Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia
termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang
terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan
dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan
makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok,
minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang
disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit
ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai
penyebab berbagai penyakit non infeksi. Hal ini berarti juga menjadi
indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit non infeksi,
yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih
mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas
tentang hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah
sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan
tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg.
            Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa
melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa terkena hipertensi dan
biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat
mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak,
jantung,ginjal,aorta,pembulu darah perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di
segala bidang perlu memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat
untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler,
penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih
dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke

1
atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah.
Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau
saat periksa ke dokter.

B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan keluarga ?
2. Apakah yang dimaksud hipertensi
3. Bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga tentang hipertensi ?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori keluarga


1. Defenisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga
2. Struktur keluarga
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ayah.
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau
istri.
3. Ciri – ciri struktur keluarga

3
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan
antara anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan
fungsi dan tugasnya masing-masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
4. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan
karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman,
tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu)
dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan)
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang

4
bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga
pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang
dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi,
televisi, telpon, dll)
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti :
perceraian atau ditinggal mati
l. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah
m. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
n. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok /
membesarkan anak bersama
o. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan
p. Gay and lesbian families

5
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
q. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu
r. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu
dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan
membesarkan anaknya
s. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya
t. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya
u. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
v. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan
dan kriminal dalam kehidupannya.

5. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga


a. Pasangan baru (keluarga baru)

6
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-
laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan
yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-
masing :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
4) Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari
kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut
damapi anak pertama berusia 30 bulan :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam
maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan
sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
(tahap yang paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak

d. Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia
enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya
keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehingga keluarga sangat sibuk :
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan
lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang
semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga

e. Keluarga dengan anak remaja


Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat
anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan
rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam

8
keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu
pasangan meninggal :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
teman sebaya dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada
saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu
pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling
merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat
5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

B. Tinjauan teori hipertensi


1. Defenisi

9
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis
(dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit
diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di
mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka
waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga
bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.        
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik),
angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan
sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi
pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua
lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain. Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita
hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi
sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan
pasti penyebabnya, data-data 12 penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
2. Etiologi
a. Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup
masa kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu
berbagai penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung
dan hipertensi. Gaya hidup modern cenderung membuat

10
berkurangnya aktivitas fisik (olah raga). Konsumsi alkohol tinggi,
minum kopi, merokok. Semua perilaku tersebut merupakan
memicu naiknya tekanan darah.
b. Pola makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan
cairan dan mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya
berlebihan, tekanan darah akan meningkat akibat adanya retensi
cairan dan bertambahnya volume darah. Kelebihan natrium
diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan instan yang telah
menggantikan bahan makanan yang segar. Gaya hidup serba cepat
menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi
makanan. Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat
pengawet seperti natrium berzoate dan penyedap rasa seperti
monosodium glutamate (MSG). Jenis makanan yang mengandung
zat tersebut apabila dikonsumsi secara terus menerus akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah karena adanya natrium
yang berlebihan di dalam tubuh.
c. Obesitas
Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat
membuangnya melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat,
karena kurang minum air putih, berat badan berlebihan, kurang
gerak atau ada keturunan hipertensi maupun diabetes mellitus.
Berat badan yang berlebih akan membuat aktifitas fisik menjadi
berkurang. Akibatnya jantung bekerja lebih keras untuk memompa
darah. Obesitas dapat ditentukan dari hasil indeks massa tubuh
(IMT).
d. Ras
Suku yang berkulit hitam lebih cenderung terkena hipertensi
e. Genetik
Hipertensi merupakan penyakit keturunan, apabila salah satu
orang tuanya hipertensi maka keturunannya memiliki resiko 25%

11
terkena hipertesi, tetapi bila kedua orang tuanya menderita
hipertensi maka 60 % keturunannya menderita hipertensi.
f. Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin
bertambah usia seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin
meningkat. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan – perubahan pada , elastisitas dinding
aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
g. Jenis kelamin
Laki-laki cenderung lebih sering terkena penyakit hipertensi.
h. Ginjal (Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor)
i. Vaskular (Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol ,Vaskulitis)
j. Kelainan endokrin (Diabetik Melitus, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme)
k. Saraf (Stroke, Ensepalitis,SGB)
l. Obat – obatan (Kontrasepsi oral, Kortikosteroid)
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

