Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahnya, kami dapat menyusun makalah ini yaitu tentang “Peran Perawat dalam
Penatalaksanaan Spesimen ”. Tak lupa pula shalawat dan salam kami curahkan pada nabi besar
kami Muhammad SAW, yang telah senantiasa membimbing kami dijalannya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi teman-teman semua untuk
menambah pengetahuan tentang hal-hal ang berkaitan dengan peran perawat dalam
penatalaksanaan spesimen. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran dari teman-teman sekalian
Akhirnya dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan
baik dalam tata bahasa, penyusunan, penulisan maupun pembahasan. Mudah-mudahan
penyusunan dan penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai acuan serta
masukan untuk makalah selanjutnya.

Surabaya, November 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Tujuan penulisan....................................................................................................................3
1.4 Metode Penulisan...................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................4

2.1 Definisi Penatalaksanaan Spesimen.......................................................................................4

2.2 Fungsi Penatalaksanaan specimen.........................................................................................4

2.3 Konsep dan Teknik Pengambilan Spesimen..........................................................................5

2.3.1 pemeriksaan spesimen urine...............................................................................................5

2.3.2 pemeriksaan spesimen feses...............................................................................................8

2.3.3 pemeriksaan spesimen sputum...........................................................................................13

2.3.4 pemeriksaan spesimen darah..............................................................................................15

BAB III PENUTUP .................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................19

3.2 Saran.....................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diagnostic dan spesimen adalah suatu pemeriksaan yang mutlak dilakukan untuk
menegakkan suatu diagnose penyakit klien atau pasien.Karena, melaui pemeriksaan ini
kita dapat mengetahui tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya
respon klien terhadap status kesehatan / penyakit. Factor-faktor yang menegakkan suatu
masalah, kemampuan klien untuk mengatasi masalah. Jenis-jenis pemeriksaan diagnostic,
yaitu : USG, RONTGEN, PAP SMEAR, ENDOSKOPI, KOLONOSKOPI,
CT.SCANING, MMAMOGRAFI, EEG, EKG.Jenis-jenis spesimen yaitu pemeriksaan
darah, urine, feses, sputum.

Sumber kesalahan diagnostic yaitu : kesalahan pengumpulan data, kesalahan


dalam interpretasi dan analisis data, kesalahan dalam pengelompokan data, kesalahan
dalam pernyataan diagnostik.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis buat, yaitu :

· 1. Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan diagnostic ?

· 2. Apa saja jenis pemeriksaan diagnostic ?

1.3 Tujuan Penulisan

Menjelaskan penatalaksaan spesimen

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan melakukan study
pustaka dan via internet, yang artinya penulis mengunjungi perpustakaan yang ada di
STIKES hang tuah dan di website untuk mencari berbagai referensi untuk melengkapi
data dalam membuat makalah ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penatalaksanaan Specimen


Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium atau petugas lain
yang terampil dan berpengalaman. Sesuai dengan kondisi dan situasi setempat, spesimen
dapat diambil oleh petugas RS/laboratorium setempat, atau oleh petugas laboratorium
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Pengambilan harus dilakukan dengan
memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan dini untuk mencegah terjadinya
infeksi. Jenis spesimen yang diambil dapat berupa : darah (serum atau darah), urin, tinja,
dan jaringan.
Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai :

 Laboratorium jas (lengan panjang)


 Sarung tangan (karet)
 Kaca mata plastik (goggle)
 Masker (N95 untuk petugas dan penderita)
 Tutup kepala (plastik)

2.2 Fungsi Penatalaksanaan Specimen

Salah satu kontribusi perawat dalam pengkajian status kesehatan adalah


mengambil spesimen dan cairan tubuh untuk pemeriksaan. Pemeriksaan specimen
biasanya dilakukan minimal satu kali pada tiap klien rawat. Tujuan pemeriksaan
specimen adalah menetapkan diagnosa masalah dan menilai respon klien terhadap terapi
yang telah dijalani.
Tanggung jawab perawat dalam pemeriksaan spesimen adalah:
1. Memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan keamanan saat
pengambilan specimen.
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan.
3. Melakukan prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman specimen
dengan benar.

4
4. Mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada lembaran dengan
benar.
5. Melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal.

2.3 Konsep Dan Tekhnik Pengambilan Specimen


2.3.1 Pemeriksaan Spesimen Urine
a.  URIN BERSIH (clean voided urine specimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk
pemeriksaan urinalisa rutin diperlukan:
1.   Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin
pertama cenderung konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan
memiliki pH lebih rendah.
2.      Jumlah minimal 10mL
3.      Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya
sendiri, dengan menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali
klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.
4.      Spesimen harus bebas dari feses
5.      Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila
tidak dapat diperiksa dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari
es. Bila urin berada dalam suhu ruangan untuk periode waktu lama maka
kristal urin dan sel darah merah akan lisis/hancur serta berubah menjadi
alkalin.
b. URIN TENGAH (clean-catch or midstream urin specimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesimen untuk pemeriksaan
kultur urin yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi
saluran kemih. Sekalipun ada kemungkinan kontaminasi dari bakteri di
permukaan kulit, namun pengambilan dengan menggunakan kateter lebih berisiko
menyebabkan infeksi. Perlu mekanisme khusus agar spesimen yang didapat tidak
terkontaminasi.
Pengambilan dilakukan dengan cara:

5
1.      bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan
tisue khusus lalu keringkan
2.      biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan untuk mendorong dan
mengeluarkan bakteri yang ada didistal, beberapa waktu kemudian
tampung urin yang ditengah. Hati-hati memegang wadah penampung agar
wadah tersebut tidak menyentuh permukaan perineum.
3.      Jumlah yang diperlukan 30-60mL
c. URIN TAMPUNG (timed urin specimen/waktu tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang
dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam.
Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif
(zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah
perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu
dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.
Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
1.      Mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
2.      Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
3.      Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin,
hormon tertentu)
Hal yang perlu dilakukan perawat:
1.      Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih
2.      Beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
3.      Setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu
segera masukan dalam wadah yang lebih besar
4.      Setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
5.      Perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi
6.      Wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES
d. SPESIMEN URIN ACAK
1.      Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpil kan dari urin
klien saat berkemih secara alami atau dari kateter foley atau kantong pengumpul
urin yang mengalami diversi urinarius

6
2.      Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis
3.      Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan hanya
120 mL urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat
4.      Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat m,emasang tutup dengan ketat padsa
wadah spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar mengenai bagian
wadah,meletakan wadah pada kantong plastik,dan kirim spesimem yang telah
diberi label ke labor.
e. SPESIMEN KATETER INDWELLING
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter
yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik. Klem kateter
selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk
kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin,
hati-hati dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi.
Pengambilan specimen urin

a. Pengambilan Spesimen

1) Wadah Spesimen
a.       Wadah spesimen urine harus bersih dan kering.
b.      Dapat terbuat dari plastik atau botol gelas.
c.       Mulut wadah lebar dan dapat ditutup rapat.
d.      Wadah berwarna terang.
2) Bahan Pengawet
a.       Formalin 37%.
b.      Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).
3) Cara Pengambilan Spesimen
a.       Urine ditampung selama 24 jam
b.      Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 – 100 ml,
kemudian tambahkan dengan 2 ml formalin 27% atau 100 mg
EDTA, kemudian kocok hingga homogen.

7
4) Identitas Spesimen.
Diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat
dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama
responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan,
b. Pengiriman Spesimen
1) Setelah spesimen urine terkumpul masing-masing dalam wadah/botol
kecil, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan
diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah
terbalik atau tumpah.
3) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium (tidak lebih
dari 3 hari).
c. Pemeriksaan Spesimen
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa
kadar Timah hitam dalam urine, antara lain metoda Dithizone dan metoda
Spektrofotometrik Serapan Atom.Pemilihan metoda pemeriksaan
disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga,
bahan pemeriksaan ataupun peralatan.
d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure
Index (BEI) atau nilai index untuk pajanan biologi. Kadar Timah hitam
dalam darah 50 mg/100ml. Kadar Timah hitam dalam urine 150mg/ml
creatinine. Zinc protoporphynin dalam darah (setelah 1 bulan terekspos)
250 mg/100 ml erythrocytes atau 100mg/100 ml darah
e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang.
2.3.2.Pemeriksaan Spesimen Feses
Pemeriksaan feses dilakukan untuk:
1.      Melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh
perawat atau klien sendiri. Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes Guaiac.

