Anda di halaman 1dari 22

STATUS MEDIS

HOLISTIK KOMPREHENSIF
“INFEKSI: COVID-19”

Pembimbing:
dr. Desy Andari, M.Biomed

Nama: Adib Danurdipta


NIM: 201810401011016
Kekompok: I30

Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
2020

1
I. IDENTITAS INDUSTRI
Nama Perusahaan : PT. Tiga Pilar Sehjahtera Food Tbk Unit IV
Alamat : Jl. Grompol - Jambangan No.km. 5,5, Dusun 3, Sepat, Kec. Masaran,
Kabupaten Sragen, Jawa Tengah 57282, Indonesia
Jenis usaha : Industri makanan
Jumlah tenaga kerja : 259
(Yulianingsih, 2007)

II. DESKRIPSI INDUSTRI


Pada tahap awal proses produksi dilakukan persiapan bahan baku terlebih dahulu.
Dalam satu hari terdapat 3 shiff, akan tetapi persiapan bahan baku dilakukan sekaligus untuk
3 shiff tersebut. Semua bahan baku sudah disiapkan di rak bahan baku sesuai dengan
komposisi yang digunakan. Untuk minyak nabati ditempatkan di tabung tersendiri, sehingga
lebih mudah penggunaannya yaitu cukup dengan memutar kran yang ada pada tabung
tersebut.

Mixing merupakan proses pencampuran dan pengadukan bahan dasar serta bahan
penunjang lainnya seperti tepung tapioka larutan gula halus, skim milk powder, glukosa,
lechitine, larutan garam, minyak goreng dan zat additives dengan tujuan memperoleh
adonan yang homogen, kempal, oily saat digenggam, kalis dan berwarna coklat gelap.

Adonan di cetak menjadi biskuit basah dengan menggunakan mesin moulding. Tujuan dari
pencetakan agar terbentuk biskuit yang berbentuk persegi empat dengan tulisan ”WFP”.

Pengoven merupakan tahap pemasakan biskuit untuk mendapatkan biskuit yang


matang. Biskuit di panggang dalam oven panas untuk menentukan bentuk, rasa, dan warna
biskuit yang dihasilkan. Setelah dicetak biskuit yang berada di belt cetak ditransfer ke mesh
oven, lalu biskuit tersebut masuk ke ruang oven yang terdiri dari 4 bagian. Tekanan angin
blower atas dan blower bawah di dalam oven kurang lebih 4 kPa.

Cooling merupakan proses pendinginan biskuit setelah proses pengovenan yang


dilakukan dengan cara meletakkan biskuit pada belt conveyor yang di atasnya dilengkapi
dengan 7 kipas angin untuk menghembuskan udara segar. Tahap ini bertujuan untuk
menurunkan suhu biskuit panas hingga diperoleh suhu 30-32oC atau mendekati suhu ruang
sebelum dikemas dengan etiket. Biskuit harus didinginkan sebelum dikemas agar tidak
terjadi pengembunan di dalam kemasan sehingga dapat menghambat tumbuhnya jamur.
Selain itu, pendinginan bertujuan mengeraskan kembali tekstur gula dan lemak yang
memuai pada saat proses pengovenan.

Pengemasan atau packing biskuit merupakan proses pembungkusan atau pengemasan

2
biskuit dengan menggunakan etiket sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh PT.
Tiga Pilar Sejahtera. Tujuan dari pengemasan adalah untuk melindungi biskuit dari
kemungkinan tercemar atau rusak akibat debu atau kotoran tangan, kelembapan oksigen di
udara, dan sinar matahari atau sinar lainnya. Selain itu, pengemas berfungsi memberikan
informasi kepada konsumen, seperti kode produksi, tanggal kadaluarsa, komposisi bahan,
nomor izin Depkes RI dan kelengkapan informasi lainnya yang menunjukkan spesifikasi
produk di dalamnya.

III. ASPEK FUNGSIONAL


Skala 3 kondisi kesehatan pasien cukup memberikan pengaruh terhadap fungsi aktivitas
pasien sehari- hari dimana pasien masih mampu melakukan pekerjaan ringan (beberapa
kesulitan).

IV. PENDEKATAN HOLISTIK KOMPREHENSIF:

Penatalaksanaan Komprehensif
Diagnosis Holistik
(Langkah operasional yang dapat
No (Uraian permasalahan atau penyebab
dilaksanakan oleh pasien)
masalah kesehatan)
1 Diagnosis Biologis/Medis/Klinis (ICD X): Promotif:
a. Diagnosis kerja: COVID-19 (U07. 1)  Pasien mencari penjelasan tentang
b. Diagnosis banding: - penyakit COVID-19, yakni jalannya
penyakit hingga pengobatan.
 Pasian tetap di rumah walaupun
tanpa gejala.
 Pasien melapor kepada pihak
perusahaan agar mendapat izin
untuk isolasi mandiri, melapor ke
pihak RT/RW tentang kondisinya
2 Diagnosis Psikis: agar masyarakat sekitar juga
a. Harapan: Ingin sembuh, kembali waspada.
bisa bekerja, dan keluarga tidak  Pasien memakai masker walaupun di
mengalami penyakit yang sama. rumah, menjaga jarak dengan
keluarga walaupun di rumah
b. Ketakutan: Gejala tidak membaik minimal 1,5 meter, pasien diminta
dan semakin parah karena pasien menempati 1 ruangan yang dekat
memiliki faktor komorbid diabetes dengan kamar mandi dan diusahakan
mellitus, takut menular ke anggota tidak berkeliling rumah agar virus
keluarga atau atau teman kerja atau tidak menyebar.
tetangga, dan dikucilkan  Makan makanan bergizi tidak
masyarakat. ketinggalan. Pasien diperbolehkan
minum jamu- jamuan, seperti jahe

3
c. Faktor risiko psikis: Kecemasan dan kunyit, untuk meningkatkan
Kehilangan pekerjaan sebagai akibat daya tahan tubuh.
dari penyakitnya yang tidak  Apabila pasien mengalami gejala
membaik dan PHK untuk memenuhi sesak nafas atau kondisi semakin
protokol kesehatan. parah, pasien segera pergi ke IGD
3 Diagnosis Sosial: RS rujukan penanganan COVID-19
a. Faktor risiko sosial: agar mendapat perawatan intensif.
Pasien lebih cenderung memilih berobat
karena ada riwayat kontak erat dengan Preventif:
rekan kerjanya yang juga terdiagnosis  Perlindungan khusus (specific
protection), yakni masker, goggle,
COVID- 19.
penutup kepala, baju pelindung, dan
sarung tangan.
b. Faktor risiko budaya:
 Vaksinasi terhadap pekerja apabila
Pasien biasa membeli obat sendiri untuk
vaksin sudah ditemukan.
mengatasi keluhannya.
 Meminum obat diabetes melllitus
untuk menjaga gula darah pasien
c. Aspek fungsional (ICPC):  Rutin cek gula darah
Skala 3 kondisi kesehatan pasien cukup
memberikan pengaruh terhadap fungsi Kuratif:
aktivitas pasien sehari- hari dimana Medikamentosa
pasien masih mampu melakukan  Terapi oksigen hingga saturasi ≥
pekerjaan ringan (beberapa kesulitan). 95%
 Terapi cairan, khususnya saat syok
(RL/ NS)
 Antibiotik empirik
- Amoxicillin/clavulanate 500
mg/125 mg 3 x 1
- Amoxicillin/clavulanate 875
mg/125 mg 2 x 1; 2.000 mg/125
mg 2 x 1
- Cefpodoxime 200 mg 2 x 1
- Cefluroxime 500 mg, 2 x 1
- Doxiciklin 100 mg 2 x 1
- Klaritromisin 500 mg 2 x 1
- Levofloxacin 750 mg/ hari
- Moxifloxaccin 400 mg/ hari
- Gemifloxacin 320 mg/ hari
Nonmedikamentosa
 Pasien diminta memakai masker
walaupun di rumah, menjaga jarak
dengan keluarga walaupun di rumah
minimal 1,5 meter, pasien diminta
menempati 1 ruangan yang dekat
dengan kamar mandi dan diusahakan
tidak berkeliling rumah agar virus
tidak menyebar.
 Olah raga

