Anda di halaman 1dari 16

Nama : Fika Nor Aida

Nim : 1310015093

J Clin Exp Dent. 2016

Prevention of Dental Caries: A Review of Effective Treatments


(Pencegahan Karies Gigi : Meninjau Perawatan yang Efektif)

Penulis : Claudio Sicca, Elena Bobbio, Natale Quartuccio, Giovanni Nicolo, Angelina Cistaro

Abstract

Background: The objective of this study is to review medical and non medical treatments for
prevention of caries.
Material and Methods: A comprehensive literature search of the most relevant and updated
published studies from 01/01/2002 through December 2015 in PubMed/MEDLINE, Embase
and Scopus databases regarding the efficacy of strategies and treatments aiming to prevent
the development of caries was performed selecting papers on the basis of the Evidence-based
Medicine Criteria.
Results: We identified thirty systematic reviews on prevention of caries. Analyzing the data
the retrieved literature, performance of prevention treatments seems to be high.
Conclusions: Prevention treatments may have a relevant impact on the avoiding the
development of caries planning.

Key words: Dental caries, prevention, fluoride.

Abstrak
Latar Belakang : Bertujuan untuk meninjau perawatan medis dan non medis untuk
pencegahan karies.
Bahan dan Metode : Bedasarkan literatur yang komperhensif dari studi yang diterbitkan
paling relevan dan diperbaharui dari 01/01/2002 sampai dengan tahun 2015 dalam database
PubMed/ MEDLINE, Embase dan Scopus yang berhubungan dengan efektivitas strategi dan
perawatan untuk mencegah perkembangan karies yang dilakukan bedasarkan kriteria
Evidence-based Medicine.
Hasil : Di identifikasi bedasarkan hasil tiga puluh ulasan tentang pencegahan karies, dan juga
bedasarkan analisis data yang diambil dari literatur perawatan pencegahan.
Kesimpulan : Perawatan preventif memiliki dampak yang relevan untuk menghindari
perkembangan karies.
Kata kunci: Karies gigi, pencegahan, fluoride.

Pendahuluan
Karies gigi merupakan proses patologis yang dipengaruhi oleh beberapa faktor etiologi,
dimana faktor tersebut menyebabkan kerusakan jaringan gigi dan menghasilkan komplikasi
lokal dan umum (1). Karies merupakan salah satu penyakit paling luas dalam suatu populasi
dengan prevalensi 40% pada usia tujuh tahun dan 85% pada anak laki-laki tujuh belas tahun
(2). Namun ada beberapa bukti bahwa kejadian pada anak-anak berusia lima belas tahun telah
menurun sekitar 36% dalam dekade terakhir dan sekitar 50% anak-anak dapat dianggap bebas
karies pada gigi permanen (3-5).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bukti efektivitas perawatan medis
dan non medis untuk pencegahan karies dengan menyediakan ulasan literatur yang relevan
dalam empat belas tahun terakhir.

Bahan dan Metode


Tinjauan ini dilakukan dengan menggunakan algoritma pencarian berdasarkan istilah "karies
gigi" sebagai kata kunci dan istilah MeSH (berorientasi pada "kontrol dan pencegahan")
untuk menemukan artikel pada Med / MEDLINE, Embase, Scopus dan Cochrane database
yang diterbitkan secara relevan pada metode pencegahan karies. Karena periode waktu yang
luas dalam topik pembahasan karies, literatur ilmiah 01/01/2008 digunakan sebagai batas
tanggal awal; pencarian diperbarui hingga Desember 2015 dan hanya artikel dalam bahasa
Inggris yang dipilih.
Kriteria pemilihan dilakukan pada penelitian yang memenuhi semua kriteria diantaranya
adalah: 1) memiliki tinjauan sistematis yang dilakukan oleh lembaga ilmiah terkenal; 2)
memiliki kualitas penelitian yang dapat diterima berdasarkan standar “Pernyataan consort”;
(6) 3) hanya artikel tentang pencegahan karies dari sudut pandang individu dan kelompok
terkait; 4) tanggal publikasi dari 01/01/2002 hingga Desember 2015.
Peninjauan dilakukan oleh empat orang, yang secara independen meninjau judul dan abstrak
dari artikel yang diambil, menerapkan kriteria seleksi yang telah disebutkan di atas. Artikel
ditolak jika mereka jelas tidak memenuhi syarat. Jika versi pembaruan kertas ditemukan,
versi sebelumnya ditolak. Empat orang peninjau tersebut kemudian secara independen
meninjau versi teks lengkap dari artikel yang tersisa untuk menentukan kelayakan mereka
untuk penyertaan (Gbr. 1).