12
melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf
pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukkan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi
pada lanjut usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah yang menyebabkan penurunan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar
mengalami penurunan kemampuan dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer
4. Manifestasi klinis

13
a. Pusing
b. muka merah
c. sakit kepala
d. keluar darah dari hidung secara tiba-tiba
e. tengkuk terasa pegal
f. kerusakan ginjal
g. pendarahan pada selaput bening (retina mata)
h. pecahnya pembuluh darah di otak
i. kelumpuhan.
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis :
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan
BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan
penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron
dalam plasma
2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis :
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulakn intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
6. Pemeriksaan penunjang

14
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiofaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasikonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme
primer (penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat
mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24
jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila
hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
resiko terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar
renin dapat juga meningkat.

15
m.IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

7. Komplikasi
a. Stroke Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global
akut, lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak
dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke
dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan
oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh
oklusi fokal pembuluh darah yang menyebabkan turunnya suplai
oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi Stroke
dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma
b. Infark miokardium Infark miokard dapat terjadi apabila arteri
koroner yang arterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menyumbat aliran
darah melalui pembuluh tersebut. Akibat hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi dapat menimbulkan

16
perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan
c. Gagal ginjal Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan
ginjal yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah
satunya pada bagian 25 yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme
terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena
penimbunan garam dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron
(RAA). hipertensi berisiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian gagal
ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami
hipertensi
d. Ensefalopati (kerusakan otak) Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat
terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat
cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang
intersitium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron
disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan
tak jarang juga koma serta kematian mendadak. Keterikatan antara
kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali
terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan orang yang tidak
menderita hipertensi

17
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Umum klien yaitu meliputi nama kepala keluarga, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, usia, pekerjaan, alamat,dan komposisi keluarga
2. Genogram yaitu menggambarkan silsila keluarga nya sebanyak 3 turuan
3. Tipe keluarga yaitu menjelaskan tentang tipe keluarga yang dikaji
4. Suku bangsa yaitu mengkaji suku bangsa keluarga
5. Agama yaitu mengkaji agama yang dianut keluarga
6. Status sosial ekonomi kelurga yaitu mengkaji bagaimana sosial
ekonomi seperti penghasilan dalam keluarga
7. Aktivitas rekreasi keluarga yaitu mengkaji aktivitas rekreasi keluarga
baik dalam rumah maupun di luar rumah
8. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga meliputi tahap
perkembanga keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, dan riwayat keluarga
sebelumnya
9. Mengkaji Lingkungan yang meliputi karakteristik Rumah, karekteristik
tetangga, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga, interaksi
dengan masyarakat dan sistem pendukung keluarga
10. Mengkaji Struktur keluarga meliputi pola komunikasi keluarga, struktur
kekuatan keluarga, struktur peran, nilai dan norma keluarga
11. Mengkaji Fungsi keluarga yang meliputi fungsi afektif, fungsi sosial,
fungsi perawatan kesehatan, fungsi reproduksi dan fungsi ekonomi
12. Mengkaji Stress dan Koping Keluarga meliputi stressor jangka pendek,
stressor jangka panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap
masalah, strategi koping yang digunakan, dan strategi adaptasi
disfungsional
13. Mengkaji tentang Harapan Keluarga
14. Mengkaji hasil Pemeriksaan fisik dari masing masing anggota keluarga

18
B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah masalah penyakit
hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam
melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana
kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan kurang
pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan
3. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan kesehatan keluarga
berhubungan dengan tidak dapat melihat keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan serta ketidaktahuan tentang usaha pencegahan
penyakit hipertensi
4. Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada dimasyarakat guna
memelihara kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
klien dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan seperti JPS, dana
sehat dan tidak memahami manfaatnya
5. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagian salah satu
penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan cara pengaturan diet yang benar
6. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi
penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang benar
7. Ketidakmampuan meyediakan makanan rendah garam bagi penderita
hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan
sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang bnayak mengandung
garam

19
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

            Ny.S (45th) istri dari Tn.A (50th) mempunyai dua orang anak An. Z (13
th)  seorang laki-laki bersekolah di SMP dan anak kedua, An.D (6 th) laki-laki,
bersekolah di SD. Dalam keluarga Tn.A salah satu anggota keluarga, yaitu Ny.S
istri Tn.A menderita penyakit Hipertensi, klien nampak lemas dan mengeluh
pusing.2 tahun yang lalu pasien pernah MRS karena pingsan dan di diagnosa
penyakit yang sama dan dulu ibu Ny.S juga memiliki riwayat penyakit yang sama.
Untuk mengatasi masalah tersebut, keluarga Tn.A hanya membiarkan saja di
rumah karena menurutnya masih bisa di tangani dirumah, dan keluarga merawat
Ny.S sendiri dengan berbekal pengetahuan seadanya, keluarga hanya membantu
dalam memenuhi aktifitas sehari-hari Ny.S keluarga Tn.A termasuk keluarga yang
kurang memperhatikan kesehatan, meskipun mereka mengaku pernah ke dokter
tapi jika hanya ada keadaan yang sangat berbahaya dan keluarga Tn.A juga jarang
memeriksakan tekanan darah Ny.S meskipun pernah ada riwayat MRS karena 
Hipertensi sebelumnya. 

A. Pengkajian
1. Data Umum :
a. Nama Kepala Keluarga                 :  Tn. A
b. Alamat dan Telepon                     :   Tuban, 082393985139
c. Pekerjaan Kepala Keluarga           :  pedagang toko
d. Pendidikan Kepala Keluarga        :  SMP
e. Komposisi Keluarga                      :  Ayah, ibu, dan dua orang anak

No Nama (inisial) Jenis kelamin Hubungan Umur pendidikan


dengan
KK
1. Tn. A L suami 50 tahun SMA
2. Ny. S P Istri 45 tahun SMP

20
3. An. Z P Anak 13 tahun SMP
4. An. D L Anak 6 tahum SD

f. Genogram

Ny. S (45
Tn. A (50 tahun)
tahun)

An. Z(13
An.D(6 thn)
tahun)
keterangan :
= perempuan = meninggal

= laki laki = meninggal

= klien

= tinggal dalam serumah


g. Tipe Keluarga :
Keluarga inti terdiri dari Tn. A , Ny.S dan kedua anak kandung.
h. Suku bangsa :
Jawa – Indonesia. Tn. A  berasal dari Tuban dan Ny.S dari Tuban.
i. Agama :
Semua isi keluarga menganut agama Islam. Tidak ada
keyakinan yang berdampak buruk pada status
kesehatan keluarga Ny.S
j. Status Sosial Ekonomi Keluarga.

21
Penghasilan keluarga kurang lebih 700.000/ bln itupun jika
dagangan Tn.A habis tepat waktu karena Tn. A adalah pedagang
roti keliling yang tiap 2 minggu di kirim barang oleh pabrik roti,
sedangkan Ny.S merupakan pedagang toko kebutuhan sehari-
haridipasar. Tn. A dan Ny. S mengatakan penghasilan yang mereka
dapat lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap hari dan
untuk membiayai kedua orang anknya yang masih sekolah.
k. Aktifitas Rekreasi Keluarga.
1) Anak- anak mereka biasanya menghabiskan waktu
liburannya dengan bermain dengan teman sebayanya dan
menonton TV dirumah.
2) Kadang- kadang keluarga mereka pergi ke rumah neneknya
yang ada di Tuban jika musim liburan panjang atau sekedar
makan diluar bersama.
2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga
dengan anak usia sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tidak ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi.anak pertama berusia 13 th  dan yang kedua
berusia 6 th masih bersekolah masing-masing SMP dan SD. Tn. A
dan Ny. S mengatakan komunikasi dengan anak-anaknya bersifat
terbuka dan masing-masing anak tahu akan tugas dan
kewajibannya sebagai anak.
3. Riwayat keluarga inti :
Ny.S  mengatakan mempunyai riwayat penyakit keturunan yaitu
darah tinggi karena ayah Ny.S  juga mengalami tekanan darah tinggi
dan terkena stoke ringan yang telah meninggal 4 tahun yang
lalu. Ny.S  juga pernah MRS karena kolestrol yang tinggi sekitar 2 th
yang lalu, sedangkan Tn.A dan kedua anaknya tidak pernah mengalami
penyakit yang parah. (sembuh dengan obat yang dibeli di toko).

22
Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :

No Nama Umur Bb Keadaan Imunisasi Masalah Tindaka


(K Kesehata ((BCG/Pol kesehata n yang
g) n io/ n dilakuk
DPT/HB/ an
Campak)
1. Tn. A 50 60 baik Lengkap - -
tahun
2. Ny. S 45 48 sakit Lengkap Ganggu Memba
tahun an ntu
nutrisi pemenu
han
nutrisi 
Ny.S
tanpa
memba
wa ke
pelayan
an
kesehat
an

3. Nn. Z 13 27 baik Lengkap - -


tahun
4. An. D 6 25 baik Lengkap - -
tahun

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Ny.S adalah anak dari dua  bersaudara, semua
saudara Ny.S masih hidup dan dalam keadaan sehat. Tn.A adalah
anak kedua dari tiga bersaudara kakak Tn.A meninggal karena
demam berdarah ketika masih kecil.
5. Lingkungan

23
a. Karakteristik rumah :
Luas rumah 55 m2 dengan panjang 11 m dan lebar 5 m
terdiri dari tiga kamar tidur,satu ruang tamu, satu ruang
keluarga, satu ruang untuk sholat,dua kamar mandi,satu dapur
dan gudang tempat penyimpanan roti dan motor box untuk
menjual Roti,merupakan rumah permanent dan milik sendiri.
Setiap ruangan memiliki jendela kecuali kamar mandi
sehingga sirkulasi udaranya cukup baik. lantai rumah terbuat
dari keramik sehingga tampak bersih, sumber air adalah air
tanah atau sumur. Sedangkan untuk pembuangan saluran air
dibuatkan pipa menuju belakang rumah yang berdekatan
dengan septitank kira-kira 10 m dari jarak belakang rumah.      

Kamar
Dapur mandi
Gudang

Ruang shalat

Kamar tidur Ruang keluarga

Ruang tamu
Kamar mandi

Kamar tidur

       

b. Kamar
Karakteristik
tidur tetangga dan komunitas RW :
Keluarga Ny.S  bertetangga dengan Teras
beberapa keluarga
petani,satu pegawai negeri sipil.

24
Semua tetangga Ny.S beragama islam dan besuku jawa
meskipun berasal dari berbagai daerah kebetulan tempat
tinggal mereka dekat dengan mushola sehingga mereka
biasanya sholat bersama ke musahola sehingga tampak ramai
dan komunikasi mereka cukup baik.
c. Mobilitas geografis keluarga :
Semenjak menikah sampai sekarang Ny.S dan Tn.A tidak
pernah bepindah-pindah tempat, saat Ny.S sakit Tn.A  jarang
berjualan roti karena anak-anaknya beraktivitas dan bersekolah
pada pagi sampai siang hari sehingga hanya saat
anaknya pulang dari sekolah Tn.A dapat berjualan roti keliling.
d. Perkumpulan keluaraga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluarga Tn. A  tergolong anggota masyarakat yang aktif
dalam mengikuti musyawarah dan kerja bakti yang diadakan di
masyarakat.
Serta dapat berinteraksi dengan baik. Keluarga Ny.S  aktif
dengan kegiatan keagamaan di lingkungan rumahnya.
Ny.S aktif dengan Pengajian rutin yang dilaksanakan di
masjid tiap seminggu sekali. Sedangkan kedua anknya setiap
sore mengaji di mushola dekat rumah.
e. Sistem pendukung keluarga :
Selama Ny.S sakit Tn.A dan anak-anaknya yang merawat,
meskipun kadang - kadang Tn.A  harus meninggalkan
pekerjaanya berdagang keliling mengantar roti sehingga
pemasukan keuanga keluarga berkurang.
Ny.S dan Tn.A  mempunyai tabungan yang digunakan
untuk keperluan mendadak dan untuk biaya sekolah anaknya
nanti sehingga ketika berobat keluarga Ny.S dapat membiayai
sendiri, meskipun kadang-kadang saudara Ny.S dan Tn.A juga
membantu serta mencarikan pengobatan baik alternatif
maupun secara medis (puskesmas,dokter serta layanan
kesehatan yang mendukung). Terdapat dokter desa yag

25
letaknya sekitar 50 m dari rumah Ny.S dan puskesmas yang
letaknya cukup jauh yaiti 100 m dari rumah sehingga keluarga
lebih memilih ke dokter desa.
6. Struktur keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga :
Keluaga Ny.S dan Tn.A melakukan komunikasi secara
terbuka, sehingga ank-anaknya dapat memberi masukan tentang
suatu hal kepada mereka tanpa mengurangi rasa hormat terhadap
orang tua, Ny.S adalah ibu yang santai yang jarang memarahi
anak-anknya tapi Tn.A sangat tegas tehadap anak-anaknya dan
tak segan memarahi anak-anaknya ketika mereka salah.
b. Struktur Peran Keluarga :
Ny. S adalah ibu sekaligus pembantu pencari nafkah bagi
keluarga, dan Tn.A menjadi seorang ayah dan pencari
penghasilan utama bagi keluarga
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga) :
1) Tn. A sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam
mengatur rumah tangga
2) Ny. S sebagai istri yang bekerja sebagai pedagang di
pasar.
3) An. D sebagai anak pertama sekolah di SMP kelas 2.
4) An. Z sebagai anak kedua sekolah di SD kelas 1.
d. Nilai dan Norma Keluarga :
Tidak ada nilai dan norma dalam keluarga yang dapat
mempengaruhi penyakit menurut mereka. Ny.S  sakit memang
karena disebabkan oleh suatu penyakit bukan karena hal-hal
tertentu.sehingga mereka lebih memilih untuk memeriksakan
kesehatannya ke dokter atau dengan obat-obat tradisional.
7. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif :
Ny.S dan Tn.A menganggap anaknya sudah tumbuh
menjadi anak-anak yang baik dan saling menghormati dalam

26
keluarga,meskipun kadang-kadang ada pertengkaran kecil
antara anak-anak mereka dikarenakan hal yang sepele tapi
dengan cepat mereka juga berbaikan lagi.
b. Fungsi Sosial :
Keluarga mereka semua muslim sehingga mereka
aktif dengan kegiatan keagamaan meskipun tidak mengikuti
organisasi.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan :
keluarga dapat mengidentifiksi penyakit Ny.S,
meskipun secara awam,saat Ny.S kelelahan atau sedang
memikirkan sesuatu tentang anakny.sehingga keluarga
dapat mengambil keputusan dengan cepat ketika Ny.S sakit
tetapi masih belum mampu meningkatkan status kesehatan
keluarga.
d. Fungsi Reproduksi :
Ny.S dan Tn.A mengatakan tidak ingin mempunyai anak
lagi mereka sudah bersyukur mempunyai dua orang anak yang
baik-baik, Ny.S masih mengikuti program KB dikarenakan
masih haid dan melakukan hubungan suami istri. Mereka
sepakat untuk membesarkan anaknya dengan baik dan
memberi pendidikan yang baik.
e. Fungsi Ekonomi :
Keluarga mengatakan kondisi keluarga mereka tetap stabil
meskipun Ny.S  sakit dan Tn.A jarang berjualan karena
mereka mempunyai tabungan keluarga yang dapat digunakan
kapan saja.
8. Stres dan Koping Keluarga
a. Stresor Jangka Pendek dan panjang :
Sejak 3 minggu yang lalu Ny.S sakit dia semakin cemas
karena memikirkan keadaanya dan ank-anaknya yang masih
membutuhkan biaya untuk masa depan, sedangkan Tn.A hanya

27
bisa bersabar dan berusaha semaksimal mungkin untuk
kesembuhan istrinya.
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stresor :
Keluarga berharap anak-anaknya dapat menjalani
sekolahnya dengan baik dan kelak menjadi anak yang berguna.
c. Strategi Koping Yang Digunakan :
Keluarga Ny.S dan suami selalu membicarakan masalah
keluarga bersama dan sesekali bersama anak-anaknya jika
membicarakan tentang harapan-harapan mereka terhadap
anaknya.
9. Strategi Adaptasi Disfungsional :
Tidak pernah terdapat perselisihan antar anggota keluarga dalam
mengambil suatu keputusan.

10. Pemeriksaan fisik

No Pemeriksaan Tn. A Ny.S An. Z An. D

Fisik
1 Kepala Simetris, rambut Simetris,tidak ada Simetris, rambut Simetris, rambut
berwarna hitam, ketombe,Rambut berwarna hitam, berwarna hitam,
tidak ada sedikit kusut tidak ada tidak ada ketombe.
ketombe. ketombe.
2. Leher leher tidak leher tidak nampak leher tidak leher tidak nampak
nampak adanya adanya nampak adanya adanya
peningkatan peningkatan peningkatan peningkatan
tekanan vena tekanan vena tekanan vena tekanan vena
jugularis dan jugularis dan arteri jugularis dan jugularis dan arteri
arteri carotis, carotis, tidak arteri carotis, carotis, tidak
tidak teraba teraba adanya tidak teraba teraba adanya
adanya pembesaran adanya pembesaran
pembesaran kelenjar tiroid pembesaran kelenjar tiroid
kelenjar tiroid (struma). kelenjar tiroid (struma).

28
(struma). (struma).
3. Mata Konjungtiva Konjungtiva tidak Konjungtiva Konjungtiva tidak
tidak terlihat terlihat anemis, tidak terlihat terlihat anemis,
anemis, tidak ada tidak ada katarak, anemis, tidak ada tidak ada katarak,
katarak, penglihatan jelas katarak, penglihatan jelas
penglihatan jelas penglihatan jelas
4. Telinga Simetris, Simetris, keadaan Simetris, Simetris, keadaan
keadaan bersih,Fungsi keadaan bersih,Fungsi
bersih,Fungsi pendengaran baik bersih,Fungsi pendengaran baik
pendengaran pendengaran
baik baik
5. Hidung Simetris,keadaan Simetris,keadaan Simetris,keadaan Simetris,keadaan
bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
kelainan yang kelainan yang kelainan yang kelainan yang
ditemukan ditemukan ditemukan ditemukan
6. Mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa mulut
lembab,keadaan agak sedikit lembab,keadaan lemb,keadaan
bersih,Tidak ada kering,Mulut bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
kelainan sedikit kotor, kelainan kelainan
makan 1x/hari
porsi habis ½.
7. Dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada
terlihat simetris, terlihat simetris, terlihat simetris, terlihat simetris,
suara jantung S1 suara jantung S1 suara jantung S1 suara jantung S1
dan S2 dan S2 dan S2 dan S2
tunggal,tidak tunggal,tidak tunggal,tidak tunggal,tidak
terdapat terdapat palpitasi, terdapat terdapat palpitasi,
palpitasi, suara suara mur-mur (-), palpitasi, suara suara mur-mur (-),
mur-mur (-), ronchi (-), mur-mur (-), ronchi (-),
ronchi (-), wheezing (-) ronchi (-), wheezing (-)
wheezing (-) wheezing (-)
8. Abdomen Pada Pada pemeriksaan Pada Pada pemeriksaan
pemeriksaan abdomen tidak pemeriksaan abdomen tidak
abdomen tidak didapatkan adanya abdomen tidak didapatkan adanya

29
didapatkan pembesaran hepar, didapatkan pembesaran hepar,
adanya tidak kembung, adanya tidak kembung,
pembesaran pergerakan pembesaran pergerakan
hepar, tidak peristaltik usus hepar, tidak peristaltik usus
kembung, 35x/mnt, tidak ada kembung, 35x/mnt, tidak ada
pergerakan bekas luka operasi pergerakan bekas luka operasi
peristaltik usus peristaltik usus
35x/mnt, tidak 35x/mnt, tidak
ada bekas luka ada bekas luka
operasi operasi
9. TTV dan  TD : 120/80 TD : TD: 110/80 TD: 105/63 mmHg
ekstremitas mmHg, 160/100mmHg,  N mmHg
R: 18 x/mnt
: 100x/m, S :
N : 74x/m, R: 18 x/mnt
36,50C
N: 72 x/mnt
S : 360C N: 84 x/mnt
S: 370C
R: 20x/m R: 20x/m S: 37,2OC

30
11. Keluhan utama Ny.S : merasa agak kurus, mengeluh pusing.
12. Harapan keluarga
Keluarga berharap Ny.S dapat sembuh dan petugas kesehatan
dapat memberi pelayanan kesehatan dengan baik.
13. Analisa data, Perumusan masalah dan Diagnosa Keperawatan

Data Etiologi Masalah


DS: Ketidakmampuan Ketidakmampuan
keluarga merawat keluarga merawat
Tn. A mengatakan keluarga hanya
anggota keluarga anggota keluarga yang
membiarkan saja keluarga sakit dirawat
yang sakit sakit b.d resiko
di rumah
terjadinya komplikaasi
akibat hipertensi pada
Tn.A mengatakan jarang memeriksakan
Tn. S
tekanan darah Ny.S

Pasien mengatakan pernah ada riwayat


MRS karena  Hipertensi sebelumnya

Do :

Tn.A termasuk keluarga yang kurang


memperhatikan kesehatan

Tn.A mengatakan kalau dalam


keluarganya hanya ke RS jika ada
keadaan yang berbahaya

TTV

TD : 160/100 mmHg

N : 100x/menit

31
S : 36,5°C

R : 20 x/ menit
DS: Ketidakmampuan Ketidakmampuan
keluarga mengenal keluarga mengenal
Ny.S  sakit memang karena disebabkan
masalah masalah penyakit
oleh suatu penyakit bukan karena hal-
hipertensi
hal tertentu.
berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang
Klien mengatakan nanpak lemas, dan
gejala hipertensi
mengeluh pusing.

Klien mengatakan di dalam kelurganya


yang mengurus semua kebutuhan adalah
dirinya, karena Tn. A sibuk keliling
untuk berjualan roti

Do :

Keluarga Tn. A terlihat tidak terlalu


peduli dengan kondisi anggota keluarga

TD : 160/100mmHg

Nadi : 100 x/menit

Suhu : 36,5°C

Pernapasan : 20 x/menit

32
DS : Ketidakmampuan Ketidakmampuan
keluarga dalam keluarga dalam
Tn.A mengatakan hanya membiarkan
mengambil mengambil keputusan
saja di rumah karena menurutnya masih
keputusan dalam dalam melaksanakan
bisa di tangani dirumah
melaksanakan tindakan yang tepat
tindakan yang tepat untuk segera berobat
Tn. A mengatakan hanya merawat Ny.S
kesarana kesehatan
sendiri dengan berbekal pengetahuan
bila terkena hipertensi
seadanya
berhubungan dengan
Do : kurang pengetahuan
klien/keluarga
Klien terus menanyakan tentang
tentang manfaat
hipertensi kepada perawat
berobat kesarana
kesehatan
Klien menanyakan pengobatan
hipertensi kepada perawat

B. Diagnosa keperawatan.
1. Ketidakmampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit b.d resiko
terjadinya komplikaasi akibat hipertensi pada Tn. S
2. Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah masalah penyakit
hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala
hipertensi
3. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan
berhubungan dengan kurang pengetahuan klien/keluarga
tentang manfaat berobat kesarana kesehatan

33
C. Skala Prioritas Pemecahan Masalah Dalam Rencana Perawatan Keluarga
Tn. A Terlebih Dahulu Dibuat Sistem Skoring Masalah Kesehatan Sebagai
Berikut :
1. Ketidakmampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit b.d resiko
terjadinya komplikaasi akibat hipertensi pada Tn.A

No Kriteria Perhitunga bobot Pembenaran


n
1. Sifat masalah : 2/3 x 1 = 1 Klien pernah masuk 2 RS 2
2/3 tahun yang lalu dengan
 aktual (3) penyakit yang sama dan dulu
 resiko tinggi (2) ibu Ny. S juga menderita
 potensial (1) hipertensi

2. Kemungkinan masalah dapat 1/2x 2 = 1 2 Keluarga Tn.A hanya


diubah : membiarkan keluarganya yang
sakit di rawat di rumah dengan
 tinggi (2) berbekal pengetahuan
 sedang (1) seadanya
 rendah (0)

3. Potensi untuk mence-gah 2/3 x 1 1 Tn. A mengatakan


masalah : =2/3 keluarganya ke dokter hanya
jika ada keadaan yang sangat
 Mudah (3) berbahaya
 Cukup (2)
 Tidak dapat (1)

4. Menonjolnya masalah : 0/2 x 1 = 0 1 Klien nampak lemas dan


mengeluh pusing
 Masalah dirasakan dan
perlu penanganan segera.
(2)
 Masalah di rasakan, tidak

34
perlu di tangani segera (1)
 Masalah tidak dirasakan
(0)

Total Skor 2 2/3

2. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah masalah penyakit


hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala
hipertensi

No Kriteria Perhitungan bobot Pembenahan


1. Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 1 Ny.S istri Tn.A menderita
penyakit Hipertensi klien
 Aktual (3) nampak lemas dan
 Resiko tinggi (2) mengeluh pusing.
 Potensial (1)

2. Kemungkinan masalah dapat 1/2 x 2 = 1 2 Ny.S jarang memeriksakan


diubah tekanan darahnya meskipun
ada riwayat masuk RS
 Tinggi (2) dengan penyakit hipertensi
 Sedang (1)
 Rendah (0)

3. Potensi untuk mence-gah masalah 2/3 x 1 = 2/3 1 Keluarga klien memenuhi


kebutuhan sehari hari Ny.S
 Mudah (3)
 Cukup (2)
 Tidak dapat (1)

4. Menonjolnya masalah 1/2 x 1 = 1 1 Pengetahuan keluarga


tentang gejala hipertensi
 Masalah dirasakan dan hanya seadanya
perlu penanganan segera
(2)

35
 Masalah dirasakan, tidak
perlu di tangani segera (1)
 Masalah tidak di rasakan
(0)

Total Skor 4 2/3

3. Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan


berhubungan dengan kurang pengetahuan klien/keluarga
tentang manfaat berobat kesarana kesehatan

No Kriteria Perhitungan bobot Pembenahan


1. Sifat masalah 3/3x1 =1 1 Tn. A membiarkan
keluarganya yang sakit di
 Aktual (3) rumah karena menurutnya
 Resiko tinggi (2) masih bisa di tangani
 Potensial (1) dirumah

2. Kemungkinan masalah dapat 1/2x2= 1 2 Klien hanya di rawat di


diubah rumah dengan pengetahuan
seadanya  
 Tinggi (2)
 Sedang (1)
 Rendah (0)

3. Potensi untuk mence-gah masalah 2/3x1 = 2/3 3/3 Klien hanya membawa
keluarga yang sakit ke
 Mudah (3) dokter tapi jika hanya ada
 Cukup (2) keadaan yang berbahaya
 Tidak dapat (1)

4. Menonjolnya masalah ½ x 1= 1/2 1 Klien sedikit mengetahui


tentang berobat ke sarana
 Masalah dirasakan dan kesehatan

36
perlu penanganan segera
(2)
 Masalah dirasakan, tidak
perlu di tangani segera (2)
 Masalah tidak di rasakan
(0)

Total Skor 2 3/6

D. Prioritas masalah
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah masalah penyakit
hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala
hipertensi ( 4 2/3)
2. Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan berhubungan
dengan kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat
kesarana kesehatan (2 3/6)
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit b.d resiko
terjadinya komplikaasi akibat hipertensi pada Tn. S (2 2/3)

E. Intervensi

Diagnosa keperawatan Intervensi


Ketidakmapuan keluarga mengenal 1. Kaji pengetahuan klien tentang
masalah masalah penyakit gejala hipertensi
hipertensi berhubungan dengan 2. Beritakan pengetahuan kepada
ketidaktahuan tentang gejala klien tentang gejala hipertensi
hipertensi yang belum di ketahui
3. Kolaborasi dengan keluarga
klien untuk mencegah
hipertensi

Ketidaksanggupan keluarga dalam 1. Kaji pengetahuan keluarga


mengambil keputusan berhubungan tentang manfaat berobat

37
dengan kurang pengetahuan kesarana kesehatan
klien/keluarga tentang manfaat 2. Ajarkan tentang pengetahuan
berobat kesarana kesehatan yang belum di ketahui kepada
keluarga
3. Anjurkan agar segera mungkin
untuk berobat kesarana
kesehatan jika ada anggota
keluarga yang sakit

Ketidakmampuan keluarga merawat 1. Kaji pengetahuan klien


anggotanya yang sakit b.d resiko tentang perawatan hipertensi
terjadinya komplikasi akibat 2. Ajarkan tentang pengetahuan
hipertensi pada Tn. S klien tentang pencegahan
komplikasi
3. Anjurkan kepada klien untuk
mencegah penyebab penyebab
terjadinya komplikasi
4. Kolaborasi dengan keluarga
klien untuk membantu klien
mencegah komplikasi

38
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah yang abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140
mmHg yang dipengaruhi oleh banyak faktor risiko. Hipertensi dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan
hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan
presentase 90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan
presentase 10% karena penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi
primer tidak diketahui dan penderita yang mengalami hipertensi primer
tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis. Kontrol pada
penderita hipertensi sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut.

B. Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita
hipertensi hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara
kontinyu, melakukan pola gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet
teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.

39
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012) Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA


Press.

Friedman, M.M, V, Jones Elaine G. (2010) Buku Ajar Keperawatan Keluarga


Riset Teori dan Praktik. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Kowalak, J, dkk (2011) Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta. EGC.

Muhlisin, A. (2012) Keperawatan Keluarga. Surakarta: Gosyem Publishing.

Padila. (2013) Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Saferi, A &.Mariza, Y. (2013) KMB 2 :Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep). Yogyakarta : Nuha
Medika.

Muttaqin, A. (2014) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

40

Anda mungkin juga menyukai