4
 Makan makanan bergizi

Rehabilitatif:
Pemulihan kesehatan (rehabilitation).
Misalnya: steleah dinyatakan negatif
V. RESUME KASUS
1. EPIDEMIOLOGI
Coronavirus adalah salah satu patogen utama yang menargetkan sistem pernapasan manusia.
Sebelumnya, wabah coronavirus (CoVs), severe acute respiratory syndrome (SARS)-CoV
dan the Middle East respiratory syndrome (MERS)-CoV yang sebelumnya telah ditetapkan
sebagai penyebab ancaman kesehatan masyarakat. Pada akhir Desember 2019, sekelompok
pasien dirawat di rumah sakit dengan diagnosis awal pneumonia dari etiologi yang tidak
diketahui. Pasien tersebut sama- sama terkait dengan pasar makanan dan seafood di Wuhan,
provinsi Hubei, Cina (Rothan and Byrareddy, 2020). Meskipun sebagian besar orang yang
terinfeksi menunjukkan gejala ringan, termasuk demam, gejala saluran pernapasan atas, sesak
napas, dan diare, atau asimtomatik, kasus infeksi parah dapat menyebabkan pneumonia,
beberapa kegagalan organ, dan kematian. Secara global, setidaknya 7.900 kematian telah
langsung dikaitkan dengan COVID-19, dan jumlah ini diperkirakan akan bangkit dengan
epidemi yang berkelanjutan (Park et al., 2020).
. Selain itu, sebuah kajian dinamika transmisi awal dari COVID-19 mengungkapkan
bahwa masa inkubasi penyakit adalah 5,2 hari yakni 12,5 hari. Studi lain kemudian
menggunakan riwayat perjalanan dan gejala onset 88 kasus positif dan menunjukkan periode
inkubasi 6,4 hari. Ada laporan juga bahwa inkubasi bisa sampai 19 hari (Zhai et al., 2020).
COVID-19 telah dianggap sebagai jenis penyakit menular yang bisa sembuh sendiri,
dan kebanyakan kasus dengan gejala ringan dapat pulih dalam 1 – 2 minggu. Infeksi SARS-
CoV-2 dapat menyebabkan lima tingkaatan penyakit yang berbeda: orang yang terinfeksi
asimtomatik (1,2%); kasus ringan sampai menengah (80,9%); kasus parah (13,8%); kasus
kritis (4,7%); dan kematian (2,3% di semua kasus yang dilaporkan). Studi terbaru
menunjukkan bahwa proporsi infeksi gejala pada anak di bawah usia 10 tahun setinggi
15,8%. Oleh karena itu, proporsi infeksi asimtomatik harus lebih ditemukan di masa depan
(Duan, 2020).
Evaluasi awal dinamika transmisi COVID-19 menunjukkan bahwa nomor reproduksi
dasar (R0) dari 2019-nCoV diperkirakan 1,4-3,9 dan itu menunjukkan bahwa transmisi
penyakit antar manusia adalah pendorong utama. R0 SARS-CoV dengan tidak adanya
intervensi adalah 2.3 – 3.7. R0 MERS-CoV 0.50-0,92 berdasarkan analisis 55 dari 64 pasien
yang terkonfirmasi positif laboratorium. Dengan implementasi diagnosis yang cepat,
ditambah dengan isolasi pasien yang efektif, R0 SARS-CoV turun menjadi kurang dari 1,
menjelaskan mengapa wabah SARS-CoV akhirnya dapat dikendalikan. Namun, perlu dicatat
bahwa perkiraan R0 dapat bervariasi pada berbagai faktor biologis, sosial-perilaku, dan
lingkungan, dan harus ditafsirkan dengan kehati-hatian (Sun et al., 2020). Laporan lain
mengungkapkan bahwa R0 untuk SARS-CoV-2 saat ini diperkirakan 2,7 (Zimmermann and
Curtis, 2020).
Pada awal wabah SARS-CoV-2, diketahui bahwa infeksi COVID-19 terjadi melalui
paparan virus dan populasi normal maupun populasi yang mengalami imunosupresi
mengalami kerentan. Beberapa studi telah melaporkan distribusi usia pasien dewasa antara 25
5
dan 89 tahun. Kebanyakan pasien dewasa berusia antara 35 dan 55 tahun, dan ada lebih
sedikit kasus yang teridentifikasi di antara anak dan bayi. Sebuah studi tentang dinamika
transmisi awal virus melaporkan usia median pasien adalah 59 tahun, mulai dari 15 untuk 89
tahun, dengan mayoritas (59%) menjadi pria. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
penduduk yang paling berisiko mungkin orang dengan fungsi kekebalan tubuh yang buruk
seperti orang tua dan mereka dengan disfungsi ginjal dan hati (Adhikari et al., 2020).
Anak- anak dari segala usia rentan terhadap COVID-19, tetapi tidak ada perbedaan
yang signifikan dari segi jenis kelamin. Manifestasi klinis pasien anak umumnya tidak
separah pasien dewasa. Namun, anak kecil, terutama bayi, rentan terhadap COVID-19 (Dong
et al., 2020).
2. ETIOLOGI
Coronavirus adalah virus RNA strain tunggal positif, tidak bersegmen dan berkapsul.
Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Betacoronavirus,
Coronaviridae terbagi menjadi dua subfamili berdasarkan karakteristik genom dan
serotipenya. alpha coronavirus, gamma coronavirus, dan deltacoronavirus adalah empat
genus coronavirus. Coronavirus memiliki kapsul, sering pleimorfik dengan diameter sekitar
50-200m, partikel memiliki bentuk elips atau bulat. Semua virus ordo Nidovirales tidak
bersegmen, berkapsul, dan memiliki genom RNA sangat panjang serta virus positif RNA.
Bentuk coronavirus menyerupai kubus dengan protein S berada pada permukaan virus.
Protein S atau juga disebut spike protein adalah salah satu protein antigen virus utama dan
struktur utama dalam penulisan gen. Protein S tersebut berfungsi sebagai molekul
penempelan dan masuknya virus ke sel inang (interaksi reseptor pada sel inang dengan spike
protein). Coronavirus sensitif terhadap suhu panas dan dapat diinaktifkan dengan desinfektan
yang mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter,
perioksiasetat, alkohol, asam detergen non-ionik, oxidizing agent, formalin, dan kloroform.
Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2020).
3. FAKTOR RISIKO
. Terdapat bukti peningkatan insiden dan keparahan COVID-19 pada pasien dengan diabetes.
COVID-19 bisa berpengaruh pada patofisiologi diabetes. Glukosa darah yang kontrol penting
tidak hanya untuk pasien yang terinfeksi dengan COVID-19, tetapi juga bagi mereka yang
tanpa penyakit (Singh et al., 2020). Secara khusus, obesitas meningkatkan risiko keparahan
penyakit sekitar tiga kali lipat dengan konsekuen lama rawat inap lebih lama (Guo et al.,
2020)(Gao et al., 2020). Laporan lain menyebutkan bahwa pria, berusia lebih dari 65, dan
peroko mungkin menghadapi risiko yang lebih besar berkembang menjadi kondisi kritis atau
fatal dan faktor komorbid seperti hipertensi, diabetes, penyakit kardiovaskular, dan penyakit
pernapasan juga bisa sangat mempengaruhi prognosis dari COVID-19 (Zheng et al., 2020).
Namun, keterkaitan relatif COVID-19 dengan kondisi kesehatan yang mendasari masih
belum jelas karena pengamatan yang kurang cermat untuk faktor perancu seperti usia, jenis
kelamin, dan merokok atau tidak; tindak lanjut yang kurang; dan kemungkinan pelaporan
kondisi yang tidak lengkap. Di Cina, catatan kesehatan sering tidak lengkap atau tidak akurat
dan kondisi kronis yang tidak terdiagnosis (Jordan, Adab and Cheng, 2020).
Analisis multivariat menunjukkan 8% risiko kematian di rumah sakit yang lebih
tinggi dari untuk setiap unit peningkatan rasio neutrofil-ke-limfosit atau NLR. Dibandingkan
dengan pasien dalam tertile terendah, NLR pasien dalam tertile tertinggi memiliki risiko
kematian lebih tinggi 15,04 kali lipat setelah menyingkirkan faktor lain. Terutama, fully
adjusted OR untuk kematian adalah 1,10 pada laki-laki untuk setiap unit peningkatan NLR
(Liu et al., 2020).
4. PATOGENESIS

6
SARS-CoV-2 ditransmisikan terutama melalui droplet respirasi, kontak, dan potensi
fekal-oral. Replikasi virus primer diduga terjadi pada epitel mukosa saluran pernapasan
bagian atas (rongga hidung dan faring), dengan replikasi lebih lanjut pada saluran pernapasan
bawah dan mukosa gastrointestinal, sehingga menimbulkan viremia ringan. Beberapa infeksi
pada titik ini tetap asimtomatik. Beberapa pasien juga telah menunjukkan gejala non-respirasi
seperti acute liver and heart injury, gagal ginjal, diare, dan kondisi gangguan beberapa organ.
ACE2mayoritas terdapat pada mukosa hidung, bronkus, paru, jantung, kerongkongan, ginjal,
lambung, kandung kemih, dan usus penyerapan, dan organ manusia ini semua rentan
terhadap SARS-CoV-2. Baru-baru ini, patogenisitas potensial dari SARS-CoV-2 untuk
jaringan testis juga diusulkan oleh klinisi, menyiratkan masalah kesuburan pada pasien muda
(Duan, 2020). Secara signifikan, tingkat sitokin darah yang tinggi dan kemokin dilaporkan
pada pasien dengan infeksi covid-19 yang termasuk IL1-β, IL1RA, IL7, IL8, IL9, IL10,
FGF2 dasar, gcsf, gmcsf, ifnγ, IP10, MCP1, MIP1α, MIP1β, pdgfb, tnfα, dan vegfa. Beberapa
kasus yang parah yang diterima unit perawatan intensif menunjukkan tingginya tingkat
sitokin pro-inflamasi termasuk IL2, IL7, IL10, GCSF, IP10, MCP1, MIP1α, dan TNFα yang
bisa menyebabkan keparahan penyakit(Rothan and Byrareddy, 2020).

Gambar Postulat patogenesis infeksi SARS-CoV-2 atau COVID-19 (Duan, 2020)

Gambar gejala yang bisa dialami penderita COVID-19 (Rothan and Byrareddy, 2020)

5. PENATALAKSANAAN
a. MEDIKAMENTOSA (Sanders et al., 2020; Uddin et al., 2020)

7
 Lopinavir (LPV)-Ritonavir (RTV) Kombinasi (Kaletra): Obat ini telah disetujui
FDA untuk pengobatan HIV-1. Lopinavir adalah protease inhibitor yang menghambat
pematangan partikel virus, langkah akhir dalam replikasi HIV-1, sementara ritonavir
membantu meningkatkan aktivitas Lopinavir dengan menghambat enzim CYP3A
yang memperlambat laju metabolisme Lopinavir dalam hati. Temuan dari studi
invitro dan hewan terhadap SARS dan MERS menunjukkan potensinya untuk
pengobatan COVID-19. Lopinavir-ritonavir telah digunakan baik sendiri atau dalam
kombinasi dengan baik Alpha interferon (Cina) atau chloroquine/hydroxychloroquine
(Korea Selatan) untuk pengobatan COVID-19 dengan beberapa keberhasilan. Namun,
data baru dari Cina meragukan efek menguntungkan pada pasien COVID-19 yang
sakit parah. Dengan demikian, hasil dari uji klinis tambahan yang diperlukan untuk
menetapkan efektivitas pengobatan ini untuk COVID-19 yang sedang berlangsung.
Dosis kombinasi obat ini adalah 400mg/100mg dua kali sehari untuk peemberian
hingga 14 hari.
 Favipiravir (Favilavir or Avigan): Favipiravir (FPV) adalah RNA-Dependent RNA
polymerase inhibitor yang dikembangkan oleh Fujifilm Toyama Chemical di Jepang
yang aman dan telah efektif dalam infeksi virus lainnya, termasuk influenza. Sekarang
telah terbukti berguna terhadap SARS-CoV-2 dalam uji klinis awal yang dilakukan di
Wuhan dan Shenzhen. Dalam studi ini, efek FPV versus LPV/RTV dibandingkan
selama pengobatan pasien COVID-19. Pasien yang diberikan FPV menunjukkan
respon terapeutik yang lebih baik terutama berkenaan dengan pembersihan virus yang
lebih cepat dan perbaikan kondisi dalam rongen thorax. Berdasarkan hasil yang
menggembirakan ini, favipiravir telah disetujui oleh National Medical Products
Administration dari China sebagai obat anti-COVID-19 pertama di Uni Emirat Arab.
Dosis pemberian Avigan adalah loading dose 2.400 mg- 3.000 mg every dua kali
sehari dua dosis dan diikuti maintenance dose 1.200 mg- 1.800 mg setiap 12 jam.
 Chloroquine/Hydroxychloroquine: Chloroquine adalah obat murah untuk
pengobatan malaria dan termasuk dala obat-obatan esensial WHO. Obat ini juga
digunakan sebagai agen anti-inflamasi untuk pengobatan penyakit autoimun.
Chloroquine diperkirakan menghambat replikasi virus dengan meningkatkan pH
endosomal pada banyak virus, seperti Ebola dan Marburg yang membutuhkan
lingkungan asam endosom untuk keberhasilan replikasi. Namun, studi baru-baru ini
menunjukkan bahwa efek anti-inflamasi klorokuin dimediasi oleh upregulasi dari
cyclin-dependent kinase inhibitor, P21. Penelitian invitro telah menunjukkan efek
antivirus yang ampuh terhadap SARS-CoV-2. Sebuah uji klinis multicenter di Cina
telah melaporkanefikasi Chloroquin yang ditunjukkan dengan penurunan ekasaserbasi
pneumonia dan margin keselamatan yang dapat diterima dengan menggunakan
kloroquine untuk pengobatan COVID-19. Hydroxychloroquine adalah analog
chloroquine yang lebih stabil dengan profil keamanan klinis yang lebih baik dan
memiliki aktivitas anti-SARS-CoV-2. Obat ini dilaporka mempercepat pemulihan dan
clearance virus pada pasien COVID-19 dan memiliki hasil yang baik apabila
dikombinasikan dengan antibiotik makrolid, azitromisin. Namun, sebuah uji klinis
baru-baru ini telah menunjukkan hasil yang mengecewakan dengan kombinasi
azitromisin dengan hydroxychloroquine pada pasien COVID-19 kritis, menunjukkan
bahwa studi yang lebih besar dengan desain terkontrol diperlukan sebelum
rekomendasi konklusif dapat dibuat untuk chloroquine/hydroxychloroquine dalam
pengobatan COVID-19. Menariknya, kloroquine dan hydroxychloroquine adalah
ionofor seng dan seng telah dilaporkan menghambat enzim RNA-Dependent RNA
polimerase coronaviruses. Dengan demikian, salah satu alasan keberhasilan obat ini
pada beberapa uji klinis ini bisa karena tidak adanya suplementasi Seng yang

