Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEGAWAT DARURATAN

DENGAN KASUS STROKE PADA NY. G.K

CT : Ns Gresty Massie, S.Kep, M.Kep, Sp, Kep.MB.

OLEH :
MILITIA SUNDALANGI , S.KEP

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MANADO 2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME DENGAN KASUS STROKE
PADA NY. G.K
A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

berhentinya suplai darah kebagian otak (Brunner& Suddarth, 2002).

Stroke hemoragi adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah

sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes

ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya (Pudiastuti,

2011).

Stroke hemoragi merupakan perdarahan serebral dan mungkin

perdarahan subaraknoid. Di sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah

otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan

aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.

Kesadaran klien umumnya menurun (Muttaqin, 2008).

2. Etiologi

a. Perdarahan intraserebral

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena

hipertensi memgakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,

membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan


edema otak. peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat

mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.

Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering

di jumpai di daerah putamen, thalamus, pons, dan serebelum.

b. Perdarahan Subarakhnoid

Dapat terjadi karena trauma atau hipertensi, penyebab tersering

adalah kebocoran anurisma pada area sirkulus Willisi dan

Malvormasi arteri – vena kongenetal. Gejala-gejala pada umumnya

mendadak, peningkatan intracranial (TIK), perubahan tingkat

kesadaran, sakit kepala (mungkin hebat), vertigo, kacau mental,

stupor sampai koma, gangguan ocular, hemiparesis atau

hemiplegic, mual muntah, iritasi meningeal (kekakuan nukhal,

kernig’s, Brudzinski’s positif, Fotofobia, penglihatan ganda, peka

rangsang, kegelisahan, peningkatan suhu tubuh)

c. Perdarahan Serebral

Faktor risiko stroke

Beberapa faktor penyebab stroke antara lain:

1) Hipertensi, merupakan faktor risiko utama

2) Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari jantung.

3) Kolesterol darah tinggi.

4) Obesitas atau kegemukan.

5) Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebral.

6) Diabetes mellitus terkait dengan aterogenesis terakselerasi.


7) Kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi,merokok,dan kadar

estrogen tinggi)

8) Merokok

9) Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)

10) Konsumsi alkohol

(muttaqin, 2008)

3. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana

yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi

kolateral.

Pada stroke akut gejala klinis meliputi :

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis)

yang timbul secara mendadak

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan

c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau

koma)

d. Afasia (kesulitan dalam bicara)

e. Disatria (bicara cadel atau pelo)

f. Gangguan penglihatan, diplopia

g. Ataksia

h. Verigo, mual, muntah, dan nyeri kepala

(Tarwoto, 2007)
4. Patofisiologi

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area

tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti

lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral

terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.

Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau makin cepat)

pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme

vascular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru

dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark

pada otak. Thrombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah

dapat beku pada area stenosis, tempat aliran darah mengalami

perlambatan atau terjadi turbulensi.

Thrombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa

sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan iskemia

jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan

dan edema dan kogestri disekitar area. Area edema ini menyebabkan

disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema

dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah

beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan

perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak

terjadi perdarahan massif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh

embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika

terjadi septic infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada

pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisme

pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika

aneurisme pecah atau rupture.

Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik

dan hipartensi pembuluh darah.perdarahan intrasirebral yang sangat

luas akan lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan

keseluruhan penyakit serebrovaskular,karena perdarahan yang luas

terjadi destruksi masa otak,peningkatan tekanan intracranial dan yang

lebih berat dapat mengakibatkan herniasi otak pada falk serebri atau

lewat foramen magnum.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,henisfer

otak,dan perdarahan sibatang otak sekunder atau ekstensi perdarahan

ke bataang otak.Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada

sepertiga kasus perdarahan otak di nucleus kaudatus,thalamus dan

pons.

Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang enuksia

serebral.perubahan yang oleh enuksia serebral dapat reversible untuk

waktu 4 sampai 6 menit. Perubahan irreversible jika anoksia lebih dari

10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang

bervariasi salah satunya henti jantung.

Selain kerusakan parenkin otak,akibat volume perdarahan yang

relativ banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial


dan penurunan tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak.

Elemen-eleman vaso aktiv darah yang keluar dan kaskade iskemik

akibat menurunya tekanan perfusi,menyebabkan saraf di area yg

terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.

Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume

darah lebih dari 60cc maka resiko kematian sebesar 93% pada

perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan logar. Sedangkan jika

terjadi perdarahan seregral dengan volume antara 30 sampai 60cc

diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75%,namun volume

darah 5cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal.


5. Pathways Keperawatan
Faktor-faktor risiko stroke

Aterosklerosis, Katup jantung rusak, miokard Aneurisma, malformasi,


hiperkoagulasi, artetis infark, endokarditis, fibrilasi arteriovenous

Penyumbatan pembuluh Pendarahan intraserebral


Tromosis serebral darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara

Pembuluh darah Emboli serebral


oklusi, iskemik jar Perembesan darah ke parenkim
otak, edema dan otak, penekanan jar otak, infark
kongesti jar sekitar Stroke otak, edema, hemiasi otak

Defisit neurologis

Infark Kehilangan Risiko Kerusakan


peningkatan Disfungsi
serebral kontrol volunter lobus frontal bahasa, dan
TIK kapasitas,me komunikasi
mori/fungsi
1. Risiko perfusi Hemiplegi
Herniasi falk intelektual
serebral tiak dan
serebri dan ke kortikal Disartria,
efektif hemiparesis
foramen magrum afasia,
apraksia
2. Gangguan
mobilitas fisik Kompresi
batang otak 3. Gangguan
komunikasi
4. Defisit
Kehilangan verbal
perawatan
tonus otot
diri Depresi saraf
kardiovaskuler
koma
dan pernapasan

Kelemahan
Intake fisik umum Pola nafas
nutrisi tidak Tidak Efektif - Carpenito,
adekuat Penurunan 2001
tingkat - Muttaqin,
kesadaran 2008
5. kematian
perubahan
pemenuhan Penekanan
nutrisi jaringan
setempat

