Anda di halaman 1dari 33

Draft Silabus Kaderisasi

SISTEM DAN SILABUS KADERISASI


GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)

Pengantar

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) adalah organisasi perjuangan sekaligus


terminal kader yang bertujuan untuk mencetak kader bangsa yang progresif-revolusioner berbasiskan
ideologi Marhaenisme dan nilai – nilai perjuangan kerakyatan, guna melaksanakan amanat
penderitaan rakyat dalam rangka mewujudkan cita–cita nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), yaitu menciptakan tatanan masarakyat yang adil dan makmur (masa rakyat sosialis
Indonesia) yang anti penindasan.
Atas dasar pemikiran tersebut maka penting bagi GMNI untuk secara terus menerus berjuang
bagi kepentingan rakyat banyak. Dan oleh karenanya, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
perjuangannya itu, penting kiranya bagi GMNI untuk dapat melahirkan kader-kader bangsa sebagai
pejuang pemikir dan pemikir pejuang yang militan, radikal, kritis, progresif dan revolusioner demi
melaksanakan serta mengawal arus perjuangan yang menghendaki terwujudnya Sosialisme
Indonesia. Dan untuk mewujudkan hal tersebut maka sudah menjadi prasyarat mutlak GMNI harus
ditopang sistem pengkaderan yang baik.
Realitasnya, sistem kaderisasi GMNI selama ini belum dapat dibakukan dan tidak sistematik,
maka wajar apabila pada praktiknya pola kaderisasi GMNI menjadi semrawut dan tidak selaras pada
seluruh wilayah. Pada akhirnya masing-masing wilayah cabang ataupun Komisariat terjebak dalam
penerapan pola kaderisasi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perjuangan kedaerahan /
kewilayahan yang sifatnya sangat sektoral, sesuai dengan interpretasi masing-masing komunitas
wilayah atas nilai-nilai serta cita-cita perjuangan GMNI. Selain itu, realitas kondisi yang terjadi adalah
bahwa pola pengkaderan yang notabene informal pada praktiknya lebih mewarnai kader dibandingkan
dengan kaderisasi formal yang dilaksanakan. Hal ini jelas menunjukan bahwa kebutuhan organisasi
(kolektif) secara utuh-menyeluruh dan tidak parsial.
Secara otomatis dalam pola pengkaderan yang demikian, kader-kader yang dilahirkan
cenderung tidak memahami orientasi perjuangan nasional, berpandangan parsial, kurang militan,
kurang progresif dan cenderung tidak memiliki sense of belonging dalam melakukan kerja-kerja
perjuangan atas nama organisasi.
Atas dasar kondisi tersebut maka pemenuhan kebutuhan akan suatu sistem pengkaderan
yang baku dan dapat berfungsi sebagai panduan bersama menjadi penting demi penyelarasan gerak
perjuangan dalam skala besar dalam lingkup nasional. Agar harapannya ke depan GMNI dapat
melahirkan kader-kader yang dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab perjuangan nasional
GMNI.

Sistem Syarat Kecakapan Kader


Untuk itu, dalam menjawab permasalahan tersebut dirumuskan suatu sistem kaderisasi yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perjuangan nasional akan kader-kader yang siap tempur
dan siap pakai dalam konteks perwujudan cita-cita besar organisasi. Serta system yang bertumpu
pada suatu syarat kecakapan yang diberlakukan secara umum, yaitu sistem Syarat Kecakapan Kader
(SKK).
Skk ini pada prinsipnya mengakomodasi pola pengkaderan informal yang kemudian
dikonversikan menjadi suatu system kaderisasi formal, sebagai bentuk kristalisasi dari penyelarasan
antara pendidikan teori (materi) dan pendidikan praktek (penerapan teori di lapangan).
System Syarat Kecakapan Kader ini dibagi menjadi:
1. Syarat Kecakapan Tingkat Dasar (SKTD)
Syarat ini diberlakukan bagi calon peserta KTD, meliputi tugas-tugas (syarat-syarat) yang harus
dipenuhi terlebih dahulu sebelum mengikuti KTD
Syarat-syarat dalam SKTD dievaluasi oleh Pengurus Komisariat.
2. Syarat Kecakapan Tingkat Menengah (SKTM)
Syarat ini diberlakukan bagi kader tingkat dasar / calon peserta KTM. Meliputi tugas-tugas (syarat-
syarat) yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum mengikuti KTM.
3. Syarat Kecakapan Tingkat Pelopor (SKTP)
Syarat ini diberlakukan bagi kader tingkat menengah / calon peserta KTP. Meliputi tugas-tugas
(syarat-syarat) yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum mengikuti KTP
Syarat-syarat dalam KTP dievaluasi oleh Pengurus Presidium dan atau Pegurus Korda GMNI sebagai
perpanjangan tangan Presidium.
Dengan demikian sistem kaderisasi GMNI seperti ini akan lebih mampu untuk menjamin
kualitas / mutu kader sebagaimana yang diharapkan serta lebih menjamin loyalitasnya terhadap
organisasi dan perjuangan pro rakyat. Selain itu sistem ini akan menjadikan kaderisasi sebagai
pondasi utama dalam pembangunan internal organisasi secara khusus dan pilar utama GMNI dalam
menggerakan perjuangan nasional demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur, yaitu tatanan
masyarakat sosialisme Indonesia yang bersandar pada Marhaenisme.
Maka atas dasar kebutuhan perjuangan tersebut, disusunlah suatu sistem dan silabus
kaderisasi yang komprehensif yang bertujuan untuk mengatur dan menyelaraskan format
pengkaderan ditiap-tiap wilayah demi keberlangsungan regenerasi kader secara simultan baik secara
kuantitas maupun secara kualitas se-Indonesia.

PEKAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU


(PPAB)
A.    Maksud
Pekan Penerimaan Anggota Baru atau disingkat dengan PPAB adalah masa
penerimaan anggota baru GMNI yang ditujukan kepada seluruh mahasiswa Indonesia. PPAB
berfungsi sebagai media perkenalan organisasi kepada seluruh mahasiswa  Indonesia sebagai
calon anggota GMNI agar dapat lebih memahami organisasi, peran, fungsi, tugas dan
tanggung jawab, visi dan misi GMNI serta perannya dalam berbangsa dan bernegara sebagai
organisasi perjuangan sekaligus terminal kader. Dengan pelaksanaan PPAB tersebut
diharapkan para calon anggota akan berminat untuk menetapkan pilihannya bergabung
dengan GMNI sebagai generasi muda yang peka akan ketimpangan kondisi disekitarnya.

B.     Tujuan
Tujuan PPAB adalah melakukan recruitment anggota secara massal sebanyak-banyaknya.
Hal ini sebagai bentuk perluasan basis massa organisasi sekaligus sebagai bentuk dari
penyebarluasan faham/ideologi Marhaenisme sebagai suatu cara hidup dan berprilaku serta cara
berpikir dalam menganalisa berbagai persoalan yang timbul dalam tataran pergaulan hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C.     Format Pengkaderan
Format / bentuk pengkaderan yang dilaksanakan dalam PPAB adalah dalam bentuk
materi ruang yang dikemas sedemikian rupa agar menarik bagi para peserta dengan cara
memperbanyak dinamika kelompok. Di dalamnya para peserta diberikan pemahaman umum
terkait dengan pengenalan GMNI sebagai suatu organisasi kemahasiswaan yang konsen
terhadap berbagai persoalan kerakyatan dan kebangsaan.

D.      Metode
Metode yang digunakan dalam PPAB adalah materi ruang, yang  disampaikan dalam bentuk :
-          Kuliah Umum
-          Ceramah
-          Dialog
-          Diskusi Kelompok

E.     Materi
Materi-materi yang disampaikan dalam PPAB adalah materi yang terkait dengan
pengenalan GMNI secara umum kepada para peserta, dengan tujuan agar para peserta dapat
mengenal lebih jauh tentang organisasi GMNI sekaligus untuk menumbuhkan rasa memiliki
(sense of belonging) terhadap organisasi
Berikut ini ada 6 (enam) materi pokok dalam PPAB

         Sejarah GmnI dan Keorganisasian


Materi sejarah GMNI meliputi:
-          Hasil fusi atau peleburan 3 (tiga) organisasi yg berazaskan Marhaenisme
-          Hasil kongres I hingga sekarang
Materi keorganisasian meliputi :
-          Pengenalan tentang AD/ART GMNI dan pola karakter keorganisasian GMNI
-          Struktur, kewenangan dan wilayah kerja.
-          Azas dan azas perjuangan
-          Hak dan kewajiban anggota
-          Uniform, mars, panji, logo dan bendera GMNI
-          Materi ini diberikan dengan alokasi waktu 120 menit.

           Peran Pemuda dan Mahasiswa Dalam Bermasarakyat, Berbangsa dan Bernegara


Meliputi peran dan eksistensi pemuda dan mahasiswa sebagai generasi muda yang memiliki
rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap masa depan bangsa Indonesia dari era
kebangkitan nasional mulai dari pergerakan pemuda dan mahasiswa (Budi Utomo) tahun
1908 hingga sekarang ini. Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 120 menit.
         Pengantar Nasionalisme Indonesia
Meliputi pengenalan tentang perkembangan Nasionalisme dari awal mula terbangun hingga
saat ini. Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 120 menit.
         Pengantar Marhaenisme

Materi yang akan di sajikan adalah sejarah kelahiran Marhaenisme. Materi ini diberikan
dengan durasi waktu 120 menit.
         Pengantar Sarinah

Meliputi pengantar kesarinahan dan pengantar sejarah subordinasi gender. Materi ini
diberikan dengan durasi 120 menit.
         Muatan Lokal (Mulok)

Materi ini di sesuaikan dengan kondisi kultur masing-masing wilayah/daerah. Materi ini
diberikan dengan durasi waktu 120 menit.
           
F.      Kerangka Acuan Materi
a.       Materi Sejarah GmnI dan Keorganisasian

Sejarah GmnI
Materi ini ditujukan untuk mengenalkan GMNI sebagai organisasi perjuangan sekaligus
terminal kader kepada para calon anggota GMNI. Pengenalan sejarah tersebut meliputi
perjalanan sejarah GMNI dari proses awal terbentuk hingga saat sekarang ini. Disamping itu,
materi ini juga meliputi peran dan tantangan yang dihadapi GMNI sebagai organisasi
perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta sejarah pertarungan ide dan
pemikiran yang bersifat ideologis, Materi kesejarahan ini dapat dianalisa dan ditinjau dari
runtutan perjalanan GMNI dari Kongres ke Kongres dimana didalamnya terjadi dinamika
gerakan dan perjuangan GMNI dalam upaya mewujudkan cita-cita Marhaenisme.
Dengan menyampaikan materi sejarah GMNI ini maka para calon anggota
diharapkan dapat mengetahui proses perjalanan sejarah GMNI dan dinamika didalamnya serta
dapat memaknai hakikat dari perjuangan GMNI.

Keorganisasian
Materi keorganisasian GMNI meliputi pengenalan tentang AD/ART GMNI dan aturan-
aturan turunan keorganisasian lainnya serta hal-hal lain menyangkut sistem dan karakter
keorganisasian GMNI. Pemberian materi ini ditujukan untuk memperkenalkan sistem
keorganisasian GMNI kepada para calon anggota, khususnya tentang aturan hukum (rule of
law) dan aturan main (rule of game) yang berlaku di GMNI. Dimulai dari model
permusyawaratannya dalam pengambilan keputusan, hierarki struktur keorganisasian hingga
hak dan kewajiban anggota serta tugas, fungsi dan wewenang tiap-tiap struktur organinsasi.
Adapun yang menjadi pokok-pokok prioritas materi AD/ART antara lain adalah
Pembukaan Anggaran Dasar yang menerangkan tentang sifat dan watak perjuanagan GMNI;
Azas perjuangan yang menerangkan tentang ideologi dan cita-cita GMNI; struktur
keorganisasian yang berkaitan dengan pembagian tugas, kerja dan tanggung jawab tiap unsure
kepengurusan berdasarkan hierarki organisasi terkhusus dalam wilayah Komisariat serta hak
dan kewajiban para anggota GMNI.
Dengan pengenalan keoraganisasian ini maka para peserta PPAB diharapkan dapat
memahami tugas dan tanggung jawab sesuai dengan mekanisme keorganisasian yang berlaku
sebagai anggota GMNI nantinya. Selain daripada itu para peserta PPAB diharapkan dapat
mengenali struktur kepemimpinan serta wilayah kerja tingkatan struktur organisasi di GMNI.
b.      Materi Peran Pemuda dan Mahasiswa
Materi peran pemuda dan mahasiswa dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dimulai dari sejarah kebangkitan Indonesia di era pra kemerdekaan (pergerakan pemuda dan
mahasiswa sejak 1908) hingga saat sekarang ini. Pemaparan sejarah tersebut dengan
menitikberatkan ulasan pada dialektika ide-pemikiran, platform,  strategi gerakan dan
paradigma yang berkembang di kalangan gerakan pemuda dan mahasiswa pada saat pra
kemerdekaan dan gerakan pemuda pasca kemerdekaan dalam berbagai momentum perubahan
di Indonesia.
Diharapkan para peserta dapat menelusuri latar kesejarahan pergerakan pemuda dari
dahulu hingga sekarang serta perbedaan tiap gerakan pada masanya masing – masing. Para
peserta juga diharapkan akan mampu melihat dan menganalisa letak keberhasilan dan
kegaggalan gerakan pemuda baik pada masa pra kemerdekaan maupun pada masa pasca
kemerdekaan. Selain daripada itu para peserta juga diharapkan dapat memaknai bahwa peran
pemuda dan mahasiwa dalam arus perubahan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara itu
adalah sangat penting dan menjadi suatu tanggung jawab yang harus dijalankan.

c.       Materi Pengantar Nasionalisme Indonesia
Materi nasionalisme Indonesia diawali dengan membahas tahapan-tahapan sejarah
munculnya nasionalisme di berbagai belahan dunia sebagai tahapan sejarah yang paling awal
dari nasionalisme. Selain itu materi ini mengetengahkan tentang sejarah munculnya
nasionalisme di Indonesia serta perbedaan karakter dan cirinya dengan berbagai nasionalisme
lainnya, khususnya pada Negara-negara Eropa dan Amerika. Secara umum materi ini
menitkiberatkan pada pandangan-pandangan Sukarno dan sejawatnya terkait nasionalisme
Indonesia.
Dengan materi ini maka para peserta diharapkan mendapatkan pemahaman secara utuh
dan benar tentang proses terciptanya nasionalisme, macam-ragam nasionalisme di dunia dan
terkhusus roh dan jiwa nasionalisme Indonesia. Agar dapat terciptanya
suatu spirit pemahaman bersama bahwa nasionalisme Indonesia tidak boleh dan tidak akan
mati, dan tentu saja adalah menjadi tugas dan tanggung jawab kita untuk terus-menerus
menggelorakan semangat nasionalisme Indonesia yang anti terhadap penjajahan baik
penjajahan antar manusia dengan manusia maupun penjajahan antar bangsa dengan bangsa.

d.        Materi Pengantar Marhaenisme


Materi pengantar marhaenisme dimulai dari proses lahirnya sejarah marhaenisme di
Indonesia. Meliputi pengkajian yang mengupas dan menjelajah rimba landasan-
landasan filsafat dari Marhaeneisme.
Proses tersebut selanjutnya dikaitkan dengan pandangan-pandangan Sukarno tentang realitas
sejarah kolonialisme dan imperialisme di Indonesia pada masa pra kemerdekaan yang
berakibat pada penindasan dan penghisapan kehidupan rakyat. Sejarah munculnya
Marhaenisme juga ditinjau dari ide-ide yang mengilhami pemikiran Sukarno sehingga
menemukan Marhaenisme tersebut.

e.         Materi Pengantar Sarinah


Pengantar Sarinah merupakan materi awal yang diberikan kepada calon anggota GMNI
pada saat PPAB berlangsung. Merupakan gambaran awal tentang sejarah yang melahirkan
subordinasi gender didalam kehidupan sosial masyarakat, perkenalan dan sejarah Sarinah
didalam kaitannya dengan pergerakan perempuan. Disamping itu materi pengantar Sarinah
dilengkapi dengan pengertian tentang keseimbangan hak serta tanggung jawab laki-laki dan
perempuan dalam menjalankan peran-peran sosial di tengah masyarakat. Dalam materi juga
diuraikan pemikiran Soekarno tentang kodrat perempuan yang menjadi landasan awal
melakukan brain storming terhadap wawasan dan konsep gender.

f.         Materi Muatan Lokal ( Mulok)


Materi muatan lokal merupakan materi tambahan yang diberikan kepada peserta PPAB maksimal satu
materi, dan kiranya materi tersebut disesuaikan dengan karakteristik kampus atau kebutuhan masing-masing
komisariat bersangkutan.

g.         Motivasi dan Pengembangan Diri


Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar cita-cita perjuangan terwujud. Energi pendorong
dari dalam agar apapun yang kita perjuangkan dapat terwujud. Motivasi erat sekali hubungannya dengan
keinginan dan cita-cita perjuangan, bila salah satunya tidak ada, motivasi pun tidak akan timbul. Banyak dari
calon anggota yang mempunyai keinginan dan cita-cita perjuangan, tapi kurang mempunyai inisiatif dan
kemauan untuk mengambil langkah untuk mencapainya. Ini menunjukkan kurangnya energi pendorong dari
dalam diri calon anggota atau kurang motivasi.

Motivasi akan menguatkan cita-cita perjuangan, meningkatkan inisiatif dan akan membantu dalam
mengarahkan energi calon anggota untuk mencapai apa yang kita perjuangkan. Dengan motivasi yang tepat kita
akan semakin mendekati cita-cita perjuangan kita. Biasanya motivasi akan besar, bila orang tersebut mempunyai
visi jelas dari apa yang diinginkan. Ia mempunyai gambaran mental yang jelas dari kondisi yang diinginkan dan
mempunyai keinginan besar untuk mencapainya. Motivasilah yang akan membuat dirinya melangkah maju dan
mengambil langkah selanjutnya untuk merealisasikan apa yang diperjuangkannya.

Untuk menjadi anggota yang lebih militan, calon anggota membutuhkan sebuah kumpulan atau badan yang
pastinya untuk kemajuan dirinya.  Pengembangan diri itu sangat penting karena akan berefek positif bagi
anggota yang sudah melakukannya. Pengembangan diri salah satunya melalui berorganisasi, karena
berorganisasi calon anggota dapat lebih mudah mendapat informasi yang cepat walaupun belum jelas, dia bisa
berkomunikasi dengan yang lain, berbagi pengetahuan.

Sehingga melalui pengembangan diri, calon anggota akan mendapatkan manfaat sebagai


berikut:
1.      Mengembangkan inisiatif
       Calon anggota diharapkan menunjukkan peningkatan dalam strategi berpikir. Mereka menemukan
pencerahan (insight) dalam hal memecahkan masalah, mengorganisasi langkah-langkah kerja sesuai dengan
garis ideologi organisasi, yakni Marhaenisme. Sehingga penyelesaian tugas dan kerja-kerja organisasi dapat
lebih efektif.

2.      Transformasi dalam motivasi.


      Dengan adanya perkembangan keterampilan inisiatif, motivasi para anggota juga berubah. 
Kita harus menyadari bahwa banyak anggota yang awalnya bergabung dengan alasan
ekstrinsik: untuk memuaskan orangtua, mengisi waktu luang bersama teman, ataupun
karena ambisi-ambisi tertentu. Dengan materi motivasi dan pengembangan diri tersebut
maka diharapkan perubahan menjadi lebih intrinsik yakni adanya minat pribadi terhadap
program dan kerja-kerja prganisasi, dengan alasan dapat terlibat dalam aktivitas-aktivitas
yang baru, segar, dan menarik secara pribadi.
3.   Memperoleh modal Sosial.
      Perkembangan usia calon anggota, selain berupa perkembangan karakter dan penguasaan
keterampilan baru, juga perkembangan dalam pembentukan relasi pribadi, termasuk relasi
dengan kader GMNI. Untuk itu, calon anggota butuh relasi dengan kader-kader yang dapat
memberi modal sosial, yakni yang memberi informasi dan sumber daya yang
menghubungkan mereka dengan dunia ke-GMNI-an. Modal sosial selain baik untuk individu
juga baik untuk komunitas karena adanya pertukaran pengetahuan, sumber daya, dan
kepercayaan, sehingga membentuk keadaan organisasi yang dialektik. Keterlibatan dalam
program-program organisasi merupakan kesempatan untuk membangun modal sosial dan
berkembang menjadi kader-kader yang progresif.
4.      Menjembatani Perbedaan.
      Bentuk lain modal sosial/interpersonal diperoleh melalui teman seperjuangan, yakni dengan
mengembangkan hubungan dan pemahaman terhadap berbagai aspek perbedaan manusia
(etnis, agama, gender, status sosial-ekonomi, tujuan, dsb). Sehingga melalui program-
program dan kerja-kerja organisasi  para anggota mengalami perkembangan kompetensi
untuk memahami dan menghargai keanekaragaman manusia.
5.      Menemukan tanggung jawab baru sebagai seorang kader.
      Tanggung jawab merupakan kualitas yang diharapkan dimiliki setiap calon kader yang
berkembang menuju kedewasaan. Kader akan menjadi lebih bertanggung jawab dalam
berpikir maupun dalam bertindak, sepanjang keikutsertaannya dalam kerja-kerja organisasi.

                                               PEKAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU


(PPAB)
A.    PETUNJUK PELAKSANA DAN PETUNJUK TEKNIS
1. Pelaksana
         PPAB dilaksanakan minimal satu kali dalam satu periode kepengurusan Komisariat GMNI
         PPAB dilaksanakan oleh sebuah kepanitiaan yang dibentuk dan disahkan oleh Pengurus Komisariat
GMNI
         Kepanitiaan PPAB juga dapat dibentuk dengan cara lintas Komisariat (kepanitiaan bersama), yang di
koordinir oleh DPC
2. Teknis Pelaksana
         Waktu pelaksanaan Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) maksimal dilaksanakan dalam 7 (hari)
         PPAB dapat dilaksanakan dengan minimal peserta 5 (lima) orang
         Pemateri dalam PPAB adalah Pengurus Komisariat GMNI, Pengurus DPC GMNI, Guru Kader dan
atau Kader GMNI yang ditunjuk DPC
         Proses upacara pembukaan dan penutupan PPAB dilakukan oleh DPC GMNI
B.     KRITERIA PENILAIAN DAN EVALUASI
1. Peserta PPAB yang dapat diluluskan adalah peserta PPAB yang memenuhi ketentuan pasal 2
Anggaran Rumah Tangga (ART) GMNI tentang syarat-syarat keanggotaan
2. Evaluasi peserta PPAB dilaksanakan oleh Pengurus Komisariat GMNI dengan
memperhatikan masukan-masukan dari kepanitiaan PPAB
3. Evaluasi peserta dilaksanakan selambat-lambatnya dua minggu setelah proses PPAB
No. Kriteria Penilaian (%)
1 Kehadiran (absensi) peserta dalam materi PPAB 50
2 Keaktifan peserta dalam diskusi di PPAB 20
3 Sikap dan perilaku (attitude) peserta dalam mengikuti PPAB 20
4 Wawancara 10
 Total 100

4. Peserta PPAB berhak dinyatakan lulus apabila mendapatkan penilaian minimal 75 %


5. Peserta PPAB yang tidak lulus diarahkan untuk mengikuti kembali PPAB.
6. Peserta PPAB yang tidak memenuhi syarat ketentuan pasal 2 Anggaran Rumah Tangga
GMNI tentang syarat-syarat keanggotaan diarahkan menjadi simpatisan GMNI.

C.    PENGESAHAN DAN PELANTIKAN


1. DPC berwenang melakukan pengesahan terhadap calon anggota yang dihimpun oleh
Komisariat untuk menjadi anggota melalui PPAB
2. Pengurus Komisariat menyerahkan hasil evaluasi peserta PPAB dan surat pernyataan
kesediaan peserta untuk menjadi anggota GMNI kepada DPC
3. Pengesahan dan pelantikan para peserta yang telah mengikuti PPAB menjadi anggota GMNI
sepenuhnya menjadi wewenang DPC GMNI berdasarkan rekomendasi hasil evaluasi yang
disampaikan oleh Pengurus Komisariat.

KADERISAI TINGKAT DASAR


(KTD)
1.      Maksud
Kaderisasi Tingkat Dasar atau disingkat KTD adalah proses pengkaderan tingkat pertama
(basic) dan proses indoktrinasi awal yang ditujukan kepada seluruh anggota GMNI yang telah
disahkan melalui PPAB. Proses KTD lebih mengutamakan pengenalan ideologi kepada para
calon kader sehingga dapat mengenal ideologi Marhaenisme secara menyuluruh, tidak
tekstual dan parsial. Dengan pemahaman ideologi yang baik didukung dengan keyakinan atas
ideologi tersebut, maka para anggota calon kader tersebut diharapkan akan mampu
menjalankan tugas-tugas perjuangan secra konsisten mulai dari metode berfikir yang dipakai
hingga pola prlikau keseharian.
 
2.      Tujuan
Tujuan pokok KTD adalah mempersiapkan para anggota GMNI menjadi kader yang
memahami dan meyakini Marhaenisme sebagai metode berpikir dalam kehidupan pribadi
maupun dalam kehidupan sosialnya. Oleh karena itu, maka KTD berfungsi sebagai proses
indoktrinasi untuk merubah mental dan cara berfikirnya agar lebih progresif-revolusioner dan
berkepribadian untuk menjadi kader ideologis yang siap berjuang atas nama organisasi dan
ideologi.

3.      Format Pengkaderan
Format/bentuk pengkaderan yang dilaksanakan dalam KTD adalah dalam bentuk materi
ruang yang dilaksanakan di tempat-tempat yang bernuansa alam, jauh dari keramaian.
Pemilihan tempat tersebut bertujuan untuk memudahkan proses indoktrinasi  awal. Dengan
asumsi bahwa hal tersebut akan lebih mengkonsentrasikan diri para peserta untuk menyerap
seluruh materi yang diberikan dalam proses KTD.
Di dalam KTD sebagai proses internalisasi ideologi para peserta terkhusus akan
diberikan pemahaman terkait dengan ideologi Marhaenisme. Para peserta juga akan diberikan
pemahaman tentang landasan filosofis dari Marhaenisme serta metode-metode berfikir yang
terkandung didalamnya, seperti dialektika materialism dan historis materialism (MDH).
Selain daripada itu para peserta juga akan diberikan pemahaman terkait dengan
keorganisasian agar para peserta mampu mengimplementasikan disiplin organisasi dan
disiplin gerakan nantinya, serta sebagai tambahan mulai mengenal model-model dan proses
pengorganisasian massa lewat materi pengorganisasian.
4.    Metode
Metode yang di gunakan dalam kegitan KTD ini adalah :
-          Kuliah Umum;
-          Ceramah,
-          Dialog,
-          Diskusi
-          Lapangan

5.      Materi
Materi-materi yang disampaikan dalam KTD adalah materi yang terkait dengan
pendalaman pemahaman sejarah filsafat dan ideologi serta keorganisasian GmnI dan
pengorganisasian massa. Dengan tujuan agar para peserta  mampu memahami hakikat dari
ideologi Marhaenisme dan substansi dari perjuangan kerakyatan yang dijalankan oleh GMNI.
Selain itu juga memahami cara mengelola organisasi dan disiplin-disiplin didalamnya,
ditambah mengenali proses-proses  dan model-model pengorganisasian massa.
Berikut 11 (sebelas) materi pokok dalam KTD:
         Manajemen Organisasi
Meliputi pemahaman tentang manajemen organisasi dan melatih karakter kepemimpinan
serta pendalaman pemahaman akan sistem keorganisasian GMNI. Materi ini diberikan dengan
alokasi waktu 180 menit.
         Nasionalisme Indonesia
Meliputi pendalaman materi tentang Nasionalisme Indonesia.
Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 180 menit.
         Analisa Sosial
Meliputi kajian tentang pemetaan struktur kemasyarakatan secara utuh dan menyeluruh
dalam kaitannya dengan menganalisa persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat pada
berbagai aspek seperti: ekonomi, politik, hukum dan lain sebagainya.
 Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 180 menit.
         Advokasi dan Pengorganisasian
Meliputi pengenalan tentang proses dan model-model pengorganisasian massa.
 Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 180 menit.
         Pengantar Filsafat dan Methode Berfikir Marhaenis
Meliputi pemahaman tentang filsafat, secara khusus yang terbagi pada dua aliran besar
yaitu filsafat materialisme dan filsafat idealisme.
       Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 180 menit.
         Marhaenisme
Meliputi pemahaman yang holistic tentang ideologi Marhaenisme.
Materi ini diberikan alokasi waktu 240 menit (dapat dibagi menjadi beberapa sesi).
         Empat Kutub Ideologi
Mengetengahkan Marhaenisme, Komunisme, Kapitalisme, Islamisme (Pan Islamisme). Mengkaji
kerangka pengenalan dasar berfikir dari setiap Ideologi, sejarah terbentuknya ideologi tersebut,
keterlibatan antar ideologi satu sama lain, dan dinamisasi empat ideologi pada konteks perkembangan
dunia hari ini.
Materi ini diberikan alokasi waktu 180 menit.
         Manajemen Aksi dan Teknik Persidangan
Manajemen aksi meliputi pemahaman mengenai bagaimana melakukan perancanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap Aksi yang dilakukan. Sementara
Teknik persidangan memberikan pemahaman meliputi tatacara persidangan dalam di GmnI .
Materi ini diberikan waktu minimal 180 menit.
         Sarinah
Meliputi penjelasan intisari buku Sarinah, dasar Feminisme, analisis gender dan transformasi
sosial.
Materi ini diberikan waktu minimal 180 menit
         Pengantar Politik Indonesia
Meliputi pengertian politik menurut pandangan dari beberapa ahli, memahami sistem
politik Indonesia, interaksi politik serta tindakan-tindakan politik.
Materi ini diberikan dengan alokasi waktu 180 menit

       Materi Muatan Lokal (Mulok)

6.      Kerangka dan Acuan Materi


a.      Manajemen Organisasi
Materi ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada para peserta mengenai
manajemen organisasi, bagaimana mengelola dan memaksimalkan potensi-potensi yang ada
dalam organisasi, mengatur dan menyusun program gerakan serta bagaimana mengenali dan
menganalisa permasalahan-permasalahan yang ada dan cara penyelesainnya (problem
solving), diteruskan dengan pemahaman bagaimana melakukan pengambilan keputusan yang
cepat, tepat dan bijaksana dalam menghadapi berbagai persoalan.
      Selanjutnya para peserta dididik untuk lebih memahami disiplin organisasi dan disiplin
gerakan yang mendukung pola perjuangan dan pola gerakan GMNI, dengan cara memahami
kembali sistem keorganisasian GMNI serta terkhusus pola dan karakter gerakan perjuangan
GMNI.
      Dengan menyampaikan materi manajemen organisasi, maka para calon kader diharapkan
dapat menuguasai manajemen organisasi serta menguasai karakter dan teknik-teknik
kepemimpinan yang baik. Disamping itu para calon kader harapannya dapat memahami serta
dapat mengimplementasikan disiplin keorganisasian dan disiplin dalam gerakan dalam
berorganisasi.

b.      Analisa Sosial
Materi analisa sosial meliputi kajian tentang pemetaan pola dan karateristik masyarakat,
sistem sosialnya, struktur sosialnya, hubungan-hubungan ekonomi politik pada suatu
komunitas masyarakat tertentu untuk kemudian mengidentifikasi dan menentukan kontradiksi
pokok yang terjadi dalam masyarakat itu dengan tetap memperhatikan berbagai variabel yang
ada dalam masyarakat tersebut. Untuk mendukung hal itu penting untuk memberikan
pemahaman tentang metode dan teknik dalam melakukan analisa sosial.
Dengan adanya materi ini para peserta KTD diharapkan dapat memahami dan memiliki
kemampuan dalam melakukan analisa sosial, yang bertujuan sebagai sarana untuk membantu
para kader dalam melakukan pengorganisasian massa (machtvorming) nantinya.

c.       Advokasi dan Pengorganisasian


Materi advokasi dan pengorganisasian meliputi pengenalan tentang teknik-teknik
advokasi dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka pengorganisasian massa yang
ditujukan untuk menyebarluaskan ideologi ketengah-tengah basis rakyat. Selain itu para calon
kader akan diperkenalkan dengan model dan teknik-teknik pengorganisasian massaMarhaen.
Dengan pengenalan ini maka para peserta KTD diharapakan dapat mengenali teknik-
teknik advokasi dan pemberdayaan masyarakat serta model-model pengorganisasian massa.
Disamping itu para peserta diharapkan lebih mendalami tugas dan tanggung jawab perjuangan
untuk mengorganisir massa demi menjalankan usaha-usaha perjuangan nasional nantinya.

d.      Nasionalisme Indonesia
Materi Nasionalisme Indonesia ini adalah pendalaman pemahaman atas
materi pengantar nasionalisme dalam masa PPAB. Materi nasionalisme Indonesia ini
mencakup tahapan sejarah munculnya Nasionalisme di dunia dengan merujuk pada teori dan
konsep beberapa tokoh seperti Ernest Renan, Otto Bauer dan lainnya. Kemudian tahapan
sejarah munculnya Nasionalisme di dunia yang dimulai dari awal abad XI (perang antar
agama), kemudian perang di abad pertengahan, sampai perang dunia I dan perang dunia II.
Perang antar agama di abad XI ditujukan untuk mengetahui tentang motif-motif yang
melandasi perang tersebut, apakah benar atas dasar kepentingan agama ataukah hanya sebatas
kepentingan perluasan (ekpansi) wilayah kekuasaan terkait dengan perebutan sumber-sumber
kekayaan (sumber daya ekonomi) masing-masing pihak. Peperangan yang terjadi di abad
pertengahan ditujukan untuk mengetahui karateristik nasionalisme yang mulai timbul pada
masa itu, dengan mengkritisi tujuan-tujuan dari peperangan tersebut. Begitu pula perang dunia
I dan II yang ditujukan untuk mengetahui kadar karateristik Nasionalisme yang melandasi
semangat masing-masing Negara sehingga memunculkan perang antar Negara tersebut.
Disamping itu materi ini juga membahas  tentang analisa komparatif antara nasionalisme
yang berkembang di Negara-negara kapitalis (liberal), Negara-negara monarki, negara-negara
fasis serta memberikan pemahaman lahirnya nasionalisme Indonesia yang didasarkan pada
theory Ernest Rennan, Otto Bauer yang dilengkapi oleh teori geopolitik Soekarno. Dari
analisa komparatif tersebut kemudian direlevansikan dengan Nasionalisme yang berkembang
di Indonesia, terutama mengenai karakter dan cita-cita masing-masing Nasionalisme.
Penjelasan tentang tantangan-tantangan Nasionalisme Indonesia menghadapi Neo liberalisme,
kosmopolitisme dan etnonasionalisme serta ultranasionalisime.
Berdasarkan uraian di atas secara garis besar materi nasionalisme Indonesia dapat
dijabarkan sebagai berikut:
         Sejarah lahirnya Nasionalisme di dunia
         Teori dan tokoh nasionalisme
-          Ernest Renan
-          Otto Bauer
-          Gandhi (dan jika dipandang perlu, teori dan tokoh dapat ditambahkan pemateri)
         Sejarah peperangan dunia dan Nasionalisme
         Sejarah Nasionalisme Indonseia
         Karateristik Nasionalisme Negara-negara dunia
-          Nasionalisme di Negara kapitalis (liberalis).
-          Nasionalisme di Negara Komunis.
-          Nasionalisme di Negara Facis .
-          Nasionalisme di Negara Monarki.
-          Nasionalisme di Negara Keagamaan.
         Karateristik Nasionalisme Indonesia
         Studi komparasi nasionalisme Indonesia dengan Nasionalisme di Negara-negara lain
         Tantangan Nasionalisme Indonesia
-          Nasionalisme Indonesia dan Neo liberalisme
-          Nasionalisme Indonesia dan kosmopolitisme
-          Nasionalisme Indonesia dan etno Nasionalisme
-          Nasionalisme Indonesia dan ultra Nasionalisme

e.       Pengantar Filsafat dan Metode Berpikir Marhaenis


Materi ini mencakup sejarah kehidupan dan pemikiran filsafat yang berkembang di dunia
dari era yunani kuno hingga saat sekarang ini. Dengan memperkenalkan pemikiran-pemikiran
filsafat yang hingga kini masih berpengaruh seperti: Heraclitus, Parmanides, Socrates,
Aristoteles, Plato dan lain sebagainya.
Setelah itu arus pemikiran filsafat yang berkembang dikerucutkan pada dua arus besar
aliran filsafat, yaitu filsafat idealisme dan filsafat materialism. Pemaparan ini dengan
menelaah pemikiran-pemikiran filsafat Hegel terutama mengenai diaketika serta konsepsi
“Idealisme absolute” yang dikemukan Hegel
Pemikiran filsafat Hegel sebagai keterwakilan dari arus besar filsafat idealisme kemudian
dikomparasikan dengan pemikiran filsafat Feurbach tentang hukum-hukum materialism yang
mewakili arus besar pemikiran filsafat materialisme sebagai wujud kritik terhadap filsafat
idealisme yang dikembangkan Hegel.
Dengan memahami materi filsafat ini maka diharapkan pola berpikir kritis (berpikir
filsafat) dapat terinternalisasi dengan baik pada para peserta sehingga mampu melihat
berbagai kondisi dan situasi dengan kritis namun tetap bijaksana. Selain itu diharapkan para
peserta akan mampu memahami dan menyelami latar filosofis dari munculnya ideologi-
ideologi yang ada di dunia dan aliran filsafat yang mempengaruhinya.

f.       Materi Marhaenisme
Pemberian materi Marhaenisme dimulai dari awal mula proses sejarah munculnya
Marhaenisme di Indonesia. Pengkajian tersebut meliputi pengkajian yang mengupas landasan-
landasan pemikiran filsafat dari Marhaneisme dan metode-metode berpikir yang meliputi
Marhaenisme, yaitu Historis-Materialisme dan Dialektika Materialisme. Dalam pengkajian
tersebut dikaitkan dengan Marxisme sebagai ideologi yang secara khusus menginspirasi
Sukarno sehingga akhirnya melahirkan Marhaenisme.
      Proses tersebut selanjutnya dikaitkan dengan pandangan-pandangan Sukarno tentang
realitas sejarah kolonialisme dan imperialism di Indonesia pada masa pra kemerdekaan yang
berakibat pada penindasan dan penghisapan kehidupan rakyat. Sejarah munculnya
Marhaenisme juga ditinjau dari ide-ide yang mengilhami pemikiran Sukarno sehingga
menemukan Marhaenisme tersebut.
      Pengkajian materi Marhaenisme meliputi kajian atas 3 (tiga) pokok unsur  pembentuk
ideologi marhaenisme yaitu:sosio-nasionalisme, sosio demokrasi dan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Sosio Nasionalisme merupakan pandangan hidup yang menjelaskan tentang watak
dan karateristik nasionalisme Indonesia yang tidak sempit dan bersendi pada persatuan
Nasional untuk menyelamatkan seluruh rakyat Indonesia dari penindasan, serta bersandar
pada internasionalisme yang mana berbeda dengan Nasionalisme Negara-Negara lain. Sosio-
Demokrasi adalah sistem sosial-politik dan Sosial-Ekonomi yang berlandaskan dan berasal
dari sendi-sendi cara kehidupan masyarakat Indonesia yang mana dalam proses hubungan
ekonomi dan pengambilan keputusan taat pada azas kekeluargaan, musyawarah-mufakat dan
prinsip-prinsip keterwakilan. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah prinsip dasar kepercayaan
masarakat Indonesia akan konsep-konsep berketuhanan sebagai bagian dari kepribadian
kebudayaan masyarakat Indonesia. 
      Selanjutnya pengkajian materi dititkberatkan pada pembangunan keyakinan tentang
Marhaenisme sebagai ideologi dan azas perjuangan. Marhaenisme sebagai ideologi adalah
pandangan dan cita-cita hidup yang harus dipegang teguh oleh seluruh kader GmnI.
Marhaenisme sebagai azas perjuangan adalah cara dan usaha dalam mewujudkan cita-cita
luhur Marhaenisme, yaitu terwujudnya tatanan masyarakat yang adil dan makmur, masyarakat
sosialis Indonesia. Cara dan usaha itu antara lain meliputi, Machtvorming, Non kooperasi,
Radikalisme gerakan, Massa aksi, dengan tetap berpegang pada prinsip self help  dan  self
reliance.
        Berdasarkan uraian di atas secara garis besar materi nasionalisme Indonesia dapat
dijabarkan sebagai berikut:
         Kerangka pemikiran Karl Max
-          Marxisme sebagai sintesis dari pemikiran Hegel (tesis) dan pemikiran Feurbach (antitesa)
-          Materialisme Dialektika Historis (MDH) serta teori dan konsep dalam Marxisme sebagai
antitesa sistem kapitalisme
         Sejarah Lahirnya Marhaenisme
-          Realitas sejarah kapitalisme dan imprealisme di Indonesia
-          Marhaenisme sebagai pandangan hidup dan jiwa rakyat Indonesia.
-          Marhaenisme sebagai Marxisme yang diterapkan (toegepast) di Indonesia
-          Marhaenisme sebagai antitesa kolonialisme dan kapitallisme.
         Unsur-unsur pembentuk Marhaenisme
-          Sosio-nasionalisme
-          Sosio-demokrasi
-          Ketuhanan Yang Maha Esa
         Azas perjuangan dalam Marhaneisme
-          Machtvorming dan Machtanwending
-          Non Kooperasi
-          Radikalisme gerakan
-          Massa aksi
-          Prinsip Self help  dan  self reliance

g.      Manajamen Aksi dan Teknik Persidangan


Materi ini memberikan informasi tentang bagaimana suatu manajemen aksi dalam skala luas,
massif dan berkesinambungan. Aksi disini tidak hanya dipahami sebagai aksi demonstrasi, akan tetapi
berbagai jenis aksi yang tepat guna dan diharapkan tepat sasaran.
Untuk itu kajian dipusatkan bagaimana mengatur dan menggerakan potensi-potensi gerakan,
pemilihan issue, hierarki komando dan hal-hal lainnya yang diperlukan dalam mengorganisir aksi yang
berskala luas, massif dan berkesinambungan.
Dengan demikian diharapkan peserta memiliki pemahaman akan manajemen aksi serta memiliki
kemampuan untuk mengorganisir aksi massal yang berskala luas.  Sedangkan teknik persidangan
bagaimana peserta memahami tatacara memimpin sidang, mengatur jalannya suatu persidangan,
menciptakan suasana persidangan yang kondusif dan mampu  memecahkan suatu masalah.
h.      Empat Kutub Ideologi
Materi Empat Kutub Ideologi ini yang akan diketengahkan ialah : Marhaenisme, Komunisme,
Kapitalisme, Islamisme (Pan Islamisme). Mengkaji kerangka dasar berfikir dari setiap Ideologi dan
sejarah terbentuknya ideologi tersebut dan dinamisasinya pada konteks hari ini, dari setiap ideologi
yang dibahas  harapanya kader GMNI dapat memahami  keterkaitan  antar Empat ideologi tersebut
dan perbedaanya dalam percaturan politik, ekonomi dan peradaban dunia,
 Pengkajian ideologi marhaenisme pada materi ini, sebagai lanjutan dari materi PPAB, agar kader
GMNI memahami betul paradigma Marhaenisme di tengah pertarungan ideologi lain yang menjadi
dasar pemikiran negara – negara di dunia,  serta mampu menempatkan dasar ideologi Marhaenisme 
sebagai pisau analisa dalam berfikir dan berjuang menuju bangsa indonesia yang adil, makmur dan
sejahtera.
Marhaenisme :
-          Sejarah Marhaenisme  tentang subtansi roh perjungan bangsa Indonesia yang di gagas
oleh founding father kita Soekarno.
-          Materialisme Dialektika Histories (MHD) serta teori dan konsep perjuangan dalam marhaenisme
sebagai antitesa sistem kapitalisme.
-          Telaah Tentang keterkaiatan marhaenisme dengan Komunis
-          Telaah Tentang Keterkaitan marhaenisme dengan pan Islamisme.
 Kapitalisme :
-          Dasar pokok pikiran Adam Smith (Wealth of Nation)
-          Sejarah tentang masyarakat dunia dengan skema globalisasi yang mengkedepankan asas modal
sebagai alat sebuah penindasan.
-          Proses lahirnya Kapitalisme. 
-          Telaah pengenalan dasar tentang Kolonialisme dan imperialisme serta liberalism.
Komunisme :
-            Sejarah lahirnya komunisme yang di gagas Karlmax
-            Dasar – dasar pokok kerangka pemikiran komunisme: Lenin, Trotsky, Gramsci, Rosa
Luxemburg, Kautsky, Eduard Bernstein, Mao Tze Tung, Otto Bauer
-          Materialisme Dialektika Historis (MDH) serta teori dan konsep dalam Marxisme
-    Sejarah perkembangan Komunisme dalam kanca peradaban dunia.
Pan Islamisme :
-       Sejarah perkembangan Islam di dunia
-       Sejarah lahirnya Pan Islamisme
-       Jamaluddin Al Afgani dengan pemikiran pembaharuannya supaya umat Islam kembali pada
ajaran agama Islam yang murni , kepemimpinan otokrasi diubah menjadi demokrasi
-       Pengaruh Pan Islmisme terhadap peradaban dunia
-       Sejarah perekembangan islam dalam konteks Pan Islamisme persepktif Bung Karno.
-       Pengaruh Pan Islmisme terhadap sejarah bangsa Indonesia.

i.        Sarinah I
Materi Sarinah yang diberikan kepada calon kader GMNI pada saat tahap Kaderisasi
Tingkat Dasar (KTD) merupakan lanjutan materi yang diberikan pada saat PPAB.
Diantaranya adalah pemberian materi tentang intisari dari buku Sarinah (Perjuangan Wanita
dalam Perjuangan Republik Indonesia) yang meliputi basis materi objektif budaya Patriarkal
dan Matriarkal, Polarisasi Gerakan yang dibuat kelompok perempuan, Analisis gender dan
transformasi sosial, Teori dan Praktik Feminisme (Liberal, Radikal, Marxisme dan Sosialis)
yang berujung pada pandanganSoekarno terhadap perempuan sebagai upaya dalam
mewujudkan sosialisme Indonesia. Didalam pemberian materi diharapkan pemateri dapat
menjelaskan pengertian bahwa perlawanan yang revolusioner tidak akan terjadi tanpa adanya
penindasan imperialisme dan kapitalisme yang berakar dari politik feodal, sehingga
diperlukan adanya kesatuan antara perempuan dan laki-laki dalam balutan gotong royong
untuk mewujudkan cita-cita perjuangan Republik Indonesia.
 
j.        Pengantar Politik Indonesia
Sebagai organisasi yang meiliki Azas/Ideologi maka GMNI tentunya berkewajiban untuk
mewujudkan cita-cita perjuangan sebagaimana yang dimaksud oleh azas/Ideologi tersebut. Materi
pengantar politik dimaksudkan memberikan pemahaman bagi calon kader GMNI mengenai sistem
politik Indonesia, karena dalam perjuangan Ideologis GMNI tentunya tidak dapat melepaskan diri dari
dinamika politik. GMNI harus dapat menentukan sikap politik organisasi dan bagaimana GMNI
berperan dalam sistem politik.
Memahami sistem politik Indonesia akan memberikan gambaran bagi kader GMNI untuk
menentukan strategi-strategi perjuangan GMNI yang tentunya tidak terlepas dari Marhaenisme
sebagai Azas/Ideologi.
k.      Muatan Lokal
Materi muatan lokal merupakan materi tambahan yang dapat diberikan kepada peserta
KTD, materi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan karakteristik atau kultur masing-masing wilayah
Cabang bersangkutan.

KADERISAI TINGKAT DASAR


(KTD)

A.    PETUNJUK PELAKSANA DAN PETUNJUK TEKNIS


1. Pelaksana
      Pelaksana KTD adalah Komisariat GMNI dan atau DPC GMNI
      KTD dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam satu periode kepengurusan   Komisariat dan atau 2
(dua) kali dalam kepengurusan DPC GMNI.
      KTD cabang dilaksanakan oleh sebuah kepanitiaan yang dibentuk oleh Komisariat dan atau DPC
GMNI dan disahkan oleh DPC GMNI
      Kepanitiaan KTD juga dapat dibentuk dengan cara lintas komisariat (kepanitiaan bersama) yang di
koordinir oleh DPC GMNI
2.     Teknis Pelaksanaan
      Waktu pelaksanaan KTD maksimal adalah 7 (tujuh) hari
      Peserta KTD adalah anggota GMNI yang telah memenuhi syarat keanggotan (telah mengikuti PPAB).
      KTD dapat dilaksanakan dengan minimal peserta adalah 10 (sepuluh) orang.
      Interval waktu dari PPAB ke KTD adalah minimal 1 (satu) bulan dan maksimal 1 (satu) tahun.
      Pemateri dalam KTD adalah Pengurus DPC GMNI, Guru Kader dan atau Kader GMNI yang ditunjuk
oleh DPC
      Proses upacara pembukaan dan penutupan KTD dilakukan oleh DPC GMNI

B.     EVALUASI DAN KRITERIA PENILAIAN


         Evaluasi peserta KTD GMNI dilaksanakan oleh Pengurus Komisariat dan atau DPC GMNI dengan
memperhatikan saran dan masukan dari kepanitiaan KTD
         Evaluasi peserta KTD dilakukan selambat-lambatnya satu minggu setelah uji lapangan dilaksanakan.
No. Kriteria Penilaian (%)
1 Kehadiran (absensi) peserta dalam materi KTD 50
2 Keaktifan peserta dalam forum KTD 20
3 Sikap dan perilaku (attitude) peserta dalam mengikuti KTD 20
4 Wawancara 10
Total 100

         Peserta KTD yang berhak dinyatakan lulus adalah yang mendapatkan penilaian minimal 75 %
         Peserta KTD yang tidak lulus dalam proses KTD dapat mengikuti pada KTD berikutnya

C.    PENGESAHAN DAN PELANTIKAN


         DPC berwenang melakukan pengesahan terhadap peserta KTD
         Pengesahan dan pelantikan peserta yang telah mengikuti KTD menjadi kader GMNI sepenuhnya
menjadi wewenang DPC GMNI berdasarkan hasil evaluasi KTD.

KADERISASI TINGKAT MENENGAH


(KTM)

1.      Maksud
Kaderisasi Tingkat Menengah atau disingkat dengan KTM adalah proses kaderisasi tingkat
kedua (menengah) maupun proses indoktrinasi akhir yang diperuntukan bagi seluruh kader GMNI
yang telah dinyatakan lulus proses Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD). Proses KTM lebih diorientasikan
kepada pendidikan militansi dan progresifitas kader dalam
proses mengimplementasikan ideologi Marhaenisme dalam gerak
perjuangan, melaksanakan machvorming dan machtanwending, disamping pembobotan kapasitas
individu yang dapat menunjang kemampuan kader dalam agenda-agenda perjuangan yang menjadi
tugas dan tanggung jawabnya.
Pelaksanaan KTM juga sekaligus mengelola seluruh wacana (teori) yang dikuasai para kader
dasar untuk disinergikan sesuai dengan roh dan jiwa Marhaenisme sehingga tidak paradoks jika
diimplementasikan dalam langkah-langkah perjuangan.

2.      Tujuan
Tujuan Kaderisasi Tingkat Menengah (KTM) adalah mempersiapkan para kader menjadi
kader menengah yang siap untuk melaksanakan tugas-tugas gerakan organisasi dalam sektoral di
wilayah basis-basis rakyat. Oleh karena itu, maka setiap kader menengah diharapkan memiliki
militansi dan progresifitas serta kemampuan yang cukup dalam membangun kantung-kantung massa
dan melakukan pengorganisasian ditingkat basis rakyat Marhaen.

3.      Format Pengkaderan
Format kaderisasi yang dilaksanakan dalam KTM dibagi kedalam dua tahapan, yaitu materi
ruang dan materi lapangan. Materi ruang berisi pembekalan dan pematangan materi bagi seluruh
kader peserta KTM. Proses penyampaian materi menggunakan metode yang menitik beratkan pada
metode diskusi, disamping kuliah umum (ceramah) dan dialog dengan porsi yang lebih minimum.
Sebaliknya KTM dilaksanakan di tempat-tempat yang bernuansa alam, jauh dari keramaian dan dekat
dengan basis massa rakyat marhaen.
Sedangkan tahap kedua adalah materi lapangan. Materi lapangan merupakan pendidikan dan
pelatihan serta berorientasi pada praktek langsung di lapangan. Setiap kader peserta diterjunkan
secara langsung untuk mempraktekan seluruh ilmu dan kemampuan yang telah diberikan dari seluruh
proses kaderisasi GMNI sebelumnya hingga materi ruang KTM. Setiap kader akan ditugaskan untuk
masuk ke dalam basis-basis massa sektoral, seperti basis petani/buruh kebun, nelayan, buruh, kaum
miskin kota, basis masyarakat pedesaan ataupun basis-basis massa rakyat lainnya yang tergolong
kaum marhaen. Setiap peserta dalam KTM akan diberikan satu tugas khusus sebagai bentuk dari
materi lapangan selama kurun waktu 1 – 2 minggu.

4.      Materi
Materi yang akan disampaikan dalam Kaderisasi Tingkat Menengah adalah meliputi
pemantapan pemahaman ideologi Marhaenisme, ideologi-ideologi besar dunia, pemantapan
pengorganisasian massa, analisa social dan manajemen aksi serta materi-materi lain yang dibutuhkan
untuk mendukung kemampuan kader dalam materi lapangan.
Demikian 12 (dua belas) materi pokok dalam KTM:
 Marhaenisme
Meliputi filsafat marhaenisme serta praxis ideologi marhaenisme (mengasah kembali pemahaman
tentang strategi dan taktik perjuangan marhaenisme). Materi ini diberikan dalam waktu minimal 300
menit (dibagi menjadi dua sesi).
 Ideologi Besar Dunia
Meliputi pemahaman tentang ideologi-ideologi besar dunia, baik yang sejenis dengan marhaenisme
maupun yang kontradiktif, sebagai perbandingan dengan ideologi marhaenisme. Materi ini diberikan
dalam waktu minimal 300 menit jam (dibagi menjadi beberapa sesi).
 Konstalasi Politik Lokal dan Nasional
Meliputi kajian terkait konstalasi politik lokal-kedaerahan dan konstalasi politik nasional. Materi ini
diberikan waktu minimal 180 menit.
 Sosiologi dan Analisa Sosial
Meliputi kajian untuk memahami pemetaan sttruktur kemasyarakatan secara utuh dan menyeluruh
dalam kaitanya dengan menganalisa persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat pada berbagai
aspek seperti; ekonomi, politik, hukum dan lain sebagainya.
Materi ini diberi waktu minimal 180 menit.
 Agitasi, Aksi dan Propaganda
Meliputi materi pembobotan peserta dalam melakukan agitasi, aksi dan propaganda,
manajemen  issue dan counter issue
Materi ini waktu minimal 180 menit.
 Diplomasi dan Negosiasi
Meliputi pemahaman tentang cara-cara berdiplomasi dan bernegosiasi, baik terhadap massa maupun
terhadap perorangan sebagai decision maker.
Materi ini diberikan waktu minimal 180 menit.
 Pengorganisasian
Meliputi pembobotan kemampuan untuk melaksanakan pengorganisasian massa, untuk membuat
suatu kantong-kantong massa rill yang mengenal (minimal) dan loyal (maksimal) terhadap organisasi
dan Ideologi.
Materi ini diberikan waktu minimal 180 menit  
 Sarinah
Meliputi filsafat Feminisme, sejarah perempuan Indonesia dan Dunia, Politik perempuan kontemporer.
 Penulisan Artikel dan Opini
Meliputi artikel dan opini yang berkaiatan dengan situasi dan kondisi yang ada atau berkembang di
masing-masing wilayah.
         Nasionalisme Indonesia (Konsepsi Tri Sakti Bung Karno)
Meliputi konsepsi Trisakti ajaran Bung Karno yakni: Berdaulat dibidang Politik, Berdikari
dibidang Ekonomi dan Berkeprinadian dibidang Kebudayaan.
         Wawasan Nusantara
Meliputi materi atau pengetahuan tentang kehidupan ekonomi, social dan budaya serta
pertahanan dan keamanan yang ada di Nusantara.
 Muatan Lokal
Adapun materi tambahan yang diberikan kepada peserta KTM maksimal 7 (tujuh) materi, dan
kiranya materi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah Propinsi
bersangkutan.

5.      Kerangka Acuan Materi


a.      Materi Marhaenisme
Pemberian materi marhaenisme dimulai dari menelaah kembali landasan-landasan pemikiran
filsafat marhaenisme dan dialektika materialisme (MDH). Dalam pengkajian tersebut dikaitkan dengan
marxisme sebagai ideologi yang dominan mempengaruhi marhaenisme dan juga dengan pandangan-
pandangan Sukarno tentang marhaenisme dan Pancasila.
Selanjutnya pengkajian materi dititikberatkan pada perkembangan marhaenisme dewasa ini
terkait dengan realitas perkembangan zaman yang semakin maju dan kondisi material
masyarakat Indonesia. Selanjutnya penting kiranya juga untuk menelaah langkah-langkah strategi dan
taktik perjuangan yang memungkinkan untuk diterapkan dalam realitas zaman yang semakin jamak
ini.
Dengan kajian ini diharapkan para peserta mampu menjabarkan serta mengembangkan
marhaenisme dengan dialektika pemikiran yang progresif agar memudahkan para peserta untuk
mengimplementasikan marhaenisme dengan maksimal pada tingkatan praktek.
Berdasarkan uraian di atas secara garis besar materi Marhaenisme Indonesia dapat dijabarkan
sebagai berikut:
         Menelaah kembali landasan filsafat dan konsep serta teori marhaenisme
-          Marxisme sebagai sintesis pemikiran Hegel (tesis) dan pemikiran Feurbach (antitesa)
-          Materialisme dialektika histories (MHD) serta teori dan konsep dalam marhaenisme sebagai antitesa
sistem kapitalisme.
         Marhaenisme sebagai antitesa sistem kapitalisme
         Strategi dan taktik perjuangan marhaenisme
         Implementasi ideology dalam kehidupan pribadi dan realitas sosial masyarakat

b.      Ideologi-Ideologi Besar Dunia


Materi ini meliputi kajian perbandingan marhaenisme dengan ideologi-ideologi besar dunia
lainnya. Materi ini adalah pembelajaran secara khusus beberapa ideologi besar dunia yaitu
Kapitalisme, Komunisme, Islam dan Sosialisme.
Dengan materi ini diharapkan para peserta dapat memperbandingkan Marhaenisme-
Sosialisme Indonesia dengan ideology-ideologi dunia lainnya, yang pada akhirnya diharapkan para
peserta semakin meyakini marhaenisme sebagai jalan menuju cita-cita masyarakat sosialis Indonesia.
Secara garis besar materi ideologi-ideologi besar dunia dapat dijabarkan sebagai berikut:
         Sejarah Perkembangan Kapitalisme
-          Pokok-pokok pikiran Adam Smith (Wealth of Nation)
-          Tahapan sejarah Merkantilisme
-          Kolonialisme dan imperialisme serta liberalisme
-          Konsepsi Negara persemakmuran (Welfare State)
         Sejarah Perkembangan Komunisme
-          Pokok-pokok pemikiran tokoh-tokoh Marxisme, antara lain: Lenin, Trotsky, Gramsci, Rosa
Luxemburg, Kautsky, Eduard Bernstein, Mao Tze Tung, Otto Bauer
-          Era kemunculan neo-marxis (Mazab Frankfurt)
-          Komunisme di Uni Soviet
-          Komunisme di China
         Sejarah Perkembangan Islam
-          Aliran-aliran dalam ideologi Islam
-          Islam kiri (teologi pembebasan)
-          Revolusi Islam di Iran
         Sejarah Perkembangan Sosialisme
-          Sosialisme Kuba
-          Anarkisme/Anarko Sindiskalisme
-          Postmodernisme
-          Sosialisme di Bolivia dan Venezuela (teologi pembebasan di Amerika Latin)
-          Sosialisme Islam (sosialisme religius)

c.       Konstalasi Politik Lokal dan Nasional


Materi konstalasi politik lokal dan nasional adalah materi yang mengkaji perkembangan politik dan
ketatanegaraan di Indonesiamencakup dinamika demokrasi di Indonesia dan dinamika politik
pemerintahan Indonesia baik ditingkat lokal-kedaerahan maupun ditingkat nasional.
Dinamika demokrasi Indonesia ditekankan pada analisa komparatif antara system demokrasi
(demokrasi politik dan ekonomi) yang diterapkan oleh setiap rezim kepemimpinan nasional Indonesia.
Kemudian kajian dilanjutkan pada analisa kekuasaaan dengan cara menganalisa kebijakan-kebijakan
pemerintah sebagai stake holder untuk dianalisa motif dan tujuannya beserta implikasi kebijakan
tersebut terhadap kehidupan rakyat. Kebijakan-kebijakan tersebut kemudian diidentifikasi ke dalam
turunan-turunan ideologi agar diketahui dasar-dasar dan muatan kepentingan yang mewarnai
kebijakan tersebut.
Materi dilanjutkan dengan melakukan pemetaan kekuatan-kekuatan politik lokal maupun nasional
yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Diharapkan para peserta KTM kemudian dapat memetakan kekuatan-kekuatan politik lokal
maupun nasional serta dapat mengidentifikasi konstalasi politik yang ada. Sekaligus mampu
menganalisa kebijakan-kebijakan pemerintah kedalam turunan-turunan ideologi yang mewarnainya.

d.      Sosiologi dan Analisa Sosial


Materi ini dimulai dengan pemaparan teori-teori sosial terutama terkait (3) aliran bentuk teori-teori
sosial yang berkembang hingga saat ini. Yaitu aliran positifisme, August Comte, pandangan Emille
Durkheim, dalam melihat realitas sosial masyarakat terutama tentang persoalan-persoalan yang ada
dalam masyarakat terkait pranata sosial, perilaku ekonomi dan solidaritas sosial. Kemudian aliran
konvensionalisme, yaitu pandangan Max Weber tentang etika Protestan (peran agama Kristen
Protestan dalam perilaku ekonomi masyarakat) dan birokrasi. Dan selanjutnya aliran realisme sosial,
yaitu pandangan Karl Marx tentang konflik antar kelas akibat akses ekonomi yang dipengaruhi oleh
sistem produksi yang kapitalistik.
Materi analisa sosial adalah follow up dari materi sosiologi yang meliputi kajian tentang pemetaan
pola dan karakteristik masyarakat, sistem sosialnya, struktur sosialnya, hubungan-hubungan ekonomi-
politiknya pada suatu komunitas masyarakat tertentu untuk kemudian mengidentifikasi dan
menentukan kontradiksi pokok yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Untuk mendukung hal itu
penting kiranya untuk memberikan pemahaman tentang metode dan teknik dalam melakukan analisa
sosial.
Dengan adanya materi ini para peserta KTM diharapkan dapat memahami dan memiliki
kemampuan dalam melakukan analisa sosial, yang bertujuan sebagai sarana untuk membantu para
kader dalam melakukan pengorganisasian massa (machtvorming) nantinya.

e.       Agitasi dan Propaganda


Materi ini meliputi tentang bagaimana metode-metode dalam melakukan teknik agitasi dan
propaganda. Dalam materi ini para peserta akan diberikan pemahaman untuk melakukan agitasi yang
baik dan dapat diterima publik dengan baik. Selain itu juga akan diberikan pemahaman untuk
membuat propaganda yang efektif dan dapat membangun opini secara massal. Disamping itu para
peserta KTM juga akan dilatih untuk melakukan pembangunan issue  dan kontra issue serta membuat
manajemen issue secara khusus.

f.       Diplomasi dan Negosiasi


Para peserta akan diberikan pemahaman tentang teknik dan kiat-kiat melakukan diplomasi dan
negosiasi, untuk itu pola komunikasi, baik verbal maupun simbolik harus dilatih dengan lebih baik.
Selanjutnya para peserta akan dilatih untuk melakukan diplomasi dan negosiasi agar memiliki
kemampuan yang lebih dalam pengorganisasian massa serta penggunaan kekuatan dan membangun
posisi tawar secara politis.
Diplomasi ditekankan lebih kepada bagaimana mencegah konflik dan mengarahkan konflik agar
menjadi suatu kekuatan yang dapat mendukung perjuangan. Sedangkan negosiasi lebih ditekankan
pada bagaimana cara untuk membangun sebuah deal politik ataupun deal  dalam bentuk lain yang
dapat menguntungkan perjuangan kita.
Diharapkan para peserta memiliki kemampuan dasar dalam melakukan diplomasi dan negosiasi
dengan berbagai pihak manapun.
g.      Machtvorming dan Machtwending
Materi pengorganisasian massa meliputi pemahaman kembali secara menyeluruh tentang
berbagai teknik advokasi dan pemberdayaan masyarakat serta pengorganisasian massa untuk
penyebarluasan ideologi ketengah-tengah basis rakyat. Selain itu para peserta akan distimulir untuk
mampu berimprovisasi di lapangan untuk membentuk variasi pengorganisasian massa.
Dengan pemahaman yang lebih menyeluruh ini maka para peserta KTM ini diharapkan dapat
memahami dan mampu menerapkan berbagai teknik advokasi dan pemberdayaan masyarakat serta
model-model pengorganisasian massa lainnya. Di samping itu, para peserta diharapkan lebih siap
dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab perjuangannya untuk mengorganisir massa demi
menjalankan usaha-usaha perjuangan nasional. Materi ini diberikan waktu minimal 180 menit.
h.      Penulisan Artikel dan Opini
Kebiasaan menulis di media masih sangat minim dalam komunitas gerakan khususnya GMNI. Hal
ini disebabkan oleh tidak adanya suplai pengetahuan yang memadai. Berangkat dari itu, maka sangat
penting diberikan pengetahuan yang mendasar bagi seluruh kader GMNI sehingga kemudian mampu
menulis artikel dan opini baik di media local maupun media nasional. Materi yang akan diberikan
adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana menulis artikel dan opini yang baik. Adapun metode
yang digunakan adalah dengan ceramah, diskusi kelompok dan simulasi, dengan alokasi waktu 180
menit.

i.        Nasionalisme Indonesia (Konsepsi Tri Sakti ajaran Bung Karno)


Konsepsi tentang Nasionalisme Indonesia oleh Bung Karno digambarkan sebagai spirit
dasar kecintaan akan tanah air Indonesia. Secara internal GMNI, Konsepsi Tri Sakti Bung
Karno (Berdaulat dibidang Politik, Berdikari dibidang Ekonomi dan Berkeprinadian
dibidang Kebudayaan) masih menimbulkan pemaknaan yang berbeda- beda sebagai
konsekwensi logis atas kemerdekaan berpikir dan berdefenisi atas apa yang telah dibaca.
Selain itu, belum adanya pemahaman yang merata seluruh kader GMNI tentang Nasionalisme
dan Tri Sakti ajaran Bung Karno. Materi ini dapat disajikan dengan metode ceramah dan
diskusi serta penugasan, dengan alokasi waktu maksimal 120 menit.
j.         Sarinah II
Materi Sarinah lanjutan yang diberikan pada saat jenjang Kaderisasi Tingkat Menengah
(KTM) merupakan pendalaman dari proses kaderisasi terkait dengan wacana kesarinahan.
Diantaranya adalah pendalaman tentang filsafat Marhaenisme yang mencakup Feminisme
Liberal, Feminisme Radikal (perspektif libertarian dan kultural), Feminisme Marxis dan
Sosialis, Feminisme Postmodern hingga Ekofeminisme. Sehingga dari pemberian materi
tentang Filsafat Feminisme yang lebih dalam adalah kader dapat memahami berbagai teori-
teori Feminsme sebagai kaca benggala bagi pergerakan perempuan di dunia. Dilanjutkan
dengan materi sejarah perempuan Indonesia dan Dunia serta pandangan tentang politik
perempuan kontemporer.
k.      Wawasan Nusantara
Materi wawasan Nusantara sebenarnya sudah pernah didapatkan pada saat masih waktu di
Sekolah Menengah Atas. Oleh karena itu, materi ini kelanjutan dari materi tersebut. Tapi ini
materi mnejadi penting karena tidak dapat disangkal bahwa pengetahuan soal perkembangan
ekonomi, social dan budaya serta pertahanan dan keamanan masih sangat minim. Materi yang
akan diberikan adalah pengenalan tentang wawasan nusantara. Adapun metode dalam
penyajian materi adalah ceramah dan diskusi, dengan alokasi waktu 180 menit.
l.        Muatan Lokal
Materi muatan lokal merupakan materi tambahan yang dapat diberikan kepada peserta KTM, materi
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan karakteristik atau kultur masing-masing wilayah Cabang bersangkutan.
Metode yang akan digunakan adalah ceramah, diskusi dan penugasan, dengan alokasi waktu tergantung jumlah
materi yang diberikan (tentatif).

KADERISASI TINGKAT MENENGAH


(KTM)

A.    PETUNJUK PELAKSANA DAN PETUNJUK TEKNIS


1.      Pelaksana
         Pelaksana Kaderisasi Tingkat Menengah (KTM) adalah Koodinator Daerah dan
atau beberapa DPC GMNI dengan berkordinasi dengan Presidium GMNI
         KTM dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam satu periode kepengurusan Korda dan atau DPC
         KTM dilaksanakan oleh sebuah kepanitiaan yang dibentuk dan disahkan oleh Korda atau Presidium
GMNI
         Kepanitiaan KTM juga dapat dibentuk dengan cara lintas Koodinator Daerah dan atau beberapa DPC
dengan membentuk panitia bersama dengan berkordinasi dengan Presidium GMNI

2.      Teknis Pelaksanaan
         Waktu pelaksanaan KTM minimal 14 (empat belas) hari, yang dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu ;
Materi Ruang dengan alokasi waktu minimal 4 (empat) hari dan Materi Lapangan dengan alokasi
waktu 1-2 minggu.
         Peserta KTM adalah kader yang memenuhi syarat kader dan telah lulus KTD  
         Peserta yang mengikuti KTM minimal berjumlah 10 (sepuluh) orang
         Pembicara dalam KTM adalah Presidium, Pengurus Korda GMNI, Guru Kader dan atau alumni GMNI
dengan petunjuk Presidium
         Setelah proses KTM selesai maka peserta akan diberikan satu tugas khusus dari Presidium sebagai
bentuk dari materi lapangan
         Proses upacara pembukaan dan penutupan KTM dilakukan oleh Presidium GMNI atau oleh Korda
GMNI sebagai perpanjangan tangan Presidium apabila Presidium berhalangan untuk hadir.
         Setiap pelaksanaan KTM wajib berkordinasi dengan Presidium GMNI

B.     EVALUASI DAN KRITERIA PENILAIAN


         Evaluasi peserta KTM dilaksanakan oleh Presidium GMNI dengan memperhatikan saran dan
masukan dari kepanitiaan KTM, Korda dan DPC GMNI
         Evaluasi peserta KTM dilakukan selambat-lambatnya 2 minggu setelah materi lapangan selesai
dilaksanakan

No. Kriteria Penilaian (%)


1 Kehadiran (absensi) peserta dalam materi KTM 50
2 Keaktifan peseta dalam forum KTM 15
3 Sikap dan perilaku (attitude) peserta dalam mengikuti KTM 10
4 Tugas materi lapangan (praktek lapangan) 25
Total 100

         Peserta KTM yang berhak dinyatakan lulus adalah yang mendapatkan penilaian minimal 75%
         Peserta KTM yang tidak lulus dalam proses KTM dapat mengikuti KTM selanjutnya.

C.    PENGESAHAN DAN PELANTIKAN


         Presidium berwenang melakukan pengesahan terhadap peserta KTM
         Pengesahan peserta yang telah mengikuti KTM menjadi kader menengah GMNI sepenuhnya menjadi
wewenang Presidium GMNI berdasarkan hasil evaluasi KTM
         Pelantikan peserta KTM dilakukan oleh Presidium GMNI, apabila berhalangan dapat dilaksanakan
oleh Korda GMNI.

D.    SYARAT KECAKAPAN TINGKAT MENENGAH (SKTM)


Syarat Kecakapan Tingkat Menengah (SKTM) adalah persyaratan yang harus dipenuhi kader
tingkat dasar untuk menjadi peserta KTM. Yang menjadi penguji (yang mengevaluasi) SKTM adalah
Pengurus DPC GMNI.

KADERISASI TINGKAT PELOPOR


(KTP)

1.      Maksud
Kaderisasi Tingkat Pelopor atau disingkat dengan KTP adalah proses kaderisasi tingkat akhir
(finishing). Tingkat kaderisasi ini diperuntukan bagi para kader GMNI yang telah tulus proses
Kaderisasi Tingkat Menengah (KTM) dan telah memenuhi syarat kecakapan pelopor (SKP). Proses
KTP terlebih diorientasikan kepada uji materiil kader dalam proses membangun sintesa sistem-sistem
sosial disetiap elemen masyarakat. Pembangunan sintesa sistem sosial bersangkut paut pada pola
dan tata cara yang dilakukan kader dalam mengkonstruksi ulang bangunan system social menuju
pada cita-cita masyarakat sosialis Indonesia. KTP juga berfungsi sebagai proses pembangunan dan
pendistribusian jaringan secara meluas dalam skala nasional.

2.      Tujuan
Tujuan Kaderisasi Tingkat Pelopor (KTP) adalah mempersiapkan para kader menengah
menjadi kader pelopor yang siap dan memiliki kesanggupan untuk menjadi top leaders dengan bekal
teori, mental dan waatak progresif-revolusioner sehingga benar-benar menjadi kader yang berkualitas
dan memiliki kemampuan sebagai tulang punggung rakyat. Dengan KTP diharapkan setiap kader
akan mampu memanifestasikan marhaenisme dalam setiap kehidupan pribadinya dan dalam langkah
perjuangannya sebagai pemimpin rakyat dan marhaenis sejati.

3.      Format Pengkaderan
Format kaderisasi yang dilaksanakan dalam KTP dibagi kedalam dua tahapan, yaitu materi
ruang dan materi lapangan (dititikberatkan). Materi ruang berisi pembekalan dan pematangan materi
bagi seluruh kader peserta KTP. Proses penyampaian materi digunakan dengan cara mengeksplorasi
pemikiran peserta menggunakan metode yang menitikberatkan pada metode diskusi disamping
dialog.
Sedangkan tahap kedua adalah materi lapangan, materi lapangan merupakan pendidikan dan
pelatihan untuk menguji materi kemampuan kader peserta dalam menganalisa, memimpin,
mengorganisir dan mengkonstruksikan sistem kehidupan masyarakat berdasarkan azas
marhaenisme. Tiap kader akan ditempatkan atau ditugaskan dalam suatu tugas khusus yang bersifat
rahasia selama kurun waktu 2 – 4 minggu.

4.      Materi
Materi yang akan disampaikan dalam KTP adalah meliputi materi ideologi, pembangunan
jaringan (networking), pengorganisasian dengan metode community organizing and development,
serta uji materi kemampuan kader dalam menciptakan sintesa sosial dan melakukan konstruksi
ideologis dalam basis-basis massa marhaen.
Demikian 9 (sembilan) materi pokok dalam KTP:
 Marhaenisme Sebagai Antitesa Kapitalisme
Meliputi pembahasan tentang metamorfosa sistem kapitalisme serta proses pertentangannya dengan
marhaenisme
Materi ini diberikan waktu minimal 8 jam (dibagi menjadi beberapa sesi)
 Cita-Cita Marhaenisme dan Sistem Tatanan Masyarakat Sosialis Indonesia.
Meliputi tentang rumusan dan gambaran umum sistem dan tatanan serta pergaulan hidup
masyarakat, bangsa dan Negara dalam kerangka sosialisme Indonesia.
 Konstalasi Politik Nasional dan Internasional
Meliputi kajian terkait konstelasi politik nasional dan konstelasi politik internasional yang
mempengaruhinya.
Materi ini diberikan waktu minimal 6 jam (dibagi menjadi beberapa sesi)
 Pembangunan Jaringan (networking)
Meliputi perumusan pembangunan jaringan serta tata cara kerja jaringan dalam kerangka pergerakan
perjuangan yang lebih massif dan meluas.
Materi ini diberikan waktu minimal 5 jam (dibagi menjadi beberapa sesi).
 Infiltrasi dan Pengamanan Gerakan
Meliputi materi terkait dengan metode menginfiltrasi institusi, organisasi atau gerakan tertentu diluar
GMNI. Selain daripada itu materi ini juga mengkaji tentang bagaimana membuat dan menjalankan
sistem pengamanan (security) gerakan.
Materi ini diberikan waktu minimal 10 jam (dibagi dalam beberapa sesi).
         Sistem  Ekonomi Politik di Indonesia
Meliputi materi system-sistem perekonomian yang berkembang di Indonesia, system perekonomian di
Indonesia, ekonomi kerakyatan sebagai dasar perekonomian Indonesia dan Marhaenisme sebagai
spirit nilai bagi ekonomi kerakyatan.
 Reforma Agraria (Land Reform).
Meliputi materi dan konsep Reforma Agraria (Land Reform) yakni: pengertian, tujuan dan prinsip-
prinsip Reforma Agraria (Land Reform), landasan filosofi dan konstitusional Reforma Agraria (Land
Reform), tantangan dalam mengimplementasikan Reforma Agraria (Land Reform), operasionalisasi
dan tahapan Reforma Agraria (Land Reform),  prospek Reforma Agraria (Land Reform).  

 Negara Maritim Indonesia


Meliputi materi dasar dan konsep Negara maritim, landasan historis dan yuridis Negara maritim,
peluang dan tantangan Indonesia sebagai Negara maritim, pembangunan nasional yang berorientasi
Negara maritim, strategi  membangun Negara maritim Indonesia dalam perspektif Trisakti Bung
Karno.

 Hubungan dan Diplomasi Internasional


Meliputi materi dasar dan konsep membangun hubungan dan diplomasi Internasional, pentingnya
membangun hubungan dan diplomasi Internasional, metode analisa kebijakan negara dalam
membangun hubungan dan diplomasi Internasional, strategi membangun hubungan dan diplomasi
internasional, perangkat teknis pelaksana hubungan dan diplomasi Internasional dan implementasi
Marhaenisme dalam membangun hubungan dan diplomasi internasional.

Adapun materi tambahan yang diberikan kepada peserta KTP maksimal lima materi


tambahan, dan kiranya materi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan organisasi dalam skala
nasional.

5.      Kerangka Acuan Materi


b. Materi Marhaenisme Sebagai Antitesa Kapitalisme
Materi ini memberikan pemahaman akhir dalam rangkaian proses kaderisasi GmnI terkait dengan
posisi marhaenisme dalam menghadapi kapitalisme dan metamorfosis ataupun berbagai varian dari
sistem kapitalisme tersebut. Diawal pembahasan diarahkan pada kapitalisme serta berbagai strategi
dan perangkat pertahanan ideologi tersebut dalam melanggengkan pengaruhnya di dunia.
Maka dari itu materi ini termasuk mengkaji sistem valas (bursa saham), kartel-kartel perdagangan
besar, Multi National Corporation (MNC) dan Trans national Corporation (TNC). Selain itu peran
lembaga-lembaga donor seperti IMF, World Bank, ADB dan lain sebagainya.
Lewat materi ini diharapkan para peserta dapat memahami cara kerja dari kapitalisme dan
semakin memahami peran dan posisi marhaenisme dalam upaya menghadapi dan menghempang
kapitalisme dari muka bumi pertiwi ini.
Secara garis besar materi ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
-          Anatomi kapitalisme
-          Metamorfosa kapitalisme saat ini
      Neo-kolonialisme

      Neo-imperialisme

      Neo-liberalisme

-          Modernisasi, independensi dan keterbelakangan Negara dunia ketiga


-          Strategi dan perangkat pertahanan kapitalisme
-          Implikasi sistem kapitalisme bagi masyarakat
-          Peran dan posisi marhaenisme sebagai ideologi perlawanan terhadap kapitalisme.

c. Konstelasi Politik Nasional dan Internasional


Materi konstelasi politik nasional dan internasional adalah materi yang mengkaji perkembangan
politik dan ketatanegaraan di Indonesia mencakup dinamika demokrasi di Indonesia dan dinamika
politik pemerintah Indonesia ditingkat nasional serta hubungannya dengan pengaruh konstelasi politik
internasional.
Dinamika demokrasi Indonesia ditekankan pada menganalisa sistem ketatanegaraan secara
komperatif dari teori-teori kepemimpinan nasional yang ada, antara lain demokrasi terpimpin
(demokrasi Pancasila-Indonesia), diktator proletariat (komunis), monarki absolute konstitusional
(Negara-kerajaan), khalifatullah atau monarki religius (Negara-agama), dan demokrasi liberal (Negara
kapitalis).
Materi dilanjutkan dengan melakukan penelaahan kekuatan-kekuatan politik nasional maupun
hubungannya dengan konstalasi politik internasional yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Selain itu pemetaan potensi-potensi kekuatan sosial-
politik yang berkembang dan memiliki pengaruh meluas dikalangan rakyat adalah suatu kebutuhan
dalam materi ini. Baik partai politik, LSM, ormas, organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan,
organisasi kemahasiswaan dan kekuatan-kekuatan lainnya.
Diharapkan para peserta KTP kemudian dapat memetakan kekuatan-kekuatan politik nasional
maupun internasional serta dapat mengidentifikasi konstalasi politik yang ada. Sekaligus mampu
menganalisa kebijakan-kebijakan pemerintah kedalam turunan-turunan intervensi asing yang
melandasinya. Selain itu diharapkan para peserta memahami sistem-sistem ketatanegaraan dan pola
serta bentuk kepemimpinan yang lahir diwarnai oleh ideologi yang dianut oleh negara-negara terkait.
Secara garis besar materi ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
-          Sistem ketatanegaraan dan cirri kepemimpinan nasional
      Kapitalisme (Demokrasi Liberal)

      Monarki Religius (Khalifatullah/paus)

      Negara Monarki Absolut-Konstitusional (Kerajaan)

      Komunisme (Diktator Proletariat)

      Indonesia (Demokrasi Pancasila)

-          Pemetaan kekuatan-kekuatan politik internasional


      Negara-negara blok Eropa Barat ditambah U.S.A (Negara super power)

      Negara-negara blok Eropa Timur (Negara super power)

      Negara-negara blok Amerika Latin

      Negara-negara blok Timur Tengah

      Negara-negara blok Afrika

      Negara-negara blok Asia dan Australia

-          Pemetaan potensi / kekuatan politik nasional


      Kekuatan Militer
      PartaiPolitik
      Organisasi keagamaan

      Organisasi kemasyarakatan

      LSM / NGO / Ornop

      Organisasi kepemudaan

      Organisasi kemahasiswaan

      Pemetaan kawan taktis dan strategis

      Pemetaan lawan taktis dan strategis

d. Pembangunan Jaringan (networking)


Materi pembangunan jaringan adalah materi yang akan memberikan pemahaman akan
pentingnya jaringan dalam melakukan pergerakan menuju cita-cita nasional yang dituju. Setelah itu
para peserta akan diberikan pemahaman terkait dengan teknik-teknik pembangunan dan
pemeliharaan jaringan secara kolektif. Selanjutnya materi ini mengkaji pengorganisasian jaringan
sehingga terbangunnya aliansi taktis maupun strategis, sehingga pada akhirnya keseluruhan dari hal
itu dapat dikongkretkan pada suatu kerja jaringan yang teratur dan efektif serta fleksibel dalam upaya
membesarkan organisasi dan juga dalam kerangka upaya perwujudan cita-cita perjuangan nasional.
Harapan melalui materi ini para peserta berkemampuan untuk membangun serta melakukan
pemeliharaan jaringan secara kolektif disamping kemampuan untuk memperluas jaringan dan wilayah
jaringan. Materi ini juga secara khusus akan memboboti para peserta agar mampu melakukan kerja-
kerja jaringan dan menghindari bekerja secara single figter.
Garis besar materi ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
-          Pentingnya jaringan perjuangan
-          Metode-metode pembangunan jaringan
      Jaringan taktis

      Jaringan strategis

-          Metode-metode pemeliharaan jaringan


-          Kerja jaringan
      Perluasan jaringan taktis maupun strategis

      Perluasan / ekspansi wilayah jaringan

      Pengorganisasian jaringan-jaringan strategis

e. Infilterasi dan Pengamanan Gerakan (Intelijen dan Kontra Intelijen)


Materi infilterasi gerakan meliputi materi terkait dengan metode dan teknik dalam melakukan
infiltrasi gerakan terhadap suatu institusi, organisasi atau gerakan tertentu yang dianggap sebagai
lawan perjuangan. Dalam proses tersebut materi ini juga akan memberikan pembobotan dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan terhadap para peserta agar memiliki kemampuan dalam menjaga
kerahasiaan, bergerak cepat dengan diam-diam, menyamarkan identitas dan kemampuan lainnya
untuk bergerak di bawah tanah.
Selain itu materi ini juga mengkaji tentang bagaimana membuat dan menjalankan sistem
pengamanan (security) gerakan. Materi ini berguna bagi para kader menengah peserta KTP untuk
menjaga keutuhan dan solidaritas serta jaringan keorganisasian yang sudah terbangun. Dan juga
untuk membangun pemahaman akan pentingnya intelegen dan kontra intelegen dan sistem resistensi
(pengamanan) terhadap berbagai pengaruh buruk yang dapat berpotensi merusak organisasi dan
pergerakan perjuangan yang telah dibangun.
Lewat materi ini diharapkan para peserta mampu beroperasi di bawah tanah dan memiliki
kemampuan dalam melakukan penyusupan-penyusupan gerakan serta membangun sistem
pengamanan gerakan.

f. Cita-cita Marhaenisme dan Tatanan Masyarakat Sosialisme Indonesia


Materi ini coba megeksplorasi pandangan dan pemikiran serta pemahaman dari para peserta
dalam melihat gambaran tatanan masyarakat sosialis Indonesia. Dalam konteks materi ini para
peserta akan diberikan pemahaman terkait pemikiran dan pandangan-pandangan Bung Karno dalam
cita-citanya mengenai masyarakat sosialis Pancasila Indonesia serta cita-citanya mengenai To Build
the World a New, yaitu membangun tatanan dunia baru tanpa penindasan antar manusia maupun
antar Negara.
Dengan materi ini para peserta KTP diharapkan dapat memanifestasikan marhaenisme sampai
pada teknis penerapan ideologi. Selain daripada itu para peserta calon kader bangsa ini memiliki
gambaran dan bayangan akan tatanan masyarakat yang dicita-citakan oleh Marhaenisme.

g. Sistem Ekonomi Politik di Indonesia


Secara empirik, sistem ekonomi di Indonesia terdiri atas system produksi, sistem distribusi
dan sistem konsumsi. Namun, sistem-sistem ini tidak dapat dipahami secara mendalam jika tidak
dikomparasikan dengan masyarakat (individu dan kelompok) sebagai komponen pelaku ekonomi.  
Sistem ekonomi sebagai perangkat prinsip dan teknik pengaturan sumber-sumber ekonomi
dan alokasi yang diorganisasikan oleh masyarakat, dapat dengan baik dan sistematis dimengerti oleh
kader-kader GMNI sebagai dasar gerak perubahan. Namun hal ini tidak akan berjalan ketika kader-
kader GMNI belum mampu mengelaborasinya secara obyektif dan sistematis.
Banyak kader GMNI terjebak dengan pengertian ekonomi yang bersifat kapitalistik maupun
liberalistik dan menjadikannya sebgai pijakan perubahan, padahal system perekonomian Indonesia
sesungguhnya merupakan kristalisasi dari watak kebangsaan Indonesia yang mengedepankan
gotong-royong sebagai titik pijak pembangunannya.
Dengan adanya materi tersebut, peserta diharapkan memahami system perekonomian dunia
dan Indonesia. Selain itu, peserta memahami sejarah perkembangan ekonomi Indonesia dan peserta
memahami nilai Marhaenisme dalam pengembangan ekonomi Indonesia. Metode yang digunakan
dalam penyajian materi adalah dengan ceramah, diskusi dan penugasan, dengan alokasi waktu 180
menit.

h. Reforma Agraria (Land Reform).


Kemerdekaan Republik Indonesia yang telah lebih dari setengah abad ternyata
menyisakan konflik-konflik sosial, yang pada dasarnya adalah merupakan konflik agraria,
yaitu konflik memperebutkan sumber-sumber agraria (tanah, air, tanaman, tambang dan
sebagainya).
Bagi kader-kader GMNI, kebutuhan akan akan penguasaan pemahaman Reforma
Agraria (Land Reform) menjadi kebutuhan penting sebagai bahan kajian atas langkah-
langkah yang akan diambil GMNI baik secara individu kadernya maupun secara
organisatoris.  Tidak semua anggota GMNI mampu melakukan kajian komprehensif atas
Reforma Agraria (Land Reform) di Indonesia, terlebih ketika dibenturkan dengan jargon-
jargon Reforma Agraria (Land Reform) versi lain. Selain itu, kader GMNI belum mampu
mendorong pelaksanaan Reforma Agraria (Land Reform).
Dengan adanya materi tersebut diharapakan peserta memahamai dasar dan konsep-
konsep dalam mengimplementasikan Reforma Agraria (Land Reform), memahamai
pengertian, tujuan dan prinsip-prinsip Reforma Agraria (Land Reform), landasan filosofi dan
konstitusional Reforma Agraria (Land Reform), tantangan dalam mengimplementasikan
Reforma Agraria (Land Reform), operasionalisasi dan tahapan Reforma Agraria (Land
Reform),  prospek Reforma Agraria (Land Reform). Metode yang digunakan dalam penyajian
materi adalah dengan ceramah, diskusi, penugasan dan evaluasi. Alokasi waktu adalah 180
menit.

i. Negara Maritim Indonesia


Bung Karno selaki presiden pertama Republik Indonesia selalu terkumandang
semangat maritim. Salah satu statement Bung Karno pada National Maritime Convention
(NMC) 1963 adalah “Untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat,
negara makmur, negara damai yang merupakan national building bagi negara Indonesia.
Maka negara dapat menjadi kuat jika dapat menguasai lautan. Untuk menguasai lautan kita
harus menguasai armada yang seimbang”.
Pernyataan Bung Karno tersebut bukan tanpa alas an karena sejak zaman kerajaan-
kerajaan jauh sebelum Indonesia merdeka, semangat maritim sudah menggelora di bumi
pertiwi tercinta ini, bahkan beberapa kerajaan zaman itu mampu menguasai lautan dengan
armada perang dan dagang yang besar. Namun semangat maritim tersebut menjadi luntur
tatkala Indonesia mengalami penjajahan oleh pemerintah kolonial belanda. Pola hidup dan
orientasi bangsa “dibelokkan” dari orientasi maritime ke orientasi agraris (darat).
Kondisi hilangnya orientasi pembangunan maritim bangsa Indonesia semakin jauh
tatkala memasuki era Orde Baru, kebijakan pembangunan nasional lebih diarahkan ke
pembangunan berbasis daratan (land based oriented development) yang dikenal dengan
agraris, bahakan dengan bangga indonesia didelaksikan sebagai negara agraris penghasil
produk rempah-rempah dan produksi pertanian yang spektakuler. Kebijakan Orde Baru ini
sejalan dengan perlakuan pemerintah kolonial Belanda saat menjajah bangsa Indonesia.
Kondisi demikian tentunya menjadi tantangan bagi kader-kader GMNI untuk lebih tertantang
menjawab persoalan kebangsaan khususnya pemahaman mengenai Negara Maritim Indonesia demi
kemajuan bangsa dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Dengan adanya materi tersebut diharapakan peserta memahami materi dasar dan konsep
Negara maritim, landasan historis dan yuridis Negara maritim, peluang dan tantangan Indonesia
sebagai Negara maritim, pembangunan nasional yang berorientasi Negara maritim, strategi 
membangun Negara maritim Indonesia dalam perspektif Trisakti Bung Karno. Metode yang digunakan
dalam penyajian materi adalah dengan ceramah, diskusi, penugasan dan evaluasi. Alokasi waktu
adalah 180 menit.

j. Hubungan dan Diplomasi  Internasional


Salah satu pesan ideologis yang menjadi amanat kaum nasionalis Indonesia, bahwa
nasionalisme dapat tumbuh subur dalam taman sarinya internasionalisme. Langkah konkrit yang
dapat ditempuh bangsa Indonesia adalah membangun komunikasi-komunikasi internasional dengan
bangsa-bangsa lain dengan dasar peri kemanusiaan serta turut menjaga ketertiban dunia. Dasar
hubungan dan diplomasi pada sisi yang lain adalah kesadaran bahwa eksistensi bangsa Indonesia
tidak dapat dipisahkan dari keberadaan bangsa-bangsa lain.
Bagi kader-kader GMNI, kebutuhan akan metode-metode komunikasi internasional menjadi
kebutuhan penting sebagai bahan kajian atas langkah-langkah politik luar negeri bebas aktif dalam
menata hubungan dengan bangsa-bangsa. Tidak semua anggota GMNI mampu melakukan kajian
komprehensif atas fakta hubungan internasional bangsa Indonesia, terlebih ketika dikomparasikan
dengan idiologi yang dianut. Selain itu, kader GMNI belum mampu melaksanakan hubungan dan
diplomasi internasional.
Dengan adanya materi tersebut diharapakan peserta memahamai dasar dan konsep-konsep
dalam membangun hubungan dan diplomasi internasional, memahamai tentang pentingnya
membangun hubungan dan diplomasi internasional. Selain itu, peserta dapat melakukan analisa
terhadap kebijakan Negara dalam membangun hubungan dan diplomasi internasional. Dan peserta
diharapkan memiliki gambaran strategi yang digunakan dalam membina hubungan internasional.
Lebih lanjut, peserta dapat membangun hubungan dan diplomasi internasional serta dapat
mengaplikasikan dan mengaktualisasikan marhaenisme sebuah asas dalam membangun hubungan
internasional. Metode yang digunakan dalam penyajian materi adalah dengan ceramah, diskusi,
penugasan dan evaluasi. Alokasi waktu adalah 180 menit.

KADERISASI TINGKAT PELOPOR


(KTP)

A.    PETUNJUK PELAKSANA DAN PETUNJUK TEKNIS


1. Pelaksana
         pelaksanaan Kaderisasi Tingkat Pelopor (KTP) adalah wilayah Presidium GMNI
         KTP dilaksanakan minimal satu kali dalam satu periode kepengurusan Presidium GMNI
         KTP dilaksanakan oleh sebuah kepanitiaan yang dibentuk dan disahkan oleh Presidium GMNI

2. Teknis Pelaksanaan
         Waktu pelaksanaan Kaderisasi Tingkat Pelopor minimal lima hari dan maksimal tujuh hari
         Peserta KTP adalah para kader tingkat menengah yang memenuhi Syarat Kecakapan Tingkat
Pelopor (SKTP)
         Peserta minimal dalam melaksanakan KTP adalah 10 (sepuluh) orang
         Pembicara dalam KTP adalah Presidium GMNI dan atau guru kader yang ditunjuk oleh Presidium
GMNI
         Setelah proses KTP selesai maka para peserta akan diberikan satu tugas khusus yang bersifat
rahasia dari Presidium GMNI sebagai bentuk dari materi lapangan
         Waktu pelaksanaan materi lapangan KTP minimal 2 minggu
         Proses upacara pembukaan dan penutupan KTP dilakukan oleh Presidium

B.     KRITERIA PENILAIAN
         Peserta KTP adalah yang peserta telah lulus KTM
         Evaluasi peserta KTP dilaksanakan oleh Presidium dengan memperhatikan saran dan masukan dari
kepanitiaan KTP

         Evaluasi peserta KTP dilakukan selambat-lambatnya 2 minggu setelah materi lapangan selesai
dilaksanakan.
No. Kriteria Penilaian (%)
2 Kehadiran (absensi) peserta dalam materi KTP 40
3 Keaktifan peseta dalam forum KTP 10
4 Sikap dan perilaku (attitude) peserta dalam mengikuti KTP 10
7 Tugas materi lapangan (praktek lapangan) 40
Total 100
         Peserta KTP yang berhak dinyatakan lulus adalah yang mendapatkan penilaian minimal 75%
         Peserta KTP yang tidak lulus dapat mengikuti KTP yang diselenggarakan selanjutnya

C.    PENGESAHAN DAN PELANTIKAN


         Presidium berwenang melakukan seleksi terhadap para peserta KTP
         Pengesahan dan pelantikan para peserta yang telah mengikuti KTP menjadi kader pelopor GMNI
sepenuhnya menjadi wewenang Presidium berdasarkan hasil evaluasi keseluruhan.

D.    SYARAT KECAKAPAN TINGKAT PELOPOR


Syarat Kecakapan Tingkat Pelopor (SKTP) adalah persyaratan yang harus dipenuhi kader
tingkat menengah untuk menjadi peserta KTP. Yang menjadi penguji (yang mengevaluasi) SKTP
adalah Pengurus Presidium GMNI atau pengurus Korda GMNI sebagai perpanjangan tangan
Presidium.

BAHAN BACAAN YANG DIWAJIBKAN DAN DIANJURKAN

BAHAN BACAAN WAJIB

1.      AD/ART GMNI berikut dengan penjelasannya


2.      Peraturan-peraturan keorganisasian lainnya berikut dengan penjelasannya.
3.      Pedoman organisasi GMNI
4.      Dibawah Bendera Revolusi Jilid I dan II
5.      Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (Biografi Sukarno oleh Cindy Adam’s)
6.      Pidato Lahirnya Pancasila
7.      Indonesia menggugat (Soekarno)
8.      Mencapai Indonesia merdeka (Soekarno)
9.      Buku Sarinah (Karya Sukarno)
10.  Tujuh Bahan Pokok Indroktinasi (Tubapi)
11.  Buku Amanat Penderitaan Rakyat
12.  Pokok-pokok pikiran Marhaenisme Bung Karno
13.  Pancasila Sebagai Dasar Negara (Soekarno)
14.  Pidato-pidato dan tulisan-tulisan (pemikiran) Bung Karno lainnya
15.  Sosialisme Indonesia (Ruslan Abdulgani)
16.  Materialisme-Dialektika-Logika/Medilog (Tan Malaka)
17.  Manifesto Communist (Karl Marx)
18.  Das Capital jilid I (Karl Marx)
19.  Das Capital Jilid II dan III (Fredrik Engels)
20.  Gymnastik Politik Nasionalis Radikal-Fluktuasi GMNI (Karya Bung Ahmad Suhawi)

ANJURAN BAHAN BACAAN


2.      Bahan Bacaan Anjuran Untuk Anggota
Untuk lebih memperdalam kajian dalam konteks pemahaman peserta pasca PPAB maka berikut
ini adalah bahan bacaan yang direkomendasikan untuk dibaca demi memperkuat pemahaman
ditingkat wacana para peserta
         Buku-buku tentang dasar-dasar manajemen organisasi
         Buku-buku tentang surat menyurat dan pengarsipan
         Biografi Sukarno (Lambert Giebels)
         Novel-novel perjuangan (Karya Pramudya Ananta Toer dan lain-lain)
         Buku tentang sejarah pergerakan (pemuda) di Indonesia
         Buku-buku pengantar filsafat
         Dan bacaan-bacaan lain yang direkomendasikan oleh pemateri dan atau penyelenggara kaderisasi

3.      Bahan Bacaan untuk Kader Tingkat Dasar


 Buku-buku tentang manajemen organisasi
 Buku-buku tentang model dan teknik serta karakter kepemimpinan
 Buku terkait problem solving and decision maker
 Buku-buku terkait analisa social
 Buku-buku terkait pengorganisasian massa
 Buku sejarah perang dunia I dan II
 Perang Eropa jilid I dan II (P.K Ojong)
 Buku-buku Otto Bauer
 Buku-buku Ernest Renan
 Buku-buku tokoh filsafat seperti Aristoteles, Plato, Sokrates dll.
 Buku-buku terkait filsafat Hegel
 Buku-buku terkait filsafat Feurbach
 Buku-buku terkait kajian Marxisme
 Buku-buku terkait kajian MDH
 Dan bacaan-bacaan lain yang direkomendasikan oleh pemateri atau penyelenggara
kaderisasi

4.      Bahan Bacaan Untuk Kader Menengah


 Buku / tulisan terkait strategi dan taktik perjuangan
 Buku yang mengupas pemikiran Adam Smith
 Buku-buku terkait sejarah pemikiran abad pertengahan dan Merkantilisme
 Etika Protestan (Max Weber)
 Negara dan Hegemoni (Antonio Gramsci)
 Buku-buku terkait pemikiran Lenin (Marxisme-Leninisme)
 Buku-buku terkait pemikiran tokoh-tokoh komunis lainnya
 Buku-buku terkait sejarah dan pemikiran Islam
 Buku-buku yang mengupas tentang Anarkisme
 Buku-buku yang mengupas tentang Postmodernisme
 Buku yang mengkaji tentang system politik di Indonesia
 Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (George Ritzer)
 Teori Sosiologi Modern (George Ritzer – Douglas J. Goodman)
 Buku-buku terkait model dan teknik pengorganisasian, reclaiming dan lain sebagainya
 Dan bacaan-bacaan lain yang direkomendasikan oleh pemateri dan atau penyelenggara
kaderisasi.

5.      Bahan Bacaan Untuk Kader Pelopor


 Buku - buku yang mengkaji Nekolim dan neolib
 Buku-buku yang mengupas peran MNC dan TNC
 Buku-buku yang mengupas varian-varian kapitalisme
 Ketergantungan dan keterbelakangan (Sritua Arif dan Sri Edi Swasono)
 Buku-buku yang mengupas kekuatan-kekuatan politik / pergerakan nasional
 Buku-buku yang mengupas pergerakan di dunia Internasional
 Buku-uku yang mengupas system kepemimpinan di Negara-negara lain
 Dan bacaan-bacaan lain yang direkomendasikan oleh pemateri dan atau penyelenggara
kaderisasi.

Anda mungkin juga menyukai