Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DASAR KEPERAWATAN PALIATIF

Disusun untuk Memenuhi Tugas Penguatan Materi

Keperawatan Paliatif

Disusun Oleh :

Galuh Ayu Nur Widati (P07120520016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2020
TINJAUAN TEORI

A. Definisi

1. Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup


pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual
2. Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan
pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan
hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J.
Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper (1999), adalah : Gejala fisik,
Kemampuan fungsional (aktivitas), Kesejahteraan keluarga, Spiritual, Fungsi
sosial, Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan), Orientasi

masa depan, Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri , Fungsi
dalam bekerja
3. Palliative home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di rumah
pasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas bimbingan/ pengawasan tenaga
paliatif.
4. Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang tidak
dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di
rumah sakit Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat
memberikan pelayaan untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan
keadaan seperti di rumah pasien sendiri. (KEPMENKES RI No.812 Tahun 2007)

B. Prinsip Keperawatan Paliatif


Prinsip keperawatan paliatif anatara lain: menghilangkan nyeri dan gejala fisik
lain, menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal, tidak
bertujuan mempercepat atau menghambat kematian, mengintegrasikan aspek
psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif
mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,

2
menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya,
menghindari tindakan yang sia sia. (Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker
Tahun 2013, KEMENKES RI)

C. Indikasi pelayanan perawatan paliatif


Indikasi pelayanan perawatan paliatif antara lain: nyeri atau keluhan fisik
lainnya yang tidak dapat diatasi, stres berat sehubungan dengan diagnosis atau terapi
kanker, penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibatkannya,
permasalahan dalam pengambilan keputusann tentang terapi yang akan atau sedang
dilakukan, pasien/keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif, angka
harapan hidup < 12 bulan (ECOG > 3 atau kanofsky < 50%, metastasis otak, dan
leptomeningeal, metastasis di cairan interstisial, vena cava superior sindrom,
kaheksia, serta kondisi berikut bila tidak dilakukan tindakan atau tidak respon
terhadap tindakan yaitu: kompresi tulang belakang, bilirubin ≥2,5 mg/dl, kreatinin ≥3
mg/dl ). *tidak berlaku pada pasien kanker anak, pada pasien kanker stadium lanjut
yang tidak respon dengan terapi yang diberikan . (Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif
Kanker Tahun 2013, KEMENKES RI)

D. Langkah-langkah dalam pelayanan paliatif :


Langkah-langkah dalam pelayanan paliatif anatara lain: menentukan tujuan
perawatan dan harapan pasien, membantu pasien dalam membuat Advanced care
planning (wasiat atau keingingan terakhir), pengobatan penyakit penyerta dan aspek
sosial yang muncul, tata laksana gejala ( sesuai panduan dibawah ), Informasi dan
edukasi perawatan pasien, dukungan psikologis, kultural dan sosial, respon pada fase
terminal: memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila wasiat
belum dibuat, misalnya: penghentian atau tidak memberikan pengobatan yang
memperpanjang proses menuju kematian (resusitasi, ventilator, cairan, dll) (Pedoman
Teknis Pelayanan Paliatif Kanker Tahun 2013, KEMENKES RI)

E. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada anggota
keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang mampu membuat
penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tenteram.Dukungan ini
3
merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.
Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung akan selalu
siap member pertolongan dan bantuan yang diperlukan. Dukungan keluarga yang
diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga yang lainnya dalam rangka
menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat dalam sebuah keluarga. Bentuk dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga adalah secara moral atau material. Adanya
dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada
penderita dalam menghadapi proses pengobatan. Dengan adanya dukungan keluarga
mempermudah penderita dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan–
persoalan yang dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa berbagi beban,
mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam menghadapi
permasalahan yang sedang terjadi. Jenis dukungan keluarga memiliki beberapa fungsi
yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumen dan
dukungan emosional (Susilawati, 2013)

F. Contoh kasus Keperawatan Paliatif


Seorang pria berusia 40 tahun dengan Kanker di kelenjar parotis yang telah
metastasis ke otak, paru-paru, liver dan tulang. Selama 10 tahun telah melakukan
kemoterapi radiasi dan palliative whole brain radiation (XRT). Datng ke RS dengan
keluhan retensi urin dan paralisis pada bagian atas pinggul. Hasil MRI menunjukkan
tumor spinal yang besar. Pasien mendapatkan terapi XRT emergensi yang
mengakibatkan kelemahan tubuh bagian atas dan distress pernafasan. Ia mendapatkan
selang NGT keesokan harinya, dan paska operasinya dipersulit dengan pneumonia,
hipotensi, sepsis yang berhubungan dengan perawatan intensif. Setelah 19 hari
perawatan pasien mengatakan lagi “saya ingin mati”. Petugas mengadvokasi istri
pasien bahwa permintaan pasien perlu dihormati. Pada hari perawatan he 21, pasien
mengatakan “saya ingin anda melepas selang ini dan membiarkan saya mati”.
Pertemuan keluarga dilakukan dengan tim neuro-onkologi, spesialis paliatif dan istri
si pasien. Sang istri tidak setuju bila dilakukan ekstubasi. Di hari ke 24 perawatan,
kondisi pasien memburuk, menjadi bingung dan mengalami agitasi. Istri pasien
menginginkan penarikan bantuan hidup untuk sang suami. Pasien dipindahkan ke
ruang pribadi dan setelah 2 jam paska ekstubasi pasien meninggal dengan damai

4
dengan didampingi oleh sang istri, keluarga, teman dan beberapa petugas neuro-
onkologi. [ CITATION Kel13 \l 1033 ]

Diskusi:
Keperawatan mempunyai peran penting dalam pemberian caring untuk pasien
menjelang ajal pada perawatan di rumah sakit yang juga mendukung kemajuan dari
filosofi yang unik dari keperawatan. Tidak seperti pengobatan, keperawatan merespon
pada persepsi tentang kematian yang sering dilupakan oleh dokter dan masyarakat
umum. Pengobatan pada pasien terminal merupakan kuci utama dalam perawatan
modern yang mana dapat menggantikan pengobatan biasa untuk tujuan menempatkan
pasien di lingkungan yang dapat memaksimalkan kemungkinan pengalaman akhir
hayat yang baik. [ CITATION Rob17 \l 1033 ]. Pasien kanker dan keluarganya
menunjukkan pertimbangan dari aspek dilema etis, emosional, spiritual, kultural, dan
perawatan medis yang harus diambil oleh petugas [ CITATION Kel13 \l 1033 ].
Kebutuhan perawatan tindakan paliatif diperlukan dari awal sebagai bagian dari tim
multidisiplin pada kasus onkologi. Dengan adalang keterlibatan dari perawatan
paliatif di berbagai tahap pada penyakit pasien, tujuan perawatan akan lebih jelas
terdifinisikan, dan pilihan untuk perawatan onkologi serta perawatan suportif bisa
dijelaskan secara jujur. Dengan begitu, rencana baru dapat didiskusikan bersama
dengan pasien dan istrinya, meringankan beban dari pengambilan keputusan pada
situasi krisis.[ CITATION Kel13 \l 1033 ]

5
DAFTAR PUSTAKA

Susilawati, Dwi, 2013. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan
Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Jurnal
Keperawatan. 2(4), pp. 87-99

Kelliher, E., 2013. Palliative care consults in oncology: what we waiting for?. Collumbia:
Collumbia University of Nursing.

KEMENKES, KEPMENKES Nomor 812 tahun 2007

KEMENKES RI. 2013. Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker. Jakarta: KEMEKES RI.

Robinson , J., Gott, M. & Gardiner, C., 2017. Specialist Palliative Care Nursing and the
Philosophy of paliative care: a critical discussion. International Journal of Palliative
Nursing, 7(23), pp. 325-358.

6
7

Anda mungkin juga menyukai