Anda di halaman 1dari 90

PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK

UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT


BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3
BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Guna MemperolehGelarSarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Bimbingan dan Konseling

Oleh:

MIRA NIRMALA
NPM : 1311080029

Jurusan : Bimbingan dan Konseling

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1439 H / 2017 M
PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK
UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT
BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3
BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Guna MemperolehGelarSarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Bimbingan dan Konseling

Oleh:

MIRA NIRMALA
NPM. 1311080029

Jurusan : Bimbingan dan Konseling

Pembimbing I : Drs. Badrul Kamil, M.Pd.I


Pembimbing II : Nova Erlina, SIQ.,M.Ed

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1439 H / 2017 M
ABSTRAK

PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK


UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT
BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3
BANDAR LAMPUNG

Oleh
Mira Nirmala
Keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan guru bimbingan
konseling (bk) dalam menangkap atau merespon pernyataan peserta didik dan
mengkomunikasikannya kembali kepada peserta didik. Dalam melaksanakan layanan
konseling individu, guru bk harus mampu menerapkan dan menguasai keterampilan
dasar konseling karena dapat sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu proses
konseling untuk mencapai tujuan konseling. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana penggunaan keterampilan dasar konseling oleh guru bk untuk
membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta didik di SMK Negeri 3
Bandar Lampung. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah
satu guru bimbingan dan konseling di SMK Negeri 3 Bandar Lampung, metode
pengumpulan datanya menggunakan observasi partisipan dimana peneliti turut serta
ambil bagian dalam proses orang yang di observasi, analisis data menggunakan
teknik analisis kualitatif dengan 3 cara yaitu; reduksi dan kategorisasi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan ada beberapa
keterampilan dasar konseling yang digunakan oleh guru bk dalam proses layanan
konseling individu untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta
didik diantaranya yaitu: attending (pemusatan perhatian), dorongan minimum
(memberi dorongan), refleksi (penegasan masalah), pertanyaan terbuka dan
pertanyaan tertutup. Dari hasil penelitian bahwa keterampilan dasar konseling yang
digunakan oleh guru bk dapat membantu menyelesaikan masalah peserta didik
meskipun dengan lima keterampilan dasar yang guru bk gunakan. Secara profesional
sebagai seorang guru bk keterampilan dasar konseling sudah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dengan pekerjaannya. Jika keterampilan ini secara terus menerus
dilakukan dan dipraktekkan akan menjadi bagian dari kebiasaan yang tidak
terpisahkan dari pengalaman, yang seharusnya semakin baik dan berkesan.

Kata kunci: Keterampilan dasar konseling, Guru bimbingan dan konseling


MOTTO

.......           ........

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (QS: Ar-Ra’d Ayat 11)1

1
Dapartemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya Asy-Syifa, (Semarang: Raja Publik Sing,
2010).h.250
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin dengan rasa syukur kepada Alllah SWT

Karya tulis ini kupersembahkan sebagai tanda cinta, sayang pada orang-orang

yang selalu mendukung terselesaikannya karya ini, di antaranya:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sehran dan Ibu Emi Rohidayah yang selalu

memberikan dukungan serta nasehatnya agar selalu berada dijalan-Nya, terlebih

do’a dan kasih sayangnya yang tiada henti-hentinya hingga dapat menyelesaikan

kuliah ini.

2. Kakakku Subhi Haryanto, Mery Susanti, Johansah, dan Ahmad Jupriko Hadi

dan beserta kakak-kakak iparku Misniarti, Alamsah serta keponakanku Siti

Aisyah Azahrah, M. Arif Alfaqih, Lutfi Zaki Muazam Serin, Kanza Sabrina

Serin yang senantiasa memberikan dukungan atas keberhasilanku sehingga dapat

menyelesaikan Akademik ku di UIN Raden Intan Lampung.

3. Keluarga besarku yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan untukku.


RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir tanggal 30 Juli 1995 di Desa Pura Jaya, Kecamatan Kebun Tebu,

Kabupaten Lampung Barat. Penulis adalah anakkelimadari5 bersaudara, dari

pasanganBapak SehrandanIbu Emi Rohidayah. Penulis menempuh pendidikan

formal: SDN 1 Pura Jaya pada tahun 2001 lulus tahun 2007. Kemudian melanjutkan

di SMPN 1 Kebun Tebu pada tahun 2007 dan lulus tahun 2010. Kemudian penulis

melanjutkan lagi di SMAN 1 Kebun Tebu dari tahun 2010sampai dengan 2013.

Pada tahun 2013, penulisterdaftarsebagai mahasiswa Program Bimbingan dan

Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, di Universitas Islam Negeri (UIN)

Raden Intan Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)

UIN Raden Intan Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.

Padatahun 2013, penulisditerimasebagaimahasiswa di, Universitas Islam

Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, pada FakultasTarbiyah dan Keguruan program

studi Bimbingan dan Konseling.Padatahun 2016 penulis mengikuti Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung

Tengah selama 40 hari. Selanjutnya pada tahun yang sama, Penulis mengikuti Praktek

Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3Bandar

Lampung. Kegiatan yang pernah penulis ikuti yaitu bergabung dalam UKM Pramuka

UIN RIL Tahun 2013/2014.


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdullilahirabbil’alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan karunia berupa ilmu pengetahuan, kesehatan, dan

petunjuk, sehingga skripsi yang berjudul “Penggunaan Keterampilan Dasar

Konselingoleh Guru BK Terhadap Minat Belajar Peserta Didik di SMK Negeri 3

Bandar Lampung, dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam disampaikan

kepada Nabi Muhammad SAW, parasahabat, keluarganya, dan pengikutnya yang

setia.

Skripsiinimerupakanbagiandaripersyaratanuntukmenyelesaikanstudi program

strata satu (S-1), padaFakultasTarbiyah dan Keguruan UIN RadenIntan Lampung,

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang ilmu Tarbiyah. Atas

bantuan semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini taklupa dihaturkan terima

kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, MPd, selaku Dekan Fakultas tarbiyah dan

Keguruan UIN RadenIntanLampung;

2. Bapak Andi Thahir, M.A.,Ed.D, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling.

3. Bapak Dr.Ahmad Fauzan,M.Pd selaku sekretarisJurusan Bimbingan Konseling

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN RadenIntanLampung;


4. Bapak Drs. Badrul Kamil, M.Pd.Iselakupembimbing I, yang telah menyediakan

waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi tersusunnya

skripsi ini;

5. Ibu Nova Erlina, SIQ.,M.Ed sebagai pembimbing II yang dengan sabar

memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berarti bagi penulis;

6. Bapak dan Ibu Dosen serta para staf/karyawan Fakultas Tarbiyah UIN Raden

Intan Lampung yang telah membimbing dan membantu penulis selama

mengikuti perkuliahan;

7. IbuSuniyar, S.Pd,M.Pd selaku Kepala SMKN 3 Bandar Lampung, yang telah

memberi izin untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Dini Afini, S.Pd selaku Guru Bimbingan dan Konseling SMKN 3 Bandar

Lampung yang telah bersedia dengan ramah menjawab pertanyaan-pertanyaan

peneliti saat wawancara dan terima kasih telah menyediakan waktunya untuk

membantu dalam pengumpulan data selama penelitian.

9. Pesertadidik di SMKN 3 Bandar Lampung yang tidakbiasadisebutsatu-persatu.

Terimakasihatasdukungandankerjasamanya.

10. Teman-teman Seperjuangan di Jurusan Bimbingan dan KonselingFakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung angkatan 2013 khususnya

kelas BK A. Terima Kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini,

semoga silaturahmi tetap terjalin dan terjaga dan ilmu yang kita dapatkan

bermanfaat, Amin.

11. Sahabat sekaligus seperti keluarga yang selalu saling mendukung dan

memberikan motivasi satu dengan yang lain disaat gairah jiwa menurun dan

kalian selalu ada, Alpizon, Apri Yanti, Dewi Rosita, Nur Azizah, Febriawan,
Munik Yuni A, Rosnaeni. Semoga kita selalu terjaga dan kita dapat

dipertemukan pada kesuksesan yang selalu kita impikan.

12. UKM Pramuka UIN Raden Intan, seluruh kk Purna Racana, teman seangkatan

dan adik-adik yang sudah banyak memberikan pengalaman dan pembelajaran

hidup yang tak ternilai.

13. Teman-teman KKN kelompok 51 yang tidakpernahberhentimemberikannasihat.

Terimakasihataspelajaran yang telahdiberikan di saat KKN.

14. Teman-temanPPLdi SMKN 3 Bandar Lampung. Terimakasihataskebersamaan

selama 2 bulan yang telahdiberikan di saatPPL.

15. AlmamaterkutercintaUINRadenIntan Lampung dan semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, namun telah embantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan semua pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,diharapkanbetapa pun

kecilnyakaryatulis (hasilpenelitian) inidapatmenjadisumbangan yang

cukupberartidalampengembanganilmupengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, Oktober


2017
Penulis,

MIRA NIRMALA
NPM.1311080029
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
MOTTO ................................................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................ 7
C. Batasan Masalah ..................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
G. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 9

BAB II LANDASASAN TEORI


KETERAMPILAN DASAR KONSELING
A. Pengertian ............................................................................... 10
B. Macam-macam keterampilan Dasar Konseling .................... 12
C. Penelitian yang Relevan ......................................................... 19
D. Kerangka Pemikiran ............................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ........................................................................ 26
B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................. 27
C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 28
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 28
E. Teknik Analisis Data .............................................................. 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 31
B. Pembahasan .................................................................................... 38

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 44
B. Saran ............................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Observasi

Lampiran 2 : Pengesahan Seminar

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 5 : Sejarah Profil Sekolah SMK Negeri 3 Bandar Lampung

Lampiran 6 : RPL Guru BK SMK Negeri 3 Bandar Lampung

Lampiran 7 : Rekapitulasi Absen Peserta didik

Lampiran 8 : Dialog Sesi Konseling Guru BK dan Peserta didik

Lampiran 9 : Daftar Hadir Sesi Konseling

Lampiran 10 : Foto Kegiatan yang Berlangsung


DAFTER TABEL

Tabel Halaman

1. ....................................................................................................... Tabel
Proses Konseling........................................................................................ 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru Bimbingan Konseling diharapkan dapat membantu peserta didik untuk

mencapai tujuan yang jelas. Kejelasan tujuan yang ingin dicapai memungkinkan

tahapan perubahan tingkah laku peserta didik menjadi lebih terarah, sehingga guru

bimbingan dan konseling bertindak sebagai fasilitator pemberi bantuan dalam jangka

waktu yang singkat.

Konteks tugas Guru Bimbingan dan Konseling berada dalam kawasan

konseling yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan peserta didik

dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang

produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum.

Konseling merupakan satu proses yang melibatkan hubungan dua arah antara

konselor profesional dengan individu yang memerlukan bimbingan.2

“Menurut Brammer proses konseling adalah peristiwa yang tengah


berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tersebut
(konselor dan klien)”.3 Manakala Hansen, Ressberg dan Cremer juga
mendefinisikan konseling sebagai suatu proses menolong manusia belajar

2
Noriah Mohd. Ishak, Zuria Mahmud & Salleh Amat, Hubungan dual di kalangan
kaunselor: satu kajian kes. Jurnal PERKAMA, vol. 11,(Kuala Lumpur Persatuan Kaunseling
Malaysia 2005). h.37-60
3
Sofyan Willis, konseling individual teori dan praktek, (Bandung: Alfabeta 2013).h.50
mengenali diri, persekitaran dan cara-cara mengendali tugasan dan
perhubungan dengan orang lain.4

Proses konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh seseorang

yang berprofesi di bidang konseling kepada individu yang memiliki kesulitan dan

biasa dilakukan dengan cara face to face, sehingga individu yang mendapatkan

bantuan tersebut mendapatkan kebahagiaan. dalam proses konseling individu tentu

saja membutuhkan teknik dan keterampilan tertentu yang harus dikuasai.

Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan dasar konseling.

Keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan dalam melakukan sesi

konseling. Dalam definisi ini mengindikasikan bahwa proses konseling menekankan

adanya hubungan antara orang yang memberi bantuan dengan yang menerima

bantuan dengan menggunakan metode wawancara.

Benjamin dalam Sertzer & Stone mengartikan “hubungan konseling adalah


interaksi antara seorang profesional dengan klien dengan syarat bahwa
profesional ini mempunyai waktu, kemampuan, untuk memahami dan
mendengarkan, serta mempunyai minat, pengetahuan, dan keterampilan.
Hubungan konseling harus dapat memudahkan dan memungkinkan orang
yang dibantu untuk hidup lebih mawas diri dan harmonis.” 5

Hubungan tersebut dapat terbangun dengan keterampilan dasar konseling.

Karena dalam keterampilan dasar konseling konselor dapat memberikan layanan

yang maksimal agar terciptanya hubungan yang berkesan antara klien dan

konselor.6 Konselor perlu memiliki berbagai teknik dan terampil dalam berbagai

4
Mizan & Halimatun, Kaunseling Individu, (Malaysia: Fajar Bakti 2006).h.3
5
Sofyan Willis. Op Cit.h.36
6
Geldard Kathryn & Geldard David, Keterampilan Praktik Konseling, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011).h.53
teori agar dapat memberikan bimbingan yang baik kepada klien.7 Sememangnya

keterampilan konseling adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh guru konseling

dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi oleh klien.

Menurut Carkhuff dalam Abimanyu dan Manrihu di dalam komunikasi

dengan konseli, konselor harus menggunakan respon-respon yang diklasifikasikan ke

dalam berbagai teknik keterampilan dasar komunikasi, seperti (1) tahap pembukaan

yaitu membangun rapport, attending, acceptance (penerimaan), mendengarkan,

empati, refleksi; (2) tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka, mengikuti

pokok pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,

menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil inisiatif,

memberi nasehat; dan kemudian (3) tahap terminasi (pengakhiran) seperti

menyatakan waktu telah habis, menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas

dan tindak lanjut, merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara formal. 8

Sejauh ini diduga belum semua guru bimbingan dan konseling yang berada di

dalam negeri maupun luar negeri telah mencapai kualifikasi sesuai standar profesinya

sebagai guru bimbingan dan konseling. Penelitian Harold L. Hackney mendapati

bahwa akuisi keterampilan dan sikap dalam pra-praktikum memungkinkan model

konsultasi-profesional dalam praktikum yang berfokus pada akumulasi pengalaman

7
Paw Eng See, Noriah Mohd Ishak & Salleh Amat. 2008. Lukisan sebagai proses diagnosis dan
intervensi rawatan dalam sesi kaunseling. Jurnal PERKAMA, vol.14. (Kuala Lumpur: Persatuan
Kaunseling Malaysia). h. 1-22
8
Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan
Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota Makassar, (Makasaar:Program
Pascasarjana UNM, 2011).h.8
dari pada keterampilan.9Hal ini tentu dapat menjadikan sebagai referensi perbaikan

keterampilan-keterampilan guru konseling di kota Bandar Lampung. Bahwa program

pendidikan konselor memiliki tanggung jawab untuk memastikan individu agar

berkompeten, menunjukkan pemahaman tentang pedoman etika, dan bebas dari

masalah psikologis yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk

memberikan layanan konseling yang memadai. Pelatihan konselor telah terbukti

menjadi penting dalam hubungan konseling.10

Penelitian di Indonesia bahwa pada umumnya kinerja guru bimbingan dan

konseling belum memuaskan, di Kabupaten Bandung (64,28%) kinerja guru

bimbingan dan konseling masuk pada kategori tidak memuaskan, sebagian kecil

(35,71%) masuk pada kategori memuaskan, dan tidak ada guru bimbingan dan

konseling yang menunjukkan kinerja yang sangat memuaskan.11 Pemahaman guru

pembimbing mengenai keterampilan konseling masih belum optimal. Hal ni

ditunjukkan dengan rata-rata skor pencapaian 19,36 atau sekitar 52,18%. Skor ini

juga menunjukkan bahwa keterampilan konseling belum dipahami secara konseptual,

makna dan contoh-contoh penggunaan masing-masing keterampilan belum betul-

betul dikuasai dengan baik. Kedua, hasil identifikasi penguasaan guru pembimbing

tentang keterampilan konseling, berupa 10 keterampilan yang diurutkan mulai dari

9
Harold L. Hackney, (2011), Development of a Pre-practicum Counseling Skills Model, Volume
11, Issue 2, 102–109.
10
Little, C., Packman, J., Smaby, M. H., & Maddux, C. D, (2005), The Skilled Counselor Training
Model: Skills acquisition, self-assessment, and cognitive complexity. CounselorEducation and
Supervision, 44, 189-201.
11
Ilfiandra, Agustin M, dan Ipah S, Peningkatan Mutu Tata Kelola Layanan Bimbingan dan
Konseling pada Sekolah Menengah Atas di Provinsi Jawa Barat. (Bandung: UPI, 2006).h.6
yang kadang-kadang digunakan sampai yang belum digunakan adalah ; Keterampilan

attending, bertanya, memberi dukungan dan pengukuhan, mendengarkan, menutup,

empati, klarifikasi, pemecahan masalah, pemfokusan, memberi dorongan,

paraphrase.12 Hal ini senada dengan pendapat Fitriana Mahadhita, bahwa minat

peserta didik dalam mengikuti konseling individu dapat dipengaruhi oleh kemampuan

konselor. Kemampuan konselor dalam melaksanakan konseling individu berkaitan

erat dengan Keterampilan Dasar Konseling (KDK). 13 Selanjutnya, diperjelas pada

penelitian Rosita Endang Kusmaryani menunjukkan bahwa dalam pelaksanaaan

konseling selama ini hanya sebagian guru pembimbing (47%) yang menggunakan

keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru pembimbing yang lain (53%)

belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara optimal.14 Dari jurnal

tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan konseling belum sepenuhnya dilakukan

oleh konselor sekolah.

Kenyataan di lapangan, sebagian besar konselor sekolah mengatakan bahwa

keterampilan konseling yang mereka kuasai memang sangat kurang, ini disebabkan

oleh karena tidak adanya kompetensi yang mereka miliki berupa pengetahuan dan

wawasan yang luas tentang konseling. Beberapa hal yang terjadi di lapangan

misalnya seperti penstrukturan konseling tidak jelas, konselor larut dalam konseling,

12
Rosita Endang Kusmaryani, Rita Eka Izzaty, Agus Triyanto. (2010). Pengembangan Modul
Keterampilan Konseling untuk Meningkatkan Kinerja Guru Pembimbing. (Universitas Negeri
Yogyakarta).h.2
13
Fitriana Mahadhita, Hubungan Antara Keterampilan dasar konseling (KDK) Dengan Minat
Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/
2015,(Semarang: UNESA, 2015).h.7
14
Rosita Endang Kusmaryani, “Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di
Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, Vol. 40 No. 2, (Yogyakarta: FKIP UNY, 2010).h.11.
konseling hanya ngobrol biasa dan hanya bersifat nasihat biasa, konseli tidak siap

konseling, konselor kurang mampu mendifinisikan masalah siswa (pada tahap awal),

konselor kurang terampil dalam mengaplikasikan tehnik-tehnik konseling, dan

kebanyakan konselor kurang memahami tahapan-tahapan konseling.15 Diperkuat

dengan hasil penelitian kelompok Nova Erlina, SIQ,M.Ed.,dkk diperoleh beberapa

hasil bahwa guru-guru konseling di kota Bandar Lampung masih kurang dalam

keterampilan-keterampilan sesi konseling yang harus dimiliki oleh konselor, guru bk

masih banyak memberikan contoh keterampilan yang kurang tepat.16 Hal tersebut

menunjukan bahwa keterampilan dasar konseling sangat penting dimiliki oleh Guru

Bimbingan dan Konseling. Hal ini diungkapkan pula oleh Tan, McLeod, dan Willis

bahwa Guru Bimbingan dan Konseling dapat mencapai tujuan yang diharapkan

apabila Guru tersebut menguasai keterampilan konseling dengan baik.17 Penelitian

tentang keterampilan dasar konseling perlu dilakukan untuk melihat kompetensi

keterampilan dasar konseling dalam kalangan guru konseling sekolah menengah.18

Oleh sebab itu dalam penelitian ini peneliti ingin melihat penggunaan keterampilan

dasar konseling sehingga peneliti melakukan penelitian tentang “penggunaan

15
Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Terhadap Penguasaan
Kompetensi Profesional Guru Pembimbing Di Sma/Smk Se Kota Makassar, (Makasar: Program Pasca
Sarjana UNM 2011).h.2
16
Nova Erlina.,dkk, Keterampilan Menjalankan Sesi Konseling oleh Guru-guru Konseling di kota
Bandar Lampung, (Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M, 2016).h.89
17
Rosita Endang Kusmaryani,Op Cit. h.12
18
Nova Erlina,dkk, Kemahiran Asas Konseling Dalam Kalangan Guru Konseling Sekolah
Menengah, Book 3, Asean Comparative Education Research Network Conference, (Malaysia:
Universiti Kebangsaan Malaysia, 2016).h.1
keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah

minat belajar peserta didik di SMK N 3 Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pemahaman Guru BK mengenai teori keterampilan dasar konseling masih

belum optimal.

2. Dalam layanan sesi konseling Guru BK belum betul-betul menguasai

keterampilan dasar konseling dengan baik.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan pembatasan permasalahan terhadap pengertian

judul. Yang kegunaannya memperjelas pokok permasalahan yang akan dibahas

sehingga dapat menghindarkan kesalahpahaman dan memberikan simpulan. Adapun

batasan masalah yang terdapat dalam judul “penggunaan keterampilan dasar

konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar

peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung”. Untuk melihat bagaimana

penggunaan keterampilan dasar konseling Guru BK.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah

diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “bagaimana penggunaan

keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah

minat belajar peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung?”


E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana penggunaan

keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah

minat belajar peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bidang

bimbingan dan konseling, khususnya dalam pelayanan bimbingan dan konseling di

sekolah.. Berikut adalah manfaat yang dapat diberikan, diantaranya adalah:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi suatu pengalaman berharga sebagai penerapan

teori-teori yang telah didapat. Dan bagi peneliti selanjutnya, sebagai bekal

untuk meningkatkan pengetahuan serta menambah wawasan agar nantinya

dapat melaksanakan tugas sebaik baiknya.

2. Manfaat penelitian bagi guru BK atau konselor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan

kemampuannya dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling

disekolah.

3. Bagi Peserta didik

Dengan adanya kemampuan Guru BK yang profesional dalam

melaksanakan konseling individual, maka peserta akan merasa nyaman

dalam mengikuti layanan konseling sehingga diperoleh tujuan yang hendak

dicapai.
G. Ruang Lingkup Penelitian

Objek penelitian ini adalah Penggunaan keterampilan dasar konseling oleh

Guru BK untuk mengatasi masalah peserta didk. Subjek penelitian adalah satu orang

Guru BK di SMK Negeri 3 Bandar Lampung.


BAB II

LANDASAN TEORI

KETERAMPILAN DASAR KONSELING


A. Pengertian Keterampilan Dasar Konseling

Seorang konselor harus memiliki keterampilan-keterampilan yang

mencukupi. Keterampilan dasar komunikasi konseling dapat juga dipandang sebagai

keterampilan minimal seorang konselor profesional, sehingga penguasaan akan

keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu

proses konseling untuk mencapai tujuan konseling. Dengan harapan bahwa konseli

dapat memecahkan masalahnya sendiri demi perkembangan optimal diri konseli

sendiri. Di dalam proses konseling dikenal adanya tiga tahap, dan ini harus diketahui

oleh konselor sekolah. Tiga tahap tersebut adalah 1). tahap awal, 2). tahap

pengembangan, dan 3). tahap terminal konseling. Setiap tahap ada keterampilan-

keterampilan tertentu yang menyatu di dalam membangun suatu proses konseling

yang utuh. Apabila proses ini gagal untuk dibangun maka suatu keterampilan yang

dilakukan dapat mengganggu konseling secara keseluruhan.19

Dalam melaksanakan layanan konseling individu, konselor harus mampu

menerapkan keterampilan-keterampilan dasar konseling karena keterampilan dasar

konseling sangat berpengaruh terhadap keberhasilan konseling. Apabila konselor

19
Asrowi, “Model Pengembangan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Untuk
Meningkatkan Efektivitas Konseling Individual Guru-Guru Bk Smp”,(Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2013), h.5
tidak mampu menerapkan keterampilan dasar konseling dengan baik dan benar maka

konseling tidak akan berjalan lancar dan tidak berhasil.20

Keterampilan konseling menurut Ivey ia mengatakan bahwa keterampilan

konseling dapat juga dipandang sebagai keterampilan minimal seorang konselor

profesional, sehingga penguasan akan keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit

banyak menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai tujuan

konseling.21

Sofyan S. Willis mengatakan bahwa keterampilan dasar konseling

merupakan kunci keberhasilan agar tujuan konseling dapat tercapai. Konselor yang

efektif harus mampu merespon konseli dengan teknik atau keterampilan yang benar,

sesuai keadaan konseli saat itu. Respon yang baik seperti pernyataan-pernyataan

verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong konseli

untuk terbuka sehinga dapat menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran, dan

pengalamannya.22

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan konselor dalam menangkap

atau merespon pernyataan konseli dan mengkomunikasikannya kembali kepada

konseli, sehingga penggunaan ketarampilan dasar konselor sangat mempengaruhi

keberha silan dalam proses konseling tersebut.

20
Mei Melinda, Denok Setiawati, Pengembangan Media Keterampilan Dasar Konseling Berbasis
Software dalam Layanan Informasi di SMAN 11 Surabaya, ( Surabaya: UNESA,2015).h.3
21
Ivey, A.E dan Ivey, M.B. Intentional Interviewing and Counseling:Facilitating Client
Development and Multicultural Society, (CA; Brooks/Cole, 2003).h.11.
22
Sofyan Willis, konseling individual teori dan praktek, (Bandung: Alfabeta 2013).h.157
Aspek kompetensi kepribadian konselor lainnya yang masih perlu

ditingkatkan adalah menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Kinerja dalam konteks

tugas seorang konselor merupakan jati diri yang merefleksikan seberapa sungguh-

sungguh seorang konselor melaksanakan tugasnya. Cavanagh dan Justin

memaparkan: “Wholehearted counselors add enthusiasm and adventurousness to the

quality of self-knowledge and, therefore, devote themselves to improving their skills

and understanding in every possible way.” Konselor diharapkan mampu membuka

diri dengan sepenuh hati untuk meningkatkan kemampuan diri, sekaligus

mempelajari hal apapun yang dapat dilakukannya. 23

B. Macam-macam keterampilan dasar konseling menurut para ahli:

Keterampilan konseling yang disajikan oleh Carkhuff, keterampilan tersebut

didasarkan pada tujuan untuk menumbuhkan suatu kondisi yang harus dilalui oleh

konseli dalam proses konseling. Keterampilan konseling ini menyajikan keterampilan

yang harus dikuasai oleh konselor meliputi keterampilan attending, responding,

personalizing, dan initiating. Keterampilan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan

kondisi involving, exploring, understanding dan acting pada konseli. Secara rinci

Charkuff menyusun keterampilan-keterampilan konseling pada setiap tahap konseling

yang dimaksud.24 Menurut Carkhuff dalam Abimanyu dan Manrihu di dalam

23
Ulya Makhmudah, Mempersiapkan Kompetensi Kepribadian Calon Konselor untuk
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Jurnal Psikoedukasi dan Konseling Vol 1, No. 1
(Surakatra: Universitas Sebelas Maret 2017).h.7
24
Anne Hafina, Proceedings of The 4 th International Conference on Teacher Education ; Join
Conference UPI& UPSI Bandung, Indonesia Teknik Latihan Keterampilan Dasar Konseling
individual, (Bandung: UPI, 2010).h.3
komunikasi dengan konseli, konselor harus menggunakan respon-respon yang

diklasifikasikan ke dalam berbagai teknik keterampilan dasar komunikasi, seperti (1)

tahap pembukaan yaitu membangun rapport, attending, acceptance (penerimaan),

mendengarkan, empati, refleksi; (2) tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka,

mengikuti pokok pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,

menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil inisiatif,

memberi nasehat; dan kemudian (3) tahap terminasi (pengakhiran) seperti

menyatakan waktu telah habis, menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas

dan tindak lanjut, merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara

formal.25 Menurut Carkhuff konselor yang menguasai sejumlah keterampilan

konseling akan tiba pada suatu keadaan proses konseling yang berjalan secara

efektif.26

Menurut Tan ada 12 tugas inti konseling yang berkaitan dengan tahap-

tahap konseling dan dapat mempengaruhi proses konseling, yaitu: (1) contacting

(membangun rapport), (2) connecting (membangun rapport), (3) relating

(membangun hubungan dan maintenance), (4) assessing, (5) profiling, (6)

conceptualizing (formulating), (7) planning, (8) intervening, (9) monitoring, (10)

evaluating, (11) terminating, dan (12) following. Selanjutnya, Tan menambahkan ada

25
Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan
Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota Makassar , (Makasaar:Program
Pascasarjana UNM, 2011).h.8
26
Anne Hafina, Op Cit.h.2
empat tipe keterampilan konseling : keterampilan dasar konseling, keterampilan

intermediate konseling, keterampilan advance konseling dan metaskill konseling.

Capuzzy membagi keterampilan menjadi dua yaitu keterampilan dasar dan

keterampilan lanjutan. Keterampilan dasar terdiri dari: a) Keterampilan penampilan,

meliputi kontak mata, bahasa tubuh, jarak, tekanan suara, dan alur verbal (verbal

tracking); b) Keterampilan mendengar dasar, meliputi pengamatan terhadap konseli,

perilaku verbal, dorongan, parafrase dan membuat kesimpulan, refleksi perasaan dan

mengajukan pertanyaan; c) Self attending skills, meliputi kesadaran diri, humor, sikap

nonjudgmental terhadap diri, sikap nonjudgmental terhadap orang lain, genuine dan

concreteness. Sementara keterampilan lanjutan terdiri dari : a) Keterampilan

memahami dan menolak (understanding & challenging), meliputi b) Keterampilan

perilaku, dan c) Keterampilan terminasi (pengakhiran). 27

Menurut Supriyo dan Mulawarman dalam komunikasi dengan klien,

konselor seharusnya menggunakan respon-respon yang fasilitatif bagi pencapaian

tujuan konseling. Respon-respon tersebut dikelompokkan ke dalam berbagai teknik

dasar komunikasi konseling, yaitu teknik attending, opening, acceptance,

restatement, reflection of feeling, paraphrase, clarification, leading, structuring,

27
Rosita Endang Kusmaryani, Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing Di
Yogyakarta. Jurnal KEPENDIDIKAN, Vol.40, No.2,(Yogyakarta: UNY, 2010).h.4
reasurrance, silence, rejection, advice, konfrontasi, interpretasi, summary dan

terminasi.28

Adapun macam- macam keterampilan dasar konseling yang digunakan dalam

sesi konseling menurut Sofyan Willis , yaitu: (1) Attending (perhatian); (2) Empati;

(3) Refleksi; (4) Eksplorasi; (5) Menangkap Pesan; (6) Bertanya Untuk Membuka

Percakapan (Open Question); (7) Bertanya Tertutup (Closed Questions); (8)

Dorongan Minimal (Minimal Encouragement); (9) Interpretasi; (10) Mengarahkan;

(11) Menyimpulkan Sementara (Summarizing); (12) Memimpin; (13) Fokus; (14)

Konfrontasi; (15) Menjernihkan (Clarifying); (16) Memudahkan (Facilitating); (17)

Diam; (18) Mengambil Inisiatif; (19) Memberi Nasehat; (20) Pemberian Informasi;

(21) Merencanakan; (22) Menyimpulkan.29 Sofyan Willis Membagi keterampilan

dasar konseling ke dalam 3 tahapan dalam proses konseling, dapat dilihat dari tabel

berikut:

TAHAP AWAL TAHAP PERTENGAHAN TAHAP AKHIR

(DEFINISI (TAHAP KERJA) (ACTION)


MASALAH)

- Attending - Menyimp - Menyimpulkan


- Mendengar kan - Merencanakan
ulkan sementara
- Empati - Menilai
- Refleksi - Memimpin - Mengakhiri
- Eksplorasi konseling
- Memfokuskan
- Bertanya
28
Fitriana Mahadhita, Hubungan Antara Keterampilan Dasar Konseling (Kdk) Dengan Minat
Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015,
(Semarang: UNES 2015).h.37
29
Sofyan Willis. Op Cit. h.160
- Mena - Konfrontasi
ngkap pesan utama
- Menjernihkan
- M
endorong dan - Memudahkan
dorongan
- Mengarahkan
minimal
- Dorongan minimal
- Diam
- Mengambil inisiatif
- Memberi nasehat
- Memberi
informasi
- Menafsirka
n

Tabel.1 Proses Konseling

Berdasarkan tinjauan dari beberapa ahli terkait keterampilan dasar

konseling maka dapat disimpulkan keterampilan dasar konseling yang harus dimiliki

oleh konselor sebagai berikut:

1. Attending, yakni keterampilan berupa pemberian perhatian, baik verbal

maupun nonverbal melalui kontak mata, postur, bahasa tubuh, dan

mendengarkan.

2. Mendengarkan, yakni keterampilan menangkap inti dan makna pembicaraan,

tanpa prasangka atau penilaian.

3. Bertanya, yakni keterampilan mengajukan pertanyaan untuk menggali

informasi.
4. Empati yakni keterampilan memahami perasaan dan pikiran konseli.

5. Klarifikasi, yakni keterampilan memperjelas informasi konseli yang

sebelumnya samar-samar atau tidak jelas.

6. Konfrontasi, yakni keterampilan yang menunjukkan kepada konseli tentang

adanya hal-hal yang tidak konsisten yang dilakukan konseli.

7. Parafrase, yakni keterampilan mengungkapkan kembali esensi atau inti dari

ungkapan konseli.

8. Refleksi, yakni keterampilan untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran,

dan isi sebagai hasil pengamatan konselor terhadap perilaku verbal dan

nonverbal.

9. Pemokusan, yakni keterampilan yang mengarahkan arus pembicaraan ke arah

topik yang diinginkan.

10. Interpretasi, yakni keterampilan menerjemahkan peristiwa kehidupan konseli

sehingga dapat difokuskan pada masalah-masalah dalam cara yang lebih baru

dan lebih mendalam

11. Pemberian dorongan, yakni keterampilan memberikan stimulasi kepada

konseli supaya konseli dapat terus berbicara dan lebih terarah.

12. Penutupan, yakni mengakhiri sesi konseling dengan memberikan penekanan

pada inti pembicaraan dan menunjukkan attending yang relevan.

13. Meringkas/merangkum, yakni keterampilan untuk mengungkapkan kembali

pokok-pokok pikiran dan perasaan yang diungkapkan konseli selama proses

konseling.
Walaupun setiap tahapan konseling mempunyai keterampilan-keterampilan

diatas, tidak berarti aturannya kaku seperti itu. Artinya konselor dengan kemampuan

dan seni akan melakukan konseling dengan teknik-teknik yah bervariasi dan berganda

(multi technique). Hal ini terjadi karena setiap klien berbeda kepribadian

(kemampuan, sikap, motivasi kehadiran, temperamen), respon lisan dan bahasa badan

dan sebagainya.

Pengertian teknik bervariasi dan berganda adalah:

1. Bisa saja teknik ditahap awal digunakan di tahap pertengahan dan akhir.

Sebagai contoh attending, empati, bertanya, dorongan minimal, bisa dipakai

pada semua tahapan konseling.

2. Respon konselor mungkin meliputi satu, dua atau lebih teknik konseling

(multi technique).

Contoh 1

Ko: “ Bolehkah saya mendengarkan lebih rinci perasaan malas yang saudara

katakan tadi?” (pertanyaan terbuka, eksplorasi perasaan).

Contoh 2

Ko: ” Ya,..., lalu..., emmh..., apa perasaan saudara saat itu?” (dorongan

minimal, bertanya, Eksplorasi perasaan).

Contoh 3
Ko: “Saya lihat anda begitu gugup, dan saya memahami kecemasan anda.

Sebaiknya anda jelaskan pengalaman anda dengan orang tersebut.”

(refleksi perasaan, empati primer, eksplorsi pengalaman).

Dari respon konselor dalam contoh 1, 2, dan 3, masih dapat dimasukan teknik

attending dan empati (primer dan advance), sehingga akan menjadi lebih dari 3

teknik sekali respon (multitechnique).

C. Penelitian yang Relevan

Di Indonesia penelitian Fitriana Mahadhita yang berjudul “Hubungan

Antara Keterampilan Dasar Konseling (KDK) Dengan Minat Siswa Mengikuti

Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015” .

Hasil penelitian nya menunjukan bahwa keterampilan dasar konseling termasuk dalam

kategori tinggi (75,49%) dan minat siswa mengikuti layanan konseling individu termasuk

kategori tinggi (79,31%). Serta ada hubungan yang signifikan antara keterampilan dasar

konseling dengan minat siswa mengikuti layanan konseling individu di SMA Negeri 1

Godong Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan demikian dapat diprediksikan ketika Keterampilan

Dasar Konseling (KDK) yang dikuasai konselor tinggi maka minat siswa mengikuti layanan

konseling individu juga akan tinggi.30 Penelitian Dominika Triastuti yang berjudul

“Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling pada Guru Bimbingan dan Konseling

SMA Negeri Se-kabupaten Bantul”. Subjek penelitian yang berjumlah 63 guru hanya

dapat diteliti sejumlah 60 guru dikarenakan adanya ketidaksediaan untuk diteliti dari

30
Mahadhita, Fitriana. Hubungan Antara Keterampilan dasar konseling (KDK) Dengan Minat
Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015.
(Online), tersedia di: journal. lib.unnes.ac.id/22538, (diakses pada tanggal 20 Maret 2017.h. 4
tiga guru Bimbingan dan Konseling dengan alasan kesibukan sekolah. Jumlah guru

Bimbingan dan Konseling yang berlatar belakang pendidikan S1 Bimbingan dan

Konseling 49 guru (81,67%), S1 non-Bimbingan dan Konseling 5 guru (8,33%), dan

S2 non-Bimbingan, dan Konseling 6 guru (10%). Data diperoleh dari hasil analisis

skala pemahaman keterampilan konseling dapat diketahui bahwa dari 60 guru

Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul tidak ada guru (0%)

yang memiliki tingkat pemahaman keterampilan konseling dalam kategori sangat

rendah maupun kategori rendah, 1 guru (1,67%) dalam kategori sedang, 32 guru

(53,33%) dalam kategori tinggi, dan 27 guru (45%) kategori sangat tinggi. Hasil

keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman keterampilan konseling

pada guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-Kabupaten Bantul berada dalam

kategori tinggi.31 Penelitian Rosita Endang Kusmaryani yang berjudul “Penguasaan

Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di Yogyakarta”, menunjukkan bahwa

dalam pelaksanaaan konseling selama ini hanya sebagian guru pembimbing (47%)

yang menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru

pembimbing yang lain (53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling

secara optimal. Padahal berdasarkan deskripsi data subjek penelitian, sebagian besar

guru pembimbing ini telah bekerja sebagai guru pembimbing lebih dari 10 tahun, usia

mereka di atas 40 tahun serta berlatar belakang pendidikan BK. Tentu saja, kondisi

31
Dominika Triastuti, “Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling Pada Guru Bimbingan Dan
Konseling Sma Negeri Se-Kabupaten Bantul”. (Jurnal Skripsi Program sarjana program studi
bimbingan dan konseling Jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan Fakultas ilmu pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta, Oktober, 2014),h.5.
ini cukup memprihatinkan. Keterampilan konseling yang mestinya sudah ditekuni

selama lebih dari 10 tahun, ternyata belum sepenuhnya dikuasai dengan baik.32

Di luar Negeri Berdasarkan penelitian Mine Aladaga yang berjudul

“Keterampilan Konseling Pra-Praktikum Pelatihan di Bimbingan dan Program

Konseling Sarjana”, hasil menunjukkan bahwa program sarjana kebanyakan

ditujukan untuk mengajarkan kondisi terapi dan refleksi keterampilan konten/

perasaan dalam kursus; tidak menggunakan program pelatihan keterampilan

konseling sebagai basis dan metode pengajaran sebagian besar digunakan untuk

mengajarkan keterampilan konseling; dan dilaksanakan kertas-pensil tes untuk

menilai kemampuan konseling. Mengajarkan keterampilan konseling dasar dan

mengembangkan profesional identitas dan self-efficacy sebagian besar ditekankan

sebagai pentingnya tentu saja untuk pendidikan konselor. Salah satu masalah utama

program sarjana mengenai konseling pra-praktikum kursus pelatihan keterampilan

adalah jumlah berlebihan siswa. Dalam terang hasil, itu bisa menyatakan bahwa

keterampilan konseling pelatihan pra-praktikum tidak dilakukan secara kualitatif

dalam lingkup pendidikan konselor di Turki. Hasil dibahas konseling mengenai

pelatihan keterampilan dan pendidikan konselor dan saran yang diberikan.33

Berdasarkan penelitian Eshantee Engkamat yang berjudul “Persepsi

Pembimbing Rakan Siswa Terhadap Kemahiran Menolong dalam Menangani

32
Rosita Endang Kusmaryani, “Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di
Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, Vol. 40 No. 2, (November 2010), h. 10-11.
33
Mine Aladaga, “Counseling Skills Pre-Practicum Training at Guidance and Counseling
Undergraduate Programs: A Qualitative Investigation”, (Ege University, 2013), h.1
Tekanan Akademik di Kalangan Pelajar: Satu Tinjauan di Universiti Malaysia

Sarawak” uji korelasi Pearson pula digunakan untuk mengukur hubungan menolong

di antara sifat dengan persepsi Pembimbing Rakan Siswa terhadap tiga rincian

keterampilan dalam keterampilan menolong yaitu keterampilan mendengarkan,

keterampilan memberi respon menolong dan keterampilan menggambarkan kembali

perasaan dalam menangani tekanan akademik di kalangan pelajar UNIMAS. Hasil

analisa temuan penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sifat

menolong dengan persepsi Pembimbing Rakan Siswa terhadap keterampilan

mendengarkan dan keterampilan menggambarkan kembali perasaan dalam

menangani tekanan akademik siswa UNIMAS. Sementara, hasil temuan penelitian

tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara sifat menolong dengan persepsi

Pembimbing Rakan Siswa terhadap keterampilan memberi respon menolong dalam

menangani tekanan akademik siswa UNIMAS.34

D. Kerangka Berfikir

Keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan dalam melakukan

sesi konseling. Dalam definisi ini mengindikasikan bahwa proses konseling

menekankan adanya hubungan antara orang yang memberi bantuan dengan yang

menerima bantuan dengan menggunakan metode wawancara.

Benjamin dalam Sertzer & Stone mengartikan “hubungan konseling adalah


interaksi antara seorang profesional dengan klien dengan syarat bahwa
profesional ini mempunyai waktu, kemampuan, untuk memahami dan

34
Eshantee Engkamat, Persepsi Pembimbing Rakan Siswa Terhadap Kemahiran Menolong dalam
Menangani Tekanan Akademik di Kalangan Pelajar: Satu Tinjauan di Universiti Malaysia Sarawak,
(University Malaysia Sarawak, 2005).h.2
mendengarkan, serta mempunyai minat, pengetahuan, dan keterampilan.
Hubungan konseling harus dapat memudahkan dan memungkinkan orang
yang dibantu untuk hidup lebih mawas diri dan harmonis.” 35

Hubungan tersebut dapat terbangun dengan keterampilan dasar

konseling. Karena dalam keterampilan dasar konseling konselor dapat

memberikan layanan yang maksimal agar terciptanya hubungan yang berkesan

antara klien dan konselor. 36 Konselor perlu memiliki berbagai teknik dan terampil

dalam berbagai teori agar dapat memberikan bimbingan yang baik kepada klien. 37

Sememangnya keterampilan konseling adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh

guru konseling dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi oleh klien.

Agar proses konseling dapat berjalan secara efektif, keahlian dari guru

bimbingan dan konseling sebaiknya dapat diterapkan saat melaksanakan layanan

konseling. Keahlian guru bimbingan dan konseling tersebut dapat berupa

keterampilan dasar konseling. Keterampilan dasar konseling sangatlah berguna bagi

guru bimbingan dan konseling karena dapat membantu guru bimbingan dan konseling

ketika melaksanakan kegiatan konseling.38

Sofyan S. Willis mengatakan bahwa keterampilan dasar konseling

merupakan kunci keberhasilan agar tujuan konseling dapat tercapai. Konselor yang

35
Sofyan Willis. Op Cit.h.36
36
Geldard Kathryn & Geldard David, Keterampilan Praktik Konseling, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011). h.53
37
Paw Eng See, Noriah Mohd Ishak & Salleh Amat, Lukisan sebagai proses diagnosis dan
intervensi rawatan dalam sesi kaunseling. Jurnal PERKAMA, vol.14. (Kuala Lumpur: Persatuan
Kaunseling Malaysia, 2008).h. 1-22
38
Yeptha Briandana Satyawan, Tingkat Pemahaman Keterampilan Dasar Konseling Pada Guru
Bk Smp Se Kecamatan Banyumas, Jurnal: Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Vol.3, No.4,
(Yogyakarta: UNY, 2017).h.2
efektif harus mampu merespon konseli dengan teknik atau keterampilan yang benar,

sesuai keadaan konseli saat itu. Respon yang baik seperti pernyataan-pernyataan

verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong konseli

untuk terbuka sehinga dapat menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran, dan

pengalamannya.39

Kegiatan konseling tidak berjalan tanpa keterampilan. Untuk menguasai

beragam keterampilan konseling diperlukan praktek yang terus menerus. Selama lima

tahun terakhir ini sudah terlihat kecenderungan adanya keseimbangaan antara teori

dengan praktek konseling. Hal ini mengingatkan kita pada suatu kurun waktu dimana

banyak lulusan yang hebat dalam teori dan lemah sekali dalam praktek konseling.

Keterampilan konseling sangat penting dimiliki oleh Guru Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling dapat mencapai tujuan yang diharapkan apabila Guru

tersebut menguasai keterampilan konseling dengan baik.

39
Sofyan Willis, Op cit,h.157
Berikut dapat digambarkan alur kerangka berfikir dalam penelitian ini :

Konselor

Keterampilan Dasar Konseling yang harus dimiliki oleh


konselor: Attending, Mendengarkan, Bertanya, Empati,
Klarifikasi, Konfrontasi, Parafrase, Refleksi, Pemokusan,
Interpretasi, Pemberian dorongan, penutupan,
Meringkas/merangkum.

Guru BK dapat mencapai tujuan yang


diharapkan apabila Guru tersebut menguasai
keterampilan konseling dengan baik.

Konseling Individu

Penggunaan Keterampilan Dasar Konseling


oleh Guru BK untuk membantu
menyelesaikan masalah peserta didik

Gambar 1
Kerangka Berfikir
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif, penelitian kualitatif

adalah penelitian yang berdasar pada latar belakang ilmiah sebagai kebutuhan,

mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif

analisis secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori

lebih mementingkan proses dari pada hasil, memilih seperangkat komponen untuk

menulis keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil penelitian

disepakati oleh subjek penelitian.40

Menurut S. Margono penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang


menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau uraian dari orang
dan perilaku yang dapat diamati.41 Metode penelitian kualitatif digunakan
untuk meneliti pada kondisi yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci.42Penelitian kualitatif ini juga memiliki kepekaan dan daya
penyesuaian diri dengan banyak yang timbul dari pola-pola nilai yang
dihadapi.43

Margono mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif ini analisis yang


digunakan lebih bersifat deskriptif analitik yang berarti interpretasi terhadap
isi dibuat dan disusun secara menyeluruh dan sistematis. Selain itu,
penggunaan metode penelitian juga mengarahkan pusat perhatian kepada
titik pandang orang dan pemaparan hasil penelitian berdasarkan data dan
informasi lapangan dengan menarik makna dan konsepnya.44Penelitian ini

40
Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), H. 4
41
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), H. 36
42
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 15
43
S. Margono, Op. Cit, h. 41
44
Maman Rachman, strategi dan langkah-langkah penelitian pendidikan, (Semarang: IKIP
Semarang Pers, 1993), h. 11
mempelajari permasalahan ilmiah yang terjadi dengan cara menggambarkan
situasi atau kejadian sebagaimana adanya.

Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan angka-angka tetapi

berupa kata-kata atau gambaran. Data yang dimaksud berasal dari wawancara, catatan

lapangan, foto, dokumen pribadi, dan lainnya. Sesuai dengan tema yang peniliti

bahas, penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research), dimana

penelitian ini dilakukan langsung dilapangan yaitu di SMK Negeri 3 Bandar

Lampung untuk mendapatkan data yang diperlukan terkait penggunaan keterampilan

dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar

peserta didik.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti. Subjek penelitian

ini adalah 1 orang Guru BK di SMK Negeri 3 Bandar Lampung. Sebagai objek

penelitian yaitu bagaimanakah penggunaan keterampilan dasar konseling oleh Guru

BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta didik di SMK N 3

Bandar Lampung. Adapun penulis mengambil satu orang guru bk sebagai

sumber/subjek data karena peneliti menganggap guru bk tersebut lebih menguasai

dan akan memberikan informasi tentang objek yang akan diteliti, selain itu guru bk

tersebut lulusan s1 guru bimbingan dan konseling.


C. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam peneitian ini peneliti memilih SMK N 3 Bandar Lampung yang

berlokasi di Jln Cut Mutia No. 21 RT 01/ RW 05 Kel. Gulak-Galik Kec.Teluk betung

Utara Bandar Lampung. Waktu penelitian di tahun ajaran 2017/2018.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode observasi partisipan (berperan serta). Dalam observasi ini, peneliti terlibat

langsung dengan aktivitas orang yang sedang diamati atau sumber data penelitian.

E. Teknik Analisis data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan

keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami.

Bodgan menyatakan bahwa ”analisis data adalah proses mencari dan


menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehimgga dapat mudah dipahami dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.” 45

Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasikan data dalam

kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sinetesa, menyusun kedalam

pola, memilih yang mana penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami.

45
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta 2015).h.334
Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian, peneliti

menggunakan teknik analisis kualitatif, ada tiga komponen dalam analisis data

kualitatif,46yaitu:

1. Reduksi dan Kategorisasi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu perlu dicatat dan rinci. Semakin lama peneliti kepalangan,

maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu

perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi

data dan kategori data maksudnya adalah proses penyederhanaan dan

pengkategorian data yang didapatkan dalam penelitian, merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya.

2. Display Data (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori.

46
John Creswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Penelitian: memilih di antara lima
pendekatan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015).h.253
Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “yang paling
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. 47

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan peneliti untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat ementara, dan akan berubah bila ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

47
Ibid. h.341
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini membahas hasil penelitian tentang penggunaan keterampilan dasar

konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar

peserta didik di SMK N 3 Bandar Lampung.

Berdasarkan analisis pemerhatian terhadap guru bimbingan konseling di

SMK N 3 Bandar Lampung, peneliti memperoleh beberapa hasil bahwa guru bk

masih kurang dalam keterampilan-keterampilan sesi konseling yang harus dimiliki

oleh konselor. Hal ini tergambar saat sesi konseling berlangsung. Salah satunya

adalah dari berbagai keterampilan dasar konseling guru bk hanya menggunakan lima

keterampilan konseling saja. Berikut ini adalah beberapa keterampilan dasar

konseling yang digunakan oleh guru bk untuk membantu menyelesaikan masalah

minat pbelajar peserta didik:

1. Attending, yakni keterampilan berupa pemberian perhatian, baik verbal

maupun nonverbal melalui kontak mata, postur, bahasa tubuh dan

mendengarkan.

Penampilan guru BK saat proses sesi konseling;

a. Posisi tubuh: berhadapan dengan peserta didik, jarak duduk Guru BK-

peserta didik dekat

b. Kepala: melakukan anggukan jika setuju


c. Ekspresi: cerah, tenang

d. Mata: melihat peserta didik saat berbicara

e. Mendengarkan: terarah hanya kepada peserta dididik

Berikut contoh dialog sesi konseling oleh guru bk pada keterampilan dasar

attending:

Contoh dialog 1

Guru BK : Silahkan masuk (berjabat tangan), silahkan duduk nak, siapa

namanya?

Peserta didik : Rahim buk

Guru BK : (mencatat biodata) sebelumnya, terimakasih atas

kehadirannya pada kesempatan ini.

Contoh dialog 2

Guru BK : Silahkan masuk (berjabat tangan)

Guru BK : Gimana sih? Apa kabarmu hari ini? Pelajaran siapa sekarang?

Peserta didik : Alhamdulillah baik, buk Ammi buk

2. Refleksi, yakni keterampilan untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran,

dan isi sebagai hasil pengamatan konselor terhadap perilaku verbal dan

nonverbal. Dalam proses sesi konseling guru bk menggunakan 1 pernyataan

keterampilan dasar refleksi pada sesi konseling 1 dan 4 pada sesi konseling 2.

Berikut contoh dialog sesi konseling guru bk pada keterampilan dasar

refleksi:

Contoh dialog 1
Guru Bk : Dari pada kelas X sekarang perkembanganmu sudah cukup

terlihat. Nah tapi ingat kehadiran itu harus tetap diperhatikan.

Dikelas X kemarin kan praktek kamu masih lama, masih

banyak ketinggalan namun dikelas XI ini alhamdulillah sudah

banyak perkembangan ya. Dari guru prakteknya juga biasanya

kalau kamu bermasalah sudah ada omongan, tapi tidak.

Semuanya sudah baik, setidaknya kamu sudah ada perubahan

ya.

Contoh dialog 2

Guru BK : Jadi gini Asih....sekarang asih pernah gk koreksi

kesalahannya. Misalnya: Asih kenapa sih gk bisa? Apa

mungkin gk diulang dirumah? Kenapa? Kenapa kawan asih

bisa, asihnya gk bisa? Kenapa? Sama kan manusia juga kan?

Guru BK : Jadi gini, kamu kan masih tanggung jawab orang tuamu.

Kamu praktek ada hambatan, hambatanmu salah satunya

kakimu sakit dan akhirnya gk bisa goyang itu kan..goyang

apa? Mesin jahit. Itu pake apa? Itu pake goyang apa pake

mesin? Perlu pake apa? Perlu pake kaki gk? Pake kaki

kan..jadi itu yang menjadi salah satu hambatanmu untuk

belajar menjahit. Kalo orang sakit harus ber..ber apa?

Guru BK : “itu gk bisa kalo gk kerja sama dengan orang tua, jadi nanti

kalau perkembangannya masih seperti ini, orang tua mu


tidak menindak lanjuti, kmi akan panggil orag tuamu. Nah

sekarang menurut asih seperti apa?

Guru BK : Ya kan? Itu ya...apalagi kesulitan asih? Oh ternyata pada

saat saya praktek kaki saya suka sakit. Akhirnya membuat

saya lamban. Bagaimana mengatasinya, karena Asih masih

anak-anak masih ada orang tua kendala itu harus konsultasi

dengan orang tua. Jadi hambatan-hambatan itu bisa

diminimalisir sama Asih gk jadi hambatan yang terus-

menerus, kenapa? Karena Asih disini sampai kelas tiga, ya

kan? Satu dua tiga 3 tahun, ini masih satu tahun berapa

bulan, masih panjang perjalanan Asih.

3. Dorongan minimal

Dorongan minimal adalah suatu balasan spontan dari konselor kepada

klien yang bercerita dalam sesi konseling. Maksudnya selama sesi konseling

berlangsung perasaan konselor bukan hanya mendengarkan saja, tetapi

konselor perlu mendengarkan dan memberi dukungan dan dorongan untuk

klien terus bercerita.48 Tujuannya adalah: merangsang klien untuk terus

bercerita, menunjukan bahwa konselor mendengarkan klien dan menunjukan

konselor faham dan mengikuti apa yang sedang dikatakan klien.49 Dalam

48
Abdul Ghani, Kemahiran Asas Kounseling, (Malaysia: University Pendidikan Sultan Idris, 2003),
h.48
49
Mizan & Halimatun, Kaunseling Individu, (Malaysia:Fajar bakti Sdn. Bhd, 2006).h.51
proses sesi koneling guru bk menggunakan 2 pernyataan keterampilan dasar

dorongan minimum pada sesi konseling 2.

Contoh Dialog 2

Peserta didik : Kesulitan di jurusan ini memulai dari buat pola buk

Guru BK : Teruuusss..?

Peserta didik : Membuat polanya belum bisa

Guru BK : Iya..apa lagi?

