
petani kaya dengan rata-rata penguasaan lahan 3.87 hektar. Fakta yang bisa ditarik
selaniutnya adalah 54,29% luas lahan pertanian rakyat dikuasai oleh sebagian kecil
petani, 12,04% merupakan petani kaya. Data menarik juga menunjukkan penurunan
atau hilangnya jumlah rumah tangga petani sebesar 11,6 juta RTP. Lantas
kemanakah 11,6 juta RTP tersebut? Apakah beralih kepada sektor non-pertanian?.
Jika diasumsikan 11,6 juta RTP tersebut adalah petani gurem dan tunakisma, maka
bisa jadi mereka berubah menjadi pekerja di sektor informal dan menjadi barisan
lontang-lantung di perkotaan (Sumber : Final Programmatic Report Sajogyo RPJMN
Study).
103 Tipe golongan beradasarkan pada luasan penguasaan lahan yang diacu oleh BPS
meliputi :
1) Petani Tunakisma, petani yang tidak menguasai tanah pertanian sama sekali
(landless)
2) Petani Gurem mengacu pada RTP yang penguasaan tanah pertaniannya tidak lebih
dari 5000 m 2 (0,5 hektar)
3) Petani menengah, petani yang menguasai tanah pertanian 0,51 hektar hingga 200
hektar
4) Petani besar, petani yang menguasai tanah dengan luasan 200 hektar hingga 300
hektar dan diatasnya.
46
perlu untuk dilakukan perataan dan distribusi sumber-sumber agraria teruma tanah.
Situasi yang Jauh dari Perbaikan Tata Kuasa dan Tata Kelola
Data yang menunjukkan timpanganya penguasaan pemilikan tanah tidak
lantas memberikan kebijakan untuk mendistribusikan tanah-tanah negara, eks HGU,
tanah-tanah Perhutani maupun tanah terlantar. Pemerintah melalui alat paksanya
(Militer dan POLRI) justru memberangus masyarakat yang mencoba memanfaatkan
tanah-tanah terlantar, perhutani maupun tanahnya sendiri. Kasus terdekat dari
Semarang adalah masyarakat Surokonto Wetan, Kabupaten Kendal yang justru
dikriminalisasi karena menggarap tanah yang dinilai pemerintah sebagai milik
perhutani juga masyarakat Urut Sewu, Kabupaten Kebumen yang menggarap
tanahnya sendiri justru dipaksa pergi oleh militer. Padahal mereka adalah masyarakat
mandiri yang mendapatkan kesejahteraan dari tanah-tanah yang mereka garap.
Ketimpangan atas penguasaan dan pengelolaan sumber daya inilah yang
kemudian turut menjadi faktor utama penyebab munculnya konflik-konflik agraria.
Berdasarkan catatan akhir tahun konsorsium pembaruan agraria tahun 2019,
menunjukkan bahwa dibandingkan dengan tahun lalu (2018), yaitu 410 kejadian
konflik, memang terjadi penurunan jumlah letusan konflik agraria di tahun ini
(2019). Akan tetapi, jika dilihat dari luasan wilayah yang terdampak konflik dan
jumlah keluarga yang terdampak, mengalami peningkatan. Termasuk apabila di lihat
dari eskalasi kekerasan, jumlah petani, masyarakat adat, dan aktivis yang ditangkap
karena mempertahankan hak atas tanahnya, tahun ini (2019) mengalami peningkatan
drastis104.
47
lahan kritis makin meningkat, terjadi degradasi lahan pertanian dengan laju 2,8 juta
ha/tahun (khususnya lahan sawah). Hal membuat tidak masuk di akal kebijakan Food
Estate rezim Jokowi. Pembukaan lahan seluas 178 ribu hektar di Kabupaten Kapuas
dan Kabupaten Pulau Pisang untuk dijadikan basis produksi bahan pangan tentu tidak
relevan selama pemerintah terus melakukan alih fungsi lahan pertanian untuk
dijadikan sektor industri, seperti kasus PT. Semen Indonesia di Kendeng misalnya.
106
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190104084604-20-358395/konflik-agraria-
di-era-jokowi-41-orang-tewas-546-dianiaya, Di akses pada tanggal 20
November 2020 pukul 20.50 WIB.
48
memperlancar jalannya investasi dan perselingkuhan dengan pemodal, rezim ini
membentuk kebijakan-kebijakan yang mengebiri hak-hak masyarakat sipil. Dalam
Pasal 127 Omnibus Law misalnya, perpanjangan massa HGU menjadi 90 tahun tentu
memberikan dampak terakumulasinya tanah dalam jumlah kepada segelintir orang
dengan waktu yang sangat lama. Hal ini jelas tidak senafas dengan mandate UUPA.
Hal-hal diatas menunjukkan kepada kita bahwa rezim Jokowi hari ini gagal
dalam mewujudkan agenda reforma agraria. Ketimpangan lahan yang berujung
konflik masih terus terjadi ditambah dengan munculnya kebijakan-kebijakan yang
tidak pro terhadap rakyat kecil membuat rezim ini semakin jauh dari cita-cita
mensejahterakan rakyat kecil.
49
MENERKA MERDEKA BELAJAR ALA NADIEM : BENAR MERDEKA
ATAU HANYA SLOGAN?
50
sekolah dasar dan menengah. Penguasaan tekhnologi sejak dini akan
berimplikasi mudahnya dalam beradaptasi dengan kemajuan zaman yang
semakin cepat dan tanpa batas, terlebih merujuk pernyataan Mendikbud
RI, Nadiem Makarim yang akan mempatenkan pengajaran jarak jauh
atau PJJ. Problema kedua dalam sektor pendidika khususnya dalam hal
penerapan PJJ ini adalah tidak terkoneksinya seluruh wilayah di
Indonesia dengan Internet. Padahal dalam rangka pemenuhan PJJ hal
yang terpenting adalah koneksi internet yang memadai. Pembangunan
infrastruktur internet yang tidak merata di seluruh Indonesia khususnya
di daerah pedesaan dan pelosok justru mempersulit siswa atau mahasiswa
dalam mengikuti PJJ. Bahkan di beberapa daerah guru-guru harus
bersafari ke rumah-rumah muridnya akibat tidak memungkinkannya
pembelajaran dengan menggunakan metode PJJ, disamping tidak
terkoneksi internet juga masalah tidak memiliki gadget sebagai alat
dalam mengakses PJJ. Pemerintah harusnya jika benar ingin
mematenkan penggunaan PJJ harus mengkoordinasikan antara dua
kementerian, yaitu Kemendikbud dalam urusan pendidikan dan
penciptaan kurikulum serta Kemkominfo sebagai yang bertanggung
jawab dalam membuat arus lalu lintas informasi dan koneksi internet.
Jangan sampai PJJ yang seharusnya digunakan untuk mempermudah
akses pendidikan khususnya di masa pandemi ini, justru menjadi alat
yang menyusahkan siswa dan mahasiswa akibat tidak mendukungnya
sarana yang disediakan oleh Pemerintah untuk mengakses PJJ tersebut.
Segera bangun arus lalu lintas informasi dan internet ke seluruh
Indonesia bahkan sampai ke pelosok agar semua anak di Indonesia dapat
mengakses pendidikan berbasis PJJ ini tanpa ada keluhan adanya sinyal
yang jelek dan justru mempersulit anak didik dalam mengakses
pendidikan yang seharusnya menjadi hak bagi setiap warga negara tanpa
terkecuali. Pemerintah bertanggung jawab dalam setiap pemenuhan
akses pendidikan tanpa terkecuali, karena pendidikan merupakan hak
51
dasar warga negara yang harus diwujudkan dan ditegakkan,
pembentukan ekosistem yang ramah pendidikan dan juga pemberian
fasilitas yang memadai harus diwujudkan oleh Pemerintah sebagai
pemegang mandat rakyat.
52
setiap warga negara wajib mengikuti dan memperoleh pendidikan dasar
serta pemerintah bertanggung jawab dalam membiayainya. Maksud dari
ayat tersebut sungguh nyata jikalau pendidikan dasar selama 12th itu
adalah suatu kewajiban yang harus diakomodasi oleh negara dan oleh
sebab itu pemerintah harus menciptakan sistem pendidikan yang inklusif
yang mudah dan dapat dijangkau oleh siapa saja. Dalam pembukaan UUD
’45 juga disebutkan “mencerdaskan kehidupan bangsa” yang kaitannya
sudah jelas bahwa pendidikan dalam penerapannya digunakan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini sejalan dengan tujuannya yaitu
menciptakan generasi penerus yang berintelektual yang bisa
menggerakkan kemajuan bagi bangsa apalagi mimpi Presiden Jokowi
tahun 2045 saat Indonesia mencapai umur 100th, Indonesia harus menjadi
negara maju. Maka jika ingin negara maju, pemerintah harus segera
memperbaiki sistem pendidika di Indonesia, ciptakan pendidikan yang
dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan juga penciptaan
pendidikan yang berorientasi pada ilmu bukan profit. Jadikan pendidikan
itu sebagai kewajiban bagi warga negara, bukan malah sebagai privillege
yang hanya dapat dijangkau oleh segelintir orang.
c) Merdeka Belajar : Kampus Merdeka Ala Nadiem
Nadiem Makarim, sosok muda yang diharapkan bisa mengubah wajah
pendidikan Indonesia saat ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dalam kabinet Presiden Jokowi periode kedua. Berbekal
sebagai salah satu pimpinan start-up transportasi terbesar berbasis aplikasi
yaitu Gojek, Nadiem diharapkan menciptakan gebrakan baru dalam sistem
pendidikan di Indonesia, seperti halnya ketika dirinya menggebrak
industri transportasi di Indonesia dengan menciptakan Gojek. Langkah
awal Nadiem ketika menjabat Mendikbud adalah mencetuskan konsep
“Merdeka Belajar : Kampus Merdeka” dalam ranah pendidikan tinggi.
Konsep Merdeka Belajar : Kampus Merdeka menurut Kemendikbud
berprinsip pada otonomi perguruan tinggi dan menciptakan perubahan
53
paradigma pendidikan agar menjadi lebih inovatif dan mandiri107. Selain
itu konsep Kampus Merdeka ini juga menyisir perubahan fundamental
yaitu tentang kemudahan bagi PTN dan PTS terakreditasi A dan B untuk
membuka program studi baru (Permendikbud No.7 Tahun 2020 pasal 24),
perubahan proses akreditasi PT (Permendikbud No.5 Tahun 2020),
kemmudahan perubahan PTN BLU menjadi PTN BH (Permendikbud
No.4 Tahun 2020), dan Hak belajar 3 semester diluar prodi (Permendibud
No.3 Tahun 2020 pasal 14 No.5). Keempat kebijakan tersebut oleh
Kemendikbud diharapkan dapat mengubah wajah pendidikan khususnya
di lingkup perguruan tinggi. Akan tetapi jika dicermati program tersebut
sangat riskan dan akan menimbulkan kebingungan baik pada perguruan
tinggi sendiri maupun pada mahasiswa. Hal ini lantaran pengaturan yang
diberikan tidak cukup untuk mengakomodasi pertanyaan yang dialami
oleh mahasiswa sebagai objek dalam percobaan kebijakan ini. Seperti
halnya tentang hak belajar diluar prodi, disamping sisi memberikan
kesempatan mahasiswa belajar di kampus dan prodi lain, akan tetapi
koordinasi yang dilakukan dalam mencakup aspek penilaian akan menjadi
kendala di lapangan karena pembelajaran tidak diawasi secara langsung
oleh dosen yang menilai dan prakteknya ini akan berjalan cukup lama
sehingga dosen tidak dapat secara langsung mengawasi perkembangan
anak didiknya. Merujuk pada Permendikbud No.3 pasal 14 ayat 5 dan
Permendikbud No.3 pasal 15 ayat 1 proses pembelajaran yang dilakukan
oleh Mahasiswa yang ingin mengambil hak 3 semseter belajar diluar
program studi maupun di kampus lain dikelompokkan kedalam bentuk
pembelajarannya yang terdiri dari sebagai berikut :
1. Pertukaran pelajar
2. Magang atau praktik kerja
107 Kemdikbud (24 Januari 2020). Kebijakan Merdeka Belajar 2: “Kampus Merdeka”. diakses
dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/01/kebijakan-merdeka-belajar--
kampus-merdeka
54
3. Asistensi mengajar di satuan pendidikan
4. Penelitian atau riset
5. Proyek Kemanusiaan
6. Kegiatan kewirausahaan
7. Studi proyek independen
8. KKN tematik
108 Dirjen Dikti Kemendikbud (April 2020). Buku Panduan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka.
diakses dari http://dikti.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2020/04/Buku-
Panduan-Merdeka-Belajar-Kampus-Merdeka-2020
108 CNN Indonesia (31 Januari 2020). Pengamat kritisi kebijakan
55
kemampuan orang tua. Sudah berapa banyak mahasiswa yang gagal
melanjutkan studi gara-gara terganjal pungutan tersebut. Alih-alih
Pemerintah mengeluarkan kebijakan penyelesaian sengketa tersebut,
akan tetapi Pemerintah malah mengeluarkan kebijakan Merdeka
Belajar-Kampus Merdeka yang muaranya lebih menjadikan Mahasiswa
sebagai komoditas pekerja dan sapi perah kapitalis. Kebijakan tersebut
agaknya kurang etis untuk dikeluarkan melihat ada banyak masalah
yang lebih urgent yang mestinya diselesaikan baik itu kebebasan
berekspresi, pemberian pungutan atau ukt diluar kemampuan
mahasiswa oleh kampus, dan bentuk lainnya yang lebih parah, termasuk
juga pembubaran diskusi serta penghapusan bentuk pungutan lain diluar
UKT.
56
permasalahannya. Menurut Indra lebih lanjut menerangkan bahwasanya
problem utama pendidikan di Indonesia adalah tidak meratanya kualitas
guru dan dosen di Indonesia, sehingga harusnya hal pertama yang patut
dibenahi terlebih dahulu yaitu menyamaratakan kualitas pendidik di
Indonesia baik yang di Jawa maupun di luar Jawa sehingga tidak
menimbulkan gap kualitas pendidikan yang terlalu jauh antar daerah di
Indonesia. Kritik kedua yaitu tentang Perguruan Tinggi akreditasi A dan
B membuat atau membuka prodi baru asalkan punya kerja sama dengan
organisasi kelas dunia. Hal ini menurutnya jika situasi pendidikan dalam
negeri tidak diperbaiki terlebih dahulu justru akan mengakibatkan
munculnya pemikiran komersil di Perguruan Tinggi serta membuka celah
bagi oknum Perguruan Tinggi untuk jualan prodi ke mahasiswa109. Lebih
lanjut menurut Ubaid Matraji dari Koordinator Nasional Jaringan
Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) yang dilansir dari portal berita
Tirto, mengatakan bahwasanya kebijakan Nadiem ini terkesan pro
terhadap pasar bebas, khususnya dalam kebijakan tentang kemudahan
PTN-BLU berubah menjadi PTN-BH. Ubaid menyatakan bahwasanya
PTN-BH merupakan bentuk komersialisasi pendidikan yang mengekslusi
anak-anak dari kalangan tidak mampu. Kebijakan mempermudah PTN
menjadi PTN-BH berarti secara langsung memperluas praktik
komersialisasi pendidikan110. PTN-BH dengan dalih memperluas otonomi
pendidikan dan mencari dana secara mandiri justru akan mejadikan
terjadinya praktik-praktik komersialisasi dan pungutan uang yang semakin
besar yang harus dibayarkan mahasiswa untuk mengakses pendidikan
tinggi dan ini secara langsung mengkhianati isi dari pasal 31 ayat 1 yang
berbunyi, “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Dalam
109 CNN Indonesia (31 Januari 2020). Pengamat kritisi kebijakan “gimik” kampus merdeka ala
Nadiem. diakses dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200131070707-20-
470343/pengamat-kiritisi-kebijakan-gimik-kampus-merdeka-ala-nadiem
110 Haris Prabowo (29 Januari 2020). Pro dan Kontra atas kebijakan ‘Kampus Merdeka’
57
bukunya yang berjudul Melawan liberalisme pendidikan yang ditulis oleh
Darmaningtyas dkk menjelaskan bahwa PTN-BH ini muncul pertama kali
pasca-reformasi yang pada dasarnya melepaskan tanggung jawab negara
menjamin pendidikan bagi warga negaranya111. Kebijakan Nadiem secara
besar menyisir dua dampak besar yaitu tentang pasar bebas dan pro
liberalisasi pendidikan serta berorientasi pada penciptaan lulusan
perguruan tinggi yang dijadikan pekerja dalam industri. Kebijakan ini
sangat berbahaya karena semakin mengekang kebebasan mahasiswa dan
justru membuat para mahasiswa menjadi komoditas pekerja industri dan
perusahaan alih-alih memberi kebebasan mahasiswa dalam menentukan
langkah geraknya sendiri. Dalih otonomi Perguruan Tinggi yang
mempunyai maksud perluasan komersialisasi pendidikan juga berbahaya
karena akan semakin memepersulit warga negara mengakses pendidikan
tinggi dan pendidikan tinggi kelak hanya akan dapat dijangkau oleh orang-
orang ber-uang tanpa memeberi kesempatan yang sama bagi mereka yang
kekurangan. Pendidikan tinggi akan menjadi institusi pendidikan esklusif
alih-alih menjadikannya sebagai institusi yang inklusif yang bebas dan
menerima mahasiswa dari kalangan apapun.
58
PETANI MATI DI LUMBUNG PADI
Hari tani diawali dengan perjuangan tanpa henti para petani yang terus
memperjuangkan hak mereka atas tanah pertanian yang digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dahulu pergolakan
agraria antara para petani diawal kemerdekaan begitu besar akibat tidak adanya
legitimasi hukum atau Undang-Undang yang mengatur tentang hak kepemilikan
tanah. Untuk itu Pemerintah pada masa itu mencoba menyusun suatu Undang-
Undang tentang Reforma Agraria untuk menyelesaikan sengketa antar petani pada
masa itu. Pembahasan pertama RUU tersebut diawali dengan Panitia Yogya tahun
1948, akan tetapi mengalami kegagalan. Setelah itu pergantian Panitapun
dilakukan silih berganti dari Panitia Agraria Jakarta 1952, Panitia Suwahyo 1956,
Panitia Sunaryo 1958, dan Rancangan Sudjarwo 1960, akan tetapi belum juga
berhasil menciptakan suatu kesepakatan soal terbentuknya RUU Reforma Agraria
yang baru. Namun pada akhirnya setelah pergulatan panjang selama 12 tahun,
RUU tentang Reforma Agraria berhasil Dibentuk berkat koordinasi dari Menteri
Pertanian Soenaryo bekerja sama dengan Departemen Agraria, Panitia Ad-Hoc,
dan Universitas Gadjah Mada. pada tanggal24 September 1960 RUU tersebut
akhirnya disetujui oleh DPR dan disahkan oleh Presiden Soekarano menjadi UU
No 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, atau secara
lazim disebut UUPA. Kemudian tiga tahun setelah disahkannya UUPA, pada
tanggal 26 Agustus 1963 Presiden Soekarno menetapkan tanggal 24 September
menjadi Hari Tani lewat SK No 169/1963.
59
besar dalam suplai bahan makanan kepada seluruh rakyat Indonesia yang
berjumlah 270 juta lebih. Akan tetapi melihat realita Indonesia sebagai negara
agraris tapi masih juga melakukan import beras demi mencukupi kebutuhan
pangan dalam negeri telah membuktikan bahwa Pemerintah melakukan tata
kelolaan pertanian yang buruk dan kedaulatan petani belum sepenuhnya terwujud.
Hal tersebut diperparah dengan berkurangnya lahan pertanian tiap tahunnya
sebesar 150.000 hektar yang berimplikasi terjadinya penurunan hasil pertanian
dalam negeri serta berdampak juga terhadap menurunnya tingkat kesejahteraan
petani. Menurut data Kementerian ATR/BPN luas lahan tanah persawahan
nasional pada tahun 2019 mengalami penurunan 287.000 hektar jika
dibandingkan pada tahun 2013. Data dari BPS juga menunjukkan terjadinya
penurunan di sektor hasil pertanian nasional, seperti luas panen padi pada 2019
diperkirakan sebesar 10,68 juta hektar atau mengalami penurunan sebanyak
700,05 ribu hektar atau 6,15 persen dibandingkan tahun 2018, produksi padi pada
2019 diperkirakan sebesar 54,60 juta ton atau mengalami penurunan sebanyak
4,60 juta ton atau 7,76 persen dibandingkan tahun 2018. Kemudian Jika produksi
padi pada tahun 2019 dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan
penduduk, produksi beras pada 2019 sebesar 31,31 juta ton atau mengalami
penurunan sebanyak 2,63 juta ton atau 7,75 persen dibandingkan tahun 2018.
60
khususnya dalam melakukan pemenuhan kebutuhan hidup rakyatnya dan yang
paling esential adalah soal pangan. Bagaimana bisa Pemerintah melakukan
pemenuhan pangan saat terjadinya penurunan angka lahan dan produksi
pertanian, ditambah kebijakan Pemerintah sendiri yang tidak ramah lingkungan
dengan melakukan penggusuran lahan pertanian untuk infrastruktur. Salah satu
rencana Pemerintah paling absurd dalam rangka pengentasan ancaman krisis
pangan akibat Covid-19 ini adalah mencetak sawah di lahan gambut. Lahan
gambut bukanlah lahan yang cocok untuk tanaman padi dan justru hal tersebut
akan merusak ekosistem ditanah gambut. Menko Perekonomian, Airlangga
Hartanto menegaskan lokasi lahan gambut yang akan dialih fungsikan menjadi
lahan pertanian adalah di Kalimantan Tengan dengan lahan yang disiapkan adalah
300 hektar, dengan 200 hektar lahan tersebut milik BUMN. Pengalih fungsian
lahan tersebut tak akan bisa mengentaskan Indonesia dari ancaman krisis pangan
yang sudah di depan mata, hal ini didasari atas lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan perubahan struktur lahan gambut supaya bisa ditanami padi.
Cara yang paling efektif dalam menghadapi ancaman tersebut adalah rakyat bahu
membahu untuk melakukan penanaman sendiri tanpa mengharap bantuan dari
Pemerintah dan ini sudah banyak terjadi dengan munculnya serikat-serikat
pertanian yang melakukan penanaman di daerah perkotaan dalam mengantisipasi
krisis pangan.
61
Beberapa waktu lalu bahkan kendaraan berat milik TNI sampai
melindas tanaman pertanian melon milik petani. Warga Urutsewu
merasa BPN melakukan tindakan sewenang-wenang dengan
melakukan pengukuran tanah hanya dengan melibatkan TNI tanpa
melibatkan para petani yang akhirnya tanah milik para petani
diklaim dan diputuskan menjadi lahan administratif TNI AD setelah
diberikannya sertifikat oleh Menteri ATR/BPN kepada KASAD.
- Konflik Surokonto
Konflik ini melibatkan petani Surokonto Wetan dengan Perhutani
KPH (Kesatuan Pemangku Hutan) Kendal. Konflik tersebut
menyeruak ke publik setelah adanya penetapan 127.821 hektar
lahan Surokonto Wetan menjadi kawasan Hutan Produksi melalui
S/K 3021/Menhut-VII/KUH/2014. Padahal sebelumnya lahan
tersebut dikelola oleh PT. Sumur Pitu dengan HGU sejak 1972,
yang kemudian dijual kepada PT. Semen Indonesia dan dijadikan
objek tukar menukar dengan lahan Perhutani di Rembang yang
digunakan untuk keperluan tapak pabrik Semen.
62
63
SEPTEMBER HITAM : BULAN KELAM DI LANGIT NEGERI
Sejumlah peristiwa kelam hak asasi manusia di Bulan September dari masa ke
masa senantiasa hadir dalam mengingatkan negara memenuhi tanggung jawabnya.
Tragedi pembantaian 1965-1966, tragedi Tanjung Priok 1984, tragedi Semanggi II
1999, Pembunuhan Munir 2004, hingga brutalitas aparat dalam aksi Reformasi
Dikorupsi 2019 menunjukkan rantai kekerasan terus berlanjut tanpa ada satupun
mata rantai yang diselesaikan secara tuntas dan secara berkeadilan. Dari rangkaian
peristiwa yang berlangsung hingga kini, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban
Tindak Kekerasan mengenangnya sebagai September Hitam.
Negara masih abai dengan derita para penyintas dan keluarga korban.
Kehilangan serta perubahan hidup yang terjadi tentu bukan hal yang mudah untuk
mereka hadapi sehari-hari. Penghormatan dan pemenuhan hak-hak kemanusiaan
juga tak kunjung hadir meski negara pernah terbukti gagal menjamin dan melindungi
orang-orang yang mereka kasihi. Perlindungan akan potensi keberulangan di masa
depan juga masih menjadi sebab kabur nya negara, selain itu negara tidak juga
memberikan kepastian hukum dan justru memberikan keistimewaan kekebalan
hukum bagi mereka yang diduga berada dibalik luka ini semua. Jika bukan kita yang
terus mencoba mengingatkan, menagih serta menuntut kemanusiaan terhadap
negara, bukan tidak mungkin #SeptemberHitam akan kian menghitam.
64
pesawat jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004 adalah seorang
aktivis HAM Indonesia keturunan Arab-Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah
Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia
Imparsial.
Sebelumnya Munir sangat garang dalam menyuarakan hak asasi
manusia, demokrasi, terorisme dan reformasi sektor keamanan. Namun karena
pemerintahan saat itu masi dalam status anti kritik. Munir kemudian
menanggun beban kematian dan meninggalkan keluarga tercintanya.
b) Tragedi Tanjung Priok ( 12 September 1984 )
Peristiwa ini bermula dari demonstrasi masyarakat, terutama di Jakarta,
menolak penerapan Pancasila sebagai asas tunggal yang dimuncukan Presiden
kedua RI Soeharto.
Namun, provokasi dan hasutan diduga sebagai akar yang membuat aksi
protes terhadap kebijakan Soeharto itu berujung tragedi. Peristiwa Tanjung
Priok adalah salah satu dari tiga kasus pelanggaran HAM berat masa lalu yang
berhasil dibawa ke proses pengadilan. Pengadilan HAM ad hoc tingkat pertama
memutus bersalah terdakwa pelaku pelanggar HAM, sekaligus memerintahkan
negara untuk memberikan ganti rugi kepada korban dalam bentuk kompensasi,
restitusi dan rahabilitasi.
c) Reformasi Dikorupsi ( 24 September 2019)
Aksi nasional #ReformasiDikorupsi #RakyatBergerak
#TuntaskanReformasi dimulai sejak 23 September 2019 dan puncaknya 24
September 2019 dengan tujuan menolak RUU KPK yang sudah disahkan oleh
DPR dan RUU KUHP yang sedang dibahas yang kemudian akan segera
disahkan. Aksi ini digelar di berbagai kota besar di Indonesia antara lain,
Malang, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, Palembang, Medan, Semarang,
Bandung, Denpasar, Kendari, Tarakan, Samarinda, Banda Aceh, Palu dan
Jakarta, berakhir dengan aksi brutal dan represif dari aparat dengan
menembakkan gas air mata, meriam air bahkan peluru karet. Dampak dari
kebrutalan tersebut menjadikan 5 orang masa aksi meninggal dunia,
65
diantaranya Immawan Randi dan Yusuf Kardawi, mahasiswa Universitas Halu
Oleo; pemuda asal Tanah Abang, Maulana Suryadi; serta dua pelajar, Akbar
Alamsyah dan Bagus Putra Mahendra
d) Tragedi Semanggi II ( 24-28 September 1999)
Kasus Semanggi II terjadi pada tanggal 24-28 September 1999 saat
maraknya aksi-aksi mahasiswa menentang RUU Penanggulangan Keadaan
Bahaya (PKB) dan tuntutan mencabut dwi fungsi ABRI. Peristiwa ini juga
terjadi di beberapa derah seperti Lampung, Medan dan beberapa kota lainnya.
Sehingga kemudian muncul aksi penentangan oleh kalangan
Mahasiswa Atmajaya yang berujung pada bergeraknnya moncong senjata.
Pejuang demokrasi Yun Hap tewas dalam peristiwa itu.
e) Tragedi 30 September 1965
Pada tahun 1965/1966 telah terjadi peristiwa pelanggaran HAM berat
terhadap mereka yang dituduh sebagai anggota maupun terlibat dengan Partai
Komunis Indonesia (PKI). Akibatnya, lebih dari dua juta orang mengalami
penangkapan sewenang-wenang, penahanan tanpa proses hukum, penyiksaan,
perkosaan, kekerasan seksual, kerja paksa, pembunuhan, penghilangan paksa,
wajib lapor dan lain sebagainya.
Pada tahun 2008, Komnas HAM membentuk Tim Penyelidikan Pro
Justisia untuk Peristiwa 1965/1966. Komnas HAM mengakui sedikitnya 32.000
orang dinyatakan hilang akibat peristiwa G30S PKI. Komnas HAM
menyatakan menemukan bukti-bukti yang cukup tentang dugaan pelanggaran
HAM berat berupa kejahatan terhadap kemanusiaan dalam setelah peristiwa
G30S.
66
Di negara hukum seperti Indonesia (Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945) seharusnya
praktik-praktik penegakan hukum yang tebang pilih tidak dipelihara. Dalam kaitannya
dengan penegakan hukum HAM, praktik seperti ini sangat jelas terlihat.
Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama Pemerintah (Pasal 28 I UUD 1945). Maka kita dapat
melihat kontradiksinya, bagaimana amanat UDD 1945 tersebut tidak diindahkan oleh
pemerintah.
Penegakan hukum di bidang HAM harus segera dilaksanakan oleh negara.
Bukan hanya karena ada jiwa-jiwa dalam setiap pelanggaran tersebut, melainkan juga
karena “pengakuan terhadap hak asasi manusia” adalah konsekuensi ketika Indonesia
memilih sebagai negara hukum.
67
68
HENTIKAN RASISME DAN KRIMINALISASI TERHADAP MASYARAKAT
PAPUA
͞>ĞďŝŚďĂŝŬŵĞŵďĞďĂƐŬĂŶƐĞƌŝďƵŽƌĂŶŐďĞƌƐĂ
h daripada menghukum satuorang
LJĂŶŐƚŝĚĂŬďĞƌƐĂůĂŚ͘͟
69
kebebasan berpikir, kebebasan berekspresi, kebebasan berkeyakinan, serta berhak
atas perlakuan yang adil di hadapan hukum. Namun, pada tataran praktiknya atau
secara dass sein Negara Indonesia beserta aparatur pemerintahnya justru
menghianati dan mengabaikan hak-hak fundamental rakyatnya. Freedom House,
sebuah lembaga internasional yang kerap melakukan survei terkait kondisi HAM di
sebuh negara pada tahun 2019, merilis kondisi hak dan politik di Indonesia yang
makin menurun sejak 2016. Hal ini terlihat dari laporan yang dipublikasikan
Freedom House dengan judul Freedom in The World, skor kebebasan Indonesia pada
2019 sebesar 62 dari skala 0-100. Angka tersebut mengalami penurunan dalam tiga
tahun secara beruntun ke level 62 seperti terlihat pada grafik. Freedom House
menyebutkan, penurunan ini terjadi karena adanya korupsi yang sistemik,
diskriminasi dan kekerasan terhadap kelompok rentan, ketegangan di Papua, dan
penggunaan kewenangan secara politis atas undang- undang pencemaran nama baik.
Memperhatikan fakta dan data yang ada, jika pemerintah tidak segera
berbenah dan masih dengan pola yang sama, maka dapat dipastikan kualitas
kebebasan sipil dan politik di Indonesia akan terus memburuk. Ditambah akhir-akhir
ini demokrasi semakin terpuruk dengan maraknya penangkapan dan penahan aktivis
politik Papua maupun aktivis pembela HAM di Papua oleh Kepolisian Republik
Indonesia (Polri). Hingga hari ini, tercatat ada 22 aktivis politik Papua yang ditahan
dengan tuduhan pasal “makar” (pasal 106 dan 110 KUHP). Umumnya, mereka
ditahan karena mengorganisir dan/atau terlibat aksi-aksi demonstrasi yang
memprotes ujaran dan tindakan diskriminasi
rasial terhadap mahasiswa Papua di
Surabaya, sebuah kejadian pada pertengahan
Agustus lalu yang dalang dan pelakunya
tidak diusut secara serius oleh kepolisian
Indonesia.
Secara kronologis penangkapan para
aktivis dimulai dari pusat kekuasaan, Jakarta.
Per 30-31 Agustus 2019, Polda Metro Jaya menangkap tujuh aktivis mahasiswa Papua
70
dan seorang Juru Bicara Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP) Surya
Anta. Dua mahasiswa Papua di antaranya dibebaskan karena dinilai salah tangkap.
Sisanya yakni Ariana Lokbere, Ambrosius Mulait, Surya Anta, Dano Tabuni, Charles
Kossay, dan Isay Wenda ditahan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat,
karena diduga terlibat dalam pengibaran bendera bintang kejora saat demonstrasi
damai di depan Istana Negara, Jakarta, 28 Agustus 2019. Tidak sampai disitu,
Penangkapan demi penangkapan kemudian terjadi di tanah Papua. Di Manokwari,
Papua Barat, polisi menangkap dan menahan Sayang Mandabayan pada 2 September
2019, karena membawa 1500 bendera bintang kejora mini. Bendera itu dianggap
polisi akan digunakan dalam aksi protes anti rasialisme di Manokwari. Selang
beberapa hari, dari 6-11 September 2019, polisi menangkap beberapa aktivis
mahasiswa Papua di Jayapura, Papua. Mereka adalah Ferry Kombo, Alexander
Gobay, Henky Hilapok, dan Irwanus Urupmabin. Mereka disangka sebagai dalang
kerusuhan dalam demonstrasi damai anti rasialisme di Jayapura yang berujung rusuh,
29 Agustus 2019. Tuduhan terhadap mereka hanya didasarkan pada fakta bahwa
organisasi mahasiswa mereka mengirim surat pemberitahuan demonstrasi pada polisi.
Seminggu setelah penangkapan Ferry Kombo dkk di Jayapura, polisi menangkap
empat aktivis Papua di Sorong, Papua Barat. Empat aktivis itu adalah Herman Sabo,
Siway Bofit, Manase Baho, dan Ethus Paulus Miwak dituduh makar karena
memproduksi pamflet bergambar bintang kejora dan bertulisan “Referendum, Papua
Merdeka”untuk aksi protes antara 16-18 September 2019 di Sorong. Keesokan
harinya, 19 September 2019, kepolisian di Manokwari, Papua Barat, kembali
menangkap tiga aktivis Papua bernama Erik Aliknoe, Yunus Aliknoe, dan Pende
Mirin. Mereka ditangkap karena diduga terlibat pengibaran bintang kejora dalam
demonstrasi damai anti rasialisme di Manokwari, 3-11 September 2019. Di Jayapura,
penangkapan aktivis terus berlangsung dari 9 hingga 23 September 2019. Polisi
menyasar pimpinan-pimpinan organisasi politik setempat. Di antaranya ialah Ketua
Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Agus Kossay, Ketua Komite Legislatif United
Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Buchtar Tabuni, Ketua KNPB
Wilayah Mimika Steven Itlay, dan Perwakilan Parlemen Nasional West Papua
71
(PNWP) Assa Asso. Mereka dituduh sebagai dalang dalam aksi-aksi protes anti
rasialisme di Jayapura. West Papua. Bahkan, dalam beberapa kasus seperti penahanan
Surya Anta dkk serta Erik Aliknoe dkk, polisi mempersulit proses pendampingan
pengacara. Hal serupa dilakukan polisi pada Agus Kossay dkk dengan cara
memindahkan ruang tahanan mereka ke Kalimantan Timur.
Penangkapan dan penahan para aktivis Papua tersebut jelas merupakan gejala
penurunan kualitas demokrasi di Indonesia, khususnya pada aspek kebebasan
berpendapat dan berekspresi. Amnesty Internasional Indonesia dalam siaran media
nya yang berjudul “Hentikan diskriminasi dan intimidasi terhadap masyarakat dan
aktivis HAM Papua” merilis hingga 8 Juni 2020 tercatat setidaknya masih ada 44
tahanan hati nurani Papua yang mendekam dibalik jeruji besi. Semuanya diancam atas
tuduhan makar, padahal mereka hanya terlibat dalam aksi protes damai dan tidak
melakukan tindakan makar apapun. Menurut Husman Hamid, Direktur Eksektif
Amnesty Internasional Indonesia, telah terjadi pembungkaman terhadap kebebasan
berekspresi, ungkapan rasisme. Tindakan yang berlebihan oleh polisi dalam
melaksanakan operasi pengamanan masih banyak terjadi di tanah Papua dan terhadap
warga papua yang berada di wilayah lain di Indonesia. Sejatinya kasus rasisme telah
merambat pada diskriminasi dan intimidasi terhadap para aktivis HAM lainnya yang
menuntut penuntasan kasus Papua. Sebagai contoh, sepekan lalu saat siding PTUN
yang akhirnya memutus Presiden Joko Widodo dan Menteri Kominfo secara sah
bersalah terkait kasus pemblokiran internet di Papua. Beberapa akun yang tergabung
memakai foto profil yang tidak senonoh dan membuat kebisingan selama sidang,
hingga ini mengganggu tim pembela kebebasan pers dalam mengikuti sidangnya.
Bentuk lainya adalah munculnya desakan untuk membatalkan diskusi soal Papua.
Diskusi yang sedianya diselenggarakan oleh BEM UI sabtu lalu, dengan alasan
pembicara dianggap tidak kompeten, maka ada desakan agar diskusi dibatalkan.
Kejadian hampir serupa sebenanya pernah terjadi saat BEM UNNES akan
menyelenggarakan diskusi bertemakan Papua pada tahun lalu. Bahkan hal serupa juga
dialami oleh Amnesty Internasional Indonesia saat menyelenggarakan diskusi virtual
mengenai laporan Amnesty Internasional Indonesia ke Komite HAM PBB tentang
72
lima masalah HAM di Papua juga mengalami disrupsi serupa. Tiga pembicara dalam
diskusi yang sama mendapat rentetan panggilan secara bersamaan dengan identitas
penelepon dari luar Indonesia.
Berdasarkan hasil pemantauan Amnesty International, setidaknya terdapat 96
orang yang ditangkap karena mengungkapkan ekspresi serta pendapatnya secara
damai guna merespon tindakan rasisme yang terjadi di Malang dan Surabaya.
Mengutip petisi yang dibuat oleh Amnesty Internasional Indonesia, yang termuat
dalam amnestyindo.nationbuilder dituliskan sebagai berikut “Bagaimana
perasaanmu ketika dicaci-maki dengan ujaran rasis seperti “monyet”, tetapi kamu
malah ditahan ketika membela diri?
Inilah situasi yang dialami Fery Kombo.
Ia baru saja dituntut 10 tahun penjara
hanya karena menyuarakan
keprihatinannya, setiap manusia berhak
menyampaikan pendapatnya secara
damai, termasuk warga Papua!”
Secara kronologis, Fery Kombo
adalah seorang mahasiswa dari Papua. Pada 16 Agustus 2019, ia mendengar berita
buruk dari Surabaya. Sejumlah anggota TNI dan anggota ormas mengepung asrama
mahasiswa Papua di Surabaya dan menuduh mereka menjatuhkan bendera merah
putih ke saluran air di depan gedung asrama. Gedung asrama dirusak dan mahasiswa
mendapat berbagai ancaman serta hasutan rasis. Fery tentu tak bisa terima ketika
mendengar rekannya sesama pelajar Papua mendapat intimidasi. Apalagi, Fery
adalah mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Cendrawasih. Untuk memastikan hal seperti ini tidak terjadi
kembali, ia mengorganisir rekan-rekannya untuk protes damai pada Agustus tahun
lalu di Jayapura. Seruan dan tuntutan para mahasiswa kepada pemerintah sederhana:
Hentikan tindakan rasisme terhadap warga Papua, tangkap para pelaku intimidasi,
dan jamin keamanan dan perlindungan mahasiswa Papua di seluruh Indonesia.
Namun, Fery dan enam orang lainnya akhirnya justru ditangkap. Mereka dituntut 5
73
– 17 tahun penjara dengan tuduhan makar, yang lebih mengherankan lagi, hanya
beberapa pelaku tindak rasisme yang dihukum. Itu pun ringan, hanya 5 – 7 bulan
penjara.
74
Papua di Surabaya pada 16 Agustus 2019.
75
lain . Watak rasis tersebut membuat aparat terbiasa mencari-cara kesalahan
yang sebenarnya tak pernah ada. Padahal apa yang menimpa orang-orang
Papua atau yang berpihak kepada mereka itu berbahaya bagi demokrasi.
Dalam buku yang berjudul “How Democracies Die” karya Steven Levitsky
dan Daniel Ziblatt dijelaskan bahwa demokrasi bisa mati pelan-pelan bahkan
tidak disadari ketika kekuasaan disaklahgunakan oleh pemerintah untuk
menindas total oposisi dan para pengkritik, ketika watak otoriter di produksi
sendiri oleh pemerintah.
76
melihat fakta di lapangan yang seperti saat ini.
77
MELEPAS PENDIDIKAN DARI KOMODITAS UTAMA PASAR
OLIGARKI
a) Pendidikan Indonesia
Pendidikan di Indonesia merupakan asimilasi dari pendidikan bangsa
asing. Meskipun Ki Hadjar Dewantara dan Mohammad Syafei pernah
melahirkan aliran pendidikan melalui Taman Siswa dan INS Kayutaman,
namun sejarah mecatat bagaimana Indonesia mengadopsi beberapa sistem
pendidikan. Berawal dari pecantrikan dengan ajaran Hindu-Budha,
berubah menjadi pesantren dengan ajaran Islam, hingga berakhir pada
sekolah yang diadaptasi dari school pada masa penjajahan Belanda.
Namun, dibalik sejarah pendidikan Indonesia, ada hal yang lebih penting
dan perlu ditegaskan, yaitu fungsi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Pendidikan merupakan kiblat dari suatu peradaban. Melalui
pendidikan suatu mass- organisasi yang disebut negara dapat mencapai
kesejahteraan. Seperti halnya apa yang pernah ditulis oleh Aristoteles.
“Manusia tidak mendapatkan atau melestarikan keutamaan dengan
bantuan barang-barang lahiriah, namun justru barang-barang lahiriah
diperoleh dengan bantuan keutamaan, dan bahwa kebahagiaan, baik itu
terkandung dalam kenikmatan ataupun keutamaan, atau kedua-duanya,
lebih banyak dicapai oleh mereka yang akal dan budi-pekertinya paling
terpelajar...”112.
Dalam salah satu risalah Aristoteles yang berjudul Nicomachean
Ethics, ia menjelaskan tentang apa itu kebahagiaan yang sangat esensial
dalam kaitannya dengan keutamaan. Sementara yang dimaksud keutamaan
itu sendiri ialah intelektual dan moral. Intelektual terlahir dari
pembelajaran, sementara moral dari kebiasaan. Kedua hal ini dapat
dibentuk melalui satu kata yaitu pendidikan.
Sementara itu pendidikan hari ini semakin beralih fungsi dan bergeser
112 Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik
dari zaman kuno hingga sekarang, Terj. Sigit Jatmiko, dkk. (Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR, 2016), hal. 257.
78
makna. Fungsi dari pendidikan Indonesia yaitu mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan dari
pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab113. Alih-alih menjalankan
fungsi dan mencapai tujuan, keduanya tidak lebih dari retorika kontekstual
dan ide yang tidak terlaksana hingga hari ini. Lantas, fungsi dan tujuan apa
yang diterapkan pada pendidikan? Fungsi terpenting hari ini yaitu sebagai
komoditas utama dalam pasar oligarki dan tujuannya adalah memenuhi
kebutuhan pasar.
b) Pasar Oligarki
Manakah pemerintahan yang baik hari ini? Aristoteles pernah
menjabarkan tiga pemerintahan yang baik (monarki, aristokrasi, polity)
dan tiga pemerintahan yang buruk (tirani, oligarki, demokrasi).
Pemerintahan demokrasi berkembang setelah Revolusi Perancis
menggema. Janji-janji kesetaraan yang begitu menggiurkan menggugah
kalangan bawah untuk mendongkrak kuasa raja dan aristokrat. Namun
siapa sangka, secara teknis hanya golongan tertentu yang menguasai
medan kampanye. Dari sini lahir apa itu pemerintahan oligarki,
pemerintahan dari suatu golongan untuk kepentingan golongan.
Tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Siapapun yang hendak
menjajaki kursi parlemen dan kabinet, setidaknya harus memiliki modal
finansial tinggi, dan pendidikan formal sisanya. Untuk mencapai ini,
sebuah transaksi dan perputaran ekonomi harus terjadi dengan cepat dan
pesat. Namun dibalik itu, sumber daya manusia juga harus memenuhi.
Indonesia dengan bonus demografi sebenarnya sudah memenuhi
kebutuhannya, akan tetapi goal setting yang diinginkan tidak akan
113 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3.
79
sempurna tanpa profitable disetiap lini. Maka dijadikanlah pendidikan
sebagai dagangan mereka.
Perdagangan “Pendidikan” dimulai dari kebutuhan lapangan
pekerjaan itu sendiri. Semakin tinggi pendidikan formal dan sertifikasi
terhadapnya, semakin besar juga nilai jual manusia ini. Faktor ini yang
kemudian mendorong tingginya biaya pendidikan setiap kali naik jenjang.
Selain itu, setiap bidang pekerjaan juga harus dipikul pendidikan formal
yang tinggi juga. Contoh simpelnya, seorang dokter dengan tabib yang
tidak memiliki sertifikasi dokter dan hanya belajar otodidak, tentu akan
mendapat gaji yang berbeda. Permasalahan ini dapat diatasi apabila
pendidikan lepas dari jeratan oligarki.
c) Manuver-Manuver
Melepaskan pendidikan dari jeratan oligarki tidaklah semudah
membalik telapak tangan. Dibutuhkan aktivis-aktivis revolusioner yang
mendobrak secara radikal tatanan pendidikan dan ekonomi di Indonesia.
Gerakan-gerakan yang dibuat juga harus sesuai dengan konsepsi
masyarakat secara luas.
Manuver pertama yaitu alat produksi. Alat produksi atau yang akrab
dikenal dengan perusahaan dan pabrik merupakan penggerak ekonomi.
Perusahaan-perusahaan yang membutuhkan sumber daya manusia
seharusnya tidak mematok jenjang pendidikan sebagai syarat masuk.
Apakah ini berarti mempekerjakan anak-anak diperbolehkan? Tentu saja
tidak. Syarat- syarat yang ada kaitannya dengan pendidikan formal dapat
diganti dengan syarat minimal usia. Hal ini dikarenakan pendidikan yang
kita pakai sejatinya tidak hanya formal, tetapi juga non- formal, dan
informal. Kemudian untuk permasalahan kompetensi dibidang pekerjaan,
dapat dilakukan dengan melatih sumber daya manusia sebelum benar-
benar turun ke lapangan. Hal ini merupakan salah satu langkah nyata
pemerataan pendidikan.
Manuver kedua adalah pemilik modal. Konsepsi akan menumpuk
kekayaan dan pemisahan kelas pekerja dan pemilik alat produksi tidak lain
hanyalah praktik-praktik kapitalisme.
80
Seharusnya, dengan semangat kebangsaan dimana makna bangsa
itu sendiri ialah yang bernasib sama dan berkehendak untuk bersatu,
penghisapan-penghisapan terhadap saudara sebangsa tidaklah terjadi. Hal
ini dapat dicapai jika dalam kepala pemilik modal dan alat produksi
terpikirkan ide-ide semacam kerja kolektif dan koperasi, buka kooperasi.
Manuver berikutnya yaitu pemahaman masyarakat. Mengingat
pendidikan informal merupakan pendidikan yang didapatkan di mana saja,
masyarakat memiliki peran penting dalam memberikan softskill-softskill
yang tidak didapatkan dari pendidikan formal maupun non-formal. Tidak
hanya untuk mereka yang memiliki alat produksi sebatas kompetensi dan
tenaga, namun juga untuk mereka calon-calon pemodal dan pemegang
jabatan tertinggi dalam perusahaan. Karakter-karakter kapitalis dapat
dihapuskan melalui pendidikan masyarakat.
Manuver yang terakhir adalah pemerintah. Sebagai pemangku
kebijakan dan pelaksana konstitusi, sudah seharusnya pemerintah lebih
mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
dimiliki bangsa sendiri. Memang sangat sulit bahkan nyaris tidak mungkin
disaat pemerintah harus memutus kontrak dengan investor-investor asing.
Namun bukanlah utopia belaka manuver pertama, kedua, dan ketiga dapat
dicapai dengan membentuk konstitusi-konstitusi sebagaimana mestinya.
Contoh saja penghapusan syarat minimal pendidikan formal pada
perusahaan-perusahaan lokal, hal ini sudah berarti mengubah kodrat
pendidikan mempengaruhi nilai jual dalam ekonomi. Baru satu contoh
saja, dan sebagai orang-orang terpilih secara demokratis, sudah
seharusnya mereka membawa amanat penderitaan rakyat dan mampu
memperbaiki permasalahan pendidikan ini.
Permasalahan pendidikan sudah seharusnya menjadi sorotan utama
dalam suatu negara. Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
pengangguran di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 6,88 juta. Bukan
angka yang sedikit dan menjadi permasalahan yang berat bagi semua
pihak. Ini hanya salah satu permasalahan dari banyak masalah-masalah
lain yang ditimbulkan karena pendidikan. Pendidikan yang berasas
81
education for all seharusnya bisa dikonsumsi oleh semua bangsa ini tanpa
terkecuali dan dapat mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu, 75 tahun
kemerdekaan harus dimulai dengan semangat revolusi pendidikan dan
gerakan pembebasan dari jeratan oligarki.
82
GERAKAN MELINGKAR SEBAGAI SOLUSI PENYELEWENGAN
HUKUM DI INDONESIA
Tidak dapat dipungkiri Indonesia merupakan negara yang besar, luas, dan
sangat kaya. Indonesia memiliki segala hal tanpa kurang sedikitpun, sumber daya
manusia, dan sumber daya alam sudah tersedia apapun jenisnya. Perihal
keberagaman yang terdapat di elemen masyarakat juga tidak dapat dihitung lagi,
suku, bahasa daerah, dan ras jumlahnya ratusan yang tersebar di 34 provinsi. Situasi
ini seharusnya membuat kita sebagai Warga Negara Indonesia bangga, namun di
beberapa waktu, keberagaman ini malah memicu konflik berkepanjangan di
Indonesia. Sudah 75 tahun Indonesia merdeka, sudah banyak macam masalah yang
dihadapi negara ini, dari masalah kecil sampai masalah – masalah yang
menimbulkan demonstrasi besar – besaran yang tidak akan dilupakan rakyat.
Berkali – kali rakyat memiliki harapan tinggi kepada calon pejabat yang berjanji
manis di masa kampanye, namun berkali – kali pula rakyat kecewa atas kinerja
mereka saat sudah terpilih menjabat yang berdasarkan pilihan rakyat.
Pernah ada masa saat perubahan besar di negeri ini terjadi, pada saat itu,
presiden sudah berkuasa selama 32 tahun, beberapa menyebutnya sebagai bapak
pembangunan, beberapa mengenalnya dengan cara memimpin yang otoriter.
Kemudian, pada akhir masa jabatannya terjadi krisis besar yang perlahan membuat
rakyat tidak percaya yang kemudian Indonesia memasuki tahap baru dalam
bernegara, era reformasi. Menurut KBBI, reformasi adalah perubahan secara drastis
untuk perbaikan dalam suatu masyarakat atau negara yang meliputi bidang sosial,
politik, atau agama114. Masa itu, yang dituntut rakyat adalah perbaikan ekonomi
dan perbaikan sistem demokrasi yang ada di Indonesia, karena seperti yang
diketahui, pada masa itu kebebasan bersuara adalah hal yang sulit didapatkan, salah
berkata sedikit, bisa berujung di penjara atau hilang tanpa jejak. Yang kemudian
timbul tuntutan untuk memperbaiki penegakkan HAM, karena selain sebagai
bentuk demokrasi, kebebasan bersuara adalah bagian dari hak asasi manusia. Proses
pemilihan presiden yang selama masa orde baru dilakukan oleh MPR, setelah
reformasi, presiden dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Umum
83
(Pemilu). Salah satu upaya yang dilakukan saat itu juga, dibentuk Komisi
Pemberantasan Korupsi yang tujuannya memberantas korupsi di Indonesia, sesuai
dengan nama lembaganya. Namun, 2 dekade reformasi berlalu, beragam tuntutan
masa lalu itupun belum terealisasi sepenuhnya. Pelanggaran HAM masih sering
terjadi, yang terkenal setelah reformasi adalah kasus pembunuhan Munir, yang
sampai saat ini tidak jelas siapa pelakunya. Namun, secara umum pelanggaran
HAM yang sering terjadi adalah kekerasan terhadap manusia. Tindakan
pelanggaran hak asasi manusia ini selalu terjadi dengan berbagai bentuk dan jenis
kekerasan. Yang paling sering menjadi korban adalah perempuan dan anak –
anak.115
Korupsi juga tidak kalah hebat, kasus – kasus yang terkenal adalah korupsi
proyek Hambalang dan korupsi pengadaan KTP elektronik. Dari kasus korupsi
yang sering terjadi, tidak sedikit yang melibatkan pejabat yang dipilih oleh
rakyatnya sendiri. Data menyebutkan dari 432 kasus korupsi yang masuk tahun
2004, 124 kasus terjadi di kalangan anggota DPRD di berbagai daerah. Sebanyak
84 kasus korupsi melibatkan kepala daerah baik gubernur, bupati atau walikota116.
Hukuman – hukuman yang divonis kepada pelakupun rasanya tidak seimbang,
dalam beberapa kasus pelaku malah divonis penjara lebih ringan dibanding pelaku
pencuri 2 batang kayu jati yang merupakan seorang nenek. Pada akhirnya, kasus
pelanggaran HAM dan korupsi menimbulkan hukum yang tajam ke bawah namun
tumpul ke atas.
115Lestari, D. 2007 Hak Asasi Manusia di Indonesia di Tinjau dari Berbagai Aspek
Kehidupan. Jurnal Hukum dan Pembangunan Vol. 3 No. 4 pp 500.
84
dilayangkan, tapi pada akhirnya UU KUHP dan UU KPK tetap disahkan. Tahun
ini kembali terjadi bahkan lebih besar dari tahun lalu, pembahasan mengenai UU
Cipta Kerja. Beberapa pasal dalam bab ketenagakerjaan banyak diprotes dan
dikritisi oleh elemen masyarakat, terutama buruh dan mahasiswa, namun
kasusnya sama, UU tersebut terburu – buru untuk disahkan, bahkan
pengesahannya dilakukan malam hari, kondisi yang tidak biasa dan sudah
sepatutnya rakyat curiga. Jika hal ini terus terjadi, pastinya dalam waktu dekat
tidak menutup kemungkinan Indonesia akan hancur karena ulahnya sendiri. Oleh
karena itu, sebagai bagian dari Warga Negara Indonesia, ada hal yang perlu kita
lakukan untuk membuat perubahan. Saya mencetuskan lingkaran pergerakan
bernama 3K (Kupas, Kritik, Kawal) sebagai solusi terhadap permasalahan hukum,
HAM, dan korupsi yang terjadi di Indonesia.
Kupas, gerakan yang penting dan sebagai langkah awal untuk memulai
gerakan selanjutnya. Dalam tahap ini, kita mencari tahu apa permasalahan yang
terjadi, bagaimana hal ini menjadi polemik, mengapa sebuah UU tidak diterima
masyarakat, dan jangan lupa cari berbagai hal yang diperlukan dalam tahap ini
secara rinci, sehingga dapat ditemukan solusi dan hal – hal yang memang
diperlukan untuk dikritisi di tahap selanjutnya. Selain itu, mengupas masalah
secara rinci dapat meminimalisir tersebarnya hoaks di kalangan masyarakat.
Karena rendahnya tingkat rasa ingin tahu terhadap sebuah haladalah salah satu
penyebab mudah tersebarnya hoaks, sehingga sebagian besar masyarakat hanya
menerima informasi dari mulut ke mulut dan setelahnya tidak berusaha mencari
kebenarannya namun kembali menyebarkannya ke lain orang. Data yang
disampaikan oleh Rudiantara, Menkominfo RI, menunjukkan bahwa
penyebaranhoaks dan ujaran kebencian diindikasikan berasal dari 800 ribu situs di
Indonesia. 117 Dengan mencari informasi secara rinci sudah pasti kita membantu
untuk mengurangi hoaks di kalangan masyarakat.
117Juditha, C. 2019 Literasi Informasi Melawan Hoaks Bidang Kesehatan di Komunitas Online. Jurnal Ilmu
Komunikasi Vol. 16 No. 1 pp 77.
85
cara kritik dapat dilakukan, di negara demokrasi, sah – sah saja untuk
melayangkan kritik atau protes dengan cara demonstrasi, selama demonstrasi
dilakukan sesuai prosedur. Berbagai aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa
memiliki dampak yang besar. Dilihat dari sisi positif, hasil wawancara dengan
narasumber diperoleh informasi bahwa dampak positif dari demonstrasi adalah
timbulnya semangat dalam menyampaikan aspirasi serta memiliki rasa solidaritas
118
yang tinggi antar sesama demonstran. Namun perlu diingat, mungkin
demonstrasi adalah cara yang kurang tepat dilakukan di masa pandemi karena
dapat menimbulkan kerumunan. Sebagai gantinya, banyak masyarakat yang
melakukan demonstrasi dan protes melalui media sosial, dan ini dapat menjadi
solusi untuk menggantikan aksi demonstrasi secara langsung.
Kemudian, tahap yang terakhir adalah kawal. Tahap ini menjadi langkah
evaluasi dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat. Setelah tahap kritik dilalui dan
mendapatkan hasil revisi yang diinginkan sesuai dengan tuntutan, tahap ini
menjadi penting. Sudah menjadi tugas masyarakat untuk selalu mengawal
penerapan kebijakan yang dirancang oleh pemerintah. Bagaimana juga, undang –
undang harus selalu mengedepankan kepentingan rakyat. Jadi, seandainya di
waktu yang akan datang kebijakan yang dibuat kembali merugikan rakyat, berarti
tandanya kita harus kembali ke tahap pertama tadi, yaitu kupas. Sehingga akan
tercipta sebuah lingkaran pergerakan secara terus – menerus untuk solusi
permasalahan hukum di Indonesia. tercipta sebuah lingkaran pergerakan secara
terus – menerus untuk solusi permasalahan hukum di Indonesia.
118
Jiwandono, I.S. and Oktaviyanti, I. 2020 Analisis Aksi Demonstrasi Mahasiswa Menolak RUU KUHP dan RUU
KPK : Antara Sikap Kritis dan Narsis. Jurnal Asketik : Agama dan Perubahan Sosial Vol. 4 No. 1 pp 156 – 157.
86
Indonesia dapat berlaku adil sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila.
87
BAB III : OMNIBUS LAW CIPTA KERJA, KARPET MERAH OLIGARKI
88
KERTAS POSISI
89
Indonesia (DPR RI) untuk menerbitkan Undang-Undang Cipta
Lapangan Kerja yang menjadi Omnibus Law untuk merevisi puluhan
Undang-undang yang dianggap menghambat penciptaan lapangan
kerja dan yang menghambat pengembangan UMKM (Sumber dari
bahan presentasi yang dibuat oleh Kementrian Koordinator bidang
Perekonomian Republik Indonesia).
90
Omnibus Law menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat
sejak pertama kali dikemukakan oleh Presiden Joko Widodo dalam
pidato nya, sebab konsep tersebut lazim nya banyak digunakan oleh
negara-negara yang menganut system Common Law seperti Amerika
Serikat, Inggris, Korea Selatan, Australia, dan Jerman, dan dianggap
tidak cocok jika diterapkan di Indonesia yang menganut system Civil
Law, dikhawatirkan jika dipaksakan diterapkan di Indonesia, maka
akan membuat masalah baru di kemudian hari, selanjutnya prinsip
sentralisasi yang mencuat dari konsep Omnibus Law yang akan
diterapkan ini dianggap sebagai bentuk penghianatan terhadap agenda
Reformasi yang telah diperjuangkan, sebab pemerintah daerah akan
dibatasi hak nya dalam mengeksekusi kebijakan serupa di daerah
sebagai wilayah administrasi nya.
(Sumber : data diambil dari Bahan Presentasi Kementrian Koordinator Ekonomi Republik
Indonesia)
91
Dalam pidato nya, Presiden Joko Widodo menargetkan bahwa draft
Omnibuslaw Rancangan Undang-undang Cipta Lapangan Kerja harus
sudah selesai dan diserahkan pada DPR pada 100 hari kerja, yang
berarti jika dihitung sejak hari pelantikanya pada 20 oktober 2019 lalu,
maka 100 hari kerja akan jatuh pada tanggal 28 Januari 2020. Sejalan
dengan itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga
Hartato bersama dengan Menteri Hukum dan HAM Republik
92
Indonesia Yassona Laoly dalam keterangannya di kantor Kementrian
Koordinator Perekonomian yang dilansir diberbagai media pada
tanggal 9 Januari 2020 mengatakan bahwasanya penyusunan draft
RUU sudah mencapai 95% dan sedang memasuki tahap finalisasi
sehingga dalam beberapa hari ke depan draft RUU sudah bisa
diserahkan pada DPR untuk dibahas kemudian dapat diundangkan
menjadi Undang-undang yang sah. Menanggapi hal itu, muncul reaksi
dari masyarakat sipil terutama dari serikat buruh serta aktivis-aktivis
pegiat lingkungan, dalam beberapa hari ke belakang banyak sekali
dijumpai aksi demonstrasi yang dilakukan secara serentak di beberapa
wilayah di Indonesia dan gelombang massa aksi tersebut masih akan
terus bertambah dalam beberapa hari ke depan sebagai bentuk
pengawalan dan bentuk kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah,
beberapa hal yang menjadi perhatian utama adalah secara formiil tidak
adanya pelibatan publik secara transparan khusus nya pelibatan buruh
dan pegiat lingkungan dalam pembahasan nya (lihat Keputusan Menko
Perekonomian No 378/2019 tentang pembentukan Satgas), serta
penyusunan yang terkesan tergesa-gesa, kemudian secara materiil ada
beberapa hal yang menjadi kekhawatiran besar bagi masyarakat yakni
mengenai penghapusan sistem upah minimum, pemberian pesangon
maksimal hanya 6 (enam) bulan upah, penerapan sistem outsorscing
dan kontrak, memudahkan masuk nya tenaga kerja asing,
menghilangkan sanksi pidana dan diganti menjadi sanski administrasi
maupun perdata bagi pengusaha maupun perusahaan yang berlaku
semena-mena terhadap karyawan, serta dampak lingkungan berupa
ancaman krisis ekologis sebagai dampak dari proses percepatan
penerbitan perizinan usaha yang akan mengatur ulang mengenai
mekanisme penilaian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) yang tentu akan berpotensi kuat melahirkan konflik dan
masalah baru.
93
OMNIBUS LAW
94
B. Penerapan Omnibus Law Di Negara Lain
95
c. Australia : Jika dilihat secara historis, tidak dapat ditelusuri secara pasti
sejak kapan omnibus bill pertama muncul di Australia. Akan tetapi, jika
melihat penerapan yang ada hingga saat ini, Australia masih menerapkan
praktik penyusunan peraturan perundang- undangan melalui konsep
omnibus law. Contoh produk legislasi omnibus law adalah Civil Law and
Justice (Omnibus Amendments) Act 2015. Undang-Undang ini
membuat perubahan kecil terhadap undang-undang keadilan sipil dalam
beberapa undang-undang yang telah ada. UndangUndang omnibus ini
mengubah peraturan di dalam 16 undang-undang yang memiliki muatan
yang berbeda.
96
C. Omnibus Law Dalam Kerangka Hukum Tata Negara
97
UU Payung karena mengatur secara menyeluruh, meliputi banyak
substansi/muatan dan kemudian mempunyai kekuatan terhadap aturan yang
lain, akan tetapi Indonesia justru tidak menganut UU Payung karena posisi
seluruh UU adalah sama dibawah TAP MPR dan UU Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 sebagai yang tertinggi dalam Hierarki aturan Perundang-
undangan. Sehingga persoalan secara teori peraturan perundang-undangan
mengenai kedudukannya harus diberikan legitimasi dalam UU No 15 Tahun
2019 tentang Perubahan Atas UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan. Menurut pakar Hukum Tata Negara
Universitas Udayana Jimmy Z Usfunan omnibus law dapat diterapkan jika
posisi nya sama atau sejajar dengan UU lain, akan tetapi jika berfungsi sebagai
UU Payung sama seperti yang sering dicetuskan oleh beberapa pejabat negara
maka perlu diperhatikan apakah bersifat umum atau detail seperti UU biasa. Jika
bersifat umum, maka tidak semua ketentuan yang dicabut melainkan hanya yang
bertentangan saja. Tetapi jika ketentuannya umum, akan menjadi soal jika
dibenturkan dengan asas lex spesialis derogat legi generalis (aturan yang
khusus mengesampingkan aturan yang umum. Oleh sebab itu, harus diatur
dalam hierarki perundang-undangan perihal kedudukannya.
98
diterima dalam system hukum Indonesia, tetapi tidak sejalan dengan semangat
reformasi yang telah diperjuangkan dengan berdarah-darah puluhan tahun
lalu, dengan ada nya omnibus law berpotensi besar memunculkan persoalan
dalam penghormatan terhadap otonomi daerah yang menekankan pada
kehendak daerah mengatur daerahnya, karena dengan adanya omnibus law,
maka secara otomatis peraturan tingkat daerah juga harus mematuhi aturan
baru dari konsep omnibus law. Keinginan kuat dari Pemerintah pusat terhadap
peningkatan Investasi, tidak selama nya bisa diakomodir daerah, sebab ada
investasi tertentu yang tidak bisa diterima oleh daerah karena dianggap dapat
memudarkan nilai kultural masyarakat setempat, oleh sebab itulah dikenal
dengan istilah desentralisasi sehingga daerah memiliki otonomi nya sendiri
untuk menentukan dan mengelola segala hal yang berkaitan dengan investasi.
Dengan prinsip sentralisasi yang akan menjadi muara apabila omnibus law ini
diundangkan menjadi UU yang sah, maka jelas ini adalah bentuk
penghianatan terhadap agenda Reformasi yang telah diperjuangkan. Dengan
beberapa pertimbangan tersebut dapat dilihat apakah penyusunan Omnibus
Law bertujuan untuk sepenuhnya demi kepentingan masyarakat, atau hanya
untuk mengakomodir segelintir orang saja yang beraliansi dengan Oligarki,
jika omnibus law dibuat untuk melindungi kepentingan penguasa dan
mengesampingkan hak-hak pekerja serta masyarakat sipil secara umum, lebih
baik Omnibus Law tidak perlu untuk dibuat. Sehingga dapat disimpulkan
bahwasanya untuk saat ini, penerapan Omnibus Law bukanlah solusi untuk
menunjang tujuan yang diimpikan oleh Presiden Joko Widodo,
pengoptimalan terhadap aturan yang sudah ada jauh lebih urgent dilakukan
dibandingkan dengan membuat omnibus law dengan tergesa-gesa tanpa
kajian yang matang dan komprehensif.
99
yang juga mantan Hakim Konstitusi Republik Indonesia, Prof Maria Farida
Indrati menyampaikan keberatanya mengenai omnibus law yang sedang
dikerjakan secara cepat oleh Pemerintah dan DPR, Prof Maria berpandangan
bahwa penysunan 1 (satu) UU yang mengatur satu substansi saja diperlukan
banyak tahapan, terlebih lagi jika membuat 1 (satu) UU yang mengakomodir
lebih dari 70 UU seperti omnibus law ini jelas membutuhkan kajian yang lebih
mendalam atau komprehensif, dengan dimulai dari proses pemetaan,
penyisiran sejumlah UU, hingga mencabut pasal-pasal yang saling tumpang
tindih di berbagai peraturan. Omnibus law adalah konsep yang lazim
digunakan oleh negara-negara dengan system Common Law dan apabila
diterapkan pada Indonesia yang menganut Civil Law tentu nya dikhawatirkan
akan memiliki masalah baru terkait dengan kepastian hukum dan berpotensi
menyulitkan serta membingungkan banyak orang nanti nya, sebab jika UU
Omnibus Law dari berbagai macam aturan hanya diambil sepotong-sepotong
akan jadi seperi apa? Misalnya, mencabut pasal 1 dalam sebuah UU yang
mengatur definisi bisa berdampak juga pada tidak sinkron nya dengan pasal-
pasal lain. Bagi nya, membuat sebuah UU yang mengatur hajat hidup orang
banyak tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, Prof Maria
mencontohkan proses penyusunan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana yang memakan waktu hingga puluhan tahun dalam proses pengkajian
nya demi tercipta sebuah aturan yang menjadi cerminan jati diri bangsa.
Direktur Monitoring, Advokasi, dan Jaringan Pusat Studi Hukum dan
Kebijakan (PSHK) Ronald Rofiandri dalam keterangan nya saat mengikuti
Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) yang diselenggarakan di Badan
Legislasi (Baleg) DPR RI menilai ada empat prasyarat yang perlu dipenuhi
sebelum omnibus law dibahas. Pertama, pemerintah serta DPR perlu
menjamin bahwa sasaran dari omnibus law adalah perubahan, pencabutan,
atau pemberlakuan dari fakta yang terkait tetapi terpisah dalam berbagai
peraturan perundang-undangan.
100
Kedua, pemerintah bersama DPR perlu melakukan pemetaan regulasi yang
terkait baik secara horizontal maupun vertikal dan landasan dari setiap UU yang
direvisi melalui omnibus law serta perlu diuji kembali landasan sosiologis serta
filosofisnya. Ketiga, omnibus law yang nantinya dibahas tidak boleh
diposisikan menjadi UU payung karena system hukum dan legislasi Indonesia
tidak mengenal UU semacam itu. Dan Keempat, apabila omnibus law bersifat
umum maka regulasi tersebut perlu mencabut ketentuan-ketentuan yang saling
bertentangan. Meski demikian, hal ini berpotensi menimbulkan masalah
apabila omnibus law yang bersifat umum berhadapan dengan aturan yang
bersifat khusus yang mengesampingkan aturan umum.
Direktur Pusat Studi Konstitusi (Pusako) Universitas Andalas Feri
Amsari menyatakan bahwasanya pemerintah serta DPR untuk tidak
memaksakan keberadaan omnibus law karena sangat sulit untuk menyatukan
banyak objek hukum dalam satu UU.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menyoroti
keberpihakan pemerintah kepada pengusaha dalam Rancangan Undang-
undang Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja, RUU yang diusung
pemerintahan Presiden Joko Widodo ini dinilai akan memperparah
ketimpangan penegakan hukum di Indonesia. Ketua Bidang Advokasi YLBHI
Muhammad Isnur mengatakan Omnibus Law memberikan keringanan kepada
pengusaha dengan mengurangi syarat lingkungan hidup, mempermudah
perpanjangan izin usaha, dan penghapusan pidana bagi korporasi pelanggar
hak, selain itu aturan tersebut memperparah ketimpangan penegakan hukum,
khususnya terkait konflik lahan antara masyarakat dengan korporasi. Selain
berimplikasi pada penegakan hukum yang sangat lemah bagi perusahaan
pelanggar hak dan perusak lingkungan, hal ini juga menunjukkan bagaimana
penegakan hukum di Indonesia sungguh timpang.
101
Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Merah Johansyah
dalam keterangan nya yang dimuat oleh CNN saat diskusi di Kantor LBH
Jakarta pada 19 Januari 2020 menyampaikan bahwa Rancangan Undang-
undang (RUU) Omnibus Law yang tengah digodok pemerintah akan
menimbulkan daya rusak terhadap lingkungan hidup dan memaksa masyarakat
mengungsi. rancangan Omnibus Law akan resmi melakukan pengusiran,
peracunan dan akan membentuk pengungsian sosial ekologi kolosal di
Indonesia karena akan adanya bencana lingkungan hidup di Indonesia.
102
OMNIBUS LAW CIPTA LAPANGAN KERJA
103
yang cuti hamil, cuti melahirkan, sakit dsb juga
mendapat pengurangan upah bahkan berpotensi untuk
digantikan dengan tenaga kerja lain.
d. Tenaga kerja asing yang lebih dominan dibandingkan
tenaga kerja dalam negeri di beberapa perusahaan.
e. Pesangon yang diterima nominal nya sangat kecil jika
buruh tidak lagi bekerja di perusahaan karena
mengajukan resign ataupun karena pemutusan
hubungan kerja yang dilakukan oleh perusahaan
f. Selain itu buruh juga mengeluhkan minim nya perhatian
pemerintah daerah melalui Dinas Ketenagakerjaan yang
tidak komitmen terhadap pelanggaran hokum dan
pelanggaran hak yang dilakukan oleh perusahaan yang
sewenang-wenang dalam mempekerjakan buruh.
F. Politik Hukum Perburuhan
104
market atau dalam bahasa awam dikenal dengan hubungan perburuhan
yang bersifat fleksibel, Letter Of Intent merupakan Salah satu dokumen
yang harus ditandatangani Indonesia yang merupakan perjanjian untuk
mendapatkan pinjaman dari IMF. “Following the major reform of the
rights of association and union activity in 2000, modernization of
complementary labor legislation relating to industrial relations has
become a priority. A bill relating to labor protection has now been
passed, and we are working closely with Parliament to ensure that the
other bill in this area, on industrial dispute resolution, is enacted
during the first half of 2003. We are working with labor and business
to ensure that the laws strike an appropriate balance between
protecting the rights of workers, including freedom of association, and
preserving a flexible labor market” (Letter of Intent Indonesia,18
Maret 2003 dapat dilihat di
http://www.imf.org/External/NP/LOI/2003/idn/01/index.htm).
105
G. Omnibus Law Cipta Kerja Bukan Solusi
Omnibus Law Cipta Kerja sebagai salah satu dari 4 (empat) Omnibus Law
yang masuk dalam daftar Program Legislasi Nasional tahun 2020 dianggap oleh
banyak pihak sebagai produk Legislasi yang cacat serta tidak layak untuk
diterapkan dalam sistem hukum Indonesia saat ini, RUU yang rencana nya terdiri
dari 11 kluster ini dianggap akan menjadi sumber masalah di kemudian hari apabila
telah sah diundangkan.
Buruh sebagai salah satu elemen yang terkena dampak dan dirugikan
secara langsung bereaksi keras terhadap penyusunan RUU Cipta Kerja yang
akan membuat Celaka para buruh, Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat
(GEBRAK) melakukan aksi demonstrasi pada tanggal 13 Januari 2020 di
depan Kantor DPR Republik Indonesia, dalam aksi tersebut, terdapat
beberapa tuntutan yang disuarakan, yakni :
1) Menolak semua upaya pembuatan omnibus law yang tidak
demokratis, mengutamakan kepentingan bisnis dan hanya
menyengsarakan rakyat Indonesia
2) Menolak semua usaha bagi perluasan praktek pasar tenaga kerja yang
fleksibel (Labour Market Flexibility) di Indonesia
3) Menolak RUU cipta lapangan kerja yang di dalamnya mengandung
pasal- pasal yang ditujukan bagi perampasan hak atas kerja, upah
layak, hak demokratis serikat buruh dan hak-hak dasar buruh lainnya.
4) Mendesak Presiden Joko Widodo untuk menghentikan semua upaya
106
mengorbankan rakyat demi mengejar pertumbuhan ekonomi dan
107
investasi. Gerakan buruh bersama rakyat juga menolak segala
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah yang membuat rakyat
semakin sengsara dan miskin seperti kenaikan iuran BPJS, kenaikan
tarif dasar listrik, dan lain sebagainya.
Disamping itu ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan,
mengapa Omnibus Law Cipta Kerja bukanlah suatu solusi atas
permasalahan perampasan ruang hidup serta penghisapan yang terjadi
sekarang ini, bahkan berpotensi akan menjadi sumber masalah baru
apabila aturan tersebut telah sah menjadi hokum positif yang akan
diterapkan di Indonesia, adapun alasanya yaitu sebagai berikut:
Pertama, RUU Cipta Kerja yang merupakan salah satu produk
dari konsep Omnibus Law banyak mengenalkan hal yang kurang lazim
jika dibandingkan dengan hokum positif yang diterapkan di negara kita
saat ini dan belum pasti bisa diterapkan di Indonesia tentunya. Dengan
dalih sebagai inovasi di bidang pembaharuan hukum tetapi justru jika
dipikirkan, konsep tersebut sebenarnya belum cocok diterapkan di
Negara ini, padahal jika melihat pada teori sitem hukum Lawrence Meir
Friedman disebutkan bahwa berhasil atau tidaknya penegakan hukum
bergantung pada Legal Substance (Substansi Hukum), Legal Structure
(Struktur Hukum/Pranata Hukum) serta Legal Culture (Budaya
Hukum). Adanya kesesuaian antara subtansi hukum dan budaya hukum
adalah suatu keharusan, sederhannya apakah suatu subtansi hukum
yang hendak dikeluarkan sudah sesuai atau tidak jika diterapkan dalam
budaya hukum (legal culture) di tempat berlakunya aturan tersebut.
Jika tidak, maka harus dipertanyakan apakah subtansi hukum ini
memang mengakomodir kebutuhan masyarakat banyak atau hanya
diperuntukan bagi segilintir orang saja. Dalam omnibus law RUU Cipta
Kerja ini banyak sekali muatan substansi dalam materi yang
dikeluarkan dari Kementrian Menko Perekonomian yang tidak layak
diterapkan bagi pekerja di negara ini, sebagai contoh mengenai skema
upah per jam. Meski sudah lumrah diterapkan dalam dunia kerja di
negara- negara maju seperti Luksemburg, Australia, Perancis, Selandia
108
Baru, Jerman, Belanda, Belgia, Inggris, Irlandia, dan Kanada, hal
tersebut jelas mendapat penolakan dari para buruh. Pernyataan
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja
109
Indonesia (KSPI) Said Iqbal yang dikutip dari Tempo
menganggap pemerintah tidak menyampaikan sejelas-sejelasnya
definisi upah per jam yang akan diatur melalui Rancangan
Undang-undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja. penerapan
upah per jam ini bisa berpotensi menghapus upah minimum atau
jaringan pengaman agar buruh tidak miskin, sebagaimana yang
terkandung dalam Konvensi Organisasi Buruh Internasional
(International Labour Organization/ILO) dan UU No. 13 tahun
2003, itu baru satu contoh saja, padahal masih banyak
permasalahan serupa yang belum menemui titik terang akan solusi
permasalahan nya.
Kedua, Berdasarkan pernyataan Menteri Koordinator
Bidang Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia yang
dikutip dari Tempo pada 22 Januari 2020, dikatakan bahwa draft
RUU Omnibus Law telah disebar ke masyarakat, sedangkan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
Airlangga Hartato menyampaikan pernyataan yang sangat
bertolak belakang dengan yang disampaikan oleh
Menkopolhukam, ditegaskan bahwa draft rancangan undang-
undang omnibus law perpajakan maupun cipta lapangan kerja
belum disebar ke publik. Sehingga bila ada draft yang beredar
dipastikan adalah hoaks, jelas disini terjadi Inkonsistensi dari
pemerintah terkait beredarnya draft RUU Cipta Lapangan Kerja
yang juga menambah pandangan negatif masyarakat tentang
transparansi dan muatan materi dalam RUU Cipta Lapangan
Kerja. Padahal berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 12
Tahun 2011 j.o Undang-undang No 15 tahun 2019 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, materi yang akan
diundangkan wajib disebarluaskan ke masyarakat untuk
memperoleh masukan dan dapat dipantau secara langsung oleh
publik. Bahkan pemerintah sendiri membenarkan larangan untuk
menyebarkan pembahasan Omnibus Law dengan dalih tidak
110
ingin terjadi kegaduhan. Hal ini secara tidak langsung
membuktikan bahwa pemerintah menutup diri dari masukan
publik terhadap muatan materi atau substansi dari RUU Omnibus
Law ini.
Ketiga, Komposisi satuan tugas (satgas) Omnibus Law
juga sangat bermasalah, Satgas omnibus law sendiri dibentuk
oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartanto berdasarkan
Keputusan Menko Perekonomian Nomor 378 tahun 2019
tentang Pembentukan Satuan Tugas, Satgas ini bertujuan untuk
menginventarisasi dan memberi masukan terkait RUU
Omnibus Law dan diketuai oleh Ketua umum Kamar Dagang
Indonesia (KADIN) serta Menko Perekonomian sebagai
pengarah. Komposisi dari satuan tugas ini sendiri melibatkan
beberapa pihak seperti akademisi dan beberapa pihak yang
dianggap perlu. Namun pada realitanya satuan tugas ini
didominasi oleh kelompok pengusaha. Dari 127 nama yang
masuk menjadi bagian Satgas bersama ini, ada 16 pengurus
Kadin nasional maupun daerah yang jadi anggota Satgas.
Beberapa di antaranya adalah Erwin Aksa, Hendro
Gondokusumo, Anton J Supit, Bobby Gafur Umar, James T
Riady, Raden Pardede, hingga Shinta Kamdani. Selain
perwakilan Kadin, sekitar 22 orang anggota satgas tercatat
sebagai ketua asosiasi bisnis. Di antaranya:
1. Ade Sudrajat saat ini sebagai ketua Asosiasi Pertekstilan
Indonesia
2. Sanny Iskandar saat ini sebagai ketua Himpunan Kawasan
Industri
3. Eddy Widjanarko saat ini sebagai ketua Asosiasi Persepatuan
Indonesia
4. Hariyadi Sukamdani saat ini sebagai ketua Asosiasi
Perhimpunan Hotel Indonesia
5. Aryan Warga Dalam saat ini sebagai ketua Asosiasi Pulp
111
dan Kertas Indonesia
6. Yukki Nugrahawan Hanafi saat ini sebagai ketua Asosiasi
Logistik dan Forwarder Indonesia
7. Joko Supriyono saat ini sebagai ketua Gabungan Pengusaha
Kelapa Sawit Indonesia
8. Adhi Lukman saat ini sebagai ketua Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia
9. Benny Soetrisno saat ini sebagai ketua Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia.
112
10. Roy Nicholas Mande saat ini sebagai ketua Asosiasi
Pengusaha Ritel Indonesia
11. Moenardji Soedargo saat ini sebagai ketua Gabungan
Perusahaan Karet Indonesia
12. Pandu Patra Sjahrir saat ini sebagai ketua Asosiasi
Pertambangan Batubara Indonesia
13. Indroyono Soesil saat ini sebagai ketua Asosiasi
Pengusaha Hutan Indonesia
14. Tirto Kusnadi saat ini sebagai ketua Gabungan
Perusahaan Farmasi Indonesia
15. Surracti Sasmita saat ini sebagai ketua Asosiasi
Pengusaha Indonesia
16. Kamaluddin Hasyim saat ini sebagai ketua Gabungan
Usaha Penunjang Energi dan Migas
17. Iskandar Z Hartawi Gabungan Pelaksana Konstruksi
Nasional Indonesia
18. Joseph Pangalila saat ini sebagai ketua Gabungan
Perusahaan Nasional Rancang bangun Indonesia
Jika melihat komposisi Satgas yang dibentuk berdasarkan
Keputusan Menko Perekonomian Nomor 378 tahun 2019 dimana
didominasi oleh pengusaha dari berbagai sector jelas memperlihatkan
kearah mana RUU Omnibus Law ini akan dibawa, Pemerintah jelas
berorientasi pada nilai ekonomis dan keuntungan bisnis dibandingkan
memperhatikan kesejahteraan dari para pekerja/buruh itu sendiri,
padahal merekalah yang akan menjadi objek serta yang akan merasakan
dampak nya secara langsung. Tidak dilibatkan nya buruh serta pegiat
lingkungan jelas merupakan sebuah kemunduran dalam demokrasi,
sebab kepentinggan dan hak nya tidak mungkin akan terakomodir,
sehingga di masa yang akan datang akan sangat dimungkinkan terjadi
ketimpangan social yang akan semakin meningkat jumlahnya.
113
Yang terakhir, Omnibus law Cipta Kerja ini bisa menambah
beban regulasi jika gagal diterapkan. Dengan sifatnya yang mencakup
lebih dari satu aspek yang digabung menjadi satu undang-undang,
pembahasan undang- undang omnibus law dikhawatirkan tidak akan
komprehensif. Pembahasan akan berfokus pada undang-undang
omnibus law dan melupakan undang-undang yang akan dicabut, yang
akan menghadirkan beban regulasi lebih kompleks. Misalnya,
bagaimana dampak turunan dari undang-undang yang dicabut, dampak
terhadap aturan pelaksanaannya, dan implikasi praktis di lapangan.
Belum lagi jika undang-undang omnibus law ini gagal diterapkan dan
membuat persoalan regulasi semakin runyam. Dalih lex posterior
derogat legi priori (hukum baru mengesampingkan hukum lama) saja
tidak cukup karena menata regulasi tidak bisa dengan pendekatan satu
asas.
Dari beberapa alasan diatas, jelaslah bahwa Omnibus Law Cipta
Kerja bukanlah solusi untuk mengatasi permasalahan akan penyerapan
tenaga kerja di Indonesia, akan tetapi jika dilihat dari awal proses
pembuatanya yang cacat serta tujuan nya yang hanya berorientasi pada
profit dan peningkatan nilai investasi tentu saja sangat bertolak
belakang dengan tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum
dalam Alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Negara memiliki kewajiban dan
tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi sebagai instrument yang
dapat menunjang kesejahteraan warga negara nya tanpa diskriminasi
dan atas dasar persamaan untuk mendapat hidup yang layak serta
memperoleh kebahagiaan dari berbagai aspek.
114
H. Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja, Karpet Merah Oligarki
115
ketidakpastian nya serta potensi kesewenang-wenangan nya,
beberapa hal yang berpotensi kuat memperbudak atau
mencelakakan para pekerja antara lain :
I. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan marak terjadi akibat
dari turun nya jumlah pesangon yang nanti nya akan
didapatkan. PHK massal akan mengancam semua pekerja
karena biaya untuk memecat (pesangon) dinilai murah
ketimbang harus terus menerus menggaji buruh, disini tidak
ada kepastian dalam kerja. Jika membandingan antara
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dengan muatan yang terkandung dalam
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja sangat berbeda, walaupun
UU Ketenagakerjaan yang saat ini dipakai dianggap jauh dari
kata baik untuk buruh, akan tetapi substansi dalam Omnibus
Law Cipta Lapangan Kerja ini akan jauh lebih buruk. dalam
pasal 153 UU 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang
berlaku saat ini mengatur bahwa perusahaan dilarang
melakukan pemutusan hubungan kerja apabila:
• Pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut
keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12
bulan secara terus-menerus
• Pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya,
karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
• Pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya
• Pekerja menikah
• Pekerja perempuan hamil, melahirkan, gugur
kandungan, atau menyusui bayinya
• Pekerja mempunyai pertalian darah dan atau ikatan
116
perkawinan dengan pekerja lainnya di dalam satu
perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama
• Pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau
pengurus serikat pekerja, pekerja melakukan kegiatan
serikat pekerja di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja
atas kesepakatan perusahaan, atau berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama
117
• Pekerja yang mengadukan perusahaan kepada yang
berwajib mengenai perbuatan perusahaan yang
melakukan tindak pidana kejahatan
• Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku,
warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau
status perkawinan
• Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat
kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja
yang menurut surat keterangan dokter yang jangka
waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan
118
buruh), PT PDK (PHK 1.300 buruh), Awak Mobil tangka
Pertamina (PHK 1.950 buruh) serta sektor perbankan yakni
Bank Danamon yang mem-PHK 2.322 pegawainya tahun 2017
silam. Padahal Disebutkan dalam Pasal 5 UU No. 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu “Setiap tenaga kerja
memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk
memperoleh pekerjaan.” dan Pasal 6 UU No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yaitu “Setiap pekerja/buruh berhak
memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari
pengusaha.”
119
• untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima
persen) dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja
dilakukan oleh pengusaha.
Dalam RUU Cipta Kerja tidak diatur mengenai upah
buruh yang tetap dibayarkan meski buruh tidak bekerja sesuai
dengan ketentuan- ketentuan. Sehingga jika ada buruh yang
tidak bisa bekerja dengan alasan- alasan yang diatur seperti
dalam UU No 13 Tahun 2003, maka buruh berpotensi untuk
tidak akan mendapat upah. Hal ini tentu merugikan buruh
apalagi jika buruh tersebut tidak memiliki pos-pos penghasilan
lain atau hanya mengandalkan pekerjaannya sebagai buruh
sebagai buruh. Beberapa kekhawatiran seperti pekerja yang
istirahat makan atau menjalankan ibadah akan dianggap sedang
tidak bekerja sehingga akan mengurangi upah yang didapatkan
nya, kemudian potensi diskriminasi terhadap perempuan juga
sangat besar kemungkinan nya untuk terjadi, karena pekerja
perempuan yang mengajukan cuti hamil, cuti melahirkan, cuti
keguguran, akan dianggap tidak bekerja dan imbas nya tidak
akan mendapat upah sepeserpun.
120
investor tersebut, hal ini tentu saja menjadi momok yang
menakutkan, khusus nya bagi masyarakat Indonesia sendiri,
dikarenakan ada potensi besar Tenaga Kerja Asing tersebut
dapat masuk ke Indonesia tanpa sebuah kualifikasi atau
persyaratan tertentu, yang menyebabkan posisi Tenaga Kerja
asli Indonesia terancam keberadaan nya, berdasarkan data
yang dihimpun dari Kementrian Ketenagakerjaan Republik
Indonesia (2019) disebutkan bahwasanya hingga akhir tahun
2018 terdapat sekitar 95.335 pekerja Tenaga Kerja Asing yang
bekerja di Indonesia yang jika diperinci dari TKA berjumlah
95.335 orang itu terdapat tenaga asing profesional yang
menyumbang sebesar 30.626 orang, manajer sebanyak
21.237 orang, dan adviser/konsultan/direksi sebanyak 30.708
orang serta sebagian besar didominasi dari Negara Republik
Rakyat Tiongkok sebesar
32.000 orang. Jika Omnibus Law ini disahkan, maka tidak
menutup kemungkinan posisi masyarakat Indonesia akan
tergusur dengan kehadiran Tenaga Kerja Asing tersebut.
121
122
II. Kepastian Kerja Yang Sulit dan Jaminan Hak Pekerja dihilangkan
: Para pekerja dalam system kontrak maupun pekerja
outsourcing(pekerja alih daya) akan berada pada posisi yang
sulit karena ketidakpastian kerja yang didapat dikarenakan
Fleksibilitas system kerja yang diterapkan, hal ini berdampak
juga pada pemberian jaminan hak bagi para pekerja serta minim
nya pesangon yang didapatkan jika kontrak kerja nya habis atau
jika dilakukan pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan,
jaminan serta fasilitas kesejahteraan bagi para buruh sendiri
sebenarnya sudah diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, yakni dalam Pasal 100 yaitu:
(1) Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja/buruh
dan
keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas
kesejahteraan.
(2) Penyediaan fasilitas kesejahteraan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan
pekerja/buruhdan ukurankemampuan perusahaan.
(3) Ketentuan mengenai jenis dan kriteria fasilitas
kesejahteraan sesuai dengan kebutuhan pekerja/
buruh dan
ukuran kemampuan perusahaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)dan ayat (2), diatur dengan Peraturan Pemerintah
Muatan yang terkandung dalam Omnibus Law Cipta Lapangan
Kerja ini memiliki potensi besar untuk meminimalkan atau
bahkan menghilangkan kewajiban pengusaha akan hak berupa
jaminan kerja bagi buruh, apabila hal ini benar-benar terjadi
maka jelaslah Negara tidak memperhatikan kesejahteraan para
buruh dan mewujudkan kemakmuran bagi warga negara nya.
123
III. Sanksi Pidana bagi pengusaha pelanggar hak pekerja akan
dihapuskan: Jika dibandingkan, dalam Undang-Undang
Ketenagakerjaan (UU No. 13 tahun 2003) mencantumkan sanksi
bagi korporasi apabila melanggar ketentuan yang terdapat dalam
Undang-undang tersebut, sanksi nya dibagi menjadi Sanksi
Pidana (tercantum dalam pasal 183 sampai 189), serta sanksi
Administratif (tercantum dalam pasal 190). Adapun sanksi
pidana dapat berupa pidana penjara (maksimal 5 tahun),
kurungan, dan/atau denda (maksimal 500 juta rupiah) serta tidak
menghilangkan kewajiban pengusaha untuk tetap membayarkan
hak pekerja dan atau ganti rugi kepada karyawan yang
bersangkutan. Dalam muatan substansi Omnibus Law Cipta
Kerja ini sanksi pidana pelanggaran hak ketenagakerjaan akan
dihilangkan dan difokuskan pada pemberian sanksi
administrative, sehingga pelanggaran hak ketenagakerjaan akan
semakin massive, pengusaha dimungkinkan bisa menghindari
pemenuhan hak pekerja seperti BPJS (ketenagakerjaan dan
kesehatan), melakukan pemecatan terhadap pekerja yang
mendirikan serikat atau ikut dalam serikat buruh yang telah
ada/terbentuk, membayar upah yang minim serta melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak tanpa takut denga
nada nya saksi berupa pemidanaan.
124
I. Pertegas Bencana Ekologis
125
tegas serta komitmen untuk menegakan nya, serta Penegakan hukum
yang harus dikedepankan.
Dari pengertian yang dijelaskan diatas, dapat disimpulkan
bahwasanya bencana ekologis dapat terjadi karena tindakan manusia
yang melakukan eksploitasi alam secara berlebihan tanpa diimbangi
dengan pemulihanya kembali, beberapa contoh aktivitas manusia yang
memungkinkan terjadinya bencana ekologis yaitu adalah penebangan
pohon dan penggundulan hutan, pembangunan pabrik di tempat yang
sebenarnya tidak direkomendasikan untuk berdiri (contoh:
pembangunan pabrik semen di Kawasan Cekungan Air Tanah),
penambangan pada tanah tanpa memperhatikan kondisi sekitar serta
beberapa hal lain. Diakui memang, eksploitasi alam tersebut dapat
menambah pemasukan bagi daerah maupun negara dengan nilai
ekonomis yang dihasilkan, akan tetapi hal tersebut tidak sebanding
dengan kerusakan alam yang dihasilkan karena nya.
Omnibus Law Cipta Kerja yang ditujukan untuk menggaet
investor sebanyak-banyak nya memiliki kemungkinan yang sangat
tinggi terhadap makin parah nya kerusakan lingkungan yang
dihasilkan. RUU Cipta Kerja akan membuat penggusuran ruang hidup
masyarakat untuk kepentingan investasi semakin marak.
Mempertahankan ruang hidup akan semakin sulit bagi masyarakat.
Sejarah telah membuktikan bahwa nafsu menggenjot keuntungan
jangka pendek kerap berimplikasi pada ongkos lingkungan dan
kesehatan jangka panjang. Kebakaran hutan di Kalimantan dan
Sumatera, banjir Jakarta, lubang tambang yang menganga di seluruh
nusantara, kekeringan di Jawa Barat dan Nusa Tenggara - semua adalah
pembelajaran bagi kita untuk tidak lupa menghitung ongkos
lingkungan dalam pembangunan (Catatan TEMPO).
Pakar Hukum Lingkungan Dr. Wahyu Nugroho, SH., MH yang
juga berprofesi sebagai Dosen Hukum Lingkungan di Fakultas Hukum
Universitas Sahid Jakarta menyoroti penyusunan Omnibus Law Cipta
126
Kerja ini, terkhusus pada aspek lingkungan, bahwa Pemerintah
Indonesia seharusnya memiliki cara pandang yang holistik terhadap
kebijakan omnibus law yang bukan hanya mengedepankan investasi,
melainkan juga menyeimbangkan dengan instrumen lingkungan hidup
yang merupakan instrumen pokok sebagai fungsi pengendalian atas
terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup dalam rangka
menegakkan hukum lingkungan yang bermakna preventif, dan
disinilah negara berperan fungsi regulerend dan controlling. Dalam
catatan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) yang diterbitkan pada
2018 (www.mongabay.co.id) disebutkan bahwasanya Indonesia dalam
kondisi darurat ekologis, hal ini disebabkan dari situasi atau keadaan
genting akibat kerusakan lingkungan hidup. Ini bersumber dari aktivitas
monopoli penguasaan sumber daya alam tidak ramah lingkungan yang
berdampak pada hilangnya akses masyarakat terhadap sumber
penghidupan.dalam catatan WALHI dinyatakan bahwa sekitar
159.178.237 hektar lahan telah dikapling perizinan yang setara dengan
30,65% wilayah Indonesia (darat dan laut). Sebagai gambaran, luas
daratan Indonesia sekitar 191.944.000 hektar dan luas laut mencapai
327. 381.000 hektar. Sebaran izin tersebut, 59,77% ada di darat dan
13,57% di laut. Penggunaan ruang bisa lebih besar, apabila data
perizinan daerah dapat teregistrasi atau dikonsolidasikan dengan baik
di tingkat kementerian atau lembaga. Walhi juga mencatat, ada 302
konflik lingkungan hidup dan Agraria terjadi sepanjang 2017, serta 163
orang dikriminalisasi. Data ini bersumber dari 13 provinsi, yaitu Aceh,
Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,
dan Papua. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), terdapat 2.175 kejadian bencana di Indonesia. Dari
data itu, 99,08% merupakan bencana ekologis. Jika dilihat dari segi
penerapan hukum, dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan
oleh WALHI dinyatakan bahwa penindakan kepada korporasi belum
maksimal, Putusan badan peradilan masih dominan menguntungkan
127
korporasi.
Beberapa kekhawatiran yang mungkin terjadi apabila Omnibus
Law Cipta Kerja ini berlaku, diantara nya yaitu berkaitan dengan
Penghilangan atau pemangkasan izin AMDAL, UKL-UPL, izin
lingkungan, IMB demi percepatan dan kemudahan dalam melakukan
investasi. Ketika dokumen- dokumen tersebut dihilangkan, maka yang
menjadi kekhawatiran adalah pengendalian terhadap pencemaran
maupun pengrusakan lingkungan tidak akan dapat terkontrol secara
baik lagi, selain itu upaya pencegahan bencana menjadi tidak efektif
lagi dikarenakan hilang nya persyaratan-persyaratan tersebut. Dan
yang tidak kalah penting yaitu hilang nya ruang partisipasi aktif public
untuk turut menentukan, memantau, memberi saran atau bahkan
melakukan penolakan berdasarkan kajian yang dilakukan.
128
TUNTUTAN
129
BAB IV : SENJAKALA DEMOKRASI DI KAMPUS KONSERVASI
130
LEGAL OPINION : MAHASISWA UNNES ADUKAN REKTOR KE KPK,
DEKAN FH UNNES TERBITKAN SURAT KEPUTUSAN
PENGEMBALIAN KEPADA ORANG TUA
Selain itu, 1 (satu) hari sebelum Frans Josua Napitu melakukan pelaporan,
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Hukum Unnes mengirimkan
pesan via Whatsaap kepada Frans Josua Napitu yang isinya adalah sebagai berikut
“Mas Frans tolong jangan berulah lagi, ok kalo kamu berulah lagi berarti kamu
juga menghancurkan saya. Aktivis mahasiswa FH yg berulah, krn bukan mhsw fak
lain, berarti tega “menghancurkan” saya.”. Kemudian pada 13 November 2020
ketika Frans Josua Napitu melaporkan dugaan korupsi oleh Rektor Unnes ke KPK
RI, Ayah Frans Josua Napitu mendapatkan kiriman tautan Zoom dari Fakultas
Hukum (Tata usaha) via Whatsapp dengan topik “Undangan Orang Tua”, pada
pukul 12.30 WIB. Namun yang bersangkutan tidak hadir atau menolak undangan
pertemuan virtual tersebut. Selain terdapat agenda di waktu yang bersamaan, ayah
saya juga menganggap bahwa undangannya mendadak, agenda tidak jelas, dan
dilakukan dengan sifat undangan yang tidak formal untuk pembahasan yang
131
dianggap formal. Selain itu ayah saya juga tidak memiliki aplikasi Zoom untuk
hadir di pertemuan virtual tersebut.
Bahwa pasal 27 Ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
menyatakan “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”, amanat Konstitusi tersebut memberikan ruang kepada
masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam upaya membela negara demi kemajuan
peradaban bangsa. Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam
membela negara adalah dengan mendukung setiap upaya pemberantasan korupsi
yang marak terjadi dan menjadi ancaman serius bagi bangsa ini. Kemudian
ditegaskan kembali dalam pasal 41 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang
Tindak Pidana Korupsi, dijelaskan bahwa “Masyarakat dapat berperan serta
membantu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi”.
Berdasarkan hal tersebut, Frans Josua Napitu mengambil sikap untuk melaporkan
dugaan tindak pidana korupsi yang didasarkan pada hasil observasi serta temuan
yang dilakukan. Hal ini semata-mata dilakukan demi mewujudkan Universitas
Negeri Semarang menjadi Perguruan Tinggi yang bebas dan bersih dari praktik
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Sehingga secara ideal, sudah semesti nya
Frans Josua Napitu mendapatkan penghargaan atas keberanian melaporkan dugaan
korupsi yang ditemui tersebut sesuai dengan ketentuan dalam pasal 13 Peraturan
Pemerintah No 43 tahun 2018 yang menyatakan ”Masyarakat yang berjasa
membantu upaya pencegahan, pemberantasan, atau pengungkapan tindak pidana
korupsi diberikan penghargaan”.
Akan tetapi bukan prestasi atau penghargaan yang didapatkan oleh nya,
melainkan skorsing selama 6 (enam) bulan menjadi akibat yang harus diterima.
Padahal Frans Josua Napitu sebagai mahasiswa merupakan bagian dari insan
akademik yang mempunyai hak untuk mengekspresikan pemikiran kritisnya yang
132
dijamin Konstitusi. Pelaporan dugaan korupsi Rektor Universitas Negeri Semarang
ke KPK merupakan bentuk pemikiran kritis yang saya lakukan melalui proses
hukum yang konstitusional. Dalam pasal 28 C ayat (2) Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 dijelaskan bahwa “Setiap orang berhak
untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa dan negaranya”.
133
Terlebih Dekan FH Unnes tidak berada di lokasi kejadian pada saat aksi solidaritas
berlangsung, sehingga tidak mengetahui situasi yang terjadi, termasuk tuntutan
yang disuarakan. Selain itu perlu dipertanyakan juga, apakah Dekan FH Unnes
mengikuti isu yang melatarbelakangi terjadinya aksi pada hari itu. Yang sebenarnya
aksi tersebut terjadi juga di banyak tempat.
134
Begitupula dengan Frans Josua Napitu yang ikut terlibat dalam aksi
solidaritas tersebut juga memiliki mimpi yang sama agar rasisme bisa menghilang
di dunia ini. Sebagai informasi, Frans Josua Napitu adalah seorang anggota
Gusdurian yang tentu membawa dan memegang teguh nilai-nilai yang diajarkan
oleh Gus Dur, terutama berkaitan dengan keberagaman dan Toleransi. Sehingga
kami menilai sudah menjadi kewajiban bagi dirinya untuk terus bergerak dan
melawan terhadap setiap penindasan yang dilakukan, termasuk terhadap orang yang
dianggap minoritas. Berkaitan dengan Papua, yang selama ini Frans Josua Napitu
perjuangkan adalah semata-mata demi alasan kemanusiaan, yakni penolakan
terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia, rasisme, diskriminasi, eksploitasi alam
secara serampangan dan kurang diperhatikan nya kesejahteraan rakyat Papua oleh
negara. Sehingga Perjuangan ini sama sekali tidak berkaitan dengan urusan
kemerdekaan rakyat Papua, melainkan menitikberatkan pada urusan kemanusiaan,
perlindungan Hak Asasi Manusia serta kepedulian terhadap lingkungan di Papua.
Apabila Dekan FH Unnes menuduh Frans Josua Napitu menjadi simpatisan dan
penggerak Organisasi Papua Merdeka, maka Dekan FH Unnes harus dan wajib
untuk memberikan fakta dan bukti yang kuat terhadap tuduhan nya tersebut. Perlu
diketahui bersama juga, bahwa di bulan Juli 2020 Frans Josua Napitu diundang
untuk mengikuti sidang etik berkaitan dengan isu yang sama, akan tetapi para
pemeriksa termasuk Dekan FH Unnes tidak bisa membuktikan apapun, serta sudah
Frans Josua Napitu jawab berdasarkan fakta yang sebenarnya.
135
Bahwa Frasa “Diduga” pada konsideran menimbang dalam Surat
Keputusan tersebut menjadi bias dan mengabaikan asas kepastian hukum serta
menciderai nilai keadilan itu sendiri. Selain itu asas Presumption of Innocence atau
asas praduga tidak bersalah melekat pada diri saya sebelum hasil putusan hakim
menyatakan saya terbukti bersalah demi hukum berdasarkan fakta dan bukti yang
dihadirkan. Ketika membaca Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang Nomor 7677/UN37.1.8/HK/2020 tersebut, terdapat sebuah
inkonsistensi hukum dan tidak ada nya asas kepastian hukum disini, sehingga dalam
penyusunan nya saya menganggap bahwasanya Surat Keputusan Dekan Fakultas
Hukum Universitas Negeri Semarang tersebut bukan hanya mengada-ngada,
melainkan juga cacat formiil.
Bahwa Pasal 31 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
menjelaskan bahwa “setiap warga negara berhak atas pendidikan”. Hak terhadap
akses pendidikan ini kemudian ditegaskan kembali berdasarkan pasal 12 Undang-
undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan “Setiap
orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya untuk
memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas
hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab,
berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia”.
Ketentuan dalam Undang-undang tersebut memberikan sebuah implikasi
bahwasanya setiap warga negara memiliki hak untuk mengakses pendidikan, dan
negara sebagai penyelenggara memiliki kewajiban untuk melindungi hak terhadap
akses pendidikan masyarakat demi peningkatan kualitas hidupnya. Apabila berkaca
pada penerbitan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang Nomor 7677/UN37.1.8/HK/2020 Tentang Pengembalian Pembinaan
Moral Karakter Frans Josua Napitu Ke Orang Tua, maka Dekan FH Unnes telah
melakukan pelanggaran HAM terhadap Frans Josua Napitu. Dekan FH Unnes
merupakan perpanjangan tangan negara dalam urusan penyelenggaraan pendidikan,
sehingga Dekan FH Unnes memiliki sebuah tanggung jawab untuk memastikan
pemenuhan terhadap hak atas pendidikan bagi setiap mahasiswa yang menimba
ilmu di Fakultas Hukum Unnes. Dengan memberikan skorsing kepada Frans Josua
Napitu, maka dekan secara jelas dan nyata telah mencabut hak atas pendidikan yang
136
melekat pada diri nya, serta menghalang-halangi Frans Josua Napitu untuk
meningkatkan kualitas hidup sesuai amanat Undang-undang karena terhambat nya
proses Frans Josua Napitu untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum
Unnes.
137
yang seimbang terhadap individu dengan individu, individu dengan
masyarakat, serta masyarakat dengan masyarakat lain. Surat
Keputusan Dekan Fakultas Hukum Unnes yang diterbitkan serta
ditujukan untuk Frans Josua Napitu dianggap merugikan banyak
pihak. Sebab selain merugikan Frans Josua Napitu sebagai seorang
individu yang dilanggar hak nya, juga merugikan pihak lain, seperti
mahasiswa/i lain yang secara langsung akan menjadi takut dan enggan
untuk menyampaikan kritik karena dibayang-bayangi oleh tindakan
represi oleh pimpinan kampus; selain itu juga akan merugikan civitas
akademika Unnes secara umum, terutama mengenai nama baik dan
reputasi lembaga yang tercemar dengan kasus yang menjerat Frans
Josua Napitu perihal pola represi pihak kampus dalam menangani
perkara, sebab secara tidak langsung masyarakat menyoroti kasus
yang sedang terjadi ini;
- Asas Kecermatan : Bahwa SK Dekan Fakultas Hukum Unnes
yang diterbitkan merupakan suatu Keputusan dan/atau Tindakan yang
ideal nya harus didasarkan pada informasi dan dokumen yang lengkap
untuk mendukung legalitas penetapan dan/atau pelaksanaan
Keputusan dan/atau Tindakan, sehingga Keputusan dan/atau
Tindakan yang bersangkutan dipersiapkan dengan cermat sebelum
Keputusan dan/atau Tindakan tersebut ditetapkan dan/atau diterbitkan;
- Asas Tidak Menyalahgunakan Kewenangan : Bahwa dalam proses
penerbitan SK, dari pemanggilan, pemeriksaan hingga terbit
mewajibkan setiap Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan untuk tidak
menggunakan kewenangannya demi kepentingan pribadi atau
kepentingan yang lain, trmasuk kepentingan politis yang tidak sesuai
dengan tujuan pemberian kewenangan tersebut. Universitas Negeri
Semarang sebagai lembaga akademik yang berisi para insan akademik
dan menjunjung tinggi nilai-nilai akademis, seharusnya menggunakan
cara yang akademis pula dalam menjawab setiap kritikan yang
ditujukan pada nya. Bukan menggunakan pendekatan represif yang
malah akan menumpulkan nalar kritis civitas akademika nya. Bagi
138
saya, pendekatan represif dalam dunia akademik yang dilakukan
merupakan bentuk penyalahgunakan wewenang yang dilakukan oleh
Dekan FH Unnes, karena menggunakan kewenangan nya untuk
membungkam suara kritis yang kerap saya sampaikan.
Berangkat dari hal diatas, maka Aliansi Mahasiswa Unnes menuntut dan
menyatakan sikap dengan tegas :
1. Mengecam sikap anti demokrasi dan tindakan represif yang dilakukan
oleh Rektor dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
karena penerbitan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang Nomor 7677/UN37.1.8/HK/2020 Tentang Pengembalian
Pembinaan Moral Karakter Frans Josua Napitu Ke Orang Tua;
2. Mendesak Rektor c.q Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang untuk segera mencabut Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang Nomor 7677/UN37.1.8/HK/2020 Tentang
Pengembalian Pembinaan Moral Karakter Frans Josua Napitu Ke Orang
Tua;
3. Mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menindaklanjuti
dan memproses laporan tertanggal 13 November 2020 tentang dugaan
korupsi Rektor Universitas Negeri Semarang;
139
4. Mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
untuk melakukan evaluasi dan memberikan sanksi secara tegas kepada
Rektor Universitas Negeri Semarang atas tindakan anti demokrasi dan
tindakan represif yang dilakukan. Mengingat kejadian yang dialami oleh
Frans Josua Napitu bukan kali pertama terjadi, melainkan telah menjadi
sebuah kebiasaan bagi Rektor Universitas Negeri Semarang dalam
menjawab setiap kritikan yang masuk;
5. Mengajak seluruh masyarakat (Sivitas Akademika, mahasiswa, buruh,
tani, dan rakyat miskin kota serta elemen lain nya) untuk mengawal dan
turut serta melakukan solidaritas terhadap kasus ini.
140
LEGAL OPINION : SURAT KEPUTUSAN REKTOR TERHADAP
SKORSING DOSEN UNNES CACAT HUKUM
1. Kasus Posisi
141
Konstitusi Negara kita seperti yang tertuang dalam pasal 28 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dan Undang-undang Nomor 12 tahun 2005
tentang Ratifikasi Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik (ICPPR).
142
displin yang akan dijatuhkan kepada PNS yang bersangkutan” hal ini dilakukan
bukan tanpa sebab, karena “Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui
apakah PNS yang bersangkutan benar atau tidak melakukan pelanggaran
disiplin, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong atau
menyebabkan PNS yang bersangkutan melakukan pelanggaran disiplin serta
untuk mengetahui dampak atau akibat dari pelanggaran disiplin tersebut”;
b. Bahwa berdasarkan pengakuan yang disampaikan oleh Sucipto Hadi Purnomo
(SHP) saat diwawancara secara khusus oleh media Tribun Jateng, yang
bersangkutan menyampaikan bahwasanya pada tanggal 11 Februari 2020
dipanggil dan diperiksa oleh Tim Pemeriksa yang diketuai oleh Wakil Rektor II
UNNES. Padahal mengenai mekanisme pemanggilan dan pemeriksaan telah
diatur dalam pasal 23 Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil, dalam ayat (1) disebutkan “PNS yang diduga melakukan
pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis oleh atasan langsung untuk
dilakukan pemeriksaan” yang kemudian ditegaskan juga pada ayat (2)
“pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan;
c. Bahwa terdapat kesimpang-siuran informasi dari masing-masing pihak, dimana
dalam beberapa media online, Rektor UNNES mengatakan bahwasanya
beberapa waktu lalu SHP pernah disidang etik oleh Tim Cyber UNNES
berkaitan dengan unggahan-unggahan yang bersangkutan di dunia maya, akan
tetapi SHP yang dimintai keterangan menanggapi sebaliknya dan berkata bahwa
belum pernah disidang etik oleh Tim Cyber UNNES;
d. Bahwa sebelum masuk pada substansi pokok-pokok permasalahan yang
disangkakan kepada terduga pelanggar disiplin, maka sudah seharusnya
disampaikan terlebih dahulu Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeriksaan,
sebab di dalam Peraturan Pemerintah tidak dijelaskan tata cara maupun agenda
urutan pemeriksaan, sehingga SOP Pemeriksaan menjadi penting untuk
diketahui oleh semua pihak yang terlibat agar tidak terjadi kesewenang-
wenangan, selanjutnya Surat Keputusan (SK) mengenai Tim Pemeriksa yang
bertugas juga menjadi hal yang sangat penting untuk dihadirkan sebagai
instrument yang meligitimasi bahwasanya Tim Pemeriksa yang bertugas
143
memiliki Legalitas jelas dan untuk menghindari penyalahgunaan wewenang
yang tidak sesuai, padahal jika merunut ketentuan yang tertulis dalam Pasal 15
sampai pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil dijelaskan mengenai pejabat yang berwenang, sehingga
SK Tim Pemeriksa menjadi penting untuk ditunjukan. Akan tetapi ketika pihak
SHP menanyakan mengenai 2 (dua) hal tersebut tidak mendapat jawaban yang
memuaskan, malah salah satu pemeriksa langsung melanjutkan pada pokok
permasalahan yang disangkakan.
e. Bahwa berkaitan dengan point diatas, dalam pemeriksaan yang dilakukan, SHP
belum memberikan klarifikasi maupun pembelaan berupa dalil-dalil dan
pembuktian lain dalam dugaan pelanggaran disiplin yang ditujukan kepada nya,
karena yang bersangkutan masih mempertanyakan soal SOP Pemeriksaan dan
SK Tim Pemeriksa. Klarifikasi dari SHP merupakan hal penting yang harus ada
dalam pemeriksaan, sebab SHP sebagai terduga mempunyai hak untuk membela
diri, dan Tim Pemeriksa seharusnya tidak melupakan hal itu sebagai upaya
mewujudkan asas equality before the law atau asas kesamaan di depan hokum.
Kemudian klarifikasi maupun pembelaan yang disampaikan oleh SHP juga harus
dicatat dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang mana BAP tersebut
menjadi rujukan dalam penerbitan Surat Keputusan Rektor. Dalam hal ini perlu
ada keseimbangan antar semua pihak, apabila hal tersebut diabaikan maka
Rektor atau pejabat terkait bisa dikatakan telah menyalahgunakan kewenangan
nya sebagai Pejabat Tata Usaha Negara (TUN);
f. Bahwa berdasarkan konsideran Mengingat, tidak dicantumkan Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) sebagai dasar pertimbangan dikeluarkan nya putusan. Hal
ini jelas menimbulkan sebuah tanda tanya besar, atas dasar apa Tim Pemeriksa
dan pejabat terkait menerbitkan Surat Keputusan, ketika Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) yang menjadi notulensi atau hasil pemeriksaan tidak
dicantumkan sebagai dasar pertimbangan;
g. Bahwa berdasarkan point memutuskan dalam SK Rektor UNNES Nomor
B/167/UN37/HK/2020 pada bagian kesatu “……. terhitung mulai tanggal 12
Februari 2020 sampai dengan ditetapkanya keputusan hukuman disiplin, karena
yang bersangkutan DIDUGA melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan
144
pasal 3 angka 4, pasal 3 angka 5, pasal 3 angka 11, pasal 3 angka 17 dan pasal
4 angka 6 PP No 53 tahun 2010”. Frasa “Diduga” pada penggalan putusan
diatas menjadi bias dan mengabaikan asas kepastian hukum serta menciderai
nilai keadilan itu sendiri. Jika dikaji berdasarkan Logika Hukum, dalam
peristiwa hukum yang terjadi atau dialami oleh SHP ini, terdapat 3 (tiga) kondisi
serta status berbeda yang didapat oleh subyek, dalam hal ini SHP, yakni pertama
status Terduga (kondisi dimana subyek masih dalam sangkaan terhadap
ketentuan aturan yang dianggap dilanggar oleh yang bersangkutan, dan status
ini melekat pada subyek dalam proses pra pemeriksaan atau ketika belum
dilaksanakan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan oleh tim resmi), kedua
status TERPERIKSA (kondisi dimana status subyek berada dalam proses
pemeriksaan yang dilakukan oleh tim resmi, yang menurut aturan dianggap sah
dan layak untuk memeriksa. Dalam tahapan pemeriksaan ini dilakukan
penggalian kebenaran berdasarkan argumentasi atau dalil-dalil yang kemudian
dikuatkan oleh bukti-bukti yang dimiliki oleh para pihak), ketiga status
TERHUKUM (kondisi dimana status subyek berubah setelah hasil dari
pemeriksaan menyatakan bahwa yang bersangkutan terbukti bersalah
melakukan pelanggaran disiplin berdasarkan bukti yang dapat dipertanggung
jawabkan, status ini didapatkan pada proses pasca pemeriksaan). Selain itu
asas Presumption of Innocence atau asas praduga tidak bersalah melekat pada
diri SHP sebelum hasil pemeriksaan menyatakan SHP bersalah demi hukum
berdasarkan fakta dan bukti yang dihadirkan. Sehingga ketika membaca putusan
dalam SK Rektor UNNES Nomor B/167/UN37/HK/2020 tersebut, terdapat
sebuah inkonsistensi hukum dan tidak ada nya asas kepastian hukum disini,
sehingga dalam penyusunan nya BEM KM UNNES menganggap bahwasanya
SK Rektor tersebut cacat formiil.
h. Bahwa dalam penyusunan SK Rektor UNNES Nomor B/167/UN37/HK/2020
ini dianggap telah melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik
(AUPB). Dalam UU No 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan ,
dalam pasal 1 ayat (17) dijelaskan mengenai definisi AUPB, yaitu “Asas-asas
Umum Pemerintahan yang Baik yang selanjutnya disingkat AUPB adalah
prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang bagi Pejabat
145
Pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan”. Kemudian ditegaskan dalam pasal 5, pasal 6,
dan pasal 7 UU No 30 tahun 2014, bahwa Penyelenggaraan Administrasi
Pemerintahan harus didasarkan pada Asas Legalitas, asas perlindungan
terhadap Hak Asasi Manusia, dan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang
Baik. Kemudian dalam pasal 8 dan pasal 9 UU yang sama dijelaskan
bahwasanya Setiap pengambilan keputusan dan/atau tindakan wajib
berdasarkan ketentuan peraturan Perundang-Undangan dan Asas-Asas
Umum Pemerintahan Yang Baik. Adapun AUPB yang dilanggar yakni :
- Asas Kepastian Hukum : Bahwa SK yang diterbitkan terkesan
ngawur, baik dari segi formiil maupun materiil, dikarenakan
menabrak aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam proses
perumusan nya, serta tidak menunjang keadilan, kepatutan, keajegan;
- Asas Kemanfaatan dan Asas Kepentingan Umum : Bahwa SK
yang diterbitkan seharusnya memberikan kemanfaatan yang seimbang
terhadap individu dengan individu, individu dengan masyarakat, serta
masyarakat dengan masyarakat lain. SK Rektor yang diterbitkan serta
ditujukan untuk SHP dianggap merugikan banyak pihak. Sebab selain
merugikan SHP sebagai seorang individu yang dilanggar hak nya,
juga merugikan pihak lain, seperti mahasiswa/i yang seharusnya
memiliki hak untuk mendapat ilmu dari SHP dikarenakan status yang
bersangkutan sebagai seorang dosen; kemudian juga merugikan
mahasiswa/i yang sedang mengerjakan tugas akhir berupa skripsi
karena SHP berstatus sebagai dosen pembimbing mahasiswa/i
tersebut; serta merugikan masyarakat UNNES secara umum terutama
mengenai nama baik dan reputasi Lembaga yang tercemar dengan
kasus yang menjerat SHP perihal pola represi pihak kampus dalam
menangani perkara yang bersangkutan, sebab secara tidak langsung
public menyoroti kasus yang sedang terjadi ini;
- Asas Ketidakberpihakan : Bahwa asas ini mewajibkan Badan
dan/atau Pejabat terkait dalam menetapkan dan/atau melakukan
Keputusan dan/atau Tindakan dengan mempertimbangkan
146
kepentingan para pihak secara keseluruhan dan tidak diskriminatif.
Dalam pemeriksaan terhadap SHP, yang bersangkutan tidak diberi
kesempatan untuk memberikan klarifikasi dan pembelaan, sehingga
terkesan Diskriminatif serta mengabaikan asas equality before the law;
- Asas Kecermatan : Bahwa SK Rektor UNNES yang diterbitkan
merupakan suatu Keputusan dan/atau Tindakan yang ideal nya harus
didasarkan pada informasi dan dokumen yang lengkap untuk
mendukung legalitas penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan
dan/atau Tindakan, sehingga Keputusan dan/atau Tindakan yang
bersangkutan dipersiapkan dengan cermat sebelum Keputusan
dan/atau Tindakan tersebut ditetapkan dan/atau diterbitkan;
- Asas Tidak Menyalahgunakan Kewenangan : Bahwa dalam proses
penerbitan SK, dari pemanggilan, pemeriksaan hingga terbit
mewajibkan setiap Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan untuk tidak
menggunakan kewenangannya demi kepentingan pribadi atau
kepentingan yang lain, dan tidak sesuai dengan tujuan pemberian
kewenangan tersebut, tidak melampaui, tidak menyalahgunakan,
dan/atau tidak mencampuradukkan kewenangan.
Materiil
Jika secara formiil atau dalam proses penyusunan Surat Keputusan tersebut
dianggap cacat, maka secara materiil atau berdasarkan pokok-pokok substansi
juga sangat perlu dikaji agar permasalahan ini menjadi terang dan tidak ada
penyesatan hukum, berdasarkan konsideran dalam SK tersebut, ada 5 (lima)
pasal dalam Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil yang dianggap dilanggar oleh SHP, yakni dugaan pelanggaran
terhadap:
1. Pasal 3 angka (4) : “menaati segala ketentuan peraturan perundang-
undangan”
2. Pasal 3 angka (5) : “melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan
kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab”
3. Pasal 3 angka (11) : “masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja”
147
4. Pasal 3 angka (17) : “menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang”
5. Pasal 4 angka (6) : “melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman
sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan
kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain,
yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara”
Tim Pemeriksa yang memeriksa perkara SHP kemudian menyimpulkan
bahwasanya ke 5 (lima) pasal yang diduga dilanggar oleh SHP merupakan
kategori pelanggaran berat (pasal 7 angka (1) huruf c), sehingga sembari
menunggu keputusan hukuman disiplin ditetapkan, tim pemeriksa memutuskan
untuk membebaskan secara sementara dari tugas dan jabatan dosen terhadap
SHP sesuai pasal 27 Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010 “Dalam rangka
kelancaran pemeriksaan, PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dan
kemungkinan akan dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat, dapat dibebaskan
sementara dari tugas jabatannya oleh atasan langsung sejak yang bersangkutan
diperiksa”.
Ketika dalam proses pemeriksaan, SHP menanyakan mengenai aktivitas
atau perilaku secara spesifik yang ia lakukan hingga kemudian bisa disangkakan
melakukan pelanggaran disiplin terhadap pasal-pasal diatas, lalu disampaikan
oleh Tim Pemeriksa bahwasanya ada 3 (tiga) hal utama yang dipermasalahkan,
yakni Postingan SHP pada social media Facebook yang dianggap menghina
harkat dan martabat Presiden Republik Indonesia, SHP yang aktif dalam tim
Evaluasi Kinerja Akademik (EKA), serta SHP yang menjadi saksi di POLDA
Jawa Tengah.
148
kami kutip, dimana pada inti nya yaitu ” Rektor Unnes menyampaikan
kampusnya sangat tegas terhadap unggahan di media sosial dosen, tenaga
kependidikan, dan mahasiswa Unnes yang berisi penghinaan terhadap
simbol NKRI dan Kepala Negara. Pasal 218 Ayat 1 RKHUP, disebutkan
setiap orang yang di muka umum menyerang kehormatan atau harkat dan
martabat diri Presiden atau Wakil Presiden dapat dikenakan pidana. Ujaran
kebencian dan penghinaan yang diunggah di media sosial juga melanggar
UU RI Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Unnes melalui tugas pokoknya
sebagai tridharma perguruan tinggi memiliki peran dalam meneguhkan
peradaban bangsa Indonesia. Sebagai Perguruan Tinggi Negeri, Unnes
memiliki kewajiban untuk menjaga NKRI dan Presiden sebagai simbol
Negara, Jadi kalau ada dosen yang mengunggah konten menghina presiden
berarti yang bersangkutan tidak beradab”
Adapun Unggahan Facebook SHP yang dimaksut ditulis pada tanggal 10
Juni 2019 berisi “Penghasilan anak-anak saya menurun drastis pada
Lebaran kali ini. Apakah ini efek Jokowi yang terlalu asyik dengan Jan
Ethes?” berkaitan dengan itu, ada beberapa hal yang menjadi catatan penting
dari BEM KM UNNES :
1. Bahwa muatan yang terkandung di dalam isi unggahan Facebook
tersebut masih dapat diperdebatkan maksut nya, karena yang mengetahui
secara pasti tujuan dari unggahan tersebut hanya SHP, maka perlu
dilakukan sebuah langkah secara akademis sebagai ajang pembuktian,
baik melalui tulisan akademis maupun debat akademis dalam rangka
mengetahui Mens Rea atau sikap batin dari SHP sebagai penulis
unggahan tersebut;
2. Bahwa pasal mengenai Penghinaan terhadap Presiden atau Wakil
Presiden Republik Indonesia yang semula diatur dalam pasal 134, 136bis,
dan 137 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sudah tidak
berlaku lagi, sebab keberadaan nya telah dicabut oleh Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 013-022/PUU-IV/2006 karena dianggap
bertentangan dengan batu uji nya yaitu pasal 28 huruf F Undang-undang
149
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pasal tersebut dianggap
sudah tidak relevan lagi karena dibuat pada masa penjajahan Belanda
dahulu untuk mempertahankan harga diri dan martabat Ratu Belanda,
selain itu menimbulkan ketidakpastian hukum karena tafsirnya yang
amat rentan manipulasi dan yang terutama dapat membatasi kebebasan
demokrasi untuk menyampaikan kritikan;
3. Bahwa pengaturan mengenai ketentuan penghinaan, dan pencemaran
nama baik yang dilakukan dalam dunia cyber seperti yang diatur dalam
UU Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik merupakan DELIK
ADUAN. Pasal yang mengatur mengenai penghinaan, pencemaran
nama baik dan ujaran kebencian diatur dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITE
yang berbunyi “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”. Banyak
yang keliru dan menganggap bahwasanya pengaturan dalam pasal 27
ayat (3) UU ITE merupakan delik biasa, padahal sejatinya merupakan
delik aduan. Joshua Sitompul, S.H dalam buku nya yang berjudul
Cyberspace, Cybercrimes, Cyberlaw: Tinjauan Aspek Hukum Pidana
dan juga penulis artikel pada laman hukumonline,com yang kami akses
pada (15/02/20) memberi penjelasan secara terang mengenai 2 (dua) hal
yaitu dari segi esensi delik penghinaan dan dari segi historis, berikut
penjabaran nya : Pertama, secara esensi penghinaan, pencemaran nama
baik merupakan perbuatan menyerang kehormatan atau nama baik
seseorang, sehingga nama baik orang tersebut tercemar atau rusak.
Dalam menentukan adanya penghinaan atau pencemaran nama baik,
konten dan konteks menjadi bagian yang sangat penting untuk dipahami.
Tercemarnya atau rusaknya nama baik seseorang secara hakiki hanya
dapat dinilai oleh orang yang bersangkutan, dengan kata lain, korbanlah
yang dapat menilai secara subyektif tentang konten atau bagian mana
dari Informasi atau Dokumen Elektronik yang ia rasa telah menyerang
150
kehormatan atau nama baiknya. Konstitusi memberikan perlindungan
terhadap harkat dan martabat seseorang sebagai salah satu hak asasi
manusia, oleh karena itu, perlindungan hukum diberikan kepada korban,
dan bukan kepada orang lain. Orang lain tidak dapat menilai sama seperti
penilaian korban, Sedangkan, konteks berperan untuk memberikan nilai
obyektif terhadap konten. Kedua, secara historis ketentuan Pasal 27
ayat (3) UU ITE mengacu pada ketentuan penghinaan atau pencemaran
nama baik yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(“KUHP”), khususnya Pasal 310 KUHP dan Pasal 311 KUHP. Dalam
KUHP diatur dengan tegas bahwa penghinaan merupakan delik aduan.
Sebelum adanya perubahan UU ITE, memang tidak adanya ketentuan
yang tegas bahwa Pasal 27 ayat (3) UU ITE merupakan delik aduan.
Tetapi setelah adanya perubahan, ketentuan penghinaan atau
pencemaran nama baik dalam UU 19/2016 merupakan delik aduan
(Joshua Sitompul, 2012).
Selain itu sebelum adanya perubahan UU ITE perlu diketahui bahwa
mengenai penghinaan atau pencemaran nama baik ini sudah dinyatakan
sebagai delik aduan juga oleh Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 50/PUU-VI/2008. Putusan tersebut mengenai penegasan bahwa
Pasal 27 ayat (3) UU ITE merupakan delik aduan, dalam pertimbangan
Mahkamah Konstitusi Butir [3.17.1] dijelaskan: “Bahwa terlepas dari
pertimbangan Mahkamah yang telah diuraikan dalam paragraf terdahulu,
keberlakuan dan tafsir atas Pasal 27 ayat (3) UU ITE tidak dapat
dipisahkan dari norma hukum pokok dalam Pasal 310 dan Pasal 311
KUHP sebagai genus delict yang mensyaratkan adanya pengaduan
(klacht) untuk dapat dituntut, harus juga diperlakukan terhadap
perbuatan yang dilarang dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITE, sehingga Pasal
a quo juga harus ditafsirkan sebagai delik yang mensyaratkan pengaduan
(klacht) untuk dapat dituntut di depan Pengadilan”. Selanjutnya dalam
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008 dan Nomor
2/PUU-VII/2009 “tindak pidana penghinaan dan pencemaran nama
baik dalam bidang Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik bukan
151
semata-mata sebagai tindak pidana umum, melainkan sebagai delik
aduan. Penegasan mengenai delik aduan dimaksudkan agar selaras
dengan asas kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat”. Sehingga
dapat disimpulkan bahwasanya SHP tidak dapat dijerat dengan UU ITE
ini, baik secara administrative maupun secara pidana dikarenakan tidak
ada nya laporan yang disampaikan langsung oleh Presiden Jokowi atau
pihak lain yang diberi kuasa atas nya
4. Bahwa berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Humas
UNNES dalam Press Release resmi nya yang menyatakan SHP dapat
dipidana karena menghina Harkat dan martabat Presiden berdasar Pasal
218 Ayat (1) Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(RKUHP), disebutkan setiap orang yang di muka umum menyerang
kehormatan atau harkat dan martabat diri Presiden atau Wakil Presiden
dapat dikenakan pidana. Bagi BEM KM, pernyataan tersebut merupakan
pernyataan yang konyol dan tidak selayaknya diucapkan diruang public,
sebab sejauh yang kita pahami bahwasanya aturan diatas masih berupa
Rancangan Undang-undang (RUU) yang masih digodok di tingkat
Legislatif dan belum disahkan menjadi Undang-undang yang sah,
sehingga tidak berlaku sebagai hukum positive di negara kita. Indonesia
sebagai negara civil law yang menganut Asas Legalitas, dimana hanya
perbuatan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan saja yang
kemudian dapat menentukan apakah seseorang melakukan Tindak
Pidana atau tidak, artinya ketika tidak ada aturan yang mengakomodir,
maka perbuatan yang dilakukan tersebut tidak memiliki konsekuensi
hukum apapun. Kemudian jika kita mengikuti dinamika dalam
penyusunan pasal 218 RKUHP tersebut, tentu nya kita akan mengetahui
bahwasanya pengaturan dalam pasal tersebut merupaka DELIK
ADUAN dan bukan delik biasa, sehingga hanya Presiden, wakil
Presiden ataupun pihak yang dikuasakan saja lah yang dapat
mengadukan penghinaan atau pencemaran tersebut. Apabila RKUHP ini
telah disahkan menjadi hukum positive di kemudian hari, Pihak UNNES
tetap tidak bisa melaporkan siapapun atas dasar pasal penghinaan
152
Presiden atau Wakil Presiden selama tidak diberi kuasa secara sah oleh
Presiden atau Wakil Presiden.
5. Bahwa mengenai isi dari unggahan Facebook yang dilakukan oleh SHP,
apakah merupakan suatu Tindak Pidana atau bukan hanya dapat
ditentukan oleh Kepolisian melalui proses Penyelidikan (penyelidikan
dilakukan untuk menentukan apakah perbuatan hukum yang dilakukan
masuk kategori Tindak Pidana atau bukan, untuk kemudian dilanjutkan
pada tahap penyidikan), serta apakah SHP bersalah melakukan Tindak
Pidana atau tidak hanya dapat ditentukan melalui Putusan Hakim, dalam
hal ini proses penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum dalam bingkai system peradilan pidana atau integrated criminal
justice system (penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga putusan
hakim) merupakan syarat mutlak untuk menentukan apakah SHP
bersalah atau tidak, sehingga tim Pemeriksa UNNES yang memeriksa
SHP tidak memiliki kewenangan sama sekali untuk menilai apakah SHP
terbukti bersalah atau tidak sebab tidak adanya legalitas yang jelas
mengenai kewenangan mengadili. Dan yang terpenting, tetap
memperhatikan mengenai delik yang disangkakan, apakah termasuk
dalam delik umum ataukah delik aduan.
153
tidak langsung merugikan negara”. Tim Pemeriksa tentunya beranggapan
bahwasanya aktifitas yang dilakukan oleh SHP bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan karena berada dalam tim EKA yang notabene berada di
luar lingkungan instansi UNNES serta kegiatanya dianggap untuk mencari
keuntungan pribadi/golongan yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan negara, padahal jika hal ini dikaji maka akan ditemukan sebuah
kontradiksi antara yang sesungguh nya terjadi dengan yang disangkakan. Tim
EKA merupakan sebuah tim resmi yang berada di bawah naungan Kementrian
Ristekdikti (kini Kemendikbud) Republik Indonesia yang salah satu tugas
utamanya yaitu untuk memantau dan mengevaluasi kinerja akademik dari
kampus sebagai Lembaga akademik maupun individu di dalam nya sebagai
bagian dari insan akademik. Hal tersebut perlu dilakukan dengan maksut untuk
menjaga kemurnian dan marwah dunia akademik sebagai Lembaga yang
produktif, obyektif, jujur, solutif serta menghindari dunia akademik untuk
menjauhi hal-hal seperti Plagiasi, Fabrikasi, falsifikasi maupun dusta akademik
lain, yang sifatnya dapat menjatuhkan Integritas Lembaga akademik tersebut.
Sehingga jika melihat tugas dan peran yang diemban oleh Tim EKA, maka
sebenarnya hal tersebut bersifat positif dan sangat bermanfaat bagi negara,
karena adanya upaya penyelamatan integritas Lembaga akademik yang peran
nya dianggap sebagai corong intelektual negara.
Berikutnya perlu diperhatikan bahwasanya Tim EKA merupakan tim resmi
dibawah naungan Kemendikbud, dimana SHP mendapat penugasan resmi dari
nya yang notabene secara hierarki status nya lebih tinggi dari Rektor (mengenai
subyek yang memberi penugasan). Jika kita menyimak dan mengikuti kinerja
Tim EKA dalam beberapa tahun belakang, tentunya kita akan menemukan
pemberitaan di berbagai Media mengenai temuan dari Tim EKA terkait dugaan
adanya plagiasi yang dilakukan oleh salah satu pejabat UNNES, dalam kajian
ini BEM KM tidak akan menyentuh terlalu dalam perihal dugaan plagiasi
tersebut, akan tetapi para pembaca tentu nya dapat menyimpulkan serta menarik
benang merah dari keterkaitan premis-premis yang jika disatukan membentuk
sebuah puzzle, dan sedikit banyak nya dapat menjawab pertanyaan yang berada
di benak kita semua. Bahwasanya muatan politis dimungkinkan ada dan terjadi
154
dalam pemeriksaan kasus ini, jika melihat bahwasanya SHP seorang dosen
UNNES dan berada dalam Tim EKA yang menemukan adanya dugaan plagiasi
yang dilakukan oleh Pejabat di instansi yang sama dengan SHP. Sehingga jika
kita kembali pada pasal 4 angka 6 Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010
sebagai pasal yang diduga dilanggar oleh SHP, maka rumusan pasal mengenai
“melakukan kegiatan untuk kepentingan pribadi/golongan” serta “berdampak
negative bagi negara” dapat dianggap tidak terpenuhi.
c. Status SHP yang menjadi saksi di POLDA Jawa Tengah
Bahwa status saksi SHP diduga diperoleh dalam kasus yang menjerat
seorang Jurnalis dari sebuah media online, dimana saat itu seorang pejabat
UNNES melaporkan jurnalis tersebut ke Polisi terkait pemberitaan nya yang
menyebut salah seorang Pejabat UNNES melakukan plagiasi. Untuk
mendukung proses pemeriksaan terhadap Jurnalis tersebut, maka SHP
dihadirkan sebagai saksi. Definsi Saksi menurut Pasal 1 angka 26 Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) “adalah orang yang dapat
memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan
peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri
dan ia alami sendiri”. Akan tetapi definisi saksi kemudian diperluas dalam
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-VIII/2010 menjadi termasuk
pula “orang yang dapat memberikan keterangan dalam rangka penyidikan,
penuntutan, dan peradilan suatu tindak pidana yang tidak selalu ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri tetapi juga setiap orang yang punya
pengetahuan yang terkait langsung terjadinya tindak pidana wajib didengar
sebagai saksi demi keadilan dan keseimbangan penyidik yang berhadapan
dengan tersangka/terdakwa”. Menjadi sebuah hal yang aneh dan menimbulkan
pertanyaan, ketika salah satu dugaan pelanggaran disiplin yang ditujukan pada
SHP adalah berkaitan dengan status nya sebagai saksi. Padahal sebagai seorang
Warga Negara Indonesia yang taat pada Konstitusi, menjadi saksi merupakan
kewajiban jika dibutuhkan, karena apabila seseorang menolak panggilan sebagai
saksi dapat dikategorikan sebagai tindak pidana menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana ("KUHP"). Adapun ancaman hukuman bagi orang yang menolak
panggilan sebagai saksi diatur di dalam Pasal 224 ayat (1) KUHP yang berbunyi:
155
“Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-
undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-
undang yang harus dipenuhinya, diancam:
1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;
2. Dalam perkara lain, dengan hukuman penjara selama - lamanya enam
bulan”.
Dalam proses pemeriksaan, pembuktian menjadi hal yang sangat penting
dilakukan untuk menemukan fakta yang sebenarnya terjadi, dan saksi
merupakan salah satu alat bukti terpenting dalam proses pembuktian sebuah
Tindak Pidana, oleh sebab itu melarang SHP untuk menjadi saksi atau menduga
SHP melakukan pelanggaran disiplin karena menjadi saksi merupakan langkah
yang keliru dilakukan oleh Tim pemeriksa.
Berkaitan dengan hal diatas, BEM KM sangat mendukung pengungkapan kasus
plagiasi tersebut, karena akan berdampak positif bagi banyak pihak, pertama
pihak yang diduga melakukan plagiasi dapat membersihkan nama baik nya jika
terbukti tidak bersalah serta tidak dikejar oleh isu yang sama setiap waktunya,
kedua hal positif yang dirasakan oleh masyarakat kampus secara umum yang
nama baik dan reputasi kampus nya dapat dibersihkan dari pemberitaan media
yang menyatakan bahwasanya UNNES dianggap sebagai kampus plagiasi,
ketiga hilang nya anggapan dari masyarakat umum terhadap kampus UNNES
ketika permasalahan plagiasi ini telah terselesaikan, dan yang terakhir tidak akan
aada lagi korban yang dilaporkan polisi atau diberi sanksi lain ketika mengungkit
kasus plagiasi ini, oleh karena itu pengungkapan akan kebenaran sangat perlu
dilakukan demi kebaikan dan kemaslahatan banyak pihak.
TUNTUTAN
156
3. Membuka Ruang Demokrasi yang seluas-luasnya di dalam kampus tanpa
dihalang-halangi dengan ancaman maupun bentuk Represi lain nya.
4. Menggunakan pendekatan dan menciptakan iklim yang Akademis untuk
menyelesaikan setiap permasalahan yang ada.
157
REKTOR UNNES TIDAK KONSISTEN DAN TERKESAN
MENGHINDARI DEBAT AKADEMIK
158
tertanggal 12 Februari 2020, dan menjadi ramai karena pemberitaan yang dilakukan
oleh banyak media. Kemudian mahasiswa memiliki inisiatif untuk menyikapi
permasalahan ini secara Akademis agar menjadi terang, hingga diputuskan
bahwasanya mahasiswa sebagai pihak penengah yang objektif dan netral untuk
menjadi penyelenggara forum Debat Akademik dengan mengundang 2 (dua) pihak
yang bersengketa tersebut.
159
Diskusi diawali dengan klarifikasi dan penyampaian kronologis dari
Ignatius Rhadite selaku perwakilan penyelenggara perihal alasan pemindahan
tempat yang dilakukan secara sepihak, sewenang-wenang, dan mendadak,
kemudian Rektor beserta jajaran nya yang tidak Konsisten terhadap pernyataan atau
statement yang disampaikan kepada mahasiswa maupun kepada media, serta
dijelaskan juga mengenai alasan diadakan nya Forum Debat ini.
160
sedang diperiksa oleh Tim dari UGM mengenai dugaan plagiarism dalam disertasi
S3-nya di Universitas Gajah Mada.
161
keributan. Sehingga salah satu cara untuk mengetahu maskut substansi kritikan
harus dilakukan sebuah pengujian secara akademis dan obyektif.
Diskusi terbuka ditutup dengan sesi Tanya jawab dengan peserta diskusi,
antusias peserta diskusi sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari banyaknya peserta
diskusi yang membuat aula PKMU Lantai 2 sesak dan banyak sekali yang tidak
bisa masuk kedalam ruang diskusi karena penuh. Diskusi ini berjalan tertib dan
aman dan diakhiri pada pukul 23.00 WIB.
162
MOMOK BERUPA REPRESIFITAS ITU BERNAMA REKTOR
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Jika kita mencermati keriuhan ruang publik yang beredar beberapa waktu
belakangan ini, maka kita akan menemukan bahwasanya fokus pemberitaan media-
media sedang mengarah pada kampus Unnes. Sayang nya, pemberitaan yang
dimaksut bukan lah pemberitaan mengenai prestasi ataupun hal positif lain,
melainkan pemberitaan mengenai pemberhentian sementara sebagai dosen UNNES
atas nama Sucipto Hadi Purnomo (SHP) oleh Rektor UNNES serta pemberitaan
mengenai pemberian sanksi kepada Frans Josua Napitu yang sebelumnya
melakukan pelaporan dugaan tindak pidana Korupsi Rektor Unnes ke Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Jika berkaca pada beberapa Kajian Akademik yang
dibuat oleh Kementerian Kajian Strategis BEM KM Unnes, maka kami
menyimpulkan bahwasanya terjadi sebuah pemberangusan ruang demokrasi serta
pengekangan pada nilai-nilai akademis itu sendiri.
Selain itu Kampus yang seharus nya menjadi corong implementasi budaya
akademik malah bertindak sebalik nya. Kasus Represi yang menimpa Sucipto Hadi
Purnomo maupun Frans Josua Napitu bukan kali pertama terjadi di Kampus Unnes,
berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh Kementerian Kajian Strategis BEM
KM Unnes, tercatat pihak kampus dalam hal ini Rektor Unnes telah beberapa kali
menggunakan cara-cara serupa. Yang bentuk nya dapat berupa pemanggilan orang
tua mahasiswa, pencabutan beasiswa, Pemberian Surat peringatan (SP), Skorsing
bagi mahasiswa maupun Dosen, hingga pelaporan secara Pidana kepada pihak
Kepolisian yang ditujukan pada mahasiswa, sesama akademisi hingga Jurnalis,
dimana bentuk nya dinyatakan secara verbal sebagai bentuk “peringatan” atau
langsung dilakukan tindakan seperti yang disebutkan diatas. Jika saling dikaitkan
antara satu peristiwa dengan peristiwa lain, maka akan ditemukan pola yang mirip
atau serupa, yaitu ada nya pembatasan kebebasan dalam ruang demokrasi pada
semua peristiwa tersebut yang muara nya akan berbalik menjadi sebuah tindakan
Represi dalam berbagai bentuk seperti yang telah disebutkan diatas.
163
Berikut adalah beberapa peristiwa yang menjadi fakta sejarah mengenai
tindakan Rektor UNNES dalam menghadapi gejolak dan menyelesaikan sebuah
permasalahan;
164
tenaga kependidikan yang kurang maksimal hingga kebijakan yang berhubungan
dengan kemampuan ekonomi mahasiswa seperti uang pangkal, penetapan biaya
kuliah mahasiswa (Uang Kuliah Tunggal), biaya kuliah kerja nyata, dan pungutan
lain yang seharusnya sudah diakomodir oleh biaya UKT yang mana mencerminkan
nilai-nilai Komersialisasi terhadap Pendidikan.
Di era keterbukaan saat ini lembaga pendidikan harus mau menerima segala
bentuk masukan dan kritik sebagai upaya kemajuan dan pengembangan institusi itu
sendiri, Reformasi yang diperjuangkan kala itu salah satu nya adalah membuka
ruang-ruang demokrasi, dimana pemangku dan penerima kebijakan harus
merumuskan segala sesuatu nya secara bersama dengan mengedepankan etika
moral dan gagasan-gagasan yang murni untuk kemajuan lembaga tetapi tetap harus
dilandasi prinsip keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan, jika tidak seperti itu maka
tidak ada beda nya dengan orde baru yang otoriter. Kampus sebagai lembaga yang
mengedepankan nilai-nilai akademis seharusnya bertindak menggunakan cara yang
akademis pula untuk menjawab kritikan yang dilontarkan mahasiswa, bukan malah
menggunakan cara-cara yang malah makin menumpulkan nalar kritis mahasiswa
dan mematikan iklim demokrasi itu sendiri.
165
oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Dari pengertian tersebut bisa
disimpulkan bahwa rakyat merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu
pemerintahan, dimana masing-masing dari mereka memiliki hak dalam
memperoleh kesempatan serta hak dalam bersuara yang sama dalam upaya menilai,
mengontrol, mengoreksi, mengawasi, bahkan ikut juga dalam menentukan
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kampus yang sering dianggap
sebagai miniatur sebuah negara merupakan perwujudan atau cerminan negara
dalam lingkup kecil, sehingga kualitas demokrasi yang disajikan oleh pengelola
kampus dapat dianggap sebagai representasi kualitas demokrasi negara. Kemudian,
mahasiswa secara khusus dan masyarakat kampus secara umum dapat dianggap
pula sebagai rakyat nya, sehingga jika meminjam konsep demokrasi seperti yang
disampaikan diatas, masyarakat kampus juga memiliki hak dalam memperoleh
kesempatan serta hak dalam bersuara yang sama dalam upaya menilai, mengontrol,
mengoreksi, mengawasi, bahkan ikut juga dalam menentukan kebijakan yang
dikeluarkan oleh pengelola kampus.
Namun, sejauh yang kita rasakan saat ini bahwasanya demokrasi era ini
mulai mengalami kemunduran secara luar biasa, hal tersebut bisa kita perhatikan di
media-media maupun alami secara langsung terkait pembungkaman, kriminalitas,
tindakan represifitas maupun tindakan-tindakan lain yang dilakukan (seperti contoh
yang ditulis diatas dalam lingkup kampus Unnes) di saat orang-orang tersebut
hendak menyuarakan apa yang hendak disuarakan terkait keluhan, perasaan
ketidakadilan, dan kritik dalam berbagai bentuk penyampaian. Dan kampus
seharusnya menjadi tempat paling nyaman untuk memulai perwujudan demokrasi
itu, bukan malah menjadi ancaman yang berdampak pada kemunduran demokrasi.
Dengan adanya berbagai tindakan kriminalisasi dan represifitas kampus, maka
perlu dipertanyakan apakah pendidikan demokrasi berjalan baik di lembaga
pendidikan seperti perguruan tinggi yang ada di Indonesia? Suara dan kritikan demi
perbaikan dianggap hinaan dan pencemaran. Rakyat dan mahasiswa dikriminalisasi
sesuka hati. Seolah slogan demokrasi tinggal kalimat tak ada arti .
166
tahun selalu muncul dan tidak pernah terselesaikan, diantaranya adalah masalah
mengenai Uang Kuliah Tunggal maupun Uang Pangkal atau SPI.
167
BAB V : 55 TAHUN UNNES DAN KOMPLEKSITAS
PERMASALAHANNYA
168
KAJIAN DIES-NATALIES 55 TAHUN UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
Pada hakikatnya pendidikan adalah hak dasar bagi setiap warga negara
Indonesia untuk dapat menikmatinya. Pendidikan merupakan usaha sadar yang
dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui
proses pembelajaran, keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah
diakui dan sekaligus memiliki legalitas yang sangat kuat sebagaimana tertuang
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31
(1) yang menyebutkan bahwa :” Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan”, kata “setiap” dalam pasal tersebut menyatakan keseluruhan dari
sesuatu, atau dalam hal ini merujuk pada istilah seluruh warga negara,
umumnya Warga Negara Indonesia, bukan hanya sebagian atau beberapa
elemen warga negara saja, dalam kaitanya dengan dunia Pendidikan tinggi,
tentu saja hal itui juga sejalan dengan apa yang tertulis dalam pasal 6 (b) UU
No 12 tahun 2012 (UU Pendidikan Tinggi) bahwa Pendidikan tinggi dilandasi
dengan prinspi demokratis dan tidak diskriminatif, tentu saja kaitanya dengan
setiap insan yang berhak memperoleh dan mengenyam Pendidikan tinggi
tersebut. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan dan
mengembangkan kehidupan bangsa, komitmen bangsa Indonesia untuk
memperjuangkan pendidikan tertuang pada tujuan negara (Alinea IV
pembukaan UUD 1945) yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
169
sebagai komoditi yang diperdagangkan, pembangunan-pembangunan
infrastruktur dan kelengkapan fasilitas lain di Lembaga akademik dianggap
sebagai aset penunjang “perusahaan” dan mahasiswa atau pelajar dianggap
sebagai konsumen yang diharuskan membeli “barang jualan” tersebut
(red:Pendidikan) sehingga terdapat pergeseran pola dalam system Pendidikan
Indonesia saat ini yang telah mengadopsi dan mengikuti system pasar. Hal
seperti ini merupakan sebuah langkah mundur dari negara dan upaya “bunuh
diri” secara perlahan, sebab untuk menciptakan negara yang kuat dan maju tentu
saja yang harus dipersiapkan adalah pondasi nya, dalam hal ini adalah yang
berkaitan langsung dengan Sumber Daya Manusia dan intelektualitas warga
masyarakatnya, hal tersebut masih sulit diwujudkan bilamana Pendidikan masih
menjadi sesuatu yang ekslusif dan tidak dapat dijangkau oleh semua kalangan,
baik dari kalangan konglomerasi sampai kalangan bawah seperti anak petani,
anak buruh bangunan, anak nelayan, anak tukang becak dan lain sebagainya,
mimpi dari para founding fathers untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara
maju dan disegani nampaknya akan sangat sulit terwujud bilamana Pendidikan
di negara kita masih diskriminatif, ekslusif dan terlalu tinggi untuk dijangkau
masyarakat.
170
Perjalanan di setiap tahunnya tentu kita menginginkan yang terbaik bagi
almamater kita bersama ini, dan tentunya yang terbaik adalah yang mau
menerima kritik dan memperbaiki setiap kekurangan yang ada, dengan
demikian marilah kita refleksikan bersama perjalanan selama kampus
konservasi beberapa tahun kebelakangan ini. Terdapat beberapa permasalahan
yang setiap tahun menjadi permasalahan yang tidak kunjung terselesaikan,
bahkan permasalahan tersebut tumbuh menjadi semakin kompleks dan beranak
pinak. Berikut merupakan beberapa masalah pokok yang kami rangkum:
171
UKT berdasarkan system, maka hal yang dianggap tidak wajar oleh
system langsung dikenakan UKT tertinggi, semisal A merupakan anak
seorang petani penggarap lahan yang hendak berkuliah di UNNES,
penghasilan orang tua hasil garapan di sawah hanya Rp 500.000,-/bulan
itu pun harus dibagi dengan 4 orang anggota keluarga lainya, saat
pegisian data pokok, A mengisi sesuai dengan kondisi ekonomi
keluarganya, tetapi system membaca dan menganggap bahwasanya data
yang dimasukan tidak masuk akal (apakah mungkin uang Rp 500.000
dipakai untuk 4 orang dalam sebulan ?) padahal hal tersebut benar
adanya dan banyak dijumpai di UNNES tentu nya, kemudian si A
mendapat “penalty” dan dikenakan UKT golongan tertinggi, atau
contoh lain yaitu B yang merupakan anak yatim ingin berkuliah di
UNNES tetapi B harus meninggalkan mimpinya jauh-jauh sebab tidak
mungkin ibu nya yang hanya seorang buruh bulu mata harus membayar
UKT sejumlah Rp 6 juta terlebih ia masih memiliki 2 orang adik yang
juga masih bersekolah, hal ini tentu saja menjadi hal yang
memprihatinkan mengingat tidak mungkin seorang anak petani atau
buruh berpenghasilan rendah harus membayar UKT dengan golongan
tertinggi, dan yang lebih menjengkelkan adalah jawaban dari birokrasi
yang seakan tidak peduli dengan hal itu, “jika ingin kuliah ya bayar,
masih banyak yang antri buat masuk UNNES”, atau “nanti kan bisa
banding” (padahal dalam Peraturan Rektor UNNES dijelaskan bahwa
banding hanya dapat dilakukan setelah menempuh minimal 1 semester,
dan itu pun tidak ada jaminan untuk turun, atau jika turun nominal nya
tidak banyak). Tentu saja hal ini memberatkan bagi mahasiswa miskin
yang memiliki mimpi tinggi untuk meraih sukses dengan cara
berpendidikan tinggi. Tidak semua anak miskin dapat seberuntung
Raeni yang mampu mendapat beasiswa hingga kuliah setinggi mungkin,
kecuali jika kampus memberikan jaminan bagi seluruh orang miskin
dapat berkuliah dengan gratis atau murah minimal. Selain itu masih
dijumpai nya pungutan-pungutan lain di luar UKT, misalnya saat
wisuda masih ditarik uang iuran, atau penarikan uang praktikum di
172
beberapa program studi, serta yang terbaru adalah dikeluarkanya biaya
untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN), padahal awal mula diberlakukanya
UKT adalah agar system pembayaran tunggal artinya tidak ada
pungutan lagi diluar UKT, jika begini adanya dimanakah letak
ketunggalan UKT ? dan untuk apa dinamakan Uang Kuliah Tunggal bila
masih banyak pungutan lain diluar UKT tersebut ? belum lagi adanya
bentuk komersialisasi-komersialisasi yang dilakukan oleh pihak kampus
seperti penarikan Biaya untuk penggunaan lapangan atletik ataupun
biaya penyewaan beberapa ruangan/Gedung tempat di UNNES.
B. Uang Pangkal
173
dan program diploma yang terdiri atas; mahasiswa asing, mahasiswa
klas internasional, mahasiswa jalur kerjasama dan mahasiswa melalui
seleksi jalur mandiri”. Maka secara terang-terangan pemerintah
melalui (Permenristekdikti) No. 39 Tahun 2017 saat ini “menyelipkan”
pasal-pasal untuk melegitimasi kampus memugut biaya pendidikan
selain UKT. Permenristekdikti No. 39 Tahun 2017 telah memasang
standart ganda nya. Seolah-olah UKT menjadi jaminan atas biaya
pendidikan yang murah dan terjangkau bagi seluruh mahasiswa baru dan
terbebaskan dari pungutan liar.
174
Terlebih seharusnya di pasal 8 point (2) dinyatakan bahwa
pungutan itu harus berdasarkan kemampuan ekonomi keluarga maupun
orang lain membiayainya, jika dalam system sudah dipatok nominal
tentu saja itu menyalahi dan apakah itu bentuk penghormatan kepada
orang miskin ? tentu saja tidak. Jika kata-kata “sesuai kemampuan
ekonomi” tentu saja jika si miskin hanya memiliki uang Rp 50.000,-
kampus harus menerima sebab segitulah kemampuan ekonomi dari si
miskin tersebut, terlebih si miskin tersebut telah menunaikan tantangan
pertamanya untuk lolos di jalur seleksi mengalahkan ribuan orang lainya.
1. Bidang Akademik
175
x Berkaitan dengan banyaknya penerima beasiswa bidikmisi yang
tidak tepat sasaran seharusnya pihak kampus pro aktif untuk
melakukan Monitoring dan evaluasi penentuan penerima
beasiswa bidikmisi secara berkala, agar ketidaksesuaian tersebut
dapat diatasi dan beasiswa dapat tepat sasaran pada yang benar-
benar membutuhkan
x Perbaikan dan optimalisasi sistem seperti sikadu.unnes.ac.id,
beasiswa.unnes.ac.id, simprokum.unnes.ac.id dan lain-lain
x Seharusnya dalam proses penerbitan kebijakan maupun
keputusan, pimpinan harus melibatkan unsur mahasasiswa
,bukan pada pasca dikeluarkan, karena bagaimanapun juga
mahasiswa adalah subyek dari kebijakan yang dibuat, sehingga
mahasiswa juga harus turut didengar pendapat dan aspirasi nya.
x Perbaikan sistem hukum UNNES kedepannya, klasifikasi aturan
baik itu S.edaran, S.Keputusan atau Peraturan Rektor
2. Bidang Keuangan
Bidang keungan menjadi bidang yang sangat sering menjadi
permasalahan bagi mahasiswa seperti adanya uang pangkal, UKT
yang setiap Tahun semakin tinggi, dan adanya pungutan-pungutan
diluar UKT.
UNNES, sebagai Universitas Negeri seharusnya mampu
memberikan akses yang luas bagi masyarakat dan tidak membuat
masyarakat mengeluh dengan tingginya biaya kuliah di UNNES.
Biaya kuliah yang setiap tahun semakin tinggi dan sebarannya tidak
merata dan dapat dikatakan tidak adanya subsidi silang. Adapun
beberapa data yang diperoleh dari laman data.unnes.ac.id
176
Dari data tersebut maka dapat ditarik bahwa Uang Kuliah
Tunggal di UNNES grafiknya setiap Tahun meningkat. Tentu hal ini
yang dapat menjadi hantu bagi mahasiswa, calon mahasiswa, dan
orang tua mahasiswa untuk menjangkau pendidikan tinggi
khususnya di UNNES.
UNNES yang setiap tahunnya menjadi salah satu Universitas
yang diminati karena terkenal dengan biaya kuliahnya yang rendah
tetapi setiap tahunnya mengalami kenaikan dan ditambah adanya
Uang Pangkal. Jika penerapan Uang Pangkal didasari karena
UNNES butuh biaya pembangunan dan lain sebagainya dan
kekurangan biaya maka Uang Pangkal bukan solusi sebab akan
mempersempit akses bagi calon mahasiswa yang berminat kuliah di
UNNES.
Berdasarkan Laporan tahunan Rektor pada Dies Natalies
2018, data keungan UNNES menunjukan adanya surplus anggaran
dan maka secara tidak langsung alasan memungut Uang Pangkal
dengan alasan UNNES butuh anggaran untuk pembangunan gugur.
177
3. Bidang Kemahasiswaan
178
x Beberapa waktu lalu terdapat kekacauan dalam pengadaan jas
almamater bagi mahasiswa baru, oleh sebab itu pihak kampus
harus mampu Menjamin pembagian jas almamater secara merata
untuk angkatan mahasiswa baru 2019 dan angkatan sebelumnya
yang belum mendapatkan secara tepat waktu dan memiliki
kualitas yang baik sehingga tidak ada keluhan lagi kedepanya.
x Bahwa untuk menunjang dan memenuhi soft skill mahasiswa
dalam bentuk kegiatan non akademik, maka kami rasa
pemberlakuan jam malam di kampus utama perlu dikaji kembali,
sehingga mahasiswa dapat mengembangkan soft skill nya secara
leluasa tanpa ada kekhawatiran keterbatasan waktu, selain itu
demi menghindari permasalahan mengenai keamanan, maka
pihak kampus juga perlu memperbaiki beberapa hal disamping
hanya menggunakan security saja, yaitu perlu adanya kamera
pengawas dan penerangan jalan agar masalah keamanan dapat
terminimalisir.
179
180
SURAT CINTA UNTUK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Dear Cintaku,
Bapak, Ibu Tercinta. dalam tulisan ini, kami tidak akan menggunakan satire,
atau majas-majas lainnya. Karena keilmuan dan kemampuan kami memang tidak
sampai untuk menuliskan kata-kata seindah puisi cinta, layak nya W.S Rendra
ataupun Chairil Anwar. Surat ini kami tulis melalui goresan-goresan pena pada saat
kosong nya jam kuliah, karena memang dosen hari ini tidak masuk, sama seperti
kemarin. Tidak ada kabar, entah kemana. Seperti doi yang kerap pergi tanpa
berkabar. Hhmm..
Mungkin surat dalam dua lembar kertas ini, hanya sekedar curhatan-
curhatan yang memang kami rasakan sebagai mahasiswa kampus beralmet kuning,
sebuah kampus yang katanya mengedepankan kesejahteraan. Tapi Bapak, Ibu
tercinta. kami mohon maaf apabila bahasa dan kata yang tertuang rancu dan tidak
indah. Karena, selain kemampuan kami yang minim, faktor panasnya ruangan
akibat AC Mati serta efek dari menahan buang air, karena air di Toilet Kampus
sering mati cukup mempengaruhi kualitas tulisan ini.
Hari ini adalah momen bahagia bagi kami. Bagaimana tidak, kampus yang
kami cintai berulang tahun ke-55. Kami yakin, kebahagiaan seharus nya juga
dirasakan oleh mahasiswa di semua fakultas. Dengan semangat membara, embel-
embel “maju dan unggul” dimana-mana, semua fakultas terlihat larut dalam euforia.
181
Semoga tidak ada yang menjerit karena mewah nya parade ini. Ah, senang sekali
kami melihatnya.
Tapi, euforia “pesta” ulang tahun yang hari ini berlangsung, cukup
terganggu oleh beberapa kabar yang tidak mengenakan. Kami dengar salah satu
teman kami, minggu lalu mendapat pesan SMS dari orang tuanya, bahwa uang UKT
untuk semester ini tidak cukup jumlahnya, hanya setengah dari jumlah seharusnya.
Bahkan teman kami satu lagi, sampai harus mempertimbangkan pengajuan surat
cuti, untuk berhenti sejenak, bukan masalah capek atau sakit. Tapi masalah biaya
yang tidak mampu dilunasi. Teman kami yang ketiga, membawa kabar yang lebih
memprihatinkan, dia bilang bahwa kasus yang demikian bukan lagi hitungan jari,
justru banyak sekali. Ini akibat tidak sesuainya kemampuan ekonomi dan UKT
yang dibebankan kepada mahasiswa dan mahasiswi. ya Tuhan, kampus rakyat
macam apa ini? Belum lagi, adik-adik kami dikampung, sudah takut terlebih dulu
untuk berangkat kuliah karena membaca berita, bahwa unnes menerapkan SPI
yang tinggi, atau infaq atau apalah itu namanya. Karena tak tanggung-tanggung,
rata-rata SPI masuk Unnes seharga motor terbaru dari honda. 15-20 juta. Untuk
kawan kami yang ayah nya hanya seorang buruh tani, mana mungkin dapat
melunasi biaya sejumlah itu. Wow Wow..
Yang kami tahu, mereka bukan tidak melakukan banding atau pengajuan
penurunan, tetapi kebanyakan kandas dan hanya mendapat jawaban “tunggu
hasilnya ya nanti”. Padahal, usaha membantu mereka untuk mendapatkan keadilan
tidak kalah kerasnya dengan dentuman pukulan drum, dan kembang api yang hari
ini dibunyikan dan dimainkan dalam euphoria suka cita.
Itulah sepenggal curhatan yang bisa kami tuliskan, mengiringi ucapan Dies
Natalies kampus tercinta.
kemarin malam kami tak sengaja membaca sebuah berita yang ditulis
dengan judul cukup membuat kami tercengang. Judulnya kurang lebih seperti ini
“Kejanggalan Penonaktifan Dosen Saksi Dugaan Plagiat Rektor Unnes”. Dengan
kuota seadanya karena Wifi kampus sewaktu-waktu trouble, eh sering. Kami
182
baca, scroll ke bawah dengan mantap, dan ternyata isi berita tersebut
memberitakan hasil wawancara wartawan dengan Kepala UPT Pusat Hubungan
Masyarakat Unnes yang menjelaskan mengenai suatu kasus yang beberapa hari
kemarin sempat viral, hanya kalah dengan Tik-Tok didaftar tranding twitter
Gunung Pati. Wow. Dengan segera kami mentutup berita dan langsung membuka
tab baru, dengan mengetik di mesin pencaharian. Kira-kira seperti ini “Rektor
Unnes Lapor ke Polisi”. Klik. Dan hasilnya? Ditemukan banyak sekali pemberitaan
mengenai aktivitas “hobi” lapor ini. Woow Wow Wow.. Ajaran-ajaran di kelas
mengenai Pemidanaan sebagai Ultimum Remidium yang disampaikan pada
mahasiswa nya, seakan hanya kalimat kosong tanpa arti. apakah masih duduk
nyaman ketika kampus kita ditertawakan? Lalu dimana letak lex samper dabit
remidium? Hukum selalu memberi obat, Disatu sisi kami sedih, tapi disisi lain
kami tertawa-tawa, lucu saja melihatnya. Sebesar itukah kekuatan jabatan ? Hhmm..
sudah seharus nya Kampus menggunakan pendekatan Akademis dalam
menyelesaikan tiap permasalahan yang terjadi, bukan malah memberangus ruang-
ruang demokrasi dengan ancaman dan tindak represi lain. Sedih hati kami melihat
keadaan kampus yang kami sayangi menjadi seperti ini. Digunakan oleh oknum tak
bertanggung jawab yang kerap kali berlindung di balik “nama baik” Lembaga.
Oh sayangku, nasibmu kini.. kami sedih. Tak kuasa menahan rasa marah
yang bercampur dengan malu
Ah, sudahlah. Tak usah panjang-panjang kami menulis. Tulisan yang sedia
nya adalah Surat Cinta malah berubah menjadi curhatan-curhatan masalah yang
tercampur dengan amarah, Kalau harus menulis curhatan permasalahan kampus
tercinta, bisa berpuluh-puluh lembar pasti nya. Kami tahu , Bapak dan Ibu juga
sadar akan permasalahan yang sedang dialami kampus kita tercinta. Tapi entah tidur
atau pura-pura tidak tahu sehingga meniadakan nya. Sampai di usia 55 ini,
permasalahan klasik seperti ini tak kunjung selesai.
Akhir kata, selamat ulang tahun kampus ku yang katanya siap mendunia. Cepat
sembuh. Satu kecupan manja teriring dari kami, bersama dengan doa dan harapan
yang kami panjatkan, muuaachh…
183
BAB VI : CATATAN KRITIS PENDIDIKAN UNNES DI TENGAH
PANDEMI COVID-19
184
RINGKASAN EKSEKUTIF
dzǡ
- murid harus diajari cara berpikir, bukan apa yang harus dipikirkan
- Margaret
Mead119
119
Dalam Johnston, Message From The Principal , Belgrade Schools (2004)
120
Ihsanuddin, Fakta Lengkap Kasus Pertama Virus Corona di Indonesia ,
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta-lengkap-kasus-pertama- virus-
corona-di-indonesia di akses pada 18 Mei 2020 Pukul 14.35
185
Hubungan Kerja ( PHK) mencapai 1.722.958 orang, jumlah itu terdiri
dari pekerja formal yang dirumahkan sebanyak 1.032.960 orang dan
pekerja formal yang di-PHK sebanyak 375.165 orang, adapun pekerja
informal terdampak sekitar 316.000 orang121. Tidak ada nya perputaran
aktivitas ekonomi akibat Pandemi ini otomatis membuat roda
perekonomian nasional berjalan lambat, bahkan nyaris terhenti dan
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi juga turut terhambat, dampak
terburuk nya tentu saja berakibat pada keputusan perusahaan yang
memilih melakukan Pemutusan Hubungan Kerja pada para pekerja nya.
Hal tersebut juga terjadi dan banyak dirasakan oleh orang tua mahasiswa
Universitas Negeri Semarang. Pada tanggal 18 Mei 2020 BEM KM
Unnes melakukan penjaringan data melalui Google Form mengenai
Dampak Pandemik Terhadap Perekonomian Keluarga Mahasiswa
Unnes, hasilnya terdapat 2216 Mahasiswa yang mengisi survey tersebut,
dimana terdapat 92% mahasiswa yang merasakan dampak ekonomi
akibat Pandemi ini, sedangkan 8% sisa nya mengaku tidak terpengaruh
kondisi perekonomian keluarga nya akibat Pandemi ini.
121
Ade Miranti, Kemenaker: Pekerja yang -PHK di dan dirumahkan capai 1.7juta,
https://money.kompas.com/read/2020/05/12/220000926/kemenaker
-pekerja-yang-di-phk-
dan- dirumahkan-capai-17-juta diakses pada 19 mei 2020 Pukul 19.22
186
ditunaikan, ternyata tidak berbanding lurus dengan hak yang seharusnya
didapatkan. Akibat Perubahan perkuliahan menjadi daring, maka secara
otomatis mahasiswa sama sekali tidak menikmati fasilitas maupun Hak
Layanan Pendidikan lain selama 3 (tiga) bulan diberlakukan nya
perkuliahan secara daring ini, walaupun kewajiban telah ditunaikan
secara penuh. Sehingga berdasarkan hal diatas, maka Mahasiswa
seharusnya memiliki hak untuk menuntut dikembalikan nya kewajiban
yang telah mereka bayarkan sebagai imbas dari tidak dinikmati nya Hak
yang seharusnya didapatkan.
187
BAGIAN I
SEBUAH PENGANTAR
A. Filosofi Pendidikan
122
Hiryanto, Pedagogi, Andragogi Dan Heutagogi Serta Implikasinya Dalam
Pemberdayaan Masyarakat, Jurnal Dinamika Pendidikan Vol Xxii No 01
Mei 2007, Hal 65
188
B. Pendidikan di Indonesia dan Segudang Permasalahannya
Pendidikan merupakan aspek terpenting bagi setiap negara untuk
bisa berkembang dan maju. Bagi negara-negara yang telah memiliki
kesadaran penuh akan hal itu, pendidikan akan ditempatkan sebagai
prioritas utama untuk membangun dan memajukan negara tersebut.
Sama halnya dengan indonesia yang juga memprioritaskan pendidikan
sebagai aspek terpenting untuk memajukan negara dan sumber daya
manusianya, hal ini tersurat dengan jelas dalam alinea keempat
pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
didalamnya terdapat tujuan tujuan nasional bangsa Indonesia dimana
salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Frasa mencerdaskan sebenarnya memiliki arti, ada sebuah upaya
yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kuasa dalam hal ini
pemerintah dan institusi pendidikan yang dengan sengaja untuk
memberikan pelayanan pendidikan yang baik dan bermutu tinggi untuk
bisa mencapai kecerdasan yang disebutkan. Frasa “kehidupan bangsa“
dapat diartikan bahwa pendidikan maupun pencerdasan yang dilakukan
berlaku bagi semua warga bangsa tanpa terkecuali seperti yang telah
disebutkan dalam pasal 31 UUD NRI Tahun 1945 yang bunyinya
“Setiap warga negara berhak mendapat dan mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya“. Sehingga poin penting yang
dapat disimpulkan adalah bahwa negara dalam hal ini pemerintah
memiliki state obligation untuk memenuhi constitutional rights warga
negarnya dalam hal pendidikan, seperti yang tertera dengan sangat jelas
dalam konstitusi.
Namun dalam mengkaji pendidikan tidak cukup berhenti apakah
negara menjamin atau tidaknya pendidikan bagi warga negaranya
dalam ranah legalitas hukum. Melainkan pada aspek yang lebih luas
lagi termasuk bagaimana implementasi dari tanggung jawab dan
kewajiban pemerintah dalam melaksanakan perintah konstitusi
tersebut. Di satu sisi begitu sentralnya peran pendidikan dalam
memajukan sumber daya manusia dan negara namun di sisi lain masih
banyak persoalan pendidikan baik praktis maupun teknis yang tidak
bisa di kesampingkan. Data yang dirilis oleh Progammefor
International Studnets Assesment (PISA) pada desember 2019 lalu
menunjukkan bahwa kemampuan pelajar indonesia berada pada tingkat
189
yang rendah, menempati posisi ke 72 dari 77 negara. 123 Informasi ini
tidak bisa diannggap sebagai hal yang sepele, karena menempati posisi
6 besar terbawah bukan sebuah prestasi, melainkan sebuah sirine
kencang yang memberitahu bahwa kondisi pendidikan di Indonesia
sedang tidak baik-baik saja. Data lain yang dikeluarkan oleh Human
Development Reports pada tahun 2017 menunjukkan bahwa Indoneisa
berada pada posisi ke tujuh di ASEAN dengan skor 0,622. 124Masuk
dalam 4 peringkat terbawah dari 10 negara di ASEAN merupakan
sebuah signal merah bagi pemerintah dan isntitusi pendidikan untuk
menggenjot pemerataan dan kualitas pendidikan di Indonesia.
Tingkat pendidikan warga negara yang hidup di negara dengan
sumber daya alam kaya raya ini juga tergolong rendah berdasar data
dari Statistik Pendidikan, rata- rata lama sekolah pada tahun 2018
adalah 8,7 tahun bahkan target pada tahun 2019 pun tidak bisa
terpenuhi yaitu 8,8 tahun. 125 Dalam realitanya masyarakat yang
menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi pun belum memiliki
jaminan bahwa apa yang dia dapat dari pendidikan yang selama ini dia
tempuh akan releate dengan pekerjaan atau profesinya. Melihat fakta
yang ada banyak ditemukan pengangguran yang berijazah Strata 1,
dikarenakan rendahnya kuaitas lulusan universitas di negeri ini. 126
Permasalahan pendidikan di Indonesia bisa dikategorikan menjadi 3
bagian, pada ranah Input, Proses, dan Output.127 Tiga bagain ini saling
berkaitan dan tidak bisa dipisahkan dimana bagian input dalam
pendidikan akan terkait dengan bagian proses dan bagian proses juga
akan terkait dengan output yang dihsasilkan. Tidak hanya berhenti
disini bagian output pun bisa juga memiliki keterkaitan dengan input
yang dilakukan.
Mengkaji permasalahan pendidikan dalam ranah Input dapat
kita pahami dari sisi birokrasi pendidikan yang sering dijumpai
komersialisasi oleh oknum-oknum eksternal tertentu bahkan oknum
internal dari institusi pendidikan itu sendiri. Komersialisasi pendidikan
123
Ita, Peringkat 6 Terbawah, Indonesia Diminta Tinggalkan Sistem Pendidikan Feodalistik,
https://m.detik.com/news/dw/d-4811907/peringkat-6-terbawah-indonesia-diminta-
tinggalkan-sistem- pendidikan-feodalistik diakses pada 10 Mei 2020 Pukul 11.11
124
Scholastica Gerintya, Indeks Pendidikan Indonesia Rendah, Daya Saing Pun ,Lemah
https://tirto.id/indeks-pendidikan-indonesia-rendah-daya-saing-pun-lemah-dnvR
diakses 8 Mei 2020 Pukul 12.21
125
Ibid
126
Priarti megawati. jurnal formatif 2(3): 227-234. meretas permasalahan pendidikan di indonesia.
127
Ibid
190
dapat diartikan sebagai memperdagangkan pendidikan. 128 Pendidikan
seringkali dikaitkan dengan nilai finansial sehingga orang yang mampu
secara ekonomi dapat mengenyam pendidikan sementara orang dengan
keterbatasan atau ketidakmampuan secara ekonomi sulit bahkan tidak
bisa merasakan pendidikan yang seharusnya merupakan hak mereka.
Komersialisasi pendidikan dapat dibedakan kedalam dua pengertian
yang berbeda. Pertama komersialisasi pendidikan yang mengacu pada
lembaga pendidikan dengan program serta sarana dan prasarana mahal
dimana dalam pengertian ini pendidikan memang sengaja disediakan
untuk mereka yang memiliki ekonomi kuat, sedangkan pengertian yang
kedua adalah komersialisasi yang hanya mementingkan pendaftaran
atau biaya pendidikan saja namun mengabaikan kewajiban-kewajiban
yang harus dilaksanakan. 129 Dari dua pengertian komersialisasi
pendidikan diatas memang terdapat perbedaan jika mengkaji secara
praktis. Secara singkat pengertian pertama bahwa pendidikan lebih
dituju pada biaya yang mahal dengan target masyarakat dengan
ekonomi kuat, sementara pengertian kedua menjelaskan bahwa ada
pengabaian atas kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan secara
penuh dalam menyelenggarakan pendidikan dan hanya berfokus pada
keuntungan saja. Namun dalam realitasnya terlepas dari dua pengertian
tersebut komersialisasi pendidikan adalah suatu upaya yang dapat
mendiskriminasikan pendidikan nasional. Permasalahan ini bukan
masalah baru, melainkan masalah klasik yang harus segera diselesaikan
oleh pemerintah atau institusi terkait untuk dapat merealisasikan
perintah konstitusi bahwa tiap-tiap warga negara berhak untuk
mendapatkan pendidikan.
Mengkaji permasalah pendidikan dari bagian proses dapat
dipahami dari realitas pendidikan yang ada mulai dari tingkat
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai perguruan tinggi. Dalam
kegiatan belajar mengajar misalnya sering dijumpai ketidakselarasan
antara guru dengan murid, hal ini berdampak pada minat murid dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Kecendurungan memukul rata setiap
murid untuk bisa menguasai semua mata peajaran atau materi juga
bukan langkah yang bagus karena setiap anak atau murid memiliki
kualifikasi masing-masing. Seperti yang dikemukakan oleh M Dalyono
dalam bukunya psikologi pendidikan “Minat yang besar terhadap
sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau
128
Achmad zulfikar. dampak komersialisasi pendidikan terhadap tata kelola pendidikan tinggi di
indonesia. hal 2
129
Ibid. Hal 3
191
memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu”. 130 Sehingga peru
dilakukannya peningkatan secara masif minat dan motivasi siswa
dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Mengkaji permasalahan pendidikan dari bagian output dapat
dipahami dari lulusan-lulusan institusi pendidikan yang terjun kedalam
dunia kerja dan kebermanfaatannya bagi mayarakat. Berdasarkan yang
dikeluarkan oleh Global Talent Competitiveness Index (GTCI) tentang
daya saing negara berdasarkan kemampuan atau talenta sumber daya
manusia yang dimiliki negara tersebut. Indonsia hanya menempati
posisi ke enam dari 10 negara di Asia Tenggara dengan skor 38,61.131
Sebuah skor yang kecil jika melihat besarnya sumber daya manusia
yang dimiliki Indonesia. Data ini menandakan bahwa masih banyakya
pekerjaan pemerintah serta institusi terkait dalam meningkatkan
kualitas dan mutu pendidikan sehingga dapat menghasilkan lulusan-
lulusan yang kompeten dan memiliki daya saing tinggi.
Dari paparan diatas telah jelas disampaikan bahwa pendidikan di
Indonesia tidak berada pada kondisi yang baik-baik saja mengingat
begitu sentralnya peran pendidikan dalam memajukan dan meneruskan
tonggak estafet bangsa ini. Tentu saja bangsa ini tidak mau berjalan
dengan kondisi terbelakang dan serba tertinggal dengan bangsa-bangsa
lain, sehingga perlu perhatian lebih dan masif untuk terus ditingkatkan
terkait pendidikan di Indonesia.
130
Dinar, tiara nadip & gatot ismail. pengaruh minat dan motivasi terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran administrasi perkantoran. jurnal pendidikan bisnis dan manajemen.
volume 1 no 2 september 2015
131
Scholastica Gerintya, Indeks Pendidikan Indonesia Rendah, Daya Saing Pun ,Lemah
https://tirto.id/indeks-pendidikan-indonesia-rendah-daya-saing-pun-lemah-
dnvR diakses 8 Mei 2020 Pukul 16.05
192
upaya pencegahan serta penanganan Covid 19 ini 132. Setelah keluarnya
status Pandemi dari WHO beberapa pemerintah daerah segera
mengeluarkan kebijakan untuk mengalihkan kegiatan pembelajaran
yang selama ini dilakukan secara kontak langsung,kini dialihkan
menjadi belajar di rumah dan kebijakan ini dimulai dari 16 maret 2020
, hal tersebut dikonfrimasi dari beberapa gubernur yang telah
menyampaikan pemberitahuan ini seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan
Kamil, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan diikuti oleh
pemerintah daerah lainnya 133 . Disusul dengan dikeluarkannya surat
edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor:
36962/MPK.A/HK/2020 tertanggal 17 Maret 2020 tentang
Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam rangka
Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), agar
kegiatan perkuliahan bagi semua perguruan tinggi baik negeri dan
swasta untuk mengalihkan pula kegiatan perkuliahan secara dalam
jaringan (daring) dari rumah masing-masing tanpa harus pergi ke
kampus 134 . Pada Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor: 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring
dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran
Corona Virus Disease (COVID-19) point ke 4 berbunyi “Khusus untuk
daerah yang sudah terdampak Covid-19 berlaku ketentuan sebagai
berikut”135:
• Memberlakukan pembelajaran secara daring dari rumah bagi
siswa dan mahasiswa;
• Pegawai, guru, dan dosen melakukan aktivitas bekerja, mengajar
atau memberi kuliah dari rumah (Bekerja Dari Rumah/BDR)
melalui video conference, digital documents, dan sarana daring
lainnya. Sebagai informasi, berbagai lembaga penyedia telah
bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
menyediakan sarana pembelajaran daring secara gratis
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini;
Oleh karena itu mulai pertanggal 16 dan 17 maret 2020 seluruh
132
Voice of America, WHO nyatakan Virus Corona Sebagai Pandemi Global
https://www.voaindonesia.com/a/who-nyatakan-virus-corona-sebagai-
pandemi-global-/5325006.html dilihat 9 Mei 2020 pukul 13.21
133
BBC Indonesia, https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51769074, dilihat 9 Mei 2020
134
Tirto.id,"SE Dikti: Masa Belajar Diperpanjang 1 Sementer Akibat Coron
a",
https://tirto.id/eKqH, dilihat 9 Mei 2020 Pukul 15.33
135
Webiste Kemdikbud https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-
…pembelajaran-secara-daring-dan-bekerja-dari-rumah-untuk-mencegah-penyebaran-covid19
dilihat 9 Mei 2020 Pukul 15.42
193
kegiatan pembelajaran dari Paud, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas/Kejuruan,hingga Perguruan Tinggi
mengubah kegiatan pembelajaran menjadi Dalam Jaringan atau biasa
dikenal dengan Online. Semua ini sebagai bentuk menindaklanjutkan
himbauan dari pemerintah Indonesia setelah dikeluarkannya status
bahaya pandemi akibat covid 19 dari World Health Organization.
Selasa 24 maret 2020 Juru Bicara Presiden Jokowi Fadjroel Rachman
dalam keterangan tertulis menginfokan bahwasanya Pelaksanaan Ujian
Nasional 2020 mulai dari sekolah maupun madrasah pada tingkat dasar
(SD/MI), menengah pertama (SMP/MTS) maupun menengah atas
(MA/SMA) resmi ditiadakan akibat pandemi corona COVID- 19 136.
Kebijakan ini sebagai salah satu respon atas upaya social distancing
dalam mengurangi penyebaran virus corona dan keputusan presiden
juga merupakan tindak lanjutan atas perencanaan dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim bersama
Komisi X DPR RI atas pelaksanaan Ujian Nasional 2020 yang harus
ditiadakan. Akan tetapi semua upaya pencegahan penyebaran virus
covid- 19 tersebut harus dilaksanakan secara bersama oleh seluruh
masyarakat agar tindakan pencegahan serta penanganan covid-19 dapat
terkendali dan diminimalisirkan korban yang terjangkit covid-19.
136
Tirto.id,"Jokowi Putuskan UN.2020 Dihapus.Akibat Pandemi Corona COVID19"
,
https://tirto.id/eHk E, dilihat 9 Mei 2020 Pukul 17.04
194
BAGIAN II
195
melakukan pembelajaran secara daring. Selain itu, seharusnya
pemerintah termasuk disini pihak kampus sebagai penyelenggara
urusan negara dalam bidang Pendidikan juga memberikan subsidi,
salah satunya untuk pendidikan tinggi, berupa keringanan biaya
kuliah kepada mahasiswa, mengingat listrik-listrik dan wifi yang
biasa dikonsumsi di kampus dipindahkan ke rumah-rumah
mahasiswa dan dosen, selain itu fasilitas seperti laboratorium dan
instrumen operasional lain juga tidak digunakan, sehingga ada hak
yang tidak dapat dinikmati oleh mahasiswa karena pembelajaran
secara daring ini. Di sisi lain, akibat Pandemi ini, pihak kampus juga
perlu untuk memperhatikan penurunan penghasilan orang tua
mahasiswa akibat kebijakan PSBB dan social distancing terutama
bagi orang tua yang berprofesi segaia buruh.
Penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) oleh pemerintah yang dinilai setengah-setengah dan justru
menyulitkan banyak pihak 137 mengakibatkan banyak orang tua
mahasiswa yang mengalami kesulitan terutama dalam aspek
ekonomi karena, tidak sedikit dari mahasiswa yang keluarga nya
harus kehilangan lapangan pekerjaan, hal ini mengakibatkan
sebagian besar orang tua kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup
keseharian nya, termasuk juga untuk membayarkan UKT anak-anak
nya pada semester berikutnya. Adanya krisis karena pandemic ini
yang mendasari BEMKM UNNES untuk melakukan survey kepada
mahasiswa aktif, mahasiswa semester akhir 138, dan calon mahasiswa
baru UNNES 2020 jalur SNMPTN139. Hasil survey yang dilakukan
BEMKM UNNES 2020 pada tanggal 18 Mei 2020 dengan
keterangan responden dapat diamati sebagai berikut :
137
Redaksi Kumparan, ͞W^ŝŶŝůĂŝdĂŬĨĞŬƚŝĨ͕<ĞďŝũĂŬĂŶzĂŶ
https://kumparan.com/kumparannews/psbb-dinilai-tak-efektif-kebijakan-yang-setengah-
hati- 1t9ppgyjTTv di akses pada 5 mei 2020 Pukul 19.22
138
Form Survey Pada Google Form
https://drive.google.com/open?id=1DF2vKXcu3Fz4O5V0whg5xbLKcHQ8kmP4
139
Form Survey Calon Mahasiswa Baru
https://drive.google.com/open?id=1M7hJKuENdaeSNL7x8- jrcXm0O_4o6rA8
196
Gambar 1. Perbandingan Responden
197
Gambar 3. Profesi Orang tua Responden
198
Dari data survey yang kami lakukan mengenai dampak pandemic
terdahap perekonomian keluarga mahasiswa, yang ditujukan kepada
mahasiswa aktif dan mahasiswa semester akhir didapatkan bahwa 92%
responden yang sebagian besar berprofesi sebagai buruh, petani,
karyawan swasta, dan pedagang (dapat dilihat prosentasenya di Gambar
3) terdampak perekonomiannya karena pandemic ini. Hampir
keseluruhan responden mengharapkan adanya keringanan UKT dan
mengeluhkan karena perekonomian orang tua mereka menurun akibat
pandemic ini.
Berikut merupakan beberapa keluhan dan harapan yang
disampaikan mahasiswa dari survey140 yang dilakukan :
140
Selengkapnya untuk hasil survey :
https://drive.google.com/file/d/1bxw8Bks6uQdHRLT00v3qrTesJsYN7dFD/view?usp=sharing
199
bahkan terjadi pengurangan jam kerja dikarenakan rumah sakit mulai
membatasi pasien yang datang.” –TPA (Mahasiswa FE)
“Ayah saya dirumahkan, ibu saya guru honorer TK, tidak digaji
karena dari yayasan tidak ada pemasukan dikarenakan banyaknya
siswa yang tidak membayar sekolah” –IN (Mahaiswa FE)
200
MENGAPA UKT HARUS KEMBALI ?
141
Website Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Layanan BLU Kementrian Keuangan
http://blu.djpbn.kemenkeu.go.id/index.php?r=publication/blu/view&id=238 , diakses pada tanggal 3
mei pukul 2.45 WIB
201
Berdasarkan ketentuan tersebut pendapatan UNNES terbagi sebagai berikut142
Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD
Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan
kepada masyarakat dan hibah tidak terikat yang diperoleh
dari masyarakat atau badan lain.
Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain
Hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil
usaha lainnya. Dalam rumusan yang konkret, pendapatan
PTN-BLU terbagai sebagai berikut:
x BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi
Negeri)
x Biaya pendidikan (UKT) dan juga Uang Pangkal/SPI
(jika sudah diberlakukan di PTN-BLU tersebut)
x Dana hibah dari masyarakat atau badan lain yang
tidak terikat
x Dana hibah dari masyarakat atau badan lain yang
terikat
x Kerjasama PTN-BLU
x Usaha lain PTN-BLU
x
B. Rumusan Biaya Pendidikan Mahasiswa Pada PTN, Berapa BKT Tiap
Prodi di Unnes ?
142
Pasal 14 PP No. 23 Tahun 2005 j.o PP No. 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum.
143
Peraturan Menristekdikti No 39 Tahun 2017 Tentang BKT dan UKT Pada Perguruan Tinggi Negeri
202
Sedangkan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN)
merupakan bantuan biaya dari Pemerintah yang diberikan pada Perguruan
Tinggi Negeri untuk membiayai kekurangan biaya operasional yang sesuai
dengan standar pelayanan minimum. Berikut merupakan landasan hukum
perumusan BKT, UKT, dan BOPTN yang terdapat dalam UU No. 12 tahun
2012.
Gambar 7. Landasan hukum perumusan BKT ,UKT, dan BOPTN
203
dosen, biaya tenaga kependidikan, biaya bahan operasional pembelajaran,
dan biaya operasional tidak langsung.
Gambar 8 Model Biaya Kuliah Tunggal Berdasarkan Satuan Standar
BOPTN 144
144
Bahan Konferensi Pers Uang Kuliah Tunggal Permendikbud tahun 2013, tanggal 13 Mei 2013
145
Bahan Konferensi Pers Uang Kuliah Tunggal Permendikbud tahun 2013, tanggal 13 Mei 2013
204
Perumusan BKT dipengaruhi oleh Biaya Langsung dan Biaya Tidak
Langsung Menurut Tayangan Standar Standar Satuan Biaya Operasional
Perguruan Tinggi Negeri Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014, Biaya Langsung atau BL
adalah biaya operasional yang terkait langsung dengan penyelenggaraan
kurikulum program studi, sedangkan Biaya Tidak Langsung atau BTL
adalah biaya operasional pengelolaan institusi (institution overhead) yang
diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan program studi. berikut
merupakan rumusan biaya dalam BKT yang ditunjukkan Gambar 9. Dari
keterangan rumus tersebut, C merupakan Biaya Kuliah Tunggal Basis yang
dihitung dari data yang ada di PTN. Hal ini menunjukkan bahwa BKT Basis,
disini merupakan otoritas dari masing-masing perguruan tinggi bahkan
tergantung tiap-tiap program studi.
205
Berikut adalah Rincian Biaya Kuliah Tunggal (BKT) per Program Studi
pada Universitas Negeri Semarang yang diakses dari Lampiran
Permenristekdikti No 39 Tahun 2016146
146
Lampiran Permenristekdikti Nomor 39 Tahun 2016 Tentang BKT dan UKT
147
Standar Satuan Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri, Direktorat Jenderal pendidikan
Tinggi, Kemendikbud 2014
206
BOPTN. Adapun mengenai perbedaan jumlah UKT yang berbeda antara
mahasiswa dikarenakan konsep utama dari UKT adalah subsidi silang,
berdasarkan Kemampuan Ekonomi masing-masing Mahasiswa.
207
C. Penjabaran Biaya Langsung (BL) dan Biaya Tidak Langsung (BTL)
Menurut Lampiran Permenristekdikti No 30 Tahun 2019 Tentang
Satuan Standard Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri
148
Lampiran Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Standar Satuan Biaya Operasional
Pendidikan Tinggi..
208
seminar, ujian komprehensif, pendadaran, dan wisuda;
d. bimbingan konseling dan
kemahasiswaan: orientasi mahasiswabaru,
bimbingan akademik, ekstra kurikuler, dan
pengembangan diri.
No. Kegiatan Dasar Opsional
1. Kelas Kuliah tatap muka, PR, Kuis, Tutorial, Stadium
UTS, UAS Generale, Matrikulasi
2. Lab/ Studio/ Praktikum Tugas Praktik Kuliah Lapangan, KKN
Bengkel/ gambar/ Desain
Lapangan praktikum bengkel
3. Tugas Tugas Akhir (TA), Ujian Komprehensif Seminar
Akhir/Proyek Proyek Akhir (PA),
Akhir/ Skripsi Ujian Pendadaran
4. Bimbingan- Bimbingan Akademik Orientasi Mahasiswa Baru,
Konseling dan Pengembangan diri
Kemahasiswaan
a) Kegiatan Kelas
149
Ibid
209
terdiri dari dua kelompok, yaitu course delivery dan evaluasi.
Kegiatan course delivery berupa kuliah tatap muka di kelas oleh
dosen dan tutorial tatap muka di kelas oleh asisten. Kegiatan
evaluasi berupa PR, kuis, UTS, dan UAS. Kuantifikasi
kegiatan-kegiatan ini sebagai dasar pembiayaan pada
prinsipnya didasarkan pada sks, frekuensi, dan jumlah
mahasiswa, atau gabungan sebagian atau seluruh parameter ini.
Sebenarnya, masih ada parameter jumlah kelas yang
berpengaruh terhadap kuantifikasi kegiatan di kelas, namun
parameter ini dapat disisihkan dengan cara kuantifikasi
kegiatan per kelas.
Tabel 2. Cara Kuantifikasi Kegiatan Kelas Untuk Keperluan
Perhitungan Biaya Operasional Kegiatan.150
150
ibid
210
a. Kegiatan di luar kelas (laboratorium/studio/bengkel/lapangan)
151
Ibid
211
KKN Sks, Insentif dosen, biaya Per kelompok
Mhs operasional Mhs
152
Ibid
212
mencakup berbagai kegiatan yang tidak masuk kedalam
kurikulum, namun diperlukan sebagai penunjang dan
pengembangan diri mahasiswa (soft skill).
153
Ibid
213
Secara keseluruhan, biaya langsung merupakan agregasi
(jumlahan) dari keempat komponen diatas, yang dihitung untuk
setiap mahasiswa per tahun. Satuan biaya per aktivitas ditentukan
berdasarkan beberapa asumsi dan data empiris di lapangan.
Komponen honor/upah – misalnya, diperhitungkan berdasarkan
kewajaran dan praktik yang lazim diterapkan, dengan asumsi
bahwa pihak pelaksana kegiatan belum mendapatkan upah untuk
kegiatan dimaksud dari sumber manapun. Biaya selain upah seperti
biaya bahan/material praktikum didekati dengan data empiris di
lapangan.
Tabel 6. Pengelompokan Biaya Langsung (BL)154
154
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Penyusunan Unit Cost Program Studi dengan Dasar Model ABC ( Acitvity Based , Costant)
Novermber 2012.
214
BL Sarana (sarana yang a. LCD
berhubungan dengan b. Komputer
prosess pembelajaran) c. Layar
d. Microphone/wireless
e. Meja kuliah
f. Papan tulis
g. Jam dinding
h. Pendingin ruangan
(hal ini juga dihitung melalui metode depresiasi,
dan hasil akhirnya adalah rate biaya sarana per
mahasiswa per jam di ruang kuliah)
BLSaranaPraktikum a. Alat praktikum
b. Bahan habis pakai
215
(dihitung menggunakan metode depresiasi, hasil ahkhir
memperhatikan rate sarana per mahasiswa per jam di
ruang praktikum, dan apabila kegiatan praktikum
terbagi 2 maka kedua BHP dan sarana
dihitung kemudian di jumlah)
BL BHP kuliah Jenis BL :
a. Spidol
b. Map plastic
c. Kertas HVS
d. Penghapus papan tulis
e. Penggaris papan tulis
f. Dll
(dihitung dengan kalkulasi jumlah biaya bahan per
mahasiswa per kuliah)
BL BHP Praktikum Jenis :
a. Elektroda las
b. Plat
c. Kabel
d. Lem
e. DLL
(dihitung dengan kalkulasi jumlah biaya bahan
per mahasiswa per praktikum)
155
Fontanella, et al., “Perhitungan Tarif Biaya Satuan (Unit Cost) Penyelenggaraan Pendidikan”.,
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
216
Tarif SDM Tarif gaji Dosen/jam efektif + Tarif
aktifitas SDM per mahasiswa
217
B. Biaya Tidak Langsung156
156
Lampiran Permenristekdikti No 30 Tahun 2019 Tentang Standard Satuan Biaya Operasional
Pendidikan Tinggi
218
sebagai besaran biaya tidak langsung untuk menghitung Biaya Operasional
per mahasiswa per tahun. Dari data biaya tidak langsung yang diperoleh
dari perhitungan biaya tidak langsung perguruan tinggi yang ada di
Indonesia, mulai dari perguruan tinggi yang orientasinya pada pendidikan
hingga yang intensitas penelitiannya tinggi, data menunjukkan bahwa BTL
berkisar sekitar 40-50% dari BL157 . Dari data tersebut maka penetapan
besarnya BTL merupakan persentase (proporsi) dari biaya langsung, tanpa
membedakan intensitas kegiatan di dalam dan di luar kelas, dan dirumuskan
dalam bentuk:
ܮܶܤ
ൌ
ͷͲΨ
ݔ
ܮܤ
157
Ibid
219
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dalam pasal 88
disebutkan bahwa pemerintah menetapkan standar satuan biaya
operasional Pendidikan Tinggi secara periodik. Standar satuan biaya
operasional yang dimaksud adalah biaya penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi di luar investasi (biaya pengadaan sarana dan
prasarana serta sumberbelajar) dan pengembangan. Penetapannya
adalah dengan mempertimbangkan :
2) biaya pemeliharaan,
4) bahan pustaka,
5) penjaminan mutu,
220
6) pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan,
158
Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP mengenai BOPTN dan
BPPTNBH, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Febrari 2017 di Solo. Dan juga Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri yang dikeluarkan oleh Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pad tahun 2016.
221
Tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hak pengelolaan kekayaan negara yang dimaksud dapat berbentuk
antara lain hak pengelolaan lahan, laut, pertambangan, perkebunan,
hutan,dan museum, dilanjutkan dalam pasal 85 ayat (2) untuk
pendanaan biaya dari mahasiswa, biaya yang ditanggung oleh
mahasiswa harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang
membiayainya. PNBP dalam PTN-BLU bisa dibagi menjadi 3,
yakni biaya pendidikan, dana hibah, dan kerjasama/dana usaha lain
PTN-BLU159. Sayangnya fungsi PNBP ini tidak dijelaskan secara
rigid dalam sebuah perundang-undangan ataupun dalam sebuah
juknis resmi kementerian terkait maupun universitas.
Dari pendapatan tersebut, pengalokasiannya terhadap BL dan BTL
adalah sebagai berikut :
1. BL (Biaya yang berhubungan langsung dengan proses belajar
mengajar), biaya ini ditanggung menggunakan dana PNPB
(APBN) maupun non PNPB. Pembiayaan tersebut meliputi BL
SDM yang dibiayai oleh Rupiah Murni dan juga BOPTN, BHP
Pembelajaran yang dibiayai oleh non-APBN, BHP Praktikum yang
dibiayai oleh non-APBN (UKT atau dana kerjasama/usaha PTN-
BLU) dan BOPTN, sarana pembelajaran (hitungan biaya
depresiasi) yang dibiayai oleh non-APBN (UKT atau dana
kerjasama/usaha PTN-BLU) dan BOPTN, sarana praktikum
(hitungan biaya depresiasi), dibiayai oleh non- APBN (UKT atau
dana kerjasama/usaha PTN-BLU) dan dana BOPTN, Gedung
pembelajaran (hitungan biaya depresiasi) yang dibiayai oleh non-
APBN (UKT atau dana kerjasama/usaha PTN-BLU), dan Gedung
praktikum (hitungan biaya depresiasi) yang dibiayai oleh non-
APBN (UKT atau dana kerjasama/usaha PTN-BLU).
2. BTL (Biaya yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan
proses belajar mengajar) yang keseluruhannya menggunakan biaya
bantuan operasional perguruan tinggi negeri (BOPTN), biaya
tersebut meliputi : biaya depresiasi gedung, sarana dan prasarana,
biaya operasional, biaya pemeliharaan dan, biaya tambahan lain.
159
PP No 23 Tahun 2005 Jo. PP No. 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum.
222
Besaran Biaya Langsung (BL) dan Bantuan Tidak
Langsung (BTL) inilah yang nantinya akan menentukan berapa
besarnya Uang Kuliah Tunggal atau UKT. UKT (Uang Kulih
Tunggal) adalah sebuah sistem pembayaran dimana biaya kuliah
mahasiswa selama satu masa studi di bagi rata per semester (jadi
tidak ada lagi uang pangkal) serta tidak ada biaya tambahan lain-
lain lagi seperi Praktikum, KKN dan Wisuda. UKT ini merupakan
biaya kuliah yang dibebankan kepada tiap Mahasiswa per
Semesternya baik dari program Sarjana (S1) dan Program Diploma
III yang dibayarkan tiap semesternya. Tujuan adanya Uang Kuliah
Tunggal seperti subsidi silang, yaitu kebijakan yang ditujukan
untuk lebih membantu dan meringankan biaya pendidikan
mahasiswa melalui penggolongan UKT, jadi setiap mahasiswa
yang berasal dari golongan mampu akan mensubsidi yang
golongan kurang mampu.
223
surplus anggaran, dan adanya kenaikan pendapatan yang bersumber dari
masyarakat serta mengalami penurunan pendapatan dari pemerinta
224
Dari Neraca UNNES di atas tampak bahwa perbandingan Nilai
Total Aset atau Nilai Total Ekuitas dan Kewajiban UNNES per 31
Desember 2018 sebesar Rp4.470.532.252.887,00 dan nilai Total Aset atau
Nilai Total Ekuitas dan Kewajiban pada neraca per 31 Desember 2017
sebesar Rp4.409.669.718.261,00 atau mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya sebesar Rp60.862.534.626,00 (1,38%). Kenaikan ini
disebabkan karena adanya surplus sampai dengan 31 Desember 2018
sebesar Rp61.588.712.784,00.
225
Pada tahun 2018, UNNES memperoleh nilai surplus tahun berjalan
sebesar Rp61.558.712.784,00 sedangkan surplus tahun berjalan periode 31
Desember 2017 sebesar Rp54.654.380.664,00.
Pendapatan dari Badan Pengembang Bisnis UNNES pada tahun 2017
sebesar Rp3.220.617.356,00. Pendapatan tersebut berasal dari asrama,
pusat layanan kesehatan (Puslakes), UNNES Press dan pendapatan sewa
lahan dan gedung di UNNES. Kemudian di tahun 2018 mengalami
peningkatan dengan menerima pendapatan sebesar Rp4.140.336.680,00.
Pendapatan non-layanan pendidikan UNNES, berasal dari pendapatan hasil
kerja sama dengan pihak ketiga, dan pendapatan dari penjualan produk dan
pemanfaatan aset yang dimiliki UNNES. Pendapatan-pendapatan tersebut
masuk dalam PNBP UNNES yang peruntukannya digunakan untuk
menunjang kegiatan unit kerja yang mendapatkan dana yang bersangkutan.
Perolehan pendapatan non-layanan pendidikan dari setiap unit kerja di
tahun 2018 sebesar Rp55.216.771.996,00.160
160
Laporan Tahunan Rektor Universitas Negeri Semarang Tahun 2018-2019
226
Tabel. Proyeksi Pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
UNNES Tahun 2020-2024.161
Dari data-data argumentatif yang Tim Kajian lampirkan, dapat kami simpulkan
Bahwasanya setiap tahun nya Unnes mengalami peningkatan
pendapatan yang didapatkan dari berbagai macam sumber yakni Uang
Kuliah Tunggal (UKT) dan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI)
mahasiswa, Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dari
Pemerintah, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Sumbangan
Masyarakat, serta pemasukan lain dari lini usaha/bisnis yang dimiliki oleh
Kampus sebagai income generating, baik dari pemanfaatan aset dan lahan,
maupun dari kerjasama. Terlebih berdasarkan Peraturan Rektor Universitas
Negeri Semarang No.1 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis
(RENSTRA) Bisnis Universitas Negeri Semarang Tahun 2024, telah
diproyeksikan selama 5 (lima) tahun kedepan bahwa PNBP Unnes akan
terus mengalami peningkatan jumlah tiap tahun nya.
Adapun selama masa Pandemi ini, tidak ada data yang bisa diakses
mengenai kondisi keuangan kampus, termasuk di dalam nya yang berkaitan
dengan pengeluaran Biaya Operasional yang biasa dibayarkan secara rutin.
Terkhusus mengenai Biaya Langsung sebagai salah satu instrumen dalam
Biaya Kuliah Tunggal (BKT) yang pendanaan nya sebagian besar di cover
oleh Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa. Seharusnya dalam perubahan
keadaan, kampus harus menyampaikan laporan nya, karena akibat
pembelajaran yang dilakukan secara daring maka secara otomatis
Pengeluaran kampus akan sangat jauh berkurang. Dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik menjelaskan
bahwasanya hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia, dan
keterbukaan informasi
publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik.
161
Peraturan Rektor UNNES No.1 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis (RENSTRA) Bisnis
Universitas Negeri Semarang Tahun 2020-2024
227
Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan
lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan
masyarakat, dan/atau luar negeri. Selain itu, keterbukaan informasi publik
merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap
penyelenggaraan negara dan Badan Publik lainnya dan segala sesuatu
yang berakibat pada kepentingan publik. 162Universitas Negeri Semarang
sebagai lembaga publik yang melaksanakan tugas penyelenggaraan negara
dibidang pendidikan serta mendapat anggaran dari negara, sudah
semestinya melaporkan rincian keuangan, termasuk pengeluaran nya
kepada publik berdasarkan prinsip- prinsip keterbukaan, transparansi dan
akuntabilitas, terutama kepada mahasiswa yang telah menunaikan
kewajiban nya dalam membayar UKT, selain itu juga sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada masyarakat yang telah membayarkan pajak
nya kepada negara.
162
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
228
C. Kesimpulan
229
sebesar 2%. Lalu dengan subsidi kuota saja, apakah Hak Mahasiswa sudah
dirasakan selama Perkuliahan daring ini, ketika lebih dari 90% UKT
mahasiswa tidak jelas peruntukan nya kemana? Tentu tidak. Oleh sebab itu,
Kampus wajib memberikan kembali sisa UKT yang tidak dipergunakan
untuk keperluan operasional mahasiswa secara langsung karena selama
Pandemi ini mahasiswa tidak dapat merasakan manfaat nya akibat
pembelajaran yang dilaksanakan secara daring.
Selain itu demi kemanusiaan, jika melihat banyak sekali keluarga dari
mahasiswa yang kondisi ekonomi nya terganggu dan terpengaruh karena
Pandemi Covid19 ini tentu saja sangat membebani, terlebih jika UKT tidak
dikembalikan, dan bahkan harus membayar kembali di semester berikutnya.
Oleh Sebab itu, Pengembalian UKT menjadi sangat penting dilakukan demi
kesejahteraan mahasiswa dan keluarga nya. Karena memang tidak
dinikmati nya hak yang seharusnya diterima, selain itu Biaya kuliah yang
dikembalikan tentu saja akan sangat membantu keluarga mahasiswa untuk
terus bertahan hidup di tengah himpitan dan terpaan ekonomi.
230
BAGIAN III
231
A. Fakultas Hukum
163
Hasil serap aspirasi Dewan Perwakilan Mahasswa Universitas Negeri Semarang, 24 maret 2020.
232
begitu mahasiswa merasakan keresahan dalam proses perkuliahan yang
mana perkuliahan hampir semua kelas yang terdapat di Fakultas Hukum
memiliki jam yang bersamaan. Dengan demikian perkuliahan tidak berjalan
dengan maksimal dan semestinya. Mengenai Perkuliahan daring ini banyak
mahasiswa yang menyatakan bahwa kuliah daring yang telah dilaksanakan
ini menyulitkan mahasiswa, tercatat 62.9% dari data yang diperoleh
menyatakan bahwa mereka merasa kesulitan dengan adanya kuliah daring
ini, 22,9% dari mereka menyatakan bahwa mereka biasa saja dengan adanya
kuliah daring dan 14.3% dari mereka menjawab bahwa kuliah tidak
menyulitkan bagi mereka. Banyak dari mereka yang menyatakan bahwa
kuliah daring sering di samakan dengan pemberian tugas secara daring oleh
dosen. Hal tersebut tentunya tidak efektif karena cenderung hanya
mengerjakan tanpa memahami.
Selain itu dampak dari perkuliahan online ini juga dirasakan oleh
para mahasiswa yang sedang melakukan bimbingan skripsi. Bimbingan
yang dilakukan secara daring dinilai tidak efektif. Bahwa terkait bimbingan
skripsi, meski pihak fakultas telah menyatakan semua kegiatan kampus
termasuk layanan akademik dilakukan secara daring termasuk pada
bimbingan skripsi, namun fakta dilapangan menunjukan bahwa ada
beberapa mahasiswa yang kesulitan dalam melakukan bimbingan skripsi
secara daring, mereka dapat dikatakan tidak mendapatkan bimbingan yang
semestinya.
233
B. Fakultas Ilmu Sosial
234
yang ada rasanya hanya digunakan untuk mengerjakkan tugas yang harus
diselesaikan secepat mungkin.164
164
Hasil dari “Serap Aspirasi” BEM FIS UNNES 2020
165
Hasil “Serap Aspirasi “ BEM FIK UNNES 2020
235
dosen hanya menggugurkan kewajibannya melalui pemberian tugas saja.
Dalam hal ini, khususnya tugas untuk prodi Kesehatan Masyarakat dan
Gizi yang harus dievaluasi karena sangat memberatkan mahasiswa.
Bahkan IKM dan Gizi dalam kurun waktu satu minggu sudah
mendapatkan kurang lebih 100 (seratus) tugas dengan deadline yang dapat
dikatakan “aneh-aneh”, bahkan tidak jarang juga dosen yang memberikan
tugas di waktu libur. Padahal dalam kondisi pandemi saat ini istirahat
merupakan sesuatu yang harus selalu dilakukan, mengingat virus corana
ini akan sangat mudah menular pada mereka yang mempunyai kekuatan
imun tubuh yang lemah serta keadaan kesehatan yang buruk.166
D. Fakultas Ilmu Pendidikan
166
Hasil “Serap Aspirasi “ BEM FIK UNNES 2020
167
Diperoleh dari data “Muara Aspirasi Mahasiswa FIP 2020” BEM FIP UNNES 2020
236
E. Fakultas Ekonomi
168
Dari “Aspirasi Mahasiswa FE tentang Kuliah KŶůŝŶĞ͟
BEM FE UNNES 2020
237
menurut data yang diperoleh terdapat dosen yang melakukan
perkuliahan di malam hari yang mana dapat mengganggu waktu
istirahat mahasiswa.
h. Tidak sedikit dosen yang memberikan tugas di hari-hari libur.
i. Sulitnya menghubungi bapak/ibu dosen pembimbing untuk
melakukan bimbingan skripsi secara online.
j. Tidak adanya feedback dari beberapa bapak/ibu dosen terkait
bimbingan , mahasiswa hanya mengirim softfile skripsinya kepada
bapak/ibu dosen namun setelah dikirim terkadang tidak ada balasan
terkait apa yang perlu direvisi.
k. Untuk mendapatkan balasan pun tak jarang membutuhakn waktu
yang lama sangat lama, padahal dengan adanya bimbingan secara
online seharusnya dapat lebih intensif dan lebih diperbanyak.
l. Minimnya penjelasan atau arahan dari bapak/ibu dosen terkait
penjelasan bimbingan skripsi kepada mahasiswa sehingga merasa
kurang jelas dan bukannya mempercepat proses skripsi mahasiswa
justru memperlama dalam proses penyelesaian skripsi karena perlu
menanyakan kembali kepada bapak/ibu dosen dan dibalas dengan
waktu tunggu yang cukup lama.
C. Fakultas Teknik
169
Diperoleh dari data “Gema Aspirasi” BEM Fakultas Teknik UNNES 2020
238
Responden Survey Kuliah Daring
FT
PKK Teknik Elektro Teknik Mesin Teknik Kimia Teknik Sipil
18%
6% 45%
27%
4%
239
F. Fakultas Bahasa dan Seni
Tidak berbeda dengan fakultas lain, dari pengaduan yang didapat dari
beberapa mahasiswa yang berasal dari keseluruhan program studi fakultas
bahasa dan seni meliputi keluhan karena pelaksanaan kuliah daring yang
kurang efektif di masa pandemik, pemberian tugas selama masa kuliah
daring tidak memperhatikan kemampuan mahasiswa sehingga bukan hasil
belajar yang baik yang diperoleh kemudian namun banyak mahasiswa yang
stess karena tugas terus mengalir dengan
deadline pengerjaan yang terlalu singkat, bahkan banyak juga mahasiswa
yang menjadi sakit karena sering begadang untuk menyelesaikan tugas dan
terlalu lama menghadapi monitor. Beberapa mahasiswa juga mengeluhkan
karena letak geografis tempat mereka tinggal sulit mengakses pembelajaran
karena terkendala sinyal, selain itu dengan semakin menumpuknya tugas
mahasiswa juga semakin terbebani dengan biaya untuk membeli UKT,
ditambah lagi sistem yang digunakan UNNES semasa kuliah daring sering
Error yang menyebabkan banyak mahasiswa terhambat dalam
pengunggahan tugas.
Mahasiswa semester akhir juga merasakan keluhan dari pengalihan
sistem ini, banyak yang merasa dirugikan karena bimbingan online dinilai
kurang efektif dengan alasan dosen yang sulit dihubungi ataupun dosen
yang tidak memberikan feedback terhadap skripsi atau tugas akhir
mahasiwa, dari situ mahasiswa mengharapkan adanya tindakan nyata dari
birokrasi untuk segera memperbaiki sistem dari kuliah daring agar tidak
membebani mahasiswa aktif karena banyaknya tugas dan tidak merugikan
mahasiswa semester akhir karena terhambatnya skripsi akibat bimbingan
online.
240
G. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
170
Data Serap Aspirasi BEM FMIPA UNNES 2020
241
seperti Kimia, Fisika, maupun Biologi buruknya pengalihan sistem pembelajaran
ini tentu menjadi kerugian tersendiri sehingga kampus pun harus membuat
kebijakan untuk mengatasi hal ini, seperti memberikan kesempatan mahasiswa
agar tetap bisa melakukan praktikum secara offline di kemudian hari ketika
situasi lebih stabil mengingat ilmu yang didapat ketika praktikum penting sekali
digunakan mahasiswa ketika telah lulus, baik untuk melanjutkan jenjang studi,
pengabdian, maupun bersaing mencari pekerjaan.
Selain itu, dampak dari sistem daring ini juga dirasakan oleh mahasiswa
yang sedang melakukan skripsi maupun tugas akhir. Bimbingan online yang
dirasakan sangatlah kurang efektif. Banyak dosen yang lambat dalam membalas
konsultasi dari mahasiswa bimbingannya. Terlebih lagi, banyak dosen yang tidak
merespon chat dari mahasiswa bimbingannya, hal ini akan menambah beban baik
untuk mahasiswa maupun orang tua mahasiswa nantinya karena tidak bisa
menyelesaikan masa studi tepat waktu.
Setelah memperhatikan hal-hal diatas, kami Aliansi Mahasiswa UNNES
meminta pihak fakultas maupun universitas untuk segera membenahi seluruh
kekurangan dari sistem perkuliahan daring yang sudah mulai meresahkan dan
membebani mahasiswa. Pihak fakultas dan universitas harus bersikap tegas
kepada para dosen yang tidak memberikan pengajaran yang baik kepada
mahasiswa. Seperti para dosen yang hanya memberikan beban tugas yang berat
tanpa menjelaskan materi perkuliahan terlebih dahulu, para dosen yang
melakukan perkuliahan di luar jam kuliah, seenaknya membuat peraturan kuliah
tanpa meminta kesepakatan dari mahasiswa terlebih dahulu dan lain sebagainya.
Selain itu kami juga meminta kepada pihak fakultas dan universitas untuk
memberikan sanksi yang tegas kepada dosen yang tidak memenuhi
tanggungjawabnya dalam memberikan bimbingan skripsi kepada mahasiswa
yang membutuhkan. Terakhir, kami meminta semua tuntutan untuk ditindak
lanjuti dengan segera mungkin. Kesemua itu harus segera dipenuhi demi
tercapainya kenyamanan dalam proses perkuliahan sehingga dapat mengurangi
beban-beban pikiran yang dapat membahayakan kesehatan di tengah pandemi ini.
242
BAGIAN IV
A. Sebuah Pengantar
243
Pandemi yang terjadi secara global hari ini memang tidak perlu
disalahkan sepenuhnya, tapi menjadi penting bagi kita untuk melihat
dampak yang ditimbulkan akibat nya. Terutama berkaitan dengan
Kebijakan Study From Home yang diterapkan. Selain permasalahan
mengenai Hak yang tidak berbanding lurus dengan kewajiban yang telah
dibayarkan berupa UKT, kemudian muncul permasalahan baru lagi, dimana
mahasiswa diharuskan mengeluarkan biaya tambahan untuk dapat
menunjang perkuliahan secara daring dalam bentuk pengeluaran pembelian
kuota internet. Hal ini menimbulkan polemik tersendiri, khususnya bagi
mahasiswa yang penghasilan orang tuanya terdampak karena Covid-19.
Universitas Negeri Semarang dianggap masih abai terhadap fasilitas
pembelajaran daring ini. Sudah jelas bahwa pemberian subsidi kuota adalah
hak segala mahasiswa dan perlulah kita untuk tetap mengawal relokasi
anggaran UKT kita.
244
institusi-institusi pendukungnya Pasal 5 ayat (1): “Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.
Bahwa setiap warga negara tanpa melihat kekurangan dan kelebihan yang
ada padanya berhak memperoleh pendidikan yang baik.
171
Selengkapnya dapat diakses pada
https://drive.google.com/open?id=1NuP6IgzEboylErR4pbMsYJIi70vVGcUi
245
57
246
BAGIAN V
247
2. UKT Memberatkan, Mahasiswa Baru Putus Harapan
MENGUNDURKAN DIRI
93%
172
Data Advokasi BEM FMIPA
248
2. Fakultas Ilmu Sosial
KEBERATAN DAN
MASIH BERTAHAN
TANPA KEBERATAN
F.
Total
Tanpa Keberatan
Camaba Mengundurkan
Keberatan Dan Masih
SNMPTN Diri
Atau Masalah Bertahan
FIS
210 176 21 13
173
Data Advokasi BEM FIS
249
3. FIP (Fakultas Ilmu Pendidikan)
4. FE ( Fakultas Ekonomi )
174
Data Advokasi BEM FIP
175
Data Advokasi BEM FE
250
Total Tanpa Keberatan
Keberatan
Camaba Keberatan Dan Mengundur
Dan Masih
SNMPTN Atau Masih kan Diri
Bertahan
FE Masalah Ragu
243 98 1 131 13
251
keberatan dengan besaran UKT dan Pengunduran diri karena
masalah ekonomi ,ditambah lagi dengan adanya pandemic covid
yang menjadikan penghasilan menurun drastis, dan tidak
penerima KIP176.
Total
Tanpa Keberatan Keberatan Dan Mengundurkan
CAMABA
Atau Masalah Masih Bertahan Diri
FIK
SNMPTN
181 84 93 4
6. FT (Fakultas Teknik)
176
Data Advokasi BEM FIK
177
Data Advokasi BEM FT
252
Jumlah yang Tidak mengisi
Total Camaba Jumlah yang Mengundurka
Tidak keberatan/tida
SNMPTN FT keberatan n Diri
Keberatan k
203
91 mahasiswa 86 mahasiswa 26 mahasiswa 2 mahasisw
mahasiswa a
7. FH (Fakultas Hukum)
KEBERATAN UKT FH
178
Data Advokasi BEM FH
253
8. FBS (Fakultas Bahasa dan Seni)
179
untuk hasil survey secara lengkap https://drive.google.com/open?id=1UbgSCS-
Nf22iK9hv0OuTdxHzk8zpq7A_
254
Hasilnya 76% mahasiswa baru yang merespon mengalami
keberatan dengan UKT yang mereka terima, apalagi dalam
pandemic sekarang. Hal tersebut tentu bukan tanpa dasar, saat
ini mereka sedang dalam masa peperangan, selain harus
berjibaku dengan deadline waktu pelunasan UKT yang pertama
kali, mereka juga dihadapkan pada kendala pada terhambatnya
kemampuan keluarga dalam melakukan pembayaran
dikarenakan dampak dari Pandemik Covid19. Akan tetapi jika
mereka tidak membayarkan sampai pada batas waktu yang
ditentukan, maka status mereka akan dinyatakan batal sebagai
mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Dari 76% Calon
Mahasiswa Baru yang menyatakan keberatan, tentu saja hal ini
harus disikapi secara bijak oleh pimpinan kampus.
255
bagaimana bangsa ini akan maju dan berkembang dengan negara lain jika
para anak-anak bangsa buta akan pendidikan, buta akan keahlian, dan
lemah dalam pengembangan keahlian karena kurangnya akses untuk
menunjang semua itu.
4. Tuntutan
256
BAGIAN VI
257
padahal BL sendiri merupakan komponen yang digunakan dalam
perkuliahan tatap muka seperti penggunaan kelas yang melibatkan
pemakaian LCD, AC, Screen, wifi serta komponen lain yang menggunakan
listrik, penggunaan bahan habis pakai (BHP) pembelajaran, laboratorium,
bahan habis pakai (BHP) laboratorim, sampai dengan bimbingan tugas
akhir atau skripsi, dari komponen Biaya Langsung secara umum, yakni BL
SDM, BL BHP Pembelajaran, BL BHP Praktikum, BL Sarana
Pembelajaran, BL Sarana Praktikum, BL Gedung Pembelajaran, BL
Gedung Praktikum seperti yang telah dijabarkan secara jelas diatas sesuai
Permenristekdikti No 30 Tahun 2019
Dalam pembelajaran yang dilaksanakan secara daring, Mahasiswa
tidak menikmati fasilitas diatas apapun. mahasiswa hanya mendapatkan
layanan pengajaran dari dosen, dimana Gaji dosen PNS dan pengajar non-
PNS pembayarannya dapat ditanggung oleh APBN, artinya disini
Perguruan Tinggi harusnya hanya menggunakan dana dari Bantuan
operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) saja yang digunakan dari
perumusan BKT, atau ditambah dengan pemasukan lain diluar UKT
Mahasiswa. Apabila ada pengeluaran Operasional lain, maka tetap bisa
menggunakan skema pembiayaan dengan sumber pendanaan sama seperti
diatas. Terlebih kita mengetahui bersama bahwa dari tahun ke tahun, Unnes
selalu mengalami surplus Anggaran. Dari sini bisa dilihat bahwa dengan
pembelajaran yang dipindahkan sistemnya menjadi daring ini tidak
memerlukan dana dari UKT, dan mahasiswa memiliki hak untuk
mendapatkan kembali UKT yang telah dibayarkan diawal.
Adapun skema yang Aliansi Mahasiswa Unnes dapat tawarkan
mengenai Prosedur Pengembalian UKT Mahasiswa yakni dengan
membebaskan pembayaran UKT mahasiswa pada semester depan, atau jika
tidak memungkinkan maka pengembalian UKT dapat dilakukan secara
berkala dalam beberapa waktu. Untuk melegitimasi ini, Maka Rektor harus
membuat Aturan dalam bentuk SOP atau Surat Edaran yang ditandatangani
oleh Rektor Unnes.
258
B. Dibukanya Transparansi Keuangan Kampus selama Masa Perkuliahan
Daring ini, Khusus nya mengenai UKT Mahasiswa Yang Telah
Dibayarkan full, Tetapi Hak Yang Didapat Tidak Maksimal Karena
Perkuliahan Daring
259
C. Melakukan Peninjauan Kembali Terhadap Kondisi Ekonomi Mahasiswa,
Terkhusus Bagi Keluarga Mahasiswa Yang Terdampak Langsung Akibat
Pandemi Covid19 Tanpa Dipersulit Oleh Administrasi Dan Persyaratan
Yang Berbelit
260
D. Mengevaluasai Perkuliahan Daring Secara Berkala Serta Menjamin Agar
Perkuliahan Daring Tidak Terlalu Memberatkan Mahasiswa, Tetapi
Harus Diimbangi Juga Dengan Transformasi Ilmu Dari Dosen
261
E. Memastikan Pemberian Subsidi Kuota Secara Merata dan Berkeadilan
Untuk Menunjang Perkuliahan Daring, Serta Menjamin Tidak Ada
Pengeluaran Tambahan Selama Masa Perkuliahan Daring
262
(mengangsur) bagi Calon Mahasiswa Baru berdasarkan kemampuan
ekonomi keluarga nya.
263
sesuai wilayah masing-masing.
264
BAB VII : KAJIAN AKADEMIS POLEMIK PGSD TEGAL
265
RINGKASAN EKSEKUTIF
“Ibi Jus Ibi Remedium - Dimana ada hak, disana ada kemungkinan menuntut,
memperolehnya atau memperbaikinya bilamana hak tersebut dilanggar”
266
dengan kajian ini, mahasiswa juga memberikan kontra narasi terhadap
alasan yang dikemukakan oleh pimpinan kampus, perihal kebijakan passing
out di tahun 2020 ini.
267
BAGIAN I
SEBUAH PENGANTAR
268
B. Kilas Balik Polemik PGSD Tegal
180
Bpk.unnes.ac.id Mengenai Data Dukung Laporan Tahunan Rektor Unnes Tahun 2020
181
Tribun Jateng, 2017, Rektor Unnes Pastikan Tak Tutup Prodi PGSD
(https://jateng.tribunnews.com/2017/04/10/rektor-unnes-pastikan-tak-tutup-prodi-pgsd10
April 2017), diakses pada 18 April 2020 pukul 19.34
269
untuk angkatan 2017 serta menolak ditutupnya Prodi PGSD Kampus Tegal,
yang kemudian pasca aksi, Rektor Unnes menyatakan akan membuka
kembali jalur masuk mandiri dan kerjasama dengan kuota 70 mahasiswa
baru untuk PGSD Tegal.
270
mengakibatkan tutup nya kampus PGSD Tegal secara otomatis ketika
mahasiswa Angkatan 2019 telah lulus. Wakil Rektor I Bidang Akademik
dalam audiensi bersama Tim Advokasi pada 31 Maret 2020 menyampaikan
bahwasanya kebijakan mengenai penerimaan mahasiswa baru Tahun 2020
di PGSD Tegal diserahkan kepada pihak Fakultas Ilmu Pendidikan, serta
telah meminta kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan untuk memberikan
182
kajian berisi pertimbangan kepada Rektor. Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan ketika ditemui oleh perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) FIP menyampaikan dengan tegas bahwasanya keputusan untuk tidak
mengalokasikan kuota mahasiswa baru tahun 2020 untuk PGSD Tegal
sudah final dan tidak dapat diganggu gugat, selain itu pihak Fakultas akan
menutup diri serta tidak akan menerima pembahasan yang berkaitan dengan
permintaan mahasiswa baru untuk PGSD Tegal. Hal senada juga
disampaikan oleh Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu
Pendidikan yang menyatakan bahwasanya sudah tidak ada tawar-menawar
maupun negosiasi lagi mengenai mahasiswa baru PGSD Tegal. Alasan
utama dari diputuskan kebijakan ini karena beberapa hal yakni terkait
Kendali Mutu Pendidikan yang berimbas pada kualitas, Keterbatasan
Fasilitas, serta Beban Anggaran/Keuangan yang harus ditanggung. Selain
itu, pertimbangan mengenai passing out ini sebenarnya sudah dilakukan
sejak bertahun-tahun lalu sehingga keputusan ini oleh pimpinan kampus
dianggap sudah melalui pertimbangan yang sangat matang.
182
Hasil Audiensi Tim Advokasi se-Unnes bersama Wakil Rektor I Bidang Akademik pada 31
Maret 2020
271
ini adalah tantangan bagi fakultas yaitu Pemindahan PGSD di Bendan
Ngisor untuk mencetak civitas akademika PGSD yang baik, karena harus
diakui bahwa jurusan yang paling diunggulkan adalah PGSD. Dr. Drs. Edy
Purwanto, M.Si (WD1 FIP) telah di beri tugas untuk melakukan study ke
Bendan Ngisor (kampus Pasca Sarjana Unnes) sebagai kampus PGSD.
Kampus tersebut sudah disiapkan asrama mahasiswa sehingga
memungkinkan untuk diwujudkan PGSD sebagai center of exellent, karena
kondisi saat ini belum siap, maka masih di wilayah masing-masing
(Ngaliyan dan Tegal), sampai kampus Bendan dinyatakan siap. Benefit
yang akan diperoleh apabila PGSD menjadi satu adalah lebih efisien bagi
administrasi fakultas. Dr. Drs. Edy Purwanto, M.Si (WD1 FIP) meyakini
bahwa keputusan yang paling baik adalah PGSD menjadi satu dan menjadi
kampus yang memiliki fasilitas yang memadai. Alasan lain yang mendasari
pemindahan PGSD adalah jarak Bendan ke Kampus Sekaran dirasa dekat
dibandingkan dengan Ngliyan dan Tegal183.
183
Hasil Audiensi Bersama Pimpinan Universitas dan Fakultas pada tanggal 12 Juni 2020
184
Data Serap Aspirasi HIMA PGSD Tegal
272
Dalam angket tersebut dapat dilihat bahwasanya mahasiswa PGSD
Tegal masih menginginkan adanya mahasiswa baru pada tahun 2020,
sehingga pimpinan kampus harus memperhatikan dan mempertimbangkan
aspirasi dari mahasiswa sebagai objek dari diberlakukan nya kebijakan yang
akan diterapkan.
Oleh karena itu Tim Kajian merasa perlu menyampaikan juga kajian
komprehensif secara Akademis yang dilakukan berdasarkan telaah
mendalam mengenai kontra narasi dari pernyataan yang dijelaskan oleh
pihak pimpinan kampus, dan kemudian akan dituangkan dalam bentuk
Kajian Akademis pada tulisan ini. Dalam Kajian ini terdapat beberapa hal
yang menjadi point penting untuk dipertimbangkan oleh pimpinan kampus
sebelum mengambil kebijakan mengenai PGSD Tegal
273
BAGIAN II
274
penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah
sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri. Selain itu,
keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan
pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan Badan Publik
lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. 185
Universitas Negeri Semarang sebagai lembaga publik yang melaksanakan
tugas penyelenggaraan negara dibidang pendidikan serta mendapat
anggaran dari negara, sudah semestinya melaporkan rincian keuangan,
termasuk pengeluaran nya kepada publik sebagai pertanggungjawaban
kepada masyarakat yang telah membayarkan pajak nya kepada negara
berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas.
185
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
275
Keuangan yang dikeluarkan (Pengeluaran) dengan income atau pendapatan
yang masuk, baik dari Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Sumbangan
Pengembangan Institusi (SPI) mahasiswa, Biaya Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN) dari Pemerintah, Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP), Sumbangan Masyarakat, serta pemasukan lain dari lini
usaha/bisnis yang dimiliki oleh Kampus sebagai income generating, baik
dari pemanfaatan aset dan lahan, maupun dari kerjasama. Sehingga
berdasarkan aspek tersebut, kita semua dapat membandingkan dan menilai
secara transparan, apakah Kampus memiliki masalah keuangan dalam hal
Pendanaan untuk PGSD Tegal ataukah narasi tersebut hanyalah alasan yang
dibuat mengada-ada tanpa melihat basis data secara komprehensif.
186
Pasal 14 PP No. 23 Tahun 2005 j.o PP No. 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum.
276
1. BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri)
2. Biaya pendidikan (UKT) dan juga Uang Pangkal/SPI (jika sudah
diberlakukan di PTN-BLU tersebut)
3. Dana hibah dari masyarakat atau badan lain yang tidak terikat
4. Dana hibah dari masyarakat atau badan lain yang terikat
5. Kerjasama PTN-BLU
6. Usaha lain PTN-BLU
277
1. APBN dan APBD.
278
d. bahan pustaka,
e. penjaminan mutu,
f. pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan,
g. langganan daya dan jasa,
h. pelaksanaan kegiatan penunjang,
i. pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran,
j. honor dosen dan tenaga pendidik non-PNS,
k. pengadaan dosen tamu,
l. pengadaan sarana dan prasarana sederhana,
m. satuan pengawas internal,
n. pembiayaan rumah sakit PTN,
o. Kegiatan lain yang merupakan prioritas renstra PTN187.
187
Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP mengenai BOPTN
dan BPPTNBH, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Febrari 2017 di Solo. Dan juga Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri yang dikeluarkan oleh
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pad tahun 2016.
279
dimaksud dapat berbentuk antara lain hak pengelolaan lahan, laut,
pertambangan, perkebunan, hutan,dan museum, dilanjutkan dalam pasal
85 ayat (2) untuk pendanaan biaya dari mahasiswa, biaya yang
ditanggung oleh mahasiswa harus disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang
membiayainya. PNBP dalam PTN-BLU bisa dibagi menjadi 3, yakni
biaya pendidikan, dana hibah, dan kerjasama/dana usaha lain PTN-
BLU188. Sayangnya fungsi PNBP ini tidak dijelaskan secara rigid dalam
sebuah perundang-undangan ataupun dalam sebuah juknis resmi
kementerian terkait maupun universitas.
a. Bidikmisi
188
PP No 23 Tahun 2005 jo PP No. 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum.
189
Data Serap Aspirasi HIMA PGSD Tegal FIP Unnes
280
4. Alfian Catur Firmansyah 1401419221 2019 0
5. Noerul Mega Heryani 1401418104 2018 0
6. Aghnaa Noviyanti 1401417028 2017 0
7. Kholishotusy Syifa 1401418067 2018 0
8. Dian Fatmawati 1401417020 2017 0
9. Habibah Septyana 1401417087 2017 0
10. Rumiati 1401417144 2017 0
11. Ayu Wulandari 1401419052 2019 0
12. Panji Alwi Maulana 1401417319 2017 0
13. Nurisna Fauzia 1401418136 2018 0
14. Ois Nur Indah Prahatun 1401418022 2018 0
15. Tesa Eliska 1401418032 2018 0
16. Dhelia gita safitri 1401418035 2018 0
17. Arman Bagus Maulana 1401419216 2019 0
18. Amelia 1401418018 2018 0
19. Dirgantari Rachmadina 1401419160 2019 0
20. Dwi Laili 1401419009 2019 0
21. Firman Aji Setiawan 1401419127 2019 0
22. Tia Fitriani 1401419155 2019 0
23. Ni'Matur Rizqi 1401419119 2019 0
24. Tefani Rizqi Utami 1401419108 2019 0
25. Dian Putri Mufaida 1401419241 2019 0
26. Delia Indriani Kinasih 1401419224 2019 0
27. Dewi Khafidhotul Hasanah 1401419219 2019 0
b. Gol 1
c. Gol 2
d. Gol 3
281
1. Lulu'ah Lutfiah 1401418003 2018 3,100,000
2. Dewi Puspita Sari 1401418139 2018 3,100,000
3. TRIANA DEWI 1401418275 2018 3,100,000
4. Diana Vena Safitri 1401418312 2018 3,100,000
5. Siti Khilmiyatul Maulida 1401417104 2017 3,100,000
6. Bunga Bubu Mahkotarama 1401418311 2018 3,100,000
7. Lutfi Nur Azizah 1401418008 2018 3,100,000
8. Isna nailul farkhati 1401418029 2018 3,100,000
9. Lisa Meliasari 1401418304 2018 3,100,000
10. Tiara Wulandari 1401417117 2017 3,100,000
11. Azhar Annas Wahyudianto 1401417118 2017 3,100,000
12. Wiwit Fauzah 1401417252 2017 2,400,000
13. Indah Amalia 1401418110 2018 3,100,000
14. Tia Rantika 1401418010 2018 3,100,000
15. Anindya Viva Amalia 1401418418 2018 3,100,000
16. Maya Khumaya 1401419039 2019 3,100,000
17. Nurul Inayah 1401418354 2018 3,100,000
18. Nadinni 1401418070 2018 3,000,000
19. Efa Alfiah 1401418114 2018 3,100,000
20. Muhammad Lutfi 1401418117 2018 3,100,000
21. Annisa Nur Kholifah 1401417263 2017 2,400,000
Jumlah 63,600,000
e. Gol 4
282
21. Afifah Rizkila Andani 1401419182 2019 4,200,000
22. Melly Dwiana Putri 1401418386 2018 4,200,000
23. Aditya sekar maulydiana 1401419369 2019 4,200,000
24. Salsia ferly sentina 1401419200 2019 4,200,000
25. Rizka Aulia Nadila 1401418041 2018 4,200,000
26. Arif Setyo Fani 1401419339 2019 4,200,000
27. Nova 1401418137 2018 4,200,000
28. Muhamad Fatih Fadhlurrohman 1401419135 2019 4,200,000
29. Nely Nur Halisa 1401419188 2019 4,200,000
30. Aryo Priangsari 1401418179 2018 4,200,000
31. Kartika Amalia Utami 1401419343 2019 4,200,000
32. Maulidya NurBaeti 1401419030 2019 4,200,000
33. Madu Dewi Indi ED 1401417157 2017 4,200,000
34. Endang falupfi 1401418131 2018 4,200,000
35. Rhisma Dwi Aprillya 1401419321 2019 4,200,000
36. Moza 1401419296 2019 4,200,000
37. Rinto Santoso 1401418127 2018 4,200,000
38. Catur Nuraini 1401417006 2017 4,200,000
39. Rosa Kusuma Arfianti 1401419289 2019 4,200,000
40. Lili Nurindah Sari 1401419218 2019 4,200,000
Jumlah 168,000,000
f. Gol 5
283
23. De Ajeng Nyimas Gandasari 1401418303 2018 5,300,000
24. Ines Shandy Pramono 1401417423 2017 5,300,000
25. Syifa Dzaqiyah Qurrota A'yun 1401419229 2019 5,300,000
26. Meita Windayanti 1401417314 2017 5,300,000
27. Irfan Wahyu Kurniawan 1401419207 2019 5,300,000
28. Intan Holi Launa 1401419345 2019 5,500,000
29. Tiastriana Rahma 1401419285 2019 5,300,000
30. MA'RIFATUL AENI 1401419279 2019 5,300,000
31. FIKA NAFISSA NUR
MIFTAKHUR RIZQI 1401419278 2019 5,300,000
32. Melisa Cahya Winasih 1401419329 2019 5,300,000
Jumlah 169,800,000
g. Gol 6
284
27. Nur Alivia Lestari 1401417284 2017 6,400,000
28. Chindy Septiana Ananda Utami 1401418419 2018 5,750,000
29. Ulul azmi dewi 1401418189 2018 5,750,000
30. Dewi Ayu Larasati 1401419124 2019 5,750,000
Jumlah 180,950,000
h. Jumlah Keseluruhan
No Ket Jumlah
1 Gol 1 1,000,000
2 Gol 2 6,000,000
3 Gol 3 63,600,000
4 Gol 4 168,000,000
5 Gol 5 169,800,000
6 Gol 6 180,950,000
Jumlah 589,350,000
Tabel 1.
285
(Tabel 1) DATA PERSEBARAN KATEGORI GOLONGAN UKT MAHASISWA UNNES 2016-
2019 (SEMUA FAKULTAS) DIAKSES DI DATA.UNNES.AC.ID
Tabel 2. DATA PERSEBARAN KATEGORI GOLONGAN UKT MAHASISWA FIP UNNES 2016-2019
286
Tabel 3. DATA PERSEBARAN KATEGORI GOLONGAN UKT MAHASISWA PGSD FIP 2016-
2019190
190
Tabel 1,2,3 Mengenai Persebaran Kategori Golongan UKT Diakses pada Laman
Data.Unnes.ac.id
287
Berdasarkan variabel data yang dilampirkan, Tim Kajian menilai
bahwasanya jika ditarik kesimpulan maka terdapat kecenderung
peningkatan Kategori/Golongan UKT Mahasiswa tiap tahun nya. Apabila
dijabarkan secara garis besar, Pada Tahun 2016-2017 terdapat penurunan
kuota mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi, selain itu grafik mengalami
peningkatan dengan persebaran golongan UKT tertinggi ada di UKT
Golongan 6 dan 7. Sedangkan rentan waktu 2018-2019, rata-rata mahasiswa
berada pada kategori/golongan UKT 3 dan 4, akan tetapi jumlah mahasiswa
penerima Beasiswa Bidikmisi menurun sangat drastis jika dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, dan tentu saja terdapat selisih mahasiswa
penerima Bidikmisi antara tahun 2018 dengan 2017-2016, yang dialihkan
untuk membayar UKT. Sedangkan jika melihat secara detail mengenai data
persebaran Kategori UKT untuk Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD Ngaliyan dan Tegal) maka simpulan nya tidak
berbeda jauh dengan yang disampaikan diatas bahwa ada peningkatan
golongan UKT tiap tahun nya.
288
pendapatan yang bersumber dari masyarakat serta mengalami penurunan
pendapatan dari pemerintah.
289
Dari Neraca UNNES di atas tampak bahwa perbandingan Nilai Total
Aset atau Nilai Total Ekuitas dan Kewajiban UNNES per 31 Desember
2018 sebesar Rp4.470.532.252.887,00 dan nilai Total Aset atau Nilai Total
Ekuitas dan Kewajiban pada neraca per 31 Desember 2017 sebesar
Rp4.409.669.718.261,00 atau mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya
sebesar Rp60.862.534.626,00 (1,38%). Kenaikan ini disebabkan karena
adanya surplus sampai dengan 31 Desember 2018 sebesar
Rp61.588.712.784,00.
290
lahan dan gedung di UNNES. Kemudian di tahun 2018 mengalami
peningkatan dengan menerima pendapatan sebesar Rp4.140.336.680,00.
Pendapatan non-layanan pendidikan UNNES, berasal dari pendapatan hasil
kerja sama dengan pihak ketiga, dan pendapatan dari penjualan produk dan
pemanfaatan aset yang dimiliki UNNES. Pendapatan-pendapatan tersebut
masuk dalam PNBP UNNES yang peruntukannya digunakan untuk
menunjang kegiatan unit kerja yang mendapatkan dana yang bersangkutan.
Perolehan pendapatan non-layanan pendidikan dari setiap unit kerja di tahun
2018 sebesar Rp55.216.771.996,00.191
191
Laporan Tahunan Rektor Universitas Negeri Semarang Tahun 2018-2019
192
Peraturan Rektor UNNES No.1 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis (RENSTRA) Bisnis
Universitas Negeri Semarang Tahun 2020-2024
291
diproyeksikan selama 5 (lima) tahun kedepan bahwa PNBP Unnes akan
terus mengalami peningkatan jumlah tiap tahun nya.
292
BAGIAN III
293
Salah satu amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang juga menjadi tujuan nasional Bangsa Indonesia
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa diatur lebih lanjut dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
memiliki visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang
kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara
Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa
yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang
semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia
tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu.193
Mutu berasal dari bahasa latin yakni “Qualis” yang berarti what
kind of (tergantung kata apa yang mengikutinya). Mutu menurut Juran
(1993) ialah kecocokan dengan kebutuhan. 194 Menurut Husaini Usman
dalam bukunya Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan,
mengatakan bahwa mutu memiliki 13 karakteristik yakni Kinerja
(performa), Waktu ajar (timelines), Handal (reliability), Daya tahan
(durability), Indah (estetis), Hubungan manusiawi (personal interface),
Mudah penggunaannya (easy of use), Bentuk khusus (feature), Standar
tertentu (comformence to specification), Konsistensi (concistensy), Seragam
(uniformity), Mampu melayani (serviceability), Ketepatan (acuracy).
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan
lulusan serta memiliki kemampuan atau kompetensi, baik kompetensi
akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi
personal dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya
merupakan kecakapan hidup (life skill), Selain itu mampu menghasilkan
manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi yang
integral (integrated personality) yaitu mereka yang mampu
193
Bab Penjelasan atas UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
194
Abdul Hadis-Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan (Bandung:Alfabeta,2010),hal 2
294
mengintegralkan iman, ilmu, dan amal. 195 Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Mutu dibidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan
outcome. Yang jika dijabarkan maka Input pendidikan dinyatakan bermutu
jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu
menciptakan suasana yang pakem (pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan), Output pendidikan merupakan hasil perpaduan antara
income dan proses, sedangkan outcome pendidikan merupakan dampak,
manfaat, harapan perubahan dari sebuah kegiatan atau pelayanan suatu
program.
195
Usman, Husaini, Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan(Jakarta: Bumi
Aksara,2009), hal. 512-513.
295
administrasi yang berbelit tersebut, serta tidak semua mahasiswa memiliki
dana pribadi untuk mendaftarkan lomba, disamping itu mahasiswa merasa
masih minim nya pendampingan dari pihak kampus terkait dengan
pengawalan dalam proses perlombaan yang dikuti mahasiwa, sehingga
faktor-faktor tersebut menjadi kendala dan alasan mengenai penurunan
jumlah prestasi. Harusnya pihak kampus melihat ini menjadi sebuah catatan
yang perlu dibenahi sehingga menjadi evaluasi bagi perbaikan dan
peningkatan prestasi serta nama baik kampus. Kampus bukan hanya
menagih soal prestasi mahasiswa, tapi turut memberikan dorongan dan
dukungan aktif secara langsung bagi peningkatan prestasi tersebut.
196
Data Serap Aspirasi HIMA PGSD Tegal
296
4. Meri Indah Aprilia Lomba Tari Tradisional 2018 Juara 2
Nusantara
5. Bilqis Millenia Duta Wisata Kabupaten Tegal 2018 Harapan 3
6. Mulki Adilah Hartiana Wisudawan Terbaik UNNES 2018 Wisuda Terbaik 3
Periode 3 UNNES
7. Mulki Adilah Hartiana Wisudawan Terbaik FIP 2018 Wisuda Terbaik 1
UNNES Periode 3 FIP UNNES
8. Ismet Maulana Insentif Penelitian Kabuoaten 2018 Juara 1
Tegal
9. Ari Wasitoh Essay tingkat Jawa Tengan 2018 Juara 2
dan DIY
10. a. Hanif Murtadho Duta Wisata Kota Tegal 2019 Wakil 1
b. Aryoto Finalis
11. a. Hanif Nur Faizi Duta Wisata Kota Tegal 2019 Finalis
b. Lisa Meliasari
c. Nayla Azhar
12. a. Ihksani Sakti Rizkiyah Lomba Musabqih Syarhil 2019 Juara 2
b. Mutia Windayanti Qur’an
13. a. Ines Shandy Pramono Duta Anti Narkoba 2019 Jaura 3
b. Mei Rizqi Pertami Finalis
14. Tarindra Puspa dan Team PIMNAS ke-32 2019 Medali Emas
15. a. Dewi Puspitasari Lomba Essay dan Poster 2020 Juara 2 Essay
b. Bangkit Gigih Prayoga Nasional 2020 Juara 3 Poster
16. Afifah Rizkila Andini Lomba Tari Kreasi Tradisional 2020 Juara 3
Online se-Regional Jawa
297
yang berkualitas. Berikut merupakan Persentase Lulusan PGSD Tegal yang
lolos seleksi CPNS dari tahun ke tahun.
2014 24.53%
2013 29.35%
2012 23.15%
2011 39.27%
2010 54.37%
2009 53.47%
2008 39.02%
2007 42.22%
298
mendukung PGSD Tegal tetap terus menerima mahasiswa baru, dengan
alasan ;
299
dengan tagline besar Children Go to Campus (CGC). Untuk pesertanya
sendiri bebas tidak ditentukan umur.
c) PRAMUKA
d) Kegiatan Lain
300
Disamping itu, KSR PGSD Tegal setiap tahunnya pasti
mengadakan donor darah yang bekerja sama dengan PMI Kota Tegal,
kontribusi lain yang diberikan yaitu apabila terdapat kegiatan seperti
konser maupun kegiatan lainnya yang membutuhkan tenaga medis
maupun relawan kesehatan, PMI kota tegal juga pasti membutuhkan
beberapa anggota KSR PGSD Tegal untuk dilibatkan.
301
mencerdaskan kehidupan bangsa. Selama masyarakat masih merasa
diberikan manfaat dan tidak merasa dirugikan dari hadirnya PGSD
Tegal, tentu saja Unnes tidak bisa sewenang-wenang bersikap, karena
ada aturan yang mengaturnya. Bukti-bukti diatas sekali lagi
membuktikan bahwa keberadaan PGSD Tegal memiliki nilai tawar
positif ditengah masyarakat Kota Tegal, selain itu kegiatan positif serta
prestasi yang didapatkan oleh mahasiswa Tegal menunjukan bahwa
pihak kampus sama sekali tidak memperhatikan dan mempertimbangkan
aspek-aspek Empiris tersebut.
302
dengan Program Studi yang dikembangkan”, dan ayat (3) “Perguruan
Tinggi menyediakan sarana dan prasarana untuk memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan kecerdasan
Mahasiswa”. 197 Selain itu mahasiswa PGSD Tegal juga memiliki hak
untuk mendapatkan fasilitas yang layak dan memadai untuk menunjang
perkuliahan nya, sebab mereka secara rutin telah menunaikan kewajiban
nya unntuk membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT), sehingga kewajiban
yang dibayarkan dengan hak yang didapatkan oleh mahasiswa harus selaras
dan berimbang. Terlebih Unnes merupakan Kampus Lembaga Penyedia
Tenaga Kependidikan (LPTK) yang secara ideal diwajibkan untuk
mencetak tenaga kependidikan yang mumpuni, berkualitas dan berdaya
saing.
197
Pasal 41 Undang-Undang No 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
198
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
303
agar masyarakat juga memiliki akses yang mudah untuk mengenyam
pendidikan. Ketika Unnes berniat untuk melakukan pemotongan generasi
yang muaranya akan menyebabkan tutupnya Kampus PGSD Tegal, tentu saja
hal tersebut sama dengan menghianati amanat Undang-Undang dan
memotong akses masyarakat untuk memperoleh layanan pendidikan secara
merata.
199
Edward Sallis, Alih Bahasa Ali Riyadi, Ahmad & Fahrurozi, Total Quality Management in
Education: Manajemen Mutu Pendidikan (Yogyakarta: Irchisod, 2006) Hal. 73
304
BAGIAN IV
305
Negara tanpa memandang latar status sosial maupun status ekonomi secara
diskriminatif sehingga negara memiliki kewajiban untuk menjamin
bahwasanya segenap warga negara mampu memperoleh Pendidikan.
306
yang kemudian mengabdi untuk memajukan Kota Tegal dengan pengabdian
nya sebagai guru untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa.
B. Aspek Sosiologis
307
out. Terlebih jika usaha-usaha tersebut merupakan mata pencaharian utama
masyarakat, tentu nya kebijakan passing out bukanlah solusi yang tepat
untuk diterapkan. Suatu kebijakan yang ideal adalah kebijakan yang
mempertimbangkan secara komprehensif segala sebab-akibat yang
ditimbulkan, serta menjadikan suara masyarakat sebagai pertimbangan
utama disamping kehendak mahasiswa PGSD Tegal itu sendiri.
C. Aspek Yuridis
308
i) Yang pertama yaitu berkaitan dengan nomenklatur dari UPP tersebut,
saat mahasiswa bertanya mengenai landasan hukum yang melandasi
adanya UPP, pihak pimpinan kampus tidak bisa memberikan aturan
hukum yang menjadi payung atau pijakan pengaturan dari UPP.
Kemudian saat tim kajian mencoba melakukan akses terhadap sumber
hukum/aturan terkait, tidak ditemukan satu pun aturan yang mengatur
UPP. Begitupula saat diakses pada web Kementrian pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
ii) Kedua, dalam sejarah nya SGO Tegal yang semula menjadi bagian dari
Pendidikan Menengah Keguruan beralih fungsi menjadi Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang mengelola program D2
PGSD. Dengan beralihnya menjadi D2 PGSD maka lembaga
berintegrasi ke IKIP Semarang (Cikal bakal Unnes) pada tahun 1990
menjadi UPP 4 PGSD Tegal. Unnes pernah memiliki 4 UPP yakni UPP
1 PGSD yang berlokasi di kampus FIP, UPP 2 PGSD yang berlokasi di
Karanganyar (Sekarang dikenal Ngaliyan) dulu merupakan SPG N
Semarang, UPP 3 PGPJSD (Berlokasi di Jalan Atmodirono, Semarang)
Dulu merupakan SGO Semarang, serta UPP 4 PGSD Tegal (Berlokasi
di Kemandungan Kota Tegal) Dahulu merupakan SGO N Tegal.
Kemudian seiring berjalan nya waktu terdapat penggabungan antara
UPP 1 dan UPP 2 ke Kampus Karanganyar (Ngaliyan), adapun UPP 3
PGPJSD melebur berada dalam naungan Fakultas Ilmu Keolahragaan di
kampus pusat, sedangkan UPP 4 PGSD Tegal tetap tanpa perubahan.
Sejak tahun 2003, guna efisiensi penyelenggaraan PGSD hanya
diselenggarakan di dua tempat yaitu UPP 1 di kampus Karanganyar
Semarang, dan UPP 2 di Kampus Tegal, Karena tidak ada nomenklatur
mengenai UPP, maka kemudian penamaan nya menjadi PGSD Ngaliyan
dan PGSD Tegal. Sejarah panjang dari PGSD semakin menguatkan dalil
bahwasanya tidak ada nya aturan yang mengakomodir mengenai UPP,
sehingga tidak ada lagi keberlanjutan dari UPP.
iii) Bahwa dari waktu ke waktu, Pimpinan kampus selalu mengatakan
bahwasanya pengelolaan PGSD Tegal berada 1 pintu dengan PGSD
309
Ngaliyan, yang secara otomatis masuk dalam bingkai Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP) Unnes. Akan tetapi di sisi lain, pimpinan juga
mengatakan bahwasanya pengelolaan PGSD Tegal berada dibawah
Badan Pengembangan Bisnis (BPB) Unnes. Setelah di cek pada web
bpb.unnes.ac.id, memang benar Kampus PGSD merupakan bagian dari
aset dan unit usaha dibawah Badan Pengembang Bisnis (BPB) Unnes
bersama dengan Pusat Layanan Kesehatan (PUSLAKES), Unnes Press,
Asrama Mahasiswa, Gedung Kewirausahaan, University Training
Center (UTC), Auditorium Unnes, Laboratorium Budaya dan Pusat
Eduwisata, serta SPBU Unnes yang merupakan aset serta unit usaha
dengan tujuan memperoleh pemasukan tambahan bagi Unnes. Hal ini
juga dikonfirmasi kebenaranya pada saat Presiden Mahasiswa
menanyakan perihal kejelasan Kampus Tegal kepada Pengelola BPB
dan dinyatakan memang benar pengelolaan nya ada dibawah BPB, akan
tetapi pihak BPB juga belum tahu kampus tersebut akan dipergunakan
untuk apa pasca tidak ada mahasiswa lagi yang menempati nya. Hal ini
tentu saja menimbulkan tanda tanya besar bagi mahasiswa, terutama
kebingungan mengenai status kampus Tegal yang berada di bawah BPB
apabila dikaitkan dengan tata kelola akademik yang seharusnya berada
dibawah FIP sebagai Fakultas yang menjadi induk dari Prodi PGSD.
iv) Bahwa per tahun 2017, PGSD Tegal tidak lagi dicantumkan dalam
sistem penerimaan mahasiswa baru yang terintegrasi dengan sistem
penerimaan mahasiswa baru secara nasional. Padahal sebelum tahun
2017, dari tahun ke tahun nama PGSD Tegal selalu menjadi pilihan yang
tercantum pada sistem penerimaan mahasiswa baru. Saat ditanya
mengenai hal ini, pimpinan kampus hanya menjawab dengan dalih
sistem 1 pintu atas nama PGSD Unnes, akan tetapi tidak menjawab
secara detail terkait dengan instrumen aturan yang memperbolehkan
untuk menarik atau menghapus nama PGSD Tegal dari sistem, terlebih
telah disampaikan diatas bahwasanya tidak adanya aturan yang
melandasi UPP, sehingga langkah Unnes untuk memasukan atau
menghapus PGSD Tegal ke dalam sistem penerimaan Mahasiswa Baru
310
haruslah didasarkan pada aturan, serta tidak dibenarkan secara sepihak
apalagi sewenang-wenang, karena berkaitan dengan nasib banyak pihak
yang merasakan dampak atau imbas nya. Mahasiswa menduga
bahwasanya hal ini berkaitan dengan status Akreditasi dari PGSD Tegal
yang tidak diurus atau diperhatikan keberlanjutan nya, sehingga PGSD
Tegal tidak masuk menjadi pertimbangan dalam proses Akreditas PGSD
Unnes seperti PGSD Ngaliyan walaupun claim dari pimpinan, PGSD
Tegal berada dalam 1 (satu) bagian yang sama.
v) Bahwa dari beberapa hal diatas, mahasiswa menilai seakan-akan
keberadaan kampus PGSD Tegal ditutup-tutupi dari Kementrian.
Karena kampus selalu berlindung dibalik dalih UPP sedangkan tidak ada
aturan yang mengatur mengenai nomenklatur UPP tersebut, kemudian
mengenai pengelolaan kampus di bawah BPB yang menjadi tanda tanya
karena berpotensi sebagai tujuan komersiil (apabila tutup) yang jelas
dilarang oleh UU Dikti, serta kemudian masalah mengenai akreditasi.
vi) Bahwa menurut mahasiswa, Kampus juga tidak memiliki itikad baik
untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi pada PGSD Tegal, terutama
terkait dengan status akreditasi nya. Bagi mahasiswa, apabila kampus
memiliki itikad baik dan konsisten dengan amanat konstitusi serta
berpedoman pada tujuan nasional bangsa, maka sudah seharusnya
kampus menyelesaikan dan mencari jalan keluar terhadap kekurangan
yang dimiliki pada kampus Tegal. Karena bagaimanapun juga,
kehadiran PGSD Tegal salah satunya memiliki tujuan pemerataan
terhadap akses pendidikan bagi masyarakat, sehingga pendidikan tidak
hanya terfokus di beberapa titik saja, akan tetapi dapat tersebar hingga
ke pinggiran bahkan pelosok daerah sekalipun. Terlebih PGSD Tegal
merupakan satu-satu nya jurusan PGSD yang ada di Kota Tegal,
sehingga apabila kampus benar-benar melakukan pemutusan angkatan,
yang muaranya akan menyebabkan tutupnya kampus Tegal, maka
secara langsung Unnes telah menutup akses pemerataan untuk
mengenyam pendidikan, serta menghalangi bangsa Indonesia untuk
mencapai tujuan nya yakni terkait mencerdaskan kehidupan
311
bangsa.Bahwa menurut mahasiswa, pihak kampus seharusnya
menjadikan kampus Tegal sebagai Program Studi Di Luar Kampus
Utama (PSDKU), sehingga memiliki legitimasi serta legalitas yang kuat
dalam proses penyelenggaraan pendidikan, karena PSDKU memiliki
landasan hukum yang jelas dalam Permenristekdikti No.1 Tahun 2017
Tentang Pembukaan, Perubahan, dan Penutupan Program Studi di Luar
Kampus Utama Perguruan Tinggi (PSDKU), Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No 7 Tahun 2020 Tentang
Pembukaan, Perubahan, dan Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri Dan
Pembukaan, Perubahan, dan Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta
312
titik lain serta dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Sehingga
apabila kebijakan passing out benar-benar diterapkan, maka Unnes secara
jelas menutup akses pemerataan bagi masyarakat Tegal dan sekitarnya yang
memiliki niat untuk mengenyam pendidikan dengan kualifikasi khusus
sebagai guru Sekolah Dasar, disamping itu jelas Unnes menghianati amanat
Konstitusi yang seharusnya dijaga dan dijadikan pedoman.
313
Apabila melihat kondisi yang terjadi pada PGSD Tegal dapat
dikatakan bahwa tidak cukup kuat untuk melakukan passing out yang
berimbas pada tutupnya kampus PGSD Tegal. Memang benar masih
terdapat kekurangan, terutama dari segi Akreditasi. Akan tetapi hal tersebut
seharusnya dapat diatasi dan diperbaiki oleh pimpinan kampus sehingga
eksistensi PGSD Tegal masih tetap dapat terjaga. Keengganan dan tidak
bertanggung jawabnya pimpinan kampus dalam mengurus persoalan
akreditasi tentu memiliki implikasi multi dimensi seperti yang telah
dijabarkan diatas. Alih-alih melakukan penanganan terhadap akreditasi,
yang dilakukan justru terkesan menutup-nutupi keberadaan PGSD,
sehingga banyak yang merasa dirugikan dari sikap pimpinan terkait hal ini.
314
BAGIAN V
200
Wibowo Tunardy, HAK PAKAI, https://www.jurnalhukum.com/hak-pakai/ diakses pada 2 Juli
2020 pukul 22.15 WIB
201
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
315
negara Indonesia; 2.) orang asing yang berkedudukan di Indonesia; 3.)
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia; 4.) badan
hukum asing yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia.
202
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
dan Hak Pakai Atas Tanah
316
a. Tidak terpenuhinya syarat – syarat atau kewajiban yang tertuang
dalam perjanjian pemberian hak – hak pakai dengan pemberi hak
pakai;
3. Dihentikan sebelum jangka waktu berakhir karena suatu syarat yang tidak
terpenuhi;
6. Tanahnya musnah
Kebijakan Passing out atau pemotongan angkatan ini jelas muara nya
akan mengakibatkan tutupnya kampus PGSD Tegal secara otomatis ketika
angkatan 2019 sebagai angkatan terakhir telah dinyatakan lulus secara
keseluruhan. Kemudian bagaimana nasib gedung kampus PGSD Tegal ketika
prodi PGSD Tegal dinyatakan telah tutup karena tidak ada lagi mahasiswa ?
Dalam beberapa forum Audiensi, perwakilan mahasiswa seringkali
menanyakan hal tersebut kepada pimpinan terkait dengan nasib kampus PGSD
Tegal pasca habis nya mahasiswa ketika angkatan 2019 telah lulus, namun
tidak ada jawaban spesifik dari pimpinan kampus terkait dengan akan dijadikan
apa kampus Tegal, akan tetapi pimpinan kampus menyampaikan bahwasasnya
saat ini kampus PGSD Tegal berada dibawah naungan Badan Pengembang
Bisnis (BPB) Unnes. Menurut tim kajian yang dilandasi berdasarkan Undang-
Undang Pokok Agraria dan PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah, terkait dengan status
tanah kampus Tegal, maka seharusnya tanah hak pakai tersebut dikembalikan
kepada negara karena status tanah tersebut tidak dipergunakan lagi sesuai
dengan pengajuan awal penggunaan tanah kepada negara, yakni dipergunakan
untuk berdiri nya kampus PGSD Tegal. Pengajuan hak pakai atas tanah negara
untuk penggunaan PGSD Tegal tentu saja dimaksutkan sebagai salah satu
upaya untuk melaksanakan pemerataan akses pendidikan agar makin mudah
317
dijangkau oleh masyarakat, selain itu sebagai pengamalan terhadap tujuan
nasional bangsa Indonesia yang termaktub dalam alinea ke-4 Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Akan tetapi, apabila Unnes ingin
menggunakan lahan hak pakai kampus Tegal untuk hal lain, maka sudah
seyogya nya Unnes harus mengembalikan terlebih dahulu lahan tersebut
kepada negara, kemudian melakukan permohonan pengajuan kembali sesuai
dengan tujuan nya, yakni pembaharuan penggunaan lahan kampus Tegal
berdasarkan ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam aturan
yang berlaku.
318
publik yang bergerak di bidang pendidikan, dan juga sebagai salah satu
perpanjangan tangan negara untuk melaksanakan urusan di bidang pendidikan,
maka penggunaan kampus Tegal seharusnya juga digunakan untuk hal-hal yang
berkaitan dengan Pendidikan yang memiliki kebermanfaatan bagi masyarakat
luas. Apabila Unnes menggunakan lahan Kampus Tegal untuk hal-hal yang
berkaitan dengan tujuan komersil, maka menurut tim Kajian hal tersebut telah
menyalahi marwah dan fungsi Unnes sebagai lembaga Pendidikan yang
menurut UU Pendidikan Tinggi dilarang didasarkan pada tujuan komersial dan
prinsip nirlaba. Kekhawatiran tersebut tentu saja berdasar, sebab saat ini PGSD
Tegal berada dibawah naungan Badan Pengembang Bisnis, yang juga menaungi
Unnes Press, Gedung Kewirausahaan, University Training Center, dan
beberapa aset lain yang memiliki tujuan menambah pemasukan Keuangan
Unnes (Income Generating).
319
masih jauh dari kata layak untuk dipergunakan oleh mahasiswa sebagai tempat
perkuliahan. Mahasiswa jelas merasa perlu untuk protes, bahkan menolak.
Sebab merupakan konsekuensi logis bahwasanya mahasiswa telah melakukan
pembayaran UKT secara full setiap semesternya, sehingga akan sangat tidak
layak apabila harus mendapat dan merasakan fasilitas kampus yang kurang
memadai.
320
BAGIAN VI
TUNTUTAN
321
PROFIL PUNGGAWA KEMENTERIAN KAJIAN STRATEGIS BEM KM
UNNES 2020
322
323
324
325