KELOMPOK 8
1. PUTRI BAHRIA
2. KURRATUL LAILY
3. DASUKI
4. ISMIATUN HASANAH
A. SAKIT MENURUT PANDANGAN
ISLAM :
Dalam perspektif Islam, setiap penyakit
merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah
SWT kepada hamba-Nya untuk menguji
keimanannya. Sabda Rasulullah SAW
“Dan sesungguhnya bila Allah SWT
mencintai suatu kaum, dicobanya dengan
berbagai cobaan. Siapa yang ridha
menerimanya, maka dia akan memperoleh
keridhoan Allah. Dan barang siapa yang
murka (tidak ridha) dia akan memperoleh
kemurkaan Allah SWT”
(H.R. Ibnu Majah dan At Turmudzi).
B. HUKUM-HUKUM BERHUBUNGAN
DENGAN SHALAT ORANG SAKIT
Orang yang sakit tetap wajib mengerjakan shalat
pada waktunya dan melaksanakannya menurut
kemampuannya
Apabila melakukan shalat pada waktunya terasa
berat baginya, maka diperbolehkan menjamâ’
(menggabung) shalat , misal shalat dzuhur dan
Ashar
Orang yang sakit tidak boleh meninggalkan shalat
wajib dalam segala kondisi apapun selama akalnya
masih baik.
Orang sakit yang berat shalat jama`ah di masjid
atau ia khawatir akan menambah dan atau
memperlambat kesembuhannya jika shalat
dimasjid, maka dibolehkan tidak shalat berjama’ah
C. TATA CARA IBADAH ORANG SAKIT
1. Tata cara shalat orang yang tidak mampu berdiri
Yang paling utama adalah dengan cara duduk bersila. Namun jika tidak
memungkinkan, maka dengan cara duduk apapun yang mudah untuk
dilakukan.
Duduk menghadap ke kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk
menghadap kiblat maka tidak mengapa.
Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam
keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga
dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
Cara rukuknya dengan membungkukkan badan sedikit, ini merupakan
bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua telapak tangan di
lutut.
Cara sujudnya sama sebagaimana sujud biasa jika memungkinkan. Jika
tidak memungkinkan maka, dengan membungkukkan badannya lebih
banyak dari ketika rukuk.
Cara tasyahud dengan meletakkan tangan di lutut dan melakukan
tasyahud seperti biasa.
SHOLAT DENGAN CARA DUDUK
2. TATA CARA SHALAT ORANG YANG
TIDAK MAMPU DUDUK
2. mustalqiyan (telentang)
A. ‘ALA JANBIN (BERBARING MENYAMPING)
Berbaring menyamping ke kanan dan ke arah kiblat jika
memungkinkan. Jika tidak bisa menyamping ke kanan maka
menyamping ke kiri namun tetap ke arah kiblat. Jika tidak
memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak
mengapa.
Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika
shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga
sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan
diletakkan di atas tangan kiri.
Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini
merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir.
Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak
dari ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut
namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat.
A. ‘ALA JANBIN (BERBARING
MENYAMPING)
B. MUSTALQIYAN (TELENTANG)