6. Resiko kerusakan
integritas kulit
6. Anatomi fisiologi otak

a. Otak

Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat badan orang

dewasa (sekitar 3 lbs). Otak menerima 20% dari curah jantung dan

memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400

kilokalori energy setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling

banyak memakai energy dalam seluruh tubuh manusia dan terutama

berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.jaringan otak sangat

rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah

adalah konstan. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan

kontinu, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10

detik saja, maka kesadaran mungkin sudah akan hilang, dan


penghentian dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan

ireversibel. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak

besar), serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak), dan

diensefalon. (Price, 1995)

Serebrum merupakan letak pusat-pusat saraf yang mengatur semua

kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur proses penalaran,

ingatan, dan intelegensi. Serebrum terdiri dari dua hemisfer, korteks

serebri dan korpus kalosum. Hemisfer serebri merupakan bagian yang

terbesar dari otk. Masing-masing terdiri atas korteks, suatu selaput

bagian luar dari sel-sel saraf, tersusun dalam lapisan; dengan ketebalan

sekitar 2 mm dan mengandung sekitar 70% dari semua neuron dalam

system persarafan. (Price, 1995)

Sereblum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Fungsi

Sereblum adalah untuk mengatur sikap badan. Sereblum berperan

penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan. Bila

serabut kortiko-spinal yang melintas dari korteks serebri ke sumsum

tulang belakang mengalami penyilangan dan dengan demikian

mengendalikan gerakan sisi yang lain dari tubuh, maka hemisfer

serebri mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri.

(Price, 1995)

Brainstrem terdiri dari otak tengah (diensefalon), pons varoli, dan

medula oblongata. (Pearce, 2002)


Otak tengah merupakan bagian atas batang otak. Aqueduktus

serebri yang menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintasi

otak tengah ini. (Pearce, 2002)

Talamus, berkenaan dengan penerimaan impuls sensorik yang

dapat di tafsirkan pada tingkat subkortikal atau di salurkan pada daerah

sensorik kortex otak dengan tujuan mengadakan kegiatan penting

mengatur perasaan dan gerakan pada pusat-pusat tertinggi. (Pearce,

2002)

Medulla oblongata adalah sehelai jaringan saraf yang sempit

bersambungan dengan pons di sebelah atas dan medulla spinalis

disebelah bawah. Medulla oblongata sebagian besar terdiri dari saraf.

Medulla oblongata mengandung sel-sel pusat jantung dan pusat

pernapasan tempat jantung dan paru-paru dikendalikan. Medulla

oblongata mengandung nucleus atau badan sel dari berbagai saraf otak

yang penting. Selain itu medulla mengandung “pusat-pusat vital” yang

berfungsi mengendalikan pernapasan dan system kardiovaskular. Oleh

karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam batang

otak, dapat membawa akibat yang sangat serius. (Price, 1995)

b. Nervus Cranialis
1) Nervus olvaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi , membawa
rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak,
2) Nervus optikus
Mensarafi bola mata , membawa rangsangan penglihatan ke otak.
3) Nervus Okulomotoris
Saraf ini bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital(otot
penggerak bola mata). Didalam saraf ini terkandung serabut-
serabut saraf otonom(para simpatis).saraf penggerak mata keluar
dari sebelah tangkai otak dan menuju ke lekuk mata yang berfungsi
mengangkat kelopak mata atas, selain itu mensarafi otot miring
atas mata dan otot lurus sisi mata.
4) Nervus troklearis
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital.saraf pemutar mata
yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.
5) Nervus trigeminus
Bersifat majemuk (sensoris motoris), saraf ini mempunyai tiga
buah cabang. Fungsinya saraf kembar tiga, saraf ini merupakan
saraf otak besar, sarafnya yaitu:
a) Nervus oltamikus; sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala
bagian depan kelopak mata atas ,selaput lendir kelopak
mata,dan bola mata.
b) Nervus maksilaris; sifatnya sensoris mensarafi gigi-gigi
atas,bibir atas, palatum, batang hidung,rongga hidung, dan
sinus maksilaris.
c) Nervus mandibularis; sifatnya majemuk(sensori dan motoris).
Mensarafi otot-otot pengunyah.serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal, dan dagu.
6) Nervus abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai
saraf penggoyang sisi mata.
7) Nervus fasialis
Sifatnya majemuk(sensori dan motoris), serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir rongga
mulut. Di dalamn saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom
(parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala. Fungsinya sebagai
mimic wajah dan menghantarkan rasa pengecap.
8) Nervus auditoris
Sifatny sensoris, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan
dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsanya sebagai saraf
pendengar.
9) Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk(sensoris dan motoris),mensarafi faring,tonsil,
dan lidah. Saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
10) Nervus vagus
Sifatnya majemuk(sensoris dan motoris), mengandung serabut-
serabut saraf motorik, sensorik, dan parasimpatis faring, laring,
paru-paru, esophagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar
pencernaan dalam abdomen dan lain-lain. Fungsinya sebagai saraf
perasa.
11) Nervus asesorius
Sifatnya motoris dan mensarafi muskulus sternokleidomsatoid dan
muskulus trapezius. Fungsinya sebagai saraf tambahan.
12) Nervus hipoglosus
Sifatnya motoris dan mensarafi otot-otot lidah. Fungsinya sebagai
saraf lidah. Saraf ini terdapat didalam sumsum penyambung.
(Syarifuddin, 2003)
7. Komplikasi

a. Hipoksia serebral

Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah

adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen

yang dikirimkan ke jaringan.

b. Penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cedera

Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah

jantung, dan itegritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat


(cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan

memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi

ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran

darah serebral dan potensi luasnya area cedera.

c. Embolisme serebral

Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard.

Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya

menurunkan aliran darah serebral.Disritmia dapat mengakibatkan

curah jantung tidak konsisten dan penghentikan thrombus lokal.

