Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Dalam BAB ini akan dibahas mengenai persamaan dan perbedaan antara
konsep dasar teori dengan asuhan keperawatan pada klien An. T dengan gangguan
eliminasi fekal yang dilakukan diruang perawatan anak RS. X di Palembang dalam
lingkup pengkajian. Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan. Pengkajian yang kami lakukan dalam asuhan keperawatan pada klien
An. T dengan gangguan eliminasi fekal : diare, yang dilakukan diruang
keperawatan anak RS. X Palembang meliputi biodata, keluhan utama (saat masuk
RS), keluhan saat pengkajian, riwayat perjalanan penyakit, kebutuhan dasar,
pemeriksaan fisik sampai data penunjang. Pada saat pengkajian kami menggunakan
instrument pengkajian sebagai pedoman yaitu menurut 13 domain NANDA.
Data pengkajian yang kami lakukan pada studi kasus pada klien An. T dengan
gangguan eliminasi fekal : diare, yang dilakukan diruang keperawatan anak RS. X
Palembang, data-data yang kami temukan diantaranya adalah keluhan utama pada
saat pasien masuk RS, keluarga mengatakan anak mengalami mencret sudah 9 hari
dan sering berulang. Keluhan saat pengkajian yaitu An. T mengalami Suhu 39C,
terdapat jamur pada mulutnya, tampak lemas, bibir kering, kulit kering dengan
turgor berkurang, nafsu makan menurun, penurunan BB, menangis dan berteriak
pada bonekanya. Riwayat perjalanan penyakit, An. T datang ke rumah sakit pada
tanggal 16 Oktober 2020 dengan keadaan demam, mencret sudah 9 hari dan sering
berulang, menangis dan berteriak pada bonekanya. An. T di diagnosa medis Diare
Kronis.
Sesuai dengan pemeriksaan, pengkajian keperawatan, kami menggunakan
format 13 domain NANDA yaitu pemeriksaan dimulai dari promosi/peningkatan
kesehatan mengenai pengetahuan penyakit sampai dengan pemeriksaan tingkat
perkembangan. Pada pengkajian persepsi diri, klien tampak tampak menangis dan
berteriak. Pada saat pengkajian keamanan/perlindungan, kesadaran klien compos
mentis. Setelah menganalisa pengkajian, kami tidak menemukan kesenjangan teori
dan pengkajian pada klien.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan gangguan eliminasi
fekal : diare, sesuai dengan teori menurut diagnosa NANDA (2016) adalah sebagai
berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, penurunan berat badan dan diare
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien ditandai dengan diare, terdapat jamur
pada mulut.
c. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, penyakit (diare) ditandai dengan
suhu 39C, kulit terasa hangat, mulut berjamur.
d. Ansietas berhubungan dengan hubungan interpersonal ditandai dengan
menangis, berteriak, diare.
e. Diare berhubungan dengan mal absorbsi ditandai dengan BAB sudah 9 hari

Setelah kami mengumpulkan data pada pengkajian dan menganalisa data maka
kami dapat menegakkan diagnosa yang terdapat dalam teori dan juga terdapat
dalam kasus. Diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan pengkajian yang
telah dilakukan antara lain :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, penurunan berat badan dan diare.
Diagnosa ini ditegakkan karena pada pengkajian, kami menemukan data
subyektif yaitu : Keluarga mengatakan BAB sudah 9 hari dan sering berulang,
dengan data obektif yaitu klien tampak menangis dan berteriak, terdapat jamur
pada mulut, mata cekung, bibir kering, kulit kering dan turgor berkurang, klien
tampak lemas, dan penurunan BB dari 15 kg menjadi 12 kg. Dari pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan suhu : 39oC, N: 124x/menit, RR : 47x/menit.

2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien ditandai dengan diare, terdapat jamur
pada mulut.
Diagnosa ini ditegakkan karena pada pengkajian, kami menemukan data obektif
bahwa terdapat jamur pada mulut, tampak lemas, dan penurunan BB dari 15 kg
menjadi 12 kg, mata cekung, bibir kering, kulit kering dan turgor berkurang.
Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu : 39oC, N: 124x/menit, RR :
47x/menit.

3) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, penyakit (diare) ditandai dengan


suhu 39C, kulit terasa hangat, mulut berjamur.
Diagnosa ini ditegakkan karena pada pengkajian, kami menemukan data
objektif bahwa klien tampak lemas, mulut berjamur, bibir kering, kulit kering
dan turgor berkurang. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu :
39oC, N: 124x/menit, RR : 47x/menit.

4) Ansietas berhubungan dengan hubungan interpersonal ditandai dengan


menangis, berteriak, diare.
Diagnosa ini ditegakkan karena pada pengkajian, kami menemukan data
subjektif bahwa keluarga mengatakan BAB sudah 9 hari dan sering berulang,
dengan data obektif yaitu dignosis diare kronis, anak sedang menangis dan
berteriak kepada boneka beruangnya “Sana, kamu gadis nakal! Jangan marah
kepada saudaramu! pergi kerumah sakit!”. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan suhu : 39oC, N: 124x/menit, RR : 47x/menit.

5) Diare berhubungan dengan mal absorbsi ditandai dengan BAB sudah 9 hari.
Diagnosa ini ditegakkan karena pada pengkajian, kami menemukan data
subjektif bahwa keluarga mengatakan BAB sudah 9 hari dan sering berulang,
dengan data obektif yaitu dignosis diare kronis, klien tampak lemas, mata
cekung, bibir kering, penurunan berat badan, nafsu makan menurun. Dari
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu : 39oC, N: 124x/menit, RR :
47x/menit.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien
dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil
yang diharapkan berdasarkan masing-masing diagnosa yang ditegakkan. Pada
dasarnya kami tidak menemukan hambatan yang berarti dalam melakukan tindakan
keperawatan. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mendukung antara lain
kerjasama yang baik antara kelompok, klien, keluarga klien, dan tim medis yang
ada di RS. X Palembang serta tersedianya sarana dan prasarana penunjang dalam
mengatasi masalah klien dan memenuhi kebutuhan klien. Dari 5 diagnosa yang
telah diangkat sesuai dengan NANDA (2016). Intervensi yang telah dilakukan
sesuai dengan intervensi berdasarkan panduan dari NOC dan NIC.
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh, penurunan berat badan dan diare.
Diagnosa ini ditegakkan karena pada pengkajian, kami menemukan data
subyektif yaitu : Keluarga mengatakan BAB sudah 9 hari dan sering berulang,
dengan data obektif yaitu klien tampak menangis dan berteriak, terdapat jamur
pada mulut, mata cekung, bibir kering, kulit kering dan turgor berkurang, klien
tampak lemas, dan penurunan BB dari 15 kg menjadi 12 kg. Dari pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan suhu : 39oC, N: 124x/menit, RR : 47x/menit.
Dalam proses keperawatan ini sesuai dengan panduan NOC dan NIC
dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
volume cairan pasien akan kembali normal dengan kriteria hasil nyeri yang
dilaporkan, turgor kulit, membran mukosa lembab, intake cairan, nadi cepat,
kehilangan berat badan, diare, dan peningkatan suhu tubuh. Intervensi
keperawatan yang telah dilakukan dalam memberikan tindakan keperawatan
pada An. T menurut NOC, NIC (2016) yaitu : monitor tanda-tanda vital, pantau
kadar serum elektrolit yang abnormal, timbang berat badan harian dan pantau
gejala, erikan cairan yang sesuai, tingkatkan asupan /cairan per oral, memberikan
cairan oral perfrensi pasien, berikan serat yang diresepkan untuk pasien dengan
selang makan untuk mengurangi kehilangan cairan elektrolit karna diare, jaga
infus intravena yang tepat, pastikan bahwa larutan intravena yang mengandung
elektrolit diberikan dengan aliran yang konstan dan sesuai.

2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien ditandai dengan diare, terdapat jamur
pada mulut.
Diagnosa ini ditegakkan karena pada pengkajian, kami menemukan data
obektif bahwa terdapat jamur pada mulut, tampak lemas, dan penurunan BB dari
15 kg menjadi 12 kg, mata cekung, bibir kering, kulit kering dan turgor
berkurang. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu : 39oC, N:
124x/menit, RR : 47x/menit..
Dalam proses keperawatan ini sesuai dengan panduan NOC dan NIC
dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien akan kembali normal dengan kriteria hasil nyeri yang dilaporkan,
asupan gizi, asupan makanan, asupan cairan, dan hidrasi. Intervensi keperawatan
yang telah dilakukan dalam memberikan tindakan keperawatan pada An. T
menurut NOC, NIC (2016) yaitu : kaji adakah alergi makanan, kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi yang dibutuhkan, berikan sustansi
gula, atur diet yang diperlukan seperti menyediakan makan protein tinggi,
menghindari garam, menambahkan vitamin, mineranl atau suplemen), bantu
pasien melakukan perawatan mulut sebelum makan, berikan obatan-obatab
penghilang rsa sakit, antiemetik, tawarkan makanan ringan yang padat gizi,
ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengonsumsi makan , lakukan
tindakan untuk mengontrol kehilangan elektrolit (pemberian antipiretik).

3) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, penyakit (diare) ditandai dengan


suhu 39C, kulit terasa hangat, mulut berjamur.
Diagnosa ini ditegakkan karena pada pengkajian, kami menemukan data
objektif bahwa klien tampak lemas, mulut berjamur, bibir kering, kulit kering
dan turgor berkurang. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu :
39oC, N: 124x/menit, RR : 47x/menit.
Dalam proses keperawatan ini sesuai dengan panduan NOC dan NIC
dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh
pasien akan kembali normal dengan kriteria hasil nyeri yang dilaporkan,
peningkatan suhu kulit, hipertermia, dehidrasi. Intervensi keperawatan yang
telah dilakukan dalam memberikan tindakan keperawatan pada An. T menurut
NOC, NIC (2016) yaitu : monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai
kebutuhan, tingkatkan cairan dan nutrisi adekuat, kompres hangat, pengobatan
antipiretik sesuai kebutuhan, sesuaikan suhu lingkungan untuk pasien.
4) Ansietas berhubungan dengan hubungan interpersonal ditandai dengan
menangis, berteriak, diare.
Diagnosa ini ditegakkan karena pada pengkajian, kami menemukan data
subjektif bahwa keluarga mengatakan BAB sudah 9 hari dan sering berulang,
dengan data obektif yaitu dignosis diare kronis, anak sedang menangis dan
berteriak kepada boneka beruangnya “Sana, kamu gadis nakal! Jangan marah
kepada saudaramu! pergi kerumah sakit!”. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan suhu : 39 o C, N: 124x/menit, RR : 47x/menit.
Dalam proses keperawatan ini sesuai dengan panduan NOC dan NIC
dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa cemas,
takut pasien akan kembali normal dengan kriteria hasil nyeri yang dilaporkan,
sering diare, menangis, membuat cerita mengada-ada. Intervensi keperawatan
yang telah dilakukan dalam memberikan tindakan keperawatan pada An. T
menurut NOC, NIC (2016) yaitu : Ajarkan tehknik manajemen stress tertentu
sebelum eksplorasi trauma untuk mengembalikan kontrol atas pikiran dan
perasaan, gunakan bahasa sesuai dengan tahapan perkembangan anak untuk
bertanya tentang trauma, bangun kepercayaan pada anak agar anak mau berbagi
cerita, gunakan seni dan bermain untuk meningkatkan ekspresi, hindarkan orang
tua atau lainnya jika mereka adalah penyebab utama, bantu mengidentifikasi
dan mengatasi perasaan, jelaskan proses berduka pada anak dan orang tua
dengan tepat, eksplorasi daan perbaiki hubungan yang tidak akurat mengenai
trauma, termasuk pembentukan lambang dan perasaan salah bagi survisor.

5) Diare berhubungan dengan mal absorbsi ditandai dengan BAB sudah 9 hari.
Diagnosa ini ditegakkan karena pada pengkajian, kami menemukan data
subjektif bahwa keluarga mengatakan BAB sudah 9 hari dan sering berulang,
dengan data objektif yaitu dignosis diare kronis, klien tampak lemas, mata
cekung, bibir kering, penurunan berat badan, nafsu makan menurun. Dari
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu : 39oC, N: 124x/menit, RR :
47x/menit.
. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu : 39oC, N:
124x/menit, RR : 47x/menit.
Dalam proses keperawatan ini sesuai dengan panduan NOC dan NIC
dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan BAB klien
kembali normal dengan kriteria hasil nyeri yang dilaporkan, pola eliminasi, feses
lembut dan berbentuk, warna feses, diare. Intervensi keperawatan yang telah
dilakukan dalam memberikan keperawatan pada An.T menurut NOC, NIC
(2016) yaitu : Identifikasi factor penyebab diare, Ajarkan klien untuk
menggunakan obat anti diare, evaluasi intake makanan yang masuk, observasi
turgor kulit secara rutin, intrusikan klien agar menghindari laktasif, ajarkan klien
teknik menurunkan stress.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan klien. Kami telah melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi
yang telah disusun dan tidak semua intervensi tersebut dapat diimplementasikan
seluruhnya oleh kami dalam tindakan keperawatan ke klien. Secara umum tidak
terjadi banyak kesenjangan dalam tindakan keperawatan yang disusun secara teori
dengan tindakan yang telah dilakukan oleh kami dalah asuhan keperawatan pada
pasien An. T dengan gangguan eliminasi fekal : diare di RS X Palembang tahun
2020.
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, penurunan berat badan dan diare.
Pada diagnosa ini telah dilakukan implementasi sebagai berikut : periksa tanda-
tanda vital pasien, beri LRO (larutan rehidrasi oral), cairan parenteral : RL,
obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik). Menurut (Yufita wahid
Hidayah 2018) menuliskan jurnal keperawatan bahwa pemberian cairan untuk
rehidrasi oral yaitu cairan rehidrasi oral yaitu oralit 200 yang diberikan pada
kasus diare dengan dehidrasi rendah, sedang yang efektif untuk mengembalikan
cairan dan juga menurunkan volume feses serta menurunkan muntah.

2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien ditandai dengan diare, terdapat jamur
pada mulut.
Pada diagnosa ini telah dilakukan implementasi sebagai berikut : Diskusikan
dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan
air terlalu panas atau dingin), serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat
merangsang mengiritasi lambung dan saluran usus, berikan jam istirahat (tidur)
serta kurangi kegiatan yang berlebihan. Situasi yang nyaman, rileks akan
merangsang nafsu makan, kolaborasi dengan tim kesehatan lain : terapi gizi :
diet TKTP rendah serat, susu, obat-obatan atau vitamin (A), Monitor cairan
IVFD Cairan RL, Inj. Ceftriaxone 1 x 1. Menurut (Agustina Dian 2017)
menentukan kekurangan nutrisi yaitu riwayat makanan atau informasi atau
keterangan tentang pola makan, tipe makanan yang dihindari atau di abaikan,
makanan yang lebih disukai yang dapat digunakan untuk membantu
merencanakan jenis makanan untuk sekarang dan rencana makanan untuk masa
selanjutnya.

3) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, penyakit (diare) ditandai dengan


suhu 39C, kulit terasa hangat, mulut berjamur.
Pada diagnosa ini telah dilakukan implementasi sebagai berikut : Monitor TTV
pasien, berikan kompres hangat, merangsang pusat pengatur panas untuk
menurunkan produksi panas tubuh, kolaborasi pemberian antipiuretik :
paracetamol untuk merangsang pusat pengatur panas di otak. Menurut
(Durrotun Nafisah 2017) menuliskan jurnal keperawatan bahwa memantau
tanda-tanda vital secara teratur selama 2 jam sekali dapat menentukan
perkembangan keperawatan yang selanjutnya.

4) Ansietas berhubungan dengan hubungan interpersonal ditandai dengan


menangis, berteriak, diare.
Pada diagnosa ini telah dilakukan implementasi sebagai berikut : Lakukan
kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal (sentuhan, belaian dll), bangun kepercayaan antara perawat dan pasien,
ajak untuk bermain dan rekreasi. Menurut (Wong 2015) memodifikasi
lingkungan rumah sakit agar anak tetap merasa nyaman dan tidak asing dengan
lingkungan baru serta peran perawat memberikan dukungan dengan
meluangkan waktu secara fisik dekat dengan anak mengajak bermain sesuai
dengan tahap perkembangan anak untuk kepentingan terapi.

5) Diare berhubungan dengan mal absorbsi ditandai dengan mencret sudah 9 hari.
Pada diagnosa ini telah dilakukan implementasi sebagai berikut : Monitor
frekuensi dan pola defekasi, Monitor cairan IVFD Cairan RL, Inj cortidex 1/3
amp, anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan cairan. Menurut (Yufita
Wahid Hidayah 2018) menuliskan jurnal keperawatan bahwa pemberian cairan
untuk rehidrasi oral yaitu cairan rehidrasi oral yaitu oralit 200 yang diberikan
pada kasus diare dengan dehidrasi rendah, sedang yang efektif untuk
mengembalikan cairan dan juga menurunkan volume feses serta menurunkan
muntah

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan perangkat terakhir dalam proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi merupakan hasil dari implementasi yang
telah dilakukan seorang perawat. Dari 5 diagnosa yang ditemukan dan dilakukan
implementasi oleh kami selama satu hari, masalah keperawatan masih teratasi
sebagian pada tanggal 16 Oktober 2020. Ganngguan ginjal kronis belum teratasi
dalam waktu 1x 24 jam karena masih teratasi sebagian yang sebagaimana sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi keperawatan dari tindakan keperawatan
yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, penurunan berat badan dan diare.
Evaluasi dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2020 pukul 14.00 WIB dengan
masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan. Didapatkan data subjektif
yaitu : klien mengatakan masih lemas. Dan data objektif : kesadaran : compos
mentis, N: 120x/menit, S : 360C, RR : 38x/menit.

2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien ditandai dengan diare, terdapat jamur
pada mulut.
Evaluasi dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2020 pukul 14.00 WIB dengan
masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan. Didapatkan data subjektif
yaitu : klien mengatakan badan masih lemas . Dan data objektif : ku : lemah,
kesadaran : compos mentis, N: 120x/menit, S : 360C, RR : 38x/menit.

3) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, penyakit (diare) ditandai dengan


suhu 39C, kulit terasa hangat, mulut berjamur.
Evaluasi dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2020 pukul 14.00 WIB dengan
masalah teratasi. Didapatkan data subjektif yaitu : klien mengatakan badan tidak
terasa panas lagi. Dan data objektif : ku : lemah, kesadaran : compos mentis, N:
120x/menit, S : 360C, RR : 38x/menit.

4) Ansietas berhubungan dengan hubungan interpersonal ditandai dengan


menangis, berteriak, diare.
Evaluasi dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2020 pukul 14.00 WIB dengan
masalah teratasi. Didapatkan data subjektif yaitu : klien mengatakan tidak
menangis dan berteriak lagi. Dan data objektif : ku : lemah, kesadaran : compos
mentis, N: 120x/menit, S : 360C, RR : 38x/menit.

5) Diare berhubungan dengan mal absorbsi ditandai dengan mencret sudah 9 hari.
Evaluasi dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2020 pukul 14.00 WIB dengan
masalah teratasi. Didapatkan data subjektif yaitu: keluarga mengatakan BAB
sudah 9 hari dan sering berulang. Dan data objektif : diagnosis diare kronis, N:
120x/menit, S : 360C, RR : 38x/menit, mata cekung, bibir kering, kulit kering
dengan turgor berkurang, nafsu makan menurun , penurunan berat badan,
tampak menangis dan berteriak, terdapat jamur pada mulut, pasien tampak
lemas.

Daftar Pustaka
Yufita wahid Hidayah, 2018 , Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Gastroentestinal Vol.2
no.4 Jombang

Agustina Dian, 2017, Upaya penanganan dehidrasi pada pasien anak di RSUD Pandan arang ,
Vol 4. No 2 . Boyolali

Durrotun Nafisah, 2017, Upaya pemenuhan volume cairan pada gangguan gastrointestinal
RSU Muhammadiyah , Vol 4 No 1 Ponorogo

Wong, 2015. Buku ajar keperawatan pediatric, alih bahasa Andri Hartono, dkk. Edisi 6.
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai