Anda di halaman 1dari 34

A.

Dukungan Persalinan
Pengertian

 Dukungan Emosional
Dukungan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu
selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan suami untuk berperan aktif dalam
mendukung dan mengenali langkah –langkah yang mungkin akan sangat
membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk didampingi oleh
teman atau saudara yang khusus.

Setiap ayah perlu berperan aktif dalam sebuah peristiwa penting seperti
kelahiran anak. Suami yang baik adalah yang memenuhi kebutuhan istrinya,
membantu perawatannya dan terlibat secara dekat dengan segala sesuatu yang
terjadi padanya.

Dalam kala satu, petugas bekerjasama dengan anggota keluarga untuk :

 Mengucapkan kata – kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu
 Membantu ibu bernapas pada saat kontraksi
 Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan – tindakan bermanfaat
lainnya
 Menyeka muka ibu dengan lembut, menggunakan kain yang dibasahi air
hangat atau dingin
 Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman
Dalam masyarakat modern ada kecenderungan melibatkan ayah, dalam
proses melahirkan.

1) Dalam tahap pertama persalinan, suami tetap bersama istri sehingga


lingkungan yang tidak dikenal dari rumah sakit terasa berkurang, dapat
membantu melakukan masase untuk mengurangi rasa nyeri. Didampingi
oleh orang yang dikenal, dicintai dan dapat berbagi perasaan. Calon ibu
sebaiknya tidak ditinggalkan sendiri dalam persalinan.
2) Dalam tahap kedua persalinan, ayah duduk disamping kepala atau di
belakang ibu pada pegangan tempat tidur, dan berdiri di sebelahnya
untuk memberi dorongan dan terlibat bersama. Mereka menyaksikan
kelahiran bayi dan secara emosional terikat semakin kuat.
 Dukungan yang yang membawa dampak positif adalah dukungan yang
bersifat fisik dan emosional, antara lain :
 Menggosok punggung wanita
 Memegang tangannya
 Mempertahankan kontak mata
 Ditemani oleh orang – orang yang ramah
 Yakinkan bahwa wanita berada dalam proses persalinan tidak
akan ditinggal sendirian

B. PERSIAPAN PERSALINAN.
1. DEFINISI PERSIAPAN PERSALINAN
 Persiapan persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, anggota
keluarga dan bidan.
 Rencana ini tidak harus dalam bentuk tertulis dan biasanya memang tidak
tertulis. Rencana ini lebih hanya sekedar diskusi untuk memastikan bahwa
ibu menerima asuhan yang ia perlukan.
 Dengan adanya rencana persalinan akan mengurangi kebingungan dan
kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan ibu akan
menerima asuhan yang sesuai dan tepat waktu.
2. 5 ( LIMA ) KOMPONEN PENTING RENCANA PERSALINAN
1) Membuat rencana persalinan
Antara lain meliputi :

 Tempat persalinan
 Pemilihan tempat persalinan ditentukan oleh nilai risiko kehamilan
dan jenis persalinan yang direncanakan. Persalinan resiko rendah
dapat dilakukan di Puskesmas, Polindes atau Rumah Bersalin.
Sedangkan persalinan resiko tinggi harus dilakukan di Rumah Sakit
yang memilki fasilitas kamar operasi, tranfusi darah dan perawatan
bayi risiko tinggi.
 Persalinan dianjurkan dilaksanakan di Rumah Sakit / Rumah sakit
Ibu dan Anak, lengkap dengan tenaga terlatih dan peralatan yang
memadai. Akibat sarana transportasi serta tenaga kesehatan yang
masih terbatas, dibeberapa daerah kebanyakan persalinan masih
ditolong oleh dukun bersalin dan berlangsung di rumah. Kondisi
tersebut merupakan kendala tersendiri yang masih sulit diatasi
sampai saat ini.
 Di luar negeri ( mis di Amerika dan Belanda ) persalinan dapat
dilakukan di rumah karena memilki kelebihan dibandingkan
persalinan di Rumah Sakit. Suasana rumah membuat ibu lebih
nyaman sehingga proses persalinan lebih lancar dan peran serta
suami tampak nyata dirasakan. Walaupun demikian, persalinan
dirumah memerlukan dukungan infrastruktur yang baik serta
kesiapan tenaga penolong untuk menghadapi segala kemungkinan
yang terjadi pada saat persalinan maupun pasca persalinan.
 Memilih tenaga kesehatan terlatih

 Tenaga kesehatan yang diperbolehkan menolong persalinan adalah


dokter umum, bidan serta dokter kebidanan dan kandungan. Dinegara
kita masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun bersalin, baik
yang terlatih maupun yang tidak terlatih. Hal ini masih menjadi
kendala dan merupakan salah satu sebab tingginya angka kematian
bayi .
 Pemilihan tenaga penolong persalinan ditentukan oleh pasien, nilai
risiko kehamilan, dan jenis persalinan yang akan direncanakan bagi
masing-masing pasien.
 Pemilihan pasien berdasarkan risiko dimaksudkan agar penanganan
kasus lebih terarah dan ditangani oleh tenaga yang kompeten. Pada
saat persalinan, penanganan kasus dilakukan lebih cermat lagi
dengan memperhatikan karakteristik kasus. Sebaiknya semua kasus
dianggap memilki risiko tinggi karena tidak ada satu cara pun yang
dapat meramalkan bahwa persalinan tsb pasti berjalan normal
sehingga setiap penolong persalinan akan selalu berhati-hati dan
mempersiapkan segala uatunya untuk mengatasi penyulit yang
mungkin terjadi.

 Selain itu faktor ekonomi, agama, sosial dan budaya kadang-kadang


juga mempengaruhi pemilihan tenaga penolong persalinan.
 Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut
 Bagaimana transportasi ke tempat persalinan
 Seberapa jauh jarak dari rumah ke rumah sakit, klinik, puskemas atau
tempat pengobatan/persalinan terdekat dan transportasi apa yang
mungkin tersedia
 Siapa yang akan menemani pada saat persalinan
 Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengumpulkan
biaya tersebut
 Ketersediaan dana termasuk dalam persiapan kelahiran dan
persiapan menghadapi keadaan darurat saat persalinan (birth
preparedness dan emergency readiness). Di Bangladesh di setiap bank di
desa-desa ada paket khusus yang menyediakan pinjaman lunak untuk ibu
yang menghadapi persalinan. Sayangnya di Indonesia ide seperti ini
belum diperkenalkan, padahal dapat membantu ibu-ibu hamil dari
golongan bawah untuk menghadapi persalinan dengan tenang karena
uang tak lagi menjadi kendala.

 Siapa yang akan menjaga keluarga jika ibu tidak ada


2) Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan
pada saat pengambil keputusan utama tidak ada
 Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga ?
 Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama tidak
ada saat terjadi kegawatdaruratan ?
3) Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan
 Banyak ibu yang meninggal karena mengalami komplikasi yang serius
selama kehamilan, persalinan atau pasca persalinan dan tidak
mempunyai jangkauan transportasi yang dapat membawa mereka ke
tingkat asuhan kesehatan yang dapat memberikan asuhan yang kompeten
untuk menangani masalah mereka.
 Setiap keluarga seharusnya mempunyai suatu rencana transportasi untuk
ibu jika ia mengalami komplikasi dan perlu segera dirujuk ke tingkat
asuhan yang lebih tinggi
Rencana ini perlu dipersiapkan lebih dini dalam kehamilan, dan harus terdiri
dari elemen-elemen dibawah ini :

 Dimana ibu akan bersalin ( desa, fasilitas kesehatan, RS )


 Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika terjadi
kegawatdaruratan)
 Ke fasilitas kesehatan mana ibu akan dirujuk
 Bagaimana cara mendapatkan dana jika terjadi kegawatdaruratan
 Bagaimana cara mencari donor darah
4) Membuat rencana / pola menabung
 Keluarga dianjurkan untuk menabung sejumlah uang untuk persediaan
dana guna asuhan selama kehamilan dan jika terjadi kegawatdaruratan.
 Ibu / keluarga hendaknya memiliki tabungan pribadi dan dapat
mengaksesnya bila diperlukan. Juga kemungkinan mengakses sarana dan
dana cadangan bersama milik masyarakat yang dapat dipakai untuk
keperluan gawat darurat. Misal, akses untuk pengobatan murah atau
subsidi kesehatan dari pemerintah.

5) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan


 Ibu dan keluarga dapat mengumpulkan barang-barang seperti pembalut
wanita, sabun, baju ibu, baju bayi dan lain-lain dan menyimpannya untuk
persiapan persalinan
 Beberapa Rumah Sakit biasanya sudah membuatkan daftar peralatan yang
harus dibawa saat datang, misalnya gurita, peralatan
mandi (sabun, sikat gigi, pasta gigi, shampoo, deodorant, bedak,
sisir, pelembab bibir, handuk kecil, handuk besar ), perlengkapan pribadi
(pembalut wanita, alas BH, BH untuk menyusui, celana dalam, beberapa
blus, sandal, kaos longgar / daster dan kaos kaki ), krim puting susu, spon
kecil, washlap, kain, baju bayi dan popok

 Hendaknya di persiapkan jauh hari sebelumnya, dimasukkan dalam satu


tas sehingga begitu tanda-tanda persalinan muncul, ibu tidak panik dan
bisa langsung mencari pertolongan ( ke RS, Rumah Bersalin dsb )
 Mempersiapkan perlengkapan buah hati bisa menjadi kesibukan yang
menyenangkan

C. PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS IBU DAN


KELUARGA.

 Pemenuhan Kebutuhan Fisik


Kebersihan dan kenyamanan

Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan berkeringat banyak,
karena itu akan sangat mendambakan kesempatan untuk mandi atau bersiram
jika ia bisa.

Jika si ibu bisa berdiri ia akan senang bila bisa digosok tubuhnya dengan spons,
khususnya bagian muka dan lehernya dengan air dingin.

Sebuah gaun yang bersih dan adem akan sangat disukai dan sebuah kipas angin
akan sangat menyejukkan.

Mulutnya bisa disegarkan dengan jalan menggosok gigi. Ia mungkin pula ingin
mengulum – ngulum es.
Posisi

Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa disadari
dan mau tak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan
rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang
diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaiknya, peranan bidan adalah
untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang dipilihnya,
menyarankan alternatif – alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau
membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya. Bila ada anggota
keluarga yang hadir untuk melayani sebagai pendukung ibu, maka bidan bisa
menawarkan dukungan pada orang yang mendukung ibu tersebut.

Posisi untuk persalinan

POSISI ALASAN / RASIONALISASI


Duduk / setengah duduk Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran
kepala bayi dan mengamati/mensupport perineum
Posisi merangkak Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit,
membantu bayi melakukan rotasi, peregangan minimal
pada perineum
Berjongkok / berdiri Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran
panggul, memperbesar dorongan untuk meneran
Berbaring miring ke kiri Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi
oksigenisasi yang baik bagi bayi, membantu mencegah
terjadinya laserasi

Kontak fisik

Si ibu mungkin tidak ingin bercakap – cakap tetapi ia mungkin akan merasa
nyaman dengan kontak fisik. Partnernya hendaknya didorong untuk mau
berpegangan tangan dengannya, menggosok punggungnya, menyeka wajahnya
dengan spons atau mungkin hanya mendekapnya. Sebagian pasangan suami istri
mungkin ingin mempraktekkan dimana partnernya mengelus – elus perut dan
paha wanita atau tehnik – tehnik lain yang serupa. Mereka yang menginginkan
kelahiran yang aktif bisa mencoba stimulasi puting dan klitoris untuk
mendorong pelepasan oksitosin dari kelenjar pituitary dan dengan demikian
merangsang kontraksi uterus secara alamiah. Hal ini juga akan merangsang
produksi endogenous opiates, yang memberikan sedikit analgesia alamiah.

Pijatan

Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan mungkin
akan merasakan pijatan sangat meringankan. Sebagian wanita mungkin akan
merasakan pijatan pada abdominal menyenangkan; elusan ringan diatas seluruh
perut emang bisa terasa enak, dengan menggunakan kedua tangan dan
melakukan ujung jari menyentuh daerah symphysis pubis, melintas diatas
fundus uterus dan kemudian turun ke kedua sisi perut.

 Pemenuhan Kebutuhan Psikologis


Persiapan untuk persalinan

Pada suatu tahap dalam masa persalinannya semua wanita akan menyadari
keharusan untuk melahirkan anaknya.

Memberikan informasi

Idealnya setiap wanita yang hamil haruslah memperoleh kesempatan untuk


membentuk hubungan dengan seorang bidan tertentu agar supaya advis bisa
diberikan secara konsisten dan wanita tersebut akan merasa rileks dan bisa bebas
meminta informasi. Dengan cara demikian setiap wanita akan bisa mendapatkan
informasi sebanyak yang diinginkannya.

Mengurangi kecemasan

Meskipun setiap wanita mungkin akan merasa sedikit takut tentang beberapa
aspek dari kehamilan dan persalinan, banyak diantaranya merasa bahwa hal
tersebut tidaklah berdasar.

Keikutsertaan dalam perencanaan

Pasangan – pasangan yang bisa berpartisipasi dalam perencanaan asuhan mereka


dengan cara ini akan merasa bahwa hal tersebut akan dianggap penting bagi para
pemberi asuhan dan akan merasa lebih tenang dalam menghadapi seluruh
pengalaman memasuki rumah sakit. Bidan harus ingat bahwa bagi pasangan –
pasangan muda, sebuah rumah sakit itu bagaikan benda asing, lingkungan yang
belum dikenal yang dihubungkan dengan sakit dan mati dan bahwa mungkin
saja mereka belum pernah datang ke tempat seperti itu.

Berkenalan dengan para staf

Berkenalan dengan staf ruang bangsal persalinan serta melihat – lihat


lingkungannya akan sangat berguna bagi sebagian besar wanita. Jika
penggunaan perlengkapan dijelaskan tentu akan terasa tidak seperti rumah sakit
dan akan kurang menakutkan. Pendekatan tim asuhan akan dirancang untuk bisa
menaarkan kesinambungan asuhan dari si pemberi asuhan kepada setiap wanita
agar supaya dia mendapatkan rasa aman bahwa ia akan bertemu dengan orang –
orang yang sudah dikenalnya selama kontak dengan penyedia jasa
persalinannya.

D. TANDA BAHAYA KALA I

Bahaya / komplikasi persalinan sulit / abnormal.


1. kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya
2. ruptura uteri
3. infeksi / sepsis puerperal
4. perdarahan postpartum
5. fistel

Deteksi penyulit persalinan

Rujuk Ibu apa bila didapatkan salah satu atau lebih penyulit seperti berikut:

1. Riwayat bedah sesar.


2. Perdarahan pervaginam selain dari lendir bercampur darah (‘show’).
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu).
4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental.
5. Ketuban pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit meconium disertai dengan
tanda-tanda gawat janin
6. Ketuban pecah (>24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang dari 37
minggu.
7. Tanda-tanda atau gejala-gejalainfeksi:
Temperature > 380C
Menggigil
Nyeri abdomen
Cairanketubanberbau
8. Tekanan darah lebih dari 160/110 dan terdapat protein dalam urin (preeklamsi
berat).
9. Tinggi fundus 40 cm atau lebih. (makrosomia, Polihidramnion, gemeli)
10. DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit pada dua kali penilaian dengan
jarak 5 menit pada (gawat janin).
11. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5.
12. Presentasi bukan belakang kepala.
13. Presentasi majemuk.
14. Tali pusat menumbung.
15. Tandadangejalasyok
16. Tanda dan gejala persalinan dengan fase laten berkepanjangan :
Pembukaan servik kurang dari 4 cm setelah 8 jam
Kontraksi teratur (lebih dari 2 kali dalam 10 menit)
17. Tandaataugejalabeluminpartu
Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya ≤ 20 detik
Tidak ada perubahan pada serviks dalam waktu 1-2 jam
18. Tanda ataugejalaPartus lama :
Pembukaan servik mengarah kesebelah kanan garis waspada
(partograf)

Pembukaan servik kurang dari 1 cm per jam


Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit, dan lamanya ≤ 40
detik.

Tabel 1 Parameter monitoring persalinan (partograf)


Parameter Temuan abnormal

Tekanan darah > 140/90 dengan sedikitnya satu tanda/ gejala pre-
eklampsia

Temperatur > 38oC

Nadi > 100 x/menit

DJJ < 100 atau > 180 x/menit

Kontraksi < 3 dalam 10 menit, berlangsung < 40 detik,


ketukan di palpasi lemah

Serviks Partografmelewatigariswaspada pada fase aktif

Cairan amnion Mekonium, darah, bau

Urin Volume sedikit dan pekat

E.. PENDOKUMENTASIAN KALA I ( PENGISIAN PARTOGRAF )


Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan
penyulit dan informasi untuk membuat keputusan klinik

Jika partograf digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu
penolong persalinan untuk :

1. mencatat kemajuan persalinan


2. mencatat kondisi ibu dan janinnya
3. mencatat asuhan selama persalinan dan kelahiran
4. mengunakan informasi yang tercatat
5. untuk secara dini mengidentifikasi adanaya penyulit
6. mengunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu.

Halaman depan partograf mencantumkan :

a. Informasi tentang ibu


b. Kondisi janin
c. Kemajuan persalinan
d. Jam dan waktu
e. Kontraksi uterus
f. Obat-obat dan cairan yang diberikan
g. Kondisi ibu
h. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya

MENILAI KEMAJUAN PERSALINAN DAN PENGGUNAAN PATOGRAF.

Patograf merupakan alat untu informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan


pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat
keputusan klinis selama kala I persalinan.

Kegunaan utama dari patograf adalah :

 Mengamati dan mencatat informasi kemajuan berjalan normal dan mendeteksi


dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai
kemungkinan persalinan lama.
 Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini peralinan
lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan
persalinan lama.
 Jikadigunakan secara tepat dan konsisten, maka patograf akan menbantu
penolong persalinan untuk :
1. mencatat kemajuan persalinan.
2. mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3. mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
4. menggunakan informasi yang tercatat untuk seacara dini
mengidentifikasi adanya penyulit.
5. menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu.

Patograf harus digunakan :


 untuk semua ibu pase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus digunkan, baik tanpa apapun adanya
penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal
maupun yang disertai dengan penyulit.
 Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat ( rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit, dll )
 Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
kepala ibu selama persalinan dan kelahiran ( spesialis obgin, bidan, dokter
umum, residen dan mahasiswa kedokteran )

Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan
asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang
dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

Pencatatanselama fase laten persalinan.

Kalasatudalampersalinandibagimenjadi fase laten dan fase aktif yang


dibatasiolehpembukaanservik

 Fase Laten : pembukaan servik kurang dari 4 cm.


 Fase Aktif : pembukaaan servik dari 4 sampai 10 cm.

Selama fase laten persalinan, semuaasuhan, pengamatan dan pemeriksaanharusdicatat.

Halinidapatdirekam secara terpisahdalam catatan kemajuanpersalinanatau pada


KartuMenujuSehat (KMS) ibuhamil. Tanggal dan
waktuharusdituliskansetiapkalimembuat catatan selama fase laten persalinan.
Semuaasuahan dan intervenís harusdicatata.

Kondisiibu dan bayi juga harusdinilai dan dicatatsecraseksama, yaitu :

 Denyut jantung janin : setiap ½ jam.


 Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam.
 Nadi : setiap ½ jam.
 Pembukaan servik : setiap 4 jam.
 Penurunan : setiap 4 jam.
 Tkanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
 Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2 samapai 4 jam.
Jika ditemui tanda – tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus lebih sering
dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosa ditetapkandanya
penyulit dalam persalinan. Jka frekwensi kontraksi berkurang dalam satu tay dua jam
pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-
tanda kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika
kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan dirumah, penolong
persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya
dalam kondis baik. Pesankan pada ibu dan keluargannya untuk memberitahukan
penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekwensi kontraksi.

Pencatatan selama fase aktif persalinan ( partograf )

1. informasi tentang ibu.


Lengkpi bgian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan.

Waktu kedatangan (tertulis sebagai : ’ Jam’ pada partograf dan


perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat
waktu terjadinya pecah ketuban.
2. Keselamatan dan kenyamanan janin.
 Denyut jantung janin.
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian
pemeriksan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ)
setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin ). Setiap
kotak pada bagian ini, menunjuka waktu 30 menit. Skala angka
disebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan
memberikan tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik
lainnya dengan garis tidak terputus.

Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka
180 dan 100. tetapi, penolong sudah harus waspada bila DJJ di bawah
120 atau diatas 160.

 Warna dan adanya air ketuban.


Nilai air ketuban setiap kali dilakukanpemeriksaan dalam, dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan- temuan
dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang
berikut ini :

- U : Ketubanutuh ( belumpecah )

- J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.

- M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur


mekonium.
- D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.

- K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering )

Mekoniim dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya gawat


janin.
Jika terdapat mekonium,pantau DJJ secara seksama untuk mengenali
tanda-tanda dawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda
gawat janin ( denyut jantung janin < 100 atau < 180 kali permenit ), ibu
segera dirujuk kefasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat
mekonium kental, segera rujuk ibuke tempat yang memiliki asuhan
kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir.

 Molase ( penyusupan kepala janin )


Penyusupan adalah indicator penting seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian keraspanggul ibu. Tulang kepala
yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukan
kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul ( CPD ). Ketidak
mampuan akomodasi akanbenar-benar terjadi jika tulang kepala yang
saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan
disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau
kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tndakan pertolongan
awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang
ke fasilitas kesehatan yang memadai.

Setiap kali melakukn pemeriksaan dalam, nilai penyusup kepala


janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambing-lambang berikut ini :

1 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah


dapat dipalpasi.
2 : tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
3 : tulang –tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih
dapat dipisahkan.
4 : tulang – tulang kepala janin tupang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
3. Kemajuan Persalinan.
 Pembukaan Servik.
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian
pemeriksan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan
servik setiap 4 jam ( lebih sering dilakukan jika ada tanda-
tanda penyulit ). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan,
catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan.
Tanda ’ X ” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan
lajur besarnya pembukaan servik. Beri tanda untuk temuan
– temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan
pertama kali selama fase aktif persalinan di garis
waspada. Hubungankan tanda ’ X ’ dari setiap pemeriksaan
dengan garis utuh ( tidak terputus )

 Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.


Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian
pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan
servik (setiap 4 jam) lebih sering dilakukan jika ada tanda-
tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serik umumnya diikuti dengan turunnya bagian
terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal,
kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti dengan
turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi
kadangkala, turnnya bagian terbawah /presentasi janin baru
terjadi setelah pembukaan serviksebesar 7 cm.

Kata-kata ” turunnya kepala ” dan garis tidak terputus dari 0-


5 tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan servik.
Berikan tanda ” O ” pada garis waktu yang sesuia. Sebagai
contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tulis tanda ”O” dinomer
4, hubungkan tanda ” O ” dari setiap pembukaan dengan garis
tidak terputus.
 Garis Waspada dan garis Bertindak.
Garis waspada dimuali pada pembukaan servik 4 cm dan
berakhir pada titik di mana pembukaaan lengkap diharapkan
terjadi jika laju pembukaan 1 cm / jam. Pencatatan selam
faseaktif persalinan harus dimulai digaris waspada jika
pembukaan ervik mengarah kesebelah kanan garis waspada
( pembukaan < 1 cm/jam ), maka harus dipertimbangkan
adanya penyulit ( misalnya fase aktif yang memanjang,
macet, dll ).

Perimbangkan pula adanya tindakan interfensi yang


diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan
rujukan ( rumah sakit atau puskesmas ) yang mampu
menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri. Garis
bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan
oleh 8 kotak atau 4 jalur kesisi kanan. Jika pembukaan servik
berada disebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk
menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tib
ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

4. Jam dan Waktu


o Waktu mulainya fase aktif persalinan .
Dibagian bawah partograf ( pembukaan servik dan penurunan
) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1 -16. setiap kotak
menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan.

o Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.


Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif. Tertera
kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Setiap kotak menytakan 1 jam penuh dan berkaitan
dengan 2 kotak waktu 30 menit pada lajur kotak diatasnya
atau lajur kontraksi dibawahnya. Saat ibu masuk dalam fase
aktif persalinan catatkan pembukaan servik digaris waspada
kemudian catatkan wakyu aktual pemeriksaan ini dikotak
waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam
menunjukan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul
15.00, tuliskan tanda X digaris waspada yang sesuai dengan
angka 6 yang tertera disisi luar kolom paling kiri dan catat
waktu yang sesuai pada kotak waktu dibawahnya ( kotak
ketiga dari kiri )

5. Kontaraksi Uterus.
Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 jalur kotak dengan tulisan
kontrksi per 10 menit disebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan 1 kontraksi. Setiap 30 menit raba dan catat jumlah
kontaraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dsengan
mengisi angka pada kotak 1 kali 10 menit isi 3 kotak.

Nyatakan lamanya kontraksi dengan :

beri titik-titik dikotak yang sesuai untuk menyatakan


kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik

beri garis – garis dikotak yang sesuai untuk menyatakan


kontraksi yang lamanya 20 hingga 40 detik.

Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang


lamanya lebih dari 40 detik.
Dalam waktu 30 menit pertama :

 Dua kontraksi dalam 10 menit


 Lamnya kurang dari 20 detik.

Dalam waktu 30 menit yang ke 5 :

 Tiga kontraksi dalam waktu 10 menit.


 Lamanya 20 – 40 detik.

Dalam wktu 30 menit ke 7 :

 Lima kontraksi dalam 10 menit.


 Lamanya lebih dari 40 detik.

INGAT :

1. Periksa frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan
setiap 30 menit selama fase aktif.
2. Nilai frekuensi dan lamanya kontraksi selama 10 menit
3. Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai / yang telah
ditentukan.
4. Catat temuan-temuan dikotak yang bbersesuaian dengan waktu penilaian.
6. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah
unit oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena dan dalam satuan tetesan
per menit.

Obat-obatanlain dan cairanintravena


Catatsemuapemberianobat-obatantambahanataucairanintravenadalamkotak yang
seuaidengankolomwaktunya.

7. Kesehatan dan kenyamananibu

Nadi, tekanandarah, dan temperaturtubuh


Angkadisebelahkiribagianpartografiniberkaitandengannadi dan tekanandarahibu.

- Nilai dan catatnadiibusetiap 30 menitselama fase aktifpersalinan.


(lebihseringjikadicurigaiadanyapenyulit). Beri tanda titik pada kolom yang
sesuai (.)
- Nilai dan catattekanandarahibusetiap 4 jamselama fase aktifpersalian
(lebihsering jira dianggapakanadapenyulit). Beri tanda panah pada partograf
pada kolomwaktu yang sesuai :
- Nilai dan catattemperaturtubuhibu(lebihsering jira meningkat,
ataudianggapadanyainfeksi ) setiap 2 jam dan
cataattemperaturtubuhdalamkotak yang sesuai.

Volumeurine, protein, saetón.


Ukur dan catatjumlahproduksiurineibusedikitnyasetiap 2 jam
(setiapkaliibuberkemih). Jikamemungkinkansetiapibuberkemih,
lakukanpemeriksaanadanya saetón atauproteindalamurine.
8. Asuhan , pengamatan dan keputusan klinik lainnya.

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinikn disisi luar kolom
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan dalam persalinan. Cantumkan
juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.

Asuhan, pengamatan atau keputusan klinik mencakup :

 Jumlah cairan peroral yang diberikan.


 Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
 Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyin, bidan, dokter umum)
 Persiapan sebelum melakukan rujukan.
 Upaya rujukan.

Pencatatan pada lembar belakang partograf.

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala i samapai persalinan kala IV ( termasuk Bayi baru lahir ). Itulah
sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Niali dan catat asuhan yang
diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk
memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat
keputusan klinik yang sesuai.

Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama


peamantauan kala IV ( mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan ). Selain itu,
catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan
untuk menilai atau memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan persalinan
bersih dan aman.
Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur berikut :

a. Data dasar.
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi baru lahir.
f. Kala IV.

Cara pengisian :

Berbeda dengan halaaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar
paretograf ini diiisi setelah semua proses persalinan selesai. Adapun caara pengisian
acatatatn persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan
menurut unsur-unsurnya sebagai berikut :

A. Data dasar.
Terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat
rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat
yang tealah disediakan,atau dengan cara memberi tanda pada kotak disamping
jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan no 5, lingkari jawaban yang sesuai dan
untuk pertasnyaan no 8njawaban bisa lebih dari 1.

B. Kala I.
Kala I terdiri dari pertanyaan – pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil
penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan no 9, lingkari jawaban yang sesuai.
Pertanyaan lainnya hanya diiisi jika terdapat masalah laiinya dalam persalinan.

C. Kala II.
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda √ pada kotak
disamoping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan no 13, jika jawabannya ”Ya”
tulis indikasinya. Sedangkan untuk no 15 dan 16 jika jawabannya ” Ya ”, isi jenis
tindakan yang telah dilakukan. Untuk pertanyaan no 14 jawaban bisa lebih dari satu.
Sedangkan untuk masalah lain hanya diisi apabila terdapat masalah lain pada kala II.

D. Kala III.
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitoksin, penegangan tali pust
terkendali, massage fundus, plasenta lahir lengkap, placenta tidak lahir lebih dari 30
menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan
dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak
disamping jawaban yang sesuai. Untuk no 25,26 dan 28 lingkari jawaban yang
benar

E. BBL.
Informasi tentang BBL terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian
kondisi BBL, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda pada kotak
disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertantyaan no 36 dan 37, lingkari jawaban
yang sesuai sedangkan untuk no 38 jawaaban bisa lebih dari satu.

F. Kala IV.
Kala IV berisi data tentang tekanan darah,nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting
terutama untuk menilai apakah ada resiko atau terjadi perdarahan pasca persalinan.
Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama
setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnaya. Isi setiap kolom
sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV
pada tempat yang telah disediakan. Bagian yang digelapkan tidak usah diisi.

KEBUTUHAN DASAR SELAMA PERSALINAN


Selama proses persalinan, pasien sangat membutuhkan pemenuhan kebutuhan
dasar, yang dimaksud kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang sangat penting dan
mutlak untuk dipenuhi selama proses persalinan antara lain:
a. Makan dan minum per oral.
Pemberian makanan pada pasien yang kemungkinan sewaktu-waktu
memerlukan tindakan anestesi tidak disetujui, karena makanan yang tertinggal
di lambung akan menyebabkan aspirasi pneumoni. Dikarenakan pada proses
persalinan, motilitas lambung; absorpsi lambung; dan sekresi asam lambung
menurun. Sedangkan cairan tidak terpengaruh dan akan meninggalkan
lambung dengan durasi waktu yang biasa, oleh karena itu pada pasien sangat
dianjurkan untuk minum cairan yang manis dan berenergi sehingga kebutuhan
kalorinya akan tetap terpenuhi.
b. Akses intravena
Akses intravena adalah tindakan pemasangan infus pada pasien.
Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat, cairan, darah
untuk mempertahankan keselamatan jiwa sewaktu-waktu terjadi keadaan
darurat dan untuk mempertahankan suplai cairan bagi pasien.
c. Posisi dan ambulasi
Posisi yang nyaman sangat diperlukan bagi pasien. Selain mengurangi
ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan membantu
prosespenurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat
(selama tidak ada kontra indikasi dari keadaan pasien). Beberapa posisi yang
dapat diambil antara lain rekumben lateral (miring), lutut-dada, tangan-lutut,
duduk, berdiri, berjalan, dan jongkok.
d. Eliminasi selama persalinan (BAB atau BAK)
1) Buang Air Kecil (BAK)
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri sehingga
penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi.
Jika pasien masih berada dalam awal kala I, ambulansi dengan
berjalan seperti aktivitas ke toilet akan membantu penurunan kepala
janin. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri untuk kemajuan
persalinannya.
2) Buang Air Besar (BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan dorongan
untuk BAB. Namun rasa khawatir akan lebih mendominasi daripada
perasaan tidak nyaman, hal ini terjadi karena pasien tidak tau
mengenai caranya serta khawatir akan respon orang lain terhadap
kebutuhannya ini. Dalam kondisi ini penting bagi keluarga dan bidan
untuk menunjukan respon yang positif dalam hal kesiapan untuk
memberikan bantuan dan meyakinkan pasien bahwa ia tidak perlu
merasa risih atau sungkan untuk melakukannya.
(Sulistyawati, 2013)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Menurut Sulistyawati (2013) faktor yang mempengaruhi persalinan adalah


a. Power (Kekuatan Ibu)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-
otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang
diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya
adalah tenaga meneran ibu.
His atau kontraksi uterus adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His
dibedakan menjadi dua yakni his pendahuluan dan his persalinan. His pendahuluan
atau his palsu (false labor pains), yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan
dari kontraksi braxton hicks. His ini bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri di
perut bagian bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari
pinggang ke perut bagian bawah. His pendahuluan tidak mempunyai pengaruh
terhadap serviks. His persalinan merupakan suatu kontraksi dari otot-otot rahim
yang fisiologis, akan tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya dan
bersifat nyeri. Kontraksi rahim bersifat otonom yang artinya tidak dipengaruhi oleh
kemauan, namun dapat dipengarui dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari
tangan (Rohani, 2013).
Tenaga meneran ini serupa dengan tenaga meneran saat buang air besar, tetapi
jauh lebih kuat lagi. Ketika kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek
yang mengakibatkan pasien menekandiafragmanya kebawah. Tenaga meneran
pasien akan menambah kekuatan kontraksi uterus. Pada saat pasien meneran,
diafragma dan otototot dinding abdomen akan berkontraksi. Kombinasi antara his
dan tenaga meneran pasien akan meningkatkan tekanan intrauterus sehingga janin
akan semakin terdorong keluar.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi
serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong janin keluar. Apabila
dalam persalinan melakukan valsava maneuver (meneran) terlalu dini, dilatasi
serviks akan terhambat. Meneran akan menyebabkan ibu lelah dan menimbulkan
trauma serviks.

b. Passage (Jalan Lahir)


Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang vagina). Janin harus berhasil menyesuikan
dirinya dengan jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Tulang panggul dibentuk oleh
gabungan tulang ilium, tulang iskium, tulang pubis, dan tulang-tulang sakrum.
Tulang ilium atau tulang usus merupakan tulang terbesar dari panggul yang
membentuk bagian atas dan belakang panggul. Bagian atas merupakan penebalan
tulang yang disebut krista iliaka. Ujung depan dan belakang krista iliaka yang
menonjol yakni spina iliaka anterosuperior dan spina iliaka postesuperior. Terdapat
benjolan tulang mamanjang di bagian dalam tulang ilium yang membagi pelvis
mayor dan minor,disebut linea inominata atau linea terminalis yang merupakan
bagian dari pintu atas panggul.
Tulang isikum atau tulang duduk terdapat di sebelah bawah tulang usus, sebelah
samping belakang menonjol yang disebut spina ichiadika. Pinggir bawah tulang
duduk sangat tebal (tuber ichiadika) yang berfungsi menopang badan saat duduk.
Tulang pubis atau tulang kemaluan terdapat di sebelah bawah dan depan tulang
ilium dengan tulang duduk dibatasi oleh formen obturatorium. Tangkai tulang
kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus disebut ramus superior tulang
pubis. Di depan kedua tulang ini berhubungan melalui artikulasi atau sambungan
yang disebut simfisis.
Tulang sakrum atau tulang kelangkangan yang terletak diantara kedua tulang
pangkal paha. Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas dan
mengecil di bagian bawah. Tulang sakrum terdiri dari 5 ruas tulang yang
berhubungan erat. Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas ke bawah
dan dari kanan ke kiri. Pada sisi kanan dan kiri di garis tengah terdapat lubang yang
dilalui oleh saraf yang disebut foramen sakralia anterior. Tulang kelangkang yang
paling atas mempunyai tonjolan besar ke depan yang disebut promontorium. Bagian
samping tulang kelangkang berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui
artikulasi sarco-illiaca. Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan tulang
tungging atau tulang koksigis.
Tulang koksigis atau tulang tungging merupakan tulang yang berbentuk segitiga
dengan ruas 3 sampai 5 buah yang menyatu. Pada tulang ini terdapat hubungan
antara tulang sakrum dengan tulang koksigis yang disebut artikulasi sarco-koksigis.
Diluar kehamilan artikulasi hanya memungkinkan mengalami sedikit pergeseran,
tetapi pada kehamilan dan persalinan dapat mengalami pergeseran yang cukup
longgar bahkan ujung tulang koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh 2,5
cm pada proses persalinan.
Panggul memiliki empat bidang yang menjadi ciri khas dari jalan lahir yakni
pintu atas panggul (PAP), bidang terluas panggul, bidang tersempit panggul, dan
pintu bawah panggul. Jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke depan
panjangnya 4,5 cm dan belakang 12,5 cm. Pintu atas panggul menjadi pintu bawah
panggul seolah-olah berputar 90 derajat terjadi pada bidang tersempit panggul. Pintu
bawah panggul bukan merupakan satu bidang tetapi dua bidang segitiga.
Pintu atas panggul (PAP) merupakan bagian dari pelvis minor yang terbentuk
dari promontorium, tulang sakrii, linea terminalis, dan pinggir atas simfisis. Jarak
antara simfisis dan promontorium sekitar 11 cm. Yang disebut konjungata vera.
Jarak terjauh garis melintang pada PAP adalah 12,5 sampai 13 cm yang disebut
diameter transvera.
Bidang dengan ukuran terbesar atau bidang terluas panggul merupakan bagian
yang terluas dan berbentuk seperti lingkaran. Bidang ini memiliki batas anterior
yakni pada titik tengah permukaan belakangtulang pubis. Pada lateral sepertiga
bagian atas dan tengah foramen obturatorium, sedangkan batas posterior pada
hubungan antara vertebra sakralis kedua dan ketiga.
Bidang dengan ukuran terkecil atau bidang tersempit panggul merupakan bidang
terpenting dalam panggul yang memiliki ruang yang paling sempit dan di tempat ini
paling sering terjadi macetnya persalinan. Bidang ini terbentang dari apeks sampai
arkus subpubis melalui spina ichiadika ke sakrum, biasanya dekat dengan
perhubungan antara vertebra sakralis ke 4 dan ke 5. Bidang tersempit panggul
memiliki batas-batas yakni pada tepi bawah simfisis pubis, garis putih pada fasia
yang menutupi foramen obturatorium, spina ischiadika, ligamentum sacrospinosum,
dan tulang sakrum.
Pintu bawah panggul ialah batas bawah panggul sejati. Dilihat dari bawah,
struktur ini berbentuk lonjong, seperti intan, di bagian anterior dibatasi oleh
lengkung pubis, di bagian lateral dibatasi oleh tuberosita isikum, dan dibagian
posterior dibatasi oleh ujung koksigeum.
Bidang hodge berfungsi untuk menentukan sampai dimana bagian terendah janin
turun ke panggul pada proses persalinan. Bidang hodge tersebut antara lain:
1) Hodge I merupakan bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian
atas simfisis dan promontorium
2) Hodge II yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi bagian bawah simfisis
3) Hodge III yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika
4) Hodge IV merupakan bidang yang sejajar Hodge I setinggi tulang koksigis
(Sulistyawati, 2013).
c. Passanger (Janin dan Plasenta)
Perubahan mengenai janin sebagai passenger sebagian besar dalah mengenai
ukuran kepala janin, karena kepala merupakan bagian terbesar dari janin dan paling
sulit untuk dilahirkan. Adanya celah antara bagianbagian tulang kepala janin
memungkinkan adanya penyisipan antara bagian tulang sehingga kepala janin dapat
mengalami perubahan bentuk dan ukuran, proses ini disebut molase (Sulistyawati,
2013).

Menurut Sulistyawati (2013), Plasenta dan tali pusat memiliki struktur


berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 cm sampai 20 cm dan
tebal 2 cm sampai 2 sampai 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram, terletak di depan atau
di belakang dinding uterus ke atas arah fundus. Bagian plasenta yang menempel pada
desidua terdapat kotiledondisebut pers maternal, dan dibagian ini tempat terjadinya
pertukaran darah ibu dan janin. Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup janin meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa tali pusat juga
menyebabkan penyulit persalinan misalnya pada kasus lilitan tali pusat (Sulistyawati, 2013).
Air ketuban atau amnion merupakan elemen yang penting dalam proses
persalinan. Air ketuban ini dapat dijadikan acuan dalam menentuan diagnosa
kesejahteraan janin. Amnion melindungi janin dari trauma atau benturan,
memungkinkan janin bergerak bebas, menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap
hangat, menahan tekanan uterus, dan pembersih jalan lahir (Sulistyawati, 2013).
c. Psikologis Faktor
psikologis menurut Rohani (2013) yakni :
1) Melibatan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual
2) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan orang terdekat pada kehidupan ibu
e. Penolong
Peran dari penolong peralinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan
dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan (Rohani, 2013).
1. Ny T sedangobservasikala I persalinan, padapemeriksaandalam (PD)
terabatulangkepalajanintumpangtindihdantidakdapatdipisahkan.
Disebutmolasebarapakahkondisitersebut ?
A. Tidakadamolase
B. Molase 1
C. Molase 2
D. Molase 3
E. Molase 4

2. Ny A dalamobservasikala I faseaktifolehbidan Susi di BPM.


PadapemeriksanTandatanda vital diperoleh TD 150/90mmHg
tidakdisertaiadanya edema. Langkah yang tepatdilakukanolehbidan Susi
adalah:
A. Menyampaikankepadaibubahwaibudalamkeadaanbaik, TD ibu yang
meningkatmerupakanperubahan yang wajar (fisiologis) padaibubersalin
B. Menyampaikankepadaibubahwaadamasalahdenganmeningkatnya TD
ibu, dandiperlukanadanyapemeriksaantambahan urine reduksi
C. Menyampaikankepadaibubahwaadamasalahdenganmeningkatnya TD
ibu, dandiperlukanadanyapemeriksaantambahan proteinuria
D. Menyampaikankepadaibubahwameningkatnya TD
disebabkankarenameningkatnyametabolisme,
danakanmenurunsetelahpersalinan
E. Ibutidakperludiberitahukarenadapatmenjadicemas.

3. Seorangperempuanumur 28 tahun , G2P1A0, hamil 38


minggudatangkeklinikmengeluhsakitdiperut yang
menjalarhinggakepinggang. Hasilpemeriksaan: TD 110/80 mmHg, P
20x/mnt, N 78x/mnt, S 370C. Hasilpemeriksaandalampembukaan 6 cm,
kontraksi 3/10’/35” ,serviksmenipis, penurunankepala 3/5.
Apakahdiagnosapadakasustersebut?

A. Inpartukala I faselaten
B. Inpartukala I faseaktif
C. Inpartukala II
D. Inpartukala III
E. Inpartukala IV

4. Seorangperempuandenganusia 25 tahun, GIP0A0, hamil 38 minggu,


datangkeklinikbidanpukul 08.00 WIB, mengeluhperutkenceng-kenceng,
hasilpemeriksaan : KU baik, TD : 110/70 mmHg, nadi 80 x/m, R 24 x/m,
TFU 30 cm, kepalasudahmasuk 2/5, hasil VT pembukaanserviks 8 cm,
selaputketubanmasihutuh, ibumengatakancemasmenghadapipersalinan.
Asuhansayangibu yang di berikanpadaibumarianiadalah……
A. Memberikandukunganemosional
B. Memberikannutrisi
C. Menganjurkanibuuntukberbaring
D. Melakukanperiksadalamkembaliuntukmenentukanpembukaan
E. Mengaturibuuntukmelakukanpernapasan

5. Seorangibuumur 28 thdatang BPM mengatakan mules yang seringdanteratur,


didapatkanusiakehamilanatermanamnesapemeriksaanfisikdalambatas normal
kemudianBidanmelakukanperiksadalam.
Indikasiperiksadalamsaatituadalahuntuk:

A. Sebagaiprosedurrutinpasieninpartu
B. Untukmenilaiusiakehamilansaatini
C. Menentukanapakahibusudahdalamkeadaaninpartu
D. Menilaikemajuanpersalinan
E. Mengidentifikasiapakahadabagian yang menumbung

Anda mungkin juga menyukai