Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN PROMOSI BERAT BADAN TERHADAP

BERAT BADAN PADA PASIEN OBESITAS


DI RSUD KAB. KONAWE

Disusun dalam rangka untuk menyelesaikan pendidikan


di program studi D-3 Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari

Oleh

SRI RAMDINA
(P003200190140)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PRODI DIII KEPERAWATAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obesitas merupakan dampak ketidakseimbangan energi, asupan jauh melampaui
keluaran energi dalam jangka waktu tertentu. Banyak sekali faktor yang menunjang kelebihan
ini. Kelebihan mengonsumsi makanan terutama sumber energi dan kurangnya aktivitas fisik
merupakan dua faktor sebagai penyebab obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi
disimpan dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kebiasaan menyantap makanan instan (kaya
akan kalori, miskin akan zat gizi), hal ini akan menyebabkan obesitas dan selanjutnya dapat
juga menjadi pemicu penyakit degenerative seperti diabetes milletus dan displidemia.
Obesitas berdampak negatif pada kesehatan, biaya kesehatan, dan produktivitas
jangka panjang suatu bangsa. Dari sisi kesehatan, obesitas berakibat berbagai macam
penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, jantung koroner, stroke, dan kanker.
Data pada tahun 2008 yang dikeluarkan oleh organisasi kesehatan dunia atau World
Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa obesitas merupakan masalah epidemiologi
global yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dunia. Lebih dari 1,4 milyar
orang dewasa berusia di atas 20 tahun mengalami kelebihan berat badan. Jumlah tersebut
lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki.
Fakta lain dari data yang diungkapkan oleh WHO pada tahun 2008 menunjukkan
bahwa setidaknya 2,8 juta orang dewasa setiap tahun mati karena obesitas. Oleh karena itu,
kelebihan berat badan dan obesitas menempati urutan kelima dari risiko penyebab kematian
global.
Prevalensi obesitas pun semakin meningkat pada anak-anak dan remaja di Amerika
Serikat dengan 26,7% balita mengalami kegemukan, 12,1% obesitas, dan 9,7% obesitas
morbid. Anak sekolah (6-11 tahun), sebanyak 32,6% mengalami kegemukan, 18% obesitas,
dan 13% obesitas morbid; remaja (12-19 tahun) sebanyak 33,6% mengalami kegemukan,
18,4% obesitas, dan 13% obesitas morbid (Klish, 2013). Di Indonesia prevalensi nasional
obesitas umum pada kelompok umur ≥15 tahun menunjukkan bahwa obesitas lebih banyak
dialami oleh perempuan (23,8%) dibandingkan dengan laki-laki (13,9%) (Rikesdas, 2007).
Obesitas pada anak di Indonesia menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya. Data
Susenas tahun 2003 menyebutkan bahwa 2,4% anak balita mengalami kegemukan dan
meningkat menjadi 3,5% pada tahun 2005. Kecenderungan yang terjadi semakin
mengkhawatirkan karena prevalensi obesitas pada anak balita terus meningkat, yakni 12,2%
pada tahun 2007 menjadi 14% pada tahun 2010 (Riskesdas, 2007 dan 2010).
Department of Nutrition for Health and Development WHO pada tahun 2008
mengungkapkan data mengenai persebaran kasus obesitas diseluruh dunia untuk
menggambarkan seberapa berat permasalahan ini. Faktanya, beberapa Negara di Kepulauan
Pasifik memiliki tingkat prevalensi obesitas yang tinggi. Negara Nauru menempati urutan
teratas dengan prevalensi obesitas pada orang dewasa mencapai 71,1%.
Data WHO tahun 2008 menunjukkan bahwa Arab Saudi (35%), Mesir (34%), Afrika
Selatan (33%), dan Libya (30%) menempati urutan-urutan tertinggi prevalensi obesitas
bersama dengan Amerika Serikat (31%) dan Mexico (32%). Sementara itu, Negara-negara di
Benua Eropa memiliki prevalensi obesitas di antara 20-29,9% (WHO, 2008).
Prevalensi obesitas yang cukup rendah terjadi di Negara-negara Benua Asia. Data
yang dikeluarkan oleh WHO tahun 2008 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas di sebagian
besar Negara-negara di Benua Asia berada di bawah 10%. Di Indonesia, 4,7% orang dewasa
mengalami obesitas (WHO, 2008).
RISKESDAS tahun 2007 mengungkapkan bahwa 19,1% manusia Indonesia
menderita obesitas umum (8,8% kegemukan dan 10,3% obesitas). Lima provinsi di Indonesia
dengan prevalensi obesitas umum tertinggi adalah Kalimantan Timur, Maluku Utara,
Gorontalo, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara.
Untuk mengurangi obesitas yang terjadi maka perlu dilakukan penatalaksanaan
obesitas yang bertujuan untuk menurunkan berat badan. Program penurunan berat badan akan
berhasil jika pasien memiliki motivasi tinggi dan keinginan yang kuat untuk menurunkan
berat badan. Sebaliknya program penurunan berat badan akan gagal jika pasien tidak
memiliki kedua hal tersebut sehingga komitmen dan kesiapan pasien perlu diperhatikan.
Evaluasi kesiapan pasien dapat dilihat dari : alasan atau motivasi untuk menurunkan
berat badan, usaha yang pernah dilakukan untuk menurunkan berat badan, dukungan dari
keluarga dan teman, pengertian akan manfaat dan risiko yang akan diperoleh, kemauan dalam
aktivitas fisik, waktu yang tersedia, hal yang dapat menghambat seperti keterbatasan dana
(Sukasah, 2007). Jika pada evaluasi terlihat bahwa pasien masih ragu-ragu, maka sebaiknya
dikonsultasikan dengan dokter psikiatri untuk meningkatkan mitovasinya. Selanjutnya setelah
memiliki motivasi yang kuat, pasien dapat berkonsultasi dengan ahli gizi untuk menentukan
kebutuhan nutrisi, terutama jumlah kalori dalam sehari yang diperlukan untuk menurunkan
berat badan.
Kita juga harus perlu melakukan program penurunan berat badan dilengkapi dengan
aktivitas fisik. Sebaiknya pasien melakukan aktivitas fisik selama 30-40 menit, 3-5 kali
seminggu. Pasien juga perlu berkonsultasi dengan dokter penyakit dalam untuk mengetahui
status kesehatan pasien secara menyeluruh, baik sebelum maupun selama mengikuti program
penurunan berat badan (Sukasa, 2007).