Selain itu disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus

diperbaiki. (Suddarth, 2001)

8. Pemeriksaan diagnostik

a. Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya

perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari

sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler

b. CT scan

Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,

adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara

pasti

c. Lumbal pungsi
Tekanan yang menngkat dan di sertai bercak darah pada cairan

lumbal menunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau

perdarahan pada intrakranial

d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)

Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil

pemeriksaan biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan

infark akibat dari hemoragik

e. USG Doppler

Mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem

arteri karotis)

f. EEG

Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark

sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak

g. Sinar tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang

berlawanan dari masa yang meluas, kalsifikasi karotis interna

terdapat pada trombosis serebral, kalsifikasi parsial dinding

aneurisma pada perdarahan subaraknoid. (Batticaca, 2008)

9. Penatalaksanaan medis

a. Penatalaksanaan umum

1) Pada fase akut

a) Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan

ventilator
b) Monitor peningkatan tekanan intrakranial

c) Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah

d) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG

e) Evaluasi status cairan dan elektrolit

f) Kntrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan,

dan cegah resiko injuri

g) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi

lambung dan pemberian makanan

h) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan

antikoagulan

i) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran,

keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus

kranial, dan refleks

2) Fase rehabilitasi

a) Pertahankan nutrisi yang adekuat

b) Program management bladder dan bowel

c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dengan rentang

gerak sendi (ROM)

d) Pertahankan integritas kulit

e) Pertahankan komunikasi yang efektif

f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

g) Persiapan pasien pulang


3) Pembedahan

Di lakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3cm

atau volume lebih dari 50ml untuk dekompresi atau

pemasangan pintasan ventrikulo-peritoneal bila ada

hidrosefalus obstruktif akut

4) Terapi obat-obatan

Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke :

Stroke hemoragik

a) Antihipertensi : captropil, antagonis kalsium

b) Diuretik : manitol 20%, furosemide

c) Antikonvulsan : fenitolin

(Tarwoto, 2007)
RESUME GAWAT DARURAT

Nama Mahasiswa : Militia Ch. A. Sundalangi, S.Kep Tanggal : 07 Januari


2020
NIM : 20014104027 Tempat : Rumah Sakit PSIK

Identitas
Nama : Ny. G.K.
Umur : 68 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tuminting
Diagnosa Medis : Stroke Haemoragic
Tgl/Jam Pengkajian : 07-1-2021 / 09.00 WITA
1. Pengkajian Kondisi Mental
A : Pasien mengalami penurunan kesadaran
V : ada respon terhadap suara (Suara Rintihan)
P : ada respon terhadap nyeri
U : pasie memberikan respon
GCS: E : 2 V: 2 M: 4 = 8 = Sopor
2. Primary Survey
Airway : terdapat secret, Adanya suara tambahan ngorok (snoring) lidah jatuh ke
belakang, pasien kesulitan bernapas, suara nafas ronkhi.

Breathing : Terlihat pengembangan dada, teraba hembusan napas, pasien kesulitan saat
bernapas, RR: 28x/menit, irama napas tidak teratur, terlihat adanya penggunaan otot bantu
rongga dada dalam pernapasan, napas cepat dan pendek

Circulation : TD: 230/110 mmHg, N = 92 x/menit, tidak ada bunyi jantung tambahan,
cappilary refille kembali <3 detik, akral hangat.

Disabillity : Kesadaran pasien sopor dengan GCS (E2,V2,M4), keadaan umum lemah, pasien
mengalami penurunan kesadaran, saat dirumah bicara pasien pelo

Exposure : Rambut dan kulit kepala tampak bersih tidak terdapat hematoma.
3. Secondary Survay
EKG : Sinus Takikardi
Fluit dan Farenheit : Suhu badan 36,4 C
History
 Keluhan Utama
Penurunan Kesadaran
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang di IGD Rumah Sakit Daerah Sragen pada tanggal 05 Januari 2020
dengan keluhan 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit pasien jatuh terpeleset di kamar
mandi, mengalami penurunan kesadaran, kelemahan anggota gerak sebelah kiri sejak
2 hari yang lalu, pasien tidak dapat berkomunikasi. Keluarga pasien mengatakan ini
merupakan pertama kalinya pasien dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan seperti
ini.
 RPD/RPK
Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi sejak ±10 tahun.
Keluarga pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit keturunan seperti DM, Asma dan Hipertensi.
Head To Toe
Kepala : Rambut dan kulit kepala tampak bersih dan tidak terdapat luka
Mata : Konjungtiva Ikterik, simetris kiri dan kanas
Hidung : hidung terdapat secret
Leher : leher normal, tidak ada pembesaran tiroid
Dada : Terlihat pengembangan dada, teraba hembusan napas, pasien kesulitan
saat
bernapas, RR: 28x/menit, irama napas tidak teratur, terlihat adanya
penggunaan
otot bantu rongga dada dalam pernapasan, napas cepat dan pendek
Perut : normal tidak ada pembesaran jaringan dibagian perut
Lengan Atas: mengalami kelemahan anggota gerak dan otot bagian kanan sejak 2
hari yang
lalu
Lengan bawah : mengalami kelemahan anggota gerak dan otot bagian kanan sejak 2
hari
yang lalu
Anus : Anus Normal pasien dapat melakukan BAB dengan lancer dan tidak ada
hambatan
Kulit : Kulit Keriput, mengalami penurunan elastisitas kuliat akubat penuaan.
Psikosial : tidak ada masalah, Klien tampak mendapatkan kasih saying dari keluarga
dan kerabat
Px Penunjang :
 TD : 230/110 mmHg
 N : 92x/m
 RR : 28x/m
 GCS : E : 2 V : 2 M: 4 8
 CRT : <3 detik
 EKG : Sinus Takikardi
 GDS : 135 mg/dL
Terapi Medis
Terapi O2 nasal 4 lpm, infus RL 20 tpm, injeksi citicolin 500 mg/12 jam, injeksi
ceftriaxone 1 gr/24 jam, injeksi furosemid 40 mg/12 jam. Pemasangan NGT dan DC
pada pasien.