Gbr.1 Sistematika alur seleksi artikel


Hasil
Dilakukan dengan menggunakan kriteria seleksi pencarian literatur pada komputer dari
PubMed / MEDLINE, Embase, dan Scopus mengungkapkan tiga puluh tinjauan sistematis
(lihat Tabel 1) (7-36). Studi-studi ini diambil dalam versi teks lengkap mereka tanpa studi
tambahan lainya. Karakteristik penelitian disajikan dalam tabel 1 bedasarkan tinjauan
sistematis yang termasuk dalam penelitian ini.

Diskusi
Sebagian besar bukti sebelumnya tentang kegunaan metode untuk pencegahan dan
pengendalian karies berasal dari kelompok Cochrane, yang menghasilkan beberapa tinjauan
sistematis mengenai masalah ini (7-15,18,19,21,27,29,31-36).
Tabel.1. Daftar literatur yang ditinjau
-Fluorida gel, pasta gigi dan obat kumur
Pada tahun 2002, kelompok Cochrane membuktikan bahwa aplikasi topikal gel fluoride
mampu menurunkan kejadian karies. Demikian pula, kelompok yang sama dalam setahun
kemudian menunjukkan bahwa penggunaan topikal (tanpa perbedaan antara pasta gigi, obat
kumur gel dan varnish) untuk terapi fluorida memiliki hasil mampu mengurangi karies pada
anak-anak (8) dan penggunaan rutin yang diawasi (harian atau mingguan pada anak-anak
yang dikaitkan dengan pengurangan karies (pengurangan 26% dari DMFS). Hasil ini
meningkat dengan meningkatkan intensitas pengobatan (9). Terdapat peningkatan indeks
DMFS yang terkait dengan kandungan fluoride, peningkatan frekuensi penggunaannya dan
penyikatan yang diawasi (10). Pada tahun 2003, Marinho (11) menyatakan bahwa
penggunaan pasta gigi dan obat kumur dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi
fluoride dan gel fluoride tampaknya memberikan efek yang sama dalam mencegah
karies pada anak-anak. Karena tidak ada perbedaan antara penggunaan varnish dan gel,
tampaknya lebih tepat untuk menggunakan varnish karena mengarah pada asupan fluoride
yang lebih rendah, namun, tidak ada bukti yang cukup untuk menentukan efek samping dari
dua intervensi. Penggunaan gabungan fluoride topikal yang terkait dengan penggunaan pasta
gigi berfluoride mengurangi karies paling sedikit 10%, namun, tidak ada bukti perbedaan
signifikan antara penggunaan pasta gigi dan penggunaan fluoride yang lebih banyak (12).
Sepuluh tahun kemudian, Weyant dkk. (25) mengevaluasi efektifitas beberapa agen fluoride
topikal untuk mencegah karies gigi dengan melakukan tinjauan sistematis. Adapun
rekomendasi agen fluoride untuk individu yang berisiko mengalami karies: 2,26% fluoride
varnish atau 1,23% fluoride (APF) gel, atau gel fluorida atau pasta 0,5% fluoride yang
menggunakan resep yang dapat diaplikasikan dirumah atau 0,9% fluoride mouthrinse untuk
pasien usia enam tahun atau lebih tua. Hanya 2,26% fluoride varnish yang direkomendasikan
untuk anak-anak yang usianya lebih muda dari enam tahun karena memiliki risiko kerusakan
lebih rendah. Artikel ini menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan risiko pasien
mengalami penyakit ketika mengembangkan rencana pencegahan karies untuk
menyeimbangkan potensi manfaat dan bahaya. Menurut peninjauan, penulis menyarankan
penggunaan agen fluoride topikal pada pasien yang berisiko tinggi mengalami kerusakan gigi
mengingat juga penilaian profesional praktisi (25).
Pada 2010, Walsh (18) dkk menilai keampuhan pasta gigi berfluoride dengan konsentrasi
berbeda dalam mencegah karies gigi melakukan tinjauan sistematis. Penelitian tersebut
bertujuan untuk membandingkan pasta gigi fluoride dengan pasta gigi plasebo atau fluoride
dengan konsentrasi yang berbeda. Mereka menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan
secara statistik antara konsentrasi pasta gigi fluoride yang lebih tinggi dibandingkan dengan
plasebo dalam mencegah peluruhan gigi. Faktanya, peningkatan konsentrasi fluoride dari
1000/1055/1250 bagian per juta (ppm) menjadi 240/2500/2800 ppm meningkatkan
pencegahan karies dari 23% menjadi 36% masing-masing dibandingkan dengan plasebo.
Sebaliknya, konsentrasi 440/500/550 ppm dan di bawahnya tidak cukup untuk mencapai efek
yang signifikan secara statistik. Para penulis tersebut mengkonfirmasi keuntungan
menggunakan fluoride gigi dengan konsentrasi minimal 1000ppm (18). Pada tahun 2013,
Santos dkk. (30) mengembangkan tinjauan sistematis uji klinis dan meta-analisis untuk
mempelajari efek potensial dari pasta gigi fluoride rendah (<600 ppm) dan standar (1.000-
1.500 ppm) dalam mencegah karies gigi pada gigi sulung. Para penulis juga menilai risiko
fluorosis yang tidak menyenangkan di gigi permanen anterior atas. Studi ini menunjukkan
bahwa pasta gigi fluoride rendah secara signifikan meningkatkan risiko karies pada gigi
primer [RR = 1,3 (1,07-1,20)] dan tidak secara signifikan menurunkan risiko fluorosis pada
gigi permanen [RR = 0,32 (0,03-2,97) ]. Meskipun, telah menunjukkan bahwa pasta gigi
fluoride standar dapat mencegah perkembangan karies, pada saat yang sama bisa menjadi
penyebab potensial fluorosis gigi (30).
Gibson (22) berkolaborasi melakukan tinjauan literatur tentang evaluasi intervensi fluoride
yang diterapkan sendiri atau secara profesional pada orang dewasa berisiko tinggi sampai
karies yang tinggi melakukan uji klinis acak. Kajian ini memilih tujuh belas penelitian dan
temuan dikategorikan ke dalam kelompok yang berbeda seperti obat kumur NaF dan amine /
potassium fluorida dengan berbagai kekuatan, gel dan pasta NaF, NaF varnish dan stannous
fluoride. Meskipun penulis tidak dapat menentukan pasokan gigi terbaik karena variasi dalam
desain, perilaku dan skor kualitas dari uji klinis yang ditinjau; terlihat bahwa dosis NaF
harian dosis rendah memiliki hasil yang paling digeneralisasikan [RRR untuk lesi karies: 50-
148%]. Namun, semua menunjukkan beberapa keefektivan dalam mencegah dan / atau
remineralizing karies gigi. Menurut analisis mereka, itu jelas bahwa lebih banyak uji klinis
masa depan diperlukan untuk mengkonfirmasi pengurangan atau remineralisasi kerusakan
menggunakan pasokan fluorida untuk orang dewasa berisiko karies tinggi (22). Pada tahun
2012, Mickenautsch dkk. (23) melakukan tinjauan sistematis tentang efektivitas xylitol
dibandingkan dengan penggunaan fluoride topikal dalam mencegah karies gigi. Karena
heterogenitas klinis yang tinggi, mereka tidak melakukan meta-analisis. Hanya hasil primer
yang terkait karies yang diuji dan permen karet adalah bentuk utama dari aplikasi klinis pada
kelompok tes dan kelompok kontrol. Menurut ulasan ini, penulis mengungkapkan bahwa
penggunaan xylitol pada fluoride dapat membantu dalam mencegah karies, namun
kesimpulan dalam penelitian perlu diperhatikan karena hasil penelitian memiliki resiko bias
yang tinggi. (23).
Pada 2015, Marinho dkk. mengevaluasi kinerja gel dalam pencegahan karies pada remaja dan
anak-anak. Konfirmasi temuan sebelumnya diterbitkan dalam tinjauan sistematis sebelumnya.
Memang mereka mendokumentasikan bukti kualitas moderat untuk gel fluoride dalam
penghambatan karies besar pada gigi permanen (34).
Keunggulan pasta gigi berfluoride yang mengandung xylitol hanya ada pada pasta
gigi fluoride untuk mencegah karies tidak ditunjukkan dalam tinjauan yang menilai
perbandingan ini pada gigi permanen anak-anak (32).
Adapun tinjauan sistematis lain yakni membandingkan efektivitas klorheksidin
terhadap plasebo dalam pencegahan karies pada anak-anak dan remaja tetapi menemukan
bukti yang tidak berarti (33).

-Pit and fissure sealants


Pada tahun 2008, Ahovuo-Salaronta (15) dan rekannya mengevaluasi
pencegahan karies dengan pit and fissure sealant pada anak-anak dan remaja serta
melakukan tinjauan sistematis pada enam belas penelitian. Dari hasil evaluasi tersebut
mereka menemukan manfaat yang signifikan lebih tinggi dari sealant resin generasi
kedua atau ketiga pada molar permanen pertama, dibandingkan dengan kelompok
kontrol tanpa sealant.
Adapun, salah satu penelitian yang ditinjau selama sembilan tahun mengungkapkan
lebih banyak kasus karies pada kelompok kontrol dibandingkan pada kelompok resin sealant;
27% permukaan yang rusak oleh kasies dibandingkan dengan 77% permukaan tanpa sealant.
Dari hasil penelitian yang membandingkan bahan sealant berbeda dan saling bertentangan.
Para penulis menyimpulkan bahwa penyegelan atau sealing adalah metode yang efektif untuk
mencegah karies pada permukaan oklusal geraham permanen. Menurut analisis mereka, pada
risiko karies yang tinggi penggunaan sealent dinilai efektif, namun terdapat kurangnya
informasi mengenai manfaat penyegelan (sealing) pada pasien dengan risiko karies yang
berbeda (15). Pada tahun 2008, Azarpazhooh (16) dan kolaborator memeriksa 303 artikel
penelitian tentang efektivitas pit and fissure sealant dalam mencegah karies gigi. Para penulis
sepakat tentang penerapan dental sealant pada semua gigi molar permanen yang berisiko
tinggi tanpa kerusakan apapun dan dalam waktu empat tahun setelah erupsi gigi. Selain itu,
review tersebut juga menunjukkan bahwa sealant berbasis resin seharusnya lebih disukai
daripada sealant glass ionomer. Sebagai kesimpulan, analisis mereka menggarisbawahi
pentingnya penggunaan sealant gigi tanpa menghilangkan efek fluoride varnish,
pemeliharaan, dan konsultasi gizi secara umum (16).
Pada 2013, Ahovuo-Saloranta dkk. (31) menganalisis perbandingan antara penerapan
penggunaan pit dan fissure sealant yang dibandingkan dengan tanpa perawatan serta
perbedaan tipe bahan sealant untuk mencegah karies gigi pada anak-anak dan remaja yang
lebih muda dari dua puluh tahun. Sealant berbasis resin dibandingkan dengan tanpa
perawatan pencegahan kaires pada gigi molar permanen pertama [selama pemantauan dua
tahun hasil OR = 0,12 (95% CI 0,70-0,19)] dan hal tersebut merupakan hasil efektivitas yang
difollow up selama sembilan tahun. Di sisi lain, tidak terdapat bukti mengenai prevalensi
potensi berbagai jenis sealant karena diperlukan uji coba yang lama. Menurut ulasan ini, para
penulis merekomendasikan penerapan sealant pada permukaan oklusal gigi molar permanen
pada anak-anak yang berisiko tinggi untuk mencegah dan mengendalikan kerusakan (31).

-Varnishes
Pada tahun 2010, Hiiri (19) dan rekannya membandingkan efektivitas pit and fissure
sealants dan fluoride varnishes untuk mencegah karies gigi dengan tinjauan sistematis.
Tujuannya adalah untuk mencari persamaan juga ke efektivan kombinasi sealant dan varnish
dengan varnish saja. Hal tersebut dipertimbangkan untuk perawatan permukaan oklusal molar
pertama pada anak-anak di bawah dua puluh tahun. Dua penelitian tersebut menunjukkan
perbedaan yang signifikan terhadap sealant yang dibandingkan dengan fluoride varnish.
Dalam kesimpulanya kajian memiliki beberapa bukti tentang keunggulan sealant daripada
aplikasi varnish dalam pencegahan kerusakan gigi (19).
Pada tahun 2010, James (20) berkolabirasi dalam meninjau secara acak percobaan
yang membandingkan varnish chlorhexidine untuk plasebo, tanpa perawatan atau
penggunaan fluoride varnish dalam mencegah karies gigi. Penelitian dilakukan dangan uji
coba pada anak-anak dan remaja berusia delapan belas tahun atau lebih muda. Hasil dari
penelitian tersebut dinilai bertentangan karena delapan percobaan melaporkan tidak ada
perbedaan yang signifikan secara statistik dalam perkembangan karies pada gigi permanen
dengan penerapan varnish klorheksidin pada plasebo atau tanpa pengobatan. Padahal,
keduanya memiliki keterkaitan dalam klorheksidin varnish. Akhirnya, dua percobaan terakhir
tersebut membuktikan bahwa hasil dari varnish klorheksidin pada gigi sulung dan
perbandingan antara varnish klorheksidin dan varnish fluorida meragukan. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah sesuai dengan tinjauan sistematis oleh Twetman yang menyebutkan
bahwa efek pencegahan karies dari varnish klorheksidin tidak dapat digunakan untuk anak-
anak dan remaja dengan paparan fluorida setiap hari (20).
Pada tahun 2013, Marinho (27) berkolaborasi mengevaluasi peran fluoride varnish
yang diterapkan secara profesional untuk mengurangi karies gigi pada anak-anak dan remaja
yang dibandingkan dengan plasebo tanpa pengobatan. Percobaan menilai bahwa penggunaan
fluoride varnish pada gigi permanen mengalami penurunan sebesar 43% (95% IC 30%
hingga 57%) pada DMFT; sedangkan pada gigi sulung mengalami penurunan senbesar 37%
(95% IC 24% hingga 51%). Menurut hasil dari tinjauan, diketahui bahwa aplikasi fluoride
varnish selama dua atau empat kali dalam setahun mampu menurunkan kerusakan dalam
suatu populasi resiko karies yang berbeda dan menunjukan keterkaitan terhadap efek samping
yang menerima pengobatan (27).

- Suplemen fluorida, Air dan Susu


Chou dkk. (28) menilai efektivitas pencegahan karies gigi pada anak-anak yang lebih
muda dari lima tahun termasuk perawatan pencegahan seperti diet suplemen fluoride, fluoride
varnish dan xylitol. Kemudian pada tahun 2004 para peneliti melakukan pembaharuan pada
US Preventing Service Task Force karena dinilai dalam penelitian tidak menunjukan
keefektivan dalam diet fluoride. Dalam studi observasi yang baru lebih memperlihatkan
hubungan potensial antara pemakaian suplemen fluoride pada anak usia dini dan resiko
fluorosis enamel ringan. Dalam bukti ini, penggunaan xylitol tetap memiliki batasan bila
dilakukan pada anak-anak berusia dibawah lima tahun. Dan yang terakhir, dalam bukti
tersebut ditemukan penggunaan fluoride varnish untuk mengurangi kejadian karies pada
anak-anak yang berisiko tinggi. Dalam percobaan yang dilakukan secara acak menunjukan
bahwa fluoride varnish memiliki efektivitas dalam mengurangi kejadian karies sebesar 18-
59%. Kesimpulanya, penulis menyarankan untuk dilakukanya penelitian lebih lanjut tentang
efektivitas skrining dan intervensi pencegahan pada perawatan primer yang dilakukan pada
anak usia dini (28). Cooper (29) berkolaborasi melakukan evaluasi tinjauan secara sistematis
tentang pengaruh intervensi perilaku pada anak sekolah dasar terhadap pencegahan karies
gigi dengan cara mengubah perilaku menyikat gigi serta frekuensi konsumsi makanan dan
minuman kariogenik. Studi yang dilakukan kurang dari dua tahun ini menyebabkan
ketidakseragaman dalam intervensi, tidak dapat dilakukan meta analisis pada hasil karies,
ataupun pada plak dikarenakan heterogenitas yang tinggi.
Hujoel (24) dan rekan meneliti dampak vitamin D terhadap pencegahan karies gigi dengan
melakukan tinjauan sistematis pada dua puluh sembilan referensi literatur. Hasil dari data
relatif menyebutkan dari dua puluh empat CCTs menunjukkan heterogenitas yang signifikan
(P <0,0001) dan menunjukan bias yang signifikan (P <0,001). Dalam tinjauan
mengungkapkan bahwa suplemen vitamin D memiliki kemampuan sebesar 53% (95% CI,
43% -65%) dalam mengurangi risiko karies. Para penulis tidak mengidentifikasi perbedaan
yang kuat antara efektivitas terapi UV dan suplementasi gizi vitamin D2 atau vitamin D3.
Singkatnya, ulasan tersebut menyarankan penggunaan vitamin D di pada masa anak-anak
sebelum usia tiga belas tahun untuk mencegah karies gigi, namun penelitian lebih lanjut harus
dilakukan (24).
Pada tahun 2008, Deshpande dan Jadad membahas tentang kandungan polyol pada
permen karet dalam mencegah karies gigi dengan melakukan meta-analisis. Penelitian
dilakukan pada sekitar 8.600 anak usia sekolah dan fokus membandingkan antara permen
karet yang mengandung polyol dan tanpa permen karet sebagai kontrol. Hasil penelitian
menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik menggunakan xylitol, campuran xylitol-
sorbitol dan sorbitol dalam mencegah karies karena mereka mengungkapkan PF (fraksi yang
dicegah) secara berturut-turut dari 58,66% (35,42-81,90), 52,82% (39,64-66,00) dan 20,01
persen (12,74-27,27). Sebaliknya, kombinasi permen karet yang mengandung sorbitol dan
mannitol tidak memiliki perbedaan ΔDMFS bila dibandingkan dengan tanpa permen karet
[(PF 10,71% (? 20,50-41,93)]. Para penulis menyarankan penggunaan polyol untuk menjaga
kebersihan mulut karena memiliki efek pada S. mutans serta memicu sekresi saliva saaat
mengunyah. Namun, pada kesimpulan tinjauan perlu di garisbahwahi bahwa jumlah dan
desain penelitian tidak cukup menggambarkan hubungan antara dosis dan efektivias dari
polyol (17).
Pada tahun 2011, Tubert-Jeannin (21) dan rekan mengevaluasi kunci dari suplemen
fluoride untuk mencegah kerusakan gigi pada 7196 anak sekolah. Tujuan utama dari tinjauan
ini adalah untuk mengevaluasi apakah ada efek diferensial antara suplemen fluorida dalam
bentuk tablet, tetes, tablet hisap dan permen karet dan tanpa suplemen fluoride atau tindakan
pencegahan lain seperti fluorida topikal yang dilakukan pada gigi permanen, hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat pengurangan pada penggunaan suplemen fluoride dibandingkan
dengan kelompok kontrol sebesar 24% (95% confidence interval 16% hingga 33%) pada
permukaan gigi yang rusak, hilang dan gigi tumpatan.
Pada 2015 studi lain melaporkan efek fluoridasi air dalam pencegahan karies. Para
penulis menyatakan bahwa sebagian besar data yang tersedia berasal dari penelitian yang
dilakukan sebelum tahun 1975 menunjukkan efektivitas fluoridasi air terhadap tingkat karies
pada anak-anak. Namun temuan ini mungkin terhambat oleh sifat observasi dari desain
penelitian dan gaya hidup yang berbeda dari zaman kita dibandingkan dengan tahun tujuh
puluhan. Dengan demikian tidak ada bukti yang cukup untuk menentukan apakah
penggunaan fluoridasi air memiliki dampak yang signifikan dalam pengurangan karies (35).
Pada 2013, Cagetti dkk. (26) melakukan tinjauan sistematis mengenai efektivitas
makanan berfluoride dalam pencegahan karies, kecuali air. Penilaian mencatat studi tentang
efek susu fluoride pada gigi primer anak dan hasilnya perlu adanya perubahan dalam
mencegah kerusakan gigi. Di Jamaika meneliti tentang dampak fluoridasi garam pada anak-
anak dan penulis menyimpulkan bahwa terdapat pengurangan terhadap prevalensi karies,
namun tidak ada bukti ilmiah. Menurut ulasan ini, efektivitas fluoridasi makanan dalam
mencegah kerusakan gigi adalah rendah dan sebagian besar uji coba telah dilakukan pada
anak-anak (26).
Begitupula pada susu berfluorida, meskipun dinilai memiliki kualitas yang buruk pada
penelitian Yeung (13) namun memberikan manfaat bagi anak-anak diusia sekolah, terutama
untuk gigi permanen.
Penggunaan fluorida dinilai memiliki manfaat dalam melindungi gigi. Namun dari
segi praktik hal ini tampak sulit dan perlu dipertanyakan tentang penerapanya (14). Oleh
karena itu Yeung dkk, akhirnya mengulas tentang manfaat susu berfluorida dalam suatu
tinjauan sistematis, namun memiliki kualitas bukti yang rendah tentang manfaat susu fluoride
dalam diet pada anak sekolah.

Kesimpulan
Perawatan preventif memiliki dampak yang baik untuk mencegah perkembangan
karies. Bedasarkan tinjauan secara keseluruhan menyatakan intervensi pencegahan mampu
mengurangi insiden karies dengan pengeluaran biaya yang lebih terjangkau. Aplikasi topikal
gel fluoride dan suplemen fluoride dinilai baik dan murah untuk mengurangi karies pada gigi.
penggunaan pit dan fissure sealant serta fluoride varnish juga dinilai elektif dalam
mengurangi karies.
Namun untuk fluoridasi makanan, susu berfluorise dan air berfluoride dinilai tidak
efektif. Hal tersebut dililai bedasarkan bukti literatur tentang pengurangan karies.
PEMBAHASAN

Tingginya kejadian karies gigi pada individu membuat para ahli menghimbau kepada
masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan perluasan kerusakan pada gigi.
Khususnya pada anak-anak di masa tumbuh kembang. Tindakan-tindakan tersebut
diantaranya telah diulas pada jurnal ini, yakni
- Penggunaan Fluorida gel, pasta gigi dan obat kumur
- Perawatan Pit dan Fissure sealent
- Penggunaan Varnish
- Konsumsi Suplemen fluorida, Susu, dan Air

Pentingnya fluorisasi pada gigi telah disebutkan pada jurnal, yakni untuk mencegah
terbentuknya atau perluasan dari karies [ CITATION Sic16 \l 1057 ] . Kurangnya kandungan
senyawa magnesium dan kalsium pada enamel menyebabkan gigi lebih rentan mengalami
karies [ CITATION Ste14 \l 1057 ]. Fluorida menghambat terbentuknya asam pada permukaan
gigi [ CITATION Hir11 \l 1057 ] . Hal itu dikarenakan fluorida memiliki kemampuan dalam
mempengaruhi merabolisme S.mutans yakni dengan cara mengganggu polisakarida bakteri
tersebut, flourida mengurangi kemampuan sel pada bakteri untuk mempertahankan
homestasis pH dan menghambat enkolase sistem enzim ATPase lainya [ CITATION Ste14 \l
1057 ]. Pemberian flour pada gigi menyebabkan hidroksiapatit pada enamel berubah menjadi
fluorapatit yang lebih tahan terhadap kondisi asam rongga mulut [ CITATION Paw17 \l 1057 ].
Hidroksiapatit pada gigi mengandung senyawa kalsium, magnesium dan juga fosfat yang
rentan terhadap mengalami kerusakan akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri. Sekitar 50%
flourida yang tertelan diserap oleh tulang dan gigi sementara sisanya akan dieksresikan
melalui urin. Diketahui pula penyerapan flourida akan semakin menurun seiring
bertambahnya usia [ CITATION Ste14 \l 1057 ] . Kondisi gigi yang mengalami kekurangan flour
akan lebih rentan dikarenakan enamel mengalami hypomineralization, ciri dari kondisi ini
biasanya gigi bewarna opak dan terdapat white spot atau perubahan warna pada permukaan
enamel[ CITATION Hir11 \l 1057 ].
Cara pemberian fluorida terbagi menjadi dua yakni dengan cara sistemik yang meliputi
penggunaan air berfluored, garam berfluored, susu berfluored dan suplemen fluored,
sedangkan cara lainya adalah dengan cara topikal yang dapat dilakukan secara mandiri atau
dapat pula dilakukan oleh praktisi dengan beberapa kali kunjungan [ CITATION Hir11 \l 1057 ] .
Adapun dosis ideal yang diperlukan pada masing-masing jenis penggunaan fluorida adalah
untuk konsumsi air berflurida sendiri bataasan dosisnya antara <0,1- >3 ppm, relatif lebih
kecil hal ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya komplikasi sistemik pada tubuh. Tidak
hanya air, kandungan fluorida pada pasta gigi juga memiliki takaran dosis tersendiri yakni
sekitar kurang lebih 1500 ppm [ CITATION Ull17 \l 1057 ]. Untuk pasta gigi anak-anak dibawah
tiga tahun dosis fluorida adalah 1000 ppm, sedangkan untuk usia 7 tahun keatas dosisnya
adalah 1350-1500ppm [ CITATION Nat10 \l 1057 ] . Sedangkan untuk obat kumur yang dipiih
biasanya yang mengandung sodium fluorida (NaF), mono-fluorophosphate (MFP), atau
stannous fluoride (SnF). Diketahui pula penggunaan obat kumur dinilai lebih efektif daripada
pasta gigi [ CITATION Ull17 \l 1057 ] . Indikasi dari penggunaan obat kumur ini adalah untuk
anak yang berusia diatas 6 tahun yang sudah mampu melakukan tindakan berkumur, untuk
pasien dengan perawatan orthodontik, untuk pasien yang menderita erosi dan karies pada
akar, serta pasien dengan hipersensitiviti dentin. Sedangkan kontraindikasinya adalah untuk
anak yang berusia dibawah 6 tahun [ CITATION Hir11 \l 1057 ].
Selain penggunaan flourida, pencegahan karies juga dapat dilakukan dengan cara
pemberian fluorida varnish. Applikasi flouride berbasis varnish dapat dilakukan pada gigi
permanen dan gigi susu. Metode ini dilakukan bila metode topikal dirasa kurang efisien
dalam mencegah perluasan karies. Aplikasi metode ini dinilai lebih menyenangkan karna
tidak memerlukan waktu yang banyak [ CITATION Hir11 \l 1057 ] . Penggunaan flouride varnish
untuk indiviru yang rendah karies sebaiknya dilakukan sekali dalam setahun sedangkan untuk
yang beresiko tinggi dilakukan dua kali dalam setahun. Kriteria yang termasuk resiko rendah
karies adalah individu yang memiliki 0-3 keries gigi, memiliki tumpatan atau pencabutan gigi
dalam tida tahun terakhir termasuk gigi sulung, diet kariogenik, sedang dalam perawatan
orthodontik, cacat fisik, terdapat permukaan akar yang terekspose. Sedangkan kriteria
individu dengan resiko tinggi adalah memiliki nilai DMFT >4, memiliki riwayat penyakit
sistemik atau sedang dalam pengobatan seperti terapi radiasi dan konsumsi obat-obatan yang
menyebabkan kondisi rongga mulut kering [ CITATION Aza08 \l 1057 ]. Untuk jenis bahan yang
biasa sering digunakan adalah Duraphat varnish dengan seidaan tube dosis flouride 22,600
ppm, namun dosis yang di recomendasikan untuk anak-anak 2-5 tahun adalah sebesar 0,25-
0,4 ml. Cara pengaplikasianya cukup sederhana mula-mula gigi diisolasi, kemudian diberi
aplikasi varnish dengan menggunakan brush pada permukaan gigi [ CITATION Nat10 \l 1057 ].
Dan cara pencegahan terakhir yang juga banyak diminati adalah perawatan pit dan
fissure sealent. Terapi berfokus pada gigi posterior yakni pada permukaan pit dan fisur.
Bahan yang digunakan biasanya adalah glass ionomer dikarenakan bahan tersebut
mengandung flouride. Namun meskipun begitu, GIC dinilai memili retensi yang kurang baik
daripada resis berbasis sealant. Resin sealent biasanya dipilih karena dinilai lebih stabil
[ CITATION Hir11 \l 1057 ]. Indikasi alikasi fisur sealent adalah untuk individu denngan pit dan
fisur yang dalam, anak-anak yang memilliki resiko karies tinggi, kondisi seseorang yang
berkebutuhan kusus, terdapat lesi pada daerah pit dan fisur [ CITATION Hir11 \l 1057 ]. Untuk
aplikasi resin selalent mula-mula gigi dibersihkan dari lesi karies, debris maupun saliva
dengan menggunakan kapas dan juga ekskavator lalu kemudian gigi dikeringkan, isolasi
daerah kerja dengan cutton roll, lalu aplikasikan etsa (30% phosphotic acid) selama 30 detik,
lalu bilas dan keringkan, jika gigi sudah beruba warna menjadi lebih putih lalu kemudian
applikasikan resin ke permukaan pit dan fisure, selanjutnya lakkukan light curring, kemudian
cek sealent apakah sudah terbentuk dengan baik [ CITATION Nat10 \l 1057 ]
KESIMPULAN

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah teerjadinya karies diantaranya
adalah dengan cara mandiri yakni seperti dengan menggunakan obat kumur, penggunaan
pasta gigi saat menyikat gigi dan mengkonsumsi air berflourida. Adapula perawatan
pencegahan yang memerlukan bantuan dari paktisi seperti penggunaan flouride varnish, dan
applikasi fissur sealant. Jika dinilai mana yang lebih baik, tentu saja semuanya baik.
Konsumsi atau penerapan nya dilandasi pada kondisi individu. Misalnya saja pada individu
yang memiliki resiko tinggi karies, mereka perlu melakukan perawatan dua kali dalam
setahun dan memerlukan bantuan paktisi atau tenaga ahli, untuk anak-anak juga perlu
perhatian khusus tentang takaran dosis flourida yang di konsumsi karena khawatir akan
terjadi komplikasi pada masa tumbuh kembang. Perawatan gigi dalam mencegah terjadinya
karies perlu dilakukan, hal tersebut bertujuan untuk mencegah terjadiny akerusakan pada gigi
sehingga dapat mempertahankan gigi pada tempatnya dalam waktu yang lebih lama unutk
menunjang fungsi stomagtognati.
REFERENSI

Azarpazhooh, A., & Main , P. A. (2008). Fluoride Varnish in the Prevention of Dental Caries in
Children and Adolescents : A Systematic review. Clinial Practice.

Hiremath, S. S. (2011). Textbook of Preventive and Community Dentistry. India: Elsevier.

National Dental Advisory Commite. (2010). Prevention and Management of Dental Caries in Children
Dental Clinical Guidance. Skotlandia: Scottish Dental Clinical Effectiveness Programme.

Pawarti, & Fathiah. (2017). Topical Fluoride Application dan Fissure Sealant untuk Mencegah Karies
Pada gigi Molar Satu Permanen. Jurnal Vokasi Kesehatan, 98-102.

Sicca, C., Bobbio, E., Quartuccio, N., Nicolo, G., & Cistaro, A. (2016). Prevention of Dental Caries: A
review of Effective Treatments. J Clint Exp Dent, 604-610.

Stephen, P., & Awofeso, N. (2014). Water Fluoridation: A Critical Review of the Physiological Effects
of Ingested Fluoride as a Public Health Intervention. The Scientific World Journal.

Ullah, R., Zafar, M. S., & Shahani, N. (2017). PotensialFluoride Toxicity from Oral Medicaments: A
review. Iranian Journal of Basic Medical Sciences, 841-848.

Anda mungkin juga menyukai