Skripsi
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai
Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
SURAT PERNVATAAI\ PEI\tTfl"IS ARTIKE,L
Adalah penulis utam4 dengan ini menyatakan bahwa artikeVmakalah dengan judul :
"Hubungan Usia Ibu, Paritas, dan Jumlah Janin dengan Kejadian Edema Peru Akut pada trbu
Preeklampsia Berat yang Dirawat di RSLIP D'r. M. Djamil Padang"
Dengan penulis:
Padang,tJanwri20lT
Penulis II
KATA PENGANTAR
Shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad SAW, berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Usia Ibu,
Paritas, dan Jumlah Janin terhadap Kejadian Edema Paru Akut pada Ibu
Preeklampsia Berat yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang“ yang merupakan
1. Dr. dr. Masrul, Sp.GK, M.Sc selaku Dekan beserta Wakil Dekan Fakultas
2. dr. H. Defrin, Sp.OG (K) dan Dr. dra. Gusti Revilla, M. Kes selaku dosen
3. Dr. dr. H. Joserizal Serudji, Sp. OG (K), dr. Deddy Herman, Sp.P (K), dan
dr. Eka Fithra Elfi, Sp.JP selaku tim penguji skripsi yang telah memberikan
4. dr. Zelly Dia Rofinda, Sp.PK (K) selaku Pembimbing Akademik yang telah
memacu semangat penulis untuk menuntut ilmu lebih giat lagi selama masa
studi.
v
6. Berbagai pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pelayanan rumah sakit, dunia pendidikan, instansi terkait dan
masyarakat luas. Akhir kata, segala saran dan masukan akan penulis terima dengan
Penulis
vi
THE RELATIONSHIP OF MATERNAL AGE, PARITY, AND THE
NUMBER OF FETUSES TO THE INCIDENCE OF ACUTE
PULMONARY OEDEMA IN WOMEN WITH SEVERE
PREECLAMPSIA IN RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
By
Dinda Putri Sofiani
ABSTRACT
Acute pulmonary oedema is a potential complication of women with severe
preeclampsia. This situation can lead to a poor prognosis and it can cause
death.There are many factors that affect it such as maternal age, parity, and the
number of fetuses. This study aimed to determine the relationship of maternal age,
parity, and the number of fetuses to incidence of acute pulmonary oedema in women
with severe preeclampsia in RSUP Dr. M. Djamil Padang.
This study used the observational analytical method with cross sectional
study. Data was collected from medical records of RSUP Dr. M. Djamil Padang in
period 2013-2015. The sampels were 30 sampels which consisted to 15 women with
acute pulmonary oedema in severe preeclampsia and 15 women without acute
pulmonary oedema in severe preeclampsia. Data was analyzed with univariate
analysis and Chi Square test for bivariate analysis.
The results of univariate analysis are 20% women aged >35 years, 80% aged
≤35 years, 46,7% primigravidas, 53,7% multigravidas, 26,7% multiple gestasion,
and 73,3% single fetus. The results of bivariate analysis showed p value >0,05 for
each factors, p = 0,682 for maternal age, p = 0,709 for parity and p = 0,330 for the
number of fetuses.
It is concluded that no significant relationship of maternal age, parity, and
the number of fetuses to incidence of acute pulmonary oedema in woman with
severe preeclampsia. So, all women with severe preeclampsia can potentially
encounter acute pulmonary oedema.
vii
HUBUNGAN USIA IBU, PARITAS, DAN JUMLAH JANIN DENGAN
KEJADIAN EDEMA PARU AKUT PADA IBU PREEKLAMPSIA
BERAT YANG DIRAWAT DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
Oleh
Dinda Putri Sofiani
ABSTRAK
Edema paru akut merupakan komplikasi yang dapat timbul secara potensial
pada pasien preeklampsia berat. Keadaan ini dapat menyebabkan prognosis yang
buruk bagi pasien preeklampsia berat dan dapat berakhir pada kematian. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya edema paru akut pada ibu
preeklampsia berat di antaranya usia ibu, paritas, dan jumlah janin.Tujuan
penelitian ini adalah unutuk mengetahui hubungan antara usia ibu, paritas, dan
jumlah janin dengan kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia berat yang
dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik observasional dengan
rancangan cross sectional. Pengambilan data dilakukan di bagian rekam medis
RSUP Dr. M. Djamil Padang dari tahun 2013-2015. Sampel berjumlah 30 orang
yang terdiri atas 15 ibu preeklampsia berat dengan edema paru akut dan 15 lainnya
tanpa edema paru akut. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat
dengan uji Chi Square.
Hasil analisis univariat didapatkan distribusi frekuensi usia ibu >35 tahun
20% dan ≤35 tahun 80%. Ibu primigravida 46,7% , dan multigravida 53,7%. Ibu
dengan kehamilan gemeli 26,7% dan kehamilan tunggal 73,3%. Dari hasil analisis
bivariat didapatkan p value > 0,05 terhadap hubungan setiap faktor, p = 0,682 untuk
usia ibu, p = 0,709 untuk paritas dan p = 0,330 untuk jumlah janin.
Kesimpulan penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara usia ibu, paritas, dan jumlah janin dengan kejadian edema paru akut pada ibu
preeklampsia berat. Oleh karena itu, semua ibu preeklampsia berat berpotensi
mengalami edema paru akut.
Kata kunci : preeklampsia berat, edema paru akut, usia ibu, paritas, jumlah janin
Halaman
Sampul Depan
Sampul Dalam i
Pernyataan Orisinalitas ii
Pengesahan Skripsi iii
Pengesahan oleh Tim Penguji Skripsi iv
Kata Pengantar v
Abstract vii
Abstrak viii
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Istilah xiii
Daftar Lampiran xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.3.1 Tujuan Umum 6
1.3.2 Tujuan Khusus 6
1.4 Manfaat penelitian 6
1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan 6
1.4.2 Bagi Ilmu Terapan 7
1.4.3 Bagi Masyarakat 7
1.4.4 Bagi Peneliti 7
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Edema Paru Akut pada
Ibu Preeklampsia Berat 39
6.2 Hubungan Paritas dengan Kejadian Edema Paru Akut pada
Ibu Preeklampsia Berat 41
6.3 Hubungan Jumlah Janin dengan Kejadian Edema Paru Akut pada
Ibu Preeklampsia Berat 43
6.4 Keterbatasan Penelitian 45
BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan 47
7.2 Saran 47
DAFTAR KEPUSTAKAAN 49
LAMPIRAN
Halaman
TABEL 2.1 : Diagnosis Preeklampsia 16
TABEL 2.2 : Penyebab Edema Paru Berdasarkan Mekanisme dan 20
Kejadian Pemicu
TABEL 2.3 : Parameter Diagnostik untuk Membedakan Edema Paru 22
Non – Kardiogenik dan Kardiogenik
TABEL 5.1 : Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian 35
TABEL 5.2 : Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Edema Paru Akut 36
pada Ibu Preeklampsia Berat
TABEL 5.3 : Hubungan Paritas dengan Kejadian Edema Paru Akut 37
pada Ibu Preeklampsia Berat
TABEL 5.2 : Hubungan Jumlah Janin dengan Kejadian Edema Paru 38
Akut pada Ibu Preeklampsia Berat
Halaman
GAMBAR 2.1 : Implantasi Plasenta Disertai Invasi Trofoblas 12
Abnormal
GAMBAR 2.2 : Peran Makrofag Desidua pada Kehamilan 13
Normal dan Preeklampsia
GAMBAR 3.1 : Kerangka Konseptual 27
(HDK) dan merupakan suatu sindrom spesifik pada kehamilan dan persalinan.
dan aktivasi endotel yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria, dan edema
kematian ibu hamil di Sumatera Barat pada tahun 2015 adalah 110 orang. Penyebab
kematian ibu hamil di Sumatera Barat tahun 2015 didominasi oleh perdarahan
(35%) dan HDK (12%), diikuti oleh infeksi (2%), gangguan sistem peredaran darah
(1%), dan gangguan metabolik (1%). Selain itu, kematian ibu hamil dapat juga
Sumatera Barat, 2016). Dari kematian ibu hamil di Sumatera Barat pada tahun 2015
preeklampsia dan eklampsia 23,5%, dan perdarahan 23,5% (Dinas Kesehatan Kota
Padang, 2016). Data dari bagian rekam medis RSUP Dr. M. Djamil Padang
kasus pada tahun 2010, 138 kasus pada tahun 2011, 158 kasus pada tahun 2012,
dan 215 kasus pada tahun 2013 (Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil, 2016).
keluaran maternal dan perinatal. Oleh karena itu, deteksi dini sangat dibutuhkan
diakibatkan dari kasus preeklampsia yang masih tinggi (Pangembanan, 2002). Pada
Low Platelet (HELLP) (10-20%), edema paru akut (2-5%), gagal ginjal akut (1-
5%), solusio plasenta (1-4%), dan eklampsia (0-1%) (Sibai dkk., 2005).
Edema paru akut merupakan komplikasi yang dapat timbul secara potensial
pada pasien preeklampsia berat yang terjadi karena adanya akumulasi abnormal
cairan di ruang interstisial dan jaringan paru dengan onset cepat. Keadaan ini dapat
2010). Dari penelitian di Afrika Selatan, edema paru akut memiliki kontribusi
sebesar 17,2% sebagai penyebab kematian pada wanita dengan preeklampsia berat
Sebanyak 24 kasus (10,3%) edema paru akut terjadi dari 234 kasus preeklampsia
berat pada tahun 2010 di RSUP dr. Kariadi Semarang (Raras, 2011). Di RSUD dr.
Soedarso Pontianak terdapat 2 kasus (0,9%) edema paru akut dari 219 kasus
preeklampsia berat pada tahun 2011 (Sinaga, 2012). Di rumah sakit Dr. Soetomo
Kejadian edema paru akut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
ibu, persalinan dengan sectio caesarea, Indeks Massa Tubuh (IMT), paritas,
tersebut, usia ibu, paritas, dan jumlah janin merupakan faktor risiko yang tidak
rentan mengalami edema paru akut. Hal ini berhubungan dengan kerusakan
endotel vaskular yang progresif yang terjadi akibat proses degeneratif. Kerusakan
endotel yang rusak juga akan melepaskan sitokin proinflamasi seperti TNF-α, dan
cairan ke alveoli sehingga terjadi edema. Selain itu, peningkatan homosistein yang
edema paru. Homosistein dianggap sebagai faktor risiko utama dari aterosklerosis
darah yang nantinya juga dapat berujung pada edema paru akut sebagai salah satu
Di samping usia, insiden edema paru akut lebih banyak ditemukan pada ibu
hal ini adalah maladaptasi imunologis ibu. Jumlah blocking antibodies yang tidak
sel T, sel B, sel NK, dan makrofag. Makrofag yang teraktivasi akan meningkatkan
adalah inflamasi dan aktivasi sel endotel di seluruh tubuh (Baratawidjaja dan
terganggu. Kapiler paru relatif lebih mudah dilalui oleh molekul protein, sehingga
jika terjadi inflamasi endotel akan menyebabkan turunnya tekanan onkotik dengan
cairan keluar dari kapiler menuju ruang interstisial dan alveolus yang menandakan
Pada jumlah janin yang banyak atau kehamilan multipel akan meningkatkan
masa plasenta dan memperparah risiko hipoksia plasenta. Uterus yang berat dapat
menyebabkan kompresi lebih jauh pada pembuluh darah besar , sehingga dapat
acids (PUFA) pada membran sel dan lipoprotein pada plasma yang membentuk
lipid peroksidase. Lipid peroksidase merupakan komponen yang sangat reaktif dan
pada membran sel endotel, dan dapat merusak seluruh struktur sel endotel.
alveolus sehingga terjadi edema paru (Gupta, dkk., 2009 ; Roberts, dkk., 2003).
62.917 ibu hamil mengalami edema paru akut dengan usia rata-rata ibu adalah 27,5
± 6,3 tahun. Penelitian lainnya yang dilakukan pada 19 ibu hamil dengan edema
paru akut di British Columbia Women’s Hospital and Health Centre tahun 2005,
didapatkan usia rata-rata ibu adalah 34 ± 3,6 tahun dan 68% dengan status paritas
primigravida. Namun, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia (p-
value = 0,209) dan paritas (p-value = 1,000) terhadap kejadian edema paru akut
(Thornton dkk., 2009). Hasil penelitian terhadap hubungan jumlah janin dengan
kejadian edema paru akut didapatkan ada hubungan yang bermakna antara
kehamilan triplet dengan edema paru akut, di mana dari 66 ibu dengan kehamilan
triplet didapatkan 15 (22,7%) ibu mengalami edema paru akut (p-value < 0,05)
hubungan usia ibu, paritas, dan jumlah janin dengan kejadian edema paru akut
pada ibu preeklampsia berat yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
1. Bagaimana distribusi frekuensi usia ibu, paritas, dan jumlah janin ibu
preeklampsia berat dengan edema paru akut yang dirawat di RSUP Dr. M.
Djamil Padang?
2. Adakah hubungan usia ibu, paritas, dan jumlah janin dengan kejadian
edema paru akut pada ibu preeklampsia berat yang dirawat di RSUP Dr. M.
Djamil Padang?
Untuk mengetahui hubungan usia ibu, paritas, dan jumlah janin dengan
kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia berat yang dirawat di RSUP Dr.
M. Djamil Padang.
1. Distribusi frekuensi usia ibu preeklampsia berat dengan edema paru akut
2. Distribusi frekuensi paritas ibu preeklampsia berat dengan edema paru akut
3. Distribusi frekuensi jumlah janin ibu preeklampsia berat dengan edema paru
4. Hubungan usia ibu dengan kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia
5. Hubungan paritas dengan kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia
6. Hubungan jumlah janin dengan kejadian edema paru akut pada ibu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dan sumber informasi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar bagi pihak terkait (medis
masyarakat tentang kejadian preeklampsia berat dan edema paru akut sebagai
2.1 Preeklampsia
dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul setelah usia
hamil ditandai dengan kenaikan persisten tekanan darah sistolik ≥140 mm/Hg atau
tekanan darah normal dan adanya proteinuria kuantitatif >300mg per liter dalam 24
jam urine yang terkumpul atau rasio protein/kreatinin ≥0,3 atau proteinuria +1 pada
dipstick.
Preeklampsia berat adalah suatu keadaan pada ibu hamil ditandai dengan
kenaikan tekanan darah ≥160/110 mmHg, dengan atau tanpa proteinuria kuantitatif
>300 mg per liter dalam 24 jam urine yang terkumpul atau rasio protein/kreatinin
≥0,3 atau proteinuria +1/> pada dipstick, dan adanya trombositopenia pertama kali,
2.1.2.3 Eklampsia
Eklampsia adalah keadaan terjadinya kejang dengan onset pertama kali pada
ibu preeklampsia.
preeklampsia:
2.1.3.1 Primigravida
Preeklampsia lebih sering terjadi pada ibu primigravida yaitu hamil untuk
pertama kalinya. Hamzah V (2015) menyatakan dari sebuah penelitian bahwa ibu
antigen plasenta belum sempurna sehingga timbul respon imun yang tidak
2010).
Usia ibu <20 tahun atau >35 tahun merupakan usia ekstrem yang sangat
penelitian, didapatkan angka kejadian preeklampsia lebih tinggi pada ibu usia >35
tahun yaitu 2,6% atau 3.876 kasus, dibandingkan dengan usia <35 tahun hanya
bahwa ibu dengan janin lebih dari satu atau gemeli memiliki peluang sebesar 0,500
kali lebih besar mengalami preeklampsia berat dibandingkan ibu dengan janin
kepada anak perempuannya sebesar 26% dan cucunya sebesar 8% (Angsar, 2010).
mengalami preeklampsia berat. Terbukti bahwa dari 22 ibu hamil dengan riwayat
(Rozikhan, 2007).
2.1.3.6 Obesitas
Hubungan antara berat badan ibu dan risiko preeklampsia bersifat progresif.
Risiko ini meningkat dari 4,3% untuk perempuan yang memiliki IMT <20 kg/m2
menjadi 13,3% pada perempuan yang memiliki IMT >35 kg/m2 (Cunningham dkk.,
2012).
uterus
pengaruh epigenetik
berkurangnya aliran darah dalam arteri spiralis. Hal ini terjadi karena tidak
sempurnanya invasi sel trofoblas pada dinding arteri spiralis pada awal kehamilan
ekstensif karena diinvasi oleh trofoblas. Sel-sel trofoblas menggantikan lapisan otot
dan endotel untuk memperlebar dinding pembuluh darah. Pada preeklampsia terjadi
berfungsi untuk memodulasi sistem imunitas ibu agar tidak terjadi penolakan
imunitas terhadap hasil konsepsi dan berperan dalam mempermudah invasi sel
Lumen arteri spiralis yang terlalu sempit mengganggu aliran darah plasenta
seperti sitokin dan radikal bebas yang menyebabkan terbentuknya lipid peroksidase
yang beredar dalam sirkulasi darah ibu. Pada preeklampsia terjadi peningkatan M1-
like macrophages dan sitokin pro-inflamatori seperti TNFα, IL-1β, atau IL-18 (Faas
dkk., 2014). Akibatnya terjadi stres oksidatif yaitu keadaan di mana jumlah radikal
2006). Dampak dari stres oksidatif adalah cedera endotel yang menganggu produksi
merupakan zat yang berperan sebagai vasodilator. Di sisi lain, terjadi peningkatan
terjadi vasokontriksi yang luas dan terjadi hipertensi (Cunningham dkk., 2012).
yang dapat terjadi pada seluruh permukaan endotel pembuluh darah pada organ-
2012).
maka dapat terjadi disfungsi atau kegagalan organ, seperti (Cunningham dkk.,
2012) :
2.1.6.1 Kardiovaskular
disebabkan hipertensi, preload (beban awal) jantung yang dapat meningkat secara
disertai ekstravasasi cairan intravaskular ke dalam ruang ekstra sel terutama di paru.
Edema paru dapat terjadi karena adanya kebocoran epitel-endotel alveolus dan
yang diikuti aktivasi endotel dan kebocoran plasma ke dalam ruang interstisial
2.1.6.2 Hematologi
faktor pembekuan, dan eritrosit dapat memiliki bentuk yang tidak normal sehingga
ekstrasel jauh lebih besar daripada perempuan dengan kehamilan normal. Hal ini
diduga karena cedera endotel dan penurunan tekanan onkotik plasma yang
edema.
2.1.6.4 Ginjal
dijelaskan sampai saat ini. Proteinuria dapat timbul pada tahap lanjut dan beberapa
2.1.6.5 Hepar
Pada preeklampsia ditemukan infark hepar dan nekrosis. Infark hepar dapat
menyebabkan ruptur subkapsular. Nyeri perut kuadran kanan atas atau nyeri
sindrom HELLP.
Pada penderita preeklampsia berat dapat terjadi nyeri kepala dan gangguan
Peningkatan resistensi pembuluh darah juga terjadi di pembuluh darah otak yang
atau berdilatasi dan adanya aterosis akut berupa akumulasi protein plasma dan sel
busa makrofag yang penuh lipid di bawah endotel pada bagian arteri spiralis
paru, dan kerusakan retina. Pada janin dapat mengalami prematuritas, insufisiensi
(Indriani, 2012).
kardiovaskular dini, seperti hipertensi kronik, penyakit jantung iskemia, dan stroke.
Anak dapat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan berisiko menderita
stroke, penyakit jantung koroner, dan sindrom metabolik saat dewasa (Uzan dkk.,
2011).
mengalami perbaikan. Proses diuresis akan terjadi dalam 12 jam kemudian setelah
persalinan dan tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian
disertai dengan gejala klinis berupa edema paru dan oliguria (Angsar, 2010).
penanganan segera, di mana terjadi ekstravasasi cairan yang berasal dari vaskular
paru masuk ke dalam interstisium dan alveoli paru (Tanto dkk., 2014). Adanya
keluar ke ruang ekstravaskular, jaringan interstisial dan alveoli yang terjadi secara
melalui kapiler endotelium dalam jumlah yang sedikit sekali, lalu cairan ini akan
Dua bentuk umum dari edema paru antara lain (Kakouros, 2003) :
1. Edema paru kardiogenik atau disebut juga dengan edema paru hidrostatik yang
alveolar.
edema paru non – kardiogenik disebabkan oleh kelainan di luar jantung. Kelainan
pada jantung yang biasanya menyebabkan edema paru kardiogenik adalah disfungsi
sistolik dan diastolik ventrikel kiri seperti pada penyakit arteri koroner, miokarditis,
- Overdosis narcotic
- Kemoterapi
- Intoksikasi salisilat
- Hydrochlorothiazide
- Cairan kontras
2. Dataran tinggi
3. Neurogenik
4. Emboli paru
5. Preeklampsia - eklampsia
6. Post cardioversion
7. Post anaesthesia
cepat dalam kapiler paru. Hal ini menyebabkan peningkatan filtrasi cairan
ventricle end diastolic (LVED) dan tekanan atrium kiri. Peningkatan ringan tekanan
tinggi (>25 mmHg) maka cairan edema akan menembus epitel paru, membanjiri
alveolus (Irawaty, 2010). Edema paru akut ini dianggap sebagai akibat dari
1. Peningkatan beban sementara pada ventrikel kiri yang sudah lemah akibat
peningkatan aliran balik vena dari sirkulasi perifer. Karena kemampuan pompa
sejumlah kecil cairan mulai mengalami transudasi ke dalam jaringan dan alveoli
paru
5. Vasodilatasi perifer meningkatkan lebih banyak aliran balik vena dari sirkulasi
perifer
lebih lanjut, sehingga timbul lebih banyak transudasi cairan, lebih banyak
desaturasi oksigen arteri, lebih banyak aliran balik vena, dan seterusnya
nafas secara cepat (<24 jam) akibat kelainan fungsi jantung, gangguan fungsi
sistolik atau diastolik atau irama jantung, atau kelebihan preload, afterload, atau
kontraktilitas dan keadaaan ini dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani dengan
tepat. Edema paru yang terjadi ditandai dengan sesak nafas hebat, ronkhi basah
kasar di hampir semua lapangan paru, ortopneu, dan saturasi oksigen <90%
hidrostatik antara kapiler paru dan alveoli. Penurunan konsentrasi protein kapiler
menurunnya tekanan onkotik. Jika tekanan onkotik tersebut lebih rendah dari
bahwa kaskade inflamasi berasal dari suatu fokus kerusakan jaringan tubuh.
Neutrofil yang teraktivasi akan beragregasi dan melekat pada sel endotel yang
inflamasi seperti asam arakidonat, kinin, dan histamin. Proses kompleks ini dapat
diinisiasi oleh berbagai macam keadaan atau penyakit dan hasilnya adalah
edema paru. Hal ini terjadi karena peningkatan volume plasma dan cardiac output
dan penurunan tekanan onkotik yang secara normal terjadi selama masa kehamilan
tersebut, sehingga edema paru dapat dengan mudah terjadi. Terdapat tiga penyebab
edema paru pada pasien dengan preeklampsia berat, yaitu edema non – kardiogenik,
Berdasarkan waktu kejadiannya edema paru akut pada preeklampsia dapat terjadi
akut pada preeklampsia sering berkaitan dengan usia ibu yang tua, persalinan
kortikosteroid / OAINS, terapi cairan dan MgSO4. Usia ibu, paritas, dan kehamilan
Dari segi usia, ibu preeklampsia dengan usia di atas umur 35 tahun dianggap
rentan mengalami edema paru akut. Hal ini mungkin berhubungan dengan
kerusakan endotel vaskular yang progresif yang terjadi akibat proses degeneratif.
degeneratif dan endotel yang rusak juga akan melepaskan sitokin proinflamasi
seperti TNF-α, dan IL-1 (Baratawidjaja dan Rengganis, 2012). Inflamasi yang
Homosistein dianggap sebagai faktor risiko utama dari aterosklerosis yang efeknya
nantinya juga dapat berujung pada edema paru akut sebagai salah satu subtipe Acute
Di samping usia, insiden edema paru akut lebih banyak ditemukan pada ibu
menyebabkan dilepasnya sel NK dan IL-2. IL-2 akan merangsang pertumbuhan sel
T, sel B, sel NK, dan makrofag. Makrofag yang teraktivasi akan meningkatkan
adalah inflamasi dan aktivasi sel endotel di seluruh tubuh (Baratawidjaja dan
terganggu. Kapiler paru relatif lebih mudah dilalui oleh molekul protein, sehingga
jika terjadi inflamasi endotel akan menyebabkan protein mudah keluar dan
Pada jumlah janin yang banyak atau kehamilan multipel akan meningkatkan
masa plasenta dan risiko hipoksia plasenta. Uterus yang berat dapat menyebabkan
kompresi lebih jauh pada pembuluh darah besar, sehingga dapat terjadi
acids (PUFA) pada membran sel dan lipoprotein pada plasma yang membentuk
lipid peroksidase. Lipid peroksidase merupakan komponen yang sangat reaktif dan
pada membran sel endotel, dan dapat merusak seluruh struktur sel endotel.
dengan kerusakan endotel yang mengarah kepada edema paru non – kardiogenik.
transudasi cairan ke ruang interstisial dan alveolus. Namun, pada beberapa kasus
hipertensi yang terjadi pada pasien preeklampsia dapat memicu gagal jantung akut
2012).
Selain itu, kondisi proteinuria yang terjadi pada pasien preeklampsia juga
berkontribusi dalam proses terjadinya edema paru. Keluarnya protein melalui urine
untuk mepertahankan cairan di dalam kapiler paru sehingga terjadi edema (Martin
↓ekspresi HLA-G
Primigravida ↑IL-2
Iskemia dan Gangguan ↑TNFα
Hipoksia Invasi
Plasenta Trofoblas
Usia ibu Usia ibu tua
Hipertensi Preeklampsia
Permeabilitas
Tekanan Hidrostatik Tekanan Onkotik Kapiler
Meningkat Kapiler Menurun Meningkat
Edema Paru
Akut
= Yang Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
3.2 Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan antara usia ibu dengan kejadian edema paru akut pada
2. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian edema paru akut pada
3. Terdapat hubungan antara jumlah janin dengan kejadian edema paru akut
Waktu penelitian ini adalah dari bulan Mei 2016 sampai Desember 2016.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu preeklampsia berat yang dirawat inap
Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria
Ibu preeklampsia berat dengan catatan rekam medis yang memenuhi variabel
Ibu preeklampsia berat dengan catatan rekam medis tidak lengkap di RSUP
rumus untuk uji hipotesis terhadap rerata dua populasi independen sebagai berikut:
2
𝑍𝛼 √2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1 𝑄1 + 𝑃2 𝑄2
𝑛1 = 𝑛2 = { }
(𝑃1 − 𝑃2 )
Keterangan :
25,6% (0,256)
Q1 : 1-P1=(0,744)
Q2 : 1-P2= (0,944)
Q : 1 – P = (0,844)
(Dahlan, 2010)
2
1,96√2 𝑥 0,156 𝑥 0,844 + 0,842√0,256 𝑥 0,744 + 0,056 𝑥 0,944
𝑛1 = 𝑛2 = { }
0,2
sampling yaitu seluruh subjek yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan akan
(Dahlan,2010).
kreatinin ≥ 0,3 atau proteinuria +1/ > pada dipstick, dan adanya
paru akut
4.4.2.4 Paritas
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yakni data rekam medis pasien
yang didiagnosis preeklampsia berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari tahun 2013-
2015.
1. Permohonan izin pengambilan data rekam medis di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
1. Editing
2. Coding
3. Entry data ke dalam komputer dengan memakai program Statistical Program for
4. Cleaning
variabel independen (Dahlan, 2010). Oleh karena variabel dependen dan independen
penelitian ini merupakan data kategorik, maka uji statistik Chi-Square yang
digunakan untuk analisis bivariat. Batas bermakna yang dipakai adalah dengan taraf
variabel pada penelitian cross sectional digunakan nilai Odd Ratio (OR)
(Notoadmojo, 2010).
yang terdiri dari 15 ibu dengan edema paru akut dan 15 ibu tanpa edema paru akut
Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa berdasarkan usia ibu, paritas, dan jumlah
janin antara ibu preeklampsia berat dengan edema paru akut dan tanpa edema paru
akut didapatkan angka distribusi yang hampir sama, kecuali pada jumlah janin.
Berdasarkan tabel 5.1, frekuensi terbanyak ibu preeklampsia berat dengan edema
paru akut berada pada kelompok usia ≤35 tahun dan terendah berada pada
edema paru akut berdasarkan paritas didapatkan bahwa ibu dengan status paritas
preeklampsia berat dengan edema paru akut lebih banyak memiliki janin tunggal
daripada gemeli.
5.2.1 Hasil Analisis Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Edema Paru Akut
pada Ibu Preeklampsia Berat
Tabel 5.2 Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Edema Paru Akut pada Ibu
Preeklampsia Berat
Kejadian Edema Paru Akut OR
Total
(95% P
Usia ibu Ya Tidak
CI) value
N % N % N %
Usia > 35 3 20% 5 33,3% 8 26,7% 0,500 0,682
tahun (0,095-
Usia ≤ 35 12 80% 10 66,7% 22 73,3% 2,628)
tahun
Jumlah 15 100% 15 100% 30 100%
Hasil analisis hubungan antara usia ibu dengan kejadian edema paru akut
pada ibu preeklampsia berat diperoleh bahwa ada sebanyak 3 ibu preeklampsia
berat yang berusia >35 tahun menderita edema paru akut, sedangkan ibu
preeklampsia berat yang berusia ≤35 tahun menderita edema paru akut sebanyak
12 ibu. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,682 yang artinya tidak ada hubungan
yang bermakna antara usia ibu dengan kejadian edema paru akut pada ibu
preeklampsia berat.
Tabel 5.3 Hubungan Paritas dengan Kejadian Edema Paru Akut pada Ibu
Preeklampsia Berat
Kejadian Edema Paru Akut OR
Total
(95% P
Paritas Ya Tidak
CI) value
N % N % N %
Primigravida 7 46,7% 5 33,3% 12 40% 1,750 0,709
Multigravida 8 53,3% 10 66,7% 18 60% (0,400-
7,664)
Jumlah 15 100% 15 100% 30 100
Hasil analisis hubungan antara status paritas dengan kejadian edema paru
akut pada ibu preeklampsia berat diperoleh bahwa ada sebanyak 7 ibu preeklampsia
berat dengan status paritas primigravida menderita edema paru akut, sedangkan di
antara ibu preeklampsia berat dengan status paritas multigravida terdapat 8 yang
menderita edema paru akut. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,709 yang artinya
tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian edema paru akut
5.2.3 Hasil Analisis Hubungan Jumlah Janin dengan Kejadian Edema Paru
Akut pada Ibu Preeklampsia Berat
Tabel 5.4 Hubungan Jumlah Janin dengan Kejadian Edema Paru Akut pada Ibu
Preeklampsia Berat
Kejadian Edema Paru Akut Total OR
Jumlah P
(95%
Janin Ya Tidak value
CI)
N % N % N %
Gemeli 4 26,7% 1 6,7% 5 16,7% 5,091 0,330
Tunggal 11 73,3% 14 93,3% 25 83,3% (0,496-
52,285)
Jumlah 15 100% 15 100% 30 100%
akut pada ibu preeklampsia berat diperoleh bahwa ada sebanyak 4 ibu preeklampsia
berat dengan kehamilan gemeli menderita edema paru akut, sedangkan di antara
edema paru akut. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,330 yang artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara jumlah janin dengan kejadian edema paru akut
6.1 Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Edema Paru Akut pada Ibu
Preeklampsia Berat
Ibu dengan usia <20 tahun atau >35 tahun dianggap sebagai salah satu risiko
untuk mengalami preeklampsia berat. Namun, ibu preeklampsia berat dengan usia
>35 tahun yang merupakan faktor risiko dari terjadinya edema paru akut. Dari hasil
analisis bivariat didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia ibu
dengan kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia berat. Hasil penelitian ini
rata-rata usia ibu edema paru akut adalah 27,5 ± 6,3 tahun dengan p= 0,36
(Sciscione, dkk., 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Thornton, dkk. (2009), dari
19 kasus edema paru akut di British Columbia Women’s Hospital Health Centre
usia ibu adalah 34 ± 3,6 tahun dengan p= 0,209. Dan dari penelitian Sarah, dkk.
(2003), usia rata-rata ibu yang mengalami edema paru akut adalah 34,5 ± 6,8 tahun
dengan p = 0,8.
edema paru akut berhubungan dengan kerusakan endotel vaskular yang progresif
darah. Selain itu, proses degeneratif dan endotel yang rusak juga akan melepaskan
sitokin proinflamasi seperti TNF-α, dan IL-1 (Baratawidjaja dan Rengganis, 2012).
akan memudahkan transudasi cairan ke alveoli sehingga terjadi edema. Selain itu,
juga berperan dalam terjadinya edema paru. Homosistein dianggap sebagai faktor
risiko utama dari aterosklerosis yang efeknya diduga melalui mekanisme yang
meningkatkan resistensi pembuluh darah yang nantinya juga dapat berujung pada
edema paru akut sebagai salah satu subtipe Acute Heart Failure Syndrome (AHFS).
Secara teori, kejadian edema paru akut akan meningkat pada ibu dengan
usia tua. Namun dari penelitian yang telah peneliti lakukan tidak didapatkan
hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan kejadian edema paru akut pada
ibu preeklampsia berat. Hal ini bisa disebabkan karena peranan faktor-faktor lain,
kortikoseroid / OAINS, terapi cairan dan magnesium sulfat (Thornton, dkk., 2009).
Oleh karena jenis edema paru akut pada penelitian ini merupakan kejadian
antepartum. Maka faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah indeks massa
tubuh ibu. Ibu dengan IMT sebelum hamil overwieght atau obesitas memiiki risiko
memiliki kaitan erat dengan terjadinya disfungsi endotel (Heriansyah, 2014). Ibu
preeklampsia berat dengan riwayat IMT seperti di atas, dapat mengalami edema
paru akut karena diperberat dengan kondisi hipoksia plasenta yang dialami yang
akan memicu pelepasan sitokin proinflamasi. Faktor lainnya yang sangat berperan
adalah riwayat penyakit jantung atau hipertensi sebelumnya yang tidak diketahui.
terjadinya edema paru akut kardiogenik karena meningkatkan beban kerja jantung
paru (Sciscione, dkk., 2003). Selain itu, beberapa penyakit juga dapat berperan
dalam terjadinya edema paru akut pada ibu preeklampsia berat seperti disfungsi
ginjal dan sepsis ( Mose, 2012). Pada ibu dengan sindrom HELLP dapat mengalami
edema paru akut antara 4,3% dan 15% kasus (Thornton,dkk., 2009). Dari penelitian
yang dilakukan, dari 15 kasus edema paru akut pada ibu preeklampsia didapatkan
6.2 Hubungan Paritas dengan Kejadian Edema Paru Akut pada Ibu
Preeklampsia Berat
Ibu dengan paritas nol atau disebut juga dengan primigravida dianggap
sebagai salah satu risiko lebih besar untuk mengalami edema paru akut pada ibu
preeklampsia berat. Hasil uji statistik Chi-Square tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara paritas dengan kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia
berat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Thornton,
dkk. (2009), didapatkan 68% ibu dengan edema paru akut merupakan ibu dengan
Sciscione, dkk.(2003), didapatkan 6 dari 24 ibu edema paru akut antepartum adalah
Mekanisme yang berperan dalam hubungan paritas dengan edema paru akut
antibodies yang tidak adekuat dan penurunan ekspresi Human Leukocyte Antigen
kapiler menjadi terganggu. Kapiler paru relatif lebih mudah dilalui oleh molekul
tekanan onkotik dengan mudah (Guyton dan Hall, 2007). Penurunan tekanan
onkotik mengakibatkan cairan keluar dari kapiler menuju ruang interstisial dan
Secara teori, kejadian edema paru akut akan meningkat pada ibu
primigravida. Namun dari penelitian yang telah peneliti lakukan tidak didapatkan
hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian edema paru akut pada ibu
preeklampsia berat. Hal ini bisa disebabkan karena peranan faktor-faktor lain, yaitu
/ OAINS, terapi cairan dan magnesium sulfat (Thornton, dkk., 2009). Oleh karena
jenis edema paru akut pada penelitian ini merupakan kejadian antepartum. Maka
faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah indeks massa tubuh ibu. Ibu
dengan IMT sebelum hamil overwieght atau obesitas memiiki risiko terjadinya
preeklampsia berat dengan riwayat IMT seperti di atas, dapat mengalami edema
paru akut karena diperberat dengan kondisi hipoksia plasenta yang dialami yang
akan memicu pelepasan sitokin proinflamasi. Faktor lainnya yang sangat berperan
terjadinya edema paru akut kardiogenik karena meningkatkan beban kerja jantung
paru (Sciscione, dkk., 2003). Selain itu, beberapa penyakit juga dapat berperan
dalam terjadinya edema paru akut pada ibu preeklampsia berat seperti disfungsi
ginjal dan sepsis ( Mose, 2012). Pada ibu dengan sindrom HELLP dapat mengalami
edema paru akut antara 4,3% dan 15% kasus (Thornton,dkk., 2009). Dari penelitian
yang dilakukan, dari 15 kasus edema paru akut pada ibu preeklampsia didapatkan
6.3 Hubungan Jumlah Janin dengan Kejadian Edema Paru Akut pada Ibu
Preeklampsia Berat
pada ibu preeklampsia berat. Respon tubuh ibu terhadap penyakitnya makin
diperburuk dengan adanya janin ganda, beberapa respon fisiologis pada ibu yang
hamil normal pun dapat diperburuk oleh keberadaan janin ganda tersebut. Dari hasil
analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square didapatkan tidak ada hubungan
yang bermakna antara jumlah janin dengan kejadian edema paru akut pada ibu
ibu mengalami edema paru akut dari 66 ibu dengan kehamilan triplet (22,7%)
dengan p <0,005.
masa plasenta dan memperparah risiko hipoksia plasenta. Uterus yang berat dapat
menyebabkan kompresi lebih jauh pada pembuluh darah besar , sehingga dapat
Radikal bebas berlebihan tersebut akan bereaksi dengan polyunsaturated fatty acids
(PUFA) pada membran sel dan lipoprotein pada plasma yang membentuk lipid
peroksidase. Lipid peroksidase merupakan komponen yang sangat reaktif dan dapat
membran sel endotel, dan dapat merusak seluruh struktur sel endotel. Kerusakan
tersebut dapat terjadi di seluruh endotel di dalam tubuh, termasuk endotel di kapiler
yang berujung kepada perembesan cairan ke dalam alveolus sehingga terjadi edema
Secara teori, kejadian edema paru akut akan meningkat pada ibu dengan
kehamilan gemeli. Namun dari penelitian yang telah peneliti lakukan tidak
didapatkan hubungan yang bermakna antara jumlah janin dengan kejadian edema
paru akut pada ibu preeklampsia berat. Hal ini bisa disebabkan karena peranan
faktor-faktor lain, yaitu persalinan dengan seksio caesarea, indeks massa tubuh,
dkk., 2009). Oleh karena jenis edema paru akut pada penelitian ini merupakan
kejadian antepartum. Maka faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah indeks
massa tubuh ibu. Ibu dengan IMT sebelum hamil overwieght atau obesitas memiiki
2014). Ibu preeklampsia berat dengan riwayat IMT seperti di atas, dapat mengalami
edema paru akut karena diperberat dengan kondisi hipoksia plasenta yang dialami
yang akan memicu pelepasan sitokin proinflamasi. Faktor lainnya yang sangat
berperan adalah riwayat penyakit jantung atau hipertensi sebelumnya yang tidak
bendungan di paru (Sciscione, dkk., 2003). Selain itu, beberapa penyakit juga dapat
berperan dalam terjadinya edema paru akut pada ibu preeklampsia berat seperti
disfungsi ginjal dan sepsis ( Mose, 2012). Pada ibu dengan sindrom HELLP dapat
mengalami edema paru akut antara 4,3% dan 15% kasus (Thornton,dkk., 2009).
Dari penelitian yang dilakukan, dari 15 kasus edema paru akut pada ibu
HELLP.
diagnosis. Pada pasien yang tidak rutin atau tidak sama sekali melakukan
kunjungan ANC, dapat tidak diketahui tekanan darah sebelum kehamilan atau
riwayat tekanan darah sebelumnya dan riwayat penyakit sistemik sebelumnya. Oleh
faktor lain dalam meneliti faktor risiko lainnya terhadap kejadian edema paru akut
tentang hubungan usia ibu, paritas, dan jumlah janin dengan kejadian edema paru
akut pada ibu preeklampsia berat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
3. Distribusi frekuensi ibu preeklampsia berat dengan edema paru akut lebih
4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan kejadian
6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan kejadian
7.2 Saran
terutama ibu preeklampsia berat sehingga ibu lebih memahami faktor risiko
mempengaruhi kejadian edema paru akut pada ibu preeklampsia berat, yaitu
BULAN
NO KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 PENGESAHAN JUDUL
2 PEMBUATAN PROPOSAL
3 UJIAN PROPOSAL
Tabel Distribusi Frekuensi Paritas Preeklampsia Berat dengan Edema Paru Akut
yang Dirawat Di RSUP dr. M. Djamil Padang Tahun 2015
Kejadian Edema Paru Akut OR
Total
(95%
Paritas Ya Tidak P value
CI)
N % N % N %
Primigravida
Multigravida
Jumlah 100
Tabel Distribusi Frekuensi Jumlah Janin Preeklampsia Berat dengan Edema Paru
Akut yang Dirawat Di RSUP dr. M. Djamil Padang Tahun 2015
Kejadian Edema Paru Akut Total OR
Jumlah
(95% P value
Janin Ya Tidak
CI)
N % N % N %
Tunggal
Gemeli
Jumlah 100
LAMPIRAN 4
MASTER TABLE
Jumlah
No Tahun No.MR Usia Paritas Janin Diagnosis ALO
1 2013 814146 33 multigravida 1 G4P3A0H3 parturen aterm kala II+ bekas SC1x+ PEB -
G2P1A0H1 Gr 35-36 minggu + PEB dalam regimen SM dosis maintenance + HELLP
2 2013 814226 34 multigravida 1 syndrome parsial + bekas SC 1x -
G5P4A0H4 Gr 32-33 minggu +PEB dalam regimen SM dosis maintenance + HELLP syndrome
3 2013 814309 40 multigravida 1 parsial -
4 2013 814622 20 primigravida 1 G1P0A0H0 parturien aterm kala I fase aktif +PEB dalam regimen SM dosis maintenance -
G2P1A0H1 Gr 30-32 minggu + PEB dala regimen SM dosis maintenance dari luar+ HELLP
5 2013 816459 29 multigravida 1 syndrome parsial + bekas SC -
G3P2A0H2 parturien aterm kala I fase aktif + PEB dalam regimen SM dosis maintenance +
6 2013 816131 36 multigravida 1 HELLP syndrome parsial + bekas SC -
G1P0A0H0 Gr 27-28 minggu +PEB dalam regimen SM dosis maintenance + HELLP syndrome
7 2013 816173 23 primigravida 1 parsial + oligohidramnion -
G5P4A0H4 parturien preterm 32-34 minggu kala I fase laten + PEB dalam regimen SM dosis
8 2013 817433 30 multigravida 1 maintenance + HELLP syndrome parsial -
G1P0A0H0 Gr 34-35 minggu + PEB dalam regimen SM dosis maintenance dari luar + HELLP
9 2013 818165 23 primigravida 2 syndrome parsial +gemelli -
G1P0A0H0 Gr 34-36 minggu +PEB dalam regimen SM dosis maintenance dari luar +HELLP
10 2013 818191 29 primigravida 1 syndrome parsial + ALO non karsinogenik ALO
11 2013 818013 41 multigravida 1 G3P2A0H2 Gr 26-28 minggu + PEB dalam regimen SM dosis maintenance -
G3P2A0H2 GR aterm +PEB dalam regimen SM dosis maintenance dari luar +gagal jantung
12 2013 818740 43 multigravida 1 akut e.c hipertensi emergency +bekas SC ALO
G4P3A0H3 Gr 28-30 minggu +PEB dalam regimen SM dosis maintenance +HELLP syndrome
13 2013 815524 30 multigravida 1 parsial -
14 2013 816761 33 primigravida 1 G1P0A0H0 Gr aterm + PEB dalam regimen SM dosis maintenace -
G3P2A0H2 parturien aterm kala I fase aktif + PEB dalam regimen SM dosis maintenance
15 2013 819140 38 multigravida 1 dari luar -
16 2013 820830 39 multigravida 1 G3P2A0H2 GR aterm +PEB dalam regimen SM dosis maintenance dari luar -
G2P1A0H1 post SC a/i PEB + anemia+IUFD+ HELLP syndrome+sepsis e.c bronkopneumonia
17 2013 825564 21 multigravida 1 +ALO ALO
G1P0A0H0 post VE diluar +PEB dalam regimen SM dosis maintenance +dyspneu e.c syok
18 2013 826050 27 primigravida 1 septik + HELLP syndrome ALO
23 2014 862036 25 multigravida 2 G2P1A0H1 PEB dalam regimen SM dosis maintenance + bronkopneumonia + ALO ALO
24 2014 883104 25 multigravida 1 G3P2A0H2 post SCTPP dari luar +PEB+ dyspneu e.c ALO ALO
G4P3A0H3 Gr preterm 30-34 minggu +PEB+ALO+ HELPP syndrome parsial + janin I hidup
25 2014 886077 36 multigravida 2 janin II mati ALO
26 2014 880241 33 multigravida 1 G2P1A0H0 Partus spontan + PEB + HELPP Syndrome + ALO ALO
G1P0A0H0 Gr preterm 26-28 minggu +PEB dalam regimen SM dosis maintenance + HELPP
27 2015 922242 39 primigravida 1 syndrome _ ALO e.c hipertensi emergency ALO
G1P0A0H0 Gr preterm 28-30 minggu + PEB dalam regimen SM dosis maintenance dari luar
28 2015 924596 34 primigravida 1 + HELLP syndrome + ALO + IUFD ALO
G1P0A0H0 Gr preterm 32-34 minggu + PEB dalam regimen SM dosis maintenance+
29 2015 933439 19 primigravida 2 dyspneu e.c ALO ALO
30 2015 933642 23 primigravida 2 G1P0A0H0 Gr aterm + PEB dalam regimen SM dosis maintenace + ALO + gemelli ALO
LAMPIRAN 5
HASIL ANALISIS STATISTIK DATA PENELITIAN
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia ibu * kejadian ALO 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
paritas * kejadian ALO 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jumlah janin *
kejadian ALO 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate