Anda di halaman 1dari 3

Tarekat Naqsybandi didirikan oleh Muhammad Baha’udin Naqsybandi

(717 H/1318 M–791 H/1389 M). Naqsybandi diambil dari kata “Naqsybandiah”

menurut Syaikh Najmuddin Amin al-Kurdi dalam kitabnya “Tanwir Qulub”

berasal dari dua buah kata bahasa arab, “Naqsy” artinya ukiran atau gambar dan

“band” artinya bendera atau layar besar. Dinamakan dengan Naqsyabandi karena

Syaikh Bahauddin pendiri Tarekat ini senantiasa berdzikir mengingat Allah

berkepanjangan sehingga lafadz Allah itu terukir melekat ketat dalam kalbunya.1

Sejak digunakannya nama Naqsybandi sebagai nama dan identitasnya,

tarekat ini bertambah masyur dan memiliki pengaruh yang luas dari masa kemasa.

Pada masa ini perkembangan yang dapat dicatat adalah percabangan tarekat ini

kedalam beberapa jalur; yang diantaranya adalah Mujaddidiyah, Khalidiyah, dan

Mazhariyah. Nama-nama tarekat tersebut mengacu hanya kepada perkembangan

dalam hal teknik dan doktrin.

Seperti halnya dalam tarekat Naqsybandi Haqqani, yang didirikan oleh

Syaikh Muhammad Nizam al-Haqqani (23 April 1922/28 Sya’ban 1340 H) di

Siprus, Turki tahun 1973. Tarekat ini dinamakan Naqsyabandi karena ia

merupakan satu aliran tarekat dalam tasawuf yang didirikan oleh sufi terkenal,

Muhammad Baha’udin Naqsybandi (717 H/1318 M–791 H/1389 M).Sedangkan

”Haqqani” sendiri adalah diambil dari nama Syaikh Nazim karena beliau sudah mendapatkan ijazah
yang memberikan wewenang kepada penerimanya yaitu

Syaikh Nazim sendiri, untuk bertindak sebagai Syaikh dan mengambil Bai’at atas

calon murid dengan namanya sendiri.2

Meskipun seara relatif ia mandiri, ia tetap

memperlihatkan kepatuhannya yang mutlak kepada Syaikh-Syaikhnya terdahulu,

sehingga nama Naqsybandi tetap melekat dalam tarekatnya.

Tarekat tersebut dipercayai oleh para keturunan pengikutnya sehingga

tarekat ini dinamakan tarekat Naqsybandi Haqqani, yang ajarannya adalah

Muhabbatilah dan Muhabbatirosulillah yang isinya antara lain taubat, zuhud,

taqwa, Qana’ah dan taslim (berserah diri). Sedangkan amalannya antara lain

dzikir Mubtadi (dzikir harian untuk pemula), dzikir Musta’d (dzikir harian untuk
tingkat persiapan), dzikir Ahlul ’Azim (dzikir harian untuk tingkat mapan atau

dzikir untuk menghidupkan Ashrar ”kalbu paling dalam”), dan dzikir Khatam

Kwajagan, serta amalan-amalan lainnya.

Prinsip metode spiritual Tarekat Naqsybandi Haqqani adalah dzikir khafi

dan dzikir jahir, Syaikh Nazim menggabungkan kedua dzikir tersebut untuk

diamalkan dan diajarkan kepada murid-murid beliau. Dalam tarekat ini Syaikh

Nazim juga mempopulerkan lagi tarian berputar (biasa disebut Whirling Darwis

atau Darwis Rumi) yang pertama kali dilakukan oleh Sayyidina Abu Bakar dan

dipopulerkan oleh Syaikh Jalaludin Rumi pendiri tarekat Maulawiyah. Tarian ini

diiringi musik Shalawat (Hadrah).

Tarekat Naqsybandi Haqqani dalam perkembangannya di Indonesia

mendapatkan sambutan yang baik karena sererti diketahui tarekat Naqsybandi

sudah ada sejak dua abad sebelum Belanda mengenalnya untuk pertama kali

kendatipun mungkbentuk tarekat itu berbeda-beda. Dimana ulama dan sufi

Indonesia yang menyebut taekat ini dalam tulisannya adalah Syaikh Yusuf

Makassar (1626-1699). Dan dalam perkembangannya di Indonesia juga sudah ada

cabang-cabang tarekat Naqsybandi ini, diantaranya yaitu: Mujaddidiyah,

Khalidiyah, setelah itu muncul pula Mazhariyah.

Perkembangan tarekat Naqsybandi Haqqani sampai ke Jakarta dibawa oleh

Syaik Hisham Kabbani, yaitu khalifah tarekat Naqsybandi Haqqani. Dimana

melalui Syaikh Hisham masyarakat Jakarta mulai mengenal tarekat Naqsybandi

Haqqani ini. Di tengah-tengah masyarakat yang cenderung mengarah ke arah

dekadensi moral yang gejalanya mulai nampak saat ini, dan akibat negatifnya

mulai terasa dalam kehidupan maka tarekat ini mulai mendapatkan perhatian dan

di tuntut peranannya untuk terlibat secara langsung untuk terlibat secara aktif

mengatasi masalah tersebut dan mengajak umat Islam untuk membersihkan diri

dan lebih dekat dengan Tuhan.

Tarekat ini dapat dikatakan sebagai tarekat yang paling transparan untuk

semua kalangan yang dapat menerimanya, kerena seseorang dapat masuk ke

dalam tarekat ini dengan syarat yang mudah, ajaran yang paling mudah di

praktekkan dan paling ringan diamalkan. Karena Syaikh Nazim tidak


mengharuskan anggotanya mengerjakan semua amalan di karenakan kesibukan

mereka.

Demikianlah sedikit gambaran tentang tarekat Naqsybandi Haqqani. Pada

intinya tarekat adalah suatu jalan untuk mendekatkan diri (ma’rifat) kepada Allah,

bagaimanapun sukarnya bentuk amalan dan gerakan yang diajarkannya. Mereka berusaha
meraihnya untuk mendapatkan ”Muthma-innah”, yaitu jiwa yang tenang

penuh dengan kedamaian abadi.

Anda mungkin juga menyukai