Anda di halaman 1dari 10

Perkembangan Bahasa Indonesia sebagai

bahasa kedua

Dosen Pembimbing : Irfan Bachtiar


Disusun oleh Kelompok 1 :
1.Firda Nurul Izza (D0A218005)
2. Muhammad Nuh Fathsyah Siregar (D0A218015)

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN AJARAN 2018/2019
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita kesehatan jasmani dan juga rohani sehingga kita masih dapat menikmati indahnya alam
ciptaanNya ini. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang
sempurna dengan bahasa yang sangat indah.Alhamdulillah kami dari kelompok satu berhasil
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Perkembangan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh Bapak Irfan Bachtiar selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia
agar kita sebagai mahasiswa lebih mengerti atas Bahasa persatuannya sendiri yaitu Bahasa
Indonesia. Atas terselesainya laporan ini tidak lepas dari bimbingan,petunjuk dan
pemberitahuan ilmu yang bermanfaat kepada kami dari Allah SWT,oleh karena itu pada
kesempatan ini kita sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang
terhormat bapak Irfan Bachtiar yang telah mendidik kami agar lebih mengerti tentang Bahasa
Indonesia dalam mata kuliah Bahasa Indonesia ini.

Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan mahasiswa pendidikan IPA seperjuangan


yang kita banggakan.Semoga Allah SWT,memberikan balasan atas kebaikan yang telah
diberikan kepada kita. Kita menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu,kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh kita. Akhirnya
kita berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk bersosialisasi ke
orang lain agar orang lain dapat paham apa maksud dan tujuannya. Pentingnya berbahasa
sebagai indentitas manusia tidak bisa di lepaskan dalam kehidupannya sehari-hari karena
dalam berkehidupan sehari-hari manusia hanya membutuhkan satu alat,yakni bahasa.Dengan
bahasa itulah manusia dapat menjelaskan hal menjadi nyata dan terungkap.

Di Indonesia sendiri keberadaan bahasa sangatlah banyak bahkan hampir setiap


suku di Indonesia memiliki bahasanya sendiri sebagai bahasa pertama mereka.Memandang
hal seperti itu Negara Indonesia memerlukan hal penting untuk mempersatukan bangsa agar
lebih mengerti satu sama lain yaitu Bahasa Indonesia.

Dengan Bahasa Indonesia masyarakat Indonesia dapat bersatu dan dapat mengerti
satu sama lain walau memilki berbagai macam perbedaan.Oleh karena itu masyarakat
Indonesia menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa keduanya dalam berkomunikasi.

Dengan sebagian besar warga Indonesia menjadikan Bahasa Indonesia sebagai


bahasa kedua mereka kami akan membahas bagaimana perkembangan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua di Indonesia

B. Rumusan Masalah
1.Mengapa Bahasa Indonesia di jadikan Bahasa Persatuan ?

2.Bagaimana perkembangan Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua di Indonesia ?

C.Tujuan
Makalah tugas mata kuliah Bahasa Indonesia tentang ini bertujuan untuk
menjelaskan perkembangan Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dan dapat menjelaskan
dalam presentasi nanti agar dosen pembimbing kami dapat mengkritik dan dapat
memperlengkap materi yang akan kami sampaikan dan juga agar teman-teman kami sesama
mahasiswa prodi IPA lebih mengerti dan paham atas bagaimana perkembangan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alasan Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia
Alasan bahasa persatuan bangsa Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia karena bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu kuno yang merupakan Lingua Franca di Asia
Tenggara,khususnya di semenanjung Malaya dan sepanjang kepulauan Nusantara. Dan
banyak di gunakan dalam urusan berdagang, pesan memesan,dan juga penulisan prasasti dari
kerajaan ke pulau seberang.

Selama ribuan tahun dari era Dinasti Sailendra, bahasa Melayu mulai menggeser bahasa
Sansekerta dan menjadi Lingua Franca di Asia Tenggara, khususnya di semenanjung Malaya
dan sepanjang kepulauan Nusantara. Penyebaran bahasa Melayu tentunya mengalami proses
evolusi bahasa seiring dengan penggunaannya sebagai bahasa perdagangan di era Kerajaan
Sri Wijaya dan Majapahit, dari bahasa Melayu Kuno (0-1400), bahasa Melayu Klasik (1400-
1800), hingga bahasa Melayu Modern / Bahasa Indonesia (1800-sekarang)1.

Secara praktis, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa pemersatu perdagangan di hampir
seluruh pelosok Nusantara selama ribuan tahun. Dalam hal ini, peran saudagar perdagangan
sangatlah besar dalam persebaran bahasa Melayu dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali
bahkan sampai Ambon, Ternate, dan pesisir barat Pulau Papua.Itu semua alasan mengapa
bahasa Indonesia menjadi Bahasa Pemersatu di Indonesia

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa
Indonesia yaitu :

1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa


perhubungandan bahasa perdangangan.

2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa


melayutidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).

3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela
menerimabahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa


kebudayaandalam arti yang luas.2

Prinsip Bahasa Pemersatu


1
Yudhistira Laturiuw, “Sumpah Pemuda: Mengapa Bahasa Indonesia yang Dipilih Sebagai Bahasa Persatuan?”, Zenius, diakses dari
https://www.zenius.net/blog/17162/sumpah-pemuda-mengapa-bahasa-indonesia, pada tanggal 30 September 2018 pukul 13.37
2
Rudianto, “Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa”, Course Hero, diakses dari
https://www.coursehero.com/file/p39o8a7/Ada-empat-faktor-yang-menyebabkan-bahasa-Melayu-diangkat-menjadi-bahasa/, pada tanggal
30 September 2018 pukul 13.46
Pada saat merdeka para perintis Negara Indonesia sudah paham bagaimana cara
membuat bahasa pemersatu,yaitu bukan hanya dengan pendapat mayoritas tapi pendapat
yang dapat mempersatukan suku-suku yang ada di Indonesia. Boleh jadi pada saat itu penutur
bahasa Jawa adalah mayoritas penduduk sebagaimana penduduk di Pulau Jawa adalah yang
paling banyak jumlahnya. Tapi apakah jika dengan pertimbangan sesederhana itu (appealing
to majority), tujuan utama untuk mempersatukan berbagai suku bangsa yang berbeda-beda ini
bisa tercapai? Tentu saja tidak. Maka dari itu, para konseptor Sumpah Pemuda pada saat itu
lebih memilih menggunakan bahasa yang sudah meluas, yang diketahui dan digunakan dari
ujung barat hingga ujung timur kepulauan Nusantara ; bahasa yang tanpa disadari selama
ratusan tahun terakhir telah menjadi pengikat tali perdagangan antar berbagai suku bangsa di
seluruh Nusantara.

Dan tidak lupa ada satu faktor lagi yang menjadikan bahasa Indonesia lebih cocok
menjadi bahasa pemersatu yaitu prinsip egalitarian atau kesetaraan yang di perjuangkan para
tokoh nasional.

Jadi, pemilihan bahasa Indonesia juga tidak lepas dari faktor historis dan politis yang
terjadi pada saat itu. Bahasa Indonesia dianggap sebagai simbol penting dalam
mempersatukan keanekaragaman suku bangsa, bentuk identitas nasionalisme bangsa, dan
semangat menentukan nasib sendiri untuk melepaskan dari kolonialisme3.

B. Pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua


Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan di Negara Indonesia untuk mempersatukan
warga Indonesia di antara perbedaan,suku budaya dan bangsa.Dengan menggunakan bahasa
Indonesia,setiap orang yang berasal dari daerah yang berbeda dapat berkomunikasi dan
paham maksud perkataan antara satu orang ke orang lainnya.

Oleh karena itu bahasa Indonesia selalu di kembangkan dan dipertahankan eksistensinya agar
tidak terlupa.

Di Indonesia sendiri orang mempelajari bahasa Indonesia dengan dua perspektif


Yang pertama, bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama, dan yang kedua, bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua. Tantangan muncul ketika pengajaran atau pemerolehan bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua di tengah-tengah upaya harus melestarikan bahasa pertama
atau biasa disebut dengan bahasa ibu. Konon, jumlah bahasa ibu di negara kita ini paling
banyak di seluruh dunia, artinya bahasa ibu yang terdapat di Indonesia jauh lebih banyak
daripada yang terdapat di negara-negara lain, yaitu lebih dari 700 macam bahasa4.

Inilah yang menguatkan jiwa kita sebagai pemuda bahasa Indonesia agar dapat menempatkan
diri, sehingga bahasa Indonesia dapat mempertahankan eksistensinya tanpa melupakan
bahasa daerah setiap daerah atau bahasa ibu. Fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai bentuk
3
Yudhistira Laturiuw, “Sumpah Pemuda: Mengapa Bahasa Indonesia yang Dipilih Sebagai Bahasa Persatuan?”, Zenius, diakses dari
https://www.zenius.net/blog/17162/sumpah-pemuda-mengapa-bahasa-indonesia, pada tanggal 30 September 2018 pukul 14.02
4
Faisal Isnan, “Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pertama dan Kedua”,Kompasiana, diakses dari
https://www.kompasiana.com/immawan.faisal/551ad19e813311c87f9de1d6/pengajaran-bahasa-indonesia-sebagai-bahasa-pertama-dan-
kedua, pada tanggal 1 Oktober 2018 pukul 20.09
upaya mempersatukan bangsa. Meskipun berbeda-beda dalam berbahasa daerah, namun
semua itu dapat bersatu dengan menggunakan bahasa Indonesia.

C. Tipe pembelajaran bahasa


Menurut Ellis, ada dua tipe pembelajaran bahasa, yaitu tipe naturalistik dan tipe formal di
dalam kelas5. Yang pertama, tipe naturalistik yaitu bersifat alamiah, tanpa guru, serta tanpa
kesengajaan. Pembelajran dalam tipe ini terjadi dalam lingkungan suatu masyarakat. Seorang
anak yang di dalam lingkungan keluarganya menggunakan bahasa pertama , misalnya bahasa
Jawa, begitu keluar rumah berjumpa dengan teman-temannya yang berbahasa lain, misalkan
bahasa Indonesia, maka si anak tersebut akan berusaha menggunakan bahasa Indonesia.
Dalam kasus lain, terdapat dua mahasiswa dari Ambon, Beti dan Ait yang berkuliah di
Yogyakarta. Pada awal kedatangannya di Yogyakarta, mereka belum bisa sama sekali
berbahasa Jawa. Namun, karena orang-orang di sekitarnya menggunakan bahasa Jawa, maka
mereka berdua berusaha belajar bahasa Jawa, meskipun pada awalnya bahasa Jawa
mereka masih beraksen bahasa Ambon. Tetapi, setelah dua tahun berjalan, aksen bahasa
Ambon sudah mulai berkurang. Jadi, belajar bahasa menurut naturalistik sama prosesnya
dengan pemerolehan bahasa pertama, hanya saja proses berlangsungnya bersifat ilmiah,
karena tuntutan, dan akhirnya terbiasa.

Tipe kedua, yaitu tipe formal berlangsung di dalam kelas. Berbeda dengan di atas, bahwa tipe
ini seharusnya hasil yang diperoleh lebih baik dari tipe naturalistik, karena dalam tipe formal
ini segalanya sudah dipersiapkan, dengan adanya guru, materi, alat-alat bantu belajar, dsb.
Namun, kenyataan di negara ini berbicara lain. Berbagai penyebab telah teridentifikasi dan
perbaikan telah dilakukan, tetapi hasilnya sama saja. Kita lihat saja ketika Ujian Nasional
diselenggarakan, dalam pelajaran Bahasa Indonesia sangat jarang ditemukan siswa yang
memperoleh nilai sempurna. Jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain (baca: ilmu
eksak), bahasa Indonesia kehilangan wibawanya sebagai bahasa sendiri dan bahasa unggulan.
Menurut Chaer ,kalau dilacak mengapa pendidikan bahasa zaman Belanda dulu “berhasil”
sedangkan pendidikan bahasa kedua sekarang (bahasa Indonesia atau bahasa Inggris) tidak
atau kurang berhasil, penyebabnya karena terletak pada faktor kedisiplinan6. Pendidikan
bahasa kedua pada zaman Belanda dilakukan oleh guru yang pandai berbahasa Belanda.
Sedangkan pendidikan bahasa kedua pada masa kini dilakukan tanpa disiplin. Hadirnya
berbagai jurusan dan fakultas yang didominasi ilmu bahasa seharusnya bisa meningkatkan
mutu pendidik di masa mendatang.

D. Pengembangan bahasa Indonesia di daerah


Memang benar bahasa daerah tidak bisa disampingkan. Sebagaimana mana pengajaran
bahasa daerah diakomodasi di dalam muatan lokal yang mempunyai landasan yang kuat
sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat
(1) dan pasal 38 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
5
Abdul Chaer, Pengantar Sematik Bahasa Indonesia, Penerbit Rineka Cipta, Yogyakarta,  2009, hlm. 324.
6
Ibid,  hlm. 244.
tentang Standar Nasional Pendidikan. Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya
program muatan lokal dalam Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat
beranekaragam kebudayaan7. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan
bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan
wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya.
Hambatan terbesar yang dihadapi dalam pengembangan pendidikan di daerah-daerah
terpencil di Indonesia ternyata adalah masalah bahasa. Terutama di daerah dengan
penggunaan monolingual yang menyebabkan penyerapan pendidikan menjadi lebih minim
dan berimbas pada kemungkinan putus sekolah yang lebih besar.

Dari hasil studi yang dilakukan oleh Summer Institute of Linguistic (SIL) Interasional,
menemukan bahwa 90 persen anak di daerah terpencil atau dikenal dengan daerah terdepan,
terluar, tertinggal (3T) tidak dapat berbahasa Indonesia. Hal ini yang membuat mereka
kesulitan untuk menangkap arus informasi pendidikan8.

Country Director SIL Veni menuturkan, karena itu penggunaan bahasa ibu sangat penting
untuk digunakan sebagai pengantar dalam proses pembelajaran. Ini khususnya penting
dilakukan di daerah-daerah terpencil.

"Hambatan anak di daerah pedalaman adalah bahasa. Mereka bukan bodoh, namun mereka
tidak mengerti bahasa (Indonesia). Karena ketika proses pembelajaran disampaikan bukan
dengan bahasa ibu mereka atau bahasa daerah, beban mereka bertambah. Tidak hanya harus
memahami isi konsep pendidikan, mereka juga harus memahami bahasa Indonesia. Kondisi
ini nyata dan sangat disayangkan jika hambatan percepatan pendidikan adalah bahasa,"
ujarnya di Jakarta.

Kendala bahasa dalam proses pembelajaran, paling banyak ditemui di daerah Papua.
Diketahui sebagian besar penduduk asli Papua dan Papua Barat adalah penutur tunggal
bahasa ibu. Total, Papua dan papua Barat memiliki 275 ragam bahasa yang berbeda.

Bukti komunikasi yang terputus dalam proses pembelajaran di sana, terbukti dari studi yang
dilakukan British Petroleum di Teluk Bintuni. Diketahui 95 persen lulusan sekolah dasar di
sana adalah buta aksara secara fungsional.

Artinya, mereka dapat mengeja huruf namun tidak memahami makna kata ataupun paragraf
yang dibacanya. Dengan penggunaan bahasa ibu, maka materi ajar yang dipelajari anak-anak
akan lebih mudah dipahami.

7
Bai Arbai, “Menyoal Pelajaran Indonesia di daerah terpencil”,Kompasiana, diakses dari
https://www.kompasiana.com/arbai/5517c8bea333119306b66249/menyoal-pengajaran-bahasa-indonesia-di-daerah-terpencil, pada tanggal 1
Oktober 2018 pukul 20.50
8
Mepa Arnorld, “Bahasa Indonesia versus Bahasa Daerah”,Suara Papua, diakses dari
https://www.kompasiana.com/immawan.faisal/551ad19e813311c87f9de1d6/pengajaran-bahasa-indonesia-sebagai-bahasa-pertama-dan-
kedua, pada tanggal 1 Oktober 2018 pukul 20.57
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dari makalah yang kami buat kami dapat menyimpulan bahwa bahasa Indonesia
mengalami peningkatan perkembangan jika di gunakan sebagai bahasa kedua karena dengan
mengajari bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua mereka tidak melupakan bahasa Ibu
mereka dan mereka tidak lupa bahasa kesatuan di Negara mereka sendiri Negara Indonesia
yang telah di kembangkan oleh pahlawan-pahlwan yang pernah gugur pada jaman penjajahan
dan juga menguatkan jiwa kita sebagai pemuda bahasa Indonesia agar dapat menempatkan
diri, sehingga bahasa Indonesia dapat mempertahankan eksistensinya tanpa melupakan
bahasa daerah setiap daerah atau bahasa ibu. Fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai bentuk
upaya mempersatukan bangsa. Meskipun berbeda-beda dalam berbahasa daerah, namun
semua itu dapat bersatu dengan menggunakan bahasa Indonesia.

B.Saran
Pembelajaran bahasa Indonesia benar-benar di butuhkan apalagi di daerah terpencil di
Indonesia karena setiap wilayah di Indonesia berhak mengerti bagaimana bahasa persatuan
mereka dan juga dapat mengembangkan bahasa Indonesia tersebut ke kehidupan sehari-hari
mereka.

Anda mungkin juga menyukai