Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TINJAUAN AGAMA, SOSIAL DAN BUDAYA


TENTANG PERAWATAN PALIATIF
Dosen pengampuh : Desmaniarti.,S.Kp.,MSI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Popi Nurmalasari
2. Putri Agesti
3. Wulan Nurmalasari
4. Yolanda Alfurqonia Indani Putri

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tinjauan
Sosial Budaya dalam Keperawata Paliatif” penulis berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu


Desmaniarti.,S.Kp.,MSI selaku dosen mata kuliah Keperawatan Paliatif . Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini tidak
luput dari kekurangan maupun keterbatasan dalam kemampuan, pengalaman dan
literatur yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Pengertian.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Pengertian.........................................................................................3
B. Tinjauan Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif.......................3
B. Tinjauan Agama Tentang Perawatan Paliatif...................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................9
A. Kesimpulan.......................................................................................9
B. Saran.................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian

Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita
yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya.
Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh
keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan
keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta
masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health
Organization (WHO) 2016).
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan
pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu
atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari
masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan
berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan
kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa
disimpulkan bahwa social budaya memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat
yang menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yaitu
bagaiamana tinjauan Agama, sosial, budaya tentang perawatan paliatif ?

1
C. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang tinjauan agama,
sosial & budaya perawatan paliatif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang meningkatkan kualitas
hidup pasien (orang dewasa dan anak-anak) dan keluarga yang menghadapi
masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa. Perawatan
paliatif merupakan pencegahan dan penanggulangan dari penderitaan fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual yang dialami oleh orang dewasa atau anak-
anak yang mengalami life limiting illness.
Perawatan paliatif yang didefinisikan oleh the National Consensus
Project for Quality Palliative Care (2013) merupakan tujuan akhir dari
perawatan paliatif yaitu mencegah dan mengurangi penderitaan serta
memberikan bantuan untuk memperoleh kualitas kehidupan terbaik bagi
pasien dan keluarga mereka tanpa memperhatikan stadium penyakit atau
kebutuhan terapi lainnya. Perawatan paliatif merupakan gabungan dari sebuah
filosofi perawatan dan pengorganisasian sistem yang sangat terstruktur dalam
memberikan pelayanan.

B. Tinjauan Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif


Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala
sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.Kebudayaan atau
kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan
penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena
itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan
kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya
suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang
dianut hubungannya dengan kesehatan.
Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan
garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai

3
sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia
dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku
(behaviour cause) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour cause). Perilaku
itu sendiri terbentuk dari tiga factor, yaitu :
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan
suatu masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka
mengalami sakit, ini akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan
kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam masyarakat tersebut. Misalnya
masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang memiliki kekuatan gaib
sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita demam
atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik
itu individu maupun kelompok.
Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan
sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut
seringkali berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan
untuk mengubah kebudayaan tersebut adalah dengan mempelajari
kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai
dengan norma, berpola, dan benda hasil karya manusia.

4
1. Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat
adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses
terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam
dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada
kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut
sulit untuk dilakukan.
Untuk itu, dalam mengatasi dan memahami suatu masalah
kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar
dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang
perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
mengancam kehidupan.

2. Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif


Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah
penderitanya pun tak sedikit. Sayang, banyak penderita justru memilih ke
dukun alias pengobatan alternatif. Ujung-ujungnya, malah bertambah
parah. Banyak penderita yang baru berobat ke dokter setelah menderita
kanker payudara stadium tinggi.
Selain itu, fenomena dukun Ponari sempat menyita perhatian
masyarakat Indonesia beberapa tahun yang lalu, cerita kemunculan
dukun Ponari dengan batu saktinya sebagai media penyembuhan dengan
cara di celupkan ke air.
Kabar tentang kehebatan ponari ini terus meluas hingga
menyebabkan jumlah pasien yang berobat kerumah Ponari dari hari
kehari semakin meningkat. Tindakan masyarakat yang datang ke Dukun
Ponari itu tidak terlepas dari peran budaya yang ada di masyarakat kita
terhadap hal-hal yang bersifat mistis. Percaya terhadap kesaktian batu

5
yang dimiliki Ponari itu merupakan sebuah budaya yang mengakar dan
bertahan dimasyarakat sebagai bagian dari kearifan lokal.
Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara
turun-temurun merupakan bagian dari kearifan lokal yang sulit untuk
dilepaskan. Hingga pemahaman magis yang irasional terhadap
pengobatan melalui dukun seperti diatas sangat dipercayai oleh
masyarakat. Peranan budaya dan kepercayaan yang ada dimasyarakat itu
diperkuat oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.

B. Tinjauan Agama Tentang Perawatan Paliatif


Spiritualitas merupakan suatu kekuatan yang menyatakan intisari
seseorang yang meresap kedalam seluruh kehidupan, serta bermanifestasi
pada diri, pemahaman, dan tindakan seseorang serta keterhubungan dengan
diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Campbell, 2013). Spiritualitas
diyakini sebagai sumber harapan dan kekuatan serta merupakan kebutuhan
dasar bagi setiap individu pada setiap individu. Spiritualias memberi kekuatan
yang dapat menyatukan antara individu, memberi makna pada kehidupan dan
mempererat ikatan antar individu.

Agama dalam spiritualitas dipahami sebagai kepercayaan yang


terorganisasi, tersusun, atau acuan kepercayaan dan praktik ibadah yang
menjadi karakteristik spiritual seseorang. Pasien biasanya memiliki definisi
sendiri, baik mengenai spiritualitas maupun agama). Keagaamaan dalam
praktik beribadahnya merupakan kebutuhan spiritual bagi setiap seseorang.

Agama sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan ibadah


kepada tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkugannya. Peran agama dalam
paliatif care:

1. Sebagai spiritual nourishment dan pencegahan penyakit


2. Sebagai mekanisme kopin & faktor yang berkontribusi dalam pemulihan
pasien

6
3. Sebagai sumber penyembuhan (healing) bagi pasien terminal.

Perspektif masing-masing agama mengenai ajal dan musibah


1. Islam
3 manfaat musibah sakit: sebagai penghapus dosa, sebagai ujian
kesabaran, tangga untuk mencapai derajat yang lebih tinggi di sisi allah
SWT.
2. Kristen
Makna penderita: sebagai karunia, merupakan bagian dari orang kristen,
suatu yang bahagia, memiliki maksud tujuan tertentu, bersifat sementara
& diakhiri dengan berkat.
3. Budha
Makna kematian untuk menyadarkan setiap manusia akhir kehidupannya,
bahwa bepa tingi pun tempatnya, apapun abntuan teknologi atau ilmu
kedokteran yang dimilikiya, pada akhirnya tetap harus mengalami yang
sama yaiu di dalam kubur atau menjadi segenggam debu.
4. Hindu
Kematian adalah hal yang sangat penting yang menentukan arti
kehidupan seseorang, jadi harus selalu mengingat tuhan menjelang ajal
sehingga mampu menghantarkan ke tempat yang indah

Dalam penelitian Hidayanti, dkk (2016), menjelaskan pentingnya


pendekatan agama pada pasien agar memiliki penerimaan diri. merutinkan
ibadah, memohon ampunan pada Tuhan. Selanjutnya membangun optimisme
untuk terus bersemangat berjuang melawan penyakit. Hal ini penting, karena
sebagian pasien biasanya akan mempertanyakan kematian. konselor harus
bisa membangkitkan semangat pasien untuk tetap bertahan hidup karena
kematian hanya Allah yang tahu. Cara yang biasanya dilakukan adalah
menentramkan hati pasien dengan memberikan pemahaman tentang takdir
kematian yang menjemput mereka yang sehat melalui kecelakaan atau
bencana lainnya, tetapi sebaliknya yang sakit bisa berumur panjang.

7
Berbagai pendekatan yang dilakukan pada dasarnya berupaya mengatasi
problem psikologis pasien agar tenang dan optimis. Dua hal ini menjadi
penting agar pasien menjadi taat berobat. Jika psikologisnya sudah lemah,
maka kepatuhan berobat akan sulit diwujudkan. Hal ini disebabkan pasien
sudah kehilangan semangat hidup, ataupun jika berobatpun manfaatnya tidak
maksimal. pasien dibantu untuk menata kehidupannya kembali pasca positif tidak
terus menyesali apa yang telah terjadi, tetapi mereka harus melakukan
berbagai usaha produktif dalam mengisi kehidupn dengan hal-hal yang
bermanfaat seperti taat beribadah dan aktif dalam organisasi ke-Islaman. Hal
ini penting dilakukan agar pasien dapat terus mengambil hikmah dari apa
yang sudah dialami dan mendapatkan dukungan sosial dalam menghadapi
sakitnya

Jadi konseling Islam yang dilakukan ditekankan pada tujuan mengajak


pasien untuk mendekatkan diri pada Allah, dan tidak menyesali perbuatan
yang telah lalu. Konselor justru mengajak pasien merepoduksi hidup dengan
meningkatkan ibadah dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan. Kemampuan
pasien mendekatkan diri kepada Allah dapat dibuktikan secara empirik.
Konseling religius bisa menjadi salah satu alternatif yang bisa dikembangkan
menjadi bentuk terapi psikospiritual dalam pallaitive care. Sebagaimana
dikatakan Prayitno (2009) bahwa konseling religius dapat diberikan untuk
membantu dukungan seperti kesejahteraan emosi, psikologis, sosial, dan
spiritual pasien.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keuarganya dalam menghadapi
masalah masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa,
dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal
serta terapi dan masalah lain, fisik, psikososial dan spirittual.
Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan merupakan suatu
tingkah laku yang selektif, terencana, dan tanda dalam suatu sistem kesehatan
yang merupakan bagian dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku
tersebut terpola dalam kehidupan nilai sosial budaya yang ditujukan bagi
masyarakat tersebut. Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang
dilakukan seseorang dan sekelompok orang untuk kepentingan atau
pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai,
dan norma kelompok yang bersangkutan. Kebudayaan kesehatan masyarakat
membentuk, mengatur, dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-
individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan
kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun
menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu
masalah perilaku kesehatan harus dilihat dalam hubungannya dengan
kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu-individunya terutama
dalam paliatif care.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan perawatan
pasien paliatif dalam tinjauan sosial budaya. Sebagai petugas kesehatan perlu
mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan  mengetahui
pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana

9
yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu
dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Purnamaningrum, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors
Related To The Community’s Behaviour To Get Eye Health Servic),
Universitas Diponegoro. (diakses tgl 20 februari 2015)
Dwi Hapsari, dkk.,2012, Pengaruh Lingkungan Sehat, Dan Perilaku Hidup Sehat
Terhadap Status Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi
dan Status Kesehatan, Jakarta. (diakses tgl 20 februari 2015)
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti :
Bandung.
Fitri Nur azizah. 2013. Aspek Sosial Mempengaruhi Kesehatan, (diakses tgl 23
februari 2015)
Hidayanti, dkk. (2016). Kontribusi Konseling Islam Dalam Mewujudkan
Palliative Care Bagi Pasien HIV/AIDS Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.. Religia Vol.19
Lukman Hakim, dkk., 2013, Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat
Dalam Berobat (Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In The
Treatment), Universitas Jember (UNEJ), Jember. (Diakses tgl 20 februari
2015)
Momon sudarman, sosiologi untuk kesehatan, google book. (Diaskes 20 februari)
Notoatmodjo Soekidjo, 1990, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-UI, Jakarta.
Wijhayanthy, Riska; dkk. Tinjauan Agama, Sosial & Budaya Dalam Perawatan
Paliatif. Di upload bulan april 2020. Diakses pada 10 November 2020 dari:
https://idoc.pub/

Anda mungkin juga menyukai