KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Pengantar dan Gejala Jiwa untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Pendidikan.
Makalah pengantar dan gejala jiwa ini berisikan tentang pengertian psikologi secara umum dan
secara khusus, bentuk-bentuk gejala jiwa seperti gejala kognitif, afektif dan psikomotorik dan yang
terakhir gajala jiwa dalam pendidikan seperti pengindraan, sensasi, persepsi, ingatan, intelegensi,
emosi, berfikir, memori dan motivasi.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih sangat banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
LATAR BELAKANG MASALAH................................................................... 1
RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 1
TUJUAN.............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
1. PENGANTAR PSIKOLOGI...................................................................... 2
2. BENTUK-BENTUK GEJALA JIWA........................................................ 3
3. GEJALA JIWA DALAM PENDIDIKAN............................................... 15
BAB III PENUTUP............................................................................................. 30
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 30
B. SARAN..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSAKA............................................................................................ 31
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa, dan Ligos yang
berarti ilmu.Jadi secara istilah, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-
gejala kejiwaan. Tetapi dalam sejarah perkembangannya , kemudian arti psikologi menjadi ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa yang mengandung arti yang
abstrak itu sukar untuk di pelajari secara objektif.Kecuali itu, keadaan jiwa seseorang
melatarbelakangi timbulnya hampir setiap tingkah laku.Beragamnya pendapat para ahli psikologi
tentang pengertian dari psikologi, sehingga bisa di simpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan individu dimana individu tersebut tidak
dapat di lepaskan dari lingkungannya
b. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dangan psikologi?
2) Apa yang dimaksud dengan gejala jiwa?
3) Apa Bentuk-bentuk dalam gejala jiwa?
4) Apa saja bentuk-bentuk gejala jiwa dalam pendidikan?
c.Tujuan
1) Agar mengetahui tentang psikologi.
2) Agar mengetahui tentang bentuk-bentuk dari gejala jiwa.
3) Agar mengetahui tentang gejala jiwa dalam pendidikan
4) Agar mengetahui bentuk-bentuk gejala psikologi siswa dalam belajar
5) Dan manfaat mempelajari psikologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGANTAR PSIKOLOGI
Pengertian Psikologi
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu
secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan
ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga
Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses
mental.
Ilmu psikologi adalah suatu ilmu yang digunakan untuk mempelajari tentang JIWA, baik mengenai
macam, gejala, proses, maupun latar belakang. Psikologi juga mempelajari tentang perbedaan
Nyawa dan Jiwa. Nyawa adalah daya jasmani yang adanya tergantung pada hidup jasmaniah dan
menimbulkan hidup badaniah (behavior), Perilaku yaitu perbuatan yang ditimbulkan karena proses
belajar. Jiwa adalah daya hidup rokhaniah yang bersifat abstrak, menjadi penggerak dan pengatur
bagi perbuatan manusia (personal behavior).
Pengertian Psikologi secara umum adalah : psikologi mempelajari gejala jiwa manusia yang normal
dewasa dan beradab. Sedangkan Pengertian Psikologi secara Khusus adalah : psikologi
mempelajari sifat khusus dari gejala jiwa manusia (mis: anak, perkembangan, criminal,
psikopathologi, psikologi kepribadian), psikologi masa. Dengan cara: Description (menggambarkan),
Explanation (penjelasan) prediction (meramalkan) controling (pengontrolan/pengendalian) sedang
yang menjadi obyek dalam psikologi adalah jiwa.
Disini akan saya tuliskan beberapa definisi dari para ahli psikolog :
1. Psikologi menyelidiki berbagai panca indra, pengalaman, perasaan, pikiran dan kehendak
(W. Wundt,1892)
2. Psikologi mempelajari semua kesadaran, baik normal maupun abnormal (James Angell,
1910)
3. Psikologi adalah ilmu mental termasuk fenomena yang sering kita sebut sebagai perasaan,
keinginan, kognisi, pikiran, keputusan dsb (William James, 1980)
4. Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk
memahami perilaku manusia (Richard Mayer, 1981)
5. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakekat manusia (Edwin G. Boring dan
Herbert S.Langefeld)
6. Ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya
(Garden Murphy)
Ø Gejala Afektif
adalah unsur kejiwaan dari sisi emosi atau rasa. Rasa dapat dibedakan kepada rasa fisik yang
berhubungan erat dengan alat dria seperti rasa asin dan rasa psikis yang lebih berupa rasa dalam
seperti emosi, sikap, dan moral.
2. AGITASI
Agitasi (keresahan atau kegelisahan) adalah suatu bentuk gangguan yang menunjukkan aktivitas
motorik berlebihan dan tak bertujuan atau kelelahan, biasanya dihubungkan dengan keadaan
tegang dan ansietas. Pada beberapa literatur dikatakan bahwa agitasi adalah gangguan psikomotor
yang memiliki karakterisasi peningkatan aktivitas motor dan psikologi pada pasien (adanya
irritabilitas). Adanya gerakan berjalan bolak-balik dalam satu ruang tanpa alasan, gerakan memeras-
meras tangan, melepas baju dan memakainya lagi dalam kondisi terbalik, dan tindakan motorik dan
tak beralasan lainnya. Pada keadaan yang parah, gerakan yang ditimbulkan bisa membahayakan
orang lain, seperti merobek-robek, menggigit kuku jari dan menggigit bibir sendiri yang menimbulkan
potensi pendarahan akibat trauma. Agitasi psikomotor ini merupakan tipikal symptom yang dapat
dijumpai pada kelainan depresi mayor atau kelainan obsesi dan terkadang dijumpain pada
gangguan bipolar, meskipun kelainan ini merupakan akibat dari kelebihan stimulus yang diterima.
Usia pertengahan (dekade ke 2 dan 3) dan usia tua merupakan usia yang penuh dengan resiko
terjadinya kelainan ini.
Gejala ini bisa saja timbul sendiri atau disertai oleh kelainan mental lainnya seperti ansietas
berat dan delirium. Kebanyakan agitasi merupakan tanda dari disfungsi otak atau insufisiensi
serebral akut. Keadaan ini banyak dijumpai pada kasus gawat darurat, biasanya pada orang
dewasa, dan disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya bisa karena suatu penyakit (gangguan
metabolik, sepsis-assocated enselopathy, pengobatan) dan faktor eksternal (keributan,
ketidaknyamanan, rasa sakit). Agitasi merupakan masalah yang gawat dengan tingkat morbiditas
dan mortalitas yang cukup besar (dihubungkan penyebab gangguan metabolik). Adanya gejala
penyerta yang biasanya menyertai gejala ini seperti delirium memperburuk prognosis pasien. Agitasi
bisa disebabkan oleh berbagai penyebab diantaranya akibat efek samping penggunaan obat
antipsikotik.
Etiologi
Berikut merupakan penyebab dari agitasi :
Meminum alcohol lebih dari 15 gelas (5/hari) per minggu untuk laki-laki dan wanita sebanyak 8
gelas. (4/hari). Alkohol yang mengandung bahan toxic merusak sistem saraf dan mengakibatkan
agitasi berat.
· Kelebihan alcohol
· Kaffein
· Kokain, obat halusinasi, ephedrine
· Ketergantungan kokain
· Hyperthyroidism
· Nicotine withdrawal
· Opiate withdrawal
· Theophylline atau pengobatan lainnya
· efek neurologisà• Defisiensi vitamin B6
Pada beberapa kasus, mekanisme pasti penyebab masalah mental ini belum memiliki karakteristik,
kecuali yang berhubungan dengan penyebab metabolik seperti adanya tanda hipoglikemia atau
hypoxemia yang memiliki dasar penyebab organik. Pada pemeriksaan EEG, terlihat abnormalitas
pada otak yang mengarah pada disfungsi neurologi difus.
e. Delirium
Delirium adalah perubahan akut pada status mental, atau fluktuasi mood, yang dihubungkan
dengan pemikiran yang tidak terorganisasi, bingung, dan perubahan level dari kesadaran.
Fenomena ini sering dihubungkan dengan kebingungan akut dan gejala yang banyak ditemui di ICU
berupa kondisi akut. Terjadi perubahan kognitif yang bervariasi dari hari kehari dan mencapai
puncaknya pada saat malam hari. Symptom ini biasanya bersifat reversible yang berlangsung
beberapa hari atau beberapa minggu meskipun pada beberapa pasien dapat terjadi kegagalan otak
permanen. Ilusi dan halusinasi juga terjadi pada pasien. Florid delirium dengan agitasi yang parah
pada pasien delirium aktif sangat mudah diidentifikasi. Akan tetapi, delirium dapat menampakkan
gejala diam dan tenang (delirium hipoaktif). Keduannya hampir sama frekuensi ditemukannya pada
ICU.
Neurofisiologi
Masih terdapat banyak perdebatan mengenai peningkatan aktivitas dopaminergik yang
diikuti dengan deplesi neurotransmitter kolinergik. Beberapa obat memiliki kemampuan
antikolinergik dan pada kondisi klinis dapat dijumpai delirium pada penggunaan obat tersebut,
seperti obat antiaritmia, antibiotik (penicillin, rimfampin). Maka dari itu, pada pasien yang mengalami
agitasi, terutama yang disertai dengan delirium penggunaan obatnya perlu dimonitor. Yang menarik,
pusat inflamasi juga terpicu pada perangsangan sistem saraf. Hal ini menunjukkan bahwa ada
korelasi antara jejas pada sistem saraf dan inflammatory pathway. Jalur inflamasi semakin
memperparah jejas pada neuronal yang meningkatkan disfungsi neuronal (peran immunomodulasi).
Selain itu, terdapat peran dopaminserotonin, dan GABA.
V. Diagnosis dan DD
a. Psikosis akut
b. Skizoprenia
Kelainan mental pada pasien yang tidak bisa membedakan antara pengalaman yang nyata
atau tidak nyata, tidak bisa berpikit logik, tidak memiliki respon emosi yang normal, dan tidak bisa
berprilaku normal pada situasi sosial. Agitasi merupakan gejala dari skizoprenia. Kelainan ini
biasanya mengenai usia kurang dari 45 tahun. Berbagai penyebab yang dapat mengakibatkan
kelainan ini, berupa infeksi dalam rahim yang mengenai daerah otak yang mengolah informasi
terutama korteks serebri. Faktor genetik bisa juga menjadi penyebab. Demikian juga dengan faktor
psikologis dan sosial yang bisa mempengaruhi tingkat keparahan dan menghindari kejadian
schizophrenia berulang.
Banyak symptom yang menyertai penyakit ini dan berjalan lambat dalam beberapa bulan bahkan
beberapa tahun. Gejala pyscotic mulai tampak pada perjalanan penyakit seperti afek datar,
catatonik, delusi, halusinasi, dan masalah berpikir (seperti melihat dan berpikir ada bayangan-
bayangan gaib). Berikut beberapa tipe berserta dengan gejala yang timbul :
- Tipe katatonik ditandai dengan
· Agitasi
· Penurunan kesensitivan terhadap nyeri
· Tidak bisa mengurus diri sendiri
· Perasaan negatif
· Gangguan motorik
· Otot mengalami rigiditas
· Stupor
-Tipe paranoid
· Marah
· Kecemasan
· Kurang bisa mengutarakan pikirannya
· Delusi adanya penyiksaan diri sendiri dan pada laki-laki merasa hebat
- Disorganized type:
· Tingkah laku seperti ini deh (child-like Child-like (regressive) behavior
· Delusi
· Flat affect
· Halusinasi
· Tertawa tidak pada tempatnya
· Social withdrawal
Untuk keperluan diagnosis yang diperlukan dapat berupa :
Untuk melihat apakah agitasi disebabkan oleh infeksi atau tidak dan melihat keseimbangan
sel imun (apakah ada reaksi inflamasi) pada pasien.à• Pemeriksaan hitung sel darah melihat
apakah terdapat trauma yang menekan serebri, apakah ada infeksi pada otak, mengevaluasi
gangguan berpikir dan tingkah laku, dan tumor.à• CT scan kepala,X-ray tenggkorak, dan MRI kepala
(jika perlu) untuk melihat apakah ada infeksi (cairan keruh), gangguan neurologis, dan evaluasi
kerusakan otak atau spinal.à• Lumbar puncture or spinal tap
• Tanda vital (temperature, denyut, pernapasan, dan tekanan darah)
c. Penyalahgunaan Narkoba
Agitasi juga bisa disebabkan oleh penyalahgunaan obat narkotika melalui efeknya terhadap
neuronal.
d. Psikosis organik
Adanya kelainan metabolik seperti hiperglikemia dan hypoxemia.
Komplikasi
a. Confusion (kebingungan)
Ketidakmampuan berpikir dengan kecepatan normal, termasuk memiliki disorientasi pikiran
dan susah untuk mengingat, berkonsentrasi, dan membuat keputusan yang bisa berlangsung cepat
ataupun lambat tergantung dari penyebab. Kebanyakan bersifat temporer sedangkan beberapa
permanen dan tidak bisa disembuhkan. Biasanya terjadi pada usia menengah sampai tua dan
sering menunjukkan agresivitas.
b. Hiperaktivitas
Adanya gerakan berulang-ulang dan terjadi peningkatan gerakan motorik yang sangat
berlebihan.
c. Merasa dimusuhi
Merasa orang lain bertindak jahat pada pasien dan selalu berpikir negatif terhadap
seseorang.
Tata laksana
Masih banyak yang harus diketahui mengenai pencegahan maupun terapi bagi agitasi.
Pertama, tidak diketahui apakah waktu terdeteksi dan terapi pada kondisi pasien bisa
mempengaruhi kesehatan pasien selanjutnya. Indikasi dan tipe terapi tergantung pada apakah
kelainan agitasi yang disertai delirium ini yang menyebabkan kerusakan pada otak (otak sebagai
korban pasif dari kelainan organ lain) atau kelainan pada otak (otak sebagai pemicu aktif) yang
menyebabkan disfungsi organ ekstraserebral. Kedua pertanyaan itu penting untuk menentukan
tindakan terapi. Ada dua tata laksana bisa dilakukan di rumah dan dirumah sakit.
a. Home care
Lingkungan yang tenang, cukup penerangan, tidur yang berkualitas, dan pengurangan stress
dapat mengurangi gejala-gejala agitasi. Jangan menahan kemauan pasien agitasi secara berlebihan
karena dapat meperburuk keadaannya, misalnya jika ia ingin bergerak berlari, biarkan saja asalkan
itu masih dalam batas-batas wajar (tidak ingin terjun). Selain itu, dalam menghadapi pasien agitasi
bertindaklah secara bijak dan wajar karena dengan bersikap demikian pasien akan mudah
mengungkapkan perasaanya, memperbaiki mood dan keparahan agitasi.
b. Rumah sakit
Dokter biasanya akan menanyakan beberapa pertanyaan anamnesis dan melakukan
pemeriksaan fisik. Beberapa tipe pertanyaan.
• Tipe
o Apakah anda banyak berbicara akhir-akhir ini
o Apakah anda merasa pernah melakukan sesuatu yang tidak bertujuan (seperti memijit dan
melangkah bolak balik)?
o Apakah kamu pernah merasa gelisah yang tak wajar?
• Waktu
o Apakah agitasi berlangsung singkat atau lama?? jika lama, berapa hari?
• Faktor yang mempengaruhi atau memperburuk
o Apakah trauma mempengaruhi?? atau ada kejadian yang diingat bisa memicu agitasi?
o Apakah sedang menerima pengobatan steroid atau obat tiroid?
o Banyaknya alcohol yang diminum?
o Banyaknya konsumsi caffeine?
o Apakah menggunakan obat-obatan narkotika?
• Other
o Simptom apa lagi yang mungkin muncul?
o Apakah ada rasa bingung, hilang ingatan, hiperaktivitas, atau merasa dimusuhi?
2) memori kerja
Jenis memori kedua adalah memori kerja (working memory). Memori ini dapat menyimpan informasi
mulai dari beberapa menit hingga beberapa jam kemudian. Biasanya, memori Kerja berfungsi
mengubah informasi, tetap menjejaki perubahan dan memperbarui memori, pemanggilan kembali
informasi, membuat perbandingan, dan membagi perhatian. Dari beberapa penelitian, disebutkan
bahwa terclapat korelasi besar yang cukup positif antara efisiensi memori kerja dengan kemampuan
kognitif umum. Ini berarti bahwa seseorang yang memiliki memori kerja yang baik cenderung
memiliki kemampuan kognitif di atas rata-rata. Kemampuan menyimpan informasi yang dilakukan
oleh memori kerja memungkinkan informasi tersebut masuk ke dalam memori jangka panjang.
Kemampuan memori kerja dalam menyimpan informasi sangat bergantung pada usia. Semakin
berumur, semakin besar kapasitas memori kerja seseorang.
a. Ingatan
Secara sederhana, Irwanto (1999) mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan
informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Galotti (2004) mendefinisikan
memori sebagai suatu proses kognitif yang terdiri atas serangkaian proses, yakni : penyimpanan
(storage), retensi, dan pengumpulan informasi (information gathering).
Sebagai suatu proses, memori menunjukkan suatu mekanisme dinamik yang diasosiasikan dengan
penyimpanan (storing), pengambilan (retaining), dan pemanggilan kembali (retrieving) informasi
mengenai pengalaman yang lalu (Bjorklund, Schneider, & Hernández Blasi, 2003; Crowder, 1976,
dalam Stenberg, 2006). Santrock (2005) mendefinisikan ingatan sebagai retensi informasi yang
telah diterima melalui tahap : penkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan
kembali (retrieval). Penelitian ini menggunakan definisi ingatan menurut Santrock, yaitu informasi-
informasi yang berasal dari lingkungan dan informasi ini akan diproses melalui tahapan :
penkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali sehingga informasi yang masuk tidak terbuang
secara sia – sia.
b. Lupa
3 aspek Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali
apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa
sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.
Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
3. Berfikir
4. Intelegensi
Setelah kita membahas tentang berpikir, maka kaitan dengan masalah berpikir adalah inteligensi.
Secara umum inteligensi adalah kesanggupan untuk berpikir. Ada beberapa pendapat tentang
pengertian inteligensi.
a. William Stern mengatakan, bahwa inteligensi adalah kesanggupan jiwa untuk dapat
menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru.
b. V. Hees, bahwa inteligensi adalah sifat kcerdasan jiwa.
c. Terman mengatakan, inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak.
d. Binet mengatakan bahwa inteligensi meliputi pengertian penemuan sesuatu yang baru,
ketetapan hati dan pengertian diri sendiri.
e. Staedworth mengatakan inteligensi ada3 yaitu pengenalan sesuatu yang penting, penyusunan
diri dengan situasi baru dan ingatan.
f. Wittherington mengatakan, inteligensi adalah suatu konsep, suatu pengertian.
g. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Dari berbagai definisi intelegensi yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang berbeda-beda, para ahli
sepakat memandang intelegensi sebagai kemampuan berfiki seseorang. Yaitu dalam menyesuaikan
diri, belajar, atau berpikir abstrak. Intelegensi juga mempengeruhi kemampuan belajar seseorang.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi
dari proses berpikir rasional itu.
5. Emosi
Istilah emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, yang diambil
dari Oxford English Dictionary memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran,
perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Atau dapat kita pahami
bahwa emosi itu merupakan suatu gejolak atau rasa yang terjadi dalam hati/perasaan yang terjadi
karena ada suatu rangsangan yang diberikan pada saat kita dalam keadaan mental yang hebat.
Adapula yang mengatakan emosi itu adalah suatu perasaan intens yang ditujukan kepada
seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat
ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut
terhadap sesuatu.
6. Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu. Motivasi boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila
seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motivasi semacam ini sering disebut
motivasi ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motivasi tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang
disebut motivasi intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin
mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Menurut Baron (1992), Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan
bertahan lama. Kekuatan yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku untuk mencapai
tujuan. Keadaan internal yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Berikut
adalah pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam psikologi.
Dalam konteks belajar, motivasi intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang.
Tetapi dalam keadaan motivasi intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu
menyiasati hadirnya motivasi-motivasi ekstrinsik. Motivasi ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui
penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan
mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik
harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motivasi ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik
prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-
kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-
temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya
supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.
Ø Jenis-jenis Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan
itu sendiri), motivasi yang didasarkan pada sebuah ‘nilai’ dari kegiatan yang dilakukan tanpa melihat
penghargaan dari luar. Misalnya: Murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada
mata pelajaran yang diujikan itu sendiri. Ada 2 jenis motivasi intrinsik:
1) Determinasi diri
Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan
sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Disini, motivasi internal dan minat
intrinsik dalam tugas sekolah naik apabila murid punya pilihan dan peluang untuk mengambil
tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.
2) Pilihan personal
Pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Pengalaman optimal ini
kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat
melakukan suatu aktivitas. Pengalaman optimal ini terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan
yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk
mencapai tujuan). Motivasi entrinsik ini sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan
(reward) dan hukuman. Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah perilaku. Fungsi imbalan
adalah sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, di mana tujuannya adalah mengontrol
perilaku murid. Contohnya : guru memberi reward permen kalau murid bisa menjawab pertanyaan
dengan baik. Tetapi tentu kita juga menginginkan motivasi siswa adalah motivasi yang memang
berasal dari dirinya sendiri (intrinsik), hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan hadiah yang
mengandung informasi tentang kemampuan murid sehingga motivasi instrinsik dapat meningkat,
kenapa? Karena dengan memberikan pujian dapat juga meningkatkan perasaan bahwa diri mereka
kompeten.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia , baik sebagai individu
maupun dalam hubungan dengan lingkungannya.adapun bentuk-bentuk gejala jiwa seperti gejala
kognitif, gejala afektif dan gejala psikomotorik dan bentuk-bentuk gejala siswa dalam belajar
diantaranya ada pengindraan,persepsi, memori, berfikir, intelegensi, emosi dan motivasi. Semua ini
saling berhubungan satu sama lainnya.
.
B. SARAN
Demikian makalah pengantar dan gejala jiwa ini disusun dengan bentuk yang sederhana, tentunya
dengan harapan mudah di mengerti dan dipahami sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan
evaluasi pembelajaran bagi mahasiswa khususnya dilingkungan jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar atau perguruan tinggi pada umumnya. Penulis menyadari bahwa isi makalah ini belum
mencapai tahap kesempurnaan, oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang
membangun dan penyempurnaan isi makalah ini. Kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung tersusunya makalah pengantar dan gejala jiwa saya ucapkan terima kasih dan semoga
bermanfaat bagikita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA