Disusun Oleh :
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Literatur review ini dapat terselesaikan atas dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak.
maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
Makassar, 2020
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................ 1
2.1 Stunting......................................................................................... 10
2.1.1 Definisi....................................................................................... 10
2.1.2 Epidemiologi.............................................................................. 12
2.1.3 Patofisiologi................................................................................ 14
3.3.1Kriteria inklusi.............................................................................. 31
3
3.4 Alur penelitian............................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 33
4
BAB I
PENDAHULUAN
badan menurut usia lebih dari -2SD median standar pertumbuhan anak
stunting. Dan saling berkaitan antara faktor satu dan lainnya. Menurut
43,82%, Sulawesi Barat 40,38%, dan Nusa Tenggara Barat 37,85%. Hasil
5
ini hampir sama dengan Riskesdas tahun 2018, dimana proporsi stunting
Yogyakarta.6
informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Seorang dengan
pendidikan rendah belum tentu ku- rang mampu menyusun makanan yang
gizi anak salah satunya melalui pengaturan pola makan. Asupan gizi
pertumbuhan anak dibarengi dengan pola makan yang baik dan teratur
yang perlu diperkenal- kan sejak dini, antara lain dengan perkenalan jam-
kebutuhan akan pola makan sehat pada anak. Stunting pada bayi baru
6
bayi stunting hingga usia 2 tahun agar dapat mengejar tumbuh kembang
literatur review ini tentang faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia
dibawhah 5 tahun.
7
4. Mengetahui faktor risiko pendidikan ibu terhadap terjadinya stunting
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STUNTING
2.1.1 Definisi
populasi setempat atau grafik baku yang relevan dengan populasi tersebut
dan tergantung pada genetik. Contohnya cuff off perawakan pendek yang
persentil kedua atau dibawah persentil ketiga bila yang tersedia hanya
anak usia 0-59 bulan dengan tinggi badan menurut umur (TB/U) berada di
bawah - 2SD (moderate and severe stunting) dan -3SD (severe stunting)
dari Standar Pertumbuhan Anak WHO. Selain tubuh pendek, stunting juga
9
Stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis pada balita
indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding
(pendek / z score < -2SD) dan severely stunted (sangat pendek / z score <
-3SD.5
2.1.2 Epidemiologi
asupan gizi dan penyakit berulang yang didasari oleh lingkungan yang
tidak sehat, prevalensi stunting tinggi pada balita dengan rentang usia 0-5
tahun sebanyak (27%) dengan puncaknya pada usia 2-5 tahun, hal ini
terhambat.5
10
prevalensi stunting menjadi masalah kesehatan jika prevalensinya lebih
dari 20% dan prevalensi stunting ini masih jauh dari Indikator pencapaian
jumlah anak usia dibawah lima tahun yang stunting sebesar 9%. 5
43,82%, Sulawesi Barat 40,38%, dan Nusa Tenggara Barat 37,85%. Hasil
ini hampir sama dengan Riskesdas tahun 2018, dimana proporsi stunting
Yogyakarta.6
pemberian ASI eksklusif, pola asupan gizi anak, penyakit infeksi, dan
11
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya seperti asupan gizi, berat
amin tahun 2017. Oleh karena itu, pembentukan jaring pengaman selama
rendah. Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang
setalah 1 jam bayi lahir. Normal berat badan bayi lahir berkisar anatar
2.500 – 4.000 gram. Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
Bayi yang lahir dengan BBLR erat kaitan nya dengan angka
Hal ini dikarenakan sistem daya tahan tubuh yang lebih rendah
dibandingkan dengan bayi yang lahir normal. Selain itu pada bayi juga
motor bayi. Sehingga bayi yang lahir dengan BBLR akan mudah
12
terserang dengan penyakit penyakit infeki, jika tidak segera di tangani
dan didukung dengan pemberian nutrisi yang adekuat akan beresiko lebih
besar mengalami gizi buruk. Kekurangan gizi pada bayi bisa disebabkan
tubuh, keadaan fisiologis anak yang belum sempurna atau anak dalam
Berat badan lahir rendah pada anak merupakan salah satu faktor
asupan gizi yang rendah pada ibu pada masa kehamilan atau bisa karena
bayi yang lahir kurang bulan dan akan berdampak pada linier
dibandingkan dengan anak yang lahir normal dan cukup bulan. 8,10
air susu ibu saja tanpa makanan dan minuman selama 6 bulan yang
mengandung zat gizi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan bayi,
pada bayi sangat penting karena mengandung zat gizi yang dibutuhkan
13
Bayi membutuhkan ASI yang cukup untuk meningkatkan status
tentunya akan terhambat. ASI mengandung zat anti bodi yang menambah
kekebalan tubuh anak, jika anak diberi ASI saja maka kekebalan
tubuhnya akan lebih kuat dibanding anak yang diberikan ASI parsial.
Anak yang diberikan ASI saja tentunya tidak mudah mudah sakit
telinga. Pemberian ASI dapat membawa manfaat bagi interaksi ibu dan
terjadinya Stunting pada anak. ASI ekslusif adalah makanan pertama dan
utama hingga bayi berusia sampai bayi berusia >6 bulan untuk
14
Permasalahan gizi pada balita seperti stunting tidak dapat dipandang
Oleh karena itu, banyak penelitian yang telah dilakukan terkait kejadian
stunting pada balita. Anak yang berusia dibawah lima tahun merupakan
karena gizi pada masa anak – anak berperan untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan otak. Kekurangan gizi pada anak, bisa karena dampak dari
yang tidak adekuat saat masa kanak - kanak. Pada anak usia tiga sampai
lima tahun, anak akan memilih makanan yang mereka inginkan, tidak
jarang juga anak pada rentang usia ini akan menolak makanan yang
diberikan kepadanya.11,13
akan menyebabkan tinggi badan pada saat dewasa kurang kecuali ada
15
dan anak, tetapi kedua program ini tidak dapat mengatasi permasalahan
gizi pada balita mungkin hal ini disebabkan karena tidak adanya evaluasi
dengan beban dan biaya yang tinggi untuk sistem perawatan kesehatan.
terjadi pada 30-40% anak di seluruh dunia. perkiraan nasional di Iran telah
perkembangan fisik dan mental yang buruk pada anak-anak dan juga
populasi.12
4. Faktor genetik
sebaliknya. Pada orang tua dengan tinggi badan yang tergolong tinggi,
16
maka anak-anak tumbuh dengan normal. Ibu yang pendek berkaitan
dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui
instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi,
5. Pendidikan ibu
keadaan gizi pada anaknya karen dengan tingkat pendidikan yang lebih
17
Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan maka
makin baik pola pengasuhan anak, makin mengerti waktu yang tepat
oleh petugas kesehatan, selain itu, ibu yang berpendidikan tidak akan
6. Penyakit infeksi
infeksi yang paling banyak diderita oleh balita adalah diare dan ISPA.
makan. Infeksi akan merespons peningkatan sitokin TNF-α dan IL-1 ketika
terhadap benda asing. Sitokin TNF-α dan IL-1 yang meningkat akan
penelitian ini metode recall yang digunakan dalam penelitian memiliki bias
18
ingatan dan menentukan ukuran rumah tangga (URT). Peneliti
dewasa.12
pada faktor genetik dan etnik. Status ekonomi rumah tangga dipandang
yang tinggi tidak menjamin tercapainya gizi yang baik. Pendapatan yang
19
tinggi tidak selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi yang dibutuhkan
yang disukai meski pun makanan tersebut tidak bergizi tinggi. 15,18
ante natal care, post natal care dan pembelajaran dini yang berkualitas,
dilakukan penimbangan dan dipantau status gizinya. Selain itu ibu juga
20
Posyandu merupakan salah satu layanan Kesehatan masyarakat,
badan serta tinggi badan secara rutin dalam setiap bulannya. . Frekuensi
bermanfaat untuk pola hidup sehat. Berbeda dengan baduta yang tidak
Begitu pula dengan ibu ataupun keluarga yang tidak pernah atau
akan lebih
sedikit bila dibandingkan dengan ibu atau keluarga baduta yang sering
yang tidak pernah atau jarang datang ke posyandu resiko baduta akan
21
mengalami stunting lebih besar dibandingkan dengan ibu atau keluarga
9. Dampak
pada anak serta prestasi belajar. Selain itu, stunting juga dapat
sakit dan risiko timbulnya penyakit di masa tua semakin tinggi. Risiko
10. Pencegahan
2) ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi
kualitasnya.
22
2.2 Kerangka Teori
kurangnya
pemberian asi Pemenuhan
ekslusif dapat kebutuhan makan
menganggu yang mengandung
pertumbuhan dan gizi yang tinggi dan
perkembangan anak penting bagi anak
Asupan gizi
Layanan kesehatan
kurangnya
pemberian asupan
gizi menyebabkan Posyandu, ANC, PNC
malnutrisi
Penyakit infeksi
Genetik
Stanting
23
2.3 Kerangka Konsep
: variable independent
: variable dependent
2.4 HIPOTESIS
tahun
dibawah 5 tahun
24
BAB III
METODE PENELITIAN
selesai.
dibawah 5 tahun.
3. Artikel yang telah di publikasi dari tahun 2017-2020. (Jika tidak ada
Ref baru maka tahun boleh mundur). Pada contoh Literature Review
25
1. Artikel atau literatur yang membahas selain faktor risiko terjadinya
dibawah 5 tahun.
3. Artikel atau literatur yang tidak menyatakan ISSN jika jurnal, dan ISBN
jika buku.
26
3.4 ALUR PENELITIAN
BAB V
KESIMPULAN &
SARAN
27
DAFTAR PUSTAKA
Pestisida Sebagai Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 2-5 Tahun
Stunting Pada Balita Usia 23-59 Bulan. Oksitosin, Kebidanan, Vol. Vi,
28
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2020) Profil Kesehatan
Http://Ejournal.Poltekkes-Pontianak.Ac.Id/Index.Php/Pnj
10. Md. Ruhul Amin (2017) Factors Associated with Stunting Among 0-23
29
Lubuk Begalung Tahun 2015 . Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 3, No. 1
Januari-Juni 2018
13. Novia Dewi Anggraini (2019) Analisis Faktor Resiko Kejadian Stunting
30
Open access under CC BY – SA license.Received: 11-03-20,
Universitas Airlangga
18. Sutriana (2020) Analisis Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Balita
Jurnal: Http://Jurnal.Umpar.Ac.Id/Index.Php/Makes
19. Nabilla Siti Hawa Fatimah (2018) Tingkat Kecukupan Vitamin A, Seng
Dan Zat Besi Serta Frekuensi Infeksi Pada Balita Stunting Dan Non
Stunting. Vetty S.M., dan Annis C.A. MGI (2018) 168–175 DOI:
10.20473/mgi.v13i2.168–175
20. Sutarto, Diana M dan Reni I (2018) Stunting, Faktor Resiko dan
S2214-109X(19)30456-5
31
22. Setyaningrum Rahmawaty M.H.Sc., Ph.D (2020) Stunting is a
119 Number 9
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/)
32