4. Klasifikasi data
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Keluarga mengatakan pasien - TTV : TD:230/110 mmHg,
memiliki riwayat penyakit - N: 92 x/menit,
hipertensi selama kurang lebih 10 - RR: 28 x/menit,
tahun - S: 36,4 ° C.
- Keluarga mengatakan pasien tak - Pasien mengalami penurunan
sadarkan diri akibat terpeleset di kesadaran
kamar mandi - Keadaan umum pasien lemah
- Klien mengalami kelemahan otot - Kesadaran spoor
sejak 2 hari yang lalu - Terjadi kelemahan pada ekstremitas
- Keluarga mengatakan pasien tidak kiri atas dan bawah
teratur dalam minum obat - GCS: E2V2M4
- napas pendek dan cepat
- pasien tampak sesak nafas
- irama napas tidak teratur
- suara nafas ronkh
- tampak adanya penggunaan otot
bantu pernapasan
- Terdapat secret dan bunyi suara
ngorok (stridor)
- Tampak adanya sumbatan jalan
nafas

5. Analisa Data
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Hipersekresi Jalan Nafas Bersihan Jalan
- Keluarga Nafas Tidak Efektif
mengatakan pasien
tak sadarkan diri
akibat terpeleset di
kamar mandi
DO:
- Terdapat secret dan
bunyi suara ngorok
(stridor)
- Suara Nafas Ronkh
- Tampak adanya
sumbatan jalan
nafas

2 Data Subyektif : -. Penurunan Energi Pola Nafas Tidak


Data Obyektif : Efektif
- RR : 28x/menit,
- GCS: E2V2M4,
- napas pendek dan
cepat, pasien
- tampak sesak nafas,
irama napas tidak
teratur
- suara nafas ronkhi,
- tampak adanya
penggunaan otot
bantu pernapasan

3 DS : Hipertensi Risiko perfusi


- Keluarga Serebral Tidak
mengatakan pasien Efektif
memiliki riwayat
penyakit hipertensi
selama kurang lebih
10 tahun
- Keluarga
mengatakan pasien
tak sadarkan diri
akibat terpeleset di
kamar mandi
- Keluarga
mengatakan pasien
tidak teratur dalam
minum obat
DO:
- TTV : TD:230/110
mmHg,
- N: 92 x/menit,
- Pasien mengalami
penurunan
kesadaran
- Keadaan umum
pasien lemah
- Kesadaran spoor
- GCS: E2V2M4
4 DS : -. Penurunan Tingkat Risiko Aspirasi
DO: Kesadaran
- Pasien tampak
lemah
- GCS: E2V2M4
- kesadaran pasien
sopoor,
- RR: 28x/menit,
nafas cepat dan
pendek,
- terdapat secret
5 DS : Kekuatan Otot menurun Gangguan Mobilitas
- Keluarga Fisik
mengatakan pasien
tak sadarkan diri
akibat terpeleset di
kamar mandi
- Klien mengalami
kelemahan otot
sejak 2 hari yang
lalu
DO :
- Pasien mengalami
penurunan
kesadaran
- Keadaan umum
pasien lemah
- Kesadaran spoor
- Terjadi kelemahan
pada ekstremitas
kiri atas dan bawah

6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kritria Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil
Bersihan Setelah dilakukan Manajemen Jalan - Untuk
Jalan Nafas tindakan keperawatan Napas I. 01011 mengetahui
Tidak Efektif diharapkan jalan nafas Observasi tindakan
b/d jadi paten dengan kriteria - Monitor Pola yang tepat
hipersekresi hasi Napas untuk
jalan nafas - Suara nafas yang ( Frekuensi, dilakukan
bersih, tidak ada Kedalaman sesuai
sianosis dan dan usaha dengan
syspneu (mampu napas) indikasi
mengeluarkan - Monitor - O2 berfungsi
sputum, mampu bunyi napas untuk
bernafas dengan Terapeutik membantu
mudah, tidak ada - Berikan memberikan
pursed lips) Oksigen bantukan
- Menunjukan jalan - Lakukan oksigen pada
nafas yang paten penghisapan klien dengan
- Mampu lender kurang jalan napas
mengidentifikasik dari 15 derik yang
an factor yang - tersumbat
dapat menghambat Kolaborasi agar
jalan nafas - Kolaborasi mendapatkan
dalam bantuan O2
pemeberian - Saction
bronkodilator betujuan
, ekspetoran untuk
dan menghisap
mulkolitik lender atau
jika perlu secret yang
menumpuk
dan
mengahalang
i jalan napas
- Terapi
farmakologi
bertujuan
untuk
memberikan
penyembuha
n kepada
pasien secara
medis
Pola Nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan - Untuk
tidak efektif tindakan keperawatan Napas I. 01011 mengetahui
b/d diharapkan jalan nafas Observasi tindakan
penurunan jadi paten dengan kriteria - Monitor Pola yang tepat
energy hasi Napas untuk
- Suara nafas yang ( Frekuensi, dilakukan
bersih, tidak ada Kedalaman sesuai
sianosis dan dan usaha dengan
syspneu (mampu napas) indikasi
mengeluarkan - Monitor - O2 berfungsi
sputum, mampu bunyi napas untuk
bernafas dengan Terapeutik membantu
mudah, tidak ada - Berikan memberikan
pursed lips) Oksigen bantukan
- Menunjukan jalan - Lakukan oksigen pada
nafas yang paten penghisapan klien dengan
- Mampu lender kurang jalan napas
mengidentifikasik dari 15 derik yang
an factor yang - tersumbat
dapat menghambat Kolaborasi agar
jalan nafas - Kolaborasi mendapatkan
dalam bantuan O2
pemeberian - Saction
bronkodilator betujuan
, ekspetoran untuk
dan menghisap
mulkolitik lender atau
jika perlu secret yang
menumpuk
dan
mengahalang
i jalan napas
- Terapi
farmakologi
bertujuan
untuk
memberikan
penyembuha
n kepada
pasien secara
medis
Resiko Setelah dilakukan Manajemen - Monitor
Perfusi tindakan keperawatan Penigkatan Tekana tanda-tanda
Serebral diharapkan suplai aliran Intrakranial umum dan
tidak Efektif darah ke otak lancar (I.06194) vital untuk
b/d hipertensi dengan kriteria hasil: Observasi dapat
- Mendemonstrasik - Monitor mengetahui
an status sirkulasi Keadaan perkembaha
yang ditandai Umum dan n status
dengan systole tanda –tanda kesehatan
dan diastole Vital pasien dan
dalam rentang Terapeutik penanganan
normal - Minimalkan kegawatdaru
- Mengdemonstrasi Stimulus ratan
kan kemampuan dengan selanjutnya
kognitif yang menyediakan - Lingkungan
ditandai dengan - lingkungan yang tennag
berkomunikasi yang tenang memberikan
dengan jelas dan - Berikan stimulus
sesuai dengan Posisi Head yang baik
kemampuan - up 30 derajat bagi
menunjukan Kolaborasi : perkembang
perhatian, - Kolaborasi an kesehatan
konsentrasi dan pemberian - Posisi head
orientasi sedasi dan up dapat
- Menunjukan anti meningkatak
fungsi sensori konvulsan an dan
motori cranial - Kolaborasi memberikan
yang utuh : pemberian manfaat bagi
tingkat kesadaran diuretic proses
membaik, tidak osmosis oksigenasi.
ada gerakan - Salah satu
involunter cara
farmakologi
dalam
membantu
menyembuh
kan penykit
dan risiko
fatal terjadi
Resiko setelah dilakukan Pencegahan Aspirasi - Penurunan
Aspirasi b/d tindakan keperawatan (I. 01018) kesadaran
Penurunan diharapkan tidak terjadi merupakan
tingkat aspirasi pada pasien. Observasi manifestasi
kesadaran Kriteria Hasil : - Monitor umum tanda
- dapat bernafas tingkat dan gelaja
dengan mudah, kesadaran, suatu
frekuensi reflek batuk penyakit
pernafasan dan - Suction
normal, mampu kemampuan dilakukan
menelan, menelan, untuk
mengunyah tanpa Terapeutik menghilangk
terjadi aspirasi. - pelihara an sumbatan
jalan nafas, jalan nafas
lakukan yang bisa
saction bila saja
diperlukan, menyebabka
- haluskan n aspirasi
makanan - Untuk
yang akan memudahka
diberikan, n dalam
- haluskan proses
obat sebelum menelanndan
pemberian. mencerna
Edukasi obat dan
- Ajarkan makanan
Teknik - Supaya
mengunyah dapat decara
atau menelan mandiri dan
jika perlu meminimalis
ir makanan
atau partikel
masuk dalam
jaringan
paru-paru.
Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilitas - Kondisi
Mobilitas tindakan keperawatan I.05173 umum dapat
Fisik b/d selama 5x8 jam Observasi menentukan
kekuatan diharapkan tidak ada - Monitor apakah klien
Otot hambatan mobilitas lancar kondisi dapat
menurun dengan kriteria hasil: umum melakukan
- Adanya selama dan mampu
peningkatan melakukan untuk
dalam aktivitas mobilisasi melakukan
fisik - Monitor tindakan
- Mengerti jutuan frekuansi yang akan
dan peningkatan jantung dan diberikan
mobilitas tekanan serta
- Memverbalisasika darah indikasinya
n perasaan dalam sebelum - Tanda-tanda
meningkatan memulai vital sangat
kekuatan dan mobilisasi penting
kemapuan Terapeutik untuk
berpindah - Fasilitasi mengetahui
- Memperagakan melakukan perkembang
alat bantu untuk pergerakan an status
mobilisasi (terapi keseatan
ROM) serta salah
Edukasi satu tolok
- Jelaskan ukur dalam
tujuan dan sebuha
prosedur tindakan
mobilisasi - ROM dapat
membantu
melatih
pergerakan
otto dan
melatih
kelemahan
otot yang
ada
- Untuk
meningkatka
n
pengetahuan
dan agar
klien
mengetahui
setiap
tindakan dan
prosedur
ANALISA DIGNOSA

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan keadaan dimana individu mengalami
ancaman yang nyata atau potensial berhubungan dengan ketidakmampuan membersihkan
secret atau adanya obstruksi jalan nafas, sehingga dierlukan penanganan yang cukup
serius dalam hal kegawat daruratan untuk dapat mempertahankan jalan napas tetap paten.
( Tim Pokja SDKI DPP PPNI). Pada kasus yang didapatkan saat ini dalam halnya
kegawatdaruratan hal yang paling harus kita dahulukan adalah pengkajian ABCDE dari
individu lihat bagaimana Airway dari pasien dan seterusnya karena berbeda dengan
asuhan keperawatan lainnya, pada kasus kegawat daruratan hal yang paling diprioritaskan
adalah ABCD dari setiap individu. Penyebab dari bersihan jalan nafas tidak efektif ada
begitu bnayak salah satunya adalah hipersekresi jalan nafas. Pertolongan pertama yang
cepat dan tepat terhadap kegawatdaruratan akan meminimalisirkan angka kematian pada
setiap individu berdasarkan standart asuhan keperawatan yang ada. Pada kasus ini
mengapa diangka bersihan jalan Nafas yaitu dalam data pada saat pengkajian RR atau
pernafasan dari pasien ini dalah 28x/m yang pada dasarnya normal pada orang dewasa
aalah 18-20x/m itu menandakan pada pernapasan Ny.G.K mengalami masalah dan
merupakan pengkajian primer dari kegawatdaruratan. Selain itu juga, ditemukan adanya
secret pada hidung pasien. Seperti yang kita ketahui pada pengkajian Airway untuk
melihat apakah ada sumbatan jaan nafas atau tidak dan pada Ny. G.K mengalami
sumbatan jalan nafas dengan ditemuknnya secret sehingga harus melakukan pertolongan
pertama yaitu dengan memberikan Suction untuk dapat membuka jalan nafas dan
memberikan oksigen yang cukup untuk memenuhi oksigenasi dari Ny.G.K sehingga tidak
terjadi akibat yang fatal.
2. Pola Nafas Tidak Efektif
Pola Nafas Tidak efektif merupakan inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi yang adekuat. Pada diagnosa prioritas yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif
terjadi masalah dikareakan adanya hambatan, sumbatan atau obstruksi jalan nafas yang
ditemukan adanyyya secret pada NY.G.K. dalam kasus Ny.G.K kenapa di angkatapola
nafas tidak efektif dikarenakan Respirasi dari Ny. G.K 28x/m. respirasi dengan 28x/m
merupakan tanda awas pada pasien gawat darurat itu artinya pada pernafasan pasien
mengalami masalah. Sehhingga mempengaruhi pola nafas dari Ny.G.K. pasiendengan
respirasi yang tinggi akan mengalami sesak nafas, pernafasan akan menjadi cepat dan
dangkal, dan yang lebih terlihat pasien akan menggunakan otot bantu ernafasan yang
biasa kita dengar dengan sebutan retraksi dinding dada, yang pada normalnya manusia
bernafas tidak menggunakan otot bantu tetapi pada pasien yang mengalami masalah
oksigenasi akan menggunakkan otot bantu ini disebabkan karena individu akan berusaha
mencari oksigen untuk dapat memenuhi oksigenasinya dan ini pada pengkajian
kegawatdaruratan termasuk dalam breathing atau prioritas yang kedua yang harus
diperhatikan. Untuk itulah mengapa di angkat pola nafas tidak efektif sesuai dengan
standart asuhan keperawatan yag ada berdasarkan data.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Risiko Perfusi Serebral Tidak efektif merupakan ancaman dari sebuah masalah yang bisa
saja mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak. Pada Kasus Ny, G.K dengan diagnosa
Stroke Haemoragik ini berisiko untuk terjadinya hal ini disebabkan penyebab penyakit
stroke antara lain terjadinya thrombus dan emboli pada otak sehingga terjadi sumbatan di
pembuluh darah yag ada di otak lalu menyebabkan pengurangan aliran darah ang menuju
ke otak sehingga otak akan mengalami kekurangan oksigen dalam pembuluh darah di
otak. Dalam kasus ini Ny. G.K terjadi hal yang demikian akibat juga Penyakit Hipertensi
yang dialami selama 10 tahun, ditambh juga kurang teratur dalam minum obat
merupakan penyebabnya. Pada saat itu keluarga mengatakan bahwa Ny.G.K jatuh
terpeleset di kamar mandi dan tidak sadarkan diri, dengan Tekanan darah 230/110
mmHg. Hipertensi meruakan faktor utama yang dapat megakibatkan pecahnya maupun
penyempitan pembuluh darah ke otak. Pecahnya pembuluh darah di otak akan
menimbulkan perdarahan. Disamping itu juga darah ekstravasi akan tertimbun sehinggga
akan menimbulkan tekanan intracranial yang meningkt sedangkan enyempitan pembuluh
darah ke otk akan menimbulkan terganggunya aliran darah ke otak dan sel-sel otak. Dan
ini yang harus di tangani pada Ny. G.K agar ewat tindakan pertolongan pertama yang
dibrikan dari diagnosa risiko tidak menjadi diagnosa actual, sehingga pada Ny.G.K
diangkat Risiko perfusi serebral Tidak efektif walaupun Ny.G.K mengalami penurunan
kesadaran diharapkan perfusi serebral efektif dan tidak akan menyebabkan kematian.
4. Risiko Aspirasi
Risiko aspirasi merupapakan hal berisiko mengalami masukknya sekresi gastrointestinal,
sekresi orofaring, benda cair atau padat ke dalam saluran trakeobronkhial akibat disfungsi
mekanisme protekif saluran napas. Pada kasus ini Ny. G.K mengalami penurunan
kesadaran sehingga dalam memenuhi nutrisinya Ny. G.K diperlukan tindkan medis
sehingga diindikasikan untuk menggunaka Nasogastrointestinaltube atau biasa kita
dengan dengan sebutan NGT. Ini diindikasikan saat individu tidak dapat makan dan
minum secara oral dan biasa juga pada pasien dengan penurunana kesadaran sehingga
harus dipasangkan selang NGT untuk memnuhi kebutuhan nutrisinya. Untuk itulah
diangkat diagnosa Risiko aspirasi supaya kedepannya Ny. G.K tidak mengalami aspirasi
pada saat makan dan minum sehingga dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi harus
dilakukan tindakan yang tepat dan benar untuk terhindarnya masalah aspirasi pada
Ny.G.K.
5. Gangguan Mobilitas Fisik
Gangguan Mobilitas Fisik merupakan keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri. Pada kasus Ny.G.K mengapa di angkat Gangguan Mobilits
fisik, karena saat dikaji Ny. G.K mengalami kelemahan otot sejak 2 hari yang lalu, selain
itu juga aibat penyakit hipertensi yang dimiliki dengan tekanan darah 230/110 mmHg
merupakan hal pemicu dari Ny. G.K mengalami penyakit stroke yang kita ketahui
Bersama penyakit stroke menyerang sel sel yang ada di otak dan bisa saja menimbulkan
kelumpuhan pada bagian tubuh individu. Untuk itu penanganan dalam gangguan
mobilitas fisik sangat diperlukan untuk melatih gerak pasien yang mengalami kelemahan
otot akibat stroke.
Lampiran Jurnal

ANALISA JURNAL PICO TERKAIT INTERVENSI PADA GAWAT DARURAT


Judul : Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Haemoragik Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Fisiologis : Oksigenasi
Penulis : Faridatul Ulfa, Ari PebruNurlaily
Latar Belakang dan Tujuan Penulisan : Stroke merupakan neurologi yang mempunyai awitan
tiba-tiba. Berlansung dalam 24 jam di sebabkan oleh penyakit serebrovascularsehingga dapat
mengakibatkan penurunan nilai saturasi oksigen. Hasil studi pendahuluan di RSUD Ungaran di
dapatkan data bahwa jumplah pasien stroke hemoragik pada tahun 2017 mencapai 1272 kasus.
Tanda dan gejala stroke hemragik adalah mengalami penurunan kesadaran dengan pasienyang
mengalami penurunan saturasi oksigen dan tingkat kesadaran perlu dilakukan pemberian posisi
head up300. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan
pasien stroke hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi
Metode Penelitian: Metode Penelitian Studi Kasus
Outcome Jurnal: Diharapkan addanya perubahan saturasi oksigen pada pasien dengan
pemberian posisi head up 30 derajat dalam mengatasi permasalahan oksigenasi
Hasil Jurnal : Pada penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian oksigen dan posisi
head up 30 derajat pada pemenuhan kebutuhan oksigenasi pasien post stroke
Kesimpulan Jurnal : Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien stroke hemoragik dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasidenganmasalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan
otak yang dilakukan tindakan keperawatan elevasi kepala 300selema 30 menit didapatkan hasil
terjadipeningkatan nilai saturasi oksigen dari 90% menjadi 92%.Rekomendasi tindakanelevasi
kepala 300dilakukan pada pasienstroke hemoragik.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STROKE HAEMORAGIK DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS : OKSIGENASI
PROBLEM INTERVENTION COMPARISON OUTCOME
Masalah dalam Pada penelitian ini Hasil perbandingan Pada penelitian ini
penelitian ini pasien dengan studi kasus dari menunjukkan adanya
mengenai bagaimana penurunan kesadaran penelitian ini dengan pengaruh pemberian
penatalaksaan dalam post stroke studi kasus yang oksigen dan posisi
memenuhi kebutuhan haemoragik akan dilakukan penulis di head up 30 derajat
oksigenasi penderita diberikan tindakan RSUD Ungarn pada pemenuhan
stroke haemoragik dengan posisi head up menunjukkan hal kebutuhan oksigenasi
untuk dengan ketinggian 30 yang sama bahwa pasien post stroke
meminimalisirkan derajat selama 30 pasien stroke dengan itu diharapkan
kejadian fatal yang menit dengan tujuan haemoragik hal yang tindakan ini
mengakibatkan untuk dapat sama menunjukkan direkomendasikan dan
kematian pada memperbaiki kondisi adanya pengaruh diindikasikan pada
penderita stroke. Pada hemodinamik dengan terhadap peningkatan pasien dengan stroke
penelitian ini akan memfasilitasi posisi head up 30 haemoragik dalam
membuktikan bahwa peningkatan aliran deraajat terhadap memenuhi kebutuhan
apakah adanya darah ke serebral dan peningkatan nilai oksigenasinya.
pengaruh atau memaksimalkan saturasi oksigen yang
efektivitas pemberian oksigenasi jaringan merupakan salah satu
oksigen pada serebral. Selain itu tindakan keperawatan
penderita stroke di juga pemberian yang efektif dalam
tambah dengan oksigen nasal kanul mengelola pasien
pemberian posisi head juga diberikan guna stroke dalam
up 30 derajat pada memfasilitasi pemenuhan
pasien stroke. kebutuhan oksigenasi oksigenasi.
klien.
Judul : Terapi Penggunaan Obat Stroke Pada Pasien Stroke Iskemik Di Rsud Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda
Penulis : Renny Anggraini, Victoria YulitaF, Muhammad Amir Masruhim
Latar Belakang dan Tujuan Penulisan : Stroke Iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau
kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak karena adanya
penyumbatan pada pembuluh darah otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di
jaringan otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien dan penggunaan
obat stroke pada pasien stroke iskemik yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian non ekperimental dengan rancangan
analisis deksriptif
Outcome Jurnal: Data yang diperoleh diharapkan selanjutnya dianalisa secara deskriptif
meliputi karakteristik pasien dan penggunaan obat stroke pada pasien stroke iskemik di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie tersebut dan diketahui obat yang paling sering digunakan.
Hasil Jurnal : Hasil penelitian menunjukkan karakteristik pasien stroke iskemik tertinggi
berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki (59,09%), berdasarkan usia adalah kelompok usia 41-
65 tahun (70,00%), berdasarkan pendidikan terakhir adalah SMA atau sederajat (20,00%) dan
berdasarkan pekerjaan adalah pegawai swasta (40,00%). Obat yang paling banyak digunakan
pada terapi stroke iskemik adalah obat golongan aktivator serebral dan vasodilator perifer yaitu
obat citicolin (82,73%) dengan dosis obat 500 mg dan lama pengobatan yang paling banyak
terjadi pada hari ke 5 –10 hari(56,37%).
Kesimpulan Jurnal : Persentase terapi penggunaan obat stroke pada pasien stroke iskemik yang
paling banyak digunakanadalah obat golongan aktivator serebral dan vasodilator perifer yaitu
obat citicolin (82,73%) dengan dosis obat 500 mg, berdasarkan golongan antiplatelet yaitu obat
clopidogrel (50,00%) dengan dosis obat 75 mg serta berdasarkan golongan Nootropik dan
Neurotropik yaitu obat piracetam (41,82%) dengan dosis obat 1200 mg
TERAPI PENGGUNAAN OBAT STROKE PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI
RSUD WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
PROBLEM INTERVENTION COMPARISON OUTCOME
Pada penelitian ini Pada penelitian ini, Pada penelitian ini Pada penelitian ini
melibatkan 110 pasien penelitia tidak dilakukan menunjukkan bahwa
dengan penderita mengumpulakn data pembanding dengan presentase obat yang
stroke. Pada kasus dan memilih pasien penelitian- peenlitian stroke yang paling
stroke ini sesuai dengan kriteia sebelumnya mengenai banyak dikonsumsi
membutuhkan inklusi dengan sampel terapi terapi adalah obat golongan
penanganan yang yang didapatkan farmakologi pada activator serebral dan
lebih baik dan serius sebanyak 110 sampel penderita stroke. vasodilator perifer
terutama dalam penderuta stroke yang yaitu obat citicolin
penanganan dalam bersedia melakukan dengan dosis 500 mg
terapi farmakologi atau terlibat dalam sejalan dengan kasus
dalam meningkatkan penelitian ini. Pada yang didapatkan
status kesehsatan penelitian ini peneliti penulis bahwa pasien
pasien penderita ingin melihat terapi juga diberikan terapi
stroke dan farmakologi apa saja obat citicolin 500 mg.
meminimalisir angka yang paling banyak seperti yang kita
kematian pada digunakan oleh ketahui citicolin ini
penderita stroke lewat penderita stroke berfungsi untuk
terapi dengan memberikan memperbaiki
farmakologi.angka kuisioner kepada membrane membrane
kejadian stroke akan pasien. Pada sel yangada di otak,
semakin meningkat penelitian ini sebagaimana kita tau
jika tidak dilakukan termasuk penelitian bahwa stroke
penanganna dengan non eksperimental menyerang sel sel
sebaik mungkin. karena berhubungan yang ada di otak jadi
dengan farmakologi obat ini sangat ampuh
jadi tidak bisa dalam meminimalisir
sembarangan dalam kejadian stroke dan
memberikan obat. angka kematian stro.
Hanya melihat terapi Untuk itu obat ini
obat yang paling sangat dianjurkan
banyak di konsumsi dalam kasus stroke
oleh responden. pada pasien.
Judul : Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion (Rom) Terhadap Kemampuan Motorik
Pada Pasien Post Stroke Di Rsud Gambiran
Penulis : Kun Ika Nur Rahayu
Latar Belakang dan Tujuan Penulisan : Stroke adalah sindrom klinis berupa gangguan fungsi
otak sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke otak. Stroke
dapat berdampak pada berbagai fungsi tubuh diantaranya adalah defisit motorik berupa
hemiparese (kelemahan satu sisi tubuh). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh latihan Range of Motion terhadap kekuatan otot pasien post stroke di RSUD Gambiran
Kediri
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre Experimental dengan
pendekatan Cross Sectional
Outcome Jurnal: diharapkan dari penelitian ini adanya pengaruh Pengaruh Pemberian Latihan
Range Of Motion (Rom) Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien Post Stroke Di Rsud
Gambiran
Hasil Jurnal : Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pemberian latihan range of motion
terhadap kemampuan motorik pada pasien post stroke di RSUD Gambiran Kediri 2014.
Kesimpulan Jurnal : Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian latihan
Range Of Motion (ROM) terhadap kemampuan motorik pada pasien post stroke di RSUD
Gambiran Kediri tahun 2014. Mengingat bahaya dari penyakit Stroke maka hal yang lebih
penting adalah dengan melakukan pencegahan dengan pengurangan berbagai faktor risiko,
seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia, merokok, dan obesitas saat
serangan stroke pertama dapat mencegah serangan stroke berulang demikian
PENGARUH PEMBERIAN LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP
KEMAMPUAN MOTORIK PADA PASIEN POST STROKE DI RSUD GAMBIRAN
PROBLEM INTERVENTION COMPARISON OUTCOME
Dalam penelitian ini penelitian ini adalah Hasil perbandingan Dari hasil penelitian
adalah pasien post Memberikan latihan studi kasus dari didapatkan bahwa ada
stroke yang rawat range of motion penelitian ini yaitu pengaruh pemberian
inap di ruang penyakit (ROM) pasif pada pada penelitian latihan Range Of
dalam di RSUD responden sebanyak sebelumnya juga Motion (ROM)
Gambiran. Dengan dua kali sehari selama melakukan aktivitas terhadap kemampuan
pasie stroke dengan tujuh hari dan atau latihan ini pada motorik pada pasien
masalah terjadinya dilakukan pada pagi penderita stroke post stroke di RSUD
kelemahan otot pada dan sore hari, haemoragik dan Gambiran, Mengingat
pasien untuk itu kemudian melakukan pasien mengalami bahaya dari penyakit
pasien post stroke observasi kekuatan kemajuan tapi latihan Stroke maka hal yang
harus diberikan otot, sedangkan ini harus dilakukan lebih penting adalah
latihan gerak agar variabel Dependent secara terus menerus dengan melakukan
mereka dapat adalah Kemampuan samapai pasien bisa pencegahan dengan
melakukan aktivitas motorik yang diukur melakukan segala pengurangan berbagai
dan melatih gerak mengunakan lembar aktivitas secara faktor risiko, seperti
mereka supaya tidak observasi (Uji mandiri hipertensi, penyakit
kaku. Kekuatan Otot jantung, diabetes
Menurut mellitus,
Lumbantobing, 2006) hiperlipidemia,
merokok, dan obesitas
saat serangan stroke
pertama dapat
mencegah serangan
stroke berulang
demikian diharapkan
Rumah Sakit bisa
memberikan layanan
keperawatan yang
lebih prima dengan
meningkatkan
pelaksanaan edukasi
secara teratur dengan
struktur yang lebih
baik terutama dengan
menggunakan media
yang bervariasi seperti
penggunaan booklet
tentang pelaksanaan
ROM dengan
demikian kesadaran
pasien dan keluarga
untuk mau dan
mampu melakukan
latihan Range Of
Motion (ROM) akan
meningkat..
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran ed 11. Jakarta: EGC. 2007

Indahsari.(2013) Hubungan Perubahan Fungsi Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas Hidup


Sehari-Hari (Ahs) Pada Lansia Dengan Stroke (Studi Pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang)

dalam http://103.97.100.145/index.php/JKK/article/view/922 diakses pada tanggal 27 September


2020

Karunia Esa. (2016). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Activity
Of Daily Livingpascastroke dalam file:///C:/Users/Costumer/AppData/Local/Temp/2147-9456-3-PB.pdf

diakses pada tanggal 27 September 2020.


NANDA Diagnosa Keperawatan 2015-2017

Price. Sylvia Anderson; Patofisiologi ed.6, vol.1; Jakarta:EGC.2005

Tim Pokja SLKI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarts: DPP
PPNI

Tim Pokja DKII PPNI. 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarts: DPP
PPNI
Tim Pokja SIKI PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarts: DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai