Turba Praktek Sholat
Turba Praktek Sholat
- Pijakan kaki selebar bahu,. tidak boleh terlalu lebar ( tidak bekangkang ), dan juga
tidak boleh dirapatkan
- Kemudian supaya selalu dibarengi dengan niat. Niat itu tempatnya didalam hati, karna
ِ amalan harus dibarengi dengan niat,
semua
ِ إنََّمَا اْلأَعأمَالُ بِالنَّيََّةniat itu menempel dengan pekerjaan
Tidak diucapkan dengan lisan, karna niat yang boleh diucapkan dengan lisan itu Haji
& Umroh, lainnya tidak ! “Anniyatu fil qolbi” niat itu tempatnya didalam hati.
Diusahakan ketika takbirotul ikrom “jari-jari diluruskan”, tidak ditekuk seperti ini :
- Jika lurus pundak, maka paling tinggi “jempol lurus pundak” , kalau paling rendah
“ujung jari lurus pundak”.
Paling tinggi “jempol lurus pundak” Paling rendah “ujung jari lurus pundak”
Prakteknya berarti bisa di antara itu.
- Contoh lurus telinga :
Paling tinggi “jempol di ujung atas telinga”
- Dalil yang lain memang ada, tapi yang dipilih BI yang ini. ماستطعنا مسعنا وأطعنا
- Ketika sedakep, jari2 tangan kiri lurus dengan lengan.
Tidak melembreh kebawah seperti ini. Juga tidak naik ke atas seperti ini.
- Jari telunjuk nya tidak di acungkan seperti ini ( masih sering dijumpai ).
- Pandangan ke tempat sujud
- Khusus untuk makmum, jika imam nya membaca dengan “Jahr” ( dikeraskan ) misal
sholat maghrib, isya dan shubuh,. Makmum hanya diperbolehkan membaca “Al
Fatihah”.
Yang benar
Yang salah
*kecuali bagi
Orang yg Panjang
Tangannya.
- Mengapa nabi menjelaskan seperti ini, karna pada waktu itu ada sahabat ketika Ruku’
tangannya dikempit didalam ,
- Selanjutnya bangun dari ruku’ / “I’tidal”, yang Imam membaca “Sami’allohu liman
hamidah” juga membaca “Robbana walakal hamd” atau semisalnya, dan bagi
Makmum hanya membaca “Robbana walakal hamd” atau semisalnya.
- Setelah itu “Sujud”, yang perlu diperhatikan ketika “Sujud” adalah “7 Anggota badan”
supaya menempel dilantai.
- Wajah ( kening dan hidung ), 2 ujung kaki dipanjatkan, 2 lutut ditempelkan ke lantai,
dan 2 telapak tangan juga menempel dilantai.
- Tempatnya “telapak tangan” diperkirakan seperti saat “takbirotul ikrom”, apakah lurus
pundak, atau lurus telinga.
- Kemudian ketika sujud maka “5 jari” tangan supaya dirapatkan.
- Kemudian “siku” nya supaya dibuka / dijauhkan dari badannya / ketiaknya, yaitu kira2
seumpama ada anak kambing lewat itu bisa dilewati ( kira-kira ).
Contoh :
- Jadi lurus boleh, agak maju kedepan sedikit juga boleh, agak mundur kebelakang
sedikit juga boleh. Yang tidak boleh itu terlalu maju kedepan atau terlalu mundur
kebelakang.
- Kecuali jika dalam keadaan sakit, maka semampunya.
- Kan Dalilnya “Innama ju’ilal imamu li yu’tamma bihi” Imam itu diangkat untuk
diikuti”. Tapi tidak semuanya itu dijalankan, ada pengecualian. Contoh :
1. Imam baca “Sami’allohu liman hamidah” apakah makmum nya ikut membaca
“Sami’allohu liman hamidah” ?! jawabnya “TIDAK”.
2. Contohnya imam ketika sholat maghrib / isya / shubuh membaca “jahr”
dikeraskan” maka makmum tidak boleh seperti imam.
3. Imam sudah tasyahud akhir, makmumnya terlambat,. Maka duduknya makmum
yang terlambat itu adalah tasyahud awal.
- Ketika duduk tasyahud maka pandangan mata tidak ditempat sujud, tapi
pandangan mata mengarah dekat
ke tempat isyaroh nya tangan.
- Adapun badannya kalau bisa lurus ya silahkan , kalau tidak bisa,. Agak miring sedikit
juga “boleh”. ( misal : orangnya gemuk, ya semampunya )
- Setelah membaca Do’a tasyahud boleh membaca do’a-do’a yang lain ( tapi khusus
doa yang boleh dibaca didalam shalat / macam2 do’a setelah tasyahud sebelum
salam ).
- Terakhir, ketika salam pertama menoleh kekanan lalu kekiri tanpa berhenti
ditengah2.
- Bisa menggunakan kalimat yang pendek “Assalamu’alaikum” lalu “Assalamu’alaikum”
- Atau “Assalamu’alaikum warohmatulloh” lalu “Assalamu’alaikum warohmatulloh”
- Atau kombinasi, “Assalamu’alaikum warohmatulloh” lalu “Assalamu’alaikum”
Semuanya “boleh”, yang tidak boleh adalah yang “tidak salam”.
- Lalu setelah salam, imam menghadap kearah makmum, boleh lurus menghadap atau
agak serong. Kemudian membaca dzikir.
- Dan sunnahnya Imam jangan terlalu lama berdo’a.