Anda di halaman 1dari 7

HISTORI TENTANG KHAWARIJ :

SEJARAH KEMUNCULANNYA, SEKTE-SEKTE,


DAN AJARANNYA

Dosen Pembimbing :
Kholid Zamzami, M. Si.

Disusun oleh :
Nama : Alfira Izza Aulia
NIM : 200606110111
Kelas : Teosofi D
Jurusan : Teknik Arsitektur

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
HISTORI TENTANG KHAWARIJ :
SEJARAH KEMUNCULANNYA, SEKTE-SEKTE,
DAN AJARANNYA

Rasulullah SAW sebagai pembawa wahyu al-Quran telah menyampaikan


bagaimana pentingnya sebuah pedoman hidup bagi umat manusia agar tidak
tersesat. Beliau mengabarkan banyak sekali ajaran dan ilmu mengenai dasar-dasar
kehidupan melalui ayat-ayat al-Quran. Namun, sepeninggal Nabi Muhammad
SAW, pedoman hidup manusia tak hanya berkutat pada ayat-ayat al-Quran dan
hadist, tetapi juga hasil pemikiran manusia mengenai tafsir dari al-Quran dan
hadist. Akibatnya, terdapat beragam perbedaan pendapat mengenai tafsiran
tersebut walaupun berasal dari nash yang sama. Perbedaan penafsiran tersebut
dapat sangat mencolok bahkan dibilang ekstrem.
Dalam aliran khawarij, terdapat beberapa sekte yang masing-masing
menafsirkan kembali ajaran pokok dengan kesepakatan bersama. Hasilnya, sekte-
sekte yang ada pada aliran ini tergolong menjadi sekte khawarij yang ekstrem,
kurang ekstrem, dan moderat. Konroversi pun banyak diperdebatkan, apakah
aliran ini masih bisa dianggap benar, apakah aliran ini masih relevan, dan lain
sebagainya. Untuk itu, artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai aliran
khawarij.

Pengertian Khawarij dan Sejarah Kemunculannya


Secara bahasa, kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang
berarti ke luar, muncul, timbul, atau memberontak. Dari kata ini dapat dikatakan
bahwa khawarij merupakan kaum muslim yang ingin keluar dari kesatuan Islam.
Sedangkan secara terminologis, khawarij adaah aliran pengikkut khalifah Ali bin
Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena tidak setuju dengan
keputusan beliau saat peristiwa perang shiffin yang menerima arbitrase atau
tahkim dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan di tahun 648 M/37 H. Kelompok ini
mulanya berada di pihak yang sama dengan Ali bin Abi Thalib, karena beliau
merupakan khalifah yang sah yang dipilih oleh mayoritas umat Islam sedangkan
kelompok Mu’awiyah berada di pihak yang salah karena memberontak Khalifah
yang sah. Setelah peristiwa tahkim tadi, kedua kelompok ini bersepakat dan
damai. Akan tetapi, beberapa orang membentuk kelompok dan tidak setuju atas
keputusan tahkim ini. Kelompok inilah yang akhirnya disebut-sebut sebagai kaum
khawarij. Kaum khawarij ini menyalahkan khalifah Ali karena berkompromi
dengan pemberontak dengan melakukan gencatan senjata. Menurut mereka,
keputusan ini menguntungkan kelompok pemberontak. Seharusnya sesuai dengan
ketentuan syari’ah, tidak ada kompromi dengan pemberontak. Mereka semua
harus dituntaskan sampai habis.1
Arbitrase atau tahkim terhadap kelompok Mu’awiyah terjadi pada masa
khalifah Ali merupakan buah dari pertikaian politik setelah kematian khalifah
Ustman akibat pembunuhan. Kelompok Mu’awiyah mengganggap bahwa Ali ikut
campur dalam pembunuhan tersebut karena salahsatu pemberontak yang
membunuh khalifah merupakan anak angkat Ali, yaitu Muhammad ibn Bakr.
Tindakan keras pun tidak dilakukan terhadap pemberontak. Bahkan, Muhammad
ibn Bakr diangkat menjadi Gubernur Mesir.
Puncak dari pertikaian politik tersebut terjadi pada perang shiffin. Pasukan
Mu’awiyah pun terdesak oleh pasukan Ali, sehingga tangan kanan Mu’awiyah,
yaitu Amr ibn al-Ash yang dikenal sebagai oramg yang licik, ia mengangkat al-
Quran ke atas sebagai tanda minta perdamaian. Namun, pada akhirnya keputusan
ini dianggap hanya menguntungkan pihak Mu’awiyah karena mereka hanya
meyetujui pemakzulan Ali yang telah diumumkan lebih dahulu oleh al-Asy’ari.
Tak hanya itu, mereka juga menolak penjatuhan Mu’awiyah sehingga Mu’awiyah
naik pangkat menjadi khalifah tidak resmi. Akibatnya, kaum khawarij ini muncul
dan menganggap keputusan Ali ini sudah melenceng dari pedoman al-Quran yang

1
Ikrom Shaliadi, Khawarij: Arti, Asal-Usul, Fiqrah-Fiqrah, dan Pendapatnya. Jurnal Islamuna,
Vol. 2, No. 1, 2015, Hlm. 17.
mana mereka menerima arbitase kafir karena tidak kembali ke al-Quran dalam
penyelesaian tersebut.2

Sekte-Sekte, Tokoh, dan Pemikirannya dalam Khawarij


1. Al-Muhakkim
Sekte ini dinamakan seperti ini karena merekamenolak arbitrase atau
tahkim pada perang shiffin antara pasukan Ali dan Mu’awiyah. Mereka
memegang prinsip bawa hukum itu hanya milik Allah. Mereka menganggap
semua orang yang menyetujui arbitrase merupakan orang kafir dan
menyimpang dari ajaran Islam.
2. Al-Azariqah
Kelompok ini merupakan pengikut dari Nafi’bin Al- Azraq bin Qois Al-
Hanafi, atau nama panggilannya Abu Rosyid. Ia seorang pemimpin yang
sangat berani dan berasal dari Bani Hanifah. Mereka berpendapat bahwa orang
kafir adalah mereka yang tidak sepham dengan ajaran mereka, orang yang
tidak hijrah ke daerah mereka walaupun sepaham, tidak ikut memerangi Ali
bin Abi Thalib karena mereka dianggap setuju terhadap tahkim. Mereka juga
menolak hukum rajam bagi orang yang berzina dan yang parah, mereka
menganggap Allah mengutus seorang Nabi tersebut kafir, setelah diutus
ataupun sebelum diutus.
3. Al-Najadat
Kelompok ini adalah pengikut Najdah bin Amir Al- Hanafi, yang mana ia
mengeluarkan pendapatnya bahwa ia melepaskan diri dari paham Al-
Azariqoh. Ia menganggap menyembunyikan identitas keimanannya demi
keselamatan diri itu diperbolehkan walaupun paham ini tetap memiliki
beberapa pendapat yang sama dengan Al-Azariqah. Mereka juga menganggap
perbuatan dosa seperti berzina, mencuri, minum minuman keras, dan lainnya
tersebut tidak termasuk kafir. Mereka berpendapat bahwa dosa kecil dapat
meningkat menjadi besar bila dikerjakan terus-menerus.

2
Rijal, Syamsul Rijal, Radikalisme Klasik dan Kontemporer: Membanding Khawarij dan Hizbut
Tahrir. Jurnal Al-Fikr. Vol. 14, No. 2, 2010, Hlm. 218.
4. Al-‘Ajaridah
Kaum ini merupakan pengikut dari ‘Abd al-Karim bin ‘Ajrad. Asal mula
aliran ini yaitu mereka merupakan pengikut ‘Athiyyah bin al-Aswad, Abd al
Karim yang mulanya anggota dari kelompok Athiyyah. Kelompok ini adalah
pengikut Al-Najadat yang merupakan induk dari kelompok ini. Perbedaannya
ialah kelompok Al-‘Ajaridah memiliki pandangan yang lebih moderat, orang
lain tidak wajib hijrah ke wilayah mereka, tidak boleh merampas harta perang
kecuali harta orang yang mati terbunuh, anak kecil dianggap tidak kafir, dan
menganggap surat yusuf bukan bagian dari al-Quran karena tak pantas
memuat kisah percintaan.
5. Al‐Tha’alibah
Kelompok ini adalah mereka yang mengikuti
Tha’labah bin Mishkan. Sekte ini masih berhubungan dengan Al-‘Ajaridah.
Namun, terdapat perselisihan paham mengenai hukum tentang anak-anak
sehingga ia memisahkan diri dan membuat sekte baru.
6. Al-Shafariyah
Kaum ini merupakan pengikut Ziad ibn Al-Ashfar, disebut-sebut bahwa
Al-Shafariyah bernisabah kepada seorang laki-laki yang bernama Ubaidah,
orang yang berselisih dengan Najdah pergi dari Yamamah. Al- Baghdadi
mengatakan bahwa pandangan-pandangan Al-Shafariyah mirip dengan
pandangan Al-Azariqoh. Pendapat yang penting adalah istilah kufr atau kafir
mengandung dua arti yaitu kufr al-ni’mah (mengingkari nikmat Tuhan) kafir
tidak berarti keluar dari Islam dan kufr bi Alloh (meningkari Tuhan) Taqiyah
hanya boleh dalam bentuk perkataan, tidak boleh dalam bentuk tindakan
kecuali bagi wanita Islam boleh menikah dengan laki-laki kafir bila terancam
keimanan dirinya.
7. Al-Ibadhiyyah
Kaum ini merupakan pengikut Abdullah bin Ibadh. Abdullah bin Ibadh
hidup pada penggal kedua abad pertama Hijriyah. Sekte ini hampr mirip
dengan aliran Sunni dan paham-paham yang digunakan lebih toleran
dibandingkan dengan sekte Khawarij lainnya. Orang yang berdosa besar tidak
dianggap sebagai mukmin, tetapi mereka disebut sebagai muwahhid atau kafir
nikmat. Pendapat ini menyatakan pelaku dosa seperti ini tidak membuatnya
keluar dari Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Ahmad Yani. 2009. Khawarij. Jurnal As-Syir’ah. 43(2):269-296.


Rijal, Syamsul. 2010. Radikalisme Klasik dan Kontemporer: Membanding
Khawarij dan Hizbut Tahrir. Jurnal Al-Fikr. 14(2):214-231.
Shaliadi, Ikrom. 2015. Khawarij: Arti, Asal-Usul, Fiqrah-Fiqrah, dan
Pendapatnya. Jurnal Islamuna. 2(1):16-28.

Anda mungkin juga menyukai