(717 H/1318 M–791 H/1389 M). Naqsybandi diambil dari kata “Naqsybandiah”
berasal dari dua buah kata bahasa arab, “Naqsy” artinya ukiran atau gambar dan
“band” artinya bendera atau layar besar. Dinamakan dengan Naqsyabandi karena
berkepanjangan sehingga lafadz Allah itu terukir melekat ketat dalam kalbunya.1
tarekat ini bertambah masyur dan memiliki pengaruh yang luas dari masa kemasa.
Pada masa ini perkembangan yang dapat dicatat adalah percabangan tarekat ini
merupakan satu aliran tarekat dalam tasawuf yang didirikan oleh sufi terkenal,
”Haqqani” sendiri adalah diambil dari nama Syaikh Nazim karena beliau sudah mendapatkan ijazah
yang memberikan wewenang kepada penerimanya yaitu
Syaikh Nazim sendiri, untuk bertindak sebagai Syaikh dan mengambil Bai’at atas
taqwa, Qana’ah dan taslim (berserah diri). Sedangkan amalannya antara lain
dzikir Mubtadi (dzikir harian untuk pemula), dzikir Musta’d (dzikir harian untuk
tingkat persiapan), dzikir Ahlul ’Azim (dzikir harian untuk tingkat mapan atau
dzikir untuk menghidupkan Ashrar ”kalbu paling dalam”), dan dzikir Khatam
dan dzikir jahir, Syaikh Nazim menggabungkan kedua dzikir tersebut untuk
diamalkan dan diajarkan kepada murid-murid beliau. Dalam tarekat ini Syaikh
Nazim juga mempopulerkan lagi tarian berputar (biasa disebut Whirling Darwis
atau Darwis Rumi) yang pertama kali dilakukan oleh Sayyidina Abu Bakar dan
dipopulerkan oleh Syaikh Jalaludin Rumi pendiri tarekat Maulawiyah. Tarian ini
sudah ada sejak dua abad sebelum Belanda mengenalnya untuk pertama kali
Indonesia yang menyebut taekat ini dalam tulisannya adalah Syaikh Yusuf
dekadensi moral yang gejalanya mulai nampak saat ini, dan akibat negatifnya
mulai terasa dalam kehidupan maka tarekat ini mulai mendapatkan perhatian dan
di tuntut peranannya untuk terlibat secara langsung untuk terlibat secara aktif
mengatasi masalah tersebut dan mengajak umat Islam untuk membersihkan diri
Tarekat ini dapat dikatakan sebagai tarekat yang paling transparan untuk
dalam tarekat ini dengan syarat yang mudah, ajaran yang paling mudah di
mereka.
intinya tarekat adalah suatu jalan untuk mendekatkan diri (ma’rifat) kepada Allah,
bagaimanapun sukarnya bentuk amalan dan gerakan yang diajarkannya. Mereka berusaha
meraihnya untuk mendapatkan ”Muthma-innah”, yaitu jiwa yang tenang