Anda di halaman 1dari 85

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH

Mata Kuliah : Keperawatan Dasar

Dosen Pembimbing : I Made Mertha, SKp.M.Kep

OLEH :

NI KOMANG AYU TRISNAWATI

NIM: P07120120030

KELAS I.1

D III KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KEMENKES RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2020 / 2021

BAB I PENDAHULUAN

Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial
(Sukarmin, 2009). Kejang demam di masyarakat lebih dikenal dengan istilah step.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering terjadi pada anak, 1 dari 25
anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih
berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem
kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna (Harjaningrum, 2011).

Kejang demam terjadi 5% pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, dipicu demam
tinggi dengan kenaikan suhu yang cepat. Gejala kejang demam tampak seperti
gerakan–gerakan diseluruh tangan dan kaki yang terjadi dalam waktu yang sangat
singkat, umumnya kurang dari 15 menit. Biasanya terjadi pada hari pertama demam,
dan terjadi sekali dalam 24 jam. Kejang demam memiliki manifestasi klinis yang
berbeda dengan epilepsi (Suririnah, 2009).

Menurut Tejani (2008), hingga saat ini sekitar 2% - 5% anak di Ameria Serikat
menderita kejang demam pada hari kelima kelahiran dan sekitar sepertiganya berulang
minimal sekali. Angka yang sama dari kejang demam di Amerika Serikat juga
ditemukan di Eropa Barat.

Di Indonesia, Kejang demam terjadi 2% - 4% pada anak berumur 6 bulan sampai


5 tahun. Dari semua kasus kejang demam, sekitar 80% merupakan kejang
demam sederhana dan 20% kejang demam kompleks (Wulandari, Anugroho,
2012). Bedasarkan data yang didapatkan dari Medical Record Rumah Sakit Islam
Cempaka Putih Jakarta Pusat, terhitung dari bulan April sampai Mei 2016,
mencapai 24 anak yang dirawat dengan kejang demam, dengan perbedaan laki-
laki 17 anak dan perempuan 7 anak. Hal ini sama seperti penelitian Anurogo
yang mengatakan bahwa anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam
dibandingkan dengan anak wanita.

Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial
orang tua khususnya ibu, karena akan menyebabkan stress dan rasa cemas yang
luar biasa. Bahkan, sebagian orang tua memiliki anggapan anak dapat meninggal
akibat kejang. Ibu panik ketika anak demam dan melakukan kesalahan dalam
mengatasi demam dan komplikasinya. Kesalahan yang dilakukan ibu salah
satunya disebabkan karena kurang pengetahuan dalam penanganan pada masa
akut. Memberikan informasi kepada ibu tentang hubungan demam dan kejang
merupakan hal yang penting untuk menghilangkan stress dan cemas mereka
(Hazaveh, 2011).

Adapun pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan kejang demam yang
terganggu adalah kebutuhan fisiologis yang meliputi oksigenasi dengan masalah
obstruksi jalan napas dan resiko aspirasi. Kebutuhan rasa aman nyaman dengan
masalah resiko cedera dan resiko kejang berulang.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibutuhkan perawatan yang cepat dan
tepat. Sebagai seorang perawat penulis juga memberikan pelayanan
kesehatan yang komprehensif melalui 4 upaya kesehatan yang meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dapat diberian
dengan cara mempertahankan daya tahan tubuh anak agar tidak mudah terkena
infeksi, dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi seimbang dan
menyiapkan kondisi lingkungan yang sehat.

Upaya preventif, perawat mencegah untuk terjadinya demam berlanjut menjadi


kejang dengan menginformasikan kepada ibu memberikan pendidikan kesehatan
tentang upaya pencegahan penyakit kejang demam. Upaya kuratif, dilakukan
dengan 2 metode yaitu tindakan mandiri dan tindakan kolaboratif. Tindakan
mandiri dengan melakukan kompres, mencegah resiko cedera, resiko aspirasi,
menganjurkan keluarga untuk menyediakan obat antikonvulsan. Serta tindakan
kolaboratif dengan memberikan obat antipiretik dan antikonvulsan. Serta upaya
rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi anak dengan
menghilangkan gejala sisa kejang dan menganjurkan orang tua agar tetap
kontrol kembali anak ke rumah sakit secara teratur dan saat di rumah jika
mengetahui suhu tubuh anak meningkat segera beri obat penurun panas
dan mengompresnya.

Bedasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk membahas bagaimana


“Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An R
dengan Kejang Demam di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Jakarta Pusat”.

A. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
selama 3 hari diharapkan penulis mendapatkan gambaran dan pengalaman
yang nyata dalam memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan
kejang demam melalui proses pendekatan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan Asuhan keperawatan melalui proses pendekatan
keperawatan diharapkan penulis :
a. Mampu melakukan pengkajian secara komperhensif baik biologis,
psikologis, sosial, spiritual maupun kultural pada anak dengan kejang
demam.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada anak dengan kejang
demam.
c. Mampu membuat Rencana Keperawatan pada anak dengan kejang demam.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dengan kejang
demam.
e. Mampu melaksanakan Evaluasi proses maupun Evaluasi hasil pada anak
dengan kejang demam.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
dalam praktek.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat
serta dapat mencari solusi atau alternatife pemecahan masalah pada anak
dengan kejang demam.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan Pemenuhan kebutuhan dasar
pada anak dengan Kejang demam.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibatasi hanya pada satu kasus,
yaitu “Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan dasar pada An.
R dengan Kejang Demam di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka
Putih Jakarta Pusat”, yang dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 30 Mei
2016-01 Juni 2016.
C. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah
studi kepustakaan dan metode deskriptif, yaitu metode yang mempelajari,
menganalisa dan menarik kesimpulan dari hasil pengalaman secara nyata dalam
memberikan Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan
membandingkan dengan hasil studi kepustakaan.
Adapun data yang diperoleh adalah dengan menggunakan teknik sebagai berikut
:
1. Studi kepustakaan
Suatu kegiatan untuk memperoleh data dengan cara mempelajari buku-buku
dan literatur yang berhubungan dengan Asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan kejang demam
2. Studi kasus
a. Observasi: observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien yang
bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan dan keperawatan serta hasil
dari tindakan yang dilakukan.
b. Wawancara: wawancara dan diskusi dengan klien, keluarga klien,
perawat, dokter dan petugas kesehatan lain yang terkait.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis


A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
B. Konsep dasar terdiri dari: Pengertian, Etiologi, patofisiologi,
klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi dan
penatalaksanaan.
C. Konsep Tumbuh Kembang
D. Konsep Dampak Hospitalisasi
E. Konsep asuhan keperawatan meliputi pendekatan proses
keperawatan meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Bab III : Tinjauan Kasus


Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan pada anak dengan
Kejang demam yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan kasus.
Bab IV : Pembahasan
Membahas kesenjangan yang terjadi antara BAB II dan BAB III
Meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi sesuai dengan kasus.

Bab V : Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran
A. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan pada
anak dengan Kejang demam mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Saran
Berisi tentang usulan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan
Kejang demam untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai konsep dasar kebutuhan dasar manusia dan
konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam serta membahas tentang dampak hospitalisasi dan konsep tumbuh kembang pada
anak. Adapun uraian tersebut sebagai berikut:

A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1. Menurut Abraham Maslow, manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus
dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun
psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting,
bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu
sendiri. Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika
mengembangkan teori tentang Kebutuhan Dasar Manusia yang lebih dikenal
dengan Kebutuhan Dasar Manusia Maslow (Wolf, Lu Verne, dkk, 1984).
Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni :
a. Kebutuhan Fisiologis, memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow.
Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum
terpenuhi akan lebih memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan
kebutuhan yang lain. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu :
1) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas.
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit.
3) Kebutuhan makanan.
4) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi
5) Kebutuhan istirahat dan tidur
6) Kebutuhan aktivitas
7) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh
8) Kebutuhan seksual, kebutuhan ini tidak diperlukan untuk menjaga
kelangsungan hidup seseorang tetapi penting untuk mempertahankan
kelangsungan umat manusia.
b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman, yang dimaksud adalah aman
dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psiologis. Kebutuhan ini
meliputi :
1) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan
dan infeksi
2) Bebas dari rasa takut dan kecemasan
3) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing
c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki dan Dimiliki, kebutuhan ini meliputi :
1) Memberi dan menerima kasih sayang
2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
3) Kehangatan
4) Persahabatan
5) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta
lingkungan sosial
d. Kebutuhan Harga Diri, kebutuhan ini meliputi :
1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain
2) Kompeten
3) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri, kebutuhan ini meliputi :
1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi
diri)
2) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri
3) Tidak emosional
4) Mempunyai dedikasi yang tinggi
5) Kreatif
6) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya
2. Gangguan kebutuhan dasar pada anak dengan Kejang Demam
Pada anak dengan kejang demam kebutuhan dasar yang terganggu adalah:
a. Kebutuhan Fisiologis, pada anak dengan kejang demam salah satu kebutuhan
dasar yang terganggu adalah kebutuhan oksigenasi hal ini terjadi karena pada
saat kejang terjadi inkoordinasi atau ketidakmampuan untuk mengkoordinasi
tubuhnya sebagai akibat dari penurunan kesadaran, salah satu dampak dari
kondisi tersebut diatas dapat menyebabkan lidah anak jatuh kebelakang
sehingga terjadi obstruksi jalan napas sehingga menghambat suplai oksigen
keparu-paru. Masalah lain yang sering muncul adalah resiko aspirasi. Aspirasi
adalah suatu keadaan dimana masuknya benda asing pada saluran pernapasan
yang dapat mempengaruhi status oksigenasi. Hal ini terjadi karena anak
dengan kejang demam mengalami penurunan kemampuan untuk menelan.

b. Gangguan kebutuhan rasa aman nyaman pada anak dengan kejang demam
terjadi karena penurunan kesadaran dan ketidak mampuan anak untuk
mengontol dirinya seperti gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan
sehingga dapat menyebabkan resiko cedera seperti jatuh dari tempat tidur,
menjatuhkan barang-barang yang ada didekatnya, menggigit lidah, terkena
barang-barang yang bisa melukai. Pada masalah resiko kejang berulang juga
bisa terjadi akibat dari kurang pengetahuan orang tua dalam menangani anak
dengan kejang demam.

B. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat bayi atau anak yang
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam terjadi pada
usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia <
6 bulan atau > 3 tahun. Suhu tubuh yang tinggi dapat menimbulkan kejang, ada
anak yang mempunyai ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada
suhu 38°C sedangkan pada anak yang ambang kejang yang tinggi, kejang baru
terjadi pada suhu 40°C atau lebih (Pudiastuti, 2011).

Kejang demam adalah perubahan aktifitas motorik dan behaviour yang bersifat
paroksismal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik
abnormal diotak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagdo, 2011).

Kejang demam adalah kejang bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
suhu rektum (dubur) diatas 38°C. Kejang yang berhubungan dengan demam
(suhu diatas 38,4°C per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau
gangguan elektrolit akut (Anurogo, 2013).

Bedasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Kejang demam adalah
kejang yang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami
kenaikan suhu tubuh dari 38°C sampai 40°C tanpa adanya infeksi susunan saraf
pusat atau gangguan elektrolit akut.

2. Etiologi
Kejang demam disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial
atau ekstrakranium seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis. Penyakit virus
merupakan penyebab utama kejang demam. Kepustakaan terbaru menunjukan
keterlibatan human herpes simplex virus 6 (HHSV-6) sebagai penyebab
timbulnya roseola pada 20% dari sekelompok klien yang datang dengan kejang
demam mereka yang pertama. Genetik juga merupakan penyebab dari kejang
demam, kejang demam cenderung terjadi pada keluarga. Bila anak terkena
kejang demam maka resiko saudara kandungnya terkena adalah sebesar 10%.
Kemungkinan ini menjadi 50% jika orangtuanya pernah menderita kejang
demam (Anurogo, 2012).
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal
otak dan juga dapat terjadi karena keseimbangan asam basa atau elektrolit yang
terganggu. Kejang itu sendiri dapat juga menjadi manifestasi dari suatu penyakit
mendasar yang membahayakan (Pudiastuti, 2011).

Menurut pendapat NANDA (2015), kejang demam disebabkan oleh hipertemia


yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri.
Umunya berlangsung singkat dan mungkin terdapat predisposisi familial.
Beberapa kejadian kejang dapat berlanjut melewati masa anak-anak dan mungkin
dapat mengalami kejang non demam pada kehidupan selanjutnya. Beberapa
faktor risiko berulang kejang yaitu :
a. Riwayat kejang dalam keluarga
b. Usia kurang dari 18 bulan
c. Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum kejang
demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang
d. Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara mulainya
demam dengan kejang, maka semakin besar resiko kejang demam
berulang.
3. Patofisiologi

Infeksi pada bronkus, tonsil, telinga



Toksik mikroorganisme menyebar secara hematogen dan limfogen

Kenaikan suhu tubuh di hipotalamus dan jaringan lin (hipertermi)

Pelepasan mediator kimia oleh neuron seperti prostaglandin, epineprin

Peningkatan potensial membran

Peningkatan masukan ion natrium, ion kalium kedalam sel neuron
dengan cepat

Fase depolarisasi neuron dan otot dengan cepat

penurunan respon rangsangan luar spasme otot mulut,lidah,bronkus


↓ ↓
Resiko cedera Resiko penyempitan/penutupan jalan nafas

(Sukarmin, 2012)

4. Klasifikasi
Menurut NANDA (2015), kejang demam dibagi kedalam 2 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile sizure), merupakan kejang demam
dengan karateristik :
1) Kejang demam yang berlangsung singkat, umumnya berlangsung
<15 menit.
2) Tidak berulang dalam waktu 24 jam, atau hanya terjadi sekali dalam
24 jam.
3) Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, tanpa gerakan fokal.
4) Kejang ini tidak meningkatkan resiko kematian, kelumpuhan atau
retardasi mental. Pada akhir kejang diakhiri dengan suatu keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness).
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure), merupakan kejang demam
dengan karateristik :
1) Kejang demam berlangsung lama, lebih dari 15 menit.
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
3) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis kejang demam, menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012)
adalah sebagai berikut :
a. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38°C.
b. Timbulnya kejang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau akinetik.
Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun
tetapi beberapa saat kemudian anak akan tersadar kembali tanpa ada kelainan
persarafan.
c. Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.
d. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat
menurunnya curah jantung.
Sedangkan gejala kejang demam sesuai klasifikasinya menurut
NANDA (2015) adalah sebagai berikut:
Kejang Karateristik
Parsial Kesadaran utuh walaupun mungkin berubah,
fokus disatu bagian tetapi dapat menyebar
kebagian lain.
1. Parsial Sederhana  Dapat bersifat motorik (gerakan
abnormal unilateral), sensorik
(merasakan, membaul, mendengar
sesuatu yang abnormal), automik
(takikardia, bradikardia, takipneu,
kemerahan, rasa tidak enak di
epigastrium), psikik (disfagia,
gangguan daya ingat)
 Biasanya berlangsung kurang dari 1
menit.
2. Parsial kompleks Dimulai sebagai kejang parsial sederhana
berkembang menjadi perubahan kesadaran
yang disertai oleh:
 Gejala motorik, gejala sensorik,
otomatisme (mengecapkan bibir,
mengunyah, menarik-menarik baju)
 Beberapa kejang parsial kompleks
mungkin berkembang menjadi
kejang generalisata
 Biasanya berlangsung 1-3 menit.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kejang demam menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012)
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Penatalaksanaan di Rumah Sakit
Penatalaksanaan di Rumah Sakit dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
Pengobatan saat terjadi kejang
1) Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian:
a) 5 mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3 tahun.
b) 5 mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB >10 kg
c) 0,5-0,7 mg/kgBB/kali
2) Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5
mg/kgBB. Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg
per menit untuk menghindari depresi pernafasanan. Bila kejang berhenti
sebelum obat habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2
kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak
dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
3) Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
perlahan-lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50
mg IM dan pasang ventilator bila perlu.
Setelah kejang berhenti
Bila Kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan
dengan pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk
mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa :
1) Antipiretik
a) Parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping
berupa hiperdosis.
b) Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali.
2) Antikonvulsan
a) Berikan diazepam oral dosis 0.3-0.5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang.
b) Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari
Bila kejang berulang
Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan
dosis valproat 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosi, sedangkan fenbobarbital
3-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Indikasi untuk diberikan pengobatan
rumatan adalah :
1) Kejang lama 15 menit.
2) Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang misalnya hemiparise, cerebral palsy, hidrocefalus.
3) Kejang fokal.
4) Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsi.
b. Penatalaksanaan di Rumah
Karena penyakit kejang demam sulit diketahui kapan munculnya, maka orang
tua atau pengasuh anak perlu diberi bekal untuk memberikan tindakan awal
pada anak yang mengalami kejang demam. Tindakan awal itu antara lain :
1) Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke tempat yang aman
seperti dilantai yang diberi alas lunak tapi tipis, jauh dari benda-benda
berbahayas eperti gelas, pisau.
2) Posisi anak hiperekstensi pakaian dilonggarkan. Masukan sendok yang
dibalut dengan kain bersih kedalam mulut untuk mencegah lidah anak
tertekuk atau tergigit.
3) Ventilasi ruangan harus cukup. Jendela dan pintu dibuka supaya terjadi
pertugaran oksigen lingkungan.
4) Kalau memungkinkan sebaiknya orang tua atau pengasuh dirumah
menyediakan diazepam (melalui dokter keluarga) peranus sehingga saat
serangan kejang anak dapat segera diberikan. Dosis peranus 5 mg untuk
BB kurang dari 10 kg, kalau BB lebih dari 10 mg maka dapat diberikan
10 mg. Untuk dosis rat-rata pemberian peranus adalah 0,4-0,6 mg/KgBB.
5) Kalau beberapa kemudian tidak membaik atau tidak tersedianya
diazepam maka segera bawa anak kerumah sakit.

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kejang demam :
a. Retardasi Mental
b. Kerusakan jaringan otak

C. Konsep Tumbuh Kembang Anak (1-3 tahun)


Menurut Wong (2009), konsep tumbuh kembang anak pada usia 1-3 tahun (toddler)
adalah:
1. Pertumbuhan anak
Berat badan menambah sebanyak 2,2 kg/tahun, penambahan BB menurun secara
seimbang. Tinggi badan meningkat kira-kira 7,5 cm/tahun dan lingkar kepala
meningkat 2,5 cm/tahun.
2. Perkembangan motorik kasar
Melangkah dan berjalan dengan tegak. Pada usia sekitar 18 bulan, anak mampu
menaiki tangga dengan berpegangan dan pada akhir tahun kedua sudah mampu
berlari-lari kecil, menendang bola dan mulai mencoba melompat.
3. Perkembangan motorik halus
Ditandai dengan kekampuan anak untuk menyusun atau membuat menara kubus,
menggambr garis vertikal dan bentuk lingkaran.
4. Perkembangan bahasa
Ditandai dengan lebih banyaknya perbendaharaan kata yang dimiliki oleh anak,
kemampuan meniru, mengenal dan merespons orang lain. Selain itu anak juga
bisa mengkombinasi kata-kata dan melambaikan tangan.
5. Perkembangan adaptasi sosial
Ditandai dengan kemampuan anak untuk membantu kegiatan dirumah, menyuapi
boneka, menggosok gigi, mencoba memakai baju.
6. Perkembangan psikososial (Otonimi Vs Rasa Malu dan Ragu)
Belajar untuk asentif dalam mengekspresikan kebutuhan, keinginan, dan
kemauan. Anak mencari kesempatan dan aktivitas bermain, mencari perhatian
pemberi asuhan, belajar untuk berinteraksi.
7. Perkembangan oral (Tahap Prakonvensional)
Konsep toddler tentang benar dan salah terbatas, orang tua mempunyai pengaruh
signifikan terhadap perkembangan kesadran anak.
8. Perkembangan kepercayaan (Tahap Intuitif –Projektif)
Anak menirukan praktik dan sikap keagamaan.

D. Konsep Hospitalisasi Anak (1-3 tahun)


Menurut Wong (2009), konsep hospitalisasi pada anak dengan usia 1-3 tahun
(toddler) adalah sebagai berikut :
1. Reaksi terhadap penyakit
Toddler kurang mampu mendefinisikan konsep tentang citra tubuh, terutama
bahasa tubuh. Toddler bereaksi terhadap nyeri mirip dengan bayi, dan
pengalaman sebelumnya dapat mempengaruhi toddler dengan baik.
2. Reaksi terhadap hospitalisasi
a. Dalam berespon kejadian yang menegangkan, seperti hospitalisasi mekanisme
pertahanan primer toddler adalah regresi
b. Toddler juga dapat merasa kehilangan kendali berkaitan dengan keterbatasan
fisik, kehilangan rutinitas, ketergantungan, dan takut terhadap cedera atau
nyeri pada tubuh.
c. Perpisahan mempengaruhi kebanyakan toddler, yang menganggap tersebut
sebagai ditinggalkan. Hospitalisasi yang dapat meningkatkan ansietas
perpisahan, memiliki 3 fase:
1) Protes. Toddler secara verbal menagis kepada orang tua, menyerang orang
lain secara verbal atau fisik, berusaha untuk menemukan orang tua,
memegang orang tua erat-erat dan tidak dapat ditenangkan.
2) Putus asa. Toddler tidak tertarik dengan lingkungan dan permainan serta
menunjukkan sikap yang pasif, depresi, dan kehilangan nafsu makan.
3) Penolakan (penyangkalan). Toddler membuat keputusan yang dangkal dan
menunjukkan minat dengan jelas tetapi tetap menolak. Fase ini biasanya
terjadi setelah perpisahan dalam waktu lama dan jarang terlihat pada anak
yang dirawat.
3. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Wong (2009), penatalaksanaan keperawatan dari dampak
hospitalisasi pada toddler adalah :
a. Berikan intervensi umum :
1) Berikan toddler menyalurkan protesnya dan rawat gabung dengan bersama
orang tua
2) Anjurkan penggunaan objek transisi atau milik orang tua (hal-hal yang
menghubungkan toddler dengan orang tua) yang dapat ditinggalkan
bersama toddler.
3) Minta orang tua untuk tidak pernah menyelinap keluar dari ruangan atau
pergi dari rumah sakit sementara toddler tertidur.
4) Bersikap jujur tentang waktu kembalinya orang tua.
5) Cari dan gunakan kata-kata yang biasa toddler gunakan.
6) Usahakan untuk melanjutkan rutinitas didalam rumah semaksimal
mungkin.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan melaporkan kasus asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada An. R dengan kejang demam di ruang anak Paviliun Badar Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Dalam memberikan asuhan keperawatan, penulis
melakukan asuhan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan, implementasi dan
evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Dasar (Terlampir)
2. Resume Kasus
Anak R, laki-laki berumur 1 tahun 11 bulan datang dibawa oleh orang tuanya ke
UGD Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada tanggal 29 Mei 2016 pukul
21.00 WIB dengan keluhan anak mengalami kejang dan demam dengan suhu
39°C. Anak kejang kurang lebih dengan durasi 10 menit disertai mata mendelik
keatas dan tangan kakinya kaku. BAB kurang lebih 10 kali dalam sehari,
konsistensi cair dengan warna kuning kehijauan. Pada saat di UGD diberikan
terapi cairan Asering loading 200 cc makrodrip, diberikan terapi injeksi ranitidin
100 mg dan Antrain 100 mg. An. R dipindahkan ke Paviliun Badar untuk
mendapatkan perawatan selanjutnya.

Di Paviliun Badar dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data: keadaan umum


baik, kesadaran composmentis, suhu 38,5°C, nadi 120 x/menit, RR 24 x/menit,
konjungtiva an-anemis, kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan mulut
sedikit kering, cubitan dinding abdomen kembali segera, kapilary refill kembali <2
detik, pemeriksaan laboratorium tanggal 30 Mei 2016 jam 05.40 dengan hasil
Hemoglobin 12,9 g/dl, Leukosit 4000µ L, Hematokrit 37%. Hasil pemeriksaan
elektrolit: Natrium 140mEq/L, Kalium 4,1 mEq/L, Klorida 101mEq/L.
berdasarkan data yang telah didapat dan hasil pengkajian pada An. R maka
masalah keperawatan yang muncul adalah defisit volume cairan, resiko kejang
berulang, resiko perubahan nutrisi, cemas pada orang tua dan takut pada anak.
Intervensi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah:
memonitor status hidrasi, mengobservasi TTV, memonitor intake dan output,
memberikan terapi infus KAEN 3 B 12tpm/14jam, menganjurkan orang tua agar
anak banyak minum, menganjurkan orang tua agar mengkompres bila anak masih
demam. Memberikan terapi oral Puyer panas+Diazepam 3x1 bungkus, terapi
daryazink 1x1 cth, terapi probiokid 1x1 bungkus dan terapi injeksi ceftriaxone
1x500 mg.

Dan mendapat therapi cairan KAEN 3 B makrodrip 12 tetes per menit, therapi oral
Puyer Panas+Diazepam 3x1 bungkus jam 06,12,18, Probiokid 1x1 bungkus,
Daryazink 1x1 cth dan therapi injeksi Ceftriaxone 1x500 mg jam 12.

3. Data Fokus
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan An. R kejang 1 kali dirumah dengan durasi waktu ±10 menit
pada suhu 39°C. Kejang tidak terus-terusan tetapi bertahap. Keluarga
mengatakan An. R belum pernah mengalami kejang sebelumnya dan keluarga
tidak ada yang mempunyai riwayat kejang. Keluarga mengatakan pada saat
kejang mata anak mendelik ke atas, tangan dan kaki kaku. Keluarga
mengatakan anak saat ini mengalami diare, BAB sudah 9 kali dalam sehari,
konsistensi cair namun sudah ada ampasnya dengan warnah kuning kehijauan,
BAK 5 kali. An. R minum kira-kira 3 gelas dalam sehari, makan hanya habis
½ porsi. BB An. R sebelum sakit 11 kg (mengalami penurunan selama sakit
0.5 kg). An. R selalu rewel dan menangis ketika dokter dan perawat datang
untuk memeriksanya. Keluarga mengatakan khawatir dengan kondisi sakit
anaknya dan tidak mengetahui penyakit anaknya.

b. Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data :
Keadaaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, anak tampak lemas.
Nadi 110 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 38,5°C. BAB dengan konsistensi cair
namun ada ampasnya dengan warna kuning kehijauan dan bau khas. An. R
tampak hanya mengabiskan makan ½ porsi saja. Anak tampak menangis dan
rewel terus pada saat pengkajian dilakukan, takut pada perawat dan dokter
yang datang. Rambut tidak rontok dan tidak mudah dicabut, kelopak mata
tidak cekung, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, mukosa bibir dan
mulut agak kering, cubitan dinding abdomen kembali <3 detik, bising usus
18x/menit, BB 10,5 kg, TB 68 cm. Anak mengalami penurunan BB 0.5 kg.
Kebutuhan cairan 1025 cc/hari. Status dehidrasi: dehidrasi ringan.

Intake dan output dalam 24 jam


1) Intake:
Infus = 20x12x24 = 864 cc
Minum = 3x200 = 600 cc
+
Jumlah 1464 cc/hari
Output:
BAB = 9x100 = 900 cc
BAK = 5x50 = 250 cc
IWL = (30-1)x10,5 = 304,5 cc
IWL dengan kenaikan suhu = 36,54 cc +
Jumlah 1491 cc/hari
Balance Cairan: Intake-Output = 1464-1491 = -27cc/hari
2) Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 30 Mei 2016 jam 05.40
a) Hemoglobin : 12,9 g/dl,
b) Leukosit : 4000µ L,
c) Hematokrit : 37%,
d) Trombosit : 175000µ L,
e) Eritrosit : 4840µ L
f) Elektrolit:
Natrium : 140mEq/L
Kalium : 4,1 mEq/L
Klorida : 101mEq/L.

3) Penatalaksanaan:
a) Terapi infus: KAEN 3B 12 tetes per menit makrodrip
b) Terapi oral:
Puyer panas + diazepam 3x1 bungkus (jam 06, 12, 18)
Probiokid 1x1 bungkus (jam 08)
Daryazink 1x1 cth (jam 08)
c) Terapi injeksi:
Ceftriaxone 1x500 mg (jam 12)
4. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi

1.  Subjektif Defisit Volume Output Yan


Keluarga mengatakan An. R: Cairan berlebih g
BAB sudah ±9x, konsistensi
cair dengan warna kuning
kehijauan namun sudah ada
ampasnya, BAK 5x dalam
sehari, minum 3 gelas/hari.
Keluarga mengatakan An.R
tidak muntah.

 Objektif
Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composentis. Anak
tampak lemas, suhu 38,5°C,
kelopak mata tidak cekung,
mukosa bibir dan mulut
sedikit kering, cubitan
abdomen kembali segera <3
detik. Balance Cairan -27
cc/hari.
Pemeriksaan Lab tgl 30 Mei
2016:
a. Hematokrit 37%
b. Elektrolit:
Natrium 140 mEq/L
Kalium 4,1 mEq/L
Klorida 101 mEq/L

2.  Subjektif Resiko kejang Peningkatan Suhu


Keluarga mengatakan An.R berulang tubuh
kejang 1 kali dirumah pada
suhu 39°C, mata mendelik
keatas, tangan dan kaki kaku.
An. R belum pernah kejang
sebelumnya dan keluarga juga
tidak mempunyai riwayat
kejang dan saat ini An. R
masih mengalami demam dan
diare.

 Objektif
Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis, nadi
110 x/menit, suhu 38,5°C ,
RR 24x/menit.
Pemeriksaan Elektrolit tanggal
30 Mei 2016:
a. Natrium 140 mEq/L
b. Kalium 4,1 mEq/L
c. Klorida 101 mEq/L

3.  Subjektif Resiko Perubahan Intake yang tidak


Keluarga mengatakan anak nutrisi kurang dari adekuat
makan hanya menghabiskan ½ kebutuhan tubuh
porsi keluarga mengatakan
BB anak mengalami
penurunan 0.5 kg. Sebelum
sakit 11 kg.
 Objektif
A. BB 10,5 kg, TB 68
cm, LK 45 cm, LLA
17 cm
B. HB : 12,9 g/dL
C. Keadaan umum sakit
sedang, kesadaran
composmentis, rambut
tidak rontok dan mudah
tercabut, konjungtiva an-
anemis, turgor kulit
elastis, anak mengalami
diare.
D. Makanan yang
dihabiskan hanya ½ porsi.
Keluarga mengatakan
anak dapat menghabiskan
makanan 1 porsi pada
saat dirumah, makan 3
kali dalam sehari.
4.  Subjektif Takut pada anak Dampak
Keluarga mengatakan anak Hospitalisasi
sangat rewel dan menangis (Takut pada orang
terus ketika ada perawat atau asing dan prosedur
dokter yang datang tindakan)
 Objektif
Anak tampak rewel, menangis
terus dan menjauh ketika
perawat datang dan
melakukan prosedur tindakan.
.
5.  Subjektif Cemas pada orang Kurangnya
Keluarga mengatakan tua pengetahuan
khawatir dengan penyakit tentang kejang
anaknya dan tidak demam.
mengetahui penyakit apa
yang timbul pada anaknya.
 Objektif
Keluarga tampak cemas dan
khawatir dan tampak belum
mengetahui tentang kejang
demam

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat membantu untuk mengklasifikasi intervensi
keperawatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai hasil akhir. Setelah
melakukan pengkajian selanjutnya penulis merumuskan diagnosa pada An. R dengan
kejang demam adalah sebagai berikut :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan output berlebih
2. Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
4. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (pada orang asing
dan prosedur tindakan)
5. Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi

C. Rencana Keperawatan
Setelah diagnosa dirumuskan, tahap berikutnya adalah perencanaan. Perencanaan
adalah suatu tindakan profesional perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien. Perencanaan meliputi prioritas masalah yang sedang dihadapi pasien
dan keluarga. Dari masalah keperawatan yang ada, maka rencana keperawatan yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. DX 1 : Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam perawatan pada An. R
diharapkan maslah defisit volume cairan teratasi
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir
dan mulutlembab, cubitan dinding abdomen kembali segera <3 detik)
b. Intake output seimbang
c. TTV dalam batas normal (nadi 110 x/menit, suhu 36,5-37,5°C, RR 20-30
x/menit).
Rencana Tindakan :
a. Pantau TTV/8jam
b. Kaji status hidrasi (kelopak mata, mukosa bibir, cubitan abdomen)
c. Monitor intake dan output/8 jam
d. Timbang berat badan/hari untum mengetahui kehilangan cairan.
e. Berikan kompres bila suhu anak masih tinggi
f. Anjurkan anak untuk minum ±2 gelas per hari
g. Berikan terapi oral:
Daryazink 1x1 cth (jam
08) Probiokid 1x1 bks (jam
08)
Puyer Panas+Diazepam 3x1 bks (jam 08,12,16)
h. Berikan terapi injeksi: Ceftriaxone 1x500 mg/IV (jam 12)
i. Monitor tetesan infus KAEN 3B 12 tetes per menit dan ganti cairan infus/12
jam.
j. Pantau hasil laboratorium: Hematokrit dan elektrolit
2. DX 2 : Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam perawatan pada An. R
diharapkan resiko kejang berulang tidak terjadi
Kriteria Hasil :
a. Kejang dapat dikontrol
b. Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C)
c. Hasil Elektrolit dalam batas normal
1) Natrium 135-147 mEq/L
2) Kalium 3.5-5.0 mEq/L
3) Klorida 94-111 mEq/L
Intervensi :
a. Pantau dengan ketat TTV terutama suhu tubuh/8 jam
b. Berikan kompres jika suhu anak masih tinggi
c. Anjurkan anak untuk banyak minum ±2 gelas dalam sehari
d. Anjurkan keluarga untuk memakaikan baju yang menyerap keringat
e. Beritahu keluarga ambang kejang pada anak, dan segera mengantisipasi
jika terjadi peningkatan suhu tubuh.
f. Berikan obat Puyer Panas+Diazepam 3x1 bks jam 08,12,16
g. Monitor hasil lab Elektrolit/24 jam

3. DX 3 : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perawatan
pada An. R diharapkan resiko perubahan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a. Nafsu makan meningkat
b. Dapat menghabiskan 1 porsi makanan yang disajikan
c. Klien tidak mengalami penurunan BB
d. Hasil Lab Hemoglobin normal : 13-16 g/dL
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi
b. Catat intake nutrisi klien/hari
c. Timbang berat badan minimal 1x/minggu
d. Kaji makanan kesukaan tapi tidak bertentangan dengan diet
e. Anjurkan keluarga untuk memberikan klien makanan sedikit tapi sering
f. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dalam keadaan hangat
g. Anjurkan keluarga untuk memotivasi dan mendampingi anak saat makan.
h. Monitor Laboratorium: Hemaglobin

4. DX 4: Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (orang asing


dan prosedur tindakan)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perawatan pada An. R
diharapkan cemas teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Anak tidak menangis lagi ketika perawat dan dokter datang
b. Anak mau berkomunikasi.
c. Rasa takut berkurang
d. Anak kooperatif saat dilakukan prosedur tindakan
Intervensi :
a. Lakukan bina trust
b. Lakukan kunjungan sering tapi singkat
c. Panggil nama anak dan beri sentuhan
d. Alihkan perhatian anak saat melakukan prosedur tindakan
e. Anjurkan orangtua untuk selalu mensuport anaknya
f. Anjurkan keluarga untuk membawakan mainan kesukaan klien dirumah
g. Libatkan orangtua dalam setiap tindakan
5. DX 6: Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada orangtua An. R selama
3x24 jam diharapkan pengetahuan orang tua bertambah tentang kejang dan
penanganannya.
Kriteria Hasil:
a. Orang tua terlihat mengerti dan tidak bingung saat ditanyakan kembali
tentang kejang demam
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit kejang demam
b. Berikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit kejang demam
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang hal yang
tidak dimengerti
d. Anjurkan orang tua untuk mengikuti saran yang diberikan oleh perawat
e. Beri pujian positif kepada keluarga atas usaha yang dilakukan

D. Implementasi Keperawatan
Dalam rangka memberikan asuhan keperawatan pada An. R dengan kejang demam
serta rencana yang sudah dibuat oleh penulis, penulis melakukan implementasi
selama 3 hari masa perawatan mulai dari tanggal 30 Mei 2016 – 01 Juni 2016.
Hari/Tanggal Jam No.Dx Implementasi Paraf
Senin, 30 Mei 16.00 4 Melakukan bina trust pada An. R Niswah
2016 DS :
 Keluarga mengatakan senang jika
ada perawat yang mengunjungi
DO:
 Anak tampak menangis saat perawat
datang

16.30 1,2 Memantau TTV Niswah


DS:
 Keluarga mengatakan An. R masih
panas.
DO :
 Nadi 110 x/menit
 Suhu 38,5°C
 RR 24x/menit.

16.55 1,2 Memberikan kompres pada klien Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan suhu An.R
38,5°C tadi siang
DO :
 Setelah dikompres suhu pasien tetap
38,5°C

17.10 1 Mengkaji adanya status hidrasi Niswah


DS : -
DO :
 Kelopak mata An. R tidak cekung,
mukosa bibir sedikit kering, cubitan
abdomen kembali segera.

17.15 5 Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga Niswah


tentang penyakit kejang demam
DS:
 Keluarga mengatakan tidak
mengetahui apapun tentang kejang
demam
DO:
 Keluarga tampak belum tau dan
belum paham

17.30 3 Memonitor intake nutrisi klien Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R habis
makan hanya ½ porsi.
DO :
 Makanan tampak hanya habis ½
porsi

17.40 1 Memonitor Intake dan output Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R minum
1 ½ gelas dari pagi.
 Keluarga mengatakan An. R BAB
cair ±6 kali dan BAK 5 dari pagi
DO :
 Infus 864 cc, IWL 304,5cc dengan
kenaikan suhu 36,54cc/24 jam.

17.45 1,2 Memberikan obat puyer panas+diazepam Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan obatnya pada An. R
DO :
 Obat telah diberikan

19.00 4 Melakukan kunjungan sering tapi singkat Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan tidak masalah
jika dikunjungi oleh perawat
DO :
 An. R masih tampak rewel dan
menangis saat dikunjungi

19.15 1 Memberitahu keluarga ambang kejang Niswah


anak untuk mengantisipasi suhu tubuh
naik
DS:
 Keluarga mengatakan mengerti
tentang ambang kejang An. R
DO :
 Keluarga tampak mengerti

19.20 3 Mengkaji makanan kesukaan klien tapi Niswah


tidak bertentangan dengan diet
DS :
 Keluarga mengatakan An. R suka
semua makanan kecuali pisang dan
ikan.
DO :
 Tampak tidak ada pisang atau ikan
dimeja anak

19.35 1 Menganjurkan keluarga agar An. R Niswah


banyak minum ±2 gelas dalam sehari
DS:
 Keluarga mengatakan akan memberi
An. R banyak minum sesuai
kebutuhan
DO:
 Keluarga tampak mengerti

19.40 4 Memanggil nama An. R dan Niswah


memberikan sentuhan
DS: -
DO:
 An. R tampak tidak mau dan
menangis.

20.00 4 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


membawakan mainan kesukaan klien
dirumah.
DS :
 Keluarga mengatakan lupa ingin
membawanya dan akan
membawanya besok.
DO:
 Keluarga tampak mau untuk
membawa mainan klien kerumah
sakit

Selasa, 31 02.00 1 Memonitor tetesan infus dan mengganti TIM


Mei 2016 cairan infus KAEN 3B 12 tetes per menit
makrodrip
DS: -
DO:
 An. R sedang tidur pada saat cairan
infus diganti

06.00 1 Memonitor intake & output TIM


DS :
 Keluarga mengatakan anak minum ½
gelas
 Keluarga mengatakan An. R BAB
masih cair 2x, BAK 2x
DO :
 Infus 144 cc

07.30 1,2 Memonitor TTV Niswah


DS : -
DO :
 Nadi 105x/menit
 Suhu 38°C
 RR 22x/menit
 Anak tampak menangis saat
diperiksa

08.00 2 Memberikan obat Puyer Niswah


panas+Diazepam
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan obat pada An. R
DO :
 Obat telah diberikan
08.10 1 Memberikan obat Probiokid dan Niswah
Daryazink
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan obat pada An. R
DO :
 Obat telah diberikan

08.20 4 Melakukan kunjungan sering tapi singkat Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan tidak masalah
jika sering dikunjungi
DO :
 Anak tampak masih tidak mau
berkomunikasi dengan perawat

08.40 2 Menimbang BB/hari untuk mengetahui Niswah


kehilangan cairan
DS : -
DO :
 BB An.R tetap 10,5 kg

08.45 2 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


memakaikan baju yang menyerap
keringat pada anak R
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memakaikan baju yang menyerap
keringat
DO :
 Keluarga tampak mau memakaikan
baju yang menyerap keringat pada
anak

09.00 1,2 Menganjurkan anak untuk banyak Niswah


minum minimal 2 gelas perhari
DS :
 Keluarga mengatakan An. R minum
± 2 gelas perhari
DO :
 Keluarga tampak mau memberikan
minum

09.10 1,2 Memberikan kompres pada An. R Niswah


DS : dan
 Keluarga mengatakan akan keluarga
membantu mengkompres karena jika
perawat yang mengkompres anak
terus menangis
DO :
 Suhu An. R setelah dikompres
37,7°C

09.35 3 Mengkaji status nutrisi klien Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan BB An. R
sebelum masuk RS adalah 11 kg,

DO :
 BB setelah sakit 10,5 kg. An. R
mengalami penurunan BB

10.00 3 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


memberikan makanan sedikit tapi sering
pada An. R
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan makanan sedikit tapi
sering
DO :
 Keluarga tampak mengerti dan mau
memberikan

10.15 4 Melakukan bina trust Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan senang jika
terus di datangi
DO :
 An. R masih tampak rewel jika ada
mahasiswa datang

10.20 4 Menganjurkan orang tua untuk selalu Niswah


mensuport anaknya
DS :
 Keluarga mengatakan akan selalu
mensuport anaknya supaya An. R
cepat sembuh dan cepat pulang
DO :
 Keluarga tampak mau mensuport

10.40 4 Menganjurkan orang tua untuk Niswah


membawa mainan kesukaan An. R
kerumah sakit
DS :
 Keluarga mengatakan sudah
membawa laptop dan akan menyetel
film-film kesukaan An. R
DO :
 An. R tampak tenang menonton
filmnya

11.00 3 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


memberikan makanan dalam keadaan
hangat
DS :
 Keluarga akan mencoba
memberikannya

DO :
 Keluarga tampak mengerti

11.15 2 Memberikan obat Puyer Panas+Dizepam Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan obat pada An. R
DO :
 Obat telah diberikan

12.00 1 Memberikan therapi injeksi Ceftriaxone Niswah


DS : -
DO :
 An. R tampak menangis dan rewel
saat disuntikan obat. Obat telah
dimasukan

12.10 4 Mengalihkan perhatian An. R saat Niswah


melakukan prosedur tindakan
DS : -
DO :
 An. R tampak dialihkan dengan
menonton film kesukaannya dari
laptop

12.15 4 Melibatkan orang tua dalam setiap Niswah


tindakan
DS :
 Keluarga mengatakan akan selalu
menemani An. R
DO :
 Keluarga tampak mau

13.10 3 Mengkaji intake nutrisi klien Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R makan
habis tetap hanya ½ porsi
DO :
 Makan hanya tampak habis ½ porsi

13.15 1 Memonitor intake & output Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R minum
sudah ½ gelas
 BAB masih cair 2 x, BAK 1 kali
DO :
 Infus 216 cc

13.20 3 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


mensupport anaknya agar nafsu makan
bertambah
DS :
 Keluarga mengatakan akan selalu
mensupport dan memotivasi An. R
supaya nafsu makan bertambah
DO :
 Keluarga tampak mau dan mengerti

14.00 1,2 Memantau TTV Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan panas An. R
sudah mulai turun
DO :
 Nadi 110 x/menit
 Suhu 37,5°C
 RR 24 x/menit

16.00 1 Memonitor cairan infus dan mengganti Niswah


cairan infus KAEN 3B 12 tetes/menit
DS : -
DO :
 Infus tampak lancar

17.00 2 Memberikan obat Puyer Niswah


Panas+Diazepam
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan obatnya pada An. R
DO :
 Keluarga tampak akan memberikan
obatnya

18.15 1 Memonitor intake dan output Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R minum
sudah ½ gelas
 BAB masih cair sudah 2 kali, BAK 2
kali
DO :
 Infus 400 ml

19.54 3 Memonitor hasil Lab : Hemoglobin/hari Niswah


DS : -
DO :
 Hasil Hemoglobin tanggal 31 Mei
2016 jam 19.54 adalah 11,9 g/dL

20.00 1,2 Memonitor hasil Hematokrit dan Niswah


Elektrolit/24 jam
DS: -
DO:
 Hasil pemeriksaan Lab tanggal 31
Mei 2016 jam 19.54
Hematokrit: 34 %
Elektrolit: Natrium 141 mEq/L,
Kalium 4.1 mEq/L, Klorida 100
mEq/L

Rabu, 01 Juni 06.00 1 Memonitor cairan infus dan mengganti TIM


2016 cairan infus KAEN 3B 12 tetes/menit
DS : -
DO :
 Infus masih lancar

07.00 1 Memonitor intake & output Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R sudah
minum 1/2 gelas
 BAB masih cair 1 kali, BAK 1 kali
DO :
 Infus 36 ml

07.15 3 Memonitor intake nutrisi klien Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R makan
habis setengah porsi
DO :
 Makanan tampak habis hanya
setengah porsi

08.00 1,2 Memantau TTV Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R sudah
tidak panas lagi
DO :
 Nadi 105 x/menit
 Suhu 37°C
 RR 22 x/menit

08.10 1,2 Memberikan obat Puyer Niswah


Panas+Diazepam
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan obatnya pada An. R
DO :
 Obat telah diberikan

09.00 4 Memanggil nama anak dan memberikan Niswah


sentuhan
DS : -
DO :
 An. R tampak masih tidak mau
dekat dengan perawat

09.20 4 Menganjurkan keluarga untuk membawa Niswah


mainan kesukaan klien dirumah
DS :
 Keluarga mengatakan sudah
membawa mainan kesukaan klien
dan bermain bersama keluarganya di
tempat bermain
DO :
 An. R tampak riang dan mau bermain
bersama

09.40 3 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


memberikan makanan pada anak sedikit
tapi sering
DS :
 Keluarga mengatakan An. R mau
ngemil, makanan yang ringan
DO :
 An. R tampak makan snack

10.30 3 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


memberikan makan dalam keadaan
hangat
DS : keluarga mengatakan akan
memberikan makanan dalam keadaan
hangat
DO : An. Rtampak mau makan

10.40 1 Memonitor tetesan infus 12 tetes per jam Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan infus An. R
tidak jalan
DO :
 Infus tampak macet dan akan
dibersihkan

11.30 1 Memberikan terapi injeksi Ceftriaxone Niswah


1x500 mg
DS : -
DO :
 Anak tampak menangis pada saat
disuntikan. Obat telah
dimasukan.
11.35 4 Niswah
Melibatkan orang tua dalam setiap
tindakan
DS :
 Keluarga akan selalu menemani An.
R
DO :
 Keluarga tampak mau
11.40 4 Niswah
Mengalihkan perhatian anak saat
melakukan prosedur tindakan
DS: -
DO:
 An.R tampak dialihkan dengan
diajak ngobrol oleh orang tuanya
12.00 5 Niswah
Menganjurkan orang tua untuk selalu
memotiasi anaknya supaya makan habis
DS :
 Keluarga mengatakan akan terus
memotivasi An. R
DO :
 Keluarga tampak mau memotivasi
anaknya

12.30 3 Mengkaji intake nutrisi klien Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R makan
habis tetap ½ porsi
DO :
 Anak tampak hanya menghabiskan
makanan ½ porsi

12.35 3 Memonitor intake & output Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R minum
sudah ½ gelas
 Belum BAB, BAK 2 kali
DO :
 Infus 216 ml

13.00 3 Memonitor hasil Lab : Hemaglobin/hari Niswah


DS : -
DO :
 Hasil Hemoglobin tanggal 01 Juni
2016 jam 12.50 adalah 12,3 g/dL

14.00 1,2 Menganjurkan keluarga untuk Niswah


memberikan minum ±2 gelas dalam
sehari
DS :
 Keluarga mengatakan akan
memberikan minum 3 gelas dalam
sehari
DO :
 Keluarga tampak mau dan mengerti

14.10 1,2 Memantau TTV Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R sudah
tidak panas lagi
DO :
 Nadi 110 x/menit, Suhu 37°C, RR 24
x/menit

14.15 5 Memberikan penyuluhan kesehatan Niswah


tentang penyakit kejang demam
DS:
 Keluarga mengatakan cukup
mengerti tentang penyakit yang
diderita anaknya
DO:
 Keluarga tampak mendengarkan
dengan baik, dan cukup mengerti

14.35 5 Memberikan kesempatan kepada Niswah


keluarga untuk bertanya tentang hal yang
tidak dimengerti
DS:
 Keluarga mengatakan tidak ada
pertanyaan
DO:
 Keluarga tampak tidak bertanya

14.40 5 Menganjurkan orang tua untuk Niswah


mengikuti saran yang diberikan oleh
perawat
DS:
 Keluarga mengatakan akan
mengikuti saran yang diberikan oleh
perawat
DO:
 Keluarga tampak mau mengikuti
saran yang diberikan

14.45 5 Memberikan pujian positif kepada Niswah


keluarga atas usaha yang dilakukan
DS:
 Keluarga mengatakan terimakasih
atas pujian yang diberikan
DO:
 Keluarga tampak senang atas pujian
yang diberikan

15.00 4 Menganjurkan keluarga untuk selalu Niswah


mensuport anaknya
DS :
 Keluarga mengatakan akan selalu
mensuport An. R supaya cepat
sembuh dan cepat pulang
DO :
 Keluarga tampak terus mensupport
An. R

18.30 1 Memonitor intake & output Niswah


DS :
 Keluarga mengatakan An. R sudah
minum 1 gelas
 BAB 1 x sudah tidak cair dan BAK 2
kali
DO :
 Infus 210 ml

20.00 1 Memonitor tetesan infus dan mengganti TIM


cairan infus KAEN 3B 12 tetes/menit
DS :
 Keluarga mengatakan infus lancar
DO :
 Tetesan infus tampak lancar
E. Evaluasi Keperawatan
No.Dx Hari/Tanggal Jam Perkembangan Paraf
1 Selasa/31 08.00 S: Keluarga mengatakan An. R minum sudah Niswah
Juni 2016 1 ½ gelas dalam sehari, BAB masih cair
sudah 6 x, BAK sudah 5 kali.
O: Kesadaran Composmentis, keadaan
umum lemah, mukosa bibir sedikit kering
kelopak mata anak tidak cekung, cubitan
abdomen kembali segera. Suhu 38°C.

Intake : Minum = 350cc


Infus = 864cc +
1214cc/hari

Output :BAK (5x50) = 250cc


BAB (6x100) = 600 cc
IWL = 304,5cc
IWL kenaikan suhu = 36,54cc+
1191cc/hari

Intake-Output = 0
1214-1191= 23cc/hari

A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi:
a) Pantau TTV/8jam
b) Monitor intake dan output/8 jam
c) Timbang berat badan/hari untuk
mengetahui kehilangan cairan.
d) Berikan kompres bila suhu anak masih
tinggi
e) Anjurkan anak untuk minum ±2 gelas
per hari
f) Berikan terapi oral:
Daryazink 1x1 cth (jam 08)
Probiokid 1x1 cth (jam 08)
Puyer Panas+Diazepam 3x1 bks (jam
08,12,16)
g) Berikan terapi injeksi: Ceftriaxone
1x500 mg/IV (jam 12)
h) Monitor tetesan infus KAEN 3B 12
tetes per menit dan ganti cairan
infus/12 jam.
i) Pantau hasil laboratorium:
Hematokrit dan elektrolit
2 08.00 S: keluarga mengatakan An. R masih sedikit
Niswah
panas, sudah tidak kejang lagi
O: kesadaran composmentis, keadaan umum
lemah, suhu klien 38°C, pasien tampak
tidak kejang lagi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
a) Pantau dengan ketat TTV terutama
suhu tubuh/8 jam
b) Berikan kompres jika suhu anak masih
tinggi
c) Anjurkan anak untuk banyak minum
±2 gelas dalam sehari
d) Anjurkan keluarga untuk
memakaikan baju yang menyerap
keringat
e) Beritahu keluarga ambang kejang
pada anak, dan segera mengantisipasi
jika terjadi peningkatan suhu tubuh.
f) Berikan obat Puyer Panas+Diazepam
3x1 bks jam 08,12,16
g) Monitor hasil lab Elektrolit/24 jam
3 08.00 Niswah
S: keluarga mengatakan An. R
menghabiskan makan hanya ½ posi.
Keluarga mengatakan An. R susah
menghabiskan makanannya. Keluarga
mengatakan sudah selalu memotifasi An.
R untuk menghabiskan makanan.
Keluarga mengatakan BB anak sebelum
sakit 11 kg.
O: A: BB 10,5 kg, TB 68 cm, LK 45 cm,
LLA 17 cm, LD 47 cm
B: HB : 12,9 g/dL
C: Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis, nadi 110
x/menit, suhu 38,5°C , RR 24x/menit,
rambut anak tidak mudah tercabut,
konjungtiva an anemis, turgor kulit
elastis, anak mengalami diare
D : Makanan yang dihabiskan hanya ½
porsi. Keluarga mengatakan anak
menghabiskan makanan 1 porsi pada
saat dirumah, makan 3 kali dalam
sehari sehari.
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intevensi:
a) Catat intake nutrisi klien/hari
b) Timbang berat badan minimal
1x/minggu
c) Kaji makanan kesukaan tapi tidak
bertentangan dengan diet
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan
klien makanan sedikit tapi sering
e) Anjurkan keluarga untuk memberikan
makanan dalam keadaan hangat
f) Anjurkan keluarga untuk memotivasi
dan mendampingi anak saat makan.
g) Monitor Laboratorium: Hemaglobin

4. 08.00 S: Keluarga mengatakan An. R masih


menangis dan rewel ketika perawat atau Niswah
dokter datang untuk memeriksa. Keluarga
mengatakan An. R trauma dengan orang
yang memakai baju putih. Keluarga
mengatakan sudah membawa film yang anak
suka.
O: Anak tampak tidak mau didekati, tampak
masih menangis ketika diperiksa
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Interensi
a) Lakukan bina trust
b) Lakukan kunjungan sering tapi singkat
c) Panggil nama anak dan beri sentuhan
d) Alihkan perhatian anak saat
melakukan prosedur tindakan
e) Anjurkan orangtua untuk selalu
mensuport anaknya
f) Anjurkan keluarga untuk
membawakan mainan kesukaan klien
dirumah
g) Libatkan orangtua dalam setiap
tindakan

5 10.00 S: Keluarga mengatakan khawatir dengan


Niswah
penyakit anak R dan tidak mengetahui
penyakit apa yang timbul pada An. R
O: Keluarga tampak cemas dan khawatir
dan tampak belum mengetahui tentang
kejang demam
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
a) Berikan penyuluhan kesehatan tentang
penyakit kejang demam
b) Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang hal yang tidak
dimengerti
c) Anjurkan orang tua untuk mengikuti
saran yang diberikan oleh perawat
d) Beri pujian positif kepada
keluarga atas usaha yang
dilakukan

1 Rabu/01 Juni 19.00 Niswah


2016 S: Keluarga mengatakan An. R minum 3 ½
gelas dalam 43 jam, BAB masih cair
sudah 9 x/43 jam, BAK sudah 10x/43jam.

O: Kesadaran Composmentis, keadaan


umum baik, mukosa bibir tidak kering
kelopak mata anak tidak cekung, cubitan
abdomen kembali segera.

Intake : Minum = 700cc


Infus = 864 cc +
1548cc/43 jam

Output :BAK (10x50) = 500cc


BAB (7x100) = 700 cc
IWL = 304,5cc+
1504.5/43 jam
Intake-Output = 0
1548-1504.5 = 43.5 cc/43 jam

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi
a) Pantau TTV/8jam
b) Monitor intake & output/8 jam
c) Monitor tetesan infus KAEN 3B 12
tetes per menit
d) Berikan obat Daryazink 1x1 cth (jam
08)
e) Berikan obat Probiokid 1x1 cth (jam
08)
f) Ganti cairan infus/12 jam
2. 19.00
S: Keluarga mengatakan An. R sudah tidak
panas lagi.
O: Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, suhu 37°C, pasien tampak
tidak kejang lagi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

3 19.00 S: keluarga mengatakan An. R Niswah


menghabiskan makan hanya ½ porsi.
Keluarga mengatakan An. R memang
hanya makan bisa habis segitu. Keluarga
mengatakan sudah selalu memotifasi An.
R untuk menghabiskan makanan.
Keluarga mengatakan BB anak sebelum
sakit 11 kg, sesudah sakit 10,5 kg.
O: A: BB 10,5 kg, TB 68 cm, LK 45 cm,
LLA 17 cm, LD 47 cm
B: HB : 12,3 g/dL
C: Keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis, nadi 110
x/menit, suhu 38,5°C , RR 24x/menit,
rambut anak tidak mudah tercabut,
konjungtiva an anemis, turgor kulit
elastis, anak mengalami diare
D : Makanan yang dihabiskan hanya ½
porsi. Keluarga mengatakan anak
menghabiskan makanan 1 porsi pada
saat dirumah, makan 3 kali dalam
sehari sehari.
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intevensi:
a) Kaji intake nutrisi klien
b) Monitor Lab : Hemaglobin/hari
c) Anjurkan keluarga untuk
memberikan klien makanan
sedikit tapi sering

4. 20.00 S: Keluarga mengatakan An. R sudah sedikit Niswah


bisa tenang ketika perawat atau dokter
datang. Keluarga mengatakan sudah
membawakan mainan kesukaan anak.
O: Anak tampak sudah mau bermain dengan
saudara yang datang, tampak sedikit tenang
ketika perawat datang namun masih suka
memangis ketika akan dilakukan tindakan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a) Lakukan bina trust
b) Lakukan kunjungan sering tapi
singkat
c) Panggil nama anak dan beri
sentuhan
d) Alihkan perhatian anak saat
melakukan prosedur tindakan
e) Anjurkan orangtua untuk selalu
mensuport anaknya
f) Anjurkan keluarga untuk
membawakan mainan kesukaan
klien dirumah
g) Libatkan orangtua dalam setiap
tindakan

5 20.00 S: orang tua mengatakan sudah cukup Niswah


mengerti tentang penyakit kejang demam,
cemas sedikit berkurang dan akan
melakukan apa yang dianjurkan perawat
O: orang tua tampak mengerti dan cemas
berkurang.
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
A. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
1. Definisi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam
mempertahankan hidup dan aktivitas sebagian organ atau sel. Tanpa
oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang
menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang
sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu
mentoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, dapat terjadi
kerusakan sel otak secara permanen (Potter & Perry, 2005). Oksigen
merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen.
Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap
menit ke semua proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran,
fungsi otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh,
pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila
terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Oksigenasi merupakan proses
penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh baik itu bersifat
kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami
dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses
pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan
dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari
lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan
karbon dioksida ke lingkungan.
2. Penyebab / factor predisposisi
Faktor predisposisi pemenuhan kebutuhan oksigen yaitu:
a) Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia.
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada
obstruksi saluran nafas bagian atas.
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transport O2 terganggu.
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,
demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain.
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada
seperti pada kehamilan, obesitas, penyakit kronik TB paru
b) Faktor Perkembangan
1. Bayi premature
yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2. Bayi dan toddler
adanya risiko saluran pernafasan akut
3. Anak usia sekolah dan remaja
risiko infeksi saluran pernafasan dan merokok.
4. Dewasa muda dan pertengahan
Diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5. Dewasa tua :
Adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
c) Faktor Perilaku
1. Nutrisi:
Misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arteriosklerosis.
2. Exercise:
exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3. Merokok
Nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
4. Alkohol dan obat-obatan
Menyebabkan intake nutrisi/ Fe menurun mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat
pernafasan
5. Kecemasan
menyebabkan metabolisme meningkat
d) Faktor Lingkungan
1. Tempat kerja (polusi)
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dari permukaan laut
3. Pohon masalah

Udara di atmosfer

Udara masuk melalui


hidung terdapat infeksi
patogen

Sumbatan Bronkus

Terjebaknyaudaradi paru Tidak ada saluran untuk meloloskan


Gangguan udara yang terjebak

pengeluaran mukus
Udara diserap oleh aliran
Ventilasi

Akumulasi mucus pada Susunan gas dalam darah Udara lolos melalui pori
bronkus alveoli/fistulabronkioi
Oksigen lebih cepat diserap
dari nitrogen dan helium
BERSIHAN JALAN NAFAS Gangguan pengembangan
TIDAK EFEKTIF paru/kolaps alveoli

Terjadi dengan cepat dan


luas Ventilasi dan perfusi tidak
seimbang

dispnea
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
Pola napas cepat dan
dangkal

POLA NAPAS TIDAK

EFEFEKTIF
4. Gejala klinis
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif ( tidak tersedia )
b. objektif
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
- Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
- Mekonium di jalan napas (pada neonatus)

Gejala dan tanda minor

a. Subjektif
- Dispensia
- Sulit berbicara
- Ortopnea
b. Objektif
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas menurun
- Frekuensi napas berubah
- Pola napas berubah

2. Pola Nafas Tidak Efektif


Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif
- Dispensia
b. Objektif
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola napas abnormal (takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes)

Gejala dan tanda minor

a. Subjektif
- Ortopnea
b. Objektif
- Pernapasan pursed-lip
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter thoraks anterior –posterior meningkat
- Ventilasi semenit menurun
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi menurun
- Tekanan inspirasi menurun
- Ekskursi dada berubah
3. Gangguan Pertukaran
Gas Gejala dan tanda
mayor
a. Subjektif
- Dispnea
b. Objektif
- PCO2 meningkat/ menurun
- PO2 menurun
- Takikardia
- pH arteri meningkat/menurun
- Bunyi napas tambahan

Gejala dan tanda minor

a. Subjektif
- Pusing
- Penglihatan kabur
b. Objektif
- Sianosis
- Diaforesis
- Gelisah
- Napas cuping hidung
- Pola napas abnormal (cepat/lambat,regular/ireguler,da
lam/ dangkal)
- Warna kulit abnormal (mis.pucat,kebiruan)
- Kesadaran menurun

5. Pemeriksaan diagnostic / penunjang


1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemapuan paru dalam melakukan
pertukaran gas secara efisien.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui
membrane kailer alveolar dan keadekuatan oksigen
3. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-
proses abnormal.Pemeriksaan yang dilakukan misalnya untuk
melihat lesi paru pada penyakit TB, adanya tumor, benda asing,
pembengkakan paru, penyakit jantung dan untuk melihat
struktur abnormal.
5. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.Pemeriksaan
ini bertujuan untuk melihat secara visual bronkus sampai dengan
cabang bronkus pada penyakit gangguan bronkus atau kasus
displacement dari bronkus.
6. Endoskopi
Pemeriksaan ini untuk melakukan diagnostik dengan cara
mengambil sekret untuk pemeriksaan, melihat lokasi
kerusakan,
biopsi jaringan, untuk pemeriksaan sitologi, mengetahui adanya
tumor, melihat letak terjadinya pendarahan untuk terapeutik,
misalnya mengambil benda asing dan menghilangkan sekret
yang menutupi lesi.
7. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal : kerja
jantung dan kontraksi paru.
8. CT – Scan
Untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal.
9. Pemeriksaan untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi
jantung. Pemeriksaan ini mencangkup permeriksaan dengan
menggunakan elektrokardiogram, monitor holter, pemeriksaan
stress latihan, dan pemeriksaan elektrofisiologi.
a. Elektrokardiogram (EKG) menghasilkan rekaman grafik
aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls,dan
posisi listrik jantung ( aksis jantung).
b. Monitor holter merupakan peralatan yang dapat dibawa
(portabel) dan berfungsi merekam aktivitas listrik jantung
dan meghasilkan EKG yang terus menerus selama priode
tertentu, misalnya selama 12 jam atau lebih lama
c. Pemeriksaan stress latihan digunakan untuk mengevaluasi
respon jantung terhadap stress fisik.
d. Pemeriksaan elektrofisiologis (PEF) merupakan
pengukuran invasif aktivitas listrik.
6. Penatalaksanaan
a. Kolaborasi perawat dengan dokter dalam pemberian oksigen.
b. Monitoring kebutuhan oksigenasi pasien oleh perawat.
c. Aktivitas independen perawat dalam mempertahankan
keefektifan jalan napas.
d. Pemantauan hemodinamika
e. Pengobatan bronkodilator
f. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu
mengencerkan secret
g. Pemberian oksigen
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan
oksigen kedalam paru, melalui saluran pernafasan dengan
menggunakan alat bantu oksigen dengan emberikan kanula
nasal dan masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan
h. Penggunaan ventilator mekanik
i. Fisoterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan dengan cara postural drinase, clapping dan vibrating
pada pasien dengan gangguan system pernafasan.
j. Latihan batuk efektif
Merupakan cara untuk melihat pasien yang tdak memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau
benda asing di jalan nafas

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, komunikasi data tentang klien. Fase pengkajian keperawatan
mencakup pengumpulan data dari sumber primer (klien), sumber
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang.
a. Identitas pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu
dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit dan tiingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengutahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu
oleh klien pada saat perawat mengkajii, dan pengkajian tentang
riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time).
c. Riwayat kesehataan
Riwayat kesehatan yang perlu dikaji meliputi data saat ini dan yang
telah lalu. Perawat juga mengkaji keadaan pasien dan keluarganya.
1. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu merupakan Penyakit yang pernah di
alami di masa lalu
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan penyakit yang dialami
klien pada saat ini.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keturunan seperti riwayat adanya keluarga
yang sesak nafas, batuk lama, batuk darah dari generasi
sebelumnya
d. Pengkajian fisik
1. Inspeksi

a. Pertama, penentuan tipe jalan nafas, seperti menilai apakah


nafas spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau
menggunakan selang endotrakeal atau trachcostomi,
kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan,
ada atau tidaknya secret, pendarahan, bengkak, atau
obstruksi mekanik.
b. Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu
menit ( umumnya wanita bernapas lebih cepat ) yaitu, 20
kali per menit orang dewasa, kurang dari 30 kali per menit
oada anak-anak, pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali
per menit.
c. Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal,
abdominal, dan kombinasi dari keduanya.
d. Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah ,
masa inspirasi dan ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi
lebih lama dari inspirasi yaitu 2 : 1 pada orang sesak napas
ekpirasi lebih cepat. Dalam keadaan normal perbandingan
frekuensi pernapasan dan frekuensi nadi adalah 1 : 1
sedangkan pada orang yang keracunan berbiturat
perbandingannya adalah 1 : 6. Kaji ritme/irama pernapasan
yang secara normal adalah regular atau irregular.
a) Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian
menjadi lambat dan kadang diselingi apnea.
b) Kusmaul yaitu pernapsan yang cepat dan dalam, atau
pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun
amplitudonya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
e. Kelima, pengkajian terhadap dalam/dangkalnya
pernapasan. Pada pernapasan dangkal dinding toraks
hamper kelihatan tidak bergerak ini biasanya dijumpai pada
pasien penderita emfisema.
2. Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti
nyeri tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat,
metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan
benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan
dinding toraks pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan
pada paru, seperti getaran suara atau fremitus vocal, dapat
dideteksi bila terdapat getaran sewaktu pemeriksaan meletakkan
tangannya sewaktu pasien berbicara. Getaran yang terasa oleh
tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak dalam
bronkus yang bergetar pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau
oleh pergeseran antara membrane pleura pada pleuritis.
3. Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara
perkusi paru. Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji
resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan
pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu :
a. Suara perkusi normal
a) Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru-paru
dan normalnya bergaung dan bersuara rendah.
b) Dullness : dihasilkan di atas bagian jantung atau
paru- paru
c) Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara
umumnya bersifat musical.
b. Suara perkusi abnormal
a) Hiperresonor : bergaung lebih rendah dibandingkan
dengan resonan dan timbul pada bagian paru-paru yang
abnormal berisi udara.
b) Flatness : nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat
di dengar pada perkusi daerah paha, di mana seluruh
areanya berisi jaringan.
4. Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna
mencangkupp mendengar suara napas normal dan suara
tambahan (abnormal). Suara napas normal dihasilkan dari
getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli
dan bersifat bersih.Jenis suara napas normal adalah :
a) Bronchial : sering juga disebut tubular sound karena suara ini
dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa),
suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang
lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi
dan tidak ada jeda di antara kedua fase tersebut (E > I).
Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk
suprasternal.
b) Bronkovesikular : merupakan gabungan dari suara napas
bronkhial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dengan
intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi
(E
= I). Suara ini terdengar di daerah dada di mana bronkus
tertutup oleh dinding dada.
c) Vesicular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-
sepoi. Inspiras lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi
terdengar seperti tiupan (E < I)
a. Jenis suara napas tambahan adalah :
a) Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang
disebabkan aliran udara melalui napas yang menyempit.
b) Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi,
karakter suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara
mengorok terus – menerus. Berhubungan dengan sekresi
kental dan peningkatan produksi sputum.
c) Pleural fiction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan
akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien
mengalami nyeri saat bernapas dalam.
d) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Fine crackles : setiap fase lebh sering terdengar saat
inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat
udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter
suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang
besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
2. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual atau potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikaso respon
klien,individu,keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan (SDKI). Menurut (PPNI, 2016)diagnosis dibagi
menjadi dua yaitu diagnosis positif dan diagnosisi negative. Diagnosis
positif yaitu menunjukkan klien dalam keadaan sehat dan dapat
mencapai keadaan yang lebih sehat diagnosis ini dapat disebut dengan
diagnosis promosi kesehatan, sedangkan diagnosis negative yaitu
menunjukkan klien dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit,
diagnosis negative dapat dibagi dua yaitu actual dan potensial. Dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen diagnosis yang kemungkinan muncul
yaitu :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten (SDKI). Bersihan jalan
napas tidak efektif biasanya disebabkan karena :
 Fisiologis
a. Spasme jalan napas
b. Hipersekresi jalan napas
c. Disfungsi neuromuskuler
d. Benda asing dalam jalan napas
e. Adanya jalan napas buatan
f. Sekresi yang tertahan
g. Hyperplasia dinding jalan napas
h. Proses infeksi
i. Respon alergi
j. Efek agen farmakologis (misalnya anastesi)
 Situasional
- Merokok aktif
- Merokok pasif
- Terpajan polutan
Gejala dan tanda mayor
c. Subjektif ( tidak tersedia )
d. objektif
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
- Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
- Mekonium di jalan napas (pada neonatus)

Gejala dan tanda minor

c. Subjektif
- Dispensia
- Sulit berbicara
- Ortopnea
d. Objektif
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas menurun
- Frekuensi napas berubah
- Pola napas berubah
2. Pola nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif merupakan keadaan inspirasi dan atau ekspirasi
yang tidak memberikan ventilasi adekuat (SDKI). Pola napas tidak
efektif biasanya disebabkan karena :
a. Depresi pusat pernapasan
b. Hambatan upaya napas ( misalnya nyeri saat bernapas ,
kelemahan otot pernapasan )
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas tulang dada
e. Gangguan neuromuscular
f. Gangguan neuorologis ( misalnya elektroenseflogram [EEG]
positif, cedera kepala, gangguan kejang
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energy
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan inervasi diagframa (kerusakan saraf C5 ke atas )
m. Cedera pada medulla spinalis
n. Efek agen farmakologis
o. Kecemasan
Gejala dan tanda mayor
c. Subjektif
- Dispensia
d. Objektif
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola napas abnormal (takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes)

Gejala dan tanda minor

c. Subjektif
- Ortopnea
d. Objektif
- Pernapasan pursed-lip
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter thoraks anterior –posterior meningkat
- Ventilasi semenit menurun
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi menurun
- Tekanan inspirasi menurun
- Ekskursi dada berubah

3. Gangguan Pertukaran Gas


Gangguan Pertukaran Gas merupakan kelebihan atau kekurangan
oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membrane
alveolus
– kapiler (SDKI). Gangguan pertukaran gas biasanya disebabkan karena
:
a. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b. Perubahan membrane alveolus – kapiler
Gejala dan tanda mayor
c. Subjektif
- Dispnea
d. Objektif
- PCO2 meningkat/ menurun
- PO2 menurun
- Takikardia
- pH arteri meningkat/menurun
- Bunyi napas tambahan

Gejala dan tanda minor

c. Subjektif
- Pusing
- Penglihatan kabur
d. Objektif
- Sianosis
- Diaforesis
- Gelisah
- Napas cuping hidung
- Pola napas abnormal (cepat/lambat,regular/ireguler,da
lam/ dangkal)
- Warna kulit abnormal (mis.pucat,kebiruan)
- Kesadaran menurun
3. Rencana asuhan keperawatan
NO.Dx TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

L.01001 Bersihan jalan napas Latihan batuk efektif


Setelah dilakukan intervensi
Observasi Observasi
selama … x 24 jam
diharapkan bersihan jalan 1) Identifikasi kemampuan batuk 1) Untuk Mengetahui kemampuan batuk
napas menjadi meningkat 2) Monitor adanya retensi sputum 2) Untuk Mengetahui perkembangan retensi
dengan kriteria hasil : 3) Monitor tanda dan gejala infeksi sputum
- Batuk efektif saluran napas 3) Untuk Memantau tanda dan gejala
meningkat 4) Monitor input dan output cairan infeksi saluran napas
- Produksi (misalnya jumlah dan karakteristik) 4) Untuk Mengontrol input output cairan
sputum
Terapeutik Terapeutik
menurun
- Mengi menurun 1) Atur posisi semi-fowler atau fowler 1) Untuk mengurangi kesulitan bernapas
- Wheezing menurun 2) Pasang perlak dan bengkok 2) Untuk menjaga kebersihan
- Meconium (pada di pangkuan pasien lingkungan pasien
neonatus) 3) Buang secret pada tempat sputum 3) Untuk mencegah terjadinya penularan
menurun
- Dyspnea menurun
- Ortopnea menurun
- Sulit bicara menurun Edukasi Edukasi
- Sianosis menurun
1) Jelaskan tujuan dan prosedur 1) Untuk Memberikan pemahaman
- Gelisah menurun
batuk efektif mengenai tindakan yang diberikan
- Frekuensi
2) Anjurkan tarik napas dalam melalui 2) Untuk ventilasi maksimal membuka area
napas membaik
hidung selama 4 detik, ditahan selama atelaksis dan peningkatan gerakan secret
- Pola napas membaik
2 detik, kemudian keluarkan dari mulut agar mudah dikeluarkan
dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
3) Anjurkan mengulangi tarik napas 3) Untuk mengontrol napas
dalam hingga 3 kali
4) Anjurkan batuk dengan kuat 4) Untuk membantu pengeluaran mucus
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
Kolaborasi
1) Untuk mengurangi kekentalan sekret
1) Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran,jika perlu
Manajemen jalan napas

Observasi Observasi

1) Monitor pola napas 1) Untuk mengetahui frekuensi


(frekuensi, kedalaman, usaha pola napas
napas) 2) Untuk mengetahui adanya bunyi
2) Monitor bunyi napas tambahan napas tambahan seperti gurgling,
(mis. gurgling, mengi, wheezing, mengi, wheezing, ronkhi kering
ronkhi kering) 3) Untuk mengetahui jumlah ,warna, dan
3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) aroma dari sputum

Terapeutik

Terapeutik 1) Untuk meningkatkan kepatenan


jalan napas
1) Pertahankan kepatenan jalan
2) Untuk memberikan kenyamanan pada
napas dengan head-tilt dan chin-tift
pasien
(jaw- thrust jika curiga trauma
3) Untuk melegakan tenggorokan
servikal)
4) Untuk mengembalikan fungsi otot
2) Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3) Berikan minum hangat
4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5) Lakukan penghisapan lendir kurang 5) Untuk membersihkan jalan napas
dari 15 detik
6) Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan 6) Untuk menghindari hipoksemi
endotrakeal
7) Keluarkan sumbatan benda 7) Untuk memperlancar pernapasan
padat dengan forsep McGill
8) Berikan oksigen, jika perlu 8) Untuk mengurangi sesak napas pasien

Edukasi Edukasi

1) Anjurkan asupan cairan 2000 1) Untuk membantu pengenceran sputum


ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2) Ajarkan Teknik batuk efektif 2) Untuk melatih batuk efektif

Kolaborasi Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, 1) Untuk mengurangi kekentalan sekret


ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Pemantauan respirasi

Observasi Observasi

1) Monitor frekuensi , irama , 1) Untuk mengetahui frekuensi


kedalaman dan upaya napas pola Napas
2) Monitor pola napas (seperti 2) Untuk memantau pola napas seperti
bradipnea,takipnea,hiperventilasi,kussm bradipnea,takipnea,hiperventilasi,kussma
aul, cheyne-stokes,biot,ataksik) ul, cheyne-stokes,biot,ataksik
3) Monitor kemampuan batuk efektif 3) Untuk memantau kemampuan batuk
4) Monitor adanya produksi sputum 4) Untuk memantau produksi sputum
5) Monitor adanya sumbatan jalan napas 5) Untuk memantau ada tidaknya sumbatan
6) Palpasi kesimetrian ekspansi paru 6) untuk mengetahui apakah ada
7) Auskultasi bunyi napas tidaknya kelainan
8) Monitor saturasi oksigen 7) Untuk mengetahui apakah ada suara
9) Monitor nilai AGD nafas tambahan
10) Monitor hasil x-ray toraks 8) Untuk mengetahui kondisi saturasi
oksigen pasien
9) Untuk mengetahui kondisi AGD pasien
10) Untuk mengetahui apakah ada kelainan
atau tidak

Terapeutik Terapeutik

1) Atur interval pemantauan respirasi 1) Untuk mengetahui respirasi pasien


sesuai kondisi pasien
2) Agar data tercatat dan tidak mudah hilang
2) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Edukasi
1) Agar pasien mengetahui Tindakan yang akan
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
diberikan
pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan 2) Agar pasien memahami hasil Tindakan
jika perlu
L.01004 Pola Napas Manajemen jalan napas

Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi


selama … x 24 jam
1) Monitor pola napas 1) Untuk mengetahui frekuensi
diharapkan pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha pola napas
membaik dengan kriteria hasil
napas) 2) Untuk mengetahui adanya bunyi
:
2) Monitor bunyi napas tambahan napas tambahan seperti gurgling,
- Dyspnea menurun (mis. gurgling, mengi, wheezing, mengi, wheezing, ronkhi kering
- Penggunaan otot ronkhi kering) 3) Untuk mengetahui jumlah ,warna, dan
bantu napas menurun 3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) aroma dari sputum
- Pemanjangan fase
Terapeutik
ekspirasi menurun
- Ortopnea menurun Terapeutik 1) Untuk meningkatkan kepatenan
- Pernapasan pursed- jalan napas
1) Pertahankan kepatenan jalan
lip menurun 2) Untuk memberikan kenyamanan
napas dengan head-tilt dan chin-tift
- Pernapasan cuping pada pasien
(jaw- thrust jika curiga trauma
hidung menurun 3) Untuk melegakan tenggorokan
servikal)
- Frekuensi napas 4) Untuk mengembalikan fungsi otot
2) Posisikan semi-Fowler atau Fowler
membaik
3) Berikan minum hangat
4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Kedalaman napas 5) Lakukan penghisapan lendir kurang 5) Untuk membersihkan jalan napas
membaik dari 15 detik
- Ekskursi dada 6) Lakukan hiperoksigenasi
membaik sebelum penghisapan 6) Untuk menghindari hipoksemi
- Ventilasi semenit endotrakeal
membaik 7) Keluarkan sumbatan benda 7) Untuk memperlancar pernapasan
- Kapasitas vital padat dengan forsep McGill
membaik 8) Berikan oksigen, jika perlu 8) Untuk mengurangi sesak napas pasien
- Diameter thoraks
anterior –posterior
Edukasi
membaik Edukasi
- Tekanan ekspirasi 1) Untuk membantu pengenceran sputum
1) Anjurkan asupan cairan 2000
membaik
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Tekanan inspirasi 2) Untuk melatih batuk efektif
2) Ajarkan Teknik batuk efektif
membaik
Kolaborasi
Kolaborasi
1) Untuk mengurangi kekentalan sekret
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Pemantauan respirasi

Observasi Observasi

1) Monitor frekuensi , irama , 1) Untuk mengetahui frekuensi


kedalaman dan upaya napas pola Napas
2) Monitor pola napas (seperti 2) Untuk memantau pola napas seperti
bradipnea,takipnea,hiperventilasi,kussm bradipnea,takipnea,hiperventilasi,kussma
aul, cheyne-stokes,biot,ataksik) ul, cheyne-stokes,biot,ataksik
3) Monitor kemampuan batuk efektif 3) Untuk memantau kemampuan batuk
4) Monitor adanya produksi sputum 4) Untuk memantau produksi sputum
5) Monitor adanya sumbatan jalan napas 5) Untuk memantau ada tidaknya sumbatan
6) Palpasi kesimetrian ekspansi paru 6) untuk mengetahui apakah ada
7) Auskultasi bunyi napas tidaknya kelainan
8) Monitor saturasi oksigen 7) Untuk mengetahui apakah ada suara
9) Monitor nilai AGD nafas tambahan
10) Monitor hasil x-ray toraks 8) Untuk mengetahui kondisi saturasi
oksigen pasien
9) Untuk mengetahui kondisi AGD pasien
10) Untuk mengetahui apakah ada kelainan
atau tidak

Terapeutik
Terapeutik

1) Atur interval pemantauan respirasi


sesuai kondisi pasien 1) Untuk mengetahui respirasi pasien
2) Dokumentasikan hasil pemantauan
2) Agar data tercatat dan tidak mudah hilang
Edukasi
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
1) Agar pasien mengetahui Tindakan yang akan
prosedur pemantauan
diberikan
2) Informasikan hasil pemantauan
jika perlu 2) Agar pasien memahami hasil Tindakan
L.01003 Pertukaran Gas Pemantauan respirasi

Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi


selama … x 24 jam
1) Monitor frekuensi , irama , 1) Untuk mengetahui frekuensi
diharapkan pertukaran gas
kedalaman dan upaya napas pola Napas
meningkat dengan kriteria
2) Monitor pola napas (seperti 2) Untuk memantau pola napas seperti
hasil :
bradipnea,takipnea,hiperventilasi,kussm bradipnea,takipnea,hiperventilasi,kussma
- Tingkat kesadaran aul, cheyne-stokes,biot,ataksik) ul, cheyne-stokes,biot,ataksik
meingkat 3) Monitor kemampuan batuk efektif 3) Untuk memantau kemampuan batuk
- Dyspnea menurun 4) Monitor adanya produksi sputum 4) Untuk memantau produksi sputum
- Bunyi napas 5) Monitor adanya sumbatan jalan napas 5) Untuk memantau ada tidaknya sumbatan
tambahan menurun 6) Palpasi kesimetrian ekspansi paru 6) untuk mengetahui apakah ada
- Takikardia menurun 7) Auskultasi bunyi napas tidaknya kelainan
- Pusing menurun 8) Monitor saturasi oksigen 7) Untuk mengetahui apakah ada suara
- Penglihatan kabur 9) Monitor nilai AGD nafas tambahan
menurun 10) Monitor hasil x-ray toraks 8) Untuk mengetahui kondisi saturasi
- Diaforsis menurun oksigen pasien
- Gelisah menurun 9) Untuk mengetahui kondisi AGD pasien
- Napas cuping
hidung menurun
- PCO2 Membaik 10) Untuk mengetahui apakah ada kelainan
- PO2 Membaik atau tidak
Terapeutik
- Ph arteri membaik
Terapeutik
- Sianosis membaik 1) Atur interval pemantauan respirasi
- Pola napas membaik sesuai kondisi pasien 1) Untuk mengetahui respirasi pasien
- Warna kulit membaik 2) Dokumentasikan hasil pemantauan
2) Agar data tercatat dan tidak mudah hilang
Edukasi
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
1) Agar pasien mengetahui Tindakan yang akan
prosedur pemantauan
diberikan
2) Informasikan hasil pemantauan
jika perlu 2) Agar pasien memahami hasil Tindakan

Terapi Oksigen

Observasi Observasi

1) Monitor kecepatan aliran oksigen 1) Untuk memantau aliran oksigen


2) Monitor posisi alat terapi oksigen 2) Untuk memantau alat terapi oksigen
3) Untuk memantau kecukupan
3) Monitor aliran oksigen secara
pemberian oksigen
periodik dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
4) Untuk memantau efektifitas
4) Monitor efektifitas terapi oksigen terapi oksigen
(misalnya oksimetri, analisa gas
darah), jika perlu
5) Untuk memantau pelepasan oksigen saat
5) Monitor kemampuan melepaskan
makan
oksigen saat makan

6) Monitor tanda-tanda hipoventilasi 6) Untuk memantau tanda-


tanda hipoventilasi

7) Monitor tanda dan gejala toksikasi 7) Untuk memantau tanda dan


oksigen dan atelektasis gejala toksikasi oksigen dan
atelectasis
8) Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
8) Untuk memantau tingkat
kecemasan akibat terapi oksigen
9) Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen 9) Untuk mengetahui intergritas mukosa
hidung akibat pemasangan oksigen

Terapeutik
Terapeutik
1) Untuk memperlancar pernapasan
1) Bersihkan sekret pada mulut, hidung
dan membersihkan jalan napas
dan trakea, jika perlu

2) Pertahankan kepatenan jalan napas 2) Untuk memberikan kepatenan jalan napas

3) Siapkan dan atur peralatan pemberian


3) Untuk memberikan terapi oksigen
oksigen

4) Berikan oksigen tambahan, jika perlu 4) Untuk mengurangi sesak pada pasien

5) Tetap berikan oksigen saat


5) Untuk menjaga kadar oksigen pada pasien
pasien ditransportasi

6) Gunakan perangkat oksigen yang sesuai 6) Untuk memberikan terapi yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien pada pasien
Edukasi Edukasi

1) Ajarkan pasien dan keluarga cara 1) Untuk memberikan informasi terkait


menggunakan oksigen di rumah pemberian oksigen

Kolaborasi Kolaborasi

1) Kolaborasi penentuan dosis oksigen 1) Untuk penyesuaian dosis untuk pasien

2) Kolaborasi penggunaan oksigen saat 2) Untuk mempertahankan kadar


aktivitas dan/atau tidur oksigen pasien
Denpasar , Senin 22 Februari 2021

NI PUTU DIAH PUSPITA DEWI


NIM : P07120120026

I MADE MERTHA, SKp.M.Kep

NIP : 196910151993031015
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz.2015.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Asmadi.2012.Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi

Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis KeperawatanEdisi

13. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.

Jakarta: Salemba Medika.

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

Jakarta: EGC.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

: definisi dan indikator diagnostik . Jakarta Selatan : DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan

Indonesia.Jakarta Selatan : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai