OLEH
NPM : 61190009
Daftar isi.....................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan
1.1..Latar belakang.....................................................................................................3
1.2..Rumusan masalah...............................................................................................3
1.3..Tujuan penulisan ................................................................................................4
BAB II Pembahasan
3.1.................................................................................................................Pengkajian
................................................................................................................17
3.2.................................................................................................................Diagnosa
keperawatan............................................................................................18
3.3.................................................................................................................Intervensi
keperawatan............................................................................................19
3.4.................................................................................................................Implementasi
keperawatan............................................................................................21
3.5.................................................................................................................Evaluasi
keperawatan............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
Fraktur merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia setelah penyakit Jantung Koroner
dan Tuberculosis. Fraktur disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kecelakaan, baik
kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas (Noorisa dkk, 2017).
Fraktur merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap integritas seseorang, sehingga
akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon
berupa nyeri. Nyeri operasi fraktur menyebabkan pasien sulit untuk memenuhi Activity Daily
Living. Nyeri terrjadi karena luka yang disebabkan oleh patahan tulang yang melukai jaringan
sehat (Kusumayanti, 2015).
Badan kesehatan duniaWorld Health of Organization (WHO) tahun 2019 menyatakan bahwa
Insiden Fraktur semakin meningkat mencatat terjadi fraktur kurang lebih 15juta orang dengan
angka prevalensi 3,2%.
Fraktur pada tahun 2018 terdapat kurang lebih 20juta orang dengan angka prevalensi 4,2% dan
pada tahun 2018 meningkat menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi 3,8% akibat
kecelakaan lalu lintas (Mardiono dkk, 2018).
Data yang ada di Indonesia kasus fraktur paling sering yaitu fraktur femur sebesar 42% diikuti
fraktur humerus sebanyak 17% fraktur tibia dan fibula sebanyak 14% dimana penyebab
terbesar adalah kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor
atau kendaraan rekreasi 65,6% dan jatuh 37,3% mayoritas adalah pria 73,8% (Desiartama &
Aryana, 2018).
Penyebab utama fraktur adalah peristiwa trauma tunggal seperti benturan, pemukulan,terjatuh,
posisi tidak teratur atau miring, dislokasi, penarikan, kelemahan abnormal pada tulang(fraktur
patologik) (Noorisa, 2016). Dampak lain yang timbul pada fraktur yaitu dapat mengalami
perubahan pada bagian tubuh yang terkena cidera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa
nyeri. Nyeri terjadi akibat luka yang mempengaruhi jaringan sehat. Nyeri mempengaruhi
homeostatis tubuh yang akan menimbulkan stress, ketidaknyamanan akibat nyeri harus diatasi
apabila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan proses penyembuhan dan
dapat menyebabkan kematian (Septiani, 2015). Seseorang yang mengalami nyeri akan
berdampak pada aktivitas sehari-hari seperti gangguan istirahat tidur, intoleransi aktivitas,
personal hygine, gangguan pemenuhan nutrisi (Potter & Perry, 2015).
1.2. Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah fraktur?
4
Melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien fraktur
b. Tujuan kusus
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.1. DEFINISI
Fraktur adalah suatu kondisi yang terjadi ketika keutuhan dan kekuatan dari tulang mengalami
kerusakan yang disebabkan oleh penyakit invasif atau suatu proses biologis yang merusak (Kenneth et
al., 2015).
Fraktur atau patah tulang disebabkan karena trauma atau tenaga fisik, kekuatan dan sudut dari tenaga
tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang merupakan penentu apakah fraktur terjadi
lengkap atau tidak lengkap (Astanti, 2017).
2.2. ETIOLOGI
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah cidera, stress, dan melemahnya
tulang akibat abnormalitas seperti fraktur patologis(Apleys & Solomon, 2018).
2.3. Klasifikasi
Menurut Sulistyaningsih (2016), berdasarkan ada tidaknya hubungan antar tulang dibagi menjadi :
1. Fraktur Terbuka
2015) yaitu:
a. Derajat I
Kulit terbuka <1cm, biasanya dari dalam ke luar, memar otot yang
b. Derajat II
6
Kulit terbuka >1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas,
c. Derajat III
Kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, termasuk otot, kulit, dan
a) Derajat IIIA
b) Derajat IIIB
masif.
c) Derajat IIIC
2015).
2) Fraktur Tertutup
lunak dan mekanisme cidera tidak langsung dan cidera langsung antara
lain:
a. Derajat 0
b. Derajat 1
7
Fraktur tertutup yang disebabkan oleh mekanisme energi rendah
c. Derajat 2
menjadi :
1) Fraktur Komplet
2) Fraktur Inkomplet
Yaitu fraktur yang terjadi hanya pada sebagian dari garis tengah
tulang.
3) Fraktur Transversal
4) Fraktur Oblig
Yaitu fraktur yang membentuk garis sudut dengan garis tengah tulang.
5) Fraktur Spiral
6) Fraktur Kompresi
Terjadi adanya tekanan tulang pada satu sisi bisa disebabkan tekanan,
2.4. Pathofisiologi
8
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup
bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh
biasanya timbul hebat di sekitar fraktur. Sel-sel darah putih dan sel-sel anast
2015).
2.5. Pathway
9
Trauma Langsung Trauma Tidak Langsung Kondisi patologis
Fraktur
tulang
Pergeseran fragmen
Diskontinuitas tulang Pergeseran frakmen tulang Nyeri akut
dari kapiler
otot
Spame
Ggn fungsi ekstremitas Pelepasan histamin Metabolisme asam lemak
Skema 2.1
Pathway
fraktur
(Sumber : Nurarif Dan Kusuma, 2015)
tulang.
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada
karena kontraksi otot yang melekat pada atas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sama 5 cm
(1 sampai 2 inchi).
lebih berat).
sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah terjadi cidera.
1. Pemeriksaan rontgen
11
Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau
5. Kreatinin
6. Profil kagulasi
2.8. Komplikasi
1. Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi setelah bedah ORIF,
nyeri yang sangat hebat akan dirasakan pada beberapa hari pertama.
2. Gangguan mobilitas pada pasien pasca bedah ORIF juga akan terjadi
3. Kelelahan sering kali terjadi yaitu kelelahan sebagai suatu sensasi. Gejala
nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala, dam kelemahan dapat terjadi akibat
4. Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengubah sistem
dirasakan.
2.9. Penatalaksanaan
12
Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan
lokasi serta usia. Berikut adalah tindakan pertolongan awal pada fraktur
hanya boleh dilakukan oleh para ahli dengan cara operasi oleh ahli
papan dari kedua posisi tulang yang patah untuk menyangga agar
perlukaan.
6. Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post
operasi.
1. Fraktur Terbuka
c. Pemberian antibiotic
e. Stabilisasi.
f. Penutup luka
g. Rehabilitasi.
h. Life saving.
tulang diperlukan gaya yang cukup kuat yang sering kali dapat
seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak berakibat total dan
14
ditinjau dari segi prioritas penanganannya. Tulang secara primer
j. Pemberian Antibiotik
l. Stabilisasi
2. Fraktur tertutup
15
memanipulasi serta imobilisasi eksternal dengan menggunakan
3. Seluruh Fraktur
a. Rekoknisis/Pengenalan
tindakan selanjutnya.
b. Reduksi/ Manipulasi/Reposisi
16
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan
f. Retensi/Imobilisasi
g. Rehabilitasi
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1 Pengkajian
1) Identitas klien : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
digunakan sehari-hari, status perkawinan, pendidikan , pekerjaan, tanggal MRS,
diagnosa medis.
2) Keluhan Utama : Pada umunya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa
nyeri.
3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab terjadinya fraktur,
yang dapat membantu dalam menentukan perencanaan tindakan.
b. Riwayat penyakit dahulu Pengumpulan data ini ditentukan kemungkinan
penyebab fraktur dan memberi bentuk berapa lama tulang tersebut
menyambung.
c. Riwayat penyakit keluarga Pengumpulan data ini untuk mengetahui penyakit
keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang yang merupakan salah
satu faktor terjadinya fraktur .
4) Aktivitas /istirahat Apakah setelah terjadi fraktur ada keterbatasan
gerak/kehilangan fungsi motorik pada bagian yang terkena fraktur (dapat segera
maupun sekunder, akibat pembengkakan/ nyeri).
5) Sirkulasi Terdapat tanda hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon
terhadap nyeri/ansietas) atau hypotention (hipovolemia). Takikardi (respon stress,
hipovolemia). Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cidera.
6) Neurosensori Gejala yang muncul antar lain spasme otot, kebas/kesemutan,
deformitas local, pemendekan rotasi, krepitasi, kelemahan/kehilangan fungsi.
7) Nyeri/ Kenyamanan Nyeri berat tiba-tiba saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan atau kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tidak ada
nyeri akibat kerusakan saraf dan spasme/kram otot. 8) Keamanan Tanda yang
muncul laserasi kulit, avulasi jaringan, perdarahan, dan perubahan warna kulit dan
pembengkakan lokal (Lukman, 2012).
18
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
actual atau potensial. Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan
intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat yang
bertanggung jawab.
Masalah keperawatan yang muncul adalah :
D.0077 (SDKI) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, di
buktikan dengan amputasi,pasien meringis kesakitan, terlihat menahan
nyeri, frekuensi nadi
D.0009 (SDKI) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
penurunan suplai darah kejaringan dibuktikan dengan kelemahan pada
kaki kiri dan kanan,kekuatan otot menurun
D.0129 (SDKI) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur
terbuka buktikan dengan adanya luka pada kaki kiri.
D.0054 (SDKI) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,
terapi, restriktif imobilisasi di buktikan dengan : pasien tidak bisa
berjalan, kelelahan. ( PPNI, 2016).
19
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
20
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
peningkatan tekann
intracranial (tidak lebih
dari 15mmhg)
Mendemostrasikan
kemampuan kognitif yang
ditandai dengan :
1. Berkomunikasi
dengan jelas sesuai
dengan kemampuan
2. Menunjukan perhatian
,konsntrasi dan
orientasi
3. Memproses informasi
4. Membuat keputusan
dengan benar
3 Gangguan NIC: NOC:
integritas kulit Skin and 3.1 Anjurkan pasien untuk
berhubungan mucous menggunakan pakaian
dengan fraktur Membranes yang longgar
terbuka di Kriteria Hasil: 3.2 Jaga kebersihankulit
buktikan 1. Integritas kulit yang agar tetap bersih dan
dengan baik bisa kering
adanya luka dipertahankan 3.3 Mobilisasi pasien(ubah
pada kaki kiri. 2. Perfusi jaringan baik posisi pasien) setiap dua
3. Menunjukan jam sekali
pemahaman dalam 3.4 Monitor kulit akan
proses perbaikan kulit adanya kemerahan
dan mencegah 3.5 Oleskan lotion atau
terjadinya sedera minyak /baby oil pada
berulang daerah yang tertekan
4. Mampu melindungi 3.6 Monitor aktivitas dan
kulit dan mobilisasi pasien
mempertahankan 3.7 Monitor status nutrisi
kelembapan kulit dan pasien
perawatan alam
4 Gangguan NOC: NIC:
mobilitas fisik Mobility level 4.1 Monitor vital. Sign
berhubungan Self care sebelum atau sesudah
dengan nyeri, :ADLs Kriteria latihan dan lihat respon
terapi, restriktif Hasil: pasien saat latihan
imobilisasi di 1. Klien meningkat 4.2 Ajrkan pasien atau
buktikan dalam aktivitas fisik tenaga kesehatan lain
dengan : pasien 2. Mengerti tujuan dari tentang teknik ambulasi
tidak bisa peningkatan mobilitas 4.3 Kaji kemampuan pasien
21
berjalan, 3. Memverbalisasikan dalam mobilisasi
kelelahan. perasaandalammening 4.4 Latih pasien dalam
katkan kekuatan dan pemenuhan kebutuhan
kemampuan ADLs secra mandiri
berpindah
4. IMPLEMENTASI
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry,
2011).
22
implementasi keperawatan Menurut Asmadi (2008), yaitu:
a. Independent Implementations
dengan kebutuhan klien itu sendiri, seperti contoh: membantu klien dalam
b. Interdependent/Collaborative Implementations
apoteker untuk dosis, waktu, jenis obat, ketepatan cara, ketepatan klien,
c. Dependen Implementations
seperti ahli gizi, psikolog, psikoterapi, dan lain-lain dalam hal pemberian
nutrisi kepada klien sesuai dengan diet yang telah dibuat oleh ahli gizi
5. Evaluasi keperawatan
23
keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien (Potter & Perry,
formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
DAFTAR PUSTAKA
24
Lukman, Ningsih Nurna. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Medika
25