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan Promosi Berat Badan terhadap Berat badan pada pasien
obesitas di RSUD Kab. Konawe ?

C. Tujuan
 Tujuan umum
Mengetahui gambaran penerapan promosi Berat badan sebagai penatalaksanaaan
Berat badan pada pasien obesitas
 Tujuan Khusus
1. Mendapatkan Gambaran berat badan pada pasien Obesitas setelah dilakukan
promosi Berat badan
2. Mendapatkan Gambaran Indeks massa tubuh pada pasien Obesitas setelah
dilakukan promosi berat badan
3. Mendapatkan Gambaran tebal lipatan kulit pada pasien Obesitas setelah
dilakukan promosi berat badan
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. Obesitas, Diabetes Milletus, dan Displemia. Jakarta: Penerbit EGC; 2010.

Mufidah Nur Lailatul. Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan: Studi Deskriptif Pemanfaatan
Foodcourt oleh Keluarga. BioKultur. 2012;1(2):157.

Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan; 2010.

Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007. Jakarta : Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan; 2008.

Mujur. Hubungan antara Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Berat Badan Lebih
pada Remaja. 2011.

Sudikno. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Orang Dewasa di
Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007). Gizi Indonesia. 2010: 33(1);37-49.

Setianingsih. Hubungan antara Aktifitas Fisik dengan Persentase Lemak Tubuh pada Wanita
Dewasa Obesitas di Sport Club House [Thesis]. Malang : Universitas Brawijaya; 2012.

Supariasa I. N, Bakri, B, Hajar I. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. 2001

Sutargo, T. dkk., 20014. Pola Makan dan Obesitas. Yogyakarta : Gadja Mada University
Press.

https://www.kajianpustaka.com/2016/01/pencegahan-penatalaksanaan-pengukuran-
obesitas.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai