Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat karuniaNya
Laporan Kinerja (LKj) Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Tahun Anggaran (TA)
2018 dapat terselesaikan.
LKj BBPI TA 2018 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban keberhasilan
pelaksanaan kinerja berdasarkan Rencana Strategis dan Perjanjian Kinerja organisasi
dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
LKj BBPI TA 2018 ini dibuat dalam rangka memberikan gambaran dan informasi
pencapaian atas Perjanjian Kinerja (PK) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) serta
kegiatan pendukung IKU BBPI TA 2018.
Disadari bahwa dalam penyajian LKj BBPI TA 2018 masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu diperlukan saran dan kritik guna perbaikan di masa yang akan datang.
Disampaikan rasa terimakasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah
berperan serta dan membantu dalam perbaikan LKj BBPI TA 2018 ini.
Diharapkan LKj BBPI TA 2018 ini dapat dimanfaatkan oleh pihak yang
memerlukan untuk bahan menyusun kebijakan terkait program di tahun-tahun
mendatang.
LKj BBPI TA 2018 melaporkan capaian kinerja selama TA 2018 yang mengacu
pada Perjanjian Kinerja (PK) dan Indikator Kinerja Utama (IKU). Balai Besar
Penangkapan Ikan mendapatkan total Nilai Pengukuran Sasaran Strategis (NPSS) dari
Sistem Aplikasi Pengelolaan Kinerja sebesar 96.34% sebagaimana dashboard dibawah
ini:
Dari dashboard diatas dapat dilihat bahwa capaian BBPI mencapai 96.20%,
dengan kontribusi nilai kuning dari SS 1 Terwujudnya peningkatan kesejahteraaan
nelayan mencapai 84.84% dan SS 2 terwujudnya pengelolaan UPT Balai Besar
Penangkapan Ikan yang partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan dengan
capaian 93.55% . SS ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT)
sehingga capaiannya didapat dari DJPT langsung. Pada laporan kinerja ini disampaikan
1. Jumlah uji terap teknik pemanfaatan SDI yang menghasilkan bahan standar dan
teknologi terekomendasi adalah sebanyak 6 bahan standar atau teknologi
terekomendasi dari target 6 bahan standar atau bahan terekomendasi (100%);
2. Jumlah Sertifikasi dari inovasi kapal perikanan, alat penangkap ikan dan alat bantu
penangkap ikan adalah sebanyak 4 sertifikasi dari target 4 sertifikasi (100%)
3. Jumlah layanan jasa, informasi penangkapan ikan, bimbingan dan kerjasama teknik
untuk mendukung kegiatan uji terap Teknik Pemanfaatan SDI yang menghasilkan
bahan standar adalah sebanyak 6 kegiatan dari target 6 kegiatan (100%).
Halaman
I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Tabel Halaman
4. Target dan capaian kinerja SS3-IKU 11 BBPI TA 2018 dan 2017 ............. 21
5. Capaian Kinerja BBPI SS6 dan SS7 BBPI TA 2018 dan 2017................... 23
Gambar Halaman
Sektor kelautan dan perikanan merupakan sektor yang sangat penting bagi
indonesia. Hal ini tidak terlepas dari posisi dan potensi strategis indonesia sebagai
negara kepulauan dengan luas perairan yang mencapai ¾ dari total wilayah dengan
kekayaan sumberdaya yang luar biasa yang terkandung di dalamnya.
Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, KKP telah
menetapkan beberapa strategi kebijakan. Salah satunya dengan meningkatkan
kemandirian dalam mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara
berkelanjutan. Strategi yang dilaksanakan mencakup pemberantasan Illegal Unreported
and Unregulated (IUU) Fishing, meningkatkan kepatuhan (compliance) pelaku usaha
kelautan dan perikanan, penataan perikanan usaha perikanan, penerapan manajemen
kuota penangkapan, perlindungan dan penangkapan spesies tertentu. Selanjutnya,
larangan terhadap ekspor benih ikan tertentu (sidat dan lobster), perlindungan
spwaning ground, rehabilitasi ekosistem pesisir dan pengelolaan kawasan konservasi
perairan, pengaturan alat tangkap ramah lingkungan serta strategi lainnya.
Selain pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan tersebut, KKP telah
juga menetapkan strategi kebijakan lainnya, yakni meningkatkan daya saing dan
keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan bagi kemakmuran masyarakat. Kemudian,
mengembangkan kompetensi sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan
teknologi inovatif yang berkepribadian, serta membangun kemandirian pemerintah guna
mewujudkan pranata, nilai-nilai dan jati diri kelembagaan yang bersih, efektif,
transparan dan akuntabel.
Rencana strategis pembangunan kelautan dan perikanan disusun dengan
mempertimbangkan banyak hal termasuk melalui konsultasi publik untuk menggali
masukan. Penyusunan rencana strategis melalui konsultasi publik ini melibatkan
berbagai stakeholder, antara lain akademisi, asosiasi dan perbankan,
Kementerian/Lembaga dan Pemda serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
media.
Laporan Kinerja ini secara umum memuat target dan capaian kinerja BBPI TA
2018, sebagai tolok ukur keberhasilan BBPI. Adapun sistematika penyajian laporan
adalah sebagai berikut :
- Ikhtisar Eksekutif, pada bagian ini disajikan tujuan, sasaran dan capaian kinerja
selama TA 2018
- Bab I Pendahuluan, pada bab ini disajikan gambaran umum tentang BBPI.
2.2. Visi
Sejalan dengan tututan dan dorongan untuk pemanfaatan SDI yang kokoh,
mandiri, dan lestari, maka visi BBPI dirumuskan sebagai berikut :
“Terwujudnya Penangkapan Ikan yang Mandiri, Berdaya Saing dan
Berkelanjutan.”
Rencana Kinerja Tahunan merupakan uraian lebih lanjut secara periodik dari
rencana strategis. Rencana strategis sebagaimana diketahui merupakan rencana
umum 5 (lima) tahunan yang harus diuraikan lebih lanjut ke dalam rencana tahunan
agar program dan kegiatan lebih terfokus.
Sasaran dari penyusunan Rencana Kinerja Tahunan tahun 2018 adalah
memberikan arah dan pedoman bagi seluruh jajaran BBPI dalam melaksanakan
rencana kegiatan jangka pendek untuk menunjang pencapaian tujuan dan sasaran IKU
sesuai tugas dan fungsi BBPI. Adapun Rencana Kinerja Tahunan BBPI tahun 2018
dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Target
SASARAN STRATEGIS IKU
2018
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
Rata-Rata Pendapatan
4 3.62
Nelayan/bulan (Rp/nelayan/bulan)
COSTUMER PERSPECTIVE
Monitoring Realisasi
pelaksanaan inovasi
teknologi Secara
periodik
2 Jumlah layanan jasa, 1. Koordinasi kerjasama
informasi penangkapan teknik secara berkala
ikan, bimbingan dan 2. Koordinasi dukungan
kerjasama teknik untuk teknik di bidang
mendukung kegiatan uji teknologi 6 2 4 5 6
terap Teknik penangkapan secara
Pemanfaatan SDI yang periodik
menghasilkan bahan
standar
6 Presentase pemenuhan
dokumen pendukung
100 - - - 100
Reformasi Birokrasi
lingkup DJPT (%)
7 Persentase Pemenuhan
Dokumen AKIP lingkup
100 - - - 100
UPT Balai Besar
Penangkapan Ikan
8 Persentase penyelesaian
temuan BPK Tahun 2017
100 - - - 100
lingkup UPT Balai Besar
Penangkapan Ikan
Pencapaian visi dan misi BBPI dilakukan melalui penetapan 7 (tujuh) sasaran
strategis yang diukur atas dasar penilaian IKU BBPI TA 2018. Sejalan dengan
penetapan metode BSC sebagai alat manajemen kinerja,maka sasaran strategis
tersebut terbagi dalam 4 (empat) perspektif sebagaimana telah ditetapkan dalam peta
strategi BBPI TA 2018.
Untuk mengetahui tingkat kinerja BBPI perlu dilakukan pengukuran indikator
kinerja yang meliputi :
1. Indikator input atau masukan yang meliputi : dana, sumber daya manusia dan
sarana.
2. Indikator output atau keluaran yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari
suatu kegiatan baik berupa hasil fisik dan non fisik
3. Indikator outcome atau hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan atau output pada jangka menengah atau efek
langsung.
Penetapan indikator-indikator tersebut secara rinci tertuang dalam formulir
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Perjanjian Kinerja (PK). Kesimpulan hasil evaluasi
ditentukan dengan membuat skala pengukuran keberhasilan, yaitu :
1. Kategori sangat berhasil/sangat baik mempunyai nilai 85-100%
2. Kategori berhasil/baik mempunyai nilai 70-84 %
3. Kategori cukup berhasil/sedang mempunyai nilai 55-69%
4. Kategori tidak berhasil/kurang baik mempunyai nilai 0-54%
Balai Besar Penangkapan Ikan telah menetapkan IKU dengan target yang
harus dicapai pada TA 2018. Target capaian IKU yang telah ditetapkan serta realisasi
kinerja TA 2018 tersaji pada Tabel 3.
Target Realisasi
SASARAN STRATEGIS IKU
TA 2018 TA 2018
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
Rata-rata pendapatan
4 nelayan/bulan (Rp. 3.62 3.64*
Juta/nelayan/bulan)
COSTUMER PERSPECTIVE
Jumlah Rancangan
Standar Nasional
Tersedianya Rancangan Indonesia (RSNI) dan
Standar Nasional Indonesia Sertifikasi dari inovasi
SS3 10 12 12
(RSNI) dan Sertifikasi kapal perikanan, alat
Sarana Penangkapan Ikan penangkap ikan dan alat
bantu penangkap ikan
yang dihasilkan (RSNI)
Persentase Pemenuhan
Dokumen Reformasi
13 Birokrasi lingkup UPT 100 100
Terwujudnya birokrasi BBPI Balai Besar Penangkapan
yang efektif, efisien dan Ikan (%)
SS6
berorientasi pada layanan
prima Persentase Pemenuhan
Dokumen AKIP lingkup
14 100 100
UPT Balai Besar
Penangkapan Ikan (%)
Untuk capaian kinerja dari sasaran kinerja dan IKU yang mendapat nilai dari
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, tidak dilakukan analisis pencapaian kinerja,
karena capaian langsung disampaikan ke satuan kerja lingkup Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap. Sedangkan, analisis pencapaian kinerja dari Sasaran Strategis dan
IKU dilakukan penghitungan dan pelaksanaan sendiri oleh Balai Besar Penangkapan
Ikan adalah sebagai berikut :
1. Internal Process Perspective, pada Sasaran Strategis “Terwujudnya kebijakan
pengelolaan perikanan tangkap yang efektif”
2. Learning and Growth Perspective, pada Sasaran Strategis Terkelolanya anggaran
pembangunan UPT Balai Besar Penangkapan Ikan secara efisien dan akuntabel :
IKU Nilai kinerja anggaran lingkup UPT Balai Besar Penangkapan Ikan (nilai)
Pada Perspektif ini, sasaran strategis BBPI adalah SS3 yaitu “Terwujudnya kebijakan
pengelolaan perikanan tangkap yang efektif”. Pada SS ini, terdapat IKU sebanyak
satu buah yaitu “Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan
Sertifikasi dari inovasi kapal perikanan, alat penangkap ikan dan alat bantu
penangkap ikan yang dihasilkan. Untuk melihat realisasi dan capaian kinerja pada
IKU ini, dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Target dan capaian kinerja SS3-IKU 11 BBPI TA 2018 dan 2017
2018 2017
SASARAN
IKU
STRATEGIS Target Realisasi (%) Target Realisasi %
Tabel 5. Capaian Kinerja BBPI SS6 dan SS7 BBPI TA 2018 dan 2017
2018 2017
SASARAN STRATEGIS IKU
Target Realisasi (%) Target Realisasi (%)
Persentase
Pemenuhan
Dokumen Reformasi
13 Birokrasi lingkup 100 100 100 - - -
UPT Balai Besar
Terwujudnya birokrasi Penangkapan Ikan
BBPI yang efektif, (%)
SS6 efisien dan
berorientasi pada
layanan prima Persentase
Pemenuhan
Dokumen AKIP
14 100 100 100 - - -
lingkup UPT Balai
Besar Penangkapan
Ikan (%)
Berdasarkan Tabel 5, pada TA 2018 terlihat bahwa SS6 “Terwujudnya birokrasi BBPI
yang Efektif, Efisien dan Berorientasi pada Layanan Prima.” Pada SS ini, IKU yang
dikelola oleh BBPI sebanyak dua buah yaitu,
1. Persentase Pemenuhan Dokumen Reformasi Birokrasi lingkup UPT Balai Besar
Penangkapan Ikan (%) dapat terealisasi sebanyak 100% dari target 100%
(100%), sedangkan pada TA 2017 tidak ada realisasi dan target karena IKU
tersebut baru ditetapkan pada TA 2018.
2. Persentase Pemenuhan Dokumen AKIP lingkup UPT Balai Besar Penangkapan
Ikan (%), dapat terealisasi 100% dari target 100% (100%), sedangkan pada TA
2017 tidak ada realisasi dan target karena IKU tersebut baru ditetapkan di TA
2018.
Capaian IKU BBPI TA 2018 untuk Learning and Growth Perspective SS 6
“Terwujudnya birokrasi BBPI yang Efektif, Efisien dan Berorientasi pada Layanan
Prima” seluruhnya mencapai capaian 100%, sehingga pada skala pengukuran yang
ditetapkan, masuk pada kategori “Sangat Baik”.
Untuk SS 7 “Terkelolanya anggaran Pengembangan Penangkapan Ikan”, IKU yang
dikelola sebanyak dua (2) buah yaitu :
1. Nilai Kinerja Anggaran lingkup BBPI mendapat nilai sebesar 85.14 dari target 86
(99%). Sedangkan pada TA 2017 Nilai Kinerja Anggaran dapat terealisasi
sebesar 90,16 nilai dari nilai target 85 nilai (106,07%). Nilai ini didapat dari
LKj BBPI TA 2018 24
aplikasi SMART Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.
2. Persentase penyelesaian temuan BPK Tahun 2017 lingkup UPT Balai Besar
Penangkapan Ikan (%). PAda IKU ini, seluruh temuan dapat terselesaikan pada
TA 2018 sehingga terealisasi 100% dari target 100% (100%).
Capaian IKU BBPI TA 2018 untuk Learning and Growth Perspective untuk IKU 15
mencapai 85.14% dari target 86% (99%), dan untuk IKU 16 mencapai realisasi
sebesar 100% dari target 100% (100%) rata-rata untuk Perspective ini sebesar
99,5% sehingga pada skala pengukuran yang ditetapkan, masuk pada kategori
“Sangat Baik”.
4.1. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan capaian IKU dan kegiatan pendukung IKU BBPI TA 2018
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan Sertifikasi Sarana
Penangkapan Ikan mencapai 12 RSNI yang dihasilkan dari target 12 RSNI (100%);
sehingga mendapat nilai Sangat Baik.
2. Persentase Pemenuhan Dokumen Reformasi Birokrasi lingkup UPT Balai Besar
Penangkapan Ikan mencapai 100% dari target 100% (100%); sehingga mendapat
nilai Sangat Baik.
3. Persentase Pemenuhan Dokumen AKIP lingkup UPT Balai Besar Penangkapan
Ikan mencapai 100% dari target 100% (100%); sehingga mendapat nilai Sangat
Baik.
4. Nilai kinerja anggaran lingkup BBPI mencapai 85.14% dari target 86% (99%);
sehingga mendapat nilai Sangat Baik.
5. Persentase penyelesaian temuan BPK Tahun 2017 lingkup UPT Balai Besar
Penangkapan Ikan dapat mencapai realisasi 100% dari target 100% (100%);
sehingga masuk kategori Sangat Baik.
Adapun saran yang dapat dijadikan peritmbangan terkait IKU dan kegiatan
pendukung IKU yang dilaksanakan BBPI TA 2018 yaitu :
1. Peningkatan pengendalian terhadap setiap kegiatan baik manajerial maupun
teknis melalui monitoring dan evaluasi secara berkala;
2. Optimalisasi pengelolaan SDM, keuangan dan BMN untuk mendukung kinerja
organisasi.
Diharapkan Laporan Kinerja BBPI TA 2018 ini dapat memberikan gambaran
hasil kerja yang telah dilaksanakan selama TA 2018, sehingga dapat memberikan
manfaat serta perbaikan bagi semua pihak yang berkepentingan.
i dari 7
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) penomoran mata pancing merupakan standar baru dan
disusun dengan maksud untuk:
1. Menyeragamkan penamaan atau penyebutan mata pancing.
2. Menetapkan penomoran mata pancing.
Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 65-05 Produk Perikanan, Subpanitia Teknis 65-05-S1
Perikanan Tangkap. Standar ini dibahas melalui rapat teknis, rapat prakonsensus
danterakhir dirumuskan dalam konsensus pada tanggal, 23 s.d 25 Nopember 2016 di BBPI
Semarang. Dalam pelaksanaan rapat teknis dan konsensus dihadiri oleh wakil dari
produsen, konsumen, pemerintah,akademisi, dan instansi lainnya yang terkait.
Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal ...... sampai dengan ......, dengan
hasil akhir disetujui menjadi SNI.
ii dari 7
Pendahuluan
Pancing merupakan alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi
panjang, mempunyai ukuran mata jaring sama besar, untuk menghadang arah renang ikan,
sehingga ikan sasaran terjerat mata jaring atau terpuntal pada bagian tubuh jaring. Jaring
insang permukaan terbuat dari bahan jaring (webbing), ukuran mata jaring (mesh size) dan
rasio penggantungan (E) yang bervariasi, hal ini disesuaikan dengan sasaran ikan
tangkapan.
Standar ini menetapkan karakteristik jaring insang permukaan secara umum sehingga dapat
dimanfaatkan oleh berbagai pihak sebagai bahan acuan atau pedoman, atau pertimbangan
bagi pemangku kebijakan dan kepentingan
iii dari 7
Alat penangkapan ikan – Penomoran mata pancing
1 Ruang lingkup
2 Acuan Normatif
3.1
pancing
alat penangkap ikan yang terdiri dari tali, mata pancing dan atau sejenisnya
3.2
mata pancing
bagian dari pancing yang terdiri dari mata, tangkai, lengkungan, kait dan celah
3.3
mata (eye)
lubang tempat untuk mengikatkan tali pancing
3.4
tangkai (shank)
bagian pancing mulai dari mata sampai lengkungan
3.5
lengkungan (bend)
bagian mata pancing yang melengkung antara tangkai dan ujung mata pancing
3.6
ujung (point)
bagian mata pancing yang runcing
3.7
kait (barb)
bagian pancing yang berfungsi untuk menahan agar ikan tangkapan tidak mudah lepas
3.8
celah (gap)
jarak antara ujung mata pancing (point) sampai dengan tangkai (shank)
3.9
tenggorok (bite/throat)
panjang atau tinggi yang diukur tegak lurus dari bagian ujung mata pancing (point) hingga
bagian ujung lengkungan (bend) dalam
1 dari 7
3.10
panjang depan (front length)
panjang bagian mata pancing yang diukur tegak lurus dari bagian ujung mata pancing (point)
sampai bagian lengkungan (bend) luar
3.11
panjang total
panjang mata pancing yang diukur dari bagian ujung mata (eye) sampai bagian lengkungan
(bend) luar
3 dari 7
Gepeng tanpa lubang (flat) (semua nilai standart berbentuk range plus minus 2,5%)
Tipe Gap Panjang Diameter
Pancing Nomor (mm) (mm) (mm)
2315 5 21,45 – 22,55 58 2,40
6 19 54 2,20
7 16,5 48 2,00
8 15 43 1,75
9 14 39 1,55
10 13 34 1,35
11 12 31 1,25
12 11 22 1,15
13 10 27 1,10
14 9 24 1,00
15 8 2,2 0,95
16 7 20 0,90
17 6,5 1,8 0,85
18 6 16 0,80
19 5,5 15 0,75
20 5 14 0,70
5.2 Penomoran mata pancing tipe G (G hook) untuk menangkap ikan tuna
5.3 Penomoran mata pancing tempaan (Data pembanding tangkai pancing model
compressed)
4 dari 7
10 12.00 1.30 34.00
11 10.65 1.30 30.30
12 9.00 1.10 28.00
13 8.50 1.00 25.60
14 7.80 1.00 23.50
15 6.95 1.00 21.00
16 6.40 1.00 20.00
17 5.60 0.90 18.50
18 5.30 0.80 17.00
19 5.30 0.75 15.30
20 4.60 0.70 14.30
5.5 Penomoran Pancing Tuna Flatted and holed (Data pembanding tangkai pancing
model compressed)
5 dari 7
6 dari 7
Lampiran A
(informatif)
Bagian-bagian pancing
7 dari 7
Lampiran B
(informatif)
Mata pancing tipe J (J hook) ??? (tuna/selain Mata pancing tipe J (J hook) ??? (tuna/selain
tuna) tuna)
Mata pancing tonda (Troll line) Mata pancing huhate (pole and line)
8 dari 7
RSNI
Rancangan Standar Nasional Indonesia
Page 0 of 13
Page 1 of 13
Daftar isi
Page i of 13
Prakata
`
Standar salah satu alat bantu berupa mesin penarik jaring bertenaga listrik untuk kapal < 10GT
merupakan standar baru, yang disusun dengan maksud untuk:
1. Menyeragamkan penamaan atau penyebutan mesin penarik jaring insang bertenaga
listrik untuk kapal < 10GT
2. Menetapkan konstruksi dan cara pengoperasian mesin penarik jaring bertenaga listrik
untuk kapal < 10GT
3. Menyiapkan bahan acuan/pedoman penggunaan mesin penarik jaring bertenaga listrik
untuk kapal < 10GT.
Standar ini disusun oleh Komite Teknis 65-05 Produk Perikanan, Sub Komite 65-05-S1
Perikanan Tangkap. Standar ini dibahas melalui rapat teknis, rapat pra konsensus dan terakhir
dirumuskan dalam konsensus.
Dalam pelaksanaan rapat dihadiri oleh wakil dari produsen, konsumen, pemerintah, tenaga
ahli/akademisi dan instansi lainnya yang terkait.
Page ii of 13
Pendahuluan
Mesin penarik jaring adalah alat bantu penangkap ikan berupa mesin penarik dalam operasi
penangkapan ikan yang bertujuan memperoleh alat bantu penangkapan mesin penarik jaring
gill net yang memiliki kesesuaian teknis yang sesuai dengan standar alat bantu penangkapan
mesin penangkapan.
Banyak unit alat bantu penangkapan mesin penarik jaring, namun di dalam kenyataannya di
lapangan banyak terdapat kapasitas, bentuk, dimensi, dan konstruksi serta peruntukan ukuran
kapalnya yang tidak seragam.
Untuk menjaga kekonsistenan ukuran, baik dimensi maupun kapasitas mesin serta konstruksi,
begitu pula mengenai peruntukan ukuran kapal yang akan dipasangi mesin penarik, maka
diperlukan bentuk dan konstruksi serta kapasitas yang relatif seragam, walaupun dalam strata
ukuran berbeda
Oleh karena mungkin masih terdapat perbedaan dalam bentuk, ukuran, kapasitas dan
konstruksi, serta peruntukan ukuran kapal yang tidak seragam. Untuk membuat keseragaman
pengertian tentang alat bantu penangkapan mesin penarik jaring insang , maka perlu dibuat
standar mesin penarik jaring insang
Page iii of 13
Page iv of 13
Kapal perikanan – mesin penarik jaring insang untuk kapal 10 GT
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan istilah dan definisi, kapasitas, konstrukasi rancang bangun, ,
sistem penggerak untuk mesin penarik jaring insang bertenaga listrik dan cara
pengoperasian pada kapal 10 GT
2.1
mesin penarik jaring insang
alat bantu penangkapan ikan yang berfungsi untuk menarik jaring insang yang terdiri dari
rangkaian kelos, poros pemutar, roda gigi pereduksi, motor listrik penggerak, dudukan,
dan tiang kaki fondasi, serta pengarah jaring.
2.2
kelos
kelos terbuat dari logam atau bahan lainnya yang memiliki dinding kelos untuk melilitkan
guna menarik jaring.
2.3
motor listrik penggerak
motor listrik yang berfungsi memutar kelos penarik jaring yang digerakkan oleh sumber
daya listrik satu fase
2.4
roda gigi pereduksi (gear box reducer)
rangkaian gigi yang berfungsi sebagai penerus (transmisi) putaran dari motor listrik
penggerak sekaligus sebagai pereduksi putaran dengan rasio tertentu
2.5
sistem kontrol listrik
rangkaian komponen listrik arus bolak-balik yang berfungsi sebagai pengendali putaran
motor listrik penggerak searah jarum jam dan kebalikan arah jarum jam serta
menghentikan putaran
2.6
tombol kendali jarak jauh
rangkaian komponen kabel dan tombol listrik yang berfungsi sebagai pengendali putaran
motor listrik penggerak searah jarum jam dan kebalikan arah jarum jam serta
menghentikan putaran dari jarak jauh secara kabel
2.7
putaran per menit motor listrik penggerak
jumlah putaran output motor penggerak per menit yang digunakan untuk memutar kelos
2.8
RPM Kelos
jumlah putaran per menit yang digunakan untuk menarik jaring
Page 1 of 13
2.9
RPM gear box reducer
jumlah putaran per menit output motor penggerak yang mampu diterima sebagai jumlah
putaran input gear box per menit untuk direduksi menjadi putaran output gear box
2.10
rasio putaran
perbandingan jumlah putaran antara putaran output motor penggerak dengan putaran
output
2.11
poros input gear box reducer
poros pada gear box yang dihubungkan dengan poros motor penggerak
2.12
poros output gear box reducer
poros pada gear box yang dihubungkan dengan kelos
2.13
bantalan poros (bearing)
bantalan yang terbuat dari bahan logam yang berfungsi sebagai penumpu putaran poros
mesin penarik
2.14
tiang kaki fondasi
tiang yang terbuat dari bahan logam yang berfungsi sebagai penumpu dudukan motor
penggerak, gear box reducer dan kelos
2.15
batang pengarah
sepasang pipa berdiri tegak sejajar yang dipasang di depan kelos penarik atau di atas
bulwark kapal dengan kedudukan lurus terhadap arah penarikan jaring yang berfungsi
untuk mengarahkan penarikan jaring dari laut ke arah kelos penarik
2.16
kapasitas motor listrik penggerak
kemampuan motor listrik penggerak menghasilkan daya maksimal dalam satuan daya
kuda/ horse power (HP) atau kilo Watt (kW)
2.17
kapasitas gear box reducer
kemampuan gear box reducer menerima dan meneruskan daya dan putaran maksimal
dari motor penggerak ke kelos penarik dalam satuan daya kuda (HP) atau kilo Watt (kW)
2.18
kapasitas mesin penarik jaring
kemampuan mesin penarik untuk menarik jaring maksimal dalam satuan kilo gram (kg)
2.19
kecepatan tarik mesin penarik jaring
kecepatan mesin penarik untuk menarik jaring maksimal dalam satuan meter per menit.
Page 2 of 13
Mesin penarik jaring bertenaga listrik pada standar ini rancangbangunnya dengan
merangkai motor listrik penggerak dihubungkan dengan gear box reducer kemudian
dihubungkan dengan kelos penarik jaring. Rangkaian semua komponen tersebut
bertumpu pada dudukan besi yang memiliki kaki penyangga yang dipasang didudukan di
geladak kapal
Mesin penarik jaring bertenaga listrik pada standar ini harus dapat menarik :
- jaring insang dasar, pertengahan, dan terutama jaring insang permukaan
berukuran panjang sampai dengan 1000 m - 1500 m (atau 30 – 40 pis)
- jaring insang dasar, pertengahan, dan jaring insang permukaan berbahan
PolyAmida monofilament, multi-mono filament, polypropylene dan terutama multi
filament maksimum ukuran benang d18
Mesin penarik jaring bertenaga listrik pada standar ini harus memiliki :
- Kapasitas menarik jaring: 100 kg - 200 kg
- Kecepatan tarik jaring : 25 m/mnt – 35 m/mnt
Motor Penggerak :
- Motor listrik induksi AC (arus bolak-balik)
- Daya 2 HP - 3 HP
- 1450 RPM – 1500 RPM (motor normal)
- 1 ϕ (satu phase); Open pole
Sistem Kelistrikan
- Sistem kontrol listrik yang dapat mengendalikan pengoperasian putaran clockwise
(cw) dan counter clockwise (ccw) serta dapat memproteksi saat beban lebih
(over-load)
- Komponen listrik : sekering (fuse), MCB, magnetic contactor, current protector
relay, push button, switch, kabel-kabel system control, dan kabel daya sesuai
kebutuhan
- Power suply yang harus tersedia di kapal minimal 5 kVA
4. Pemasangan
Posisi pemasangan mesin penarik jaring bertenaga listrik ini adalah di atas geladak
haluan, ke arah lambung kanan atau lambung kiri kapal (disesuaikan dengan budaya
nelayan local)
Tinggi mesin penarik menyesuaikan dengan ergonomik
5. Ukuran Kapal
Ukuran kapal yang sesuai untuk pemasangan dan pengoperasian mesin penarik jaring ini
adalah berukuran antara 8 GT sampai 15 GT atau kapal dengan ukuran:
- Panjang total (LOA) : 12,5 m - 13,5 m
- Lebar (B) : 2,6 m - 2,9 m
- Tinggi geladak : 1,20 m - 1,45 m
Page 3 of 13
6. Pengoperasian
- Pada saat jaring insang selesai dihanyutkan atau selesai perendaman, motor listrik
penggerak mesin dihidupkan.
- ujung jaring insang atau tali selambar depan dibawa ke mesin untuk dimasukkan ke
dalam ceruk kelos dililitkan (sekali lilitan) pada alur kelos
- ujung jaring insang atau tali selambar yang dililitkan pada kelos mesin ditarik
perlahan-lahan mulai bagian ujung diusahakan tidak terjadi selip, yaitu dengan
menekan atau perapatkan ujung jaring yang ditarik kearah bawah kelos
- jaring yang telah melewati kelos mesin disusun di atas geladak dengan cara
membentuk susunan untuk memudahkan pengoperasian jaring berikutnya
- Penarikan jaring insang selesai apabila telah sampai ujung jaring dan atau selambar
belakang
Page 4 of 13
Lampiran A
(informatif)
Page 5 of 13
Bibliografi
Prado, J and Dreemieri, 1990 Fishermans Work Book, Fishing Newbook, Food and
Agriculture Organization, Ifremer, Sete – France
Syahasta D.G. 2012. Sistem Kontrol Listrik Pada Kapal Ikan (Modul Pelatihan), Balai
Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Syahasta Dwinanta G, 2012, Petunjuk Teknis Alat Bantu Mesin Penangkapan , Balai
Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Page 6 of 13
Page 7 of 13
RSNI
Rancangan Standar Nasional Indonesia
Standar salah satu alat bantu berupa mesin penarik jaring bertenaga listrik untuk kapal
20 - 30GT merupakan standar baru, yang disusun dengan maksud untuk:
1. Menyeragamkan penamaan atau penyebutan mesin penarik jaring Insang
bertenaga listrik untuk kapal 20 - 30GT
2. Menetapkan konstruksi dan cara pengoperasian mesin penarik jaring bertenaga
listrik untuk kapal 20 - 30GT
3. Menyiapkan bahan acuan/pedoman penggunaan mesin penarik jaring bertenaga
listrik untuk kapal 20 - 30GT .
Standar ini disusun oleh Komite Teknis 65-05 Produk Perikanan, Sub Komite 65-05-S1
Perikanan Tangkap. Standar ini dibahas melalui rapat teknis, rapat pra konsensus dan
terakhir dirumuskan dalam konsensus.
Dalam pelaksanaan rapat dihadiri oleh wakil dari produsen, konsumen, pemerintah,
tenaga ahli/akademisi dan instansi lainnya yang terkait.
Pendahuluan
Mesin penarik jaring adalah alat bantu penangkap ikan berupa mesin penarik dalam
operasi penangkapan ikan yang bertujuan memperoleh alat bantu penangkapan mesin
penarik jaring gillnet yang memiliki kesesuaian teknis yang sesuai dengan standar alat
bantu penangkapan mesin penangkapan.
Banyak unit alat bantu penangkapan mesin penarik jaring, namun di dalam kenyataannya
di lapangan banyak terdapat kapasitas, bentuk, dimensi, dan konstruksi serta peruntukan
ukuran kapalnya yang tidak seragam.
Untuk menjaga kekonsistenan ukuran, baik dimensi maupun kapasitas mesin serta
konstruksi, begitu pula mengenai peruntukan ukuran kapal yang akan dipasangi mesin
penarik, maka diperlukan bentuk dan konstruksi serta kapasitas yang relatif seragam,
walaupun dalam strata ukuran berbeda
Oleh karena mungkin masih terdapat perbedaan dalam bentuk, ukuran, kapasitas dan
konstruksi, serta peruntukan ukuran kapal yang tidak seragam. Untuk membuat
keseragaman pengertian tentang alat bantu penangkapan mesin penarik jaring Insang ,
maka perlu dibuat standard mesin penarik jaring Insang
Kapal perikanan – mesin penarik jaring Insang untuk kapal 20 - 30 GT
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan istilah dan definisi, kapasitas, konstrukasi rancang bangun, ,
sistem penggerak untuk mesin penarik jaring insang bertenaga listrik dan cara
pengoperasian pada kapal 20 - 30GT
2.1
mesin penarik jaring Insang
alat bantu penangkapan ikan yang berfungsi untuk menarik jaring Insang yang terdiri dari
rangkaian kelos, poros pemutar, gigi reduksi-transmisi, motor listrik penggerak, dudukan,
dan tiang kaki fondasi, serta pengarah jaring.
2.2
kelos
kelos terbuat dari kayu atau logam atau bahan lainnya yang memiliki dinding kelos untuk
melilitkan guna menarik jaring.
2.3
motor listrik penggerak
motor listrik yang berfungsi memutar kelos penarik jaring yang digerakkan oleh sumber
daya listrik tiga fase
2.4
roda gigi pereduksi (gear box reducer)
rangkaian gigi yang berfungsi sebagai penerus (transmisi) putaran dari motor listrik
penggerak sekaligus sebagai pereduksi putaran dengan rasio tertentu
2.5
sistem kontrol listrik
rangkaian komponen listrik arus bolak-balik yang berfungsi sebagai pengendali putaran
motor listrik penggerak searah jarum jam dan kebalikan arah jarum jam serta
menghentikan putaran
2.6
tombol kendali jarak jauh
rangkaian komponen kabel dan tombol listrik yang berfungsi sebagai pengendali putaran
motor listrik penggerak searah jarum jam dan kebalikan arah jarum jam serta
menghentikan putaran dari jarak jauh secara kabel
2.7
putaran per menit motor listrik penggerak
jumlah putaran output motor penggerak per menit yang digunakan untuk memutar kelos
2.8
RPM Kelos
jumlah putaran per menit yang digunakan untuk menarik jaring
2.9
RPM gear box reducer
jumlah putaran per menit output motor penggerak yang mampu diterima sebagai jumlah
putaran input gear box per menit untuk direduksi menjadi putaran output gear box
2.10
rasio putaran
perbandingan jumlah putaran antara putaran output motor penggerak dengan putaran
output
2.11
poros input gear box reducer
poros pada gear box yang dihubungkan dengan poros motor penggerak
2.12
poros output gear box reducer
poros pada gear box yang dihubungkan dengan
2.13
bantalan poros (bearing)
bantalan yang terbuat dari bahan logam yang berfungsi sebagai penumpu putaran poros
mesin penarik
2.14
tiang kaki fondasi
tiang yang terbuat dari bahan logam yang berfungsi sebagai penumpu dudukan motor
penggerak, gear box reducer dan kelos
2.15
batang pengarah
sepasang pipa berdiri tegak sejajar yang dipasang di depan kelos penarik atau di atas
bulwark kapal dengan kedudukan lurus terhadap arah penarikan jaring yang berfungsi
untuk mengarahkan penarikan jaring dari laut ke arah kelos penarik
2.16
kapasitas motor listrik penggerak
kemampuan motor listrik penggerak menghasilkan daya maksimal dalam satuan daya
kuda/ horse power (HP) atau kilo Watt (kW)
2.17
kapasitas gear box reducer
kemampuan gear box reducer menerima dan meneruskan daya maksimal dari motor
penggerak ke kelos penarik dalam satuan daya kuda (HP) atau kilo Watt (kW)
2.18
kapasitas mesin penarik jaring
kemampuan mesin penarik untuk menarik jaring maksimal dalam satuan kilo gram (kg)
2.19
kecepatan tarik mesin penarik jaring
kecepatan mesin penarik untuk menarik jaring maksimal dalam satuan meter per menit.
3. Rancang bangun
Mesin penarik jaring bertenaga listrik pada standar ini rancangbangunnyadengan
merangkai motor listrik penggerak dihubungkan dengan gear box reducer kemudian
dihubungkan dengan kelos penarik jaring. Rangkaian semua komponen tersebut
bertumpu pada dudukan besi yang memiliki kaki penyangga yang dipasang didudukan di
geladak kapal
Mesin penarik jaring bertenaga listrik harus memiliki :
- Kapasitas menarik jaring minimum : 200 kg-350 kg;
- RPM kelos penarik jaring : 30 RPM – 40 RPM;
- Kecepatan tarik jaring : 25 m/mnt – 35 m/mnt
- Putaran dua arah : tarik dan ulur jaring
- Sistem kontrol listrik yang dapat mengendalikan pengoperasian dan memproteksi
saat beban lebih (over-load)
Mesin penarik jaring bertenaga listrik pada standar ini harus dapat menarik :
- jaring insang dasar, pertengahan, dan terutama jaring insang permukaan
berukuran panjang sampai dengan 2500 meter (atau 40 – 50 pis)
- jaring insang dasar, pertengahan, dan jaring insang permukaan berbahan
PolyAmida monofilament, multi-mono filament, dan terutama multi filament
maksimum ukuran benang d24
4. Konstruksi
Komponen mesin penarik jaring bertenaga listrik harus memenuhi persyaratan seperti
tabel 1 dibawah ini.
5. Pemasangan
Posisi pemasangan mesin penarik jaring bertenaga listrik ini adalah di atas geladak
haluan, ke arah lambung kanan atau lambung kiri kapal (disesuaikan dengan budaya
nelayan local)
6. Ukuran Kapal
Ukuran kapal yang sesuai untuk pemasangan dan pengoperasian mesin penarik jaring ini
adalah berukuran antara : 20 GT sampai 30 GT atau kapal dengan ukuran :
- Panjang total (LOA) : 13,0 m – 17,0 m
- Lebar (B) : 2,9 m - 3,6 m
- Tinggi geladak : 1,55 m - 3,0 m
7. Pengoperasian
- Pada saat jaring insang selesai dihanyutkan atau selesai perendaman, motor listrik
penggerak mesin dihidupkan.
- ujung jaring insang atau tali selambar depan dibawa ke mesin untuk dimasukkan ke
dalam ceruk kelos dililitkan (sekali lilitan) pada alur kelos
- ujung jaring insang atau tali selambar yang dililitkan pada kelos mesin ditarik
perlahan-lahan mulai bagian ujung diusahakan tidak terjadi selip, yaitu dengan
menekan atau perapatkan ujung jaring yang ditarik kearah bawah kelos
- jaring yang telah melewati kelos mesin disusun di atas geladak dengan cara
membentuk susunan untuk memudahkan pengoperasian jaring berikutnya
- Penarikan jaring insang selesai apabila telah sampai ujung jaring dan atau selambar
belakang
Lampiran A
(informatif)
Prado, J and Dreemieri, 1990 Fishermans Work Book, Fishing Newbook, Food and
Agriculture Organization, Ifremer, Sete – France
Syahasta D.G. 2012. Sistem Kontrol Listrik Pada Kapal Ikan (Modul Pelatihan), Balai
Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Syahasta Dwinanta G, 2012, Petunjuk Teknis Alat Bantu Mesin Penangkapan , Balai
Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
SNI 7277.1-2008 : Istilah dan definisi sarana penangkapan ikan
SNI 7277.13-2008 : Istilah dan definisi alat bantu penangkapan ikan
Catatan :
1. SNI ini targetnya untuk pabrik net hauler
2. Parameter penting yang harus diatur agar net hauller tidak merusak jaring
3. Berdasarkan buku-buku, yang harus diatur adalah kecepatan tarik dan kekuatan
tarik.
4. Terkait dengan ukuran dan panjang jaring Insang
5. Gillnet diubah jaring insang
RSNI
Rancangan Standar Nasional Indonesia
Standar salah satu alat bantu berupa mesin penarik jaring bertenaga hidrolik untuk kapal
diatas 20GT merupakan standar baru, yang disusun dengan maksud untuk:
1. Menyeragamkan penamaan atau penyebutan mesin penarik jaring bertenaga hidrolik
untuk kapal di atas 20GT
2. Menetapkan konstruksi dan cara pengoperasian mesin penarik jaring bertenaga hidrolik
untuk kapal di atas 20GT
3. Menyiapkan bahan acuan/pedoman penggunaan mesin penarik jaring bertenaga hidrolik
untuk kapal di atas 20GT.
Standar ini disusun oleh Komite Teknis 65-05 Produk Perikanan, Sub Komite 65-05-S1
Perikanan Tangkap. Standar ini dibahas melalui rapat teknis, rapat pra konsensus dan terakhir
dirumuskan dalam konsensus.
Dalam pelaksanaan rapat dihadiri oleh wakil dari produsen, konsumen, pemerintah, tenaga
ahli/akademisi dan instansi lainnya yang terkait.
Pendahuluan
Mesin penarik jaring bertenaga hidrolik adalah alat bantu penangkap ikan berupa mesin penarik
dalam operasi penangkapan ikan yang bertujuan memperoleh alat bantu penangkapan mesin
penarik jaring gillnet yang memiliki kesesuaian teknis yang sesuai dengan standar alat bantu
penangkapan mesin penangkapan.
Banyak unit alat bantu penangkapan mesin penarik jarring, namun di dalam kenyataannya di
lapangan banyak terdapat kapasitas, bentuk, dimensi, dan konstruksi serta peruntukan ukuran
kapalnya yang tidak seragam.
Untuk menjaga kekonsistenan ukuran, baik dimensi maupun kapasitas mesin serta konstruksi,
begitu pula mengenai peruntukan ukuran kapal yang akan dipasangi mesin penarik bertenaga
hidrolik, maka diperlukan bentuk dan konstruksi serta kapasitas yang relatif seragam, walaupun
dalam strata ukuran berbeda
Oleh karena mungkin masih terdapat perbedaan dalam bentuk, ukuran, kapasitas dan
konstruksi, serta peruntukan ukuran kapal yang tidak seragam. Untuk membuat keseragaman
pengertian tentang alat bantu penangkapan mesin penarik jaring gill net , maka perlu dibuat
standard mesin penarik jaring gill net bertenaga hidrolik
Kapal perikanan – alat bantu mesin penarik jaring bertenaga hidrolik untuk kapal > 20GT
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan istilah dan definisi, kapasitas, bentuk, dimensi, dan konstruksi mesin
penarik jaring insang serta ukuran kapalnya
Acuan normatif :
SNI 7277.1-2008 : Istilah dan definisi sarana penangkapan ikan
SNI 7277.13-2008 : Istilah dan definisi alat bantu penangkapan ikan
2.1
mesin penarik jaring insang tenaga hidrolik
alat bantu penangkapan ikan bertenaga hidrolik yang berfungsi untuk menarik jaring insang
yang terdiri dari rangkaian kelos, poros pemutar, gigi reduksi-transmisi, motor hidrolik
penggerak, pompa hidrolik sumber tenaga, kotak tangki minyak hidrolik, slang-slang minyak
bertekanan tinggi, control valve, check valve, dudukan mesin, dan tiang kaki fondasi, serta
pengarah jaring.
2.2
sistem sirkulasi minyak hidrolik
sistem sirkulasi tertutup minyak bertekanan tinggi yang dipompakan dari tangki minyak
penampung keseluruh sirkulasi melalui perpipaan.yang berfungsi untuk memutar motor hidrolik
untuk menggerakkan kelos mesin penarik jaring
2.3
motor hidrolik penggerak
motor hidrolik yang digerakkan oleh sumber tenaga tekanan minyak hidrolik yang berfungsi
memutar kelos penarik jaring
2.4
pompa hidrolik sumber penggerak
pompa hidrolik yang berfungsi menghisap dan menekan minyak hidrolik untuk sirkulasikan di
dalam sistem sirkulasi tertutup minyak bertekanan tinggi untuk menggerakkan motor hidrolik.
Pompa hidrolik digerakkan oleh putaran dari sumber tenaga lainnya (motor diesel atau motor
listrik)
2.5
kelos
kelos terbuat dari logam atau bahan lainnya yang memiliki dinding kelos untuk melilitkan guna
menarik jaring.
2.6
control valve (handel pengatur kecepatan)
tuas pengendali yang mengatur jumlah aliran dan tekanan minyak hidrolik yang berfungsi
sebagai pengendali putaran motor hidrolik penggerak untuk mengatur kecepatan putaran dan
arah putaran serta menghentikan putaran kelos penarik jaring
2.7
check Valve
komponen katup pipa yang berfungsi sebagai pengaman agar tekanan tinggi minyak hidrolik
tetap konstan
2.8
sistem pipa tekanan tinggi
saluran sirkulasi aliran minyak bertekanan tinggi, dari pompa sumber tenaga hidrolik menuju ke
motor hidrolik, maupun yang kembali dari motor menuju ke tangki penampung untuk dihisap-
tekan oleh pompa hidrolik.
2.9
tangki penampung
tangki berbentuk kotak kedap yang berfungsi sebagai tempat penampung minyak hidrolik
kemudian dihisap oleh pompa untuk dialirkan menuju ke sistem pipa, kemudian ditekan ke
sistem tekanan tinggi, memutar motor kemudian kembali ke tangki melalui sistem pipa.
2.10
roda gigi reduksi perantara
Sepasang roda gigi berdiameter besar dan kecil yang berfungsi sebagai penerus (transmisi)
putaran dari motor hidrolik penggerak sekaligus sebagai pereduksi putaran dengan rasio
tertentu
2.11
putaran per menit (RPM) motor hidrolik penggerak
jumlah putaran output motor hidrolik penggerak per menit yang digunakan untuk memutar kelos
2.12
RPM Kelos
jumlah putaran per menit yang digunakan untuk menarik jaring
2.13
rasio putaran
perbandingan jumlah putaran antara putaran output motor hidrolik penggerak dengan putaran
kelos penarik jaring
2.14
bantalan poros (bearing)
bantalan yang terbuat dari bahan logam yang berfungsi sebagai penumpu putaran poros mesin
penarik
2.15
dudukan mesin penarik
dudukan pelat besi baja yang berfungsi sebagai penopang rangkaian komponen kelos penarik,
dinding kelos, gigi perantara dan motor hidrolik penggerak
2.16
tiang kaki fondasi
tiang yang terbuat dari bahan logam yang berfungsi sebagai penumpu dudukan motor
penggerak, gear box reducer dan kelos
2.17
batang pengarah
sepasang pipa berdiri tegak sejajar yang dipasang di depan kelos penarik atau di atas bulwark
kapal dengan kedudukan lurus terhadap arah penarikan jaring yang berfungsi untuk
mengarahkan penarikan jaring dari laut ke arah kelos penarik
2.18
kapasitas motor listrik penggerak
kemampuan motor listrik penggerak pompa hidrolik menghasilkan daya maksimal dalam satuan
daya kuda/ horse power (HP) atau kilo Watt (kW)
2.19
kapasitas mesin penarik jaring
kemampuan mesin penarik untuk menarik jaring maksimal dalam satuan kilo gram (kg)
2.20
kecepatan tarik mesin penarik jarring
kecepatan mesin penarik untuk menarik jaring maksimal dalam satuan meter per menit.
Mesin penarik jaring bertenaga hidrolik pada standar ini harus dapat menarik :
- jaring insang dasar, pertengahan, dan terutama jaring insang permukaan berukuran
panjang sampai dengan 2500 meter (atau 40 - 50 pis)
- jaring insang dasar, pertengahan, dan jaring insang permukaan berbahan PolyAmida
monofilament, multi-mono filament, dan terutama multi filament maksimum ukuran
benang d36
penggerak
- motor hidrolik
- roda gigi perantara-reduksi
sumber penggerak
- pompa hidrolik sirkulasi
- motor listrik penggerak pompa hidrolik sirkulasi (10 – 20 HP)
- suply listrik (
sistem kendali dan sirkulasi minyak hidrolik( tuas kendali, pipa/selang, tanki)
4. Konstruksi
Komponen mesin penarik jaring bertenaga hidrolik harus memenuhi persyaratan seperti tabel 1
dibawah ini
6. Ukuran Kapal
Ukuran kapal yang cocok dan sesuai untuk pemasangan dan pengoperasian mesin penarik
jaring ini adalah berukuran antara: sampai 20 - 30 GT atau kapal dengan ukuran :
- Panjang total (LOA) : 14,0 m – 17,5 m
- Lebar (B) : 2,9 m - 3,6 m
- Tinggi geladak : 1,55 m - 3,0 m
Untuk ukuran kapal di atas 20 - 30 GT, maka dimensi dan spesifikasi komponen mesin penarik
menyesuaikan
7. Pengoperasian
- Pada saat jaring insang selesai dihanyutkan atau selesai perendaman, motor listrik
penggerak pompa hidrolik dihidupkan.
- ujung jaring insang atau tali selambar depan dibawa ke mesin untuk dimasukkan ke dalam
ceruk kelos dililitkan (sekali lilitan) pada alur kelos
- ujung jaring insang atau tali selambar yang dililitkan pada kelos mesin ditarik perlahan-
lahan mulai bagian ujung diusahakan tidak terjadi selip, yaitu dengan menekan atau
perapatkan ujung jarring yang ditarik kearah bawah kelos
- jaring yang telah melewati kelos mesin disusun di atas geladak dengan cara membentuk
susunan untuk memudahkan pengoperasian jarring berikutnya
- Penarikan jarring insang selesai apabila telah sampai ujung jaring dan atau selambar
belakang
Lampiran A
(informatif)
Page 8 of 9
Bibliografi
Prado, J and Dreemieri, 1990 Fishermans Work Book, Fishing Newbook, Food and Agriculture
Organization, Ifremer, Sete – France
Syahasta Dwinanta G, 2012, Petunjuk Teknis Alat Bantu Mesin Penangkapan , Balai Besar
Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Syahasta D.G. 2015. Bahan RSNI - Mesin Kapstan Penarik Tali Kerut Pada Jaring Lingkar
Bertali Kerut Ukuran Kecil (Mini Purse Seine), Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan Semarang
Syahasta DG, Bangun Sutopo, Dwilarno, Nuryadi, Zulyani, 2016, Uji Operasional Power Block
Hidrolik, Alat Bantu Penarik Jaring, Balai Besar Penangkapan Ikan Semarang
Catatan :
1. SNI ini targetnya untuk pabrik net hauler
2. Parameter penting yang harus diatur agar net hauller tidak merusak jaring
3. Berdasarkan buku-buku, yang harus diatur adalah kecepatan tarik dan kekuatan tarik.
4. Terkait dengan ukuran dan panjang jaring gill net
5. Gillnet diubah jaring insang
Page 9 of 9
RSNI
Rancangan Standar Nasional Indonesia
Lampiran A (informatif) Skema mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut
purseseine .......................................................................................................... 7
Prakata
Standar salah satu alat bantu berupa mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut
purseseine merupakan standar baru, yang disusun dengan maksud untuk:
1. Menyeragamkan penamaan atau penyebutan mesin kapstan gardan bertenaga diesel
penarik tali kerut purseseine
2. Menetapkan konstruksi dan cara pengoperasian mesin kapstan gardan bertenaga diesel
penarik tali kerut purseseine
3. Menyiapkan bahan acuan/pedoman penggunaan mesin kapstan gardan bertenaga
diesel penarik tali kerut purseseine
Standar ini disusun oleh Komite Teknis 65-05 Produk Perikanan, Sub Komite 65-05-S1
Perikanan Tangkap. Standar ini dibahas melalui rapat teknis, rapat pra konsensus dan terakhir
dirumuskan dalam konsensus.
Dalam pelaksanaan rapat dihadiri oleh wakil dari produsen, konsumen, pemerintah, tenaga
ahli/akademisi dan instansi lainnya yang terkait.
Pendahuluan
Mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut purseseine adalah alat bantu
penangkap ikan berupa mesin penarik dalam operasi penangkapan ikan yang bertujuan
memperoleh alat bantu penangkapan mesin penarik tali kerut purse seine yang memiliki
kesesuaian teknis yang sesuai dengan standar alat bantu penangkapan mesin penangkapan.
Banyak unit alat bantu penangkapan mesin penarik tali kerut, namun di dalam kenyataannya di
lapangan banyak terdapat kapasitas, bentuk, dimensi, dan konstruksi serta peruntukan ukuran
kapalnya yang tidak seragam.
Untuk menjaga kekonsistenan ukuran, baik dimensi maupun kapasitas mesin serta konstruksi,
begitu pula mengenai peruntukan ukuran kapal yang akan dipasangi mesin penarik tali
bertenaga diesel, maka diperlukan bentuk dan konstruksi serta kapasitas yang relatif seragam,
walaupun dalam strata ukuran berbeda
Oleh karena mungkin masih terdapat perbedaan dalam bentuk, ukuran, kapasitas dan
konstruksi, serta peruntukan ukuran kapal yang tidak seragam. Untuk membuat keseragaman
pengertian tentang alat bantu penangkapan mesin penarik jaring gill net , maka perlu dibuat
standard mesin penarik jaring gill net bertenaga hidrolik
Kapal perikanan – alat bantu mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut
purseseine
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan istilah dan definisi, kapasitas, bentuk, dimensi, dan konstruksi mesin
kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut purseseine serta ukuran kapalnya
Acuan normatif :
SNI 7277.1-2008 : Istilah dan definisi sarana penangkapan ikan
SNI 7277.13-2008 : Istilah dan definisi alat bantu penangkapan ikan
2.1
mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut purseseine
alat bantu penangkapan ikan bertenaga mekanik diesel yang berfungsi untuk menarik tali kerut
purseseine yang terdiri dari rangkaian kelos kapstan, poros pemutar, gigi reduksi-transmisi
(berupa gardan mobil), pemutus putaran (PTO), poros penyambung, motor diesel penggerak,
dudukan mesin, dan tiang kaki fondasi, serta pengarah tali (side roller).
2.2
motor diesel penggerak
motor bakar berbahan bakar minyak solar yang berfungsi menggerakkan memutar kapstan
penarik tali
2.3
kapstan
kelos terbuat dari logam atau bahan lainnya berupa silinder berceruk yang memiliki dinding
rendah untuk melilitkan guna menarik tali.
2.4
gigi reduksi gardan (truck car rear axle)
komponen gigi reduksi berupa gardan truck yang berfungsi sebagai penerus (transmisi) putaran
dari motor diesel penggerak sekaligus sebagai pereduksi putaran dengan rasio tertentu
2.5
handel kendali
tuas pengendali yang menghubungkan putaran motor diesel penggerak dengan gigi reduksi
gardan yang berfungsi sebagai pengendali meneruskan putaran untuk menjalankan dan
menghentikan putaran kapstan penarik tali
2.6
pemutus putaran (PTO / power take off)
sepasang gigi berhadapan yang kinerjanya digerakkan oleh handel kendali yang berfungsi
sebagai penghubung dan pemutus putaran untuk menjalankan dan menghentikan putaran
kapstan penarik tali
2.7
putaran per menit (RPM) motor diesel penggerak
jumlah putaran output motor diesel penggerak per menit yang digunakan untuk memutar kelos
kapstan
2.8
RPM Kapstan
jumlah putaran per menit yang digunakan untuk menarik tali kerut purse seine
2.9
rasio putaran
perbandingan jumlah putaran antara putaran output motor diesel penggerak dengan putaran
kapstan penarik tali kerut purse seine
2.10
bantalan poros (bearing)
bantalan yang terbuat dari bahan logam yang berfungsi sebagai penumpu putaran poros mesin
penarik
2.11
dudukan mesin penarik
dudukan pelat besi baja yang berfungsi sebagai penopang rangkaian komponen kelos kapstan
penarik, dan gigi reduksi perantara (gardan mobil).
2.12
tiang kaki fondasi
tiang yang terbuat dari bahan logam yang berfungsi sebagai penumpu dudukan motor
penggerak, gear box reducer dan kelos
2.13
batang pengarah
sepasang pipa berdiri tegak sejajar yang dipasang di depan kelos penarik atau di atas bulwark
kapal dengan kedudukan lurus terhadap arah penarikan jaring yang berfungsi untuk
mengarahkan penarikan jaring dari laut ke arah kelos penarik
2.14
kapasitas motor diesel penggerak
kemampuan motor diesel penggerak menghasilkan daya maksimal dalam satuan daya kuda/
horse power (HP) atau kilo Watt (kW)
2.15
kapasitas mesin penarik jaring
kemampuan mesin penarik untuk menarik tali kerut purseseine maksimal dalam satuan kilo
gram (kg)
2.16
kecepatan tarik mesin penarik tali
kecepatan mesin penarik untuk menarik tali kerut purseseine maksimal dalam satuan meter per
menit.
3. Rancang bangun
Mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut purseseine rancangbangunnya
dengan merangkai motor diesel penggerak dihubungkan dengan gigi perantara-reduksi pertama
berupa gardan mobil truck (truck rear axle) kemudian dihubungkan dengan gigi perantara-
reduksi kedua kemudian dihubungkan dengan kelos kapstan penarik tali melalui per-porosan,
serta dirangkai di atas dudukan ber-bantalan pada plat besi baja kanal berkaki fondasi kanal
atau pipa besi yang ditanam di geladak kapal. Motor diesel penggerak yang digunakan bisa
berupa motor diesel independen yang dirangkai langsung atau dihubungkan langsung terhadap
motor diesel induk penggerak kapal(yang berfungsi ganda sebagai penggerak mesin penarik
tali)
Mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut purseseine pada standar ini harus
memiliki kekuatan penarikan tali, kecepatan penarikan tali dan RPM kelos kapstan penarik tali
seperti table 1 di bawah ini :
Tabel 1. Diameter dan panjang tali kerut purseseine yang mampu ditarik mesin kapstan gardan
penarik
Mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut purseseine pada standar ini harus
dapat menarik tali berukuran seperti table 2 di bawah ini :
Tabel 2. Kekuatan tarik dan kecepatan penarikan tali serta RPM kelos kapstan penarik tali
mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut purseseine
4. Konstruksi
Komponen mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut purseseine harus
memenuhi persyaratan seperti table 3 di bawah ini
Tabel 3. Komponeni mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut purseseine
Ukuran Kapal (GT)
No Bagian Bahan Ukuran 7 - 15 15 – 30 30 – 50 50 – 80 80 – 150
1. Kelos Kapstan besi atau stainless steel - diameter (cm) 18 - 25 25 - 30 32 – 35 35 – 38 37 - 41
atau kayu pejal berbingkai
- lebar 19 - 23 23 - 28 28 - 32 31 - 35 35 - 38
plat besi
2. Poros mesin stainless steel - diameter (mm) 28 32 38 45 51 – 52
3. Motor diesel pabrikasi - daya 10 – 15 15 – 25 25 – 40 40 – 60 60 – 75
penggerak
4. Dudukan motor plat besi / kanal besi - lebar (cm) 6 7 8 10 `12
penggerak
- tebal (mm) 6 7 8 10 `12
5. Kaki fondasi besi siku atau besi kanal - lebar (cm) 6 7 8 10 `12
- tebal (mm) 6 7 8 10 `12
6. Pelat dasar kaki plat besi /besi galvanish - tebal (mm) 6 7 8 10 `12
fondasi
7. Gigi reduksi gardan pabrikasi - kapasitas Wagon Mini Mini truck Dump
truck truck truck
- ratio 1 : 4 s/d 1 : 6
8. Bantalan poros Bearing/ Pelat stainless diameter tanpa sesuai dengan poros mesin
(bearing) steel bushing kuningan
9. batang pengarah besi pipa stainless steel diameter (inch) 1½ 2 2½ 3 3
5. Pemasangan
Posisi pemasangan mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut purseseine ini ada
dua macam, yaitu :
a) pemasangan di atas geladak haluan, menghadap ke arah lambung kanan atau lambung kiri
kapal. Hal ini dilakukan pada kapal purseseine ukuran kecil (<30GT), yaitu untuk jenis
mesin kapstan gardan berukuran kecil dengan motor diesel yang dirangkai menyatu
dengan mesin kapstan gardan.
b) pemasangan masing-masing kelos kapstan di sisi kanan dan kiri bawah dinding luar ruang
kemudi menghadap ke arah haluan kapal. Hal ini dilakukan pada kapal purseseine ukuran
besar (>30GT), yaitu untuk jenis mesin kapstan gardan berukuran besar dengan motor
diesel penggerak memanfaatkan motor diesel induk penggerak kapal (dengan
penyambungan dikopel langsung terhadap output putaran motor diesel induk kapal di
kamar mesin.
Gambar 1.a) pemasangan mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut
purseseine pada kapal <30GT
Gambar 1.b) pemasangan mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut
purseseine pada kapal >30GT
6. Pengoperasian
a. Pada saat alat tangkap purseseine dilingkarkan, maka tali kerut yang berada di dalam
lingkaran seluruh cincin turut turun bersama badan jaring terulur kelaut. Mesin penarik tali
kerut siap dijalankan, dimulai dengan menjalankan motor diesel penggerak
b. Setelah purseseine dan tali kerut secara keseluruhan sudah selesai dilingkarkan, maka
kedua ujung tali kerut dinaikan ke kapal (ujung tali kerut yang tersisa di atas geladak).
Kedua ujung tali kerut dibawa ke kelos kapstan mesin penarik dengan melalui batang
pengarah (side roller yang ditanam pada bulwak kapal) disiapkan untuk dililitkan pada
kelos kapstan (6 – 7 lilitan)
c. Operasikan mesin kapstan penarik, kemudian. tali selambar yang dililitkan pada kelos
kapstan mulai ditarik perlahan yaitu dengan cara menarik bagian ujung tali kerut dengan
melakukan tekanan lilitan pada kelos kapstan tidak terlalu keras (agak kendor) dengan
kondisi mesin penarik berjalan
d. Tali kerut ditarik mulai dengan kecepatan perlahan, meningkat sampai dengan kecepatan
penuh, yaitu dengan cara menarik bagian ujung tali kerut dengan tekanan lilitan pada
kelos kapstan lebih keras dengan kondisi mesin penarik berjalan
e. Sesekali perlahan dengan melihat kondisi pelampung bagian tengah di sepanjang jaring
dan bentangan jaring, serta kedudukan cincin
f. Tali kerut ditarik mulai lebih perlahan hingga cincin berkumpul menjadi satu menutup
bagian bawah jaring yang membentuk tangguk.
g. Penarikan tali kerut selesai, pengoperasian mesin kapstan penarik dihentikan sementara
h. Pengoperasian mesin kapstan penarik dimulai lagi pada saat diperlukan untuk
mengangkat bagian jaring tertentu atau untuk mengangkat bagian tangguk kantong jaring
untuk menaikkan ikan hasil tangkapan
Keterangan :
Perlakuan dengan melakukan tekanan lilitan tali kerut (keras-kendor) pada kelos kapstan
penggulung hanya berlaku pada mesin kapstan penarik dengan tenaga penggerak
motor diesel atau motor listrik yang relatif sulit dalam mengendalikan RPM outputnya
Lampiran A
(informatif)
Gambar skema mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut purseseine
Gambar 2. Skema mesin kapstan gardan bertenaga diesel penarik tali kerut purseseine
berukuran kecil untuk kapal <30GT
Kelos Kapstan
Prado, J and Dreemieri, 1990 Fishermans Work Book, Fishing Newbook, Food and Agriculture
Organization, Ifremer, Sete – France
Syahasta Dwinanta G, 2012, Petunjuk Teknis Alat Bantu Mesin Penangkapan , Balai Besar
Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Syahasta D.G., Bangun Sutopo, Dwilarno, Nuryadi, 2013. Mesin Kapstan Penarik Tali Kerut
Pada Jaring Lingkar Bertali Kerut Ukuran Kecil (Mini Purse Seine), Balai Besar
Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Page 5 of 9
Page 6 of 9
Rancangan Standar Nasional Indonesia
1 dari 6
Daftar isi
i dari 6
Prakata
Bubu ikan merupakan salah satu alat tangkap nelayan di Indonesia. Bentuk bubu
ikan sangat beragam diantaranya kubah dan kotak. Bahan untuk membuat bubu
dapat berupa bahan alami (seperti bambu) dan sintetis (besi dan jaring). Alat
tangkap bubu ikan mengalami berbagai perubahan yang disesuaikan dengan
kemudahan dan kebutuhan nelayan seperti bubu yang dapat lipat.
Konstruksi bubu terbagi beberapa bagian, dimana badan berbentuk bangun ruang
kotak atau balok, injab/mulut, dan pintu, serta tempat umpan. Pada konstruksi bubu
dibangun dengan kerangka (bentuk ruang kotak) menggunakan bahan yang kokoh
(seperti bambu, kayu, besi) dan dinding (seperti bambu, jaring, waring), mulut yang
dibentuk (bulat, lingkaran, oval), dan tempat umpan (memakai besi, atau jaring).
Standar ini disusun oleh Komite Teknis 65-05 Produk Perikanan, Subkomite Teknis
65-05-S1 Perikanan Tangkap. Standar ini dibahas melalui rapat teknis, rapat
prakonsensus dan terakhir dirumuskan dalam konsensus pada tanggal ....................
di ........................... Dalam pelaksanaan rapat teknis dan konsensus dihadiri oleh
wakil dari produsen, konsumen, pemerintah,akademisi, dan instansi lainnya yang
terkait.
Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal ...... 201... sampai
dengan ...... 201.., dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.
ii dari 6
Pendahuluan
Bubu ikan merupakan salah satu alat tangkap nelayan di Indonesia. Bentuk bubu
ikan sangat beragam diantaranya kubah dan kotak. Bahan untuk membuat bubu
dapat berupa bahan alami (seperti bambu) dan sintetis (besi dan jaring). Alat
tangkap bubu ikan mengalami berbagai perubahan yang disesuaikan dengan
kemudahan dan kebutuhan nelayan seperti bubu yang dapat lipat.
Konstruksi bubu terbagi beberapa bagian, dimana badan berbentuk bangun ruang
kotak atau balok, injab/mulut, dan pintu, serta tempat umpan. Pada konstruksi bubu
dibangun dengan kerangka (bentuk ruang kotak) menggunakan bahan yang kokoh
(seperti bambu, kayu, besi) dan dinding (seperti bambu, jaring, waring), mulut yang
dibentuk (bulat, lingkaran, oval), dan tempat umpan (memakai besi, atau jaring).
iii dari 6
Alat penangkapan ikan – Bubu Lipat Ikan Tipe Kotak
1. Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan istilah dan definisi, klasifikasi, rancang bangun, dan
pengoperasian.
2. Acuan Normatif
SNI 7277.10 : 2008 : Istilah dan definisi Bagian 10 : Alat perangkap ikan
Untuk tujuan penggunaan dalam dokumen ini, selain istilah dan definisi yang ada
dalam SNI 7277.10:2008, istilah dan definisi ini berlaku.
3.1
bubu lipat ikan
perangkap berbentuk kurungan kotak yang dapat di lipat, rangka kokoh terbuat dari
logam sedangkan bagian dinding dari jaring atau kawat logam serta mempunyai
mulut, pintu dan tempat umpan.
3.2
rangka
Bagian yang terbuat dari logam yang berfungsi untuk membentuk badan bubu yang
dapat di lipat untuk memasang umpan dan mengeluarkan hasil tangkapan.
3.3
injab
jalur masuk target tangkapan kedalam bubu yang terletak di bagian sisi kiri dan atau
kanan bubu lipat.
3.4
dinding
bagian yang melapisi sisi alas bubu, sisi atas bubu, sisi depan, dan sisi belakang
yang terbuat dari jaring atau kawat logam.
3.5
tempat umpan
bagian / tempat meletakan umpan terbuat dari kawat, atau bahan lainnya pada
umumnya terletak di dalam dan diposisikan di tengah-tengah.
3.6
engsel / pengait
bagian bubu yang terbuat dari logam berbentuk cincin yang berfungsi untuk melipat
bubu.
3.7
1 dari 6
Pengunci
Bagian bubu yang terbuat dari logam berbentuk kail yang berfungsi untuk mengunci
kerangka bubu.
4.2 Bentuk
karakter bentuk baku konstruksi bubu lipat rajungan tipe kotak adalah sebagai
berikut pada Tabel 1:
Tabel 1 - Bentuk bubu lipat rajungan tipe kotak No Uraian Simbol Nilai
Tabel 2 - konstruksi bubu lipat rajungan tipe kotak No Uraian Bahan Ukuran
5. Pengoperasian
Metode pengoperasian Prinsip Pengoperasian bubu ini yaitu dipasang secara pasif
memerangkap target tangkapan. Metode pengoperasian alat ini adalah sistem
berangkai. pengoperasiannya satu tali utama dapat dipasang dua atau lebih bubu.
2 dari 6
Secara umum metode pengoperasian bubu dimulai dengan pemasangan umpan,
selanjutnya bubu ditutup kemudian ditenggelamkan di dasar perairan (selain di
daerah terumbu karang) dan terakhir pengangkatan bubu (hauling).
5.1.1 Penurunan alat Penurunan dimulai dengan penurunan pelampung tanda (boleh
tidak ada) dan/atau pemberat penurunan bubu yang telah diberi umpan, hingga
pemberat kedua dan/atau diakhiri dengan penurunan pelampung tanda. Pada saat
penurunan bubu, mesin kapal tidak dimatikan sehingga tetap berjalan dengan
kecepatan rendah.
5.1.2 Perendaman alat diletakkan di dasar perairan dalam waktu tertentu .
5.1.3 Pengangkatan Pengangkatan dimulai dengan pengangkatan pelampung tanda
dan/atau pemberat, bubu dan diakhiri pemberat.
6. Target tangkapan
Target utama penangkapan bubu lipat rajungan tipe kotak adalah rajungan (Portunus
sp).
3 dari 6
Bilbiografi
4 dari 6
Daftar isi
ii
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan judul Alat penangkapan ikan – Kekuatan benang
multifilamen bahan polyamide (PA) untuk alat penangkapan ikan, merupakan standar baru.
Standar ini dimaksudkan untuk mendapatkan produk yang bermutu dan melindungi
konsumen maupun produsen.
Penyusunan SNI ini didukung oleh data hasil pengujian dari berbagai macam produk benang
multifilamen bahan polyamide (PA) untuk alat penangkapan ikan berbahan polyamide (PA)
multifilamen yang diperoleh dari pasar maupun pabrik yang memproduksi.
Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 65-05 Produk Perikanan, Subpanitia Teknis 65-05-S1
Perikanan Tangkap. Standar ini dibahas melalui rapat teknis, rapat prakonsensus dan
terakhir dirumuskan dalam konsensus pada tanggal .............. 2018 di ............... Dalam
pelaksanaan rapat teknis dan konsensus dihadiri oleh wakil dari produsen, konsumen,
pemerintah,akademisi, dan instansi lainnya yang terkait.
Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal ...... sampai dengan ......, dengan
hasil akhir disetujui menjadi SNI.
iii
Pendahuluan
Polyamide (PA) merupakan salah satu bahan sintesis yang banyak digunakan sebagai alat
penangkapan ikan. Pemilihan serat sintetis PA sebagai benang dan jaring (webbing) alat
penangkapan ikan,
Kekuatan putus dan kemuluran umum digunakan untuk mengukur ketahanan benang.
Semakin kecil nilai breaking strength, maka kekuatan benang semakin rendah. Pengukuran
kekuatan putus dan kemuluran menggunakan alat penarik yang dapat menunjukkan hasil
pengujian. Acuan yang digunakan untuk pengukuran benang menggunakan SNI ISO
1805:2010 Alat penangkap ikan berbahan jaring – Penentuan gaya putus dan gaya
putus simpul benang jaring (Sesuaikan dengan kaji ulang).
iv
Alat penangkapan ikan – Kekuatan dan kemuluran benang polyamide (PA) multifilamen
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan Kekuatan putus (Breaking Strength) dan kemuluran (Elongation) benang
polyamide (PA) multifilamen untuk alat penangkapan ikan pada kondisi kering
2. Acuan normatif
SNI ISO 1805:2010, Alat penangkap ikan berbahan jaring – Penentuan gaya putus dan gaya
putus simpul benang jaring
3.1
benang
serat yang dipintal dan dipilin yang digunakan sebagai bahan jaring dan tali alat penangkapan ikan
3.2
benang multifilamen
3.3
tex
berat benang tunggal (single yarn) dalam gram pada ukuran panjang 1.000 m
3.4
resultan tex (Rtex)
3.5
denier
berat benang tunggal (single yarn) dalam gram pada ukuran panjang 9.000 m
3.6
densitas benang
nilai perbandingan (g/cm3) antara massa benang (gram) dengan volume (cm3) benang tersebut
3.7
diameter benang
3.8
kekuatan putus
10 dari 6
beban statis maksimum yang dapat ditahan benang sampai putus sempurna (breaking strength)
3.9
kemuluran
persentase peningkatan/ penambahan panjang benang spesimen selama uji tarik dari kondisi
semula (elongation)
berat benang dalam gram pada ukuran panjang 9.000 meter (Resultant denier: Rd)
Pengukuran kekuatan putus benang alat penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan alat
pengukuran kekuatan putus (breaking strength) (universal tensile strength machine) yang dapat
merekam hasil pengukurannya.
4.1
Akurasi
Nilai akurasi pengukuran gaya putus benang sampai dua angka dibelakang koma pada satuan
newton dan kilogram force (kgf)
4.2
Pengukuran diameter contoh uji (Sample)
Rtex =
Keterangan:
Massa = hasil pengukuran atau penimbangan benang sampel (gram)
Panjang = hasil pengukuran panjang benang sampel (cm)
d. perhitungan kemuluran
- Ukur panjang benang sampel yang terpasang antara dua pencepit (grip) pada alat pengukuran
kekuatan putus (breaking strength) /universal tensile strength machine.
- Ukur penambahan panjang benang sampai saat putus dengan beban seberat beban putus.
- Penghitungan kemuluran dengan rumus E = x 100%
Keterangan:
E = Kemuluran
L0 = Panjang benang jaring bebas yang terpasang pada alat uji kekuatan putus
L1 = Panjang benang jaring saat putus
12 dari 6
Lampiran A
(Normatif)
Standar kekuatan benang Polyamide (PA) multifilamen untuk alat penangkapan ikan
Nomor
Kode Nilai Batas Batas
Benang FAO elongation
No benang standar Bawah Atas
(tex) (kgf) (%)
(Denier) (kgf) (kgf) (kgf)
1 D2
2 D3
3 D6
4 D9
5 D12
6 D15
7 D18
8 D21
9 D24
10 D30
11 D36
12 D45
13 D60
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
13 dari 6
Lampiran B
(Informatif)
Contoh Perhitungan Densitas Linier Benang dan Resultan tex (Rtex)
Contoh 1:
Benang polyamide multifilamen diukur dengan teliti: diameter 1,72 mm, dengan panjang 10
meter = 1.000 cm, beratnya adalah 26,47 g.
Berapa densitas benang tersebut?
Densitas =
Luas = 3,14 X (0,086 cm) 2 = 0,023223 cm 2
Volume = 0,023223 cm 2x 1,000 cm = 23,223 cm 3
Densitas = = = 1,139
Contoh 1:
Benang polyamide multifilamen dengan panjang 10 meter ditimbang dengan teliti beratnya
adalah 22,50 g. Berapa Rtex benang tersebut?
10 m benang polyamide multifilamen = 22,50 g
untuk 1m benang polyamide multifilamen = 2,250 g atau
Rtex =
Rtex benang polyamide multifilamen = 1.000 x 2,25 = 2.250
14 dari 6
Bibliografi
[1] J.Prado & PY. Dremiere, Food and Agruculture Organization , Fisherman’s workbook
(Petunjuk Praktis Bagi Nelayan) halaman 7
[2] SNI ISO 1805:2010, Alat penangkap ikan berbahan jaring – Penentuan gaya putus dan
gaya putus simpul benang jaring
15 dari 6
Rancangan Standar Nasional Indonesia
1 dari 6
Daftar isi
i dari 6
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) Alat penangkapan ikan - Jaring tiga lapis aktif (sweeping
trammel net) / ciker, disusun dengan maksud untuk:
1. Menyeragamkan penamaan dan penyebutan jaring tiga lapis aktif (sweeping trammel
net) / ciker.
2. Menetapkan karakteristik, bentuk konstruksi, pengoperasian jaring tiga lapis aktif
(sweeping trammel net) / ciker.
3. Menyiapkan bahan acuan/pedoman dalam rangka standardisasi dan sertifikasi alat
penangkapan ikan.
Standar ini disusun oleh Komite Teknis 65-05 Produk Perikanan, Subkomite Teknis 65-05-
S1 Perikanan Tangkap. Standar ini dibahas melalui rapat teknis, rapat prakonsensus dan
terakhir dirumuskan dalam konsensus pada tanggal .................... di ........................... Dalam
pelaksanaan rapat teknis dan konsensus dihadiri oleh wakil dari produsen, konsumen,
pemerintah,akademisi, dan instansi lainnya yang terkait.
Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal ...... 201... sampai dengan ......
201.., dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.
ii dari 6
Pendahuluan
Jaring tiga lapis (trammel net) merupakan jaring puntal yang penggolongannya termasuk
jenis jaring insang (gill net). Jaring tiga lapis terdiri dari beberapa macam, yang dapat
dibedakan menurut penggunaan bahan dan spesies target tangkapan (sasaran tangkap).
Berdasarkan bahan yang digunakan, jaring tiga lapis terdiri dari 2 (dua) macam yaitu jaring
tiga lapis PA multifilament dan PA monofilament.
Menurut sasaran tangkap, jaring tiga lapis terdiri dari dua macam yaitu jaring tiga lapis udang
dan ikan. Sedangkan penamaannya diberikan, tergantung jenis spesies yang ditargetkan.
Pada saat ini jaring tiga lapis banyak dikembangkan untuk penangkapan udang.
Alat penangkap udang yang umum digunakan oleh nelayan ada 2 jenis yaitu pukat hela dan
trammel net. Berdasarkan Keppres Nomor 39 tahun 1980 dan Pemen KP No. 71/MEN-
KP/2016, penggunaan pukat hela udang dilarang diseluruh WPP-NRI. Sehingga alat
penangkap udang yang legal dan diperbolehkan adalah trammel net.
Metode pengoperasian jaring tiga lapis umumnya dilakukan secara pasif, yaitu dengan cara
menetap atau hanyut. Saat ini telah berkembang metode pengoperasian trammel net secara
aktif yaitu jaring tiga lapis aktif (sweeping trammel net) / ciker. Struktur dari jaring ini serupa
dengan jaring tiga lapis (trammel net), tetapi metode pengoperasian agak berbeda. Nelayan
di daerah Pangandaran, Kendal, bahkan Kalimantan Selatan juga melakukan metode
pengoperasian trammel net dengan cara diputar untuk kondisi tertentu, sedangkan di daerah
Cilacap nelayan dengan ukuran kapal > 5 GT, umumnya mengoperasikan trammel net
secara aktif yaitu diputar. Pengoperasian trammel net dengan cara diputar dimaksudkan
untuk meningkatkan efektifitas penangkapan udang.
Dalam kaitannya program standardisasi sarana penangkapan ikan, maka dipandang perlu
untuk dibuat pembakuan nilai elemen/unsur penting karakteristik jaring tiga lapis aktif
(sweeping trammel net) yang berguna untuk rancang bangun, kajian teknis dan acuan dalam
pembuatan standardisasi lanjutan, dengan tujuan meningkatkan mutu penangkapan ikan.
iii dari 6
Alat penangkapan ikan - jaring tiga lapis aktif (sweeping trammel net) / ciker
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan istilah dan definisi, klasifikasi, rancang bangun dan bentuk serta
pengoperasian jaring tiga lapis aktif (sweeping trammel net) / ciker.
2. Acuan Normatif
SNI 7277.8:2008 tentang istilah dan definisi bagian.8 jaring insang
3.1
jaring lapis dalam (inner net)
selapis jaring bermata kecil terletak ditengah diantara dua lapis jaring luar (outer net) yang
berfungsi menjerat/memuntal sasaran tangkap dengan membentuk kantong.
3.2
jaring lapis luar (outer net)
dua lapis jaring bermata besar terletak simetris diluar sisi jaring lapis dalam yang berfungsi
sebagai kerangka untuk mengendorkan/membuat kantong jaring lapis dalam.
3.3
serampat (selvadge)
jaring tambahan yang berfungsi untuk penguat pinggiran jaring dan untuk penggantungan tali
ris atas dan bawah
3.4
tali pelampung (float line)
seutas tali yang dipergunakan untuk menempatkan dan mengikatkan pelampung
3.5
tali ris atas (head rope)
seutas tali yang dipergunakan untuk menggantungkan tubuh jaring bagian atas
3.6
tali ris bawah (ground rope)
seutas tali yang dipergunakan untuk menggantungkan tubuh jaring bagian bawah
3.7
tali pemberat (sinker line)
seutas tali yang dipergunakan untuk menempatkan dan mengikatkan pemberat
3.8
pelampung (float)
benda yang mempunyai gaya apung dan dipasang pada jaring bagian atas berfungsi
sebagai pengapung jaring
1 dari 6
3.9
tubuh jaring (net body)
lembaran jaring yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring (mesh
size) yang merata atau sama/seragam
3.10
pemberat (sinker)
benda yang mempunyai daya tenggelam dan dipasang pada jaring bagian bawah, berfungsi
sebagai penenggelam jaring
3.11
tali jangkar
seutas tali yang dipasang pada jangkar
3.12
tali selambar
seutas tali yang dipasang pada ujung jaring dihubungkan ke pelampung tanda atau
perahu/kapal
3.13
jangkar
benda yang mempunyai massa jenis besar yang digunakan untuk mempertahankan posisi
benda tertentu (kapal, jaring, rumpon dan lain-lain) di laut
3.14
penggantungan (elongation)
pemasangan jaring pada tali ris, nilai penggantungan jaring adalah perbandingan antara
panjang jaring jadi terhadap panjang jaring awal (teregang)
4. Klasifikasi
Jaring tiga lapis (trammel net) termasuk dalam klasifikasi jaring insang dan puntal dengan
menggunakan singkatan dan berkode ISSCFG 07.5.0
5.2 Bentuk
Sketsa jaring tiga lapis aktif (sweeping trammel net) / ciker seperti pada lampiran A.
Karakteristik tiga lapis aktif (sweeping trammel net) / ciker adalah sebagai berikut:
2 dari 6
(PA multifilament) : d/3 – d/6
8. B per La : 30 gf /m - 50 grf/m
9. S per Lb : 40 gf /m - 100 grf/m
10. MS jaring dalam (inner net ) : 25,4 mm – 50,8 mm atau 1" – 2"
11. MS jaring luar (outer net) : 101,6 mm – 203,2 mm atau 4 inch – 8 inch
Keterangan:
1. E1 jaring dalam (inner net) : penggantungan jaring bagian dalam (inner net)
2. E2 jaring luar (outter net) : penggantungan jaring bagian luar (outter net)
3. La : Panjang tali ris atas
4. Lb : Panjang tali ris bawah
5. h jaring dalam (inner net) : tinggi jaring bagian dalam (inner net) terpasang
6. h jaring luar (outter net) : tinggi jaring bagian luar (outer net) terpasang
7. dt : diameter benang
8. B : gaya apung
9. S : gaya tenggelam
10. MS : ukuran mata jaring
6. Konstruksi
7. Pengoperasian
Jaring tiga lapis aktif (sweeping trammel net) / ciker dioperasikan di dasar perairan dengan
sasaran tangkap utamanya adalah udang. Operasi penangkapan dilakukan secara aktif yaitu
diputar. Udang sasaran tertangkap pada jaring tiga lapis aktif (sweeping trammel net) / ciker
dengan cara terjerat/terpuntal pada badan jaring. .
b. Pemutaran (sweeping);
- Kapal bergerak menarik tali selambar membuntuk semi lingkaran (1800) dan atau
lingkaran penuh (3600) sampai jaring benar-benar berubah arah.
- Kecepatan penarikan harus lebih pelan, kira-kira 1 jam 45 menit hingga 2 jam proses
pemutaran.
c. Penarikan (hauling);
- Penarikan diawali dari tali selambar yang terikat pada kapal, selanjutnya dilakukan
penarikan mulai dari tali selambar, pemberat, dan rangkaian jaring
- Penarikan jaring dapat menggunakan alat bantu penarik jaring (net hauler) atau tidak.
- Pada saat penarikan (hauling), kapal bergerak dengan kecepatan tertentu mengikuti
arah jaring dan mengikuti kecepatan penarikan jaring.
- Hasil tangkapan dilepas dari jaring, kemudian ditangani dengan baik.
4 dari 6
Lampiran A
Gambar A1. Sketsa gambar bentuk baku jaring tiga lapis trammel net
1
2
4
6
7
8
Keterangan:
1 : Tali pelampung
2 : Tali ris atas
3 : Jaring bagian luar (outer net)
4 : Jaring bagian dalam (inner net)
5 : Serampat atas
6 : Serampat bawah
7 : Tali ris bawah
8 : Tali pemberat
9 : Pelampung
10 : Pemberat
5 dari 6
Bilbiografi
International Standard Statistical Clasification Fishing Gear ISSCFG – FAO Roma, Italy 1971
Petunjuk Menggambar Desain Alat Tangkap Ikan – Balai Pengembangan Penangkapan Ikan
Semarang 1986
6 dari 6
RSNI
Rancangan Standar Nasional Indonesia
Sifat dan Karakteristik Alat Penangkap Ikan Menjelaskan tentang pengoperasian Alat
Penangkapan Ikan dan perilaku Ikan target tangkapan.
Pemahaman terhadap sifat dan karakteristik digunakan untuk pengaturan pengelolaan
dan penempatan alat penangkapan ikan dalam upaya mengoptimalkan kegiatan
penangkapan ikan supaya kegiatan penangkapan ikan dapat memperoleh target
penangkapan yang ditetapkan
Banyak unit alat bantu penangkapan mesin penarik jaring, namun di dalam kenyataannya
di lapangan banyak terdapat kapasitas, bentuk, dimensi, dan konstruksi serta peruntukan
ukuran kapalnya yang tidak seragam.
Untuk menjaga kekonsistenan ukuran, baik dimensi maupun kapasitas mesin serta
konstruksi, begitu pula mengenai peruntukan ukuran kapal yang akan dipasangi mesin
penarik, maka diperlukan bentuk dan konstruksi serta kapasitas yang relatif seragam,
walaupun dalam strata ukuran berbeda
Oleh karena mungkin masih terdapat perbedaan dalam bentuk, ukuran, kapasitas dan
konstruksi, serta peruntukan ukuran kapal yang tidak seragam. Untuk membuat
keseragaman pengertian tentang alat bantu penangkapan mesin penarik jaring Insang ,
maka perlu dibuat standard mesin penarik jaring Insang
Alat Penangkapan Ikan - Sifat dan Karakteristik Pengoperasian Alat Penangkapan Ikan
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan istilah dan definisi, sifat dan karakteristik pengoperasian Alat
Penangkapan Ikan dan perilaku Ikan target tangkapan.
2.1
Alat Penangkapan Ikan
Sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk
penangkapan ikan
2.2
Sifat Alat Penangkapan Ikan
Cara pengoperasiaan alat penangkapan ikan untuk mendapatkan ikan, Proses ikan
tertangkap yang disebabkan oleh pergerakan ikan atau alat penangkapan ikan yang
bergerak.
2.3
Karakteristik Alat Penangkapan Ikan
Cara penempatan alat tangkap yang disesuaikan dengan perilaku ikan, daerah migrasi
ikan dan ukuran ikan yang menjadi target penangkapan
2.4
Statis
Alat Penangkapan Ikan yang dipasang menetap dan direndam (soaking) dan tidak
dipindahkan dalam jangka waktu lama
2.5
Pasif
Alat Penangkapan Ikan yang dipasang menetap dan direndam (soaking) serta tidak
dipindahkan dalam jangka waktu singkat
2.6
Aktif
Alat Penangkapan Ikan yang dipasang aktif dan dioperasikan bergerak dengan cara
ditarik, dihela, didorong, dilempar dan dilingkarkan
2.7
Posisi Penempatan Alat Tangkap
Alat tangkap ditempatkan pada kolom air, permukaan air, dipertengahan air atau didasar
perairan sesuai dengan lapisan renang ikan dalam bermigrasi.
2.8
Lapisan renang (Swimming Layer)
Kolom air yang menjadi tempat pergerakan ikan sesuai perilaku dalam siklus hidup ikan.
Kolom air dibagi menjadi permukaan (surface layer), pertengahan (mid water layer),
dasar (bottom layer), dekat dasar (demersal).
2.9
Lama Perendaman (soaking)
Periode waktu alat penangkapan ikan berada di dalam air yang dihitung setelah setting
sampai menjelang hauling.
2.10
Migrasi ikan target penangkapan
Ikan bermigrasi dengan cara bergerombol, soliter, terdiri dari highly migratory, straddling,
sedentary, anadroumus, dan katadromus.
2.11
Highly Migratory
Ruaya ikan yang pergerakannya jauh dan antar benua selama satu siklus kehidupan,
seperti perairan samudera di daerah tropis dan subtropis
2.12
Stradding
Ruaya ikan yang pergerakannya menengah melintas batas wilayah dalam satu ekosistem
yang sama selama satu siklus kehidupan, seperti perairan dangkal
2.13
Sedentary
Ruaya ikan yang pergerakannya Sangat terbatas selama satu siklus kehidupan, seperti
pada ekosistem mangrove, karang, padang lamun
2.14
Anadromus
Ruaya ikan yang pergerakannya dari laut ke darat untuk memijah selama satu siklus
kehidupan. Contoh Ikan Salmon
2.15
Katadromus
Ruaya ikan yang pergerakannya dari darat ke laut untuk memijah selama satu siklus
kehidupan. Contoh Ikan Sidat
2.16
Gerombolan (Schooling)
Ikan yang bergerak bersama dalam jumlah yang besar, biasanya ukuran dan kelompok
umur yang sama
2.17
Soliter
ikan yang perilaku hidupnya bergerak sendiri-sendiri
2.18
Ukuran ikan target penangkapan
Ukuran ikan yang diperbolehkan ditangkap untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan
kelestarian sumber daya ikan. Ukuran target berdasarkan ukuran ikan yang telah
memijah
2.18
Cara ikan tertangkap
Alat Penangkapan Ikan menangkap dengan cara terkurung,terjerat,terpuntal,tertancap
dan terkait.
2.19
Terjerat (Gilled)
Ikan tertangkap karena insang ikan terjerat pada Alat Penangkapan Ikan
2.20
Terpuntal (Entangled)
Ikan tertangkap karena sirip ikan terlilit dan terpuntal pada Alat Penangkapan Ikan
2.21
Terkurung
Ikan tertangkap karena ikan tergiring masuk dan terjebak serta tidak dapat keluar dari
area Alat Penangkapan Ikan
Prado, J and Dreemieri, 1990 Fishermans Work Book, Fishing Newbook, Food and
Agriculture Organization, Ifremer, Sete – France
Syahasta D.G. 2012. Sistem Kontrol Listrik Pada Kapal Ikan (Modul Pelatihan), Balai
Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Syahasta Dwinanta G, 2012, Petunjuk Teknis Alat Bantu Mesin Penangkapan , Balai
Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
SNI 7277.1-2008 : Istilah dan definisi sarana penangkapan ikan
SNI 7277.13-2008 : Istilah dan definisi alat bantu penangkapan ikan
Catatan :
1. SNI ini targetnya untuk pabrik net hauler
2. Parameter penting yang harus diatur agar net hauller tidak merusak jaring
3. Berdasarkan buku-buku, yang harus diatur adalah kecepatan tarik dan kekuatan
tarik.
4. Terkait dengan ukuran dan panjang jaring Insang
5. Gillnet diubah jaring insang
Rancangan Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan judul Alat penangkapan ikan – Benang jaring ikan
bahan polyamide (PA) monofilamen, merupakan standar baru. Standar ini dimaksudkan
untuk mendapatkan produk yang bermutu dan melindungi konsumen maupun produsen.
Penyusunan SNI ini didukung oleh data hasil pengujian dari berbagai macam produk benang
jaring ikan bahan polyamide (PA) monofilamen yang diperoleh dari pasar maupun industri
yang memproduksi.
Standar ini disusun oleh Sub Komite Teknis 65-05 S1, Perikanan Tangkap. Standar ini telah
dibahas dan disetujui dalam rapat konsensus nasional di ……………….. pada tanggal …….
Konsensus ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait, yaitu
perwakilan dari produsen, konsumen, pakar dan pemerintah.
Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal ……………………… sampai
dengan …………, dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.
Alat penangkapan ikan – kekuatan putus jaring penangkapan ikan
monofilamen bahan polyamide (PA)
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan kekuatan putus jaring serat sintetis polyamide (PA) monofilamen
untuk alat penangkapan ikan.
2. Acuan normatif
Dokumen acuan berikut sangat diperlukan untuk penggunaan dokumen ini. Untuk acuan
bertanggal hanya edisi yang disebutkan yang berlaku. Untuk acuan tidak bertanggal, acuan
dengan edisi terakhir yang digunakan (termasuk semua amandemennya) yang berlaku.
SNI ISO 1806:2010, Alat penangkap ikan berbahan jaring – Penentuan gaya putus mata
jaring
SNI... Alat penangkapan ikan - cara pengujian densitas dan resultan benang penangkapan
ikan (RSNI 2016)
3.1
benang penangkapan ikan
benang yang digunakan sebagai tali pancing ikan, bahan pembuatan jaring dan benang
untuk merangkai jaring.
3.2
jaring penangkapan ikan
jaring yang digunakan sebagai alat penangkapan ikan
3.3
benang monofilamen
benang yang terbentuk dari satu serat
3.4
tex
Berat serat tunggal (single yarn) dalam gram pada setiap 1.000 meter
3.5
resultan tex (Rtex)
Berat benang dalam gram pada setiap 1.000 meter, besar Rtex benang monofilamen sama
dengan tex
3.6
denier
Berat serat tunggal (single yarn) dalam gram pada setiap 9.000 meter
3.7
resultan denier (Rd)
Berat benang dalam gram pada setiap 9.000 meter, besar Rd benang monofilamen sama
dengan denier
3.8
densitas benang
massa benang dalam setiap satuan volume (gram/cm3)
3.9
diameter benang
garis lurus melalui titik tengah lingkaran benang dari satu sisi ke sisi lainnya.
3.10
Kekuatan putus
Beban statis maksimum yang dapat ditahan bahan sebelum putus, disebut juga gaya tahan
putus atau breaking strength (FAO halaman 7)
3.11
Kemuluran (elongation)
Penambahan panjang bahan yang ditarik sampai pada saat sebelum putus
4. Syarat mutu
Persyaratan mutu untuk kekuatan jaring penangkapan ikan bahan polyamide (PA)
monofilamen tercantum pada Tabel 1
5. Cara pengujian
Pengujian dilakukan dengan peralatan yang sesuai ketentuan.
5.1 Diameter
Diameter benang ditentukan sesuai dengan SNI... Alat penangkapan ikan - cara pengujian
densitas dan resultan benang penangkapan ikan (RSNI)
Sumber: Petunjuk praktis bagi nelayan (Fisherman’s Workbook), Food and Agrriculture Organization
(FAO) halaman 17
Rancangan Standar Nasional Indonesia
1
Daftar isi
2
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) Alat penangkapan ikan - Jala jatuh cumi berkapal (cast net)
merupakan bentuk baku konstruksi Jala jatuh cumi berkapal (cast net). Revisi ini dimaksud
untuk dapat digunakan untuk:
1. Menyeragamkan penamaan atau penyebutan Jala jatuh cumi berkapal (cast net).
2. Menetapkan karakteristik, bentuk konstruksi, pengoperasian Jala jatuh cumi berkapal
(cast net)
3. Bahan acuan/pedoman dalam rangka pelestarian sumberdaya ikan.
Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 65-05 Produk Perikanan, Subpanitia Teknis 65-05-S1
Perikanan Tangkap. Standar ini dibahas melalui rapat teknis, rapat prakonsensus dan
terakhir dirumuskan dalam konsensus pada tanggal .................... di ........................... Dalam
pelaksanaan rapat teknis dan konsensus dihadiri oleh wakil dari produsen, konsumen,
pemerintah,akademisi, dan instansi lainnya yang terkait.
Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal ...... 201... sampai dengan ......
201.., dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.
3
Pendahuluan
Jala jatuh cumi berkapal (cast net) tergolong dalam jenis alat yang dijatuhkan (falling gears).
Alat penangkap ikan yang terbuat dari jaring berbentuk kerucut, pada bagian bawah
dilengkapi pemberat dan cincin yang dilengkapi dengan tali kerut.
Pengoperasian Jala jatuh cumi berkapal (cast net) dengan cara menjatuhkan/menebarkan pada
suatu perairan dimana target sasaran tangkapan berada, dilanjutkan dengan menarik tali
kerut pada bagian bawah jala. Cast net dioperasikan dengan alat bantu penangkapan
berupa lampu penarik ikan.
Target utama tangkapan adalah cumi-cumi, namun dapat digunakan juga untuk menangkap
ikan-ikan pelagis kecil (layang, lemuru, bawal hitam, dll).
4
Alat penangkapan ikan - Jala jatuh cumi berkapal (cast net)
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan istilah dan definisi, Bentuk baku konstruksi, metoda operasi, dan
target tangkapan Jala jatuh cumi berkapal (cast net).
2.1
Srampat
lembaran jaring yang terpasang di tubuh jaring berfungsi sebagai penguat tubuh jaring
2.2
Badan jaring
lembaran jaring dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang merata atau sama/seragam
2.1
Kantong
bagian jaring yang terletak diujung badan jaring dengan ukuran benang lebih besar
2.2
tali ris
seutas tali yang dipergunakan untuk menggantungkan tubuh jaring
2.3
tali kantong
seutas tali yang terletak di bagian kantong yang berfungsi untuk membuka dan menutup
kantong
2.4
tali kerut
seutas tali yang berada dalam cincin dan dipergunakan untuk mengerutkan badan jaring
2.5
tali bentang jaring
seutas tali yang digunakan untuk menarik dan membentangkan jaring pada palang rentang
(Boom)
2.6
cincin
benda yang berbentuk lingkaran yang berisi tali untuk mengerutkan badan jaring
2.7
pemberat
benda yang mempunyai daya tenggelam dan dipasang pada jaring bagian bawah, berfungsi
sebagai penenggelam jaring
2.8
palang rentang (boom)
pipa besi dengan panjang dan diameter tertentu yang berfungsi untuk membantu
pengoperasian
5
3. Klasifikasi
Jala jatuh cumi berkapal (cast net) termasuk dalam klasifikasi Alat yang dijatuhkan (falling
gear) dengan menggunakan singkatan FG dan berkode ISSCFG 06.9.0
4.2 Bentuk
Standar bentuk baku Jala jatuh cumi berkapal (cast net)
I. WEBBING
a. Srampat MS 3” PE d/45
b. Badan MS 1” PE d/9 2700 x 200 mata
MS 1” PE d/6 2400 x 100 mata
MS 1” PE d/6 2100 x 100 mata
MS 1” PE d/6 1800 x 100 mata
MS 1” PE d/6 1200 x 100 mata
MS 1” PE d/6 900 x 100 mata
c. Kantong MS 1” PE d/9 300 x 100 mata
II. TALI TEMALI (Rope)
a. Tali ris 2 x PE Ø 12 mm
b. Tali kantong 1 x PE Ø 12 mm
c. Tali kerut 1 x Tali rami Ø 26 mm Panjang 80 meter
d. Tali bentang jaring 2 x Tali rami Ø 26 mm Panjang 20 meter
III. PERLENGKAPAN
a. Cincin Kuningan Ø 4” 80 buah
b. Pemberat Pb 330 gr (1 kg = 3 buah Pb) 1440 buah
Pengoperasian jaring cumi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu persiapan, setting dan hauling.
Metode pengoperasian jaring cumi sebagai berikut :
Persiapan
Tahap persiapan adalah menentukan fishing ground oleh nakhoda yang juga merangkap
sebagai fishing master. Kemudian menentukan alur pelayaran menuju fishing ground
menggunakan GPS. Lama perjalanan menuju fishing ground yaitu 2 - 3 hari, bergantung
pada jarak fishing ground yang dituju.
6
Setting
Setting dilakukan setelah sampai di fishing ground, dimulai berlabuh jangkar dan atau drifting
dengan jangkar parasut. Selanjutnya membentangkan rig atau tiang melintang yang terdapat
pada sisi kanan kapal dan mengatur tali temali pada jaring. Kemudian semua lampu yang
terdapat di sisi kiri dan kanan kapal dinyalakan untuk menarik perhatian cumi-cumi karena
cumi-cumi bersifat phototaxis positif. Kemudian ditunggu sampai cumi-cumi naik ke
permukaan dan mendekat ke kapal. Proses setting dilakukan pada sore hari sebelum gelap
dan berlangsung kira-kira selama 30 menit.
Hauling
Proses hauling mulai dilakukan ketika cumi-cumi sudah mendekat ke permukaan. Jaring
dibentangkan dengan menarik tali yang sudah diikat di ujung jaring. Dengan menggunakan
gardan jaring ditarik hingga kedua ujung rig/boom. Jaring terdapat pin pengunci untuk
menahan posisi jaring tetap menggantung dan dapat diratik untuk melepaskan/menjatuhkan
jaring ke dalam air. Selanjutnya Satu per satu lampu dimatikan sampai hanya tinggal satu
lampu yang menyala, yaitu lampu mercury yang dilengkapi dengan dimmer. Lampu tersebut
ini membuat cumi-cumi semakin terkonsentrasi pada salah satu sisi kapal yang terdapat
jaring diatasnya. Setelah itu jaring diturunkan secara serentak dengan aba-aba dari
nakhoda. Tali pin pengunci ditarik dan jaring turun kedalam air. Setelah jaring mencapai 1/3
dasar perairan, tali kolor ditarik menggunakan gardan. Setelah penarikan mencapai kantong
jaring, secara manual kantor jaring ditarik oleh ABK. Tali kantong dibuka dan ikan hasil
tangkapan ditumpahkan diatas dek kapal. Begitu seterusnya operasi penangkapan cumi-
cumi dilakukan berulang-ulang, dari malam hingga menjelang pagi hari. Dalam satu malam
dapat dilakukan 8-10 kali setting – hauling.
7
Lampiran A Sketsa gambar bentuk baku Jala jatuh cumi berkapal (cast net)
8
9
IV.WEBBING
a. Srampat MS 3” PE d/45
b. Badan MS 1” PE d/9 2700 x 200 mata
MS 1” PE d/6 2400 x 100 mata
MS 1” PE d/6 2100 x 100 mata
MS 1” PE d/6 1800 x 100 mata
MS 1” PE d/6 1200 x 100 mata
MS 1” PE d/6 900 x 100 mata
c. Kantong MS 1” PE d/9 300 x 100 mata
V. TALI TEMALI (Rope)
a. Tali ris 2 x PE Ø 12 mm
b. Tali kantong 1 x PE Ø 12 mm
c. Tali kerut 1 x Tali rami Ø 26 mm Panjang 80 meter
d. Tali bentang jaring 2 x Tali rami Ø 26 mm Panjang 20 meter
VI. PERLENGKAPAN
a. Cincin Kuningan Ø 4” 80 buah
b. Pemberat Pb 330 gr (1 kg = 3 buah Pb) 1440 buah
GAYA
BERAT
GAYA TENGGE
NO CAST NET JUMLAH DIUDARA
APUNG (kgf) LAM
(kg)
(kgf)
I WEBBING: 0.08
PE d/24 MS 4 Inci 0,16 pis 5.5 0.44
PE d/18 MS 3 Inci 0,50 pis 5.1 0.408
PE d/15 MS 1,5 Inci 0,55 pis 4.5 0.36
PE d/12 MS 1,25
2,00 pis 4
Inci 0.32
PE d/9 MS 1 Inci 0,30 pis 3.5 0.28
PE d/15 MS 1 Inci 2,00 pis 2.8 0.224
10
Tali Kerut ø 16 mm 100 meter 12.03 0.9624
IV CINCIN 0.9
TIMAH @ 500 gr 60 buah 30 27
Bilbiografi
11
RSNI 1…………
1
Daftar isi
Lampiran A ...................................................................................................................... 6
Bibliografi ........................................................................................................................ 7
i
Prakata
Bentuk baku pukat labuh (long bag set net) ini disusun dengan maksud untuk:
1. Membuat pembakuan istilah dan definisi pukat labuh (long bag set net)
2. Menyeragamkan penamaan atau penyebutan pukat labuh (long bag set net)
3. Menyiapkan bahan acuan/pedoman dalam rangka standardisasi dan sertifikasi usaha
penangkapan ikan.
Bentuk baku pukat labuh (long bag set net) ini disusun oleh Panitia Teknis 65-05; Produk
Perikanan, Subpanitia Teknis 65-05.S1: Perikanan Tangkap dan telah dibahas melalui rapat
teknis pada tanggal 26 s/d 29 November 2007 di hotel Pardede puncak, Bogor, yang dalam
pelaksanaannya, dihadiri oleh anggota subpanitia teknis.
Berkaitan dengan penyusunan rancangan standar nasional indonesia ini, maka aturan-
aturan yang dijadikan dasar atau pedoman adalah :
1. Undang-undang no. 31 tahun 2004 tentang perikanan
2. Peraturan menteri kelautan dan perikanan Nomor : PER.12/MEN/2009 tentang
Perubahan terhadap Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
PER.05/MEN/2008
ii
Pendahuluan
Dalam rangka standarisasi tahap selanjutnya sangat diperlukan adanya unsur penilaian
kesesuaian yang terdiri dari standar bentuk dan konstruksi, standar bahan dan kelengkapan
serta standar pengujian alat penangkap ikan.
Untuk menentukan standar bentuk, konstruksi dan kelengkapan serta pengujian alat
penangkap ikan, perlu adanya standar istilah definisi untuk membuat acuan standar istilah
dan definisi sarana penangkapan ikan baik dari studi lapang maupun studi pustaka/ literatur.
iii
Bentuk baku pukat labuh
1 Ruang lingkup
2 Acuan normatif
SNI 7277.10:2008 Istilah dan definisi – bagian 10: Alat perangkap ikan
3.1
perangkap ikan
alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring, dan atau besi, kayu, bambu, berbentuk
silinder, trapesium dan bentuk lainnya dioperasikan secara pasif pada dasar atau permukaan
perairan, dilengkapi atau tanpa umpan
3.2
perangkap ikan jaring berbentuk kerucut (stow net)
perangkap yang dioperasikan menghadang arus pada perairan yang berarus kuat, jaring
berbentuk kerucut atau piramid tanpa penaju dan dipasang dengan bantuan jangkar atau
tiang, mulut jaring terbuka dengan bantuan rangka atau tali temali
3.3
pukat labuh
perangkap ikan yang dibuat dari jaring berbentuk kerucut berkantong panjang, yang memiliki
sayap dan menggunakan jangkar pada satu atau dua ujung sayap yang dioperasikan
menghadang arus pada perairan berarus kuat
3.4
bentuk baku pukat labuh
perbandingan komponen bagian-bagian pukat ke arah melintang dan memanjang
1
4 Klasifikasi
6.1
Pengoperasian pukat labuh
Pukat labuh dioperasikan pada perairan yang mempunyai kondisi pasang surut tinggi dan
arus kuat, dengan cara menempatkan 2 (dua) buah jangkar yang dihubungkan pada kedua
sayap pukat labuh dan posisi mulut jaring menghadang arah arus
6.2
Pemasangan pukat labuh
Pemasangan dilakukan setelah menemukan kondisi perairan yang berarus kuat, dengan
menurunkan pukat dari belakang kapal berturut-turut mulai dari : jangkar pertama, sayap,
badan, kantong, sayap, kemudian kapal bergerak kesamping sambil memperhatikan
pergerakan arus sampai kedudukan mulut pukat menghadang arah arus kemudian jangkar
2
kedua diturunkan. Jika arah arus berubah maka salah satu jangkar diangkat dan kapal
bergerak untuk meletakkan posisi mulut pukat labuh menghadang arus kemudian jangkar
diturunkan kembali.
6.3
Pengambilan hasil tangkap pukat labuh
Pengambilan hasil tangkapan pukat labuh dilakukan pada saat menjelang arus berhenti,
dengan cara mengangkat kantong kemudian menumpahkan hasil tangkapan di dek kapal
3
Lampiran A
(normatif)
Spesifikasi teknis pukat labuh
Pukat labuh 1
Pukat labuh 2
Pukat labuh 3
4
Lampiran B
(normatif)
5
Catatan : beri keterangan simbol-simbol (seperti pada SNI bentuk baku pukat hela ganda
udang)
6
Gambar B.2 Ilustrasi rangkaian pukat labuh
9
Bibliografi
10
tahun 2018
SEKSI TATA KELOLA SUMBER DAYA IKAN ZEEI DAN LAUT LEPAS 93
SEKSI KELEMBAGAAN 94
SUBBAGIAN PERENCANAAN 92
SUBBAGIAN KEUANGAN 98
SUBBAGIAN UMUM 96
SEKSI KESYAHBANDARAN 95
SUBBAGIAN KEUANGAN 97
SUBBAGIAN UMUM 95
SEKSI KESYAHBANDARAN 95
SUBBAGIAN KEUANGAN 94
SUBBAGIAN UMUM 95
SEKSI KESYAHBANDARAN 95
SUBBAGIAN KEUANGAN 93
SUBBAGIAN UMUM 94
SEKSI KESYAHBANDARAN 92
SUBBAGIAN KEUANGAN 94
SUBBAGIAN UMUM 97
SEKSI KESYAHBANDARAN 97
SUBBAGIAN KEUANGAN 95
SUBBAGIAN UMUM 95
SEKSI KESYAHBANDARAN 96
SUBBAGIAN KEUANGAN 95
SUBBAGIAN UMUM 95
SEKSI KESYAHBANDARAN 97
SEKSI KESYAHBANDARAN 96
SEKSI KESYAHBANDARAN 96
SEKSI KESYAHBANDARAN 91
SEKSI KESYAHBANDARAN 97
SEKSI KESYAHBANDARAN 95
SEKSI KESYAHBANDARAN 94
SEKSI KESYAHBANDARAN 95
SEKSI KESYAHBANDARAN 97
SEKSI KESYAHBANDARAN 98
SEKSI KESYAHBANDARAN 89
SEKSI KESYAHBANDARAN 90
SEKSI KESYAHBANDARAN 95
SEKSI KESYAHBANDARAN 97
SEKSI KESYAHBANDARAN 94