Anda di halaman 1dari 12

Mekanisme Kerja Ginjal yang dapat Menyebabkan Ureterolitiasis

Yusel Aqzha Lusmin (102016067) Alexander Zethiawan Bang (2017083) Gabriel M


(102017214) Winny Marfika Bittikaka (102016079) Sheila Natalia (102017033)
Devina Chryssanti (102017061) Ni Wayan Pradnyani (102017121) Theresa Juliet
(102017182)
Kelompok C7
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510

Abstrak
Saluran urin terdiri dari ginjal, ureter, vesica urinaria, dan uretra. Ginjal memproduksi
urin dengan mekanisme kerja ginjal glumerular filtration, tubules reabsorbtion, dan
tubule secretion. Ureter mengalirkan urin hasil dar ginjal ke vesica urinaria yang
merupakan tempa penampungan sementara urin. Uretra mengeluarkan urin dari vesica
urinaria ke luar tubuh. Urin yang diproduksi di ginjal adalah dari darah yang
mengalami proses diginjal sampai menjadi urin dan urin normal memiliki kandungan
yang berbeda dengan kandungan dalam darah.
Kata kunci: Saluran urin, mekanisme kerja ginjal, komposisi urin

Abstract
Urine tract composed by kidney, ureter, urinary bladder, and urethra. Kidneys
produces urine with the mechanism of kidneys, glumerular filtration, tubules
reabsorbtion, and tubule secretion. Ureter drain urine from kidney to vesica urinaria,
a place for temporary storage for urine. Urehtra excrete urine from the urinary
bladder to the outside of the body. Urine produced in kidneys are from blood that
have processed in the kidneys to become urine and normal urine have different
composition than the composition of the blood.
Key words: urin tract, kidneys mechanism, urine composition

Pendahuluan
Sistem urinal adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia yang meliputi
ginjal dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersikan tubuh dari zat - zat
yang tidak diperlukan. Zat yang diolah oleh sistem ini selalu berupa sesuatu yang
larut dalam air. Dalam makalah ini, akan dibahas struktur dari sistem urinaria yang
meliputi struktur anatomi maupun histologi, mekanisme pembembentukan urine, serta
mekanisme keseimbangan asam basa.

Struktur Makroskopis Ginjal


Ginjal terletak retroperitonial, yaitu diantara peritonium perietale dan fascia
transversa abdomius, pada sebelah kanan dan kiri coloumna vertebrals. Ginjal sinistra
terletak setinggi costa XI atau vertebra lumbal 2-3, sedangkan ginjal dextra terletak
setinggi costa XII atau vertebra lumbal 3-4.1
Ginjal berbentu seperti kacang dan memiliki dua extremitas yaitu extremitas
superior dan inferior. Extremitas superior ditempati glanula suprarenalis yang
dipisahkan oleh lemak parirenalis. Selain itu ginjal memiliki dua margo yaitu margo
medialis yang berbentuk konkaf dan pada margo ini terdapat pintu masuk pembuluh-
pembuluh darah a. Renalis, v.renalis, dan ureter yang disebut hilus renalis,
sedangkan margo lateralis yang berbentuk konveks. Hilus renalis membuka membuka
dalam suatu ruangan yang disebut sinus renalis yang berisi pelvis renalis.1
Ginjal juga memiliki dua fascies yaitu fascies anterior yang berbentuk cembung
dan fascies posterior yang agak datar.2
Ginjal dilapisi oleh tiga lapisan sebagai berikut:2
1. Capsula fibrosa, meliputi ginjal dan melekat erat pada permukaan luar ginjal.
2. Capsula adiposa, lemak yang meliputi capsula fibrosa
3. Fascia renalis merupakan kondensasi dari jaringan ikat yang terletak diluar
capsula adiposa dan meliputi ginjal serta glanula supra renalis. Dilateral fascia ini
melanjutkan diri sebagai fascia transversalis.
4. Capsula adiposum pararenale, terletak pada lapisan paling luar dan sering
didapatkan dalam jumlah yang besar. Lemak ini membentuk sebagian lemak
peritonial. Capsula adiposa, fascia renalis, dan corpus adiposum pararenale
menyokong dan memfiksasi ginjal pada posisinya di dinding posterior abdomen.

Ginjal terdiri dari bagian korteks renalis dan medula renalis. Pada bagaian koeteks
terdiri dari glomelurus dan pembuluh darah.3
Glomelurus bersama dengan kapsula bowman berada didalam korpus malpighi
yang akan mendapat suplai darah dari Aa. Aferen dan setelah darah mengalami filtrasi
akan keluar dari korpus malpighi melalui Aa. Eferen ke bagian medula renalis bagian
papila renalis.2,3
Di bagian medula renalis terdapat bagunan berupa pyramid renalis setelah itu akan
bermuara ke calyx minor dan beberapa calyx minor membentuk calyx mayor
selanjutnya menjadi perlvis renalis dan kemudian ureter.

Gambar 1. Makroskopis Ginjal

Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unitpembentuk


urin.Setiap nefron memiliki satu komponen vaskular (kapiler) dan satukomponen
tubular.2
a. Glomerulus adalah gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel
berdindingganda yang disebut kapsula Bowman. Glomerulus dan kapsul Bowman
bersama-sama membentuk sebuah korpuskel ginjal.Lapisan viseral kapsul
Bowman adalah lapisan internal epitelium.Sel-sel lapisanviseral dimodifikasi
menjadi podosit (sel seperti kaki) yaitu sel-sel epitel khususdisekitar kapiler
glomerular.Setiap sel podosit melekat pada permukaan luarkapiler glomerular
melalui beberapa processus primerpanjang yang mengandungproccesus sekunder
yang disebut proccesus kaki atau pedikel (kaki kecil).Pedikelberinterdigitasi
(saling mengunci) dengan proccesus yang sama dari podosittetangga. Ruang
sempit antara pedikel-pedikel yang berinterdigitasi disebutfiltration slits (pori-pori
dari celah) yang lebarnya sekitar 25 nm. Setiap pori dilapisi selapis membran tipis
yang memungkinkan aliran beberapa molekul danmenahan aliran molekul
lainnya.Barier filtrasi glomerular adalah barier yangmemisahkan darah dalam
kapiler glomerular dari ruang dalam kapsul Bowman.Barrier ini terdiri dari
endotelium kapiler, membran dasar (lamina basalis) kapiler,dan filtration slit.
Lapisan parietal kapsula Bowman membentuk tepi terluar korpuskel
ginjal.Padakutub vaskular korpuskel ginjal, arteriola aferen masuk ke glomerulus
dan arterioleferen keluar dari glomerulus.Pada kutub urinarius korpuskel ginjal,
glomerulus memfiltrasi aliran yang masuk ke tubulus kontortus proksimal.
b. Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat
berliku.Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel
epithelial kuboid yang kaya akan mikrovilus (brush border) dan memperluas
areapermukaan lumen.
c. Ansa Henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai descenden
ansaHenle yang masuk ke dalam medula, membentuk lengkungan jepit yang
tajam(lekukan), dan membalik ke atas membentuk tungkai ascendens ansa
Henle.Nefron korteks terletak di bagian terluar korteks. Nefron ini
memilikilekukan pendek yang memanjang ke sepertiga bagian atas
medula.Nefronjuxtamedular terletak di dekat medula.Nefron ini memiliki lengkung
panjangyang menjulur ke dalam piramida medula.
d. Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm
danmembentuk segmen terakhir nefron. Di sepanjang jalurnya, tubulus
inibersentuhan dengan dinding arteriol aferen.Bagian tubulus yang
bersentuhandengan arteriol mengandung sel-sel termodifikasi yang disebut makula
densa.Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi
olehpenurunan ion natrium.Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan
maculadensa mengandung sel-sel otot polos yang termodifikasi disebut
seljuxtaglomerular.Sel ini distimulasi melalui penurunan tekanan darah
untukmemproduksi renin. Macula densa, sel juxtaglomerular, dan sel mesangium
salingbekerja sama membentuk aparatus juxtaglomerular yang penting
dalampengaturan tekanan darah.
e. Tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul berdesenden
dikorteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus
distal. Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus.Duktus
pengumpul membentuk tuba yang lebih besar dan mengalirkan urin kedalam kaliks
minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis renis melalui kaliksmajor. Dari
pelvis ginjal, urin dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandungkemih.2

Ginjal diperdarahi oleh A. Renalis yang mrupakan cabang dari aorta abdominalis
setinggi vertebra lumbal 1-2. A. Renalis masuk ke ginjal melalui hilus renalis dan
bercabang dua menjadi bagian depan yang mengurusi ginjal bagian depan dan lebih
panjang, dan yang lainnya ke belakang ginjal mengurus ginjal bagian belakang.1,3
A.Renalis depan dan belakang akan bertemu membentuk garis tengah ginjal.
Apabila dibelah A. Renalis bercabang lai dan berjalan diantara lobulus ginjal yang
disebut A. Interlobular selanjutnya pada perbatasan antara kotex dan medula terdapat
A. Arcuata yang akan bercabang menjadi A. Interlobularis berjalan sampai tepi ginjal
lalu mempercabangkan diri menjadi Vassa afferent. 1 Pembuluh balik ginjal dimulai
dari vassa effrent lalu ke V. Interlobularis, V. Arcuata, V. interlobaris masuk kedalam
V. Renalis lalu bermuara ke V. Cava inferior.2,3

Gambar 2. Vaskularisasi Ginjal

Struktur Mikroskopis Ginjal


1. Ginjal
a. Glomerulus
Bentuknya khas bundar dengan warna yang lebih tua dari sekitarnya
karena sel-selnya tersusun lebih padat. Paling luar diliputi epitel selapis
gepeng dan disebut kapsula bowman lapis parietal. Di bawah kapsula
bowman lapis parietal terdapat ruangan kosong yang dalam keadaan
hidup terisi cairan ultrafiltrat.4
b. Tubulus Kontortus Proksimal
Saluran ini selalu terpotong dalam berbagai potongan karena jalannya
yang berkelok-kelok. Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid
dengan batas-batas sel yang sukar dilihat. Inti sel juga bulat dan sedikit
, tetapi bila diperhatikan jarak antara inti sel yang berjauhan satu sama
lain. Sitoplasmanya berwarna asidofil (merah). Permukaan sel
menghadap lumen mempunyai jumbai (brush border).4,5
c. Tubulus Kontortus Distal
Sama seperti yang proksimal, saluran ini selalu terpotong dalam
berbagai arah. Disusun oleh selapis kuboid yang batas-batas antar
selnya agak lebih jelas dibandingkan yang proksimal. Inti sel juga
bulat dan berwarna biru, tetapi bila diperhatikan, jarak antara inti sel
yang bersebelahan agak berdekatan satu sama lain. Sitoplasmanya
kelihatan basofil (kebiruan) dan permukaan sel yang menghadap lumen
tidak mempunyai jumbai (brush border).4
d. Tubulus Rektus Proksimal
Penampilannya mirip tubulus kontortus proksimal, tetapi garis
tengahnya lebih kecil.5
e. Tubulus Rektus Distal
Penampilannya mirip tubulus kontortus distal, tetapi garis tengahnya
lebih kecil.
f. Ansa Henle
Penampilannya mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya lebih
trbal sedikit sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu
didalam lumennya tidak terdapat sel-sel darah. 4,5
g. Duktus Koligen
Gambarannya mirip tubulus kontortus distal, tetapi batas-batas sel
epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat.
h. Duktus papilaris
Epitel silindris, letaknya di papila renalis

Gambar 3. Korteks dan Medula Ginjal

Mekanisme Kerja Ginjal


Filtrasi Glomerulus
Filtrat glomerulus terbentuk sewaktu sebagian plasma yang mengalir melalui
tiap-tiap glomerulus terdorong secara pasif oleh tekanan yang menembus membrane
glomerulus untuk masuk ke dalam lumen kapsul Bowman di bawahnya. Tekanan
filtrasi yang memicu filtrasi ditimbulkan oleh ketidakseimbangan dalam gaya-gaya
fisik yang bekerja pada membrane glomerulus. Terdapat tiga tekanan yang berperan
dalam filtrasi glomerulus yaitu tekanan hidosrtatik kapiler, tekanan onkotik plasma,
dan tekanan hidrostatik kapsula bowman. Penjelasan ini masing-masing tekanan
adalah sebagai berikut. Tekanan hidrostatik kapiler darah, merupakan tekanan utama
yang mendorong terjadinya filtrasi, tekanan ini diperkirakan sekitar 55mmHg.
Tekanan ini bersifat mendorong plasma dari kapiler glomerulus ke ruang bowman.
Tekanan onkotik kapiler, yang merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh kepekatan
protein, tekanan ini sifatnya menarik air, besarnya sekitar 30 mmHg. Sehingga
menarik plasma dari ruang bowman ke kapiler glomerulus. Tekanan onkotik tidak ada
pada kapsula bowman karena di dalam ruang bowman tidak terdapat protein. Sebab
protein tidak dapat menembus kapiler glomerulus ketika difiltrasi. Tekanan
hidrostatik kapsula bowman, merupakan tekanan yang sama seperti tekanan
hidrostatik kapiler, namun sifatnya mendorong plasma dari kapsula bowman ke
kapiler glomerulus. Tekanan ini berkisar sebesar 15mmHg. Maka resultan dari ketiga
tekanan tersebut sebesar 10 mmHg yang mendorong cairan dalam jumlah besar dari
darah menembus membrane glomerulus yang sangat permeable terhadap air dan zat
terlarut lainnya. Ini merupakan tekanan yang menimbulkan adanya filtrasi, dan laju
filtrasi ini biasa disebut sebagai GFR (Glomerulus Filration Rate) atau Laju Filtrasi
Glomerulus. 6

Gambar 4. Proses Filtrasi

GFR dapat secara sengaja diubah dengan mengubah tekanan darah kapiler
glomerulus sebagai hasil dari pengaruh simpatis pada arteriol aferen. Vasokonstriksi
arteriol aferen meningkatkan aliran darah ke glomerulus, sehingga tekanan darah
glomerulus meningkat dan GFR juga meningkat. Sebaliknya, vasodilatasi arteriol
aferen menurunkan aliran darah glomerulus dan GFR. Kontrol simpatis atas GFR
merupakan bagian dari respons reflex baroreseptor untuk mengkompensasi perubahan
tekanan darah arteri. Jika GFR berubah, jumlah cairan yang keluar melalui urin juga
berubah, sehingga volume plasma dapat diatur sesuai kebutuhan untuk membantu
memulihkan tekanan darah ke normal dalam jangka-panjang.7
Jika terjadi perubahan tekanan darah sistemik, maka akan terjadi perubahan
pula pada tonus arteiol aferen. Akan tetapi tekanan hidrostatik kapiler tetap. Itu
disebabkan adanya pengaturan yang disebut autoregulasi yang dipengaruhi oleh dua
faktor internal yaitu, mekanisme miogenik, dimana otot polos vaskular arteriol
berkontraksi secara inheren sebagai respon terhadap peregangan yang menyertai
peningkatan tekanan di dalam pembuluh. Karena itu arteriol aferen akan berkonstriksi
ketika teregang karena peningkatan tekanan darah arteri sehingga respon ini
membantu membatasi aliran darah ke dalam glomerulus dalam jumlah normal.
Sebaliknya relaksasi inheren arteriol aferen yang tidak teregang ketika tekanan
dipembuluh darah berkurang yang meningkatkan aliran darah ke dalam glomerulus
meskipun tekanan darah turun. Tubuloglomerular feedback jika terjadi penurunan
tekanan arteri akan menurunkan GFR. Karena GFR menurun, durasi reabsorbsi
menjadi lebih lama daripada biasanya diakibatkan karena tekanan arteri yang kurang.
Lamanya durasi reabsorbsi membuat filtrat mengandung banyak Na+ dan membuat
kadar Na+ pada tubulus proximal semakin sedikit. Sedikitnya Na+ dideteksi oleh
macula densa dan kemudian mengaktifkan RAS (Renin Angiotensin Aldosteron) dan
pada akhirnya tekanan arteri, arus darah dan juga GFR kembali meningkat.
Autoregulasi diatur juga oleh sistem saraf intrinsic dan faktor-faktor humoral yaitu
angiotensin II merupakan vasokontriktor kuat, prostaglandin intrarenal merupakan
vasodilator potent, dan vasopressin dari hipofise posterior (ADH) yang aktif dalam
arteriol juxta.6,7

Reabsorbsi dan sekresi di tubulus proksimal


Di tubulus proksimal, terjadi reabsorbsi air sebanyak 65% dari air yang
terfilter dari glomerulus, Na+ dan K+, dan 100% dari glukosa dan asam amino yang
ikut masuk filtrat direabsorbsi di tubulus proksimal. 50% dari Cl -, 80-90% dari HCO3-,
50% urea, dan zat lainnya. Pada tubulus proksimal terjadi sekresi H + dan urea.
Kebanyakan zat yang diabsorbsi di tubulus proksimal melibatkan Na +. Na+ dapat
bergerak simport dan antiport. Pada keadaan normal, asam amino, glukosa, asam
laktat, dan zat nutrisi lainnya tidak ada dalam urin. Dan biasanya sudah direabsorbsi
di tubulus proksimal mengikuti Na+ simporter di membran apikal contohnya pada
reabsorpsi glukosa. 2 Na+ dan glukosa menempel pada protein simporter Na+-glucose
symporter yang membawa keduanya dari cairan tubulus ke sel tubulus dan glukosa
selanjutnya akan keluar ke pembuluh darah dengan difusi fasilitasi. Sedangkan pada
transport aktif sekunder lain, Na+-H+ antiporter membawa Na+ ke dalam sel tubulus
dan membawa H+ masuk ke dalam lumen tubulus. CO2 berdifusi dari pembuluh darah,
atau lumen tubulus, atau dari hasil metabolik sel tubulus. CO2 akan bereaksi dengan
H+ dengan bantuan enzim carbonic anhydrase membentuk H 2CO3 yang akan
terdisodiasi menjadi HCO3- dan H+. H+ akan masuk ke lumen tubulus sedangkan
HCO3- akan masuk ke pembuluh darah untuk menjadi buffer. H + yang masuk ke alam
lumen tubulus selanjutnya akan bereaksi dengan HCO3- yang masuk lewat filtrasi
sebelumnya dan membentuk H2CO3 dengan bantuan enzim carbonyc anhydrase, lalu
terdisosiasi menjadi H2O dan CO2, kemudian CO2 di lumen ini akan berdifusi ke sel
tubulus. Setiap H+ disekresi kedalam lumen tubulus, maka satu molekul HCO3- dan
Na+ akan direabsorbsi.7 Untuk lebih jelas mengenai reabsorbsi Na+, HCO3-, dan
sekresi H+ di tubulus proksimal. Reabsorbsi zat terlarut membuat gradien osmotik
yang mendukung reabsorbsi air secara osmosis. Pada tubulus proksimal terdapat
aquoporin I yang meningkatkan pergerakan air di membran apikal maupun membran
basolateral. Ketika air meninggalkan lumen tubular, konsentrasi zat terlarut
meningkat yang mengakibatkan gradien elektrokimia dari Cl -, K+, Ca2+, Mg2+, dan
urea menyebabkan difusi pasifnya ke kapiler. Diantara ion-ion tersebut yang paling
banyak adalah Cl- yang menyebabkan cairan interstitial menjadi lebih negatif daripada
pada lumen tubulus, yang mengakibatkan reabsorbsi kation secara pasif paraseluler
contohnya K+, Ca2+,Mg2+.8

Reabsorbsi di lengkung henle


Pada saat di tubulus proksimal 65% air sudah di reabsorbsi, cairan kemudian
masuk ke lengkung henle dengan kecepatan 40-45 mL/min. kandungan urin di
lengkung henle sudah jauh berbeda dari di darah, karena komponen seperti glukosa,
asam amino sudah di reabsorbsi. Lengkung henle mereabsorbsi 15% air dari hasil
filtrat, 20-30% Na+ dan K+, 35% dari filtrat Cl-, 10-20% HCO3-, dan sedikit Ca2+ dan
Mg2+. Pada bagian ini reabsorbsi air tidak terjadi bersamaan dengan reabsorbsi zat
terarut karena perbedaan permeabel. Pada membran apikalnya pada bagian
ascendingnya yang tebal terdapat Na+-K+-2Cl- symporters yang memindahkan Na+,
K+, dan 2 Cl- dari cairan lumen tubulus. Na+ selanjutnya akan ditransport ke cairan
interstitial dan berdifusi ke pembuluh darah. Cl- bergerak melewati channel yang ada
pada membran basolateral lalu ke pembuluh darah. Karena banyak channel K + pada
membran apikal, K+ banyak yang kembali ke lumen tubulus.6,7
Reabsorbsi pada awal tubulus kontortus distal
Cairan yang masuk kesini memiliki laju 25 mL/min. karena 80% air sudah
direabsorbsi. Pada bagian ini air direabsorbsi 10-15%, dan Na + 5%, serta Cl- 5%.
Reabsorbsi Na+ dan Cl- terjadi karena Na+-Cl- simporter pada membran apikal. Cl-
akan keluar melalui channelnya di membran basolateral dan terjadi reabsorbsi Na +
dan Cl- ke pembuluh darah. Disini juga bagian dimana hormon paratiroid bekerja
menstimulasi reabsorbsi Ca2+. 7,8

Reabsorbsi dan sekresi pada tubulus distal bagian akhir


Pada bagian ini air yang direabsorbsi sudah mencapai 90-95% dari air yang
dari filtrat. Pada bagian ini ada sel principal dan intercalated. Sel principal
mereabsorbsi Na+ dan K+ sedangkan sel intercalated mereabsorbsi K+ dan HCO3- dan
mensekresi H+. pada bagian ini juga Na+ melewati membran apikal dari sel principal
lewat channel Na+ dan bukan lewat Na+ simporter atau antiporter. Na+ masuk ke
pembuluh darah dengan cara difusi karena saat keluar sudah didorong cukup kuat.
Pada bagian ini juga terjadi sekresi K + untuk menyeimbangkan kadar K+ dalam urin
karena pompa Na+-K+ pada membran basolateral membawa K+ ke dalam sel principal.
K+ masuk ke lumen tubulus lewat celah channelnya. Pada saat reabsorbsi disegmen
sebelumnya K+ sudah sangat rendah, jadi kebanyakan K+ yang ekskresi lewat urin
adalah dari sekresi pada bagian ini.6,8

Gambar 5. Reabsorbsi Na+ dan sekresi K+ di tubulus distal akhir

Keseimbangan cairan tubuh


Ginjal mengatur keseimbangan cairan ekstrasel karena akan berpengaruh juga
ke dalam keseimbangan cairan intrasel. Contohnya saja jika cairan ekstrasel kelebihan
(hipertonik) maka cairan intasel akan keluar menuju ekstrasel (karena sifat osmosis
cairan) sehingga lama kelamaan, sel akan mengkeriput dan mati sedangkan
sebaliknya jika terjadi penurunan jumlah cairan ekstrasel, maka cairan ekstrasel akan
masuk ke dalam intrasel menyebabkan sel menggelembung bahkan pecah . Ini
menandakan bahwa fungsi pengaturan keseimbangan cairan tubuh ginjal sangat
diperlukan oleh tubuh. Selain mengatur keseimbangan cairan tubuh, ginjal juga
berfungsi dalam mengatur keseimbangan asam-basa tubuh. Mekanisme terpenting
ginjal dalam melakukan tugasnya ini yaitu dengan meningkatkan atau menurunkan
reabsorbsi dari bikarbonat di tubulus.9
Urin yang dihasilkan dari ginjal memiliki kandungan 95% air dan 5% zat
terlarut dari volumenya. Pada keadaan normal, zat terlarut yang jumahnya paling
banyak adalah urea. Urin pada keadaan normal tidak mengandung glukosa, asam
amino, hemoglobin bebas, dan keton.9,10

Kesimpulan
Pada kasus didapati seorang laki- laki menderita ureterolitialisis dextra dimana
terjadi sumbatan pada bagian ureter kanan. Sumbatan tersebut terjadi karena terdapat
pengkristalan pada ginjal lalu terdorong oleh air ke arah diatal dan mencapai ureter.
Untuk kandungan urin pada pasien tersebut terdapat darah. Dimana seharusnya pada
urin normal tidak akan ditemukan darah. kandungan pada urin normal antara lain 95%
air dan 5% ammoniac, sulfat, pospat, klorida, magnesium, kalsium dan urea. Darah
pada urin disebabkan karena gesekan batu ginjal pada lumen ureter yang
menyebabkan iritasi pada dinding lumen.

Daftar Pustaka
1. Wibowo DS. Antomi Tubuh Manusia. Jakarta : Penerbit Grasindo; 2008. h.
98-105.
2. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy & physiology. 14th ed.
Hoboken: Wiley; 2014. p.992-1013
3. Sugiarto B. Fisiologi dan Anatomi modern untuk perawat. Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2008. h. 174-7.
4. Susilowati. Atlas berwarna histologi. Jakarta: Binarupa Aksara; 2012.h.127-
130.
5. Gartner LP, Jiatt JL. Buku ajar berwarna histologi. Edisi ke-3. Jakarta:
Saunders Elsevier; 2007.h.221-3.
6. Sherwood L. Sistem Kemih. Dalam: Fisiologi manusia dari sel ke system.
Edisi 6. Jakarta:EGC;2011.h.554-562,585,
7. Guyton AC. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.2008.h.346-55.
8. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.319-21.
9. Saladin KS. Human anatomy & physiology: the unity of form and function. 3 rd
ed. Bloomington: Mc Graw-Hill Education; 2004 p. 901-02
10. Sylvia A, Price. Fisiologi manusia untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta:
EGC; 2007.

Anda mungkin juga menyukai

  • Blok 27 Sken 2
    Blok 27 Sken 2
    Dokumen18 halaman
    Blok 27 Sken 2
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • BLOK 27 Sken 7
    BLOK 27 Sken 7
    Dokumen20 halaman
    BLOK 27 Sken 7
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • PBL B25 Sken 10
    PBL B25 Sken 10
    Dokumen13 halaman
    PBL B25 Sken 10
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Catatan PBL Blok26
    Catatan PBL Blok26
    Dokumen2 halaman
    Catatan PBL Blok26
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • PBL B24
    PBL B24
    Dokumen6 halaman
    PBL B24
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH Sken 5
    MAKALAH Sken 5
    Dokumen13 halaman
    MAKALAH Sken 5
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Sken10 Blok25
    Sken10 Blok25
    Dokumen22 halaman
    Sken10 Blok25
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • BLOK 27 Sken 4
    BLOK 27 Sken 4
    Dokumen20 halaman
    BLOK 27 Sken 4
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • GANGREN PASCA OPERASI
    GANGREN PASCA OPERASI
    Dokumen17 halaman
    GANGREN PASCA OPERASI
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Sken 10
    Sken 10
    Dokumen20 halaman
    Sken 10
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 26 Skenario 10
    PBL Blok 26 Skenario 10
    Dokumen16 halaman
    PBL Blok 26 Skenario 10
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • PBL 1 Kel b6
    PBL 1 Kel b6
    Dokumen4 halaman
    PBL 1 Kel b6
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Blok 10 Urogenital
    Blok 10 Urogenital
    Dokumen11 halaman
    Blok 10 Urogenital
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Sken10 Blok26
    Sken10 Blok26
    Dokumen25 halaman
    Sken10 Blok26
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Blok 10 Sken 2
    Blok 10 Sken 2
    Dokumen25 halaman
    Blok 10 Sken 2
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Sken 4
    Sken 4
    Dokumen20 halaman
    Sken 4
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Blok 10 Sken 2
    Blok 10 Sken 2
    Dokumen25 halaman
    Blok 10 Sken 2
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Sken 5
    Sken 5
    Dokumen22 halaman
    Sken 5
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • B3 Skenario 7
    B3 Skenario 7
    Dokumen15 halaman
    B3 Skenario 7
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Skenario 4 Blok 10
    Skenario 4 Blok 10
    Dokumen19 halaman
    Skenario 4 Blok 10
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • SKENARIO 4 Blok 10
    SKENARIO 4 Blok 10
    Dokumen21 halaman
    SKENARIO 4 Blok 10
    Anjas Prabowo
    Belum ada peringkat
  • B3 Skenario 7
    B3 Skenario 7
    Dokumen15 halaman
    B3 Skenario 7
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Blok 23 Sken8
    Blok 23 Sken8
    Dokumen21 halaman
    Blok 23 Sken8
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Sken 4 Blok 10
    Sken 4 Blok 10
    Dokumen13 halaman
    Sken 4 Blok 10
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Skenario 7 Blok 10
    Skenario 7 Blok 10
    Dokumen17 halaman
    Skenario 7 Blok 10
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Blok23 Sken 8
    Blok23 Sken 8
    Dokumen20 halaman
    Blok23 Sken 8
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Peran Ginjal Dalam Menjaga Keseimbangan Cairan Tubuh
    Peran Ginjal Dalam Menjaga Keseimbangan Cairan Tubuh
    Dokumen11 halaman
    Peran Ginjal Dalam Menjaga Keseimbangan Cairan Tubuh
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • PBL B10 Sken 2
     PBL B10 Sken 2
    Dokumen20 halaman
    PBL B10 Sken 2
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Blok 23 Sken8
    Blok 23 Sken8
    Dokumen22 halaman
    Blok 23 Sken8
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat
  • Sken 8 Blok 23
    Sken 8 Blok 23
    Dokumen21 halaman
    Sken 8 Blok 23
    Chearin Dhea S
    Belum ada peringkat