Anda di halaman 1dari 22

PETUNJUK TEKNIS

PEMBENTUKKAN JEJARING KELEMBAGAAN KOMITE EKONOMI KREATIF


(KEKRAF) KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

Di susun Oleh :

Komite Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Tengah


2020
A. LATAR BELAKANG

Ekonomi Kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari kreativitas


manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan dan/atau tekologi
(UU No 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif). Untuk mengoptimalkan
sumber daya manusia kreatif tersebut, diperlukan pengelolaan potensi
ekonomi kreatif secara sistematis, terstruktur, dan berkelanjutan.
Kontribusi pengembangan ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik
Bruto Nasional cukup signifikan. Sumbangan dari ekonomi kreatif telah
melebihi sektor pertambangan dan penggalian, keuangan, serta
pengangkutan, yang apabila terus di dorong tentunya akan meningkatkan
pertumbuhan PDRB Kab/Kota. Dari catatan BPS tahun 2016, ekonomi kreatif
mampu menyerap hampir 17 juta tenaga kerja. Kondisi ini dikarenakan pola
inisiasi usaha ekonomi kreatif cukup mudah (low entry barrier), sehingga
memungkinkan siapapun bisa berusaha di sektor ekonomi kreatif dengan
mengandalkan kreativitas. Selain itu, dengan mendorong produk turunan
sektor ekonomi kreatif maka berpotensi meningkatkan nilai ekspor, yang
nantinya akan membantu mengurangi defisit neraca perdagangan.
Ruang lingkup usaha sektor ekonomi kreatif terbagi atas 17 sub sektor
meliputi : 1. Kuliner, 2. Kriya, 3. Fesyen, 4. Desain Interior, 5. Desain
Komunikasi Visual, 6. Desain Produk, 7. Seni Rupa, 8. Seni Pertunjukkan, 9.
Film, Animasi dan Video, 10. Musik, 11. Penerbitan, 12. Periklanan, 13. TV
dan Radio, 14. Aplikasi, 15. Game, 16. Fotografi, 17. Arsitektur. Di tingkat
nasional mengandalkan transformasi ekonomi salah satu pilarnya adalah
ekonomi kreatif di tahun 2020-2024 dengan 3 sub sektor andalan yaitu
kuliner, kriya dan fesyen dan 3 sub sektor prioritas yaitu musik, film dan
aplikasi. Dengan penguatan ekonomi digital yang berbasis industri 4.0 maka
akan mengakselerasi 3 sub sektor andalan agar dapat bersaing di tingkat
global.
Dalam pelaksanaannya, pengembangan ekosistem ekonomi kreatif
masih mengalami beberapa kendala, yaitu :
1) keterbatasan akses pembiayaan/permodalan,
2) pendampingan dan inkubasi usaha,
3) kapasitas produksi yang masih terbatas,
4) lemahnya riset pasar,
5) revitalisasi pusat ruang kreatif (creative hub/district),
6) penerapan dan komersialisasi hak kekayaan intelektual,
7) penguatan rantai pasok dan
8) peningkatan skala ekonomi/naik kelas usaha kreatif.
Upaya untuk menciptakan eksosistem usaha ekonomi kreatif yang kondusif
diperlukan kolaborasi dan sinergitas lintas aktor pentahelix yang terlibat yaitu :
akademisi, pelaku bisnis, komunitas pelaku ekonomi kreatif, pemerintah, dan
media di Kab/Kota.
Untuk bisa mendorong kerja koordinasi, kolaborasi dan sinergitas lintas
aktor pentahelix perlu ada pendekatan sistem kelembagaan yang lincah
(agile) dan mampu berfungsi sebagai katalisator, intermediator dan
akselerator, maka dibentuklah Lembaga Komite Ekonomi Kreatif (Kekraf)
Propinsi Jawa Tengah. Kekraf Jateng dalam menjalankan tugas dan
fungsinya membangun ekosistem ekonomi kreatif di Kab/Kota, sehingga di
Kab/Kota pun perlu membuat lembaga sejenis agar memudahkan dalam
berjejaring, berkoordinasi dan konsolidasi. Berdasarkan hal tersebut maka
Kekraf Jateng berinisiasi membuat panduan teknis pembentukan lembaga
Kekraf bagi Kab/Kota, yang bisa membantu peran pemerintah daerah sebagai
lembaga non struktural dalam pengembangan ekonomi kreatif.
Untuk itu diperlukan dukungan dan kerjasama dari para pemangku
kepentingan di tingkat Kab/Kota untuk bisa mendorong terwujudnya lembaga
Kekraf di Kab/Kota agar pengembangan jejaring ekosistem ekonomi kreatif
Kab/Kota yang mendukung 5 rantai nilai bagi pelaku ekraf dapat diwujudkan,
sehingga pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah
adalah sebuah keniscayaan.

B. KERANGKA REGULASI/DASAR HUKUM


1. Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
2. Undang-undang No 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif.
3. Peraturan Presiden No 148 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk
Pengembangan Ekonomi Kreatif.
4. Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No : 500/42 Tahun 2019
Tentang Pembentukkan Komite Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Tengah.
5. Surat Edaran Sekda Propinsi Jawa Tengah No 556/00106954 Tentang
Pemetaan OPD Pengampu 17 Sub Sektor Ekonomi Kreatif.

C. STRUKTUR KELEMBAGAAN KOMITE EKONOMI KREATIF


Jika mengacu pada SK Gubernur Jawa Tengah No 500/42 struktur
kelembagaan Komite Ekonomi Kreatif anggotanya terdiri atas :
1. Pembina : Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Ketua DPRD
2. Pengarah : (disesuaikan nomenklatur OPD Kabupaten/Kota)
a. Sekretaris Daerah
b. Asisten Ekonomi dan Pembangunan
c. Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan dan
Pembangunan Daerah
d. Kepala Dinas Koperasi dan UKM
e. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian
f. Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata
g. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
h. Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
i. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
j. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan
k. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
l. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika
m. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kependudukan Dan
Pencatatan Sipil
n. Kepala Dinas Sosial
o. Kepala Biro Perekonomian Setda.

Tambahan OPD yang disesuiakan dengan Surat Edaran Sekda Propinsi


Jawa Tengah No 556/0010964 tentang Pemetaan OPD Pengampu 17 sub
Sektor Ekonomi Kreatif (Terlampir) :
a. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
b. Kepala Dinas Ketahanan Pangan
c. Kepala Dinas Kesehatan
d. Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman

3. Tim Pelaksana :
Untuk pelaksana anggotanya berasal dari aktor-aktor ABCM yakni pelaku
ekonomi kreatif (komunitas), bisnis, akademisi dan media dengan susunan
terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bidang Hubungan antar Lembaga dan Jejaring Komunitas Ekonomi
Kreatif.
d. Bidang Riset dan Pengembangan Sub Sektor Ekonomi Kreatif
Unggulan/Lokomotif.
e. Bidang Pengembangan Sumber Daya Ekonomi Kreatif.
f. Bidang Akses Pemasaran dan Pembiayaan.
g. Bidang Kerangka Regulasi dan Hak Kekayaan Intelektual.

Tugas dan fungsi Komite Ekonomi Kreatif adalah :

1. Melakukan intermediasi dan koordinasi dengan pemangku kebijkakan


dan pelaku komunitas ekonomi kretaif serta pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mengembangkan ekosistem ekonomi kreatif.
2. Melakukan penguatan jaringan kerja dan koordinasi antar jejaring
komite ekonomi kreatif Kabupaten/Kota, nasional dan internasional.
3. Mengembangkan program strategis dan melaksanakan program
percepatan pengembangan ekonomi kreatif.
4. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas yang disebutkan di atas secara
berkala atau sewaktu-waktu di minta Kepala Daerah.
D. MEKANISME KERJA KELEMBAGAAN

Tabel. 1 Alur Kerja Komite Ekonomi Kreatif

Komite Ekonomi Kreatif akan berupaya membantu memberi masukan


program kerja yang sesuai target dan sasaran RPJMD lintas OPD pengampu
ekonomi kreatif agar penggunaan anggarannya tepat sasaran, terdeliver dan
memberikan dampak (outcome). Namun jika kapasitas keuangan APBD tidak
mencukupi, maka Kekraf juga akan membantu mencari solusi pembiayaan
program kerja di luar APBD dengan stakeholder lainnya. Alur kerja Kekraf
adalah sebagai berikut :
1. Kekraf Kab/Kota menjaring aspirasi dan menseleksi usulan rencana
program kerja dari lintas komunitas ekonomi kreatif melalui kegiatan pra
musrenbang ekonomi kreatif di tingkat Kab/Kota yang dilaksanakan di
bulan November Tahun N-1. Dari situlah Kekraf akan mengkoordinasikan
usulan-usalan lintas komunitas ekraf ke lintas OPD Kab/Kota mulai
Musrenbang Kab/Kota bulan Januari tahun anggaran N+1 lewat forum
musrenbang ekonomi kreatif.
2. Usulan yang ingin difasilitasi lintas OPD pengampu ekraf Propinsi, maka
Kekraf Kab/Kota bisa mengusulkan melalui forum pra musrenbang ekraf
provinsi di bulan Desember tahun N-1. Kegiatan ini akan mengumpulkan
perwakilan 3 orang Tim Pelaksana Kekraf 35 Kab/Kota untuk
mengusulkan program yang perlu dilakukan Renja OPD Propinsi dan
program strategis/quick win, juga sekaligus penguataan jejaring
kelembagaan Kekraf 35 Kab/Kota. Usulan Kekraf Kab/Kota akan
diteruskan oleh Kekraf Propinsi melalui musrenbang OPD Propinsi di
bulan Januari untuk Tahun anggran N+1.
3. Jika ada usulan program kerja strategis atau quick win Kekraf Kab/Kota
yang tidak terfasilitasi APBD Propinsi, maka Kekraf Propinsi akan
membantu mengusulkan program kerja Kab/Kota ke
Kementerian/Lembaga di tingkat pusat atau stakeholder lainnya.
4. Selanjutnya Komite Ekraf di tingkat Kab/Kota melakukan monitoring dan
evaluasi dari pelaksanaan program kerja yang diusulkan dengan
berkoordinasi Asisten bidang Ekonomi Kab/Kota. Hal yang sama juga di
lakukan oleh Komite Ekraf di tingkat propinsi dengan berkoordinasi Biro
Perekonomian Propinsi Jateng. Hasil monev inilah yang menjadi acuan
pelaporan kepada Bupati/Walikota dan Gubernur.

E. PEMBENTUKKAN KELEMBAGAAN
Struktur pelaksana Kekraf sebaiknya melibatkan
1. Komunitas perwakilan dari lintas sub sektor ini merupakan organ inti dari
Komite,
2. Akademisi dari institusi formal (Perguruan Tinggi, Sekolah Kejuruan) atau
non formal (Lembaga Pelatihan, PKBM, Kursus dll),
3. Bisnis (Lembaga Pembiayaan, Pelaku usaha ekraf yang sudah di
klasifikasi tingkat Kecil, Menengah, dan Besar), dan
4. Media (sub sektor TV dan Radio, Penerbitan).

Tahapan dalam pembentukkan kelembagaan :


1. Melakukan Forum Discussion Group untuk melakukan brainstorming
mengenai urgensi peran kelembagaan yang mengundang aktor-aktor
Lintas OPD pengampu Ekraf, Lintas Komunitas Ekraf, Bisnis, Akademisi
dan Media. Kegiatan FGD mengahadirkan fasilitator dari Propinsi dan
Korda Kekraf 6 wilayah. Kegiatan bisa di fasilitasi sinergi antara Kab/Kota
dan Disporapar Propinsi jawa Tengah. Disela kegiatan FGD juga di barengi
kegiatan pembentukkan draft Formatur Tim pelaksana.
2. Daerah membuat agenda pertemuan untuk memastikan kesediaan dan
pembuatan fakta integritas berupa komitmen kerja personil yang terpilih
dalam Tim Pelaksana Kekraf.
3. Draft usulan yang telah disepakati bersama Tim personil Kekraf yang akan
terlibat diusulkan ke Pimpinan Daerah untuk dibuatkan Surat Keputusan
(SK) Bupati/Walikota. Ada baiknya agar Bupati/Walikota mengenal dengan
adanya Tim Pelaksana Kekraf perlu ada kegiatan pelantikan secara resmi.
4. Pemda Kab/Kota memfasilitasi Kekraf Kab/Kota agar bisa bekerja secara
optimal dan segala biaya yang di timbulkan dari diterbitkannya SK
Bupati/Walikota dibebankan kepada APBD Kab/Kota dan sumber-sumber
dana lain yang tidak mengikat.

F. SASARAN KELEMBAGAAN
Sasaran dari Kekraf sebagai lembaga non struktural adalah sebagai
berikut :
1. Membantu meningkatkan pertumbuhan perekomian daerah melalui sub
sektor ekonomi kreatif.
2. Mengoptimalkan bonus demografi Jawa Tengah sebelum memasuki aging
population (populasi penduduk yang menua) di tahun 2030. Untuk itu
Kekraf akan mendorong jiwa creativeprenuer generasi muda agar berani
berwirausaha dan membuka lapangan kerja baru.
3. Membantu pemerintah daerah untuk mewujudkan sasaran agenda-agenda
makro ekonomi Kab/Kota seperti melalui pengembangan ekonomi kreatif
dengan narasi besar yang disesuaikan visi misi gubernur dan RPJMD.

Gambar 1. Narasi besar pengembangan Ekonomi Kreatif Kab/Kota.


G. PENUTUP
Demikian panduan teknis ini dibuat agar memudahkan Kab/Kota dalam
memahami urgensi kelembagaan non struktural Komite Ekonomi Kab/Kota
dan melibatkannya dalam program-program pembangunan ekonomi
Kab/kota. Jika ada hal-hal yang masih belum jelas bisa menghubungi Komite
Ekonomi Kreatif Jawa Tengah. Semoga Allah SWT meridhoi dan
melancarkan segala upaya yang bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.
Salam Kreatif.
LAMPIRAN :
1.SK No : 500/42 Tahun 2019, Pembentukkan
Komite Ekraf Jawa Tengah.
2. Surat Edaran Sekda Prov Jateng No :
556/00106954 Tahun 2020, OPD Pengampu
17 sub sektor Ekraf.

Anda mungkin juga menyukai