8
mungkin diperlukan untuk mengamati efek terapeutik obat ini pada SARS-CoV-2 dan
infeksi virus RNA lain. Dosis chloroquine COVID-19 adalah 500 mg satu atau dua
kali sehari. Dosis optimal hydroxychloroquine dalam penanganan COVID-19 adalah
loading dose 400 mg dua kali sehari selama 1 hari dan diikuti pemberian obat 200 mg
dua kali sehari.
 Remdesivir (GS-5734): Remdesivir adalah prodrug analog nukleotida dengan
aktivitas antivirus spektrum luas terhadap banyak virus RNA. Seperti Favipiravir,
obat ini memblok RNA-Dependent RNA polymerase, enzim yang mereplikasi genom
virus, menghambat langkah awal dalam replikasi virus, dibandingkan dengan protease
inhibitor yang menargetkan langkah terakhir dalam proses replikasi virus. Obat ini
dapat menghambat replikasi MERSCoV, SARS-CoV, dan SARS-CoV-2 pada hewan.
Sejauh ini, obat ini juga telah digunakan dalam penelitian obat Ebola, MERS-CoV,
dan SARS-CoV2, dan virus RNA lainnya, tetapi belum disetujui sebagai obat suatu
penyakit. Penelitian kohort yang menggunakan remdesivir pada kelompok pasien
dirawat di tempat yang parah COVID-19, pengembang obat (Gilead Sciences, kota,
US State abbrev., AS) melaporkan perbaikan klinis di 68% (36 dari 53) pasien.
Randomized, double-blind, placebo-controlled, multicenter clinical trial remdesivir
pada 237 pasien dari Hubei, Cina, baru saja diterbitkan. Sayangnya, hasil
menunjukkan tidak memberikan manfaat klinis yang bermakna secara statistik kecuali
untuk pengurangan numerik dalam waktu untuk perbaikan klinis. Selain itu,
pengobatan dengan remdesivir harus dihentikan lebih awal pada beberapa pasien
karena efek yang tidak diinginkan terjadi pada 12% pasien versus 5% pasien plasebo.
Hasil serupa telah diumumkan dari uji klinis AS pertama obat ini pada saat
pengerjaan tulisan ini, yang masih belum diterbitkan. Uji klinis remdesivir di
beberapa negara masih ditunggu untuk lebih konklusif menetapkan penggunaannya
pada pasien COVID-19. Dosisnya adalah 200 mg loading dose, diikuti 100 mg
perinfus setiap hari.
 SNG001: SNG001 adalah obat eksperimental inhalasi (interferon beta) yang
dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Inggris Synairgen. Obat hirup ini akan
memungkinkan pasien untuk mengobati sendiri keluhannya dengan menggunakan
semacam nebulizer kecil yang dapat digenggam. Obat ini dikembangkan untuk
penyakit paru obstruktif kronis paru gangguan (PPOK), tetapi, karena saat ini sedang
krisis COVID-19, telah digunakan oleh 100 pasien dalam uji klinis fase II
(EudraCT2020-001023-14) di Inggris yang hasil yang ditunggu.
 Tocilizumab : Tocilizumab adalah antibodi monoklonal manusia terhadap reseptor
interleukin-6 (Il-6R) yang disetujui oleh FDA untuk mengobati pasien dengan
rheumatoid arthritis, sistemik remaja idiopatik arthritis, dan giant cell arteritis. IL-6
telah terbukti menjadi mediator utama badai rilis sitokin (CRS) yang diamati pada
kondisi kritis pasien COVID-19. Oleh karena itu, obat ini telah diusulkan sebagai
terapi potensial untuk mengobati pasien tersebut. Dengan demikian, Tocilizumab
baru-baru ini telah digunakan sebagai agen imunosupresif selama observasi CRS pada
pasien sakit parah COVID-19 di Cina dan Italia dengan hasil yang menjanjikan.
Pasien COVID-19 yang diobati dengan Tocilizumab di Cina menunjukkan perbaikan
kondisi yang menunjukkan bahwa Tocilizumab berpotensi sangat efektif dalam
mengobati pasien dengan infeksi berat. Konsisten dengan ini, pemberian tocilizumab
pada pasien COVID-19 dengan pneumonia di Italia menunjukkan perubahan yang
baik dari temuan CT dalam 14 hari pengobatan. Obat ini menjadi harapan baru
menjadi terapi yang menjanjikan untuk mengobati pasien COVID-19 yang parah.
Dosis tocilizumab yang dilaporkan memiliki hasil menggembirakan adalah 400 mg IV

9
atau 8 mg/kg × 1-2 dosis. Dosis kedua deberikan 8-12 jam setelah pemberian dosis
pertama apabila tidak adekuat.
 Kinases: p21-activated protein kinases (PAKs) adalah hasil akhir cytosolic
serine/threonine protein kinases (p21) GTPase kecil, termasuk anggota keluarga
Cdc42 dan RAC. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kinase patogen
utama dalam kelompok ini, PAK1, memainkan peran penting dalam entri, replikasi
dan penyebaran beberapa virus penting, termasuk influenza dan HIV. Coronavirus
mengeksploitasi macropinocytosis untuk mendapatkan masuk ke sel dan proses ini
telah terbukti tergantung pada aktivitas PAK1. Penargetan PAK1 untuk mencegah
micropinocytosis telah berimplikasi pada intervensi terapeutik. Hal ini sangat
menunjukkan bahwa PAK1-inhibitor bisa bermanfaat untuk pengobatan infeksi
COVID-19. Contoh PAK-1 inhibitor adalah asam caffeic dan esternya, propolis,
ketorolac, dan triptolide. Sayangnya, semua zat tersebut memiliki masalah dengan
kelarutan dan penetrasi sel. Namun, PAK-1 inhibitor terbaru, seperti 15K (1, 2, 3-
triazolyl Ester dari ketorolac), 500 kali lebih kuat menghambat PAK1 daripada
molekun induknya. Minnelide (kelompok hidroksil triptolide difosforilasi)
meningkatkan kelarutan air lebih dari 3000 kali, dan frondoside.
b. NONMEDIKAMENTOSA (Uddin et al., 2020)
Saat ini, tidak ada vaksin atau intervensi farmakologis tertentu yang tersedia
untuk melawan transmisi horizontal SARS-CoV-2. Selain itu, intervensi farmasi
khusus COVID-19 dan vaksin yang efektif tidak akan tersedia dalam kurun waktu 3-
12 bulan kedepan. Oleh karena itu, respon kesehatan masyarakat yang paling efektif
terhadap wabah yang sedang berlangsung adalah untuk melaksanakan intervensi non-
farmakologis (NPI), seperti identifikasi kasus awal dan isolasi, melacak kontak
waspada pada potensi kasus sekunder, pembatasan dan larangan perjalanan,
pengurangan kontak ketat, fisik ("sosial") distancing, meningkatkan kebersihan, dan
mencuci tangan teratur. Pendekatan seperti itu memerlukan penutupan ruang publik
non-esensial, layanan dan fasilitas, transisi ke modalitas pembelajaran digital untuk
lembaga pendidikan, dan Self-isolation/bekerja dari rumah untuk bisnis. Perkiraan
pemodelan menunjukkan bahwa NPIs terintegrasi cenderung memiliki efek terkuat
dan paling cepat untuk menurunkan jumlah reproduksi dan memperlambat laju
transmisi virus, jika diimplementasikan di awal wabah. NPIs ini adalah tindakan
sementara untuk menambah waktu sebagai upaya untuk pemahaman yang lebih baik
dari genomika virus dan mengumpulkan informasi membuka pintu untuk
pengembangan intervensi terapi yang efektif dan vaksin.
6. KOMPLIKASI
Di Massachusetts General Hospital, pasien kritis COVID-19 dilaporkan memiliki
komplikasi gastrointestinal: ileus, Ogilvie-like syndrome, nekrosis hepatik ekstensif, dan
iskemia usus yang memerlukan operasi yang muncul dan reseksi usus . maka, klinisi klinisi
harus tetap memiliki kewaspadaan tinggi untuk gejala gejala saluran cerna dan berkonsultasi
dengan dokter bedah(Kaafarani et al., 2020).
Meskipun manifestasi klinis penyakit coronavirus (COVID ‐ 19) terutama pada
pernapasan, komplikasi jantung juga dilaporkan. Etiologi manifestasi jantung tampaknya
multifaktorial, yang terdiri dari kerusakan miokard akibat perusakan oleh virus secara
langsung, hipoksida, hipotensi, peningkatan status inflamasi, ACE2 ‐ reseptor
downregulation, obat toksisitas, status katekolamin adrenergik endogen, adalah beberapa
contohnya. Studi mengevaluasi pasien dengan COVID ‐ 19 yang menyajikan penanda cedera
jantung menunjukkan bahwa hal itu terkait dengan kondisi yang lebih parah, dan peristiwa
aritmia yang tidak biasa. Selain itu, obat yang digunakan untuk mengobati COVID-19
dikenal dapat memperpanjang interval QT dan dapat memiliki kecenderungan proaritmia

10
(Kochi et al., 2020). Komplikasi lain yang juga dilaporkan sebagai komplikasi COVID-19 di
jantung adalah cedera miokard, miditis, infark acutemyocardial, gagal jantung, dysrhythmias,
dan kejadian tromboemboli vena (Lodigiani et al., 2020; Long et al., 2020).
Dalam aspek neurogis, ensefalopati telah dilaporkan sebagai komplikasi COVID-19
pada pasien berusia 74 tahun yang melakukan perjalanan dari Eropa ke Amerika Serikat
(Filatov et al., 2020).
7. PROGNOSIS
Penelitian telah menunjukkan bahwa komorbiditas, seperti penyakit paru obstruktif
kronik, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, hipertensi dan keganasan, dapat
mempengaruhi hasil akhir klinis yang lebih buruk. Para peneliti baru-baru ini mengusulkan
bahwa penggolongan pengobatan dan prognosis COVID-19 harus bertingkat berdasarkan
ketiadaan atau kehadiran komorbiditas dengan tipe A, B dan C. Tipe A mewakili pasien
COVID-19 dengan pneumonia tanpa komorbiditas, tipe B menandakan COVID-19
pneumonia dengan komorbiditas; dan tipe C menunjukkan pneumoniaCOVID-19 dengan
disfungsi multi-organ(Guo et al., 2020; Singh et al., 2020).

LAMPIRAN

11
12
13
4

14
15
DAFTAR
PUSTAKA

Adhikari, S. P. et al. (2020) ‘Novel Coronavirus during the early outbreak period:
Epidemiology, causes, clinical manifestation and diagnosis, prevention and control’,
Infectious Disease Poverty, 9(29), pp. 1–12. Available at:
https://link.springer.com/article/10.1186/s40249-020-00646-x.

Dong, Y. et al. (2020) ‘Epidemiology of COVID-19 Among Children in China’, Pediatrics,


145(6), p. e20200702. doi: 10.1542/peds.2020-0702.
https://pediatrics.aappublications.org/content/145/6/e20200702

Duan, G. (2020) ‘of COVID-19’, Virology, Epidemiology, Pathogenesis, and Control of


COVID-19, pp. 1–17.
https://www.mdpi.com/1999-4915/12/4/372

Filatov, A. et al. (2020) ‘Neurological Complications of Coronavirus Disease (COVID-19):


Encephalopathy’, Cureus, 12(3). doi: 10.7759/cureus.7352.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7170017/pdf/cureus-0012-00000007352.pdf

Gao, F. et al. (2020) ‘Obesity Is a Risk Factor for Greater COVID-19 Severity’, Diabetes
Care, (April), p. dc200682. doi: 10.2337/dc20-0682.
https://care.diabetesjournals.org/content/diacare/early/2020/05/12/dc20-0682.full.pdf

Guo, W. et al. (2020) ‘Diabetes is a risk factor for the progression and prognosis of COVID-
19’, Diabetes/Metabolism Research and Reviews, (March), pp. 1–9. doi: 10.1002/dmrr.3319.
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/dmrr.3319

Jordan, R. E., Adab, P. and Cheng, K. K. (2020) ‘Covid-19: Risk factors for severe disease
and death’, The BMJ, 368(March), pp. 1–2. doi: 10.1136/bmj.m1198.
https://www.bmj.com/content/bmj/368/bmj.m1198.full.pdf

Kaafarani, H. M. A. et al. (2020) ‘Gastrointestinal Complications in Critically Ill Patients


With COVID-19’, Annals of Surgery, p. 1. doi: 10.1097/sla.0000000000004004.

16
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7268843/pdf/ansu-publish-ahead-of-print-
10.1097.sla.0000000000004004.pdf

Kochi, A. N. et al. (2020) ‘Cardiac and arrhythmic complications in patients with COVID-
19’, Journal of Cardiovascular Electrophysiology, pp. 1003–1008. doi: 10.1111/jce.14479.
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1111/jce.14479

Liu, Y. et al. (2020) ‘Neutrophil-to-lymphocyte ratio as an independent risk factor for


mortality in hospitalized patients with COVID-19’, Journal of Infection. Elsevier Ltd, (xxxx).
doi: 10.1016/j.jinf.2020.04.002.
https://pdf.sciencedirectassets.com/272604/AIP/1-s2.0-S0163445320302085/main.pdf?X-
Amz-Security-Token=IQoJb3JpZ2luX2VjEKv%2F%2F%2F%2F%2F%2F%2F%2F%2F
%2FwEaCXVzLWVhc3QtMSJIMEYCIQD73fVOEdggg
%2BSxtoZYxvAIuTKpa62ODPRK9d6Kgs4aogIhAM
%2BTXxTqfkIswuEqkEMmP7YmSekhk4HRinlR2WWnrOEGKrQDCCQQAxoMMDU5M
DAzNTQ2ODY1IgxJRmW9LT1kO12iqvYqkQNdUH5BdFOqR6ZQ9CMpawkEzdWIKYO
BVsVbu8iC0ixMfxXWr0qqM42C1z8L4TBk6Cp
%2Fw8xTmhhYddKLmeZK24%2BrgQmjoq5%2F
%2Fza93GzrlXWLFYq8bvIBR8zBnQlYo9u1TOwN8xgGIdYLJvHLe46B9bcI3wr1Oo5BKp
1J4ZR7QYOODp
%2ByK5Ja1%2FwjBEmvkSlLHIb27Czgw8RRgzcARJKtoqiQfN0FMlc5Et6jkHrQpy66LhC
Wu4fL
%2F6iYBKSgXh2w6fv72TDTe0inOE8zocaEe43sBxstgMas33t2rcfHUGPJtm7DWhFP55Y1
Grgl1LJuHORSSzrig7z0qN0V%2F5jA9pt4Mgp%2F3f0EPP
%2BOjHS5JSoAIvPu3kj4Saovxp9pKE1eCaCzV8g3qYCiMmzSvUjL5mjKX5rF2137mLoD
EovTqiBZ
%2FFU8R8fMYdpF0WGYILlHkk5VLv2ZJVrWYJoWgW2EETf1Gmf6mfjolajw4t7Srf3%2
Bvtg8nieoFhwN3ueDWF8pchEOOqvDUCYViNjwT6hi7tk3PzDSmIH3BTrqAUwxIQLNJv
%2FhQdnbVPDv0LoZBTb5HD6r22roqkkRzVzHGOByLneZ73F1yG4AcKQQxfolw6dnMG
AyLMC%2BA7%2BSvbuYZYXAkMIaR3XeKr
%2FhWgWJfGinkBuHwR5WExmnL79EFraVgDML5RV5A4IF2VdeeXSafaPx4XX4qluc74
UARDTifB9EmoXQ2ZAlGYwHSIQ6cyrYptUJQLEEMWq%2BnF0E8Ocw1PFKRD
%2BWAFB897bx7yxIsp%2FDSfJcYFn0KKErD
%2BEFqI9Gbgq2U8VmpM1pKNWjjd0GVMj1Ps4KOgtyCoovz3ga9xBmhSaRCbQqAw
%3D%3D&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-SHA256&X-Amz-
Date=20200610T034626Z&X-Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-Expires=300&X-Amz-
Credential=ASIAQ3PHCVTYRRBOS3X4%2F20200610%2Fus-east-
1%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-
Signature=5244dea9ac57cd511bc74965d8c95e79cd1c8d35aedf1f1c15831d98664f7502&has
h=d600ce6cab4861a5ba28b31b1b10b81a89b19da065559c4ebee5f588cae6ed75&host=68042
c943591013ac2b2430a89b270f6af2c76d8dfd086a07176afe7c76c2c61&pii=S016344532030
2085&tid=spdf-1ea3e1f7-7b95-40e5-85d8-
e9ac25551b69&sid=6376bdfb1ebfc64951085e8023f1e3542b0cgxrqb&type=client

17
Lodigiani, C. et al. (2020) ‘Venous and arterial thromboembolic complications in COVID-19
patients admitted to an academic hospital in Milan, Italy’, Thrombosis Research. Elsevier,
191(April), pp. 9–14. doi: 10.1016/j.thromres.2020.04.024.
https://pdf.sciencedirectassets.com/271043/1-s2.0-S0049384820X00089/1-s2.0-
S0049384820301407/main.pdf?X-Amz-Security-Token=IQoJb3JpZ2luX2VjEKz%2F%2F
%2F%2F%2F%2F%2F%2F%2F
%2FwEaCXVzLWVhc3QtMSJHMEUCIExh8V3sMW1MPvRV9h1dz1lctchRno
%2FYnN16xXyLcjN3AiEAnkzNMAUHxzZpQPSwGlcXLvnPUGVBv9i29K108lyns
%2F0qtAMIJRADGgwwNTkwMDM1NDY4NjUiDLwj%2B9GNBdRm0gCn
%2FyqRA545yYbpS5RKQcRYjHzpzUw7XuIVQXXIhlDf5TOQ9ijmNSUXWEhwbQgkaC
OQllexBFXgL3ikXkqSsdKWm2VNg%2B3GQrv1cHzVhq560LpPmP
%2BtuYjdgKTC1DBydHnq%2FuFNKnagC
%2BwiBikZ9PbjJJXDlm4ZTZaCNyy5Bw7YsqudpQBfhfTSJBiJWs5cNQ2Rh1K2mEH9X7
NmPZK6wB4fdzV9z3cqWAbj2jgy4g580HujE5DMPYmy6lXpd2MdBYAVMM1jAs0jQtP
%2BtP9T7WefI5%2F92eAjvxexYwsWelCkyiyw4I7tQRGLPh1egsZucHg
%2BJJjlB7%2BEfVsRmnr9OfqIU1iRKeqkP0ay7RiMbNDkDmt6011aRSsTYhhPKZvGc3s0
R4694pxE%2FLgH4XQ1RIRbWegXHYeFfshLoxowaJt4mfVTrAUlRXt0GUYWhWu64t
%2BzGmtR9etEpeUYy495cEsdHf22MGgnaihnNQzWzmIYGOfbt5t8nBHjhAimibsMpi1Kn
XOON%2BexT3oe
%2B0v6FOiFekFMdDjbMKC0gfcFOusBWRWdVrP0wYFwWLEDZu7ryF66kNIb2KEL2o
q%2FErITfdyl%2Fe
%2Fj93qdIIG641jUumcN7XDE8KDu2BNW5OLns72%2FKx3pU0bIqE0SZ3cnCVqfpsp3a
VkgpcMkwyoih7FBXHJn3MxtapIYFzwDrQHo94x7g2HySNYTOBw2A3rXPCdAjCWSxy
4TGrgGIUU7aBBMsx1lS9cslSkz8b9biB4QT8yX8eiF8SHhOtNgMGDQRCZIZxkE3c1mMi
45pFLcytY%2BAj9iP9ko6fERLgy%2F2I
%2FzjspM1S9Jl4JSfOEjln16wMVUr8YWeIVUgZJ8JwMweg%3D%3D&X-Amz-
Algorithm=AWS4-HMAC-SHA256&X-Amz-Date=20200610T052218Z&X-Amz-
SignedHeaders=host&X-Amz-Expires=300&X-Amz-
Credential=ASIAQ3PHCVTYZXVXMF7F%2F20200610%2Fus-east-
1%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-
Signature=fcdbd1a2f1647d59631a74538ef81e2e2ced54589bea5ca3f7d1ba537414b853&has
h=481f04b9e78a767ed7dfe47f6113b8d913b403261a780438c87b66c83ce355c0&host=68042
c943591013ac2b2430a89b270f6af2c76d8dfd086a07176afe7c76c2c61&pii=S004938482030
1407&tid=spdf-101be8d6-a86b-485f-95f0-
2ff5d62c2625&sid=6376bdfb1ebfc64951085e8023f1e3542b0cgxrqb&type=client

Long, B. et al. (2020) ‘Cardiovascular complications in COVID-19’, American Journal of


Emergency Medicine. Elsevier Inc., (xxxx), pp. 4–7. doi: 10.1016/j.ajem.2020.04.048.
https://pdf.sciencedirectassets.com/272456/AIP/1-s2.0-S0735675720302771/main.pdf?X-
Amz-Security-Token=IQoJb3JpZ2luX2VjEK3%2F%2F%2F%2F%2F%2F%2F%2F%2F
%2FwEaCXVzLWVhc3QtMSJHMEUCIQDmDrfvkJdG3iCNJ49zL6oW7sNLTPgDcUovcfb
sspLy9AIgdRPyQZtc%2BmetGJuqjKmz7CKGprMdkiK9TV4TZVV
%2FSlIqtAMIJhADGgwwNTkwMDM1NDY4NjUiDF2R6KufAShSX7On1iqRAxeFH0UE
H%2BDH6FaY0ggOyTen6c0y8sA0kawbuLM4UZZXyH
%2BnzWrmkpMK6AiVY8yDDLoX2vfU7WjWvBUG6E5NmeFrZUk5nphV8VFGDjRFD7f
5AnLD8G4YlCBJ8gzq7NjDUYOTuTkCI6RsWeDxWvsR8xCUX1LF7GejkIOoRQpvaa1j1F
lFd6zcItVebI7DWxkW8Gggb6yqzXZhsOpdYXgkF4T5BISA6xjw2vodSJmxWN2JMvVGn8
jnRbxAV1DlcgboGTH4m1D0OHrzv5q88%2BitmfG%2Bfk7avkTH%2BxFwyIOOQ
%2BBn9APaWVKeuSWMQEcuHDNZcZliWVmZw88%2F0Ba3%2B7JydTmiXpR12qkAq
xHhFjA42MGzj5EFr7L3e7%2BImXcU4o3g%2Flte4ZZKOqmfP%2F3x%2Fdi%2BwJed5Tt

18
%2FOYdzB8sCzUXIQgXbAadXR4EDyj86esCzVOS28HwViTN2QvZ
%2FXKnrFtFDFLMWrY%2Fc53Tw8CNSIEI0kInshiSyZJZI1ZlJEACy
%2FTUTbKOEyG2DiQXRQmlAB3RiHQNVMKLKgfcFOusBkmC7HXJCDqOOKv2HYIJ
A1IPEToDAlGAWn5tQRxICIQCQDyv2Fd14CRTSgj49iWNOsBQvUN92kCWPBPE
%2FoSDFU%2Bn3oKFr6tOvFZ%2BzUcxu8L4%2BH
%2FODgKy7%2F0ouVZu93yUN7Z7f3QqLHLbsuX0ofNT
%2Fg13W5seao7FdaxDte6l68j2Qts41lRhhSimz5roHpu4SJSJlxKFn4zWnr740rZj0m8SgNu
O1cR
%2B3VXEjWRMDBbdpk0jDvRNEepQnE2jimZ0fEhSAJQgrVdoIoz1g514R2V12F2fQEL
mUTDn2TLhrHFbTs06AoJASfyJiFA%3D%3D&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-
SHA256&X-Amz-Date=20200610T052302Z&X-Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-
Expires=300&X-Amz-Credential=ASIAQ3PHCVTYZ23M2MEE%2F20200610%2Fus-east-
1%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-
Signature=9bda4ca479641f7251cc67272e46f522fbd4e08ae06a40302ceb4a7c92fda134&hash
=fe13eb709e45aa83368705c3a61143d819fc8152b40b14071e9aac9c8995ad76&host=68042c
943591013ac2b2430a89b270f6af2c76d8dfd086a07176afe7c76c2c61&pii=S0735675720302
771&tid=spdf-0b170739-2a45-4d0b-b56b-
ec2502d15161&sid=6376bdfb1ebfc64951085e8023f1e3542b0cgxrqb&type=client

Park, M. et al. (2020) ‘A Systematic Review of COVID-19 Epidemiology Based on Current


Evidence’, Journal of Clinical Medicine, 9(4), p. 967. doi: 10.3390/jcm9040967.
https://www.mdpi.com/2077-0383/9/4/967

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2020) Pneumonia COVID-19 Diagnosis &


Penatalaksanaan di Indonesia. Edited by E. Burhan et al. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia.
https://klikpdpi.com/bukupdpi/wp-content/uploads/2020/04/Buku-Pneumonia-COVID-19-
PDPI-2020.pdf

Rothan, H. A. and Byrareddy, S. N. (2020) ‘The epidemiology and pathogenesis of


coronavirus disease (COVID-19) outbreak’, Journal of Autoimmunity. Elsevier,
109(February), p. 102433. doi: 10.1016/j.jaut.2020.102433.
https://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S0896841120300469?
token=6ED9875484EBA9ECE0C580E9448E8C1957929ED3C51FBD61C49A320DED2E1
B319CBAD1F9545C8F62E2367E045D2814A6

Sanders, J. M. et al. (2020) ‘Pharmacologic Treatments for Coronavirus Disease 2019


(COVID-19): A Review’, JAMA - Journal of the American Medical Association, 323(18).
doi: 10.1001/jama.2020.6019
https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/2764727.

Singh, A. K. et al. (2020) ‘Diabetes in COVID-19: Prevalence, pathophysiology, prognosis


and practical considerations’, Diabetes and Metabolic Syndrome: Clinical Research and
Reviews. Diabetes India, 14(4), pp. 303–310. doi: 10.1016/j.dsx.2020.04.004.
https://pdf.sciencedirectassets.com/273595/1-s2.0-S1871402120X0004X/1-s2.0-
S1871402120300631/main.pdf?X-Amz-Security-Token=IQoJb3JpZ2luX2VjEKv%2F%2F
%2F%2F%2F%2F%2F%2F%2F

19
%2FwEaCXVzLWVhc3QtMSJHMEUCID2kkuVe6wxAoraEkr0fQwtA
%2BrNJWSTTFaZUpaCknLfAAiEA%2Bd%2Btb87490WQx
%2BuI73cttRyAAMXdHpkfeRBqu5bw8GIqtAMIJBADGgwwNTkwMDM1NDY4NjUiDJp
ppAhAnx%2F1DzMpKCqRA%2FfE1rtZ1gBCNEtJuxZpQ41MVJ2bm
%2FfGHYuicmdo5JuhU%2BGeSddA0jdL
%2FnBZeKhHAHLrL4CKdSg9sSvzRvxK8Sb1gvThlD
%2FssK32eqQgZCVuVkXYxvaw4ZXMJPFPVzC567hL
%2B2rQTAIAmHVgwjC3CHPRAfRpdf4vK5%2FcRCa%2B%2BBc8pXtEO22%2BU
%2FKno2BREjmvaejHqbcG1b5aRDZrmTNmx16BdJEfEQW04s1Bb1XlHp79Z21kNGn9W
fosRTBa0p%2Ftvnl3qqT%2FDd5pb0OvNooH8RIDwkky%2B915dcxuftfGUw%2F7fl
%2BEll6dsmZvPX1qAgTpEbcVA0kL0VPj6VzTXReTrInf4daJC
%2FSu0wOyxmx3mkACr7jX7HGZX0tKrSl1fb0OFYUnKVTPIyDKliCIG3bzT3pqRrLA34
DC189B13hGrrzDaaG2DQSVnlBAhUOke
%2BUYXYkkvwXnEz66wm09RsXacm8aucMMr8Q4jzhYPBDELWyG4ru
%2FzlDlOPsmQPqpjyi5%2BeuznYr6ut
%2BjHNxT8%2FUVxDDfMICSgfcFOusBRt9fWmuij0Xj53lRqwsxvXvxN3%2B2oONril19
Uf6MKHSbxZtM2q%2F4repjchsRbjIgtAsZRY7gnRQvwubrCZgdemVWwPn2w5Y
%2FXf9sK9oI2HkPycFcPQnsOqwhx%2B4JECo2t4XO3pfTevE4Lswb
%2Bu7tce1q0BZxwR6VY1o5BLd5V2JPQArzQHmyzeObmsGKM%2Fbl5QTbq3Kt
%2BtgQC6IcP6pt8Scv9281kjgWOVpoYtcz%2FRuBOlAX%2FYf%2BRz
%2FCElEE9j3BpWryJyX497fGvVL2Uentqv4u
%2BM7ezhEn2x1%2FGQjX4lzRDWCl1ejhblmyxA%3D%3D&X-Amz-Algorithm=AWS4-
HMAC-SHA256&X-Amz-Date=20200610T033020Z&X-Amz-SignedHeaders=host&X-
Amz-Expires=300&X-Amz-Credential=ASIAQ3PHCVTYXPBUIB7M
%2F20200610%2Fus-east-1%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-
Signature=3c5b20730d4e1cf35ca99e6209b00e67b716163783bbad9b53934b3be9aba841&ha
sh=56610ace4fbefe3c660900abbfc357047631392e45a0105bc8d7cb4771d1e28e&host=6804
2c943591013ac2b2430a89b270f6af2c76d8dfd086a07176afe7c76c2c61&pii=S18714021203
00631&tid=spdf-77ef2e61-3144-4ce6-ad3b-
a8ca9e43132a&sid=6376bdfb1ebfc64951085e8023f1e3542b0cgxrqb&type=client

Sun, J. et al. (2020) ‘COVID-19: Epidemiology, Evolution, and Cross-Disciplinary


Perspectives’, Trends in Molecular Medicine. Elsevier Ltd, 26(5), pp. 483–495. doi:
10.1016/j.molmed.2020.02.008.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1471491420300654

Uddin, M. et al. (2020) ‘SARS-CoV-2 COVID-19 Viral Genomics, Epidemiology, Vaccines,


and Therapeutic Interventions’, (January), pp. 1–18.
https://www.mdpi.com/1999-4915/12/5/526

Yulianingsih, E. (2007) Proses produksi biskuit Di pt . Tiga pilar sejahtera food tbk unit iv.
Universitas Sebelas Maret. Available at:
https://eprints.uns.ac.id/6556/1/54980806200912231.pdf.

20
Zhai, P. et al. (2020) ‘The epidemiology, diagnosis and treatment of COVID-19’,
International Journal of Antimicrobial Agents. Elsevier B.V., 55. doi:
10.1016/j.ijantimicag.2020.105955.
https://pdf.sciencedirectassets.com/271247/1-s2.0-S0924857920X00057/1-s2.0-
S0924857920301059/main.pdf?X-Amz-Security-Token=IQoJb3JpZ2luX2VjEKz%2F%2F
%2F%2F%2F%2F%2F%2F%2F
%2FwEaCXVzLWVhc3QtMSJIMEYCIQCfruURtBAvLovjvCEtSaJJUpB9zFQ6e05KhTpO
MHyM7wIhAIex2S6HGRpnxSkoCdX9B8ySESMSWpXQWnnHplqBFjZpKrQDCCQQAxo
MMDU5MDAzNTQ2ODY1Igy3KbcBpwodMnEwEUkqkQNLukzWGfs8o0sLIdNt2gbHoBt
52IXdfTuDPhdnuSX%2FmxtHJbphDOpDzzUgRHoM
%2Ftu24GWVCIiy4QBCxh4TPT4c9QskDXcAbC8%2BoTxFOlR4sMShqm2aIDJaO4B5Lh
RGFV0de%2BDNqoWihywNtrypo6f%2Fx0Y0pIp%2FwTmaFj7Ra86Nvj
%2Bxws7DoucQJ3Wv1KBighkLULciP1Zpr9%2BvZO0bWyv0qvyZTENxxkZf2a13t5LdK9
EkLIO%2BwG9qStn1IZ%2FdjJSCPR%2BzTsp
%2BlNDjLxGAELWYhVPAcWUgA4%2F2q9kCrz6gK3gCL13maaIctLQo21%2B
%2FZpCuJwMeNHjASZIv4GvVeQLlpT2BmhxGvYtaSt2CyjIO2ChFP6Qgq8hYYSyHFiBx
JFwl96QDLHA23DQawfYWddCHCdBID3kopmnYLrOMoQtEbDEKi4xhOsBgc7aEl0W0O
jBOJth5Mdm3IwQ7PAp5pNUGwQmXEPMmxtl
%2FSC3rNwjPbpbuaQh8TowTbrpKqWDbN0Xj1PmZJla8ewlFgIuqLRqCSzC
%2BnIH3BTrqAfCcvUmLWPc35mHpIegdpg0iqDj2CX4qAJXcX6MAVIudQcALgX8yNeL
MhreSfq2sgRnhub3DLnCTFkOhrQzyr8OZDP9IcFB
%2BWzhVObOdMF0j8MqFI0JNwjoY7jC6FToY%2F2YvnKtxrtnoxYtbNQEQ
%2BLfnwnIy0969UtBU8ZvKN7tfgwIHeYsELfIAo%2FFTsiaivmddgVXY%2B
%2F2Jhn3zflOrIaH
%2BDR2JEBjtLaygsslQew3xvgUY2DRwc4sUCk61gcNiNZ1qIHIrLLl4bKJgplCeg7XhYmy
%2FuJIoxQolXq6XusELQI1LKthL2y7hrA%3D%3D&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-
SHA256&X-Amz-Date=20200610T033101Z&X-Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-
Expires=300&X-Amz-Credential=ASIAQ3PHCVTYYBJKRZ76%2F20200610%2Fus-east-
1%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-
Signature=2eb388f32f82517c8c34cb14afe883a8e893d5720466eed2b85624ecbee9235e&has
h=2ced744c15b6b4b1c4bc0218113efeb6b289533ffab207d3ebd03e84fdae5160&host=68042
c943591013ac2b2430a89b270f6af2c76d8dfd086a07176afe7c76c2c61&pii=S092485792030
1059&tid=spdf-b2d3413f-8a0e-44bb-9dbb-
38381e73c613&sid=6376bdfb1ebfc64951085e8023f1e3542b0cgxrqb&type=client
Zheng, Z. et al. (2020) ‘Risk factors of critical & mortal COVID-19 cases: A systematic
literature review and meta-analysis’, Journal of Infection. Elsevier Ltd, (568). doi:
10.1016/j.jinf.2020.04.021.
https://pdf.sciencedirectassets.com/272604/AIP/1-s2.0-S0163445320302346/main.pdf?X-
Amz-Security-Token=IQoJb3JpZ2luX2VjEKv%2F%2F%2F%2F%2F%2F%2F%2F%2F
%2FwEaCXVzLWVhc3QtMSJIMEYCIQD73fVOEdggg
%2BSxtoZYxvAIuTKpa62ODPRK9d6Kgs4aogIhAM
%2BTXxTqfkIswuEqkEMmP7YmSekhk4HRinlR2WWnrOEGKrQDCCQQAxoMMDU5M
DAzNTQ2ODY1IgxJRmW9LT1kO12iqvYqkQNdUH5BdFOqR6ZQ9CMpawkEzdWIKYO
BVsVbu8iC0ixMfxXWr0qqM42C1z8L4TBk6Cp
%2Fw8xTmhhYddKLmeZK24%2BrgQmjoq5%2F
%2Fza93GzrlXWLFYq8bvIBR8zBnQlYo9u1TOwN8xgGIdYLJvHLe46B9bcI3wr1Oo5BKp
1J4ZR7QYOODp
%2ByK5Ja1%2FwjBEmvkSlLHIb27Czgw8RRgzcARJKtoqiQfN0FMlc5Et6jkHrQpy66LhC
Wu4fL
%2F6iYBKSgXh2w6fv72TDTe0inOE8zocaEe43sBxstgMas33t2rcfHUGPJtm7DWhFP55Y1

21
Grgl1LJuHORSSzrig7z0qN0V%2F5jA9pt4Mgp%2F3f0EPP
%2BOjHS5JSoAIvPu3kj4Saovxp9pKE1eCaCzV8g3qYCiMmzSvUjL5mjKX5rF2137mLoD
EovTqiBZ
%2FFU8R8fMYdpF0WGYILlHkk5VLv2ZJVrWYJoWgW2EETf1Gmf6mfjolajw4t7Srf3%2
Bvtg8nieoFhwN3ueDWF8pchEOOqvDUCYViNjwT6hi7tk3PzDSmIH3BTrqAUwxIQLNJv
%2FhQdnbVPDv0LoZBTb5HD6r22roqkkRzVzHGOByLneZ73F1yG4AcKQQxfolw6dnMG
AyLMC%2BA7%2BSvbuYZYXAkMIaR3XeKr
%2FhWgWJfGinkBuHwR5WExmnL79EFraVgDML5RV5A4IF2VdeeXSafaPx4XX4qluc74
UARDTifB9EmoXQ2ZAlGYwHSIQ6cyrYptUJQLEEMWq%2BnF0E8Ocw1PFKRD
%2BWAFB897bx7yxIsp%2FDSfJcYFn0KKErD
%2BEFqI9Gbgq2U8VmpM1pKNWjjd0GVMj1Ps4KOgtyCoovz3ga9xBmhSaRCbQqAw
%3D%3D&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-SHA256&X-Amz-
Date=20200610T034703Z&X-Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-Expires=300&X-Amz-
Credential=ASIAQ3PHCVTYRRBOS3X4%2F20200610%2Fus-east-
1%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-
Signature=283fe9e4f5a10dfdccd7af70922a8727a80902fbab101f217e04ca58db098855&hash
=c243c85a0377139db02a521b061346d08b71a86559a70e3daa10369616814ce6&host=68042
c943591013ac2b2430a89b270f6af2c76d8dfd086a07176afe7c76c2c61&pii=S016344532030
2346&tid=spdf-08335610-a622-446a-8c9b-
638c8fcb4542&sid=6376bdfb1ebfc64951085e8023f1e3542b0cgxrqb&type=client

Zimmermann, P. and Curtis, N. (2020) ‘Coronavirus infections in children including COVID-


19: An overview of the epidemiology, clinical features, diagnosis, treatment and prevention
options in children’, Pediatric Infectious Disease Journal, 39(5), pp. 355–368. doi:
10.1097/INF.0000000000002660.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7158880/pdf/inf-39-355.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai