Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA TANAH


LONGSOR DI MEDAN BELAWAN
TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4
1. Blessery Oktorina M 170204008
2. Karen Aristha Laia 170204031
3. Novia 170204076
4. Verdalius 170204047

Dosen Pengajar :
Ns.Edri Yonlafado Simanjuntak, M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN T.A 2020/2021
PROPOSAL
PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA TANAH
LONGSOR MEDAN BELAWAN
TAHUN 2020

A. Latar Belakang
Tanah longsor merupakan jenis bencana terbesar ke 3 (tiga) di Indonesia setelah bencana banjir dan
puting beliung. Daerah kajian penelitian ini adalah Keecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Terdapat
beberapa bencana yang berpotensi terjadi di kabupaten bantul, yaitu gunung api, tsunami, erosi, dan
tanah longsor. Kecamatan dlingo merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi terjadinya
bencana tanah longsor yang terletak di sebelah timur Kabupaten Bantul dan bersebelahan dengan
kecamatan Imogiri. Apabila dilihat dari topografi di daerah tersebut, Kecamatan Dlingo merupakan
daerah dengan topografi berbukit hingga bergunung sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor
penyebab terjadinya bahaya tanah longsor.

Berdasarkan diagram pie tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 jenis bencana yang memiliki
persentasi jumlah kejadian bencana paling tinggi, yaitu banjir, puting beliung, dan tanah longsor.
Bencana banjir memiliki persentase kejadian paling besar, yaitu 31.2%, puting belitung 20%, dan tanah
longsor 16.4%. Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang termasuk dalam jumlah kejadian
bencana terbanyak di Indonesia sehingga pemetaan tanah longsor perlu dilakukan.

Terdapat banyak tempat wisata yang telah berkembang di Kecamatan Dlingo. Lebih dari 15 wisata yang
terdapat di kecamatan tersebut. Banyaknya wisata yang mulai tumbuh akan berdampak pula pada
meningkatnya wisatawan yang datang berkunjung, baik wisatawan dari daerah sekitar maupun dari luar
Provinsi Yogyakarta. Banyaknya wisatawan yang datang akan mengakibatkan meningkatnya
pembangunan di daerah tersebut. Pembangunan tersebut dapat berupa pemukiman, tempat penginapan,
hotel, serta ruko dan pertokoan. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi dan mengganggu pemanfaatan
lahan dan keseimbangan ekosistem di daerah itu sendiri. Akibat selanjutnya adalah terjadinya dampak
yang sering bersifat negatif seperti bencana alam berupa erosi maupun tanah longsor

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit tentang Penanggulangan bencana tanah longsor
diharapkan masyarakat dapat mengetahui cara mencegah dan menanggulangi tanah longsor.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit diharapkan keluarga pasien mampu :

1. Mengetahui yang dimaksud dengan tanah longsor

2. Mengetahui proses terjadinya tanah longsor

3. Mengetahui penyebab terjadinya tanah longsor

4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tanah longsor

5. Mengetahui usaha-usaha menanggulangi tanah longsor


6. Untuk mengetahui upaya pencegahan terjadinya tanah longsor.
7. Untuk mengetahui prinsip penanggulangan epidemiologi tanah longsor.

C. Pelaksanaan
1. Topik Kegiatan :

a. Mengetahui yang dimaksud dengan tanah longsor

b. Mengetahui proses terjadinya tanah longsor

c. Mengetahui usaha-usaha menanggulangi tanah longsor


d. Untuk mengetahui upaya pencegahan terjadinya tanah longsor.
e. Untuk mengetahui prinsip penanggulangan epidemiologi tanah longsor.
2. Sasaran Kegiatan
Masyarakat
3. Stategi
a. Penyaji memberikan informasi tentang tanah longsor
b. Penyaji Memberikan informasi tentang dampak tanah longsor
a. Penyaji Memberikan informasi tentang usaha penanggulangan tanah longsor
c. Penyaji memberikan informasi tentang penanggulangan tanah longsor
4. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
5. Media/Alat
Leaflet
6. Hari/Tanggal dan Waktu
Hari : jumat
Tanggal : 11 Desember 2020
Waktu : 10.00-10.45
7. Pengorganisasian Waktu
a. Acara diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara : Verdalius
b. Penyuluhan Penanggulangan Bencana Tanah longsor selama 45 menit disampaikan oleh :
1. Blessery Oktorina M
2. Karen Aristha Laia
3. Novia
4. Khairunnisa Tanjung
5. Sasmita
6.
M. Penutupan oleh pembawa acara : Novia
8. Organisasi Keanggotaan
 Ketua Panitia : Verdalius
 Sekretaris : Karen Laia
 Bendahara : novia
 Penyaji/ Leader :
1. Blessery
 Pembawa acara : Novia
 Moderator : Ns.Edri Yonlafado, S.Kep.,M.Kep
 Seksi Peralatan :
1. Verdalius
 Seksi Dokumentasi
1. Novia
 Seksi Konsumsi :
1. Karen
 Humas :
1. Blessery
9. Uraian Tugas
a. Ketua Panitia
Bertanggung jawab terhadap kelangsungan acara sejak perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
hingga berakhirnya kegiatan serta mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
b. Sekretaris
Bertanggung jawab mendokumentasikan seluruh kegiatan (perencanaan, persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi).
c. Bendahara
Bertanggung jawab mempersiapkan dana untuk kegiatan
d. Penyaji
Bertanggung jawab memimpin dan mengarahkan proses acara, merencanakan pertemuan
berikutnya dan menutup acara.
e. Pembawa Acara
Bertanggung jawab dalam memfasilitasi siswa dan siswi untuk menggali informasi yang
berhubungan dengan kesehatan, membuka dan menutup acara selesai
f. Peralatan
Bertanggung jawab sepenuhnya atas semua perlengkapan yang dipakai dari awal hingga
berakhirnya kegiatan
g. Dokumentasi
Bertanggung jawab mendokumentasikan seluruh kegiatan penyuluhan dari awal mulai sampai
selesai
h. Konsumsi
Bertanggung jawab mengatur konsumsi semua peserta yang mengikuti penyuluhan baik
makan maupun minum.
10. Susunan Acara
a. Pembukaan oleh pembawa acara : Novia
b. Kata sambutan dari :
Dosen Pembimbing : Ns.Edri Yonlafado, M.Kep
c. Penyampaian Materi :
1. Blessery
menyampikan keseluruhan materi

d. Penutup oleh MC : Novia


11. Settingan Tempat

1.

2.

3.

4.

Ket :
: Mahasiwa

: Masyarakat

12. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Pokok Bahasan : Penanggulangan bencana Tanah longsor
Sub Pokok Bahasan : tanah longsor
Sasaran : Masyarakat
Hari/Tanggal : Jumat, 11 Desember 2020
Waktu : 10.00-11.30 WIB (45 menit)
Tempat : medan belawan

A. Latarbelakang
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah
atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah
akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan
sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak
mengikuti lereng dan keluar lereng.

Hampir semua pulau utama di Indonesia memiliki beberapa kabupaten dan kota yang rawan
pergerakan tanah, kecuali Pulau Kalimantan yang hanya memiliki dua kabupaten yang rawan, yakni
Kabupaten Murung Raya di Kalimantan Tengah dan Kabupaten Malinau di Kalimantan Timur.
Daerah yang memiliki relief morfologi kasar dengan lereng-lereng yang terjal secara umum lebih
rawan untuk terjadi gerakan tanah. Di samping itu, kondisi batuan yang tidak kompak dan mudah
mengalami degradasi umumnya lebih mudah untuk terjadi gerakan tanah. Setidaknya terdapat 918
lokasi rawan longsor di Indonesia. Setiap tahunnya kerugian yang ditanggung akibat bencana tanah
longsor sekitar Rp 800 miliar, sedangkan jiwa yang terancam sekitar 1 juta.
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan
batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak
terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah
aliran bahan rombakan (Nandi, 2007 & Gatot M Sudrajat, 2008).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang Penyakit penanggulangan tanah longsor
diharapkan Masyarakat dapat mengetahui cara menanggulangi tanah longsor.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga pasien mampu :

1. Mengetahui yang dimaksud dengan tanah longsor

2. Mengetahui proses terjadinya tanah longsor

3. Mengetahui penyebab terjadinya tanah longsor

4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tanah longsor

5. Mengetahui usaha-usaha menanggulangi tanah longsor


6. Untuk mengetahui upaya pencegahan terjadinya tanah longsor.
7. Untuk mengetahui prinsip penanggulangan epidemiologi tanah longsor.

C. Pokok Materi Penyuluhan


1. Pengertian Tanah longsor
2. Penyebab tanah longsor
3. Dampak tanah ongsor
4. Usaha menanggulangi tanah longsor
5. Prinsip penanggulangan tanah longsor

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. Media
Leaflet

F. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta

1 Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab


(5 menit) 2. Memperkenalkan diri salam
3. Menggali 2. Mendengarkan
pengetahuan keluarga dan
pasien tentang memperhatikan
hipertensi dan 3. Menjawab
tekanan darah pertanyaan
4. Menjelaskan tujuan
Penyuluhan
5. Membuat kontrak 4. Mendengarkan
waktu dan
memperhatikan
5. Menyetujui
kontrak waktu

2 Kegiatan 1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan


Inti  Pengertian Gagal dan
(20 menit) Ginjal memperhatikan
 Penyebab Gagal penjelasan
Ginjal Penyuluh
 Tanda dan gejala
Peningkatan
Tekanan Darah
Pada Gagal Ginjal
a. Cara
Pengendalian
Tekanan Darah
Pada Pasien
Gangguan Ginjal
2. Memberikan
kesempatan untuk 2. Aktif bertanya
bertanya
3. Menjawab 3. Mendengarkan
pertanyaan peserta

3 Penutup 1. Menyimpulkan 1. Mendengarkan


(5 menit) materi yang dan
disampaikan oleh Memperhatikan
penyuluh
2. Mengevaluasi peserta
atas penjelasan yang 2. Menjawab
disampaikan dan pertanyaan yang
penyuluh diberikan
menanyakan kembali
mengenai materi
penyuluhan
3. Salam Penutup 3. Menjawab
salam

G. Evaluasi
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga pasien mampu mampu :
1. Menjelaskan pengertian tanah longsor
2. Menjelaskan penyebab tanah longsor
3. Mencegah terjadi tanah longsor
6. Menjelaskan cara menanggulangi tanah longsor
7.

Penanggulangan Bencana Tanah Longsor

A. Pengertian
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor (landslide)
merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan di daerah tropis
basah. Gerakan massa, umumnya disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan kadang-kadang
getaran atau gempa juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan massa yang berupa tanah
longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser disepanjang bidang longsor yang merupakan
batas bergeraknya massa tanah atau batuan.

Gerakan tanah adalah proses perpindahan suatu masa batuan/tanah akibat gaya gravitasi.
Gerakan tanah seringkali disebut sebagai longsoran dari massa tanah/batuan dan secara umum
diartikan sebagai suatu gerakan tanah dan atau batuan dari tempat asalnya karena pengaruh gaya
berat .

Adanya gerakan tanah disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah adalah daya ikat (kohesi)
tanah/batuan yanglemah sehingga butiran-butiran tanah/batuan dapat terlepas dari ikatannya dan
bergerak ke bawah dengan menyeret butiran lainnya yang ada disekitarnya membentuk masa
yang lebih besar. Lemahnya daya ikat/batuan dapat disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas)
dan kelolosan air (permeabilitas) tanah/batuan maupun rekahan yang intensif dari masa
tanah/batuan tersebut.

Sedangkan faktor eksternal yang dapat memicu terjadinya gerakan tanah terdiri dari
berbagai sebab yang kompleks seperti sudut kemiringan lereng, perubahan kelembaban
tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan lahan dan pola pengolahan lahan, pengikisan
oleh aliran air, ulah manusia seperti penggalian dan sebagainya.
A. Poses Terjadinya Tanah Longsor

mengemukakan bahwa longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume tanah diatas
suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air. Lapisan yang terdiri dari tanah liat (mengandung
kadar tanah liat) seteluh jenuh air akan bertindak sebagai peluncur lonsoran akan terjadi jika
terpenuhi 3 keadaan berikut:

a. Adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak atau meluncur
kebawah
b. Aadanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap air dan lunak, yang akan
menjadi bidang luncur dan
c. Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah tepat diatas kedap air tersebut
menjadi jenuh

Lapisan kedap air dapat berupa tanah liat atau mengandung kadar tanah liat tinggi, atau
dapat juga berupa lapisan batuan, seperti Napal liat (slay shale) (Arsyad dalam Suripin,
2011:39).

B. Penyebab longsor

Faktor penyebab terjadinya tanah longsor secara umum ditandai dengan munculnya
retakan-retakan dilerang yang sejajar dengan arah tebing. Tanah longsor biasanya terjadi
setelah hujan, karena banyak muncul mata air baru secara tiba-tiba, tebing menjadi rapuh,
dan banyak kerikil yang mulai berjatuhan. Disamping faktor penyebab secara umum tersebut,
faktor-faktor lainnya yaitu :

1. Lereng terjal
Lereng yang terjal terbentuk karena adanya pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan
angin. Lereng yang terjal akan memperbesar gaya pendorong, sehingga apabila sudut
lereng tersebut mencapai 180o maka akan sangat rawan terjadi longsor.
2. Tanah yang Kurang Padat dan Tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah jenis tanah lempung dan tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 meter. Jenis tanah tersebut memiliki potensi untuk terjadinta
tanah longsor, apabila terjadi hujan. Disamping itu, tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena lembek terkena air dan pecah akibat terkena panas.
3. Batuan yang Kurang Kuat
Batuan yang kurang kuat sangat rentan terhadap tanah longsor, apabila terdapat pada
daerah yang memiliki lereng sangat terjal.
4. Jenis Tata Lahan
Jenis tata lahan yang sering terjadi longsor yaitu di daerah persawahan, perladangan, dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Di daerah persawahan akarnya kurang kuat
untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh terhadap air
sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan di daerah perladangan, penyebab longsor
adalah akar pohon tidak mampu menembus bidang longsoran yang dalam dan biasanya
terjadi di daerah longsoran yang lama.
5. Getaran
Getaran diakibatkan karena adanya gempa bumi, gunung meletus, getaran mesin, dan
getaran lalu lintas kendaraan.
6. Surutnya Muka Air Danau
Akibat adanya susutan muka air yang sangat cepat di danau, maka dapat menyebabkan
gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringannya 220 o sehingga mudah
terjadi longsor dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
7. Adanya Beban Tambahan
Akibat adanya beban tambahan, seperti beban bangunan pada lereng dan kendaraan,
maka akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di daerah tikungan
jalan di daerah lembah. Akibatnya aka nada penurunan tanah dan retakan yang arahnya
ke lembah.
8. Pengikisan (Erosi)
Pengikisan banyak terjadi di aliran sungai yang menuju tebing dank arena adanya
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, sehingga mengakibatkan tebing menjadi
terjal.
9. Adanya Material Timbunan Pada Tebing
Dalam memperluas dan mengembangkan lahan permukiman, umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum menjadi sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Dengan demikian,
apabila terjadi hujan maka akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan
retakan tanah.
10. Longsoran Lama
Longsoran lama pada umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material
gunung api pada lereng yang relative terjal atau pada saat dan sesudah terjadi patahan
kulit bumi.
11. Adanya Bidang Diskontinuitas (Bidang Tidak Sinambung)
Bidang-bidang yang tidak berkesinambungan tersebut merupakan bidang-bidang lemah
dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
12. Penggundulan Hutan
Tanah longsor terjadi akibat adanya penggundulan hutan, karena pengikatan air tanah
sangat kurang.
13. Daerah Pembuangan Sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah yang
banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran air hujan.

C. Dampak yang ditimbulkan dari tanah longsor

1. Dampak Positif :

a. Ketika terjadi bencana seperti tanah longsor ini bisa meningkatkan kesadaran diri
supaya tidak terjadi lagi penebangan hutan dan memperluas lahan.
b. Meningkatkan kepedulian terhadap korban bencana dan kepedulian terhadap sesama
secara umumnya.
c. Menjadikan sikap waspada dan siaga bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang
rawan tehadap tanah longsor.
d. Bisa menjadikan motivasi dan penelitian oleh para ahli geologi apa yang bisa
menyebabkan tanah longsor terjadi.

2. Dampak Negatif :

a. Mengakibatkan rumah-rumah masyarakat yang tinggal di area tanah longsor


kehilangan tempat tinggal.
b. Mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
c. Memutus jalur transportasi ketika tanah longsor menimbun jalanan utama.
d. Mengakibatkan perekonomian tersendat di daerah yang terjadi tanah longsor.
e. Kerugian bagi Negara karena infrastuktur yang tertimbun oleh tanah longsor

D. Usaha-usaha menanggulangi tanah longsor


1. Strategi penanggulangan bencana longsor sebagai berikut:

a. Mengenali daerah yang rawan terjadinya tanah longsor. Terutama di sekitar lereng yang
curam.
b. Jangan Bangun Pemukiman atau fasilitas di daerah yang rawan bencana terutama
bencana tanah longsor
c. Menjaga Drainase Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghidari
air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi
drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah
d. Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat. drainase pada teras - teras dijaga
jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah
e. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang
tepat. Hal ini untuk bisa menahan air sehingga bencana tanah longsor bisa di minimalisir.
f. Jika ingin mendirikan bangunan, gunakan fondasi yang kuat. sehingga akan kokoh saat
terjadi bencana
g. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat kedalam tanah.
h. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
2. Upaya yang dapat dilakukan dalm penanggulangan bahaya longsor (Nandi, 2007) adalah
sebagai berikut:

a. Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
permukiman
b. Buatlah terasering
c. Segera menutup retakan dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah memalui
retakan .
d. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
e. Jangan menebang pohon di lereng.
f. Jangan membangun rumah di bawah tebing.
g. Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yag terjal.
h. Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
i. Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.

E. Prinsip Penanggulangan
Penanggulangan bencana alam bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bencana alam
dan dampak yang ditimbulkannya. Karena itu, dalam penanggulangan harus memperhatikan prinsip-
prinsip penanggulangan bencana alam.

Dalam Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, disebutkan


sejumlah prinsip penanggulangan, yaitu :

1. Cepat dan Tepat


Yang dimaksudkan dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah bahwa dalam penanggulangan
benacana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
Keterlambatan dalam penanggulangan akan bnerdampak pada tingginya kerugian material maupun
korban jiwa.
2. Prioritas
Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan
penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa
manusia.

3. Koordinasi dan Keterpaduan


Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwa penaggulangan bencana didasarkan
pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan”
adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang
didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.

4. Berdaya Guna da Berhasil Guna


Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan
masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebiahn. Yang dimaksud
dengan “prinsip berhasil guna” adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil
guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat denga tidak membuang waktu, tenaga,
dan biaya yang berlebihan.

5. Transparansi dan Akuntabilitas


Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan
secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas”
adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secar terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan
secara etik dan hukum.

6. Kemitraan
Penanggulangan bancana tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Keemitraan dalam
penanggulangan bencana dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat secra luas, termasuk
lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan
lainnya. Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau lembaga di luar negeri
termasuk dengan pemerintahnya.
7. Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengetahui,
memahami, dan melakukan langkah-langkah antisipasi, penyelamatan, dan pemulihan bencana.
Negara memiliki kewajiban untuk memberdayakan masyarakat agar dapat mengurangi dampak
dari bencana.

8. Nondiskriminatif
Yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminatif” adalah bahwa negara dalam penanggulangan
bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan
aliran politik apapun.

9. Nonproletisi
Yang dimaksud dengan “prinsip nonproletisi” adalah bahwa dilarang menyebarkan agama atau
keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan
darurat bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Abbott, Patrick L. 2014. Natural Disaster: Ninth Edition. San Diego: McGraw-
Hill International Edition.

Artikel Kesehatan. 2011. Perawatan Kesehatan Masyarakat Dalam Keadaan Bencana.


http://fkunhas.com/perawatan-kesehatan-masyarakat-dalam-keadaan-bencana-
201103121022.html. Diakses Tanggal 16 April 2011.

https://www.academia.edu/28533278/ TANAH_LONGSOR

Anda mungkin juga menyukai