TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas sebagai organ dan sel tubuh
(Andarmoyo, 2012).
Fisiologi respirasi adalah pertukaran gas - gas pernafasan terjadi
antara lingkungan dan darah, memindahkan dari atmosfer ke alveoli,
dimana oksigen ditukar menjadi karbon dioksida. Alveoli
memindahkan oksigen dan karbon dioksida ke dan dari darah mealuli
membrane kapiler alveolar. Ada tiga langkah dan proses oksigenasi,
yaitu : ventilasi, difusi dam perfusi.
Ventilasi adalah proses perpindahan gas - gas ke dalam dan ke luar
paru-paru. Ventilasi memerlukan kerjasama antara otot dan elastisitas
dari paru-paru serta toraks, begitu juga dengan persarafannya. Otot
inspirasi pernafasan utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi
oleh nervus frenikus, yang terletak di korda spinalis vertebra servikal
ke empat.
Pertukaran gas respirasi (difusi) adalah suatu proses pertukaran gas
- gas respirasi dalam alveoli dan kapiler – kapiler jaringan tubuh.
Difusi gas terjadi di membran kapiler kapiler alveolar. Ketebalan
membran dapat mempengaruhi kecepatan proses difusi.
Sedangkan Perfusi adalah kemampuan untuk memindahkan gas –
gas pernafasan dari satu area ke area lain. Transpor oksigen terdiri atas
paru dan sisitem kardiovaskuler. Peyampaian tergantung pada jumlah
oksigen yang masuk ke paru – paru (ventilasi), darah mengalir ke paru
– paru dan ke jaringan (perfusi), kecepatan difusi serta kapasitas
kandugan oksigen. Agar pertukaran gas-gas respirasi dapat terjadi,
maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan
diperlukan sistem pernafasan.
Proses fisiologis lain yang mempengaruhi oksigenasi meliputi
kelainan yang dapat mempengaruhi kapasitas kandungan oksigen
darah, seperti : anemia, peningkatan kebutuhan metabolisme tubuh
seperti kehamilan atau oksigen terlarut dalam plasma, jumlah
hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan
oksigen. Hemoglobin yang merupakan suatu pembawa oksigen dan
karbon dioksida, mentrasporkan lebih banyak oksigen ( sekitar 97 % ).
Molekul hemoglobin berikatan dengan oksigen membentuk
oksihemoglobin. Bentuk oksihemoglobin bersifat sangat reversible,
sehingga oksigen dan hemoglobin dapat memisahkan diri, di mana
oksigen bebas kemudian masuk ke jaringan (Potter dan Perry, 2010).
3. Pemeriksaan Fisik
a) Pada klien efusi pleura bentuk hemitorak yang sakit mencembung
kosta mendatar, ruang interkosta melebar, pergerakan pernapasan
menurun. Pendorongan mediatrum ke arah hemitorak kontralateral
yang diketahui dari posisi trakea dan iktus kordis, RR cenderung
meningkat dan klien biasanya dipsneu.
b) Vokal fremitus menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah
cairannya >250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
c) Suara perkusi redup sampai pekak bergantung pada jumlah
cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka
pada pemeriksaan ekskursi diafragma akan didapatkan adanya
penurunan kemampuan pengembangan diafragma.
d) Auskultasi suara napas menurun sampai menghilang, egofoni.
4. Diagnosis Keperawatan
a) Pola napas tidak efektif
1) Definisi : Inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat (PPNI, 2016).
2) Penyebab
a. Depresi pusat pernapasan
b. Hambatan upaya napas (misalnya, nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan)
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas tulang dada
e. Gangguan neuromuskular
f. Gangguan neorologis (misalnya, elektroensefalogram
(EEG) positif, cedera kepala, gangguan kejang)
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energi
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
m. Cedera pada medula spinalis
n. Efek agen farmakologis
o. Kecemasan
3) Gejala dan tanda mayor (harus ada)
a. Subjektif
Despnea
b. Objektif
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal (misalnya, takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kusmaul, cheyne-stokes)
4) Gejala dan tanda minor (mungkin terdapat)
a. Subjektif
Ortopnea (kondisi sesak yang muncul saat posisi berbaring
lurus dan biasanya terjadi pada pasien yang gagal jantung)
b. Objektif
1. Pernapasan pussed-lip (bernapas dengan cara tarik
napas melalui hidung dua hitungan (satu-dua), jaga
mulut agar tertutup. Jangan menghirup nafas terlalu
dalam (tarik napas seperti biasa). Bentuk mulut
mengkerut (mencucu / agak manyun) seperti orang
mau bersiul atau meniup lilin.
2. Pernapsan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
5) Kondisi klinis terkait
a. Depresi sistem saraf pusat
b. Cedera kepala
c. Trauma thorak
d. Gullian barre syndrom
e. Mutiple sclerosis
f. Myasthenia gravis
g. Stroke
h. Kuadriplegia
i. Intoksikasi alkohol
b) Bersihan jalan napas tidak efektif
Definisi : Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi
jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab :
1) Spasma jalan napas
2) Hipersekresi jalan napas
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan napas
5) Sekresi yang tertahan
6) Proses infeksi
7) Respon alergi
c) Intoleransi aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.
Penyebab :
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Immobilitas
SDKI (2016)
5. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1 Intervensi keperawatan
No Diagnosa keperawatan Intervensi Utama Intervensi pendukung
1. Pola napas tidak efektif 1. Manajemen jalan napas 1. Dukungan emosional
yang berhubungan Mengidentifikasi dan 2. Dukungan ventilasi
dengan menurunnya mengelola jalan napas. 3. Edukasi pengukuran
ekspansi paru sekunder Observasi : respirasi
terhadap penumpukan a. Monitor pola napas 4. Manajemen energi
cairan dalam rongga (frekuensi, irama, 5. Manajemen jalan
pleura. kedalaman, usaha napas) napas
Tujuan : b. Monitor sputum (jumlah, 6. Pengaturan posisi
Setelah dilakukan warna, aroma) 7. Pemberian obat
tindakan keperawatan c. Monitor bunyi napas inhalasi
diharapkan pola nafas tambahian (gurgling, 8. Pemberian obat
klien efektif dengan mengi, wheezing, ronchi intravena
kriteria : kering) 9. Perawatan selang
1. Irama, frekuensi dan Terapeutik : dada
kedalaman pernapasan a. Posisikan semi fowler 10. Terapi relaksasi otot
dalam batas normal atau fowler progesif
2. Pada pemeriksaan b. Berikan minum hangat 11. Reduksi ansietas
rontgen thorak tidak c. Lakukan fisioterapi dada,
ditemukan adanya jika perlu
akumulasi cairan d. Berikan oksigen,
3. Bunyi napas terdengar jika perlu
jelas Edukasi :
4. Menunjukan jalan a. Anjurkan asupan cairan
napas yang paten 2000 ml/hari, jika tidak
5. Tanda – tanda vital ada kontraindikasi
dalam rentang normal b. Ajarkan teknik batuk
(Respiration Rate efektif
(RR), Nadi, Tekanan Kolaborasi :
darah dan Suhu) a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik,
jika perlu
2. Pemantauan respirasi
Mengumpulkan dan
menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan
napas dan kefektifan
pertukaran gas.
Observasi :
a. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas.
b. Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
kusmaul, cheyne-stokes,
biot, atastik)
c. Monitor kemampuan
batuk efektif
d. Auskultasi bunyi napas
e. Monitor nilai Analisa Gas
Darah (AGD)
f. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Terapeutik :
a. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
b. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. Bersihan jalan napas 1. Latihan batuk efektif 1. Dukungan kepatuhan
tidak efektif Melatih pasien yang tidak program pengobatan
berhubungan dengan memiliki kemampuan batuk 2. Edukasi fisioterapi ada
hiprsekresi jalan napas secara efektif untuk 3. Edukasi pengukuran
Tujuan : membersihkan trakea dan repsirasi
Setelah dilakukan bronkiolus dari secret atau 4. Fisioterapi dada
tindakan keperawatan benda asing dijalan napas. 5. Manajemen jalan
diharapkan jalan napas Observasi : napas
dapat efektif dengan a. Identifikasi kemampuan 6. Pemberian obat
ktiteria : batuk inhalasi
1. Menunjukan jalan b. Monitor adanya retensi 7. Pemberian obat nasal
napas yang paten sputum 8. Pengaturan posisi
(irama, frekuensi c. Monitor tanda dan gejala 9. Pencegahan aspirasi
dalam rentang infeksi saluran napas 10. Skrining tuberculosis
normal) d. Monitor input dan output 11. Stabilisasi jalan napas
2. Tidak ada suara cairan (jumlah dan 12. Terapi oksigen
napas tambahan karakteristik)
3. Mampu Terapeutik :
menidentifikasi a. Atur posisi semi fowler-
faktor yang dapat fowler atau fowler
menghambat jalan b. Pasang perlak dan
napas. bengkok dipangkuan
pasien
c. Buang secret pada tempat
sputum
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
b. Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama empat detik,
ditahan selama dua detik,
kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir
mecucu (dibulatkan)
selama delapan detik
c. Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga
tiga kali
d. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-tiga
3. Pemantauan respirasi
Mengumpulkan dan
menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan
napas dan kefektifan
pertukaran gas.
Observasi :
a. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas.
b. Monitas pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
kusmaul, cheyne-stokes,
biot, atastik)
c. Monitor kemampuan
batuk efektif
d. Auskultasi bunyi napas
e. Monitor nilai AGD
f. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Terapeutik :
a. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
b. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. Intoleransi aktivitas 1. Manajemen energi 1. Dukungan ambulasi
berhubungan dengan Mengidetifikasi dan 2. Dukungan kepatuhan
ketidakseimbangan mengelola pengelolaa program pengobatan
antara suplai dan penggunaan energi untuk 3. Edukasi latihan fisik
kebutuhan. mengatasi atau mencegah 4. Manajemen
Tujuan : kelelahan dan mengoptimalkan lingkungan
Setelah dilakukan proses pemulihan. 5. Manajemen program
tindakan keperawatan Observasi : latihan
klien dapat beraktifitas a. Identifikasi gangguan 6. Promosi latihan fisik
kembali dengan kriteria : fungsi tubuh yang 7. Terapi aktivitas
1. Dapat beraktivitas mengakibatkan kelelahan 8. Terapi oksigen
fisik tanpa disertai b. Monitor kelelahan fisik 9. Terapi relaksasi otot
peningkatan tekanan dan emosional progresif
darah, nadi, dan RR c. Monitor pola dan jam 10. Manajemen nyeri
2. Mampu melakukan tidur
aktivitas sehari-hari d. Monitor lokasi dan
(ADL) ketidaknyamanan selama
3. Energi psikomotor melakukan aktivitas
4. Status respirasi : Terapeutik :
pertukaran gas dan a. Sediakan lingkungan
ventilasi adekuat nyaman dan rendah
5. Status kardipulmonal stimulus (cahaya, suara,
adekuat. kunjungan)
b. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan atau aktif
c. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
d. Fasilitas duduk disisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan.
Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan
aktivitas secara betahap
c. Ajarkan strategi koping
unruk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.
2. Terapi aktivitas
Menggunakan aktivitas fisik,
kognitif, sosial dan spiritual
tertentu untuk memulihkan
keterlibatan frekuensi dan
durasi aktivitas atau kelompok.
Observasi :
a. Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
b. Identifikasi kemampuan
beraktivitas tertentu
c. Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang
diinginkan
d. Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
e. Monitor respon
emosional, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap
aktivitas
Terpeutik :
a. Fasilitasi fokus pada
kemampuan, bukan defisit
yang dialami
b. Fasilitasi memilih
aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis dan sosial.
c. Koordinasikan pemilihan
aktivitas yang sesuai
d. Fasilitasi aktivitas rutin
(ambulasi, mobilisasi dan
perawatan diri), sesuai
kebutuhan
e. Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
Edukasi :
a. Jalankan metode aktivitas
fisik sehari-hari, jika perlu
b. Ajrkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
c. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
d. Anjurkan terlibat dalam
aktifitas kelompok atau
terapi, jika sesuai.
Sumber : SDKI (2017), Nic - Noc (2016) dan SIKI (2018)
6. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan.
Persiapan proses implementasi akan memastikan asuhan keperawatan
yang efisien, aman dan efektif. Lima kegiatan persiapan tersebut
adalah pengkajian ulang, meninjau dan merevisi rencana asuhan
keperawatan yang ada, mengorganisasi sumber daya dan pemberian
asuhan, mengantisipasi dan mencegah komplikasi, serta
mengimplementasikan intervensi keperawatan (Potter dan Perry,
2009).
Tabel 2.2 Implementasi keperawatan
No Diagnosa Implementasi utama Implementasi
keperawatan Pendukung
1. Pola napas tidak 1. Memanajemen jalan napas 1. Mendukung
efektif yang Mengidentifikasi dan emosional
berhubungan dengan mengelola jalan napas. 2. Mendukung ventilasi
menurunnya ekspansi Tindakan observasi : 3. Mengedukasi
paru sekunder terhadap a. Memonitor pola napas pengukuran respirasi
penumpukan cairan (frekuensi, irama, 4. Memanajemen
dalam rongga pleura. kedalaman, usaha napas) energy
b. Memonitor sputum (jumlah, 5. Memanajemen jalan
warna, aroma) napas
c. Memonitor bunyi napas 6. Mengatur posisi
tambahian (gurgling, mengi, 7. Memberikan obat
wheezing, ronchi kering) inhalasi
Tidakan terapeutik : 8. Memberikan obat
a. Memosisikan semi fowler intravena
atau fowler 9. Merawat selang dada
b. Memberikan minum hangat 10. Menterapi relaksasi
c. Melakukan fisioterapi otot progesif
dada, jika perlu 11. Mereduksi ansietas
d. Memberikan oksigen, jika
perlu
Tindakan edukasi :
a. Menganjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari, jika
tidak ada kontraindikasi
b. Mengajarkan teknik batuk
efektif
Tindakan Kolaborasi :
a. Mengolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu
2. Memantau respirasi
Mengumpulkan dan
menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan
napas dan kefektifan pertukaran
gas.
Tindakan observasi :
a. Memonitor frekuensi,
irama, kedalaman dan upaya
napas.
b. Memonitas pola napas
(seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kusmaul,
cheyne-stokes, biot, atastik)
c. Memonitor kemampuan
batuk efektif
d. Mengauskultasi bunyi napas
e. Memonitor nilai AGD
f. Memalpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Tindakan terapeutik :
a. Mengatur interval
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
b. Mendokumentasi hasil
pemantauan
Tindakan edukasi :
a. Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Menginformasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. Bersihan jalan napas 1. Melatih batuk efektif 1. Mendukung kepatuhan
tidak efektif Melatih pasien yang tidak program pengobatan
berhubungan dengan memiliki kemampuan batuk 2. Mengedukasi
hiprsekresi jalan napas secara efektif untuk fisioterapi ada
membersihkan trakea dan 3. Mengedukasi
bronkiolus dari secret atau benda pengukuran repsirasi
asing dijalan napas. 4. Memfisioterapi dada
Tindakan observasi : 5. Memanajemen jalan
a. Mengidentifikasi napas
kemampuan batuk 6. Memberikan obat
b. Memonitor adanya retensi inhalasi
sputum 7. Memberikan obat
c. Memonitor tanda dan gejala nasal
infeksi saluran napas 8. Mengatur posisi
d. Memonitor input dan output 9. Mencegah aspirasi
cairan (jumlah dan 10. Menyekrining
karakteristik) tuberculosis
Tindakan terapeutik : 11. Menstabilisasi jalan
a. Mengatur posisi semi fowler napas
atau fowler 12. Menerapi oksigen
b. Memasang perlak dan
bengkok dipangkuan pasien
c. Membuang secret pada
tempat sputum
Tindakan edukasi :
a. Menjelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
b. Menganjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama empat detik, ditahan
selama dua detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan
bibir mecucu (dibulatkan)
selama delapan detik
c. Menganjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga
tiga kali
d. Menganjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-tiga
3. Menerapi aktivitas
Menggunakan aktivitas fisik,
kognitif, sosial dan spiritual
tertentu untuk memulihkan
keterlibatan frekuensi dan durasi
aktivitas atau kelompok.
Observasi :
a. Mengidentifikasi defisit
tingkat aktivitas
b. Mengidentifikasi
kemampuan beraktivitas
tertentu
c. Mengidentifikasi sumber
daya untuk aktivitas yang
diinginkan
d. Mengidentifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
e. Memonitor respon
emosional, fisik, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas
Tindakan terpeutik :
a. Memfasilitasi fokus pada
kemampuan, bukan defisit
yang dialami
b. Memfasilitasi memilih
aktivitas dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik,
psikologis dan sosial.
c. Mengkoordinasikan
pemilihan aktivitas yang
sesuai
d. Memfasilitasi aktivitas rutin
(ambulasi, mobilisasi dan
perawatan diri), sesuai
kebutuhan
e. Melibatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
Tindakan edukasi :
a. Menjalankan metode
aktivitas fisik sehari-hari,
jika perlu
b. Mengajarkan cara
melakukan aktivitas yang
dipilih
c. Menganjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
d. Mengajurkan terlibat dalam
aktifitas kelompok atau
terapi, jika sesuai.
Sumber : SDKI (2016) dan SIKI (2018)
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Tahap
ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau
kesejahteraan klien. Mengambil tindakan evaluasi untuk menentukan
apakah hasil yang diharapkan telah terpenuhi bukan untuk melaporkan
intervensi keperawatan yang telah dilakukannya. Hasil yang
diharapkan merupakan standar penilaian bagi perawat untuk melihat
apakah tujuan telah terpenuhi dan pelayanan telah berhasil (Potter dan
Perry, 2009).
Table 2.3 Evaluasi keperawatan
No. Diagnosa Evaluasi
1. Pola napas tidak efektif yang S : Klien mengatakan sesak sudah berkurang
berhubungan dengan menurunnya O:
ekspansi paru sekunder terhadap a. Irama, frekuensi dan kedalaman
penumpukan cairan dalam rongga pernapasan dalam batas normal
pleura. b. Bunyi napas terdengar jelas
c. Tanda – tanda vital dalam rentang
normal (RR, Nadi, Tekanan darah dan
Suhu)
d. Menunjukan jalan napas yang paten
e. Pada pemeriksaan rontgen thorak tidak
ditemukan adanya akumulasi cairan
A : Pola napas tidak efektif teratasi
P : Hentikan intervensi
2. Bersihan jalan napas tidak efektif S : Klien mengatakan dahak sudah tidak
berhubungan dengan hiprsekresi jalan begitu banyak dan sudah bisa melakukan
napas yang perawat ajarkan secara mandiri
O:
a. Tidak ada suara napas tambahan
b. Tidak ada faktor penghambat jalan
napas.
c. Menunjukan jalan napas yang paten
(irama, frekuensi dalam rentang
normal)
A : Bersihan jalan napas tidak efektif teratasi
P : Hentikan intervensi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan S : Klien mengatakan mampu melakukan
dengan ketidakseimbangan antara aktivitas ringan
suplai dan kebutuhan. O:
a. Dapat beraktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi, dan
RR
b. Mampu melakukan aktivitas sehari-
hari (ADL)
c. Status respirasi : pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
d. Status kardipulmonal adekuat.
A : Intoleransi aktivitas teratasi
P : Hentikan intervensi
Sumber : SDKI (2017), Nic - Noc (2016) dan SIKI (2018)
a) Infeksi
1) Tuberclosis
2) Pneumonitis
3) Abses paru
4) Perforasi Esofagus
5) Abses subfrenik
b) Noninfeksi
1) Karsinoma paru
2) Karsinoma pleura : primer, sekunder
3) Karsinoma mediastinum
6. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis dapat ditegakan dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik saja, tetapi kadang-kadang juga sulit juga, sehingga perlu
pemeriksaan penunjang seperti sinar tembus dada. Diagnosis yang
pasti bisa didapatkan melalui tindakan torakosintesis dan biopsi pleura
pada beberapa kasus.
a) Sinar tembus dada
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan
membentuk banyangan seperti kurva, dengan permukaan daerah
lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila permukaannya
horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga
tersebut yang bisa berasal dari luar atau dari dalam paru-paru itu
sendiri. Hal lain yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura
adalah terdorongnya mediatisnum pada sisi yang berlawanan
dengan cairan.
Akan tetapi, bila terdapat akteletasis pada sisi yang bersamaan
dengan cairan, mediatisnum akan tetap pada tempatnya. pada
permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan
lebih 300 ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung.
Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
b) Torakosintesis
Aspirasi cairan pleura sebagai sarana untuk diagnostic maupun
terapeutik. Torakosistesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk.
Lokasi aspirasi adalah pada bagian bawah paru disela iga ke-9
garis axial posterior dengan memakai jarum abocath nomor 14 atau
16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1.000-1.500 cc
pada setiap kali aspirasi. Jika aspirasi dilakukan sekligus dalam
jumlah banyak, maka akan menimbulkan syok pleural (hipotensi)
atau edema paru. Edema paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat
mengembang.
Sumber : http://kangsaipul.blogspot.com/2014/06/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan.html
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien dengan efusi pleura adalah dengan
mengatasi penyakit yang mendasarinya, mencegah re-acumulation
cairan dan mengurangi ketidaknyamanan dan dipsnea menurut
Isselbecher dalam Nurarif dan Kesuma (2016) antara lain :
a) Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
karena peningkatan aktivitas akan kebutuhan oksigen sehingga
dipsneu akan semakin meningkat pula.
b) Thorakhosintetis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subyektif
seperti, nyeri, dipsneu dan lain – lain. Cairan efusi pleura sebanyak
1 – 1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah
meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi pleura lebih
banyak maka pegeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan
satu jam kemudian.
c) Antibiotik
Pemberian antibiotic dilakukan apabila terbukti terdapat adanya
infeksi. Antibiotic diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman.
d) Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan biomisin) melalui selang interkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan
terakumulasi kembali.