Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PADA LANSIA OSTEOPOROSIS

Di Susun Oleh :
Afni Pravita Bunga, S.Kep
2030005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
OSTEOPOROSIS
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Osteoporosis merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan rendahnya
massa tulang yang disertai dengan mikro arsitektur tulang dan penurunan jaringan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Akibatnya
tulang menjadi mudah retak atau bahkan terjadi patah tulang.
B. PENGANTAR
Materi : Penyakit Osteoporosis
Pokok Bahasan : Perawatan dan Pencegahan Osteoporosis
Hari & Tanggal : 14 November 2020
Waktu Pertemuan : 30 menit
Tempat : Rumah warga (Ny.A)
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 35 menit, para
lansia diharapkan dapat mengetahui mengenai Osteoporosis.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, peserta dapat menjelaskan kembali tentang :,
Pengertian Osteoporosis, Tanda dan gejala Osteoporosis, Faktor dan resiko yang
mempengaruhi Osteoporosis, Pencegahan Osteoporosis
D. MATERI
Terlampir
E. MEDIA
1. Materi SAP
2. Lembar balik
F. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
G. KEGIATAN PENYULUHAN

No Kegiatan Penyuluh Respon Waktu


Peserta
1 - Pembukaan Menjawab 5 menit
- Memberi salam salam
- Memberi pertanyaan apersepsi Memberi
- Menjelaskan tujuan penyuluhan salam
- Menyebutkan materi/pokok Menyimak
bahasan yang akan disampaikan
2 - Pelaksanaan 20 menit
- Menjelaskan materi penyuluhan
secara berurutan dan teratur.
- Materi
- Pengertian Osteoporosis Menyimak dan
- Tanda dan gejala Osteoporosis Memperhatika
- Faktor dan resiko yang
n
mempengaruhi Osteoporosis
- Pengelolaan Osteoporosis

3 - Evaluasi 5 menit
- Menyimpulkan inti penyuluhan
- Menyampaikan secara singkat
materi penyuluhan
- Memberi kesempatan kepada ibu- Memperhatika
ibu untuk bertanya n
- Memberi kesempatan kepada ibu-
Menjawab
ibu untuk menjawab pertanyaan
yang dilontarkan

4 - Penutup :
- Menyimpulkan materi penyuluhan Menyimak dan
yang telah disampaikan
Mendengarkan
- Menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta Menjawab
- Mengucapkan salam
salam
REFERENSI
Candra, Faisal. Dkk. 2013. Trend Deases Trend Penyakit Masa Kini. Jakarta: Trans Info Media
Purwostuti, Endang. 2009. Waspada! Osteoporosis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Tandra, Hans. 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Yatim, Faisal. 2003. Osteoporosis Penyakit Kerapuhan Tulang Pada Manusia. Jakarta: Pustaka
Obor.
Lampiran Materi Osteoporosis
A. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan rendahnya massa
tulang yang disertai dengan mikro arsitektur tulang dan penurunan jaringan kualitas
jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Osteoporosis juga
disefinisikan sebagai penyakit sistematik dengan ciri-ciri rendahnya masa tulang dan
pemburukan mikroarsitektur jaringan tulang dengan konsekuensi meningkatnya
kerapuhan tulang dan kecenderunganterjadinya fraktur (sudoyo, et al. 2007).
Kerja osteoklas ( sel penghancur struktur tulang) melebihi osteoblas (sel
pembentuk struktur tulang). Hal itu menyebabkan kehilangan masa tulang tidak dapat
dihindari dan kepadatan tulang berkurang. Akibatnya tulang menjadi keropos, tipis dan
mudah patah.
Banyak orang berpikir bahwa osteoporosis terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari
karena bagian dari penuaan. Meski begitu, ahli medis menyakini kalau osteoporosis
sebenarnya bisa dicegah. Bahkan orang yang sudah menderita osteoporosis dapat
melakukan pencegahan atau memperlambat perkembangan penyakit tersebut dan
menurunkan risiko terjadinya patah tulang kembali.
B. Tanda dan gejala
Osteoporosis hanya menunjukkan gejala apabila ada tulang yang patah.
Menurunnya massa tulang tidak menyebabkan rasa sakit atau gejala lain. Penyakit ini
juga sering disebut “silent disease”, karena dating tiba-tiba, tidak memiiki gejala yang
jelas dan tidak terdeteksi hingga orang tersebut mengalami patah tulang (Nuhonni,
2000).
Akan tetapi, menurut Yatim (2003), biasanya seseorang yang mengalami
osteoporosis akan merasa sakit atau pegal-pegal di bagian punggung dan sekitarannya.
Dalam beberapa hari , rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya dan tidak akan
bertambah sakit dan menyebar jika mendapatkan beban yang berat. biasanya postur tubh
orang yang menderita osteoporosis akan terlihat membungkuk dan terasa nyeri pada
tulang yang mengalami kelainan tersebut (ruas tulang belakang.
C. Faktor dan Resiko Osteoporosis
Penyebab osteoporosis bersumber dari faktor resiko yang dapat dikelompokkan
menjadi 2, yaitu:
1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan
a. Jenis Kelamin, Kaum wanita mempunyai faktor risiko terkena osteoporosis
lebih besar dibandingkan kaum pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon
estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun.
b. Usia, Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena
secara alamiah tulang semakin rapuh sejalan dengan bertambahnya usia.
Osteoporosis pada usia lanjut terjadi karena berkurangnya massa tulang yang
juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.
c. Ras, Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena
osteoporosis. Karena itu, ras Eropa Utara (Swedia, Norwegia, Denmark) dan
Asia berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding ras Afrika hitam.
Ras Afrika memiliki massa tulang lebih padat dibanding ras kulit putih
Amerika. Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan
pada tulang pun besar. Ditambah dengan kadar hormon estrogen yang lebih
tinggi pada ras Afrika.
d. Pigmentasi dan tempat tinggal, Mereka yang berkulit gelap dan tinggal di
wilayah khatulistiwa, mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih
rendah dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di wilayah kutub
seperti Norwegia dan Swedia.
e. Riwayat keluarga, Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau
mempunyai massa tulang yang rendah, maka keturunannya cenderung
berisiko tinggi terkena osteoporosis.
f. Postur tubuh, Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena
osteoporosis. Demikian juga seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih
berisiko terkena osteoporosis dibanding yang bertubuh besar
g. Monopouse, Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen
karena tubuh tidak lagi memproduksinya. Padahal hormon estrogen
dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan mempertahankan massa tulang.
Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan bertambahnya usia, akan
semakin berkurang kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang,
dan tulang mudah patah. Menopause dini bisa terjadi jika pengangkatan
ovarium terpaksa dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan seperti
kanker, mioma dan lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya
risiko terkena osteoporosis.
2. Faktor yang dapat dikendalikan
a. Akitivitas Fisik, Seseorang yang kurang gerak, kurang beraktivitas, otot-
ototnya tidak terlatih dan menjadi kendor. Otot yang kendor akan
mempercepat menurunnya kekuatan tulang. Untuk menghindarinya,
dianjurkan melakukan olahraga teratur.
b. Kurang kalsium, Kalsium penting bagi pembentukan tulang, jika kalsium
tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil
kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang. Kebutuhan akan
kalsium harus disertai dengan asupan vitamin D yang didapat dari sinar
matahari pagi, tanpa vitamin D kalsium tidak mungkin diserap usus (Suryati,
2006).
c. Merokok, Para perokok berisiko terkena osteoporosis lebih besar dibanding
bukan  perokok. Telah diketahui bahwa wanita perokok mempunyai kadar
estrogen lebih rendah dan mengalami masa menopause 5 tahun lebih cepat
dibanding wanita bukan  perokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok
berpengaruh buruk pada tubuh dalam hal penyerapan dan penggunaan
kalsium. Akibatnya, pengeroposan tulang/osteoporosis terjadi lebih cepat.
d. Stress, Kondisi stres akan meningkatkan produksi hormon stres yaitu kortisol
yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kadar hormon kortisol yang tinggi
akan meningkatkan pelepasan kalsium kedalam peredaran darah dan akan
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan keropos sehingga meningkatkan
terjadinya osteoporosis.
e. Minuman bersoda, Minuman bersoda (  softdrink ) mengandung fosfor dan
kafein (caffein). Fosfor akan mengikat kalsium dan membawa kalsium keluar
dari tulang, sedangkan kafein meningkatkan pembuangan kalsium lewat urin.
Untuk menghindari bahaya osteoporosis, sebaiknya konsumsi soft drink harus
dibarengi dengan minum susu atau mengonsumsi kalsium ekstra (Tandra,
2009).
D. Pencegahan Osteoporosis
Faktor penting dalam pencegahan osteoporosis adalah mengurangi atau bahkan
menghilangkan faktor risiko antara lain merokok, konsumsi alkohol ,kafien dan
pemakaian obat-obatan yang dapat mempengaruhi kesehatan tulang. Melakukan
olahraga juga dapat membantu mencegah osteoporosis dengan meningkatkan kepadatan
tulang.
Pengaturan pola makan atau nutrisi yang dikonsumsi juga perlu dilakukan untuk
mencegah osteoporosis . Nutrisi utama yang baik untuk menjaga kepadatan tulang
adalah kalsium dan vitamin D. National Academy of Science menyebutkan bahwa
kebutuhan kalsium harian untuk usia 1-3 tahun sebesar 500 mg, usia 4-8 tahun sebesar
800 mg, 9-18 tahun sebesar 1300 mg, 19-50 tahun sebesar 1000 mg, dan usia 51 tahun
atau lebih sebesar 1200 mg. Kebutuhan kalsium dapat diperoleh dari susu kedelai , ikan
terutama tulangnya, dan sayuran seperti brokoli.
Vitamin D merupakan vitamin yang dapat dibuat oleh tubuh ketika tubuh terkena
sinar matahari. Islam et al. (2008) menyebutkan bahwa menghabiskan waktu 10-15
menit untuk berjemur dan terpapar sinar matahari dapat membantu tubuh memproduksi
vitamin D. Waktu yang tepat untuk berjemur adalah pagi hari sebelum pukul 09.00 dan
sore hari sesudah pukul 16.00.

Anda mungkin juga menyukai