Anda di halaman 1dari 6

MASALAH COVID-19 PADA ANAK DAN PENATALAKSANAAN

PADA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Penguatan Materi

Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Galuh Ayu Nur Widati (P07120520016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2020
A. TINJAUAN TEORI
1. Kejadian COVID-19 pada anak
Diperkirakan pada anak kurang dari 10 tahun, kurang dari 1% terinfeksi COVID-19
dan 2,4% diantaranya berusia kurang dari 18 tahun. Tingkat kematian COVID-19 pada
anak di bawah 10 tahun hampir 0. Berdasarkan studi COVID-19 pediatrik, 2143 anak-
anak dengan pemeriksaan laboratorium yang terkonfirmasi atau terduga kasus, sebagian
besar pasien anak-anak (94,1%) didiagnosis sebagai asimptomatik, atau dengan
penyakit ringan atau sedang. Meskipun kasus COVID-19 jarang terjadi pada bayi baru
lahir, dilaporkan terdapat sembilan anak dirawat di rumah sakit yang didiagnosis
dengan COVID-19 di Cina dari 8 Desember 2019, hingga 6 Februari 2020. Kasus anak
pertama yang terkonfirmasi di Shenzhen, Cina pada 20 Januari 2020 hingga 6 Februari
2020 terdapat 230 kasus COVID-19 pada anak-anak (<18 tahun). Kasus infeksi neonatal
dengan SARS-CoV-2 telah dilaporkan di China, dengan yang termuda adalah 30 jam
setelah kelahiran.[ CITATION Ana20 \l 1033 ]

2. Etiologi dan Patogenesis


Patogenesis infeksi COVID-19 belum diketahui seutuhnya. Pada awalnya diketahui
virus ini mungkin memiliki kesamaan dengan SARS dan MERS CoV Analisis
filogenetik menunjukkan COVID-19 merupakan bagian dari subgenus Sarbecovirus dan
genus Betacoronavirus. Penelitian lain menunjukkan protein (S) memfasilitasi
masuknya virus corona ke dalam sel target. Proses ini bergantung pada pengikatan
protein S ke reseptor selular dan priming protein S ke protease selular. Penelitian hingga
saat ini menunjukkan kemungkinan proses masuknya COVID-19 ke dalam sel mirip
dengan SARS. Hal ini didasarkan pada kesamaan struktur 76% antara SARS dan
COVID-19. Sehingga diperkirakan virus ini menarget Angiotensin Converting Enzyme 2
(ACE2) sebagai reseptor masuk dan menggunakan serine protease TMPRSS2 untuk
priming S protein, meskipun hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Proses
imunologik dari host selanjutnya belum banyak diketahui. Dari data kasus yang ada,
pemeriksaan sitokin yang berperan pada ARDS menunjukkan hasil terjadinya badai
sitokin (cytokine storms) seperti pada kondisi ARDS lainnya. [ CITATION Han20 \l 1033 ]

3. Manifestasi Klinis pada Anak


Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari tanpa
gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga
syok sepsis. Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran
napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau
tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala.
Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga
mengeluhkan diare dan muntah.
Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah salah
satu dari gejala: (1) frekuensi pernapasan >30x/menit (2) distres pernapasan berat,
atau (3) saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Gejala yang paling umum adalah
batuk, eritema faring dan demam setidaknya 37,5°C. Para peneliti melaporkan bahwa.
Gejala lain adalah diare, kelelahan, rinore dan muntah.[ CITATION Ana20 \l 1033 ]

4. Pelayanan Balita Sakit di Puskesmas


a. Tenaga kesehatan, pasien anak dan pengantar menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) yang sesuai.
b. Memastikan akses tenaga kesehatan dan pasien terhadap fasilitas cuci tangan (sabun
dan air bersih, atau hand sanitizer dengan kandungan alkohol 70%) selama
pemeriksaan.
c. Jaga jarak pelayanan minimal 1 meter, mulai dari pendaftaran, ruang tunggu dan ruang
pemeriksaan. Pastikan ventilasi memadai untuk sirkulasi udara keluar masuk.
d. Menerapkan triage, memisahkan ruang tunggu dan ruang pemeriksaan, sebagai
berikut:
1) Anak dengan gejala batuk/pilek/sakit tenggorok/demam dipisahkan dari
2) Anak tidak ada gejala batuk/pilek/sakit tenggorok/demam.
e. Menentukan status balita sakit dengan memperhatikan :
1) faktor risiko riwayat kontak dengan PDP/ terkonfirmasi COVID-19, atau
tinggal/berkunjung ke wilayah terjangkit COVID-19.
2) gejala batuk/pilek/sakit tenggorokan/demam.
3) penyakit penyerta/komorbid seperti kanker/diabetes/jantung/autoimun/dan lain-lain.
f. Alur pelayanan disesuaikan untuk menghindari penumpukan pasien.

g. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


1)APD untuk anak/pengasuh:
2) Masker bedah untuk status pasien di fasilitaskesehatan.
3) Masker kain sebagai alternatif pelindung diri saat batuk/pilek, atau saat keluar
rumah.
h. Indikasi penggunaan masker pada anak:
1) Anak berusia di atas 2 tahun
2) Saat anak sedang sakit (mengalami demam, flu, atau batuk).
3) Ketika anak berada di luar rumah.
i. Anak yang tidak direkomendasikan memakai masker, diantaranya:
1) Anak berusia di bawah 2 tahun, karena berisiko kehabisan napas.
2) Jika masker itu membuat anak-anak tercekik atau tersedak.
3) Jika anak mengalami kesulitan dalam bernapas atau tidak sadar,serta tidak mampu
melepas masker tanpa bantuan orang lain.
4) Jika mengenakan masker malah meningkatkan risiko terkena virus, karena anak
lebih sering menyentuh wajah mereka.▷ APD untuk tenaga kesehatan di pelayanan
posyandu/ kunjungan memakai alat pelindung diri yang sesuai dengan prinsip PPI
sebelum memulai pelayanan:
5) Masker bedah/masker medis
6) Sarung tangan bila tersedia. Sarung tangan harus diganti untuk setiap satu sasaran
anak. Jangan menggunakan sarung tangan yang sama untuk lebih dari satu anak.
Bila sarung tangan tidak tersedia, petugas mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir setiap sebelum dan sesudah pelayanan kepada sasaran
7) Alat pelindung diri lain apabila tersedia, seperti pelindung mata dan wajah, gaun
atau apron.
j. APD untuk tenaga kesehatan yang bertugas di ruang konsultasi/ pemeriksaan,
dibedakan menjadi:
Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien tanpa gejala infeksi saluran pernapasan:
1) Penutup kepala
2) Masker bedah
3) Sarung tangan
4) Baju kerja dan
5) Alas kaki.
Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dengan gejala infeksi saluran pernapasan
menggunakan:
1) Masker bedah,
2) Gaun,
3) Sarung tangan,
4) Pelindung mata atau wajah,
5) Pelindung kepala,
6) Sepatu pelindung.

5. Tatalaksana COVID-19
a. Secara umum, tata laksana COVID-19 ditentukan dengan:
• faktor risiko kontak erat dengan PDP/terkonfirmasi COVID-19, atau
tinggal/bepergian ke wilayah terjangkit COVID-19.
• gejala terkait COVID-19 (demam dan atau batuk/pilek/sakit tenggorokan)
• penyakit penyerta/komorbid
b. Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid (seperti Kanker,Diabetes, TB, HIV, Ginjal,
Konsumsi Obat Imunosupresan, dll) segera koordinasikan petugas terkait.
c. Anak dengan penyakit penyerta dianjurkan untuk tetap melanjutkan pengobatan yang
rutin dikonsumsi, dengan mengupayakan pembatasan pertemuan/kontak (frekuensi
pengambilan obat lebih jarang atau dapat diwakili orang tua jika tidak ada keluhan).
d. Anak dengan komorbid TB:
• Bila dalam pemeriksaan ODP dan PDP COVID-19 ditegakkan juga menjadi
pasien TB dalam tata laksana PDP.
• Bila ODP maka harus isolasi diri 14 hari sambil menunggu hasil swab COVID-
19.
• Untuk pasien TB yang menjadi PDP gejala sedang/berat maka terapi dilanjutkan
di RS tempat PDP dirawat.
e. Anak dengan komorbid Diabetes yang harus isolasi mandiri di rumah
direkomendasikan untuk meningkatkan frekuensi pengukuran kadar glukosa, dan
berkonsultasi dengan dokter untuk penyesuaian dosis bila target glukosa tidak
tercapai.
f. Anak yang tidak termasuk kategori OTG, ODP atau PDP diberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar praktik kedokteran yang berlaku. Apabila tidak ada dokter di
Puskesmas, maka pelayanan kesehatan anak dilaksanakan menggunakan pendekatan
MTBS. Jika timbul Pneumonia Berat, evaluasi sesuai alur PDP.
DAFTAR PUSTAKA

Anantyo, D. T. et al., 2020. Corona Virus Disease (2019) pada anak (Studi Literatur). Medica
Hospitalia, 7(IA), pp. 344-360.

Handayani, D. et al., 2020. Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, 40(2),
pp. 119-129.

KEMENKES RI., 2020. Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi Covid-
19 bagi Tenaga Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai