Kelompok 1 - RPS 1 - Pengauditan B3
Kelompok 1 - RPS 1 - Pengauditan B3
(PENGAUDITAN 1)
Oleh :
Kelompok 1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, pada akhirnya pembuatan
Ringkasan Materi Kuliah (RMK) untuk tugas mata kuliah Pengauditan 1 dapat kami selesaikan.
RMK ini disusun dengan mengacu pada berbagai sumber modul lainnya. Materi
didalamnya kami kutip dari sumber tersebut dengan menambahkan sedikit pemahaman pribadi
yang sifatnya analisis dan sintesis dengan bahasa yang sederhana agar lebih mudah untuk
dipahami.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam RMK ini sehingga kritik dan
saran sangat kami butuhkan untuk perbaikan, dan kami harap agar RMK ini dapat memberi
manfaat bagi penulis maupun pembacanya, serta kami ucapkan terimakasih kepada penyunting
dan pembaca RMK ini.
Penulis
1. PENGAUDIT DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK
3. PERKEMBANGAN AUDIT
3.1 Sejarah fungsi pengauditan
Pengauditan telah mulai dilakukan sejak abad ke limabelas. Tahun kelahiran pengauditan laporan
keuangan secara pasti tidak diketahui, tetapi dari berbagai sumber dapat diketahui bahwa pada
sekitar awal abad kelima belas jasa auditor telah mulai digunakan di Inggris. Meskipun
pengauditan telah lahir sejak beberapa abad yang lalu, namun perkembangan yang pesat baru
terjadi pada abad ini.
3.2 Pengauditan Independen Sebelum Tahun 1900
Kelahiran fungsi pengauditan di Amerika Utara berasal dari inggris. Akuntansi sebagai profesi
diperkenalkan di bagian benua ini oleh Inggris pada paruh kedua abad kesembilan belas. Para
akuntan di Amerika Utara mengadopsi bentuk laporan dan prosedur audit sebagaimana yang
berlaku di Inggris. Perusahaan-perusahaan publik di Inggris pada wakti itu harus tunduk pada
undang-undang yang disebut Companiest Act. Menurut undang-undang tersebut, semua
perusahaan publik harus diaudit. Ketika fungsi audit mulai diekspor ke Amerika Serikat, bentuk
pelaporan model Inggris turut diadopsi pula meskipun peraturan yang berlaku di Amerika
Serikat tidak sama dengan yang berlaku di Inggris. Sebagaimana disebutkan diatas, di Inggris
semua perusahaan publik harus diaudit, sedangkan di Amerika Serikat pada waktu itu tidak wajib
diaudit. Keharusan untuk diaudit datang dari badan yang mengatur pasar modal yang disebut
Securities and Exchange Commission (SEC), serta dari pengakuan umum mengenai manfaat
pendapat auditor atas laporan keuangan.
Tidak hanya peraturan undang-undang yang mengharuskan audit atas laporan yag diberikan
kepada para pemegang saham, menyebabkan audit pada abad kesembilan belas menjadi beraneka
ragam, kadang-kadang hanya meliputi neraca saja, tapi ada pula yang berupa audit atas semua
rekening yang ada pada perusahaan dan dilakukan secara menyeluruh dan mendalam. Auditor
biasanya mendapat penugasan dari manajemen atau dari dewan komisaris perusahaan, dan
laporan hasil audit biasanya dialamatkan kepada pihak intern perusahaan, bukan kepada
pemegang saham. Pemberian laporan kepada para pemegang saham pada waktu itu tidak biasa
dilakukan. Para manajer perusahaan hanya menginginkan untuk mendapat jaminan dari auditor
bahwa kecurangan dan kekeliruan dalam pencatatan tidak terjadi.
3.3 Perkembangan di Abad Ke-20
Memasuki abad ke-20, revolusi industri kira-kira telah berusia 50 tahun dan selama masa itu
jumlah perusahaan industri telah berkembang dengan pesat. Jumlah pemegang saham juga
semakin bertambah dan mereka sudah mulai menerima laporan auditor. Kebanyakan pemegang
saham baru ini tidak memahami makna pekerjaan seorang auditor, dan kesalahpahaman melanda
banyak pihak termasuk para pimpinan perusahaan dan bankir. Pada umumnya mereka
beranggapan bahwa pendapat auditor adalah jaminan keakuratan laporan keuangan.
Profesi akuntansi di Amerika berkembang dengan pesat setelah berakhirnya perang dunia I.
Sementara itu kesalahpahaman tentang fungsi pendapat auditor masih terus berlangsung,
sehingga pada tahun 1917 Federal Reserve Board menerbitkan Federal Reserve Buletin yang
memuat cetak ulang suatu dokumen yang disusun oleh American Institute Of Accountant (yang
selanjutnya berubah menjadi American Institute Of Certified Public Accountants atau AICPA
pada tahun 1957) yang berisi himbauan tentang perlunya akuntansi yang seragam, tetapi tulisan
tersebut sesungguhnya lebih banyak menguraikan tentang bagaimana mengaudit neraca.
Pernyataan teknis ini merupakan pernyataan pertama yang dikeluarkan oleh profesi akuntansi di
Amerika Serikat dari sekian banyak pernyataan yang dikeluarkan selama abad kedua puluh.
Pada awalnya, para akuntan publik menyusun laporan tanpa mengikuti pedoman resmi. Akan
tetapi pada 50 tahun terakhir, profesi dengan cepat mengembangkan redaksi laporan yang umum
digunakan melalui AICPA. Redaksi atau susunan kalimat laporan yang umum saat ini telah
makin diperbaharui sehingga pembuatan laporan hasil audit tidak lagi merupakan pekerjaan
mengarang kalimat dalam laporan, melainkan merupakan proses pengambilan keputusan.
Alternatif bentuk tipe laporanyang dapat dipilih auditor tidak banyak, dan sekali auditor memilih
jenis pendapat yang diberikan dalam situasi tertentu, auditor tinggal memilih jenis laporan yang
telah dirancang untuk menyatakan pendapat tersebut.
3.4 Perkembangan Pengauditan di Indonesia
Profesi akuntansi di Indonesia masih tergolong muda. Pada masa penjajahan Belanda, jumlah
perusahaan di Indonesia belum begitu banyak, sehingga akuntansi dengan sendirinya hampir
tidak dikenal. Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang beroperasi di Indonesia pada waktu
itu, mengikuti model pembukuan seperti yang berlaku di negaranya. Situasi seperti itu
berlangsung hingga Indonesia merdeka. Akuntansi baru mulai dikenal di Indonesia setelah tahun
lima puluahn, yaitu ketika semakin banyak perusahaan didirikan dan akuntansi sistem Amerika
mulai dikenal, terutama melalui pendidikan di perguruan tinggi.
Tonggak penting perkembangan akuntansi di Indonesia terjadi pada tahun 1973, yaitu ketika
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetaplan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia dan Norma
Pemeriksaan Akuntan (NPA). Prinsip akuntansi dan norma tersebut hamper sepenuhnya
mengadopsi prinsip akuntansi dan standar audit yang berlaku di Amerika Serikat. Penetapan
pronsip akuntansi dan norma pemeriksaan di Indonesia terutama dipicu oleh lahirnya pasar
modal yang mensyaratkan perusahaan yang akan menjual sahamnya di pasar modal untuk
memiliki laporan keuangan yang telah diaudit. Selain itu perkembangan terjadi dalam dunia
perbankan sejak tahun 1988 semakin menuntut dilakukannya audit atas laporan keuangan bagi
perusahaan-perusahaan yang akan mengajukan permohonan kredit ke bank. Pada tahun 1955
lahir Undang-undang Perseroan Terbatas yang mewajibkan suatu perseroan terbatas untuk
menyusun laporan keuangan dan jika p[erseroan merupakan perusahaan public, maka laporan
keuangannya wajib diaudit oleh akuntan public. Pada tahun yang sama lahir pula Undang-
undang Pasar Modal yang semakin meningkat peran akuntansi dan pengauditan, khususnya bagi
perusahaan-perusahaan yang sahamnya dijual di pasar modal (perusahaan public).
Sejalan dengan perkembangan profesi akuntansi dan dunia usaha di Indonesia, IAI telah berkali-
kali melakukan penyempurnaan dan pemutahiran prinsip akuntansi dan norma pemeriksaan
akuntan agar dapat mengakomodasi perkembangan yang sangat pesat dalam dunia usaha,
,dengan tetap mengacu pada perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat dan profesi
akuntansi internasional. Pada than 1994 IAI melakukan penyusunan ulang prinsip akuntansi dan
standar audit yang disebut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Professional
Akuntan Publik (SPAP). Sejalan dengan itu Dewan Standar Akuntansi yang dibentuk oleh IAI
secara terus menerus menerbitkan Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan (SPAP) yang hingga
saat ini telah mencapai 56 buah.
Seperti terjadi di Amerika Seratus tahun lalu, fungsi pengauditan di Indonesia memasuki abad 21
ini masih belum dipahami masyarakat. Banyak kesalahpahaman terjadi atas laporan auditor,
karena fungsi audit tidak dipahami benar. Situasi demikian Nampak sekali ketika berbagai kasus
terkenal seperti kasus Bank Summa, skandal Bank Bali yang diaudit oleh Pricewaterhouse
Coopers, dan sejumlah kasus lainnya, dikomentari berbagai fihak. Kebanyakan komentar
tersebut mencerminkan kesalahpahaman masyarakat, tidak saja mengnai makna pendapat auditor
atas laporan keuangan yang diperiksanya, tetapi juga mengenai perbedaan antara berbagai jenis
audit yang bisa dilakukan seorang auditor.
4. PERAN AUDIT DIDALAM SUATU NEGARA
Auditing dilaksanakan dalam rangka membandingkan kesesuaian antara kebijakan yang berlaku
dalam suatu entitas terhadap pelaksanaan yang sebenarnya terjadi untuk melihat efektifitas dan
efisiensi entitas.
Auditor dapat memberikan penilaian yang objektif dan relavan baik atas pelaporan keuangan,
operasional, dan kepatuhan atas prosedur yang berlaku yang dilaksankan oleh pihak manajemen
(audit), karena posisinya yang independen dan memiliki kompetisi yang cukup, tidak perlu
terbebani dengan aktivitas yang tidak dia lakukan ( aktivitas yang diaudit )
Auditing adalah hilir dari serangkaian proses yang dilaksanakan, sehingga audit yang baik dapat
menjamin entitas tersebut mampu sustainable. Menginformasikan keadaan yang sebenarnya
mengenai besarann untung atau rugi, posisi yang harus diperbaiki, dan yang mengalami
kemajuan, dapat dijadikan acuan bagi entitas tersebut untuk bertindak restropektif,
mempioritaskan aktivitas yang dianggap perlu, dan mengestimasi aktivitas strategis.
DAFTAR PUSTAKA
Jussup, Al. Haryono.2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA).Yogyakarta
Nestari,Nerry, Ardiansyah,Achbar. AUDITING DAN PROFESI AKUNTANSI