4. Pertanyaan terbuka

Pertanyaan terbuka adalah untuk memudahkan membuka percakapan

seorang guru BK dengan peserta didik sehingga memungkinkan munculnya

pertayaan baru dari peserta didik.50 Penggunaan pertanyaan terbuka memberi

autonomi kepada klien untuk bercerita.51 Dalam proses sesi konseling guru bk

menggunakan 4 keterampilan dasar pertanyaan tertutup pada sesi konseling 1

dan 8 pertanyaan tertutup pada sesi konseling 2. Berikut beberapa contoh

dialog sesi konseling dengan keterampilan dasar pertanyaan tertutup:

Contoh dialog 1

Guru BK : Dari semua masalahmu, jadi sekarang menurut kamu apa

solusinya?

Peserta didik : Benerin absen, jangan alfa lagi

50
Sofyan Willis. Op.Cit. h. 165
51
Mizan & Halimatun. Op Cit. H. 66
Guru BK : Gimana cara benerin absen, biar gk ada alfa biar masuk terus?

Jangan sering sakit, harus jaga kesehatan him. Apa lagi

solusinya?

Peserta didik : Jangan leha-leha dirumah buk. Bangun pagi biar gk telat buk

Guru BK : Terus berikutnya biar kamu ikutin ujian praktek lancar.

Nilainya bagus, prakteknya bagus gimana?

Peserta didik : dicoba berulang-ulang, belajar lagi buk, kalau gak ngrti

bertanya kepada kawan dan guru buk

Contoh dialog 2

Peserta didik : masih bingung buk

Guru BK : Bingung...pegangan dong kalo bingung..bingungnya itu

dimana?

Guru BK : Tapi kenapa kata wali kelasnya sudah dilakukan berulang-

ulang masih aja salah?

Guru BK : Sekarang kira-kira kurangnya Asih dimana?

Peserta didik : Kalau menjahit buk..kakinya sering sakit

Guru BK : Heeh, jadi kalau seperti itu gimana caranya supaya Asih bisa

gk sakit lagi..bisa lancar..tidak menghalangi praktekmu?

Peserta didik : saya belajarnya berhenti dulu, jahitnya buk.


5. Pertanyaan Tertutup

Pertanyaan konselor tidak selalu terbuka, akan tetapi juga ada yang

tertutup yaitu bentuk-bentuk pertanyaan yang sering dimulai dengan kata-kata

apakah, adakah, dan harus dijawab dengan ya atau tidak atau dengan kata-kata

singkat. Dalam proses sesi koneling guru bk menggunakan 9 keterampilan

dasar pertanyaan tertutup pada sesi konseling 1 dan 25 pertanyaan tertutup

pada sesi konseling 2. Berikut beberapa contoh dialog sesi konseling dengan

keterampilan dasar pertanyaan tertutup:

Contoh dialog 1

1) Guru BK : Kamu sudah alfa berapa kali dikelas XI ini?

Peserta didik : 3 Buk

2) Guru BK : Nah sudah 3, kemana?

Peserta didik : dirumah Buk

Contoh dialog 2

Guru BK : Jadi ini sudah yang keberapa kali dipanggil?

Peserta didik : dua kali buk (mengangkat jari)

Guru Bk : untuk tahun ini, untuk semester ini dua kan?

Peserta didik : iya Buk (menganggukan kepala)

Guru Bk : kelas satu udah berapa kali?

Peserta didik : hmmmm....gk tau buk lupa (tersenyum)

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka guru bk sudah menggunakan

keterampilan dasar konseling pada proses konselingnya. Adapun keterampilan dasar


yang dipakai oleh Guru BK pada saat proses konseling yaitu: attending, refleksi,

dorongan minimum, pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup. Dalam proses konseling

guru bk menggunakan ketrampilan attending pada awalan sesi konseling. Dalam

proses sesi koneling guru bk menggunakan 1 pernyataan keterampilan dasar refleksi

pada sesi konseling 1 dan 4 pada sesi konseling 2, 2 pernyataan keterampilan dasar

dorongan minimum pada sesi konseling 2 sesi konseling 1 guru bk tidak

menggunakan dorongan minimum, 4 keterampilan dasar pertanyaan tertutup pada

sesi konseling 1 dan 8 pertanyaan tertutup pada sesi konseling 2, dan menggunakan 9

keterampilan dasar pertanyaan tertutup pada sesi konseling 1 dan 25 pertanyaan

tertutup pada sesi konseling 2. Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses

konseling oleh guru bk di SMK N 3 Bandar Lampung keterampilan yang sering

digunakan yaitu keterampilan dasar konseling pertanyaan terbuka dan tertutup dilihat

dari banyaknya pernyataan tentang keterampilan tersebut di proses konseling guru bk.

C. Pembahasan

Konselor dalam memberikan layanan konseling perlu mengetahui dan

mempunyai keterampilan konseling yang merupakan sangat penting untuk membantu

klien.52 Selain itu, pada penelitian Capuzzi dan Gross mendapati bahwa kepahaman

mengenai fungsi BK serta peranan konselor masih lemah dan tidak tepat. 53

Selanjutnya, pada penelitian Bultsma mendapati bahwa masih banyak konselor

52
Mohamed Sharif, Roslee dan Sulaiman Shakib Kemahiran Asas Seorang Kaunselor.
SeminarAntara bangsa Guru-Guru Agama Singapura (PERGAS, 2010),) pada 14-15 Jun 2003.
53
Capuzzi, D. & Gross, D. (2013).Introduction to the Counseling Profession. (6th ed).
NY:Routledge.
sekolah di Indonesia belum memberikan fokus pada keterampilan dasar pada saat

membantu klien.54 Selain itu, sebahagian besar konselor tidak fokus dan menguasai

penggunaan kemahiran asas konseling.55

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari macam-macam keterampilan dasar

konseling guru bk di smk negeri 3 bandar lampung dalam dua proses sesi

konselingnya menggunakan lima keterampilan dasar konseling yaitu: attending,

refleksi, dorongan minimum, pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.

Bagaimanapun dengan lima keterampilan dasar tersebut hasil penelitian menunjukan

bahwa guru bk sudah dapat membantu menyelesaikan masalah peserta didik.

Sekiranya guru bk disekolah menguasai keterampilan dasar konseling yang komplite

seperti yang dikemukakan oleh Carkhuff dalam Abimanyu dan Manrihu di dalam

komunikasi dengan konseli, konselor harus menggunakan respon-respon yang

diklasifikasikan ke dalam berbagai teknik keterampilan dasar komunikasi, seperti (1)

tahap pembukaan yaitu membangun repo, attending, acceptance (penerimaan),

mendengarkan, empati, refleksi; (2) tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka,

mengikuti pokok pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,

menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil inisiatif,

memberi nasehat; dan kemudian (3) tahap terminasi (pengakhiran) seperti

menyatakan waktu telah habis, menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas

54
Bultsma, S. A. Supervision experiences of new professional school counselors. Michigan
Journal of Counseling: Research, Theory, and Practice (2012).h.3
dan tindak lanjut, merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara

formal.56 Sehingga dalam proses konseling akan memberikan dampak konseling yang

lebih bermakna dan akan tiba pada suatu keadaan proses konseling yang berjalan

secara efektif.

Dengan menggunakan sedikit saja keterampilan dasar konseling guru bk di

SMK Negeri 3 Bandar Lampung sudah dapat membantu menyelesaikan masalah

peserta didik, apalagi jika guru bk menggunakan keterampilan dasar yang maksimal

atau guru bk menguasai semua keterampilan dasar konseling. Karena mungkin dalam

proses konseling tidak semua keterampilan dasar itu digunakan, hanya sebagian saja

yang digunakan dilihat dari permasalahan yang ada pada peserta didik. Memang

menurut Willis walaupun setiap tahapan konseling mempunyai keterampilan-

keterampilan dasar konseling yang bermacam-macam dalam setiap proses

konselingnya, tidak berarti aturannya kaku seperti itu. Artinya konselor dengan

kemampuan dan seni akan melakukan konseling dengan teknik-teknik yang bervariasi

dan berganda (multi technique).

Beberapa hal yang terjadi di lapangan juga ada beberapa masalah mengapa

keterampilan dasar yang digunakan oleh guru bk tidak maksimum misalnya seperti

penstrukturan konseling tidak jelas, konselor larut dalam konseling, konseling hanya

ngobrol biasa dan hanya bersifat nasihat biasa, konseli tidak siap konseling, konselor

56
Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan
Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota Makassar , (Makasaar:Program
Pascasarjana UNM, 2011).h.8
57
kurang mampu mendifinisikan masalah siswa (pada tahap awal. Dalam hal ini ada

beberapa alasan mengapa guru bk hanya menggunakan keterampilan sebatas itu saja:

dikarenakan pemahaman guru pembimbing mengenai keterampilan konseling masih

belum optimal, konselor kurang terampil dalam mengaplikasikan tehnik-tehnik

konseling. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan rata-rata skor pencapaian 19,36 atau

sekitar 52,18%. Skor ini juga menunjukkan bahwa keterampilan konseling belum

dipahami secara konseptual, makna dan contoh-contoh penggunaan masing-masing

keterampilan belum betul-betul dikuasai dengan baik. Kedua, hasil identifikasi

penguasaan guru pembimbing tentang keterampilan konseling, berupa 10

keterampilan yang diurutkan mulai dari yang kadang-kadang digunakan sampai yang

belum digunakan adalah; Keterampilan attending, bertanya, memberi dukungan dan

pengukuhan, mendengarkan, menutup, empati, klarifikasi, pemecahan masalah,

pemfokusan, memberi dorongan, paraphrase.58 Hal ini terjadi karena setiap klien

berbeda kepribadian (kemampuan, sikap, motivasi kehadiran, temperamen), respon

lisan dan bahasa badan dan sebagainya.59 Hal serupa pula dengan hasil penelitian

Rosita Endang Kusmaryani bahwasanya terdapat beberapa keterampilan yang

sebenarnya sering digunakan, namun ternyata belum dikuasai. Beberapa keterampilan

konseling tersebut adalah keterampilan attending, bertanya, memberi dukungan,

57
Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Terhadap Penguasaan
Kompetensi Profesional Guru Pembimbing Di Sma/Smk Se Kota Makassar, (Makasar: Program Pasca
Sarjana UNM 2011).h.2
58
Rosita Endang Kusmaryani, dkk, Pengembangan Modul Keterampilan Konseling untuk
Meningkatkan Kinerja Guru Pembimbing. (Universitas Negeri Yogyakarta, 2010).h.2
59
Sofyan Willis, Op Cit,h.173
klarifikasi, pemecahan masalah, pemokusan, dan memberi dorongan. Hal ini tentu

saja mengakibatkan kinerja guru pembimbing dalam melakukan layanan konseling

menjadi tidak maksimal. Data penelitian juga menunjukkan bahwa dalam

pelaksanaaan konseling selama ini hanya sebagian guru pembimbing (47%) yang

menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru pembimbing

yang lain (53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara optimal.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterampilan seperti diatas

sebenarnya merupakan pengalaman umum atau keterampilan alamiah yang setiap

orang mempunyai pengalaman tersebut. Secara profesional sebagai seorang konselor.

Keterampilan dasar awal konseling sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan

dengan pekerjaannya. Jika keterampilan ini secara terus menerus dilakukan dan

dipraktekkan akan menjadi bagian dari kebiasaan yang tidak terpisahkan dari

pengalaman, yang seharusnya semakin baik dan sempurna. Hal senada juga

disampaikan oleh Barbara okun agar pertolongan konselor efektif, maka mereka

harus sering berlatih menggunakan keterampilan komunikasi konseling yang

mencakup , aspek pesan verbal dan non verbal (konten kognitif dan afektif),

memahami pesan nonverbal (konten afektif dan perilaku), dan merespon secara

verbal dan nonverbal. Dari beberapa temuan yang ungkapan permasalahannya karena

tidak ada waktu khusus untuk melakukan konseling secara individual dikarenakan

tuntutan aspek kerja yang lain.

Sehingga kepakaran seseorang konselor merupakan elemen yang penting

dalam menentukan keberkesanan proses konseling. Namun, kecakapan kemahiran


adalah lebih penting kerena telah dipersetujui oleh pakar-pakar terapi sebagai faktor

yang paling utama dalam pemilihan calon konselor. Oleh yang demikian, setiap

konselor bertanggung jawab untuk memastikan dirinya menguasai keterampilan dasar

konseling sebagai syarat utama untuk memberi perkhidmatan konseling yang lebih

berkesan dan cemerlang.60

60
Zainatul Azura, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kecekapan Kemahiran Dan
Perkembangan Personal Dalam Kalangan Guru-Guru Kaunseling Daerah Kulaijaya Johor
,(Malaysia: UTM, 2011).h.3
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan mengenai hasil penelitian tentang penggunaan

keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah

minat belajar peserta didik. Guru bk menggunakan beberapa keterampilan dasar

konseling dalam proses konselingnya, diantaranya: attending, refleksi, dorongan

minimum, pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup. Bagaimanapun dengan lima

keterampilan dasar tersebut hasil penelitian menunjukan bahwa guru bk sudah dapat

membantu menyelesaikan masalah peserta didik. Sekiranya guru bk disekolah

menguasai keterampilan dasar konseling yang komplite atau semua keterampilan

dasar konseling guru bk kusai maka dalam proses konseling akan tiba pada suatu

keadaan proses konseling yang berjalan secara efektif dan berkesan. Dalam hal ini

ada beberapa alasan mengapa guru bk hanya menggunakan keterampilan sebatas itu

saja: dikarenakan pemahaman guru pembimbing mengenai keterampilan konseling

masih belum optimal, konselor kurang terampil dalam mengaplikasikan tehnik-tehnik

konseling.
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah:

1. Guru BK di Sekolah

Agar sedini mungkin untuk memperhatikan keterampilan-keterampilan yang

mestinya dimiliki, sehingga peserta didik merasa puas dan merasa lebih baik

setelah mendapatkan pelayanan Guru BK.

2. Bagi peserta didik

Dengan adanya kemampuan Guru BK yang profesional dalam melaksanakan

konseling individual, maka diharapkan peserta didik bersama sama dapat

membangun hubungan yang terapeutik dengan guru bk sehingga akan terbina

susana yang nyaman dan berkesan.

3. Peneliti
Saran bagi peneliti selanjutnya adalah agar dilakukan penelitian yang lebih

luas dan subjek yang lebih global agar keterampilan-keterampilan konselor

yang terdapat di Indonesia dapat diketahui, dan nantinya menjadi bahan

intropeksi diri konselor terkait keterampilan yang ada pada diri konselor

masing-masing.

4. Pembaca

Penelitian ini diharapkan bukan hanya untuk dibaca namun juga dipahami

sebaik mungkin, karena sedikit banyak dalam penelitian ini akan berguna bagi

konselor dan calon-calon konselor untuk menjadi seorang konselor yang lebih

terampil dan professional.


DAFTAR PUSTAKA

Abu, Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004.

Aladaga, Mine “Counseling Skills Pre-Practicum Training at Guidance and


Counseling Undergraduate Programs: A Qualitative Investigation”, Ege
University, 2013.

Asrowi, “Model Pengembangan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Untuk


Meningkatkan Efektivitas Konseling Individual Guru-Guru Bk Smp”,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2013.

Zainatul Azura, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kecekapan Kemahiran Dan


Perkembangan Personal Dalam Kalangan Guru-Guru Kaunseling Daerah
Kulaijaya Johor,Malaysia: UTM, 2011.

Bultsma, S. A. Supervision experiences of new professional school counselors.


Michigan Journal of Counseling: Research, Theory, and Practice 2012.

Capuzzi, D. & Gross, D.Introduction to the Counseling Profession. (6th ed).


NY:Routledge 2013.

Creswell, John, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset , Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015.
Engkamat, Eshantee, Persepsi Pembimbing Rakan Siswa Terhadap Kemahiran
Menolong dalam Menangani Tekanan Akademik di Kalangan Pelajar: Satu
Tinjauan di Universiti Malaysia Sarawak, University Malaysia Sarawak,
2005.

Erlina, Nova,dkk, Keterampilan Menjalankan Sesi Konseling oleh Guru-guru


Konseling di kota Bandar Lampung, Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan
Penerbitan LP2M, 2016.

----------Kemahiran Asas Konseling Dalam Kalangan Guru Konseling Sekolah


Menengah, Book 3, Asean Comparative Education Research Network
Conference, Malaysia: Universiti Kebangsaan Malaysia, 2016.

Erman, Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Geldard, Kathryn & David Geldard, Keterampilan Praktik Konseling, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2011.
Ghani, Abdul, Kemahiran Asas Kounseling, malaysia: University Pendidikan Sultan
Idris, 2003.

Gladding, Samuel, Konseling Profesi yang Menyeluruh, Jakarta: PT Indeks, 2012.

Hackney, Harold L. Development of a Pre-practicum Counseling Skills Model,


Volume 11, Issue 2, 2011.

Halimatun, Mizan, Kaunseling Individu, Malaysia: Fajar Bakti, 2006.


Hafina, AnneProceedings of The 4th International Conference on Teacher Education ;
Join Conference UPI& UPSI Bandung, Indonesia Teknik Latihan
Keterampilan Dasar Konseling individual, Bandung: UPI, 2010.

Hastuti, Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta:


Media Abadi, 2006.

Ipah S. &Ilfiandra, Agustin M, Peningkatan Mutu Tata Kelola Layanan Bimbingan


dan Konseling pada Sekolah Menengah Atas di Provinsi Jawa Barat.
Bandung: UPI 2006.

Ivey, Intentional Interviewing and Counseling:Facilitating Client Development and


Multicultural Society, CA: Brooks/Cole, 2003.

Khairani Makmun, Psikologi Belajar, Yogyakarta. Aswaja Pressindo. 2013.

Krisnawati, Upaya Meningkatkan Minat Belajar IPS Melalui Metode Karya Wisata
Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Baran Kecamatan Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2009/2010 (Semarang:STAIN Salatiga, 2010).

Kusmaryani, Endang Rosita “Penguasaan Keterampilan Konseling Guru


Pembimbing di Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, Vol. 40 No. 2, November
2010.

Little, C., Packman, J., Smaby, M. H., & Maddux, C. D, The Skilled Counselor
Training Model: Skills acquisition, self-assessment, and cognitive complexity.
CounselorEducation and Supervision 44,2005.

Mahadhita, Fitriana Hubungan Antara Keterampilan dasar konseling (KDK) Dengan


Minat Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong
Tahun Ajaran 2014/ 2015, Semarang: UNESA, 2015.

Makhmudah,Ulya Mempersiapkan Kompetensi Kepribadian Calon Konselor untuk


Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Jurnal Psikoedukasi dan
Konseling Vol 1, No. 1, Surakatra: Universitas Sebelas Maret 2017.
Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

Melinda, Mei Denok Setiawati, Pengembangan Media Keterampilan Dasar


Konseling Berbasis Software dalam Layanan Informasi di SMAN 11
Surabaya, Surabaya: UNESA,2015.

Nurihsan, Achmad Juntika. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung :


Refika Aditama, 2005.

Rachman, Maman strategi dan langkah-langkah penelitian pendidikan, Semarang:


IKIP Semarang Pers, 1993.

Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap


Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota
Makassar, Makasaar:Program Pascasarjana UNM, 2011.

S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Salleh Amat, Noriah Mohd & Ishak, Zuria Mahmud Hubungan dual di kalangan
kaunselor: satu kajian kes. Jurnal PERKAMA, vol. 11, Kuala Lumpur
Persatuan Kaunseling Malaysia 2005.

Satyawan, Yeptha Tingkat Pemahaman Keterampilan Dasar Konseling Pada Guru


Bk Smp Se Kecamatan Banyumas, Jurnal: Riset Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling, Vol.3, No.4, Yogyakarta: UNY, 2017.

Sofyan Willis, konseling individual teori dan praktek, Bandung: Alfabeta 2013.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif


dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008.

----------. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,


Bandung: Alfabeta 2015.

Triastuti, Dominika, “Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling Pada Guru


Bimbingan Dan Konseling Sma Negeri Se-Kabupaten Bantul”. Jurnal Skripsi
Program sarjana program studi bimbingan dan konseling Jurusan psikologi
pendidikan dan bimbingan Fakultas ilmu pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta, Oktober, 2014.

Paw Eng See, Noriah Mohd Ishak & Salleh Amat, Lukisan sebagai proses diagnosis
dan intervensi rawatan dalam sesi kaunseling. Jurnal PERKAMA, vol.14.
(Kuala Lumpur: Persatuan Kaunseling Malaysia 2008.
LAMPIRAN
Lampiran 4

PEDOMAN OBSERVASI

A. Tujuan Observasi :

“Untuk mengamati bagaimanakah penggunaan


keterampilan dasar konseling terhadap minat belajar
peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung”.

A. Observer : Mira Nirmala

B. Observasi ke : SMK Negeri 3 Bandar Lampung

C. Pelaksanaan observasi

1. Hari/Tanggal :

2. Waktu :

3. Nama Sekolah : SMK Negeri 3 Bandar Lampung

4. Alamat : Jln.Cut Mutia No.21 Telp.0721-482037 Fax.471561

Teluk Betung Utara Bandar Lampung 35214.

5. Aspek-aspek yang diobservasi :

a) Proses pelaksanaan sesi konseling individu


PROFILE SMK N 3 BANDAR LAMPUNG

A. Identitas Sekolah

Nama : SMK Negeri 3 Bandar Lampung


Sekolah
NSS : 401126006004
NIS : 400040

B. Alamat

Jalan : Cut Mutia No. 21 RT 01/ RW 05


Kelurahan : Gulak-Galik
Kecamatan : Telukbetung Utara
Kota : Bandar Lampung
Kode Pos : 35214
Telp./Fax. : ( 0721 ) 482037
E-mail : info@smkn3-bdl.sch.id

C. SK Pendirian

Nomor : 001/ UKK5 /1965


Tanggal : 1 September 1965

D. Sekilas Tentang SMK Negeri 3 Bandar Lampung

SMK N 3 Bandar Lampung di dirikan pada tanggal 1 September 1965

dengan nama SKKA persiapan dan beralamat di Jl. Jendral Sudirman No. 74

Tanjung Karang. Pada Bulan Januari 1968 dengan SK. NO. 88/IDTK 5/1968,

SKKA persiapan berganti nama menjadi SKKA Negeri, dan mulai menempati

gedung sendiri di Jl. Cut Mutia No.21 Teluk Betung yang merupakan bantuan

dari Gubernur KDH Tk I Lampung, yaitu Bpk Zainal Abidin Pagar Alam.
Berdasarkan SK Mendikbud No. 0290/1976 Tanggal 09 Desember 1976

SKKA Negeri berubah menjadi SMKK Negeri Tanjung Karung, kemudian pada

tanggal 22 April 1997, berdasarkan SK Mendikbud No. 036/0/1976 berubah

menjadi SMK Negeri 3 Bandar Lampung.

Pada Awal pembentukan sampai tahun 1980 dibuka jurusan memasak dan

menjahit, kemudian pada tahun 1980 bertambah menjadi 3 jurusan yaitu

Memasak, Menjahit, dan Tata Laksana Rumah Tangga (TLRT). Pada tahun

pelajaran 1995/1996 dibuka jurusa Tata Kecantikan, selanjutnya pada tahun

pelajaran 1997/1998 dibuka jurusan Akomodasi Perhotelan dan yang terakhir,

tahun pelajaran 2002/2003 di buka jurusan Usaha Jasa Pariwisata (UJP). Dari

awal pembentukannya sampai sekarang SMK Negeri 3 bandar Lampung pernah

dipimpin oleh:

1. Masnon 1965 1970


2. F.A.Y. Rindo Rindo Gerungan 1970 1977
3. Raden Masnon Sari Sutarjo 1977 1980
4. Ny. Mualim 1980 1981
5. Ny. Siti Utari Sutrasno 1981 1988
6. Hj. Suraton Hasyim 1988 1992
7. Tianur Siagian 1992 1996
8. Drs. Abri Eko Noerjanto, MM 1996 2004
9. Dra. NETTY 2004 2017
10. Suniyar, S.Pd,M.Pd 2017 sampai sekarang

Diera globalisasi dewasa ini di perlukan SDM yang siap dan tangguh

dengan berbagai tantangan salah satu untuk menunjukan itu maka SMK Negeri 3

Bandar Lampung sebagai salah satu lembaga pendidikan formal dan bersifat
kejuruan non teknik yang bertanggung jawab untuk menyiapkan tenaga-tenaga

terampil, tidak hanya berpangku tangan melepaskan suatu masalah yang

dihadapi.

Adapun bidang keahlian yang ada di SMK Negeri 3 Bandar Lampung antara
lain:
1. Tata Boga

2. Tata Busana

3. Tata Kecantikan Kulit

4. Tata Kecantikan Rambut

5. Akomodasi Perhotelan

6. Usaha Jasa Pariwisata.

E. Visi

Menjadi lembaga diklat bertaraf internaional, menghasilkan tenaga tingkat


menengah yang profesional dan mampu bersaing di era global.

F. Misi

1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar berbasis kompetensi dan


keunggulan daerah.
2. Mengadopsi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.
3. Membina hubungan kerja sama saling menguntungkan dengan
institusi/masyarakat didalam dan luar negeri.
4. Mewujudkan budaya sekolah berwawasan lingkungan.
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL )
BIMBINGAN DAN KONSELING
LAYANAN KONSELING INDIVIDU

I. Profil
A. Sekolah : SMK 3 Bandar Lampung
B. Kelas /Jurusan : XI
C. Sasaran Layanan : Peserta didik
D. Alokasi waktu : 1 x 45 Menit
E. Bidang Layanan : Pribadi
F. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengentasan
G. Bentuk Layanan : Individual
H. Tempat Layanan : Ruang Bimbingan Konseling

II. Topik/permasalahan :Kurangnya minat terhadap jurusan yang di jalani


menyebabkan malas belajar dan malas bersekolah

III. Kompetensi Tugas Perkembangan : Mengembangkan pengetahuan tentang


peluang atau keunggulan jurusan yang dijalani agar dapat berperan dalam
kehidupan di masyarakat

IV. Tujuan Layanan: Konseli menjadi mantap belajar

V. Langkah Kegiatan Layanan :

NO KEGIATAN LAYANAN ALOKASI


WAKTU
A TAHAP AWAL
Penerimaan: situasi konseling sejak awal menjadi tanggung jawab 5 Menit
konseli, untuk itu konselor menyadarkan konseli
B TAHAP INTI
1. Mengungkap penyebab masalah:
Konselor memberanikan konseli agar ia mampu
mengemukakan perasaannya.
2. Langkah treatment:
a) Konselor menerima perasaan konseli serta memahaminya 30 Menit
b) Konselor berusaha agar konseli dapat memahami dan
menerim keadaan dirinya
c) Konseli menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan
diambil
d) Konseli merealisasikan pilihannya itu.
C TAHAP AKHIR 5 Menit
Menyimpulkan hasil konseling
Mengadakan evaluasi
Menyusun jadwal pertemuan lanjutan
Menutup konseling

VI. Alat /Media /Sumber :


A. Angket minat
B. Data nilai rapor Semester 1, 2
C. Data nilai praktek
D. Absensi
E. Prestasi non akademik (jika ada)

VII. Rencana Penilaian :


A. Prosedur Penilaian :
1. Penilaian Proses Penilaian terhadap proses pelaksanaan konseling
dengan observasi ( terlampir)
2. Penilaian hasil dengan interview :
- Understanding : Pemahaman baru apa yang diperoleh konseli
- Comfort : Bagaimana perasaan konseli setelah mengikuti
konseling
- Action : Apa yang akan dilakukan konseli setelah proses
konseling
3. Penilaian Hasil tertulis : Laiseg, Laijapen dan Laijapang
4. Alat Penilaian : Berupa Angket Laiseg, Laijapen dan Laijapang
(Terlampir)

VIII. Rencana tindak lanjut :


A. Satu minggu setelah layanan dipantau dengan memberikan penilaian
jangka pendek (Laijapen)
B. Satu bulan setelah layanan dipantau dengan memberikan penilaian jangka
panjang (Laijapen)

Mengetahui Bandar Lampung, 2017


Kepala SMKN 3 Bandar Lampung Guru BK/Konselor

Suniyar, S.Pd,M.Pd Dini Afini, S.Pd.


NIP.19671007 198903 2 008 NIP.19830502 200804 2 004
Lampiran 1 : Instrumen observasi/ pengamatan

Isilah dengan memberi tanda cek (  ) pada kolom ya atau tidak sesuai dengan
keadaan waktu proses konseling berjalan.

NO KEGIATAN KONSELI YA TIDAK


1 Konseli aktif mengikuti proses konseling
2 Konseli mengungkap permasalahan dengan terbuka
3 Konseli menemukan penyebab masalah
4 Konseli mampu menemukan alternatif pemecahan masalah
5 Konseli mampu merencanakan langkah pelaksanaan hasil
konseling
6 Konseli mau diajak konseling lanjutan

Bandar Lampung, ………………….2017


Observer

.......................
Lampiran 2 : Laiseg
PENILAIAN HASIL
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

LAISEG

Hari, Tanggal Layanan : ........................................................


Jenis Layanan : Konseling Individual
Pemberi Layanan : Dini Afini, S.Pd

Isilah titik-titik di bawah ini dengan singkat.


1. Topik/ masalah apakah yang telah dibahas melalui layanan tersebut?
................................................................................................................................
2. Hal-hal atau pemahaman baru apakah yang Anda peroleh dari layanan tersebut?
................................................................................................................................
3. Bagaimanakah perasaan Anda setelah mengikuti layanan tersebut?
................................................................................................................................
4. Hal-hal apakah yang akan Anda lakukan setelah mengikuti layanan tersebut?
................................................................................................................................
5. Apakah layanan yang Anda ikuti berkaitan langsung dengan masalah yang
Anda alami?
a. Apabila ya, keuntungan apa yang Anda peroleh?
....................................................................................................................
b. Apabila tidak, keuntungan apa yang Anda peroleh?
....................................................................................................................
6. Tanggapan, saran, pesan atau harapan apa yang ingin Anda sampaikan kepada
pemberi layanan?
................................................................................................................................

Bandar Lampung..................2017
Observer

....................................
Lampiran 3 : Laijapen
PENILAIAN HASIL
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

LAIJAPEN

Hari, Tanggal Layanan : ....................................................


Jenis Layanan : Konseling Individual
Pemberi Layanan : Dini Afini, S.Pd

Isilah titik-titik di bawah ini dengan singkat.


1. Apa masalah yang telah dibahas melalui layanan tersebut?
...............................................................................................................................
2. Bagaimanakah kondisi masalah tersebut sekarang?
...............................................................................................................................
3. Hal-hal apa yang telah Anda lakukan secara nyata untuk mengatasi masalah
tersebut?
...............................................................................................................................
a. Perbaikan apasajakah yang telah terjadi?
..........................................................................................................................
b. Bagaimanakah Anda menyikapi masalah tersebut sekarang?
..........................................................................................................................
4. Berdasarkan gambaran no. 3, berapa persen masalah yang Anda alami tersebut
yang telah terentaskan/ teratasi sampai sekarang?
95 % - 100 % 30 % - 49 % Semakin berat
75 % - 94 % 10 % - 29 %
50 % - 74 % Kurang dari 10 % ........................

5. Tanggapan, saran, pesan atau harapan apa yang ingin Anda sampaikan kepada
pemberi layanan?
..................................................................................................................................
Bandar Lampung..................2017
Observer
....................................
Lampiran 4 : Laijapang
PENILAIAN HASIL
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
LAIJAPANG

Hari, Tanggal Layanan : ....................................................


Jenis Layanan : Konseling Individual
Pemberi Layanan :Dini Afini, S.Pd

Isilah titik-titik di bawah ini dengan singkat.


1. Apa masalah yang telah dibahas melalui layanan tersebut?
..................................................................................................................................
2. Bagaimanakah pengaruh masalah Anda tersebut terhadap kehidupan Anda
sekarang?
a. Masih adakah pengaruh negatif yang diakibatkan oleh masalah tersebut?
...........................................................................................................................
b. Bagaimanakah kondisi Anda sekarang dengan telah ditanganinya masalah
Anda tersebut?
...........................................................................................................................
c. Bagaimanakah Anda menyikapi masalah tersebut (kalau belum terentaskan)
atau kemungkinan timbulnya kembali masalah tersebut di masa yang akan
datang?
...........................................................................................................................
3. Berdasarkan gambaran no. 3, berapa persen masalah yang Anda alami tersebut
yang telah terentaskan/ teratasi sampai sekarang?
95 % - 100 % 30 % - 49 % Semakin berat
75 % - 94 % 10 % - 29 % ..........................
50 % - 74 % Kurang dari 10 %
4. Tanggapan, saran, pesan atau harapan apa yang ingin Anda sampaikan kepada
pemberi layanan?
...................................................................................................................................
Bandar Lampung..................2017
Observer

....................................
Sesi Konseling Individu

Asih XI Jasa Boga 2

Guru BK : ”Silahkan masuk (berjabat tangan)

“Silahkan duduk?”

Peserta didik : “Iya buk, terimakasih”

Guru BK : “Gimana sih? Apa kabarmu hari ini? pelajaran siapa sekarang?”

Peserta didik : “Alhmdulillah baik, buk Ammi buk”

Guru BK : “hah? Pelajaran siapa?

Peserta didik : “praktek buk Ammi buk”

Guru BK : “oh buk Ammi..kenapa sekarang ibu memanggil Asih. Yah


sebelumnya ibu mau cerita dulu kenapa ibu memanggil Asih, karena
menindaklanjuti panggilan sebulan yang lalu tentang...? tentang apa?”

Peserta didik : “jahit”

Guru Bk : “iya tentang jahit, itu apa? Khususnya tentang apa?”

Peserta didik : “hmmm minat buk”

Guru BK : “iya, tentang minat belajarnya Asih ya. Kan dari kelas 1 memang
asih kan sudah beberapa kali dipanggil mengenai minat belajar nya
asih”

Peserta didik : “iya (menganggukkan kepala)”

Guru BK : “jadi ini sudah yang keberapa kali dipanggil?”

Peserta didik : “dua kali buk (mengangkat jari)”

Guru BK : “untuk tahun ini, untuk semester ini dua kan?

Peserta didik : “iya buk (menganggukkan kepala)”


Guru BK : “kelas satu udh berapa kali?”

Peserta didik : “hmm..g tau buk lupa (tersenyum)”

Guru BK : “lupa....?”

Peserta didik : “g tau buk, kayaknya juga dua”

Guru BK : “dua..wali kelas juga sudah menyampaikan ya sama orang tua, jadi
pada kesempatan ini...ibu mau melakukan konseling dengan asih
masalah asih tentang minat belajarnya. Jadi yang pertama ibu pengen
kamu menceritakan dulu apa kesulitanmu dan perkembanganmu saat
ini? Kesulitanmu dulu apa?”

Peserta didik : “kesulitan di jurusan ini memulai dari buat pola buk..”

Guru BK : “terusss...?”

Peserta didik : “membuat pola nya belum bisa...”

Guru BK : “iya..apa lagi?”

Peserta didik : “belum bisa ngedisign nya juga, itu difoto copy aja”

Guru BK : “itu dari segi kertasnya. Tapi kamu membuat nya itu ngerti gk?”

Peserta didik : “ngerti sedikit-sedikit..blm sepenuhnya”

Guru BK : “tapi kamu nanya gk?”

Peserta didik : “(menganggukkan kepala) iya buk”

Guru BK : “dengan siapa?”

Peserta didik : “sama kawan”

Guru BK : “sama kawan...kalau masalah seperti itu kan masalah bahan praktek
ya?

Peserta didik : “(menganggukkan kepala)”

Guru BK : “itu beda...tapi kalau kesulitan misalnya kamu harus mengerjakan


garisnya lurus kamu mengkol? Itu maksud ibu ada kesulitan gk?”
Peserta didik : “iya buk, suka tidak bisa”

Guru BK : “kenapa bisa begitu?”

Peserta didik : “belum belajar “

Guru Bk : “Asih udh kels berapa sekarang?”

Peserta didik : “dua”

Guru BK : “kelas? dua..belajar pola belajar jahit udah berapa lama?”

Peserta didik : “udah lama buk”

Guru BK : “hah..udah berapa?...setahun lebih kan?”

Peserta didik : “iya buk (menganggukan kepala)”

Guru BK : “sebentar lagi mau PKL, masa buat garis lurus aja belum bisa?..kira-
kira itu kekurangannya dimana?”

Peserta didik : “hmmm”

Guru BK : “menurut Asih, kok asih gk bisa-bisa?”

Peserta didik : “lagi keadaan sakit buk”

Guru BK : “itu kan sekarang..kemaren-kemaren sebelum kamu sakit?”

Peserta didik : “masih bingung buk”

Guru BK : “bingung...pegangan dong kalo bingung..bingungnya tu dimananya?”

Peserta didik : “belum bisa menjahit”

Guru BK : “terus...kamu kan punya Guru?..tempatmu bertanya, kslo kamu sdah


bertanya dijawab gk sama guru mu itu?”

Peserta didik : “dijawab buk”

Guru BK :”dijawab...kalo sudah dijawab kamu mengerti gk?

Peserta didik : “mengerti”


Guru BK : “mengerti..tapi setelah mengerti dikerjakan masih bener apa..apa
masih salah?”

Peserta didik : “udah bener buk”

Guru Bk : “udah bener?

Peserta didik : “iya buk (menganggukan kepala)”

Guru BK : “tapi kenapa kata wali kelasnya sudah dilakukan berulang ulang
masih aja salah?”

Peserta didik : “kalo ngedisgn udh agak bisa tapi mola belum lurus-lurus buk”

Guru BK : “jadi gini Asih...sekarang asih pernah gk asih koreksi kesalahannya.


Misalnya: asih kenapa sih gk bisa? Apa mungkin gk diulang dirumah?
Kenapa? Kenapa kawan asih bisa, asihnya gk bisa? Kenapa? Sama kan
manusia juga kan?”

Peserta didik : “(menganggukan kepala)”

Guru BK : “manusia itu sama, punya hidung, punya mata, punya telinga. Punya
tangan dua kan?”

Peserta didik : “(menganggukan kepala)”

Guru BK : “sama kan sempurna...kawan punya...ada yang bisa langsung ada


yang enggk..memang kemampuan orang itu beda-beda..tapi saya rasa
kalau sudah berulang ulang gk bisa bisa itu namanya gk belajar”
berarti ada orang yang bisa perlu usahanya sedikit, tapi ada orang yang
usahanya sampe berkali-kali..mungkin asih itu termasuk yang
itu..”yang berkali-kali harus terus mencoba terus..tapi kalau asih cepet
berputus asa ya gk bisa-bisa. Kalo dirumah asih jarang latihan untuk
menjahit kan harus sering latihan?..tugas harus sering dikerjakan..kalo
gk bisa harus bertanya..kalo asih gk melakukan itu ya gk bisa-bisa...”

Peserta didik : “(menganggukan kepala)”

Guru BK : “sekarang kira-kira kurangnya Asih dimana?”

Peserta didik : “kalau menjahit ini..kaki nya sering sakit”


Guru BK : “heeh, jadi kalau seperti itu gimana caranya supaya asih bisa, gk
sakit..bisa lancar..tidak menghalangi praktekmu?”

Peserta didik : “saya belajarnya berhenti dulu, jahitnya buk”

Guru BK : “sekarang kan halangan nya katanya tadi kaki mu sakit, nah supaya
kakimu gk sakit...kamu juga tidak terhambat prakteknya, apa yang
harus kamu lakukan?”

Peserta didik : “hmmm”

Guru BK : “kalo kaki sakit kan fisik..kalo orang sakit kemana? Kalo orang sakit
berobat gk?”

Peserta didik : “berobat “

Guru BK : “berobat kemana?”

Peserta didik : “kerumah sakit.”

Guru BK : “kerumah sakit...kamu sudah berobat belum?”

Peserta didik : “udah buk..udah pas kelas satu..tapi pas lama jahit kakinya maih
sering sakit”.

Guru BK : “sekarang masih kerasa..ya kan? Tadi katanya yang menghambat


kamu karena kaki mu sakit.

Peserta didik : “masih kerasa sakitnya buk”

Guru BK : “naahhh...kan masih dirasa, berarti kan belum tuntas..orang tua udh
tau belum?”

Peserta didik : “sudah buk”

Guru Bk : “terus apa kata orang tuamu? Apa tindakannya”

Peserta didik : “gpp buk”

Guru Bk : “kok gpp..gak papa..hah?

Peserta didik : “hmmm”


Guru BK : “jadi gini, kamu kan masih tanggung jawab orang tua mu... kamu
praktek..ada hambatan..hambatan mu salah satunya kakimu sakit..dan
akhirnya gk bisa goyang itu kan..goyang apaa? Mesin jahit kan..itu
pake apa? Itu pake goyang apa pake mesin? Perlu pake apa? Perlu
pake kaki gk? Pake kaki kan!..jadi kan itu menjadi salah satu
hambatan kamu kan untuk belajar..jadi kalo orang sakit harus ber...ber
apa?”

Peserta didik : “berobat “

Guru Bk : “berobat....kedokter, jadi itu harus dituntaskan. Biar nantinya gk


menjadi hambatan kamu untuk...?”

Peserta didik : “belajar, praktek”

Guru BK : “praktek..jadi nanti, ini kan orang tua sudah pernah dipanggil. kalau
nanti eee..ternyata itu msih menjadi hambatan kamu, orang tua tidak
ada tindakan, dari dipanggl itu dan dari sekarang kamu sudah kami
kasih arahan nanti orang tua mu kami panggil lagi. Biar bisa menindak
lanjuti..kenapa nak? Karena sebentar lagi kamu PKL di kelas XI.. ya?
Nanti bulan..bulan berapa?”

Peserta didik : “januari”

Guru BK : “hah?”

Peserta didik : “januari buk”

Guru BK : “iya..Januari, kalau itu masih menjadi hambatan kamu maka akan
susah di PKL nya. Ya kan? Bener gk ibu?”

Pesert didik : “iya buk (menganggukan kepala) tapi ibu saya sudah nyari”

Guru BK : “nyari apa?”

Peserta didik : “untuk kursus jahit,”

Guru BK : “iya..maksud ibu, untuk masalah mu ini (menunjuk ke kaki), itu kan
menjadi salah satu hambatan, kalo bisa kita kan gk ada hambatannya,
biar kita lancar,ya kan?”

Peserta didik : “iya buk (menganggukan kepala)”


Guru BK : “iya kan..misalnya kalo kamu gk ngti kamu tanya sama Guru, masih
gk ngerti kamu harus tanya lagi, bener gak?”

Peserta didik : “(menganggukan kepala)”

Guru BK : “kalo masih gak ngerti juga tanya sama kawan..ya kan?

Peserta didik : “(menganggukan kepala)”

Guru BK : “hambatan yang kedua apalagi misalnya: itu tadi..kaki kamu..ya


kan?..kaki kamu juga kan menjadi hambatan juga..karena kalian harus
menggunakan kaki. Kalo itu gk ada obatnya kalo gk kedokter..gak bisa
ibu yang ngobatin, ya kan? “

Peserta didik : “(menganggukan kepala)”

Guru BK : “itu gk bisa kalo gk kerja sama dengan orang tua, jadi nanti kalau
perkembangannya masih seperti ini, orang tua mu tidak menindak
lanjuti, kmi akan panggil orag tuamu. Nah sekarang menurut asih
seperti apa? Asih maunya seperti apa?”

Peserta didik : “hmmm..belajar lagi”

Guru BK : “apanya?”

Peserta didik : “jahitnya..”

Guru BK : “jahitnya..masalah kakinya tadi gimana? Mau di rasarasa aja?”

Pserta didik : “(menggelengkan kepala)”

Guru BK : “terus..asih maunya gimana?”

Peserta didik : “belajar lagi..mau lancar jahitnya”

Guru BK : “lancar jahitnya..terus mau diobatin gk itu kakinya? “

Peserta didik : “enggak (senyum) itukan sakit udah lama tapi baru dirasa aja”

Guru BK : “iya..bener.itu berartikan masih ada yang sakit kalo masih kerasa.
Berarti belum tuntas dong ngobatinnya. Kalo udah tuntas itu udah gak
sakit lagi. Asih mau begini aja (menunjuk ke kaki) iya?”
Peserta didik : “engak buk “(menggelengkan kepala)”

Guru BK : “karena kamu tu akan menggunakan kaki teruuus..yaaa kan?


Sekarang mau kayak mana jadinya? mau diem aja, dirasa-rasa aja?
Atau mau ngomong sama oang tuanya?”

Peserta didik : “enggk buk”

Guru BK : “jadi mau apa?

Peserta didik : “belajar lagi buk”

Guru BK : “iya belajar,,jadi kamu harus bisa meminimalisir hambatan-hambatan


kamu terutama pasa saat kamu praaaak.”

Peserta didik : “praktek”

Guru BK : “praktek..ya! kalau kita punya masalah kita haru pahami dlu
masalahnya dulu Asih.....ya! baru bisa cari jalaaan...?”
Peserta didik : “keluar”
Guru BK : “jalan keluarnya...kalau kita tidak memahami masalah, enggk akan
ketemu jalan keluarnya. Jadi kalau punya masalah, harus tau dulu inti
masalahnya apa. Kenapa asih, kok sulit kalau praktek?
Cariii..cariiii..apa sih yang kurang dari Asih. Oh ternyata saya ini sulit
faham..bagaimana caranya asih faham?..bertanya sama
kawan..bertanya sama..?”
Peserta didik : “sama Guru”
Guru BK : “ya kan? Itu..ya..apalagi kesulitan Asih? Oh ternyata pada saat saya
praktek kaki saya suka sakit. Akhirnya membuat saya lamban.
Bagaimana mengatasinya, karena Asih masih anak-anak masih ada
orang tua kendala itu harus konsultasi dengan oran tua. Jadi hambatan-
hambatan itu bisa diminimalisir sama asih gk jadi hambatan yang terus
menerus, knapa? Karena nanti asih disini sampai kelas tiga. Ya kan?
Satu dua tiga 3 tahun, ini masih satu tahun berapa bulan, masih
panjang perjalanan asih”

Peserta didik : “(menganggukan kepala)’


Guru BK : “siapa yang tahu sakitnya tambah parah, kalo gk diobati, malah gk
bisa menjahit nantinya.jadi yang rugi siapa?”
Peserta didik : “saya buk”

Guru BK : “Asih kan? Jadi sekarang menurut asih solusinya seperti apa? Jalan
keluarnya?”
Peserta didik : “tadinya saya tidak minat dibusana buk”
Guru BK : “kan sekarang asih sudah dijurusan ini, jadi g usah flash back
lagi..sekarang dijurusan ini asih punya kesulitan belajar. Dari yang ibu
utarakan tadi jadi jalan keluarnya apa?”
Peserta didik : “hmmm”
Guru BK : “kok bingung..?
Peserta didik : “belajar lagi buk..”
Guru BK : “terus..apa lagi? Bertanya..?
Peserta didik : “bertanya dengan kawan dan guru”
Guru Bk : “iya, untuk kakinya gimana jalan keluarnya?”
Peserta didik : “berobat buk”
Guru Bk : “berobat ya..jadi begitu..untuk Asih hmm. Kalau di dilihat
perkembangannya kalo nanti asih masih begini, tidak ada tindak
lanjutnya.. nanti kami panggil lagi.kita akan melakukan konseling lagi
untuk asih melakukan perkembangan selanjutnya. Karena itu hrus
continew asih sampai asih punya perubahan. Jadi nanti kita buat janji
lagi. Kapan kita konsul lagi...asih mau gk jadi siswa yang baik? Nanti
hasilnya baik?”
Peserta didik : “mau buk (menganggukan kepala)”
Guru BK : “asih harus ada kemauan untuk berubah, kalau g ada jemauan gk kan
bisa” okee asih tanda tangan dulu disini (memberikan buku biodata)
Peserta didik : “(tanda tangan)”
Guru BK : “jadi itu tadi kesimpulannya itu tadi, satu asih harus terus
memperhatikan terus kaki yang sakit harus berobat, sampai disini ada
yang mau asih tanyakan?”
Peserta didik : “gak ada buk”
Guru BK : “sudah cukup” baiklah cukup sampai disni. Terimakasih ya asih”
(berjabat tangan).
Sesi Konseling Individu

Rahim XI Jasa Boga 4

Guru BK : ”Silahkan masuk (berjabat tangan)

“Mempersilahkan duduk”, “siapa namanya?

Peserta didik : “ Rahim Buk

Guru BK : (Mencatat biodata)

“Sebelumnya, terimakasih atas kehairannya pada kesempatan ini.


Hmmm, pa yang akan kita bahas?”

Peserta didik :”Masalah Buk”

Guru BK : “Masalah apa?

Peserta didik : “Minat belajar”

Guru BK : “Iya, masalah minat belajarmu”

“Ibu mau kasih tau dulu, kamu kan sudah kelas XI. Sebelumnya di
kelas X kan km kesulitan di jurusanmu, karena tidak sesuai dengan
jurusanmu juga. Nah untuk yang kelas XI ini Buk Ummi wali kelasmu
sudah menjelaskan ke ibu. Kamu sudh cukup baik, sudah lumayan
prakteknya, kesulitan minat belajarmu sudah berkurang. Bener gx?”

Peserta didik : “iya buk”

Guru Bk : “waktu itu masalah mu diawali kenapa?”

Peserta didik : “Minat saya kurang buk”

Guru BK : “emang tadinya kamu mau apa?

Peserta didik : “Mau perhotelan buk”

Guru BK : “tapi karena tidak keterima dijurusn itu, akhirnya kamu masuk di
jurusan busana.”
Peserta didik : “iya buk”

Guru BK : “sekarang kan sudah kelas XI, masih g kamu berminat di jurusan
perhotelan?”

Peserta didik : “Sudah enggak buk, mulai menikmati jurusan butik busana”.

Guru BK : “Jadi sekarang sudah mantap ya?”

Peserta didik : “Iya buk, sudah”

Guru BK : “sudah mantap belum?, karena gini nak, sekarang kan kamu sudah
kelas XI kalau kamu masih menyesal aja dengan jurusan mu mau
sampe kelas berapa kamu nyeselnya? Jadi sekarang kamu harus mulai
menikmati proses mu djurusan ini, biar nanti hasilnya memuaskan”

Peserta didik : “Iya buk (sambil menganggukan kepala)”

Guru BK : “kamu udah alfa berapa di kelas XI ini?”

Peserta didik : “3 buk”

Guru BK : “Nah sudah 3 kemana?”

Peserta didik : “dirumah buk”

Guru BK : “kenapa gk kirim surat, ngapain kamu dirumah rahim?”

Peerta didik : “gk ada yang mau nganter suratnya buk, saya sakit.”

Guru BK : “jadi nak, sekarang udh kela XI perauran masih tetap sama. Kenapa?
Ya itu tadi karena kamu alfa akan mempengaruhi kenaikan kelas dan
akan mempengaruhi hasil belajar mu juga. Serin kamu tidak masuk
maka akan sering ketinggalan. Ibu rasa itu suah sering kamu denger”.

Pesera didik : “iya buk (sambil menganggukan kepala)”

Guru BK : “sekarang sudah kelas XI, pelajaran praktek sudah semakin banyak,
bisa ngikutin gx kamu sekarang?

Peserta didik : “hehe bisa buk (sambil menganggukan kepala)”

Guru BK : “terus kessulitannya apa sekarang?”


Peserta didik : “enggak ada buk (sambil menggelengkan kepala)”

Guru BK : “lancar semua sekarang, gk ada kesulitan? Belajar prakteknya gk


kesulitan, teguran dari guru ada gk?”

Peserta didik : “suka tidur dikelas aja buk”

Guru BK : “suka tidur aja? Itu masalah itu him. Kenapa dirimu suka tidur
dikelas?”

Peserta didik : “(tersenyum)”

Guru BK : “kamu tidur jamberpa?”

Peserta didik : “tergantung buk”

Guru BK : “tergantung apa?kamu masih kerja sekarang?”

Peserta didik : “enggk buk”

Guru Bk : “sebenarnya boleh kerja, asalkan bisa bagi waktu. Tidak lalai dengan
pelajaran sekolah. Terus tugs-tugas prakteknya gimana kamu?”

Peserta didik : “lancar buk”

Guru BK : “gk da yang ketinggalan kan?”

Peserta didik : “Enggak Buk”

Guru BK : “dari pada kelas X sekarang perkembanganmu sudah cukup terlihat.


Nah tapi ingat kehadiran itu harus tetap diperhatikan. Dikelas X
kemaren kan praktek kamu masih lama, masih banyak ketinggalan
namun dikelas XI ini alhamdulillah sudah banyak perkembangan ya.
Dari guru prakteknya juga biasanya kalau kamu bermasalah sudah ada
omongan, tapi tidak semua nya sudah baik setidaknya kamu sudah ada
perubahan ya.”

Peserta didik : “iya buk (sambil menganggukan kepala)””

Guru BK : “harapanmu bagaimana kedepannya?”

Pesera didik : “mau berubah buk”


Guru BK : “berubah jadi spiderman? (sambil tertawa)”

Peserta didik : “biar bisa jadi orang, biar sukses buk”

Guru BK : “harapanmu tentang pelajaranmu kedepan disekolah im,gimana?”

Peserta didik : “ingin lebih nyaman, menumbuhkan minat saya dijurusan ini buk”

Guru BK : “kelas XI ini kamu ada PKL di bulan januari, jadi itulah saatya kamu
menunjukan produktifitas ketermpilan mu ya!”

Peserta didik : “iya buk”

Guru BK : “kalo kamu bagus nanti, insyaallah siapa tau kamu di pesen “nanti
kamu bekerja disini ya” apalagi kamu laki-laki. Jangan salah loh
tukang jahit kepake itu laki-laki. Tapi kenapa jarang laki-lakinya
dijurusan ini?

Peserta didik : “tidak tahu buk”

Guru BK : “karena belum banyak yang tahu jurusan ini membawa peluang
untuk laki-laki. Kamu lihat teler-teler itu banyak yang laki-laki atau
perempuan?”

Peserta didik : “kebanyakan laki-laki buk”

Guru BK : “karena perempuan itu kadang cukup buka jaitan dirumah saja, tanta
teller kamu tahu him?” itu memang uni-uni tapi yang ngukur udanya
suaminya. Saya gk tau kelebihan laki-laki atau perempuan tentang
menjahit. Apa kalau laki-laki lebih rapih,. Itu semua artinya ada
kesempatan buat kamu, jadi kamu belajar yang bener. Perubahan mu
sudah cukup baik dari kelas X sampai XI satu tahun ini. Pengalaman
yang jelek yg sudah-sudah jangan diulangi lagi.”

Peserta didik : “iya buk, insyaallah saya tidak akan mengulanginya”

Guru BK : “dari semua masalahmu, jadi sekarang menurut kamu apa solusinya?
1..apa?”

Peserta didik : “benerin absen, jangan alfa lagi”


Guru BK : “gimana cara benerin absen, biar gk ada alfa biar masuk terus?
Jangan sering sakit, harus jaga kesehatan him, sps lsgi solusinya?”

Peserta didik : “jangaan leha-leha dirumah buk, bangun pagi biar gk telat buk”

Guru BK : “terus berikutnya biar kamu ikutin ujian praktek lancar, nialinya
bagus, prakteknya bagus gimana?”

Peserta didik : “dicoba beruulang-ulang, belajar lagi buk, kalau gk ngerti bertanya
buk”

Guru BK : “iya, jangan mau bertanya sama kawan, kamu jelas harus punya skill
yang lebih ya!”

Peserta didik : “iya buk”

Guru BK : “jangan takut. kalau dijurusan mu laki-lakinya habis, habis apa


mksudnya? Habis diambil kerja sama orang (memberi semangat)”

Peserta didik : “iya buk”

Guru BK : “sekarang perbaiki, biar nanti hasilnya lebih baik ya!”

Peserta didik : “iya buk (sambil menganggukan kepala)””

Guru BK : “oke. Rahman terimakasih , oh iya ada yang mau kamu tanyakan?”

Peserta didik : “diam”

Guru BK : “kenapa kok diam? Jangan takut (tersenyum)”

Peserta didik : “gk ada buk, cukup”

Guru BK : “ jadi terimakasih untuk kehadirannya hari ini, mudah-mudahan


rahman menjadi lebih baik. Kalau terjadi masalah rahim akan kami
panggil lagi dan akan diadakan sesi seperti ini lagi. Dan kalau
memungkinkan bahkan kami panggil wali murid mu ya!’
Peserta didik : “iya buk”

Guru BK : “jadi harapannya rahim tidak mengulangi kesalahan ya”

Peserta didik : “iya buk”

Guru BK : “cukup untuk hari ini, mudah-mudahan ada manfaatnya ya. Kalau
nanti ada suatu hal yang diceritakan lagi bisa ketemu ibu lagi diruang
BK”.

Anda mungkin juga menyukai