Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN:


SISTEM SARAF
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat II
Dosen pengampu: Hikmat Rudyana, S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh :
Aceng Yanto 213218021
Annisa Nur Fauziyah 213218009
Lela Sari 213218027
Popi Nurmalasari 213218017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1) NON REGULER
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat Pada Sistem Syaraf” ini dengan baik. Pembuatan
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Disaster management.

Pembuatan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan dan
dukungan dari semua pihak oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan makalah
ini.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk dapat
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca
pada umumnya dan penulis pada khususnya.

 
Cimahi,  November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................3
2.1 Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Sistem Persyarafan...3
2.1.1 Stroke.........................................................................................7
2.1.2 Meningitis..................................................................................9
2.1.3 Epilepsi....................................................................................13
BAB III PENUTUPAN............................................................................................
3.1 Kesimpulan...........................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana asuhan keperawatan kegawat daruratan pada pasien stroke ?
b. Bagaimana asuhan keperawatan kegawat daruratan pada pasien epilepsi?
c. Bagaimana asuhan keperawatan kegawat daruratan pada pasien
meningitis?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan kegawat daruratan
pada sistem persyarafan :
a. Stroke
b. Epilepsi
c. Meningitis

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Sistem Persyarafan


2.1.1 Stroke
Stroke digolongkan menjadi stroke iskemik dan hemoragik.
Identifikasi dini dari tipe stroke sangat krusial sifatnya karena
penatalaksanaann yang tepat bagi satu jenis stroke bisa mematikan jika
dilakukan pada jenis lainnya. Faktor risiko stroke diantaranya:
1. Hipertensi
2. Diabetes melitus
3. Merokok
4. Atrial fibrilasi
5. Penyakit jantung
6. Trauma leher

Instrumen Pengkajian Awal (Initial Assesment)


Triase pada pasien yang dicurigai menderita stroke harus dilakukan
segera dan disertai dnegan rapid assesment dan intervensi cepat. Ada
beberapa skala stroke pra-rumah sakit yang tersedia, yang palig banyak
digunakan adalah the cincinnati prehospital stroke scale.
Tabel 2.1 Cincinnati Prehospital Stroke Scale

No Kriteria Normal Abnormal


1. Facial droop (minta Kedua sisi wajah Salah satu sisi wajah
pasien untuk tersenyum bergerak secara tidak bergerak,
atau menunjukkan bersamaan sebagik sisi wajah
giginya) satunya

2. Arm drift (Minta pasien Kedua tangan Satu tangan tidak


untuk menutup mata dan bergerak bersamaan bergerak atau
menahan kedua atau tidak sama terjatuh ke bawah
tangannya lurus ke sekali
depan)

2
3. Abnormal speech (minta Pasien mampu Pasie tidak mampu
pasien untuk mengucapkan kata- bicara, salah
mengucapkan sebuah kata tanpa terbata mengucapkan kata
kalimat) atau terbata-bata.

Pasien dengan dugaan stroke yang datang ke IGD juga harus dapat dinilai
dalam waktu 10 menit dari kedatangan. Penilaian lebih lanjut harus
mencakup computed tomography (CT-scan) yang dilakukan segera.

A. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi jika trombus lokal atau menyumbat arteri
serebral. Emboli umunya berasal dari jantung atau arteri besar setelah
terjadi fibrilasi atrium, infark miokard akut (AMI). Tanda gejala nya
meliputi:
1. Kelemahan wajah secara tiba-tiba
2. Kelemahan unilateral (termasuk lengan,kaki atau keduanya) secara
tiba-tiba.
3. Mendadak merasa bingung atau kesulitan berbicara
4. Sakit kepala, mual dan muntah
5. Disfagia
6. Mendadak vertigo, ataxia
7. Mati rasa atau kesemutan mendadak.

Penilaian dan Diagnosis Lanjutan


Staf Instalasi Gawat Darurat (IGD) harus terampil dalam mengenali
stroke akut untuk dapa melakukan triase dan mengobati pasien dengan
cara yang cepat dan efisien. Komunikasi harus satu garis antara
Emergency Medical System (EMS) dan tim perawatan stroke.

Intervensi Terapeutik Stroke Iskemik


Tujuan dari pengobatan pasien stroke adalah untuk mengembalikan
kondisi aliran darah yang adekuat dan mengoptimalkan hemodinamik

3
untuk memperahankan perfusi serebral . meminimalkan kerusakan dan
penumbra (sel-sel otak di sekitar stroke yang terganggu namun masih
hidup) dapat dicapai dengan memaksimalkan perfusi otak. Berikan
ABC yang adekuat.
1. Berikan oksigen tambahan jika saturasi oksigen pada oksimetri
menunjukkan ≤92%.
2. Pertimbangkan untuk memberikan alat bantu jalan napas jika
diperlukan.
3. Berikan pemasangan intravena (IV) dengan larutan Nacl.
4. Monitor kondisi jantung secara terus menerus.
5. Menjaga suhu tubuh normal, mengatasi demam lebih dari 37,5°C
6. Periksa status neurologis pasien secara terus menerus
7. Insersi kateter kateter urine indwelling sifatnya opsional, tetapi jika
pasien akan mendapatkan terapi fibrinolitik, semua prsedur invasif
dan tabung (baik NGT maupu kateter urine) harus diberikan
sebelum memulai terapi. Jika status neurologis pasien secara
spontan, terapi fibrinolitik tidak diberikan.

B. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah kondisi dimana pendarahan terjadi pada
otak. Suplai darah yang dialirkan ke otak menjadi berkurang. Kondisi
ini dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel otak, sehingga fungsi
otak akan terganggu. Stroke hemoragik terjadi karena arteri atau
pembuluh darah pecah dan terjadi pendarahan. Pecahnya pembuluh
darah dapat disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari hipertensi kronis
hingga aneurisma. Klasifikasi stroke hemoragik meliputi:
1. Hemoragik Intraserebral
Terjadi akiba arteri yang terdapat di dalam otak pecah. Pecahnya
arteri menyebabkan terjadinya pendarahan di dalam otak sehingga
mempengaruhi jaringan di sekitar oak beserta sel-selnya. Penyebab

4
utamanya adalah hipertensi kronis, trauma, koagulopati,
antikoagulasi.
2. Hemoragik Subarachnoid
Perdarahan mendadak di celah antar otak dan membran tengah
yang membungkus otak. Perrdarahan biasanya berasal dari robekan
tonjolan abnormal dalam pembuluh darah otak (pembengkakan pada
dinding arteri otak) yang berakibat fatal.

Tanda dan Gejala Stroke Hemoragik


1. Nyeri kepala
2. Penurunan tingkat kesadaran
3. Mual muntah
4. Fotofobia (intoleransi terhadap cahaya)
5. Kaku kuduk
6. Tekanan darah tinggi
7. Kelumpuhan

Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan
2. MRI
3. Angiogram
4. Ekokardiogram

Intervensi Terapeutik
1. Berikan ABC yang adekuat (Airway, breathing, circulation). Karena
pasien mengalami penuruan kesadaran dan risiko aspirasi
2. Menjaga tekanan darah sistolik 90 sampai 140 mmHg
3. Berikan Antipiretik untuk mempertahankan suhu tubuh normal
4. Atasi peningkatan TIK dengan menaikkan bagian kepala tempat
tidur 30° dan pemberian sedasi
5. Berikan obat penenang jika mungkin diperlukan unuk pasien yang
gelisah.

5
6. Lakukan pemeriksaan Neurologis
7. Jaga kadar glukosa selalu di bawah 140 mmHg, namun hindari
hipoglikemia.
8. Pemantauan di ICU diindikasikan untuk pasien ini karena ada
kemungkinan perburukkan kondisi dan pemantauan ketat diperlukan.

2.1.2 Epilepsi
Merupakan suatu kondisi yang memengaruhi otak dan
menyebabkan kejang terjadi secara berulang. Kejang sendiri
merupakan lonjakan listrik di otak yang terjadi secara mendadak.
Status epileptikus merupakan bentuk serangan epilepsi fatal yang
cukup sering terjadi.

Intervensi Terapeutik
1. Mempertahankan airway, breathin, circulation
2. Buka dna bersihkan jalan nafas
3. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan untuk menjaga saturasi
oksigen tetap baik pertimbangkan intubasi endotrakeal jika kejang
berkepanjangan.
4. Pasang pembatas samping bed
5. Pertahankan akses intravena
6. Berikan terapi antikonvulsan :
a. Benzodiazepin (misalnya: diazepam, lorazepam, midazolam)
baik secara intavena atau IO (Intra Osseus) sampai kejang
terkontrol.
b. Fosphenytoin sodium 20 mg/kg melalui infus intra vena.
Fosphenytoin boleh diencerkan dengan dextrose 5% dengan
normal saline.
c. Berikan phenytoin 18 sampai 20 mg/kg secara intravena. Jangan
disuntikkan secara intra muskular. Selalu campur phenytoin
dengan normal saline, bukan cairan yang mengandung dextrose.
Pasien harus di monitor secara terus menerus dengan cardiac

6
monitoring dan berikan obat secara perlahan dengan kecepatan
infus jangan melebihi 50mg/menit.
d. Berikan phenobarbital 130 mg secara intravena setiap 10 sampai
15 menit samai 1 gram, sesuai kebutuhan.

Obat paralisis boleh diberikan tetapi hanya menghentikan


aktivitas otot. Obat ini tidak dapat mengontrol aktivitas otak, sehingga
kejang akan terus berlanjut . unuk pasien lanjut usia diberikan melalui
infus dengan kecepatan 25 mg/menit atau kurang.

2.1.3 Meningitis
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau
protozoa.

Tanda dan Gejala

Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan
2. EEG

Intervensi Terapeutik
1. Terapi empirik untuk meningitis bakterial, baik yang masih
disurigai maupun yang sudah dipastikan.
2. Terapi IV yang diberikan:
a. Penisilin atau ampisilin 2 g
b. Ceftriaxon 2 gr
c. Pada pasien yang alergi penisilin, kloramfenikol dapat dijadikan
pengganti.

7
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

8
DAFTAR PUSTAKA

Kurniati, Trisyani dan Ikaristi. (2018). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana
Sheehy. Singapore: ELSEVIER
ASESMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

No. RM :...............................................................................................................................
Nama :........................................................................................................................L/P..
Tempat/Tgl Lahir : ...............................................................................................................................
Pekerjaan : ...............................................................................................................................
Tanggal : ...............................................................................................Jam.........................
Alamat : ...............................................................................................................................
Kesadaran : Ambulance Mobil pribadi Lainnya:.......
Asal pasien : Datang sendiri Rujukan:.....................
TRIAGE : Airway:............. Breathing:...... Circulaion:.......
Merah Kuning Hijau Hitam
Keluhan Utama :

PRIMERY SURVEY :
MASALAH/
PENGKAJIAN DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
AIRWAY
Jalan Nafas : Aktual Membersihkan jalan
Bebas Resiko nafas
Tidak bebas: Melakukan suction/
Pengkajian lidah jatuh : Ya Tidak Bersihan jalan nafas penghisapan
Sputum : Ya Tidak tidak efektif........... Melakukan head tilt-
Darah : Ya Tidak ................................ chin lift
Benda asing : Ya Tidak ................................ Melakukan jaw trust
Spasme : Ya Tidak Memasang oro/naso
Suara Nafas : pharringeal
Gargling : Ya Tidak Memberikan posisi
Snoring : Ya Tidak yang nyaman
Stridor : Ya Tidak (fowler/semi fowler)
Tidak ada suara nafas : Ya Tidak Mengajarkan tehnik
batuk efektif
Memasang ETT
Lain-lain............
BREATHING
1. Pola Nafas : Aktual Melakukan
Frekuensi :..............................x/menit Resiko observasi frekuensi,
2. Bunyi nafas: irama, kedalaman
Vesikuler Bersihan jalan nafas pernafasan
Wheezing tidak efektif............ Mengobservasi
Ronchi ............................... tanda-tanda distress
3. tanda distress pernafasan: ............................... pernafasan:
Penggunaan otot bantu penggunaan otot
Retraksi dada/ inter costa bantu, retraksi dada,
Cuping hidung dan cuping hidung
4. Jenis pernafasan: Memberikan posisi
Pernafasan dada tidur (fowler/semi
Pernafasan perut fowler)
Melakukan
fisioterapi dada
Memberikan
ventilasi dengan
BVM
Kolaborasi:
Pemberian O2
(nasal/RM,NRM)
....lt/menit

10
Pemeriksaan
AGD
Terapi inhalasi
(nebulizer)
CIRCULATION
1. Akral : Hangat Dingin Aktual Mengkaji nadi:
2. Pucat : Ya Tidak Resiko frekuensi, irama dan
3. Kebiruan: Ya Tidak kekuatan
4. Pengisian kapiler: Gangguan perfusi Menilai akral
<2 detik >2detik jaringan perifer Memberikan cairan
5. Nadi : Teraba Tidak teraba tidak efektif per oral
Frekuensi:....................x/menit Memonitor
Irama : Reguler perubahan turgor,
Ireguler Aktual membran mukosa
Kekuatan: Kuat Resiko dan capilary reffil
Lemah time
6. Tekanan darah : .......................mmHg Defisit volume Mengidentifikasi
7. Kelembapan kulit : Lembab cairan adanya perdarahan
Kering Peningkatan Memonior cairan
8. Suhu badan : .......................°C suhu tubuh intake dan output
9. Turgor : Normal Kolaborasi untuk
Tidak normal pemberian cairan
vena......sebanyak......
Lain-lain......
DISABILITY
1. Kesadaran : Aktual Mengobservasi
CM Delirium Resiko perubahan tingkat
Somnolen Koma kesadaran
2. Nilai GCS : ...../ E:.... M:.... V:..... Mengkaji pupil :
3. Pupil : Isokor Anisokor Isokor, diameter dan
4. Reflex cahaya : Ada Tidak ada Perfusi jaringan respon cahaya
5. Ekstermitas : serebral tidak Meninggikan kepala
Sensorik : Ya Tidak efektif 15-300 jika tidak ada
Motorik : Ya Tidak Peningkatan kontras indikasi
6. Kekuatan Otot : TIK Kolaborasi
Cidera Fisik pemberian terapi:

7. Diameter Pupil :

EXPROSURE
Ada rauma/ luka: Aktual Mengkaji
Ya Tidak Resiko karakteristik nyeri
Adanya nyeri : Mengajarkan teknk
Ya Tidak Gangguan rasa relaksasi
Lokasi nyeri : ........................................... nyaman nyeri Membatasi intensitas
aktivitas yang
meningkatkan rasa
nyeri
Kolaborasi untuk
pemberian obat
analgetik..........
SKALA NYERI:

Resiko Pasien Cidera/Jatuh :


Tidak Ya (bila ya, isi form monitoring pencegahan pasien jatuh dan pasan gelang warna kuning.
Status Fungsional :

11
Aktifitas dan mobilisasi Mandiri Perlu bantuan, sebutkan...... Alat bantu jalan, sebutkan.....
SECUNDARY SURVEY
Riwayat Penyakit :

Pemeriksaan Fisik : Bibir : .....................................


Kepala : ............................................ Leher : .....................................
Mata : ............................................ Trachea : .....................................
Hidung : ............................................ Dada : .....................................
Telinga : ............................................ Perut : .....................................
Mulut : ............................................ Lain-lain : ...................................
Yang mengkaji : Paraf :

Skala Kekuatan Otot Penilaian GCS: Kesadaran:


Skala Nilai Keterangan 1. Respon Membuka Mata Cm : 15
Normal 5 Mampu menggerakkan a. Spontan membuka mata..............: 4 Samnolen : 12-14
persendian dalam lingkup b. Membuka mata atas perintah......: 3 Sopor : 9-11
gerak penuh, mampu c. Membuka mata bila dengan Koma : 3-8
melawan gaya gravitasi, rangsang nyeri.............................: 2
mampu melawan dengan d. Tidak membuka mata terhadap
tahanan penuh rangsang nyeri.............................: 1
Baik 4 Mampu mengerakkan 2. Respon Motorik:
persendian denan gaya a. Gerakkan menurut perintah.........: 6
gravitasi, mampu melawan b. Dapat melokalisir rangsang sensor
tahanan sedang nyeri.............................................: 5
Sedang 3 Hanya mampu melawan c. Menarik lengan/tungkai, hanya
grafitasi gerakan aduksi.............................: 4
Buruk 2 Tidak mampu melawan d. Gerakan fleksi.............................: 3
gaya gravitasi (gerakan e. Respon ekstensor........................: 2
pasif) f. Tidak ada gerakkan.....................: 1
Sedikit 1 Kontraksi otot dapat 3. Respon Bicara/Verbal
dipalpasi tanpa gerakan a. Orientasi baik..............................: 5
persendian b. Bingung (bisa membentuk kalimat
Tidak 0 tetapi tanpa arti)..........................: 4
Tidak ada kontraksi otot c. Bisa menyusun kata tetapi tidak
ada
dapat mengucap kalimat.............: 3
d. Bisa mengeluarkan kata yang tidak
berarti..........................................: 2
e. Tidak dapa mengeluarkan kata dan
pengertian tidak ada....................: 1

12

Anda mungkin juga menyukai