PSIKOLOGI PENDIDIKAN
TENTANG
OLEH
19129129
19 BKT 08
2020
Pertumbuhan dan Perkembangan serta Hubungannya dengan Proses Pembelajaran
2. Pengertian Perkembangan
Perkembangan secara khusus diartikan sebagai “perubahan – perubahan yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental – psikologis manusia, ”seperti
halnya perubahan – perubahan yang berkaitan dengan aspek pengatahuan, kemampuan, sifat
sosial, moral, keyakinan agama, kecerdasan dan sebagainya, sehingga dangan perkembangan
tersebut si anak akan semakin bertambah banyak pengatahuan dan kemampuannya juga semakin
baik sifat sosialnya, moral, keyakinan agama dan sebagainya
Perkembangan merupakan perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan
proses belajar dalam waktu tertentu menuju kedewasaan. Perkembangan bisa juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi psiko-fisik yang herediter, dirangsang oleh faktor-faktor
lingkungan yang menguntungkan dalam perwujudan proses aktif menjadi secara kontinu.
Dapat difahami dari definisi perkembangan diatas bahwa perkembangan itu adalah proses
pematangan baik jiwa atau jasmani (psiko-fisik) karena hasil dari pematangan yang disebabkan,
baik karena lingkungan atau karena belajar.
Perkembangan itu bisa dirincikan sebagai berikut :
a) Seorang anak berkembang karena fungsi-fungsi fisik yang sudah matang
b) Seorang anak berkembang karena matangnya fungsi-fungsi psikisnya
c) Anak belajar mencoba kemampuan jasmani dan rohaninya
a) Aliran Nativisme
Para ahli menganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh
pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa–apa. Sebagai
contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak–anak yang mereka lahirkan akan menjadi
pemusik pula. Harimau pun akan melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan domba. Jadi
pembawaan dan bakat orangtua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan anak –
anaknya.
b) Aliran Empirisisme
Doktrin aliran empirisime yang amat mahsyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa latin
yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin
tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti
perkembangan manusia itu semata–mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman
pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
Dalam hal ini, para penganut empirisime menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam
keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa–apa.
Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik,
tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena ia memilki pengalaman belajar dibidang
politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya seorang pemusik sejati.
Memang amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap
proses perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal ini, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu prilaku dan masa depan
siswa.
c) Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisime dengan
aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan
lingkuanga sebagai faktor–faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Faktor
pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor
pengalaman tanpa faktor pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai
dengan harapan.
Sebagai contoh. Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri tegak diatas
kedua kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak hidup dilingkungan masyarakat manusia,
misalnya kalau dia dibuang ke tengah hutan belantara tinggal bersama hewan, maka bakat yang
ia miliki secara turun-temurun dari orangtuanya itu, akan sulit diwujudkan. Jika anak tersebut
diasuh oleh sekelompok serigala, tentu ia akan berjalan diatas kedua tangan dan kakinya. Dia
akan merangkak seperti serigala pula. Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini jelas tidak ada
pengaruhnya apabila lingkuangan atau pengalaman tidak mengembangkannya.
C. Prinsip/Hukum Perkembangan
Pengertian hukum dalam perkembangan sudah tentu berbeda dengan hukum dalam dunia
peradilan atau peraturan konstitusional. Hukum dalam pembahasan ini berarti kaidah atau
patokan mengenai terjadinya peristiwa tertentu. Secara spesifik, hukum perkembangan dapat
diartikan sebagai “kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam
perkembangan”. Dapat juga dikatakan, hukum perkembangan adalah patokan generalisasi,
mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia.
1. Hukum konvergensi
Hukum ini di pelopori oleh William Stern seorang Psikolog berkebangsaan Jerman, ia
berpendapat bahwa perkembangan individu adalah pengaruh unsur lingkungan dan
bawaan, kedua-duanya menentukan perkembangan manusia, dari duah buah faktor
perkembangan dan lingkungan. Tetapi perkembangan manusia bukan hanya dari pembawaannya
dan lingkungannya. Manusia itu tidak hanya diperkembangkan tetapi juga memperkembangkan
dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yang memiliki pemikiran sendiri untuk menentukan
pilihan dan sesuatu yang mengenai dirinya dengan bebas. Aktivitas manusia itu sendiri dalam
pekembangannya turut menentukan atau memainkan peranan juga. Jadi kedua pengeruh diatas
sangat ditekankan untuk membentuk karakter individu.
Contoh:
a) Seorang siswa yang pengaruh antara lingkungan dan pembawaan sama besarnya atau
seimbang, maka hasil dari pembelajaran juga akan seimbang, karena semua bawaan sang siswa
bermanfaat dalam proses pembelajaran. Misal, seorang siswa yang hasi dari bawaan dan
lingkungan seimbang adalah seorang anak yang berbakat dalam berhitung tetap dapat mengusai
pelajaran lainnya tanpa mengalami kesulitan.
b) Seorang siswa yang factor lingkungan lebih dominan maka hasil dari suatu pembelajaran
lebih condong sesuai dengan lingkungan yang ada di sekelilingnya sehingga bakat menjadi sia-
sia. Misalnya, anak yang berbakat menggambar tetapi guru memaksa untuk pandai berhitung
dengan alasan tertentu maka kemudian anak tersebut akan pandai berhitung tetapi bakat aslinya
terabaikan sia-sia, meskipun Nampak berhasil tetapi hanya dirasakan sepihak saja.
c) Seorang siswa yang factor bawaan lebih dominan dalam proses pembelajran maka seorang
siswa hanya biasa dalam bakatnya saja. Misalnya, seorang anak laki-laki yang lebih menyukai
sepak bola tanpa memperhatikan tugasnya sebagai pelajar maka hasilnya siswa tersebut akan
ketinggalan pelajaran yang seharusnya dia peroleh.
8. Hukum Rekapitulasi
Hukum ini berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation theory) yang berisi doktrin yang
mengatakan bahwa perkembangan proses perkembangan individu manusia adalah sebuah
mikrokosmik (dunia kehidupan kecil) yang mencerminkan evolusi kehidupan jenis makhluk
hidup dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat yang paling kompleks. Ada dua aspek yang
digambarkan oleh teori ini, yakni aspek psikis dan aspek fisik (Reber, 1988).
Daftar Pustaka