Anda di halaman 1dari 4

Pentingnya Menjalin Komunikasi di

Masa Pandemi

“Sejauh ini, pemerintah mengumumkan penambahan pasien sembuh ada 3.563,


total ada 360.705 orang dinyatakan sembuh. Sedangkan untuk pasien yang
meninggal dunia ada 94 orang, sehingga total menjadi 14.442 orang.....”.

Reina menghela nafas setelah mendengar berita itu di televisi. Lagi-lagi


kasus Covid-19 di Indonesia bertambah banyak. Ia pun mematikan televisi dan
beranjak ke kamar untuk sekedar berbaring dan bermalas-malasan. Reina
memainkan ponselnya. “Huft.. rasanya sangat hampa. Kapan ya pandemi ini akan
berakhir? Lama-lama aku bisa stres hanya karena memikirkannya”. Keluh Reina.
Ia mencoba menghubungi temannya hanya untuk sekedar berbagi kabar karena
sudah lama sejak ia menghubungi temannya terakhir kali. Reina berniat mengajak
temannya untuk datang ke rumahnya untuk melakukan agenda seperti yang biasa
mereka lakukan. Ia membuka obrolan grup yang di dalamnya terdapat 2 orang
teman dekatnya.

[BESTIE]

Anda

Guys, ke
rumah yuk

Riska

Duh, maaf Rei.. aku gak diizinin keluar sama mama

Anda

Yahh.. Yaudah deh gapapa. Regina kemana nih? Kok gak muncul sih..

Riska
Kayaknya Regina juga gak bisa. Soalnya dari kemarin aku hubungin gak aktif

Anda

Oh gitu ya, lain kali aja ya Ris!

Reina meletakkan ponsel miliknya sembarang lalu berbaring terlentang di


atas kasur sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia sebenarnya sudah jenuh
berdiam diri di rumah tanpa melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan, terlebih hari
ini adalah hari Maulid Nabi dan pembelajaran diliburkan. Ponsel yang ia letakkan
di nakas berdering cukup lama. Ketika ia memeriksa ponselnya, ternyata
sekumpulan notifikasi tersebut berasal dari e-mail. “Astaga! Kenapa aku bisa
lupa?” Ia segera beranjak dari tempat tidur dan membuka laptop lalu mengerjakan
tugas.

Ketika Reina sedang asyik mengerjakan tugas, Ibunya mengetuk pintu


kamar Reina dan mengintip sedikit. “Rei, lagi apa?” tanya Ibu. Reina menjawab
“Lagi ngerjain tugas, bentar lagi beres sih. Emangnya ada apa ma?”. “Yaudah
beresin dulu gih, nanti kalau udah ke bawah ya” ujar Ibu lembut sambil tersenyum
ke arah Reina. “Oke, ma..” sahut Reina.

Setelah menyelesaikann tugasnya, Reina turun ke bawah untuk menemui


ibunya yang sedang menyesap segelas teh. Reina menghampiri ibunya dengan
keadaan lesu. “Anak mama kok lesu gitu sih, cape banget ya?” Ibu mengelus kepala
Reina yang memeluknya dari samping. “Iya nih ma, Reina jenuh banget. Mana
masih ada tugas lagi pas libur gini. Terus tau gak ma? Tadi kan aku ngajak temen
ke rumah, tapi mereka nolak ajakan aku, padahal kan liburnya lumayan lama”.
“Reina sayang, kamu harus bisa mengerti keadaan sekarang. Kita kan lagi
menghadapi pandemi, jadi kita harus diam dirumah”. Sang ibu melihat ekspresi
kecewa putrinya yang bersedih. “Oh iya nak, tadi mama beres-beres gudang terus
mama nemuin buku resep masakan yang dikasih nenek kamu. Gimana kalau kita
belajar masak aja?”. Raut muka Reina pun berbinar. “Boleh banget ma! Sebenernya
aku udah lama mau belajar masak sama, tapi kelupaan terus” kekeh Reina usil.

Mereka bergegas pergi ke dapur dan memeriksa bahan-bahan yang dapat


digunakan. Reina membolak-balik halaman pada buku resep itu dan menemukan
satu makanan yang terlihat menarik perhatiannya. “Ma, kita buat ini yuk!
Keliatannya enak deh.” Reina sangat antusias menunjukannya kepada sang Ibu.
“Wah, boleh tuh. Mama dulu pertama kali masak ini.” jawab ibu. Mereka pun mulai
memasak menu yang dipilih oleh Reina, yaitu putri ayu. Terlihat jelas dari raut
wajah Reina yang amat sangat bahagia. Tak terasa 2 jam berlalu, akhirnya putri ayu
yang dibuat oleh Reina dan Ibunya selesai. Mereka menyusun makanan tersebut di
atas piring dan diberi parutan kelapa.

Reina memanggil ayahnya yang sedang membaca koran. “Wah, ada apa
nih? Kayaknya ayah mencium aroma sedap disini.” tanya sang ayah sambil duduk
dan melihat wajah putrinya yang sangat gembira. “Coba tebak apa yang baru aku
bikin?” Ayah mencoba menebak namun tebakannya tidak ada yang benar. “Ya udah
deh, bentar ya!” Reina pergi mengambil makanan dan mengajak ibunya yang
sedang membereskan dapur lalu mengikuti Reina dari belakang. “KEJUTAN!”ujar
Reina sambil memegang piring berisi putri ayu. “Wow, siapa nih yang
masak?keliatan enak.” “Jadi tadi mama ngajarin Rei masak, dan jadilah menu ini
hehe.”jawab Reina. “Ayah cobain dong, dijamin enak deh!” Ayah mencoba
masakan Reina dan Ibunya “Enak banget, ayah suka. Rei hebat ya sekarang udah
bisa nandinigin masakan ibu” kata ayah sambil mengusak rambut Reina.”Nah mulai
sekarang, kalau Rei ngerasa jenuh cerita aja ke mama atau ke ayah dan kita bakal
melakukan yang Reina suka, okey?”nasihat ibu kepada Reina.
Nama saya Fathan Tsani Mahardhika Ramadhani. Saya lahir di
Bandung, 17 Desember 2000. Saat ini, saya merupkan mahasiswa Jurusan Farmasi
di Poltekkes Kemenkes Bandung.

Anda mungkin juga menyukai