8
2.      Analisa produk diet dan sekresi saluran cerna. Bila feses mengandung banyak
lemak (disebut: steatorrhea), kemungkinan ada masalah dalam penyerapan lemak
di usus halus. Bila ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan terjadi
obstruksi pada hati dan kandung empedu.
3.      Mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga
hari berturut-turut.
4.      Mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan jumlah feses
sedikit untuk dikultur. Pengambilan perlu hati-hati agar tidak terkontaminasi.
Pada lembar pengantar perlu dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi.
Sebelum pengambilan spesimen, perawat perlu mengingatkan klien akan hal-hal
berikut:
1.      Defekasi pada bedpan yang bersih
2.      Bila memungkinkan, spesimen tidak terkontaminasi dengan urin atau darah
menstruasi
3.      Jangan meletakan tisue pembersih pada bedpan setelah defekasi karena dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan
Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih, jumlah feses
tergantung pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk feses padat atau 15-30mL untuk
cair. Untuk kultur, gunakan swab yang steril, lalu dimasukkan dalam kantung
steril. Segera kirim spesimen ke lab untuk segera diperiksa.
SECARA UMUM
Cara pengambilan spesimen:
1.      Spesimen berupa feses segar, jika tidak memungkinkan, lakukan usap rektal.
2.      Cara pengambilan feses segar:
  Pasien diminta untuk berkemih terlebih dahulu.
  Feses segar tidak boleh bercampur dengan air kloset maupun urin.
  Feses ditampung pada pot steril bermulut lebar dan berpenutup.
  Feses dikeluarkan dan ditampung di atas kertas plastik.
  Dengan lidi, ambil banyak feses yang dibutuhkan:
  Feses padat: 2-5 g
  Feses cair: 10-15 ml

9
3.      Cara pengambilan secara usap rectal
  Diambil dengan kapas lidi sintesis steril, putar 360° pada mukosa rektal
dengan kedalaman 1-2 cm.
  Kemudian, masukkan ke dalam tabung steril, tutup rapat.
4.      Cara penyimpanan feses:
  Yaitu berbeda-beda untuk masing-masing departemen.
5.      Cara pengiriman spesimen:
  Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai
dengan data/keterangan, baik mengenai kriteria spesimen maupun pasien.
Ada 2 data yang harus disertakan, yaitu:
  Data 1:
Botol dilabel dengan menempelkan label pada
dinding luar pot. Proses direct labelling yang berisi data:
nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen, jenis tes yang
diminta dan tanggal pengambilan.
  Data 2:
Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan
klinis: dokter yang mengirim, riwayat anamnesis, riwayat
pemberian antibiotik terakhir (minimal 3 hari harus
dihentikan sebelum pengambilan spesimen), waktu
pengambilan spesimen, dan keterangan lebih lanjut
mengenai biodata pasien.
Jadi, data mengenai spesimen harus jelas: label dan formulir.

DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
Cara pengambilan feses:
1.      Feses diambil sesuai dengan cara umum pengambilan feses.
2.      Feses tidak boleh difiksasi dengan formalin.
3.      Feses ditampung dalam pot steril bermulut lebar dan ditutup.
4.      Dengan lidi, ambil feses yang dibutuhkan, biasanya, 2-5 g untuk feses padat dan 10-15 ml untuk
feses cair.

10
Cara penyimpanan feses:
1.      Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang untuk transport.
2.      Bila > 1 jam gunakan media transpot yaitu media Carry and Blair, Stuart’s medium, Pepton
water.
3.      Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang, > 24 jam pada suhu 4°C
Cara pengiriman feses:
1.      Transport: < 1 jam pada suhu ruang.
2.      Bila tidak memungkinkan, gunakan media transpor atau kultur pada media Tetra Thionate Broth.
DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK
Cara pengambilan feses:
1.      Feses diambil sesuai dengan cara umum pengambilan feses.
2.      Diperlukan pengawet.
Cara penyimpanan feses:
1.      Feses cair 30 menit
2.      Feses lunak 1 jam
3.      Feses padat bisa diperiksa setiap saat dalam 24 jam
4.      Bila terjadi keterlambatan, sebaiknya feses ditambahkan pengawet, berupa:
  PVA
  Formalin:Feses=3:1
Cara pengiriman feses:
1.      Pengiriman: < 2 jam
2.      Bila tidak memungkinkan, diberi pengawet.
DEPARTEMEN PARASITOLOGI
Cara pengambilan feses:
1.      Feses diambil sesuai dengan cara umum pengambilan feses.
2.      Diperlukan pengawet.
Cara penyimpanan feses:
1.      Penyimpanan specimen mungkin disebabkan keterlambatan pemeriksaan di laboratorium,maka
pengawetan feses diperlukan.
2.      Pengawetan feces adalah untuk mengawetkan morfologi protozoa dan mencegah perkembangan
telur dan larva cacing.

11
3.      Jenis-jenis pengawet:
  PVA(polivinil-alcohol)
Untuk mengawetkan protozoa tropozoit, stabil untuk masa yang
sangat lama (berbulan-bulan sampai dengan tahun).
  Formalin
o   5%: untuk mengawet kista protozoa.
o   10%: untuk mengawet telur dan larva cacing.
o   Rasio formalin dengan feses = 3 : 1
  Merthiolat Iodine-Formalin
Merupakan pengawet berwarna yang baik untuk berbagai stadium
dari parasit yang ditemukan dalam tinja(terutama digunakan untuk
survei lapangan)
  Larutan Scaudinn
o   Larutan scaudinn mengandung 600 ml larutan merkuri klorida jenuh dan 300 mL etil alkohol
95%.
o   Kurang sesuai karena proses pengiriman larutan yang banyak.
  SAF(Sodium Acetate-acetate acid-Formalin)
o   Mempunyai kelebihan karena tidak mengandungi merkuri klorida.
o   Merupakan fiksatif cair.
o   SAF lebih lunak berbanding dengan merkuri klorida.
o   Laboratorium yang telah memutuskan untuk memakai pengawet tunggal telah memilih pengawet
ini.
4.      Tidak disimpan dalam refrigerator.
5.      Feses hendaklah dicampur rata dengan bahan fiksatif, apabila dalam bentuk solid, feses harus
dihancurkan.
6.      Disimpan dalam wadah yang kering, bersih, tidak bocor, dan bermulut lebar.
Cara pengiriman feses:
Feses dikirim dengan beberapa prosedur, diantaranya cara paket:
o   Harus menggunakan penambung ganda setiap bahan parasit, kecuali sediaan mikoskop.
o   Penampung:

12
  Bagian dalam merupakan silinder aluminium dengan penutup ulir.
  Bagian luar terbuat dari cardboard dengan penutup ulir juga.
o   Dalam tabung/ botol spesimen harus dibungkus dengan kapas untuk menjaga kelembapan dan
mengabsorbsi bahan yang mungkin terkeluar jika berlaku kebocoran.

2.3.3. Pemeriksaan Spesimen Sputum


Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan trakea. Individu
yang sehat tidak memproduksi sputum. Klien perlu batuk untuk memdorong sputum dari paru-
paru, bronkus dan trakea ke mulut dan mengeluarkan ke wadah penampung.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
1.      Kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap obat
2.      Untuk sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan patologi sel. Spesimen untuk
sitologi (mengidentifikasi kanker paru-paru dan jenis selnya) seringkali dilakukan secara serial 3
kali dari sputum yang diambil di pagi hari.
3.      Pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut di pagi hari, untuk
mengidentifikasi ada tidaknya kuman tuberkulosis. Beberapa rumah sakit, menggunakan wadah
penampung khusus untuk pemeriksaan ini.
4.      Menilai keberhasilan terapi.
Cara pengambilan umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang
diakumulasi sejak semalam. Bila klien tidak dapat batuk, kadangkala diperlukan suksion
faringeal. Langkah sebagai berikut:
1.      Lakukan perawatan mulut
2.      Minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak 15-30mL
3.      Lakukan kembali perawatan mulut.
Kultur Tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan mengambil bahan dari
mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur dilakukan untuk melihat mikoorganisme
penyebab penyakit. Dalam melakukannya perawat menggunakan sarung tangan bersih, lalu
ambil bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi eksudat dan berwarna kemarahan.
Kadangkala timbul refleks gag, untuk mencegahnya saat pemeriksaan posisi klien duduk dan
minta klien membuka mulut seraya berkata “ah” lalu kerjakan tindakan dengan cepat.

13
DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
Cara pengambilan sputum:
1.      Cara pengambilan sputum yaitu sama seperti cara pengambilan sputum secara umum.
2.      Ingat untuk tetap menjaga viabilitas bakteri.
3.      Volume sputum yang diperlukan: minimal 1 ml, biasanya 2-3 ml, sesuai keperluan.
4.      Perlu diperhatikan perbedaan teknik dan prosedur pengambilan bakteri biasa dengan bakteri
tahan asam (BTA).
5.      Dalam pengambilan sputum untuk bakteri biasa cukup sekali pengambilan sputum yang
dilakukan pada pagi hari. Dan untuk prosedur dan cara membatukkan sputum dapat dilihat pada
cara pengambilan sputum secara umum diatas.
6.      Dalam pengambilan sputum untuk bakteri tahan asam (BTA) diperlukan 3 kali pengambilan
sputum yang disebut sputum SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu).
Cara penyimpanan sputum:
1.      Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang
2.      Penyimpanan pada pot steril berpenutup.
Cara pengiriman sputum:
1.      Pengiriman: < 2 jam pada suhu ruang.
2.      Bila tidak memungkinkan, simpan dalam media transport.
3.      Media transport yang digunakan untuk spesimen sputum
DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI
Cara pengambilan sputum:
1.      Sputum diambil sesuai dengan prosedur pengambilan sputum secara umum.
2.      Sputum langsung dibatukkan dalam Screw Cap Medium.
Cara penyimpanan sputum:
1.      Sputum ditangani pada bagian sitologi dan termasuk dalam kriteria kental, sel cukup banyak
sehingga langsung dibuat preparat hapusnya.
2.      Sputum langsung dihapus ke objek gelas dan langsung difiksasi dengan alkohol 50-70% dengan
metode fiksasi pelapis (coating fixative).
3.      Fiksasi pelapis yaitu fiksasi dengan campuran alkohol basa yang memfiksasi sel-sel dan bahan
seperti lilin yang membentuk lapisan pelindung yang tipis diatas sel.

14
4.      Cara membuat preparat hapus: Ambil dahak dengan ose steril. Hapus ke objek gelas dengan
ukuran 2x3 cm. Fiksasi dengan alkohol 50-70% dengan perbangingan 1:1
5.      Alternatif lain selain fiksasi: simpan dalam lemari es 4°C.
6.      Simpan dalam lemari es bersuhu -70°C untuk penyimpanan selama bertahun- tahun.
Cara pengiriman sputum:
1.      Objek gelas sputum yang telah difiksasi cukup disimpan dalam amplop (tranport: < 1 jam).
2.      Alternatif lain: pengiriman dengan media transport Screw Cap Medium.

2.3.4.Pemeriksaan Spesimen Darah


a. Pengambilan Spesimen Darah
1. Alat Dan Bahan
a)Spuit/disposible syringe
b)Blood lancet
c)Karet pengikat lengan/torniquet
d)Kapas
e) Alkohol 70%
2. Wadah Spesimen
a) Untuk darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau tetap di dalam spuit.
b)Untuk darah kapiler tidak memerlukan wadah.
c) Wadah dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.
3. Bahan Anti Koagulan
a) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA) dapat digunakan dalam bentuk padat dengan
perbandingan 1 : 1.
b) Heparin dapat digunakan dalam bentuk cair atau padat.
4. Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen
Ada 2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :
a) Ujung jari tangan/kaki (Darah Kapiler). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah
sedikit atau tetesan (dipakai untuk screning test).
b) Lipatan lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah agak
banyak, misalnya : 1 s/d 10 ml.

15
5. Cara Pengambilan Spesimen
a). Darah Kapiler
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak daun telinga untuk mengambil
darah kapiler, sedangkan pada bayi atau anak kecil dapat diambil di tumit atau ibu jari kaki.
Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah.
Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut :
(1) Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas beralkohol 70% dan biarkan sampai
kering.
(2) Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa
nyeri berkurang.
(3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari tusukkan dengan arah tegak lurus
pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak boleh sejajar. Bila yang akan diambil spesimennya pada
anak daun telinga tusukan pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.
(4) Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas beralkohol dan biarkan
sampai darah tidak keluar.
b) Darah Vena
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada bayi dapat digunakan
vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis superior. Cara pengambilan spesimen sebagai
berikut :
(1) Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet, kemudian tangan dikepalkan.
(2) Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan kapas berakohol 70%.
(3) Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45o dengan lengan.
(4) Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit menjadi 30 o dengan lengan,
kemudian hisap darah perlahan-lahan hingga volume yang diinginkan.
(5) Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian tempelkan kapas beralkohol
pada ujung jarum yang menempel dikulit kemudian tarik jarum perlahan-lahan.
(6) Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian lengan ditekuk/dilipat dan biarkan
hingga darah tidak keluar.

16
(7) Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti koagulan yang disediakan,
kemudian digoyang secara perlahan agar bercampur.
(8) Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah darah dihisap kemudian dengan spuit yang
sama dihisap pengawet/anti koagulan.
6. Identitas Spesimen
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku
registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis
pemeriksaan.

b. Pengiriman Spesimen Darah

1) Setelah spesimen terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian dimasukan dalam
wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau tumpah.
3) Wadah diberi label yang berisi tentang identitas yang meliputi : tanggal pengiriman, jenis dan
jumlah sampel, jenis pemeriksaan yang diminta, jenis pengawet, dan tanda tangan pengirim.
4) Sampel dikirim ke laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium
Kesehatan atau laboratorium lainnya.
5) Transportasi pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium, pengiriman spesimen
maksimum 3 hari.
c. Pemeriksaan Spesimen Darah
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah hitam dalam
darah, antara lain metoda Dithizone dan metoda Spektrofotometrik Serapan Atom.Pemilihan
metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga,
bahan pemeriksaan ataupun peralatan.
d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI) atau nilai
index untuk pajanan biologi. Menurut WHO (tahun 1977) nilai pada orang dewasa normal adalah
10 s/d 25 µg per desiliter.
e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang

17
18
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Kita sebagai mahasiswa yang belajar di sekolah tinggi ilmu kesehatan khususnya keperawatan
harus memahami prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman spesimen dengan cara
yang tepat sesuai dengan tujuan pengambilan spesimen, apakah untuk pemeriksaan dalam bidang
mikrobiologi/patologi klinik/patologi anatomi/parasitologi.

B.   Saran
Agar tujuan kita tercapai sebaiknya kita belajar dengan giat dan tidak mengabaikan aturan dan
norma-norma yang berlaku agar segala yang kita harapkan dapat tercapai dengan maksimal.

19
DAFTAR PUSTAKA
Potter & perry, 2005, Fundamental of nursing volume 2, Jakarta, ECG.

Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2005, Patofisiologi edisi 6 volume 1, Jakarta, ECG.

Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2005, Patofisiologi edisi 6 volume 2, Jakarta, ECG.

Marrelli, T.M. 2007. Buku Saku Dokumentsi Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.Nursalam.2008.Proses
dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.Jakarta : Salemba Medika

http : // eny ratna ambarwati.blogspot.com/2010/02/pemeriksaan diagnostic : html

http: // Riswanto. Blogspot. Com/2010/02/pengumpulan specimen-darah-urine-sputum-feses.html

20

Anda mungkin juga menyukai