Peraktek Laboratorium Klinik Keperawatan Keperawatan Dasar Dan Pemeriksaan Fisik Yang
Dibina Oleh Ns. Ukhtul izzah, S.kep., M.kep., CWS
Disusun Oleh :
AL WARIDLATUL NA’IMAH
( NIM. 2019.02.003)
Banyuwangi
Juli 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : 2019.02,003
Hari : Minggu
Mahasiswa Pembimbing
NIM.2019.02.003 NIRA.35100329729
LEMBAR KONSULTASI LAPORAN PENDAHULUAN
NAMA :
NIM :
PERODI :
JUDUL LP :
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin
kardiovaskuler, respirasi, dan muskolokeletal (Robinson 1993, dalam potter). Tiap kejadian
tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electronchephallogram (EEG) untuk aktivitas
listrik ptak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromigran (EMG) dan
electrooculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata (Tarwoto 2006, dalam Kebutuhan
Dasar Manusia dan Proses Keperawatan)
Seperti yang dikemukakan oleh Guyton tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana
individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang relative, bukan hanya keadaan
penuh ketenangan tanpa kegiatan , tetapi lebih merupakan suatu untuk siklus yang berulang,
dengan ciri adanya aktivitas yang minim. Memiliki kesadaran yang bervariasi, terhadap
perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar
Tidur merupakan suatu kegiatan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan indera atau rangsangan
yang cukup (Asmadi 2008, Teknik Prosedur Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien). Seseorang dapat dikatagorikan sedang tidur, apabila terdapat tanda-tanda:
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi istirahat juga membutuhkan ketenangan. Kata
istirahat berarti menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja keras, suatu keadaan untuk
melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari
segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan. Istirahat adalah suatu
keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar
(Tarwoto, 2006). Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan
istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203)
Istirahat adalah keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional dalam keadaan tidak
bereaktivitas, tetapi juga kondisi yangmembutuhkan ketenangan (Ahmad Hidayat 2006,
Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi konsep dan Proses Keperawatan)
Istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai, menyegarkan diri, diam
menganggur tidak melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun yang membosankan,
menyulitkan dan menjengkelkan (Asmadi 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien). Seseorang dapat dikatakan sedang beristirahat, apabila
terdapat tanda-tanda:
Pola tidur setiap manusia pada umumnya mengikuti ritme sirkadian, yang merupakan
bioritme atau siklus jam biologis setiap 24 jam yang diatur oleh tubuh dalam proses
fisiologisnya, berikut gambaran table pola jumlah kebutuhan tidur untuk manusia berdasarkan
usianya:
Beberapa faktor yang mempengaruhi tidur kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi
olehbeberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk
tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai kebutuhan. Seperti yang telah dijelaskan oleh
Alimul Hidayat, beberapa faktor tersebut adalah:
A. Penyakit
B. Keletihan dan kelelahan
C. Stress psokologis
D. Obat
E. Nutrisi
F. Lingkungan
G. Motivasi
II.5 Fungsi dan tujuan tidur dan istirahat
Fungsi dan tujuan dari tidur dan istirahat secara jelas tidak diketahui akan tetapi diyakini
bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan,
mengurangi stress pada pulmonary, kardiovascular, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan
selama tidur, sehingga energy diarahkan kembali pada fungsi cellular yang penting. Tidur dapat
pula dipercaya mengkontribusi pemulihan psikologis dan fisiologis. Tidur nampaknya diperlukan
untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam
(NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan
memperbaharui sel epitel dan sel otak. Teori lain tentang fungsi tidur adalah tubuh menyimpan
energy selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan karena tidak adanya kontraksi
maka otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler.
II.6 Pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar menurut Abraham maslow
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat primer dan mutlak harus di
penuhi untuk memelihara homeostatis biologis dan kelangsungan hidup bagi setiap
manusia.kebutuhan ini dapat mengakibatkan sakit bahkan sampai mati jika tidak terpenuhi.oleh
karena itu kebutuhan fisiologis berada di urutan pertama atau teratas oleh Abraham maslow
Kebutuhan fisiologis bersifat fali yaitu anatomi kebutuhan tubuh kita untuk
mempertahankan hidup.jadi kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat mutlak
harus di penuhi manusia untuk kelangsungan hidupnya. kebutuhan fisiologis contohnya:tidur dan
istirahat
Tidur dan istirahat di butuhkan tubuh kita agar energy kita tidak terlalu banyak terbuang
dalam proses metabolism.istirahat merupakan kebutuhan yang paling pokok dari manusia untuk
menjaga kesehatannya.
Dari penjabaran yang di atas menguatkan pertanyaan dari kita mengapa kebutuhan
fisiologis berada atau di tempatkan di tempat teratas atau tertinggi.itulah mengapa di dalam
kehidupan sehari-hari mungkin kita sering bertanya-tanya mengapa setiap orang memiliki
ketertarikan terhadap sesuatu yang berbeda-beda.salah satu contohnya ada orang yang memiliki
cita-cita yang sangat tinggi dan ada juga orang yang bercita-cita biasa-biasa saja.apa yang yang
membuatnya termotivasi dan apa yang membuatnya tidak termotivasi.semuanya telah di jelaskan
oleh Abraham maslow dan teorinya.(welly yusup)
BAB III
GANGGUAN POLA TIDUR
ARAS merupakan sistem saraf pusat yang berfungsi sebagai promotor dari proses
tidur-bangun. Bagian ini terletak di formatio retikularis di batang otak yang terdiri atas
beberapa kelompok sel dan nukleus serta sejumlah besar interneuron serta traktus
ascenden dan descenden yang saling berhubungan satu sama lain. Sebagian besar dari
formatio retikularis terletak di sentral atau tegmentum dari pons dan mesencephalon serta
memanjang sampai medula, hipothalamus dan thalamus. Struktur ini dipengaruhi oleh
GABA yang disekresi oleh sebagian besar sinapsnya, serta dipengaruhi oleh input
sensoris yang masuk melalui batang otak baik stimulus yang berasal dari sistem
sensoris,motorik maupun saraf kranial ( Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008).
b. Nukleus Traktus Solitarius
Bagian ini terletak pada pons bagian atas dan dorsal serta bersifat Noradrenergik.
Locus coeruleus aktif pada saat bangun dan tersupresi parsial pada fase NREM serta
inaktif pada fase REM. Bagian ini memiliki fungsi untuk menginhibisi aktivitas dari
LDT/PPT, juga aktivitas dari bagian ini pula terinhibisi oleh neuron GABA-ergik
(Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005).
d. Nucleus Raphe
Nukleus ini terletak di garis tengah dan bersifat serotonergik. Bagian yang
terpenting dari nukleus ini adalah nucleus raphe dorsalis. Nukleus ini bersifat aktif saat
bangun, tersupresi secara parsial saat NREM dan inaktif saat REM. Kinerja nya di
inhibisi oleh neuron GABA-ergik serta jika aktif, berfungsi menghambat aktivitas
LDT/PPT serta memberikan proyeksi ke hipotalamus. Diduga nukleus ini memliki
kontribusi terhadap respon motorik,otonom serta status emosional saat perubahan dari
tidur ke bangun (Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008 ).
e. Laterodorsal Tegmental dan Pedunculopontine Tegmental (LTD/PPT) nuclei
Sistem ini berasal dari area ventral dari tegmentum mesencephalon, serta
memiliki proyeksi ke area prefrontal dari korteks serebri dan sistem limbik yang meliputi
amigdala ,hipokampus serta nukleus retikularis thalami. Sistem ini bersifat dopaminergik
serta dapat menyebabkan keterjagaan sebagai akibat dari stimulus yang didapat (Posner,
2007, Shneerson, 2005).
g. Nukleus Tubero-Mammilary (TMN)
Nuklei ini terletak di bagian posterior dari hipotalamus dan bersifat histaminergik
dan hanya menerima input afferen dari ventrolateral preoptic nucleus (VLPO) dan sistem
orexin yang berasal dari hipotalamus bagian lateral.Nuleus ini berfungsi menginhibisi
VLPO dan LDT/PPT serta bersifat aktif saat bangun, tersupresi parsial pada fase NREM
dan inaktif saat fase REM (Shneerson, 2005, Chiong, 2008).
h. Nuklei Perifornical
Nukleus ini bertanggung jawab terhadap ritme sirkadian serta sebagai promotor
bangun. Jika terjadi lesi pada bagian ini maka akan menimbulkan rasa kantuk yang
berlebihan (Shneerson, 2005).
j. Area Preoptik Hipotalamus
Area ini terletak di anterior dari thalamus, dimana merupakan pusat integrasi dari
homeostasis dan ritme sirkadian. Area ini meliputi VLPO dan VMPO yang letaknya
berdekatan dengan SCN, dimana fungsi dari area ini adalah sebagai reseptor osmotik
penghasil arginin vasopressin (AVP) (Shneerson, 2005).
k. Ventrolateral Preoptic Nuclei (VLPO)
Nuklei ini terletak di inferior dari SCN dan di lateral dari ventrikel III, dekat
dengan nukleus VMPO. Nukleus-nukleus ini menghasilkan GABA dan galanin yang
berfungsi sebagai neurotransmitter penginhibisi nukleus yang mengatur keterjagaan di
batang otak yang bersifat aminergik meliputi locus coeruleus, nukleus raphe, sistem
mesolimbik dan nukleus tuberomamilary. sehubungan dengan fungsinya yang
mempengaruhi banyak kinerja nukleus, maka VLPO berpotensi untuk menyebabkan
reaktivasi dari pusat pencetus tidur. Sebaliknya pula fungsi dari nukleus ini di inhibisi
oleh sistem Keterjagaan yang bersifat aminergik (Posner, 2007, Shneerson, 2005, Chiong,
2008, Smith, 2008).
Bagian dorsal dari VLPO mencetuskan fase NREM dan bagian medialnya
memberikan proyeksi ke LDT/PPT, sehingga menginduksi fase REM. Kinerja dari VLPO
tidak dipengaruhi oleh ritme sirkadian, namun meningkat dengan adanya kekurangan
tidur.Nukleus ini aktif pa
da saat tidur dan inaktif pada saat bangun (Carney, 2005, Chiong, 2008).
l. Ventromedial Preoptic Nuclei (VMPO)
Nukleus ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan modifikasi fungsi tidur-bangun
(Shneerson, 2005).
m. Median Preoptic Nucleus (MPN)
Terletak di hipothalamus, di bagian dorsal dari ventrikel III dan bersifat GABA-
ergik. Nukleus ini menerima input dari SCN dan memproyeksikannya ke neuron
kolinergik di basal dari lobus frontalis dan nuklei perifornical. Nukleus ini aktif saat
tidur, terutama fase NREM fase 3 dan 4 (Shneerson, 2005, Chiong, 2008).
n. Zona Subparaventrikuler
Letaknya berdekatan dengan dengn SCN input yang berasal dari bagian ini
kemudian akan secara terintegrasi akan mempengaruhi ritme sirkadian, temperatur
(melalui VMPO),perilaku dan fungsi endokrin (Chiong, 2008, Aminoff, 2008).
o. Nukleus Dorsomedial
Sistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik maupun reaksi emosional
seseorang terhadap stimulus eksternal dan memori sehingga menyebabkan sistem ini
bersifat fleksibel dan adaptif. Area –area yang termasuk dalam sistem limbik meliputi
girus cingulate anterior, girus para-hipokampalis, formasio hipokampal di lobus
temporalis, regio orbito-frontal di korteks prefrontal. Sistem ini tidak aktif pada fase
NREM tetapi aktif pada saat REM. Bagian dari sistem limbik yang terletak di substansia
grisea dari periaquaduktus sylvii memberikan impuls yang mempengaruhi kinerja dari
saraf simpatis (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005).
t. Thalamus
III.2 DEFINSI
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus
bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan gangguan
kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas (Keperawatan
Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan
fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah
relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu
(Keperawatan, Dasar, 2011:203).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami
suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak
nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522). Gangguan
pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (NANDA
NIC-NOC,2013:603).
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi istirahat juga membutuhkan ketenangan. Kata
istirahat berarti menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja keras, suatu keadaan untuk
melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari
segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan. Istirahat adalah suatu
keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar
(Tarwoto, 2006). Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan
istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203)
Fungsi dan tujuan dari tidur secara jelas tidak diketahui akan tetapi diyakini bahwa
tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan,
mengurangi stress pada pulmonary, kardiovascular, endokrin dan lain-lain. Energi
disimpan selama tidur, sehingga energy diarahkan kembali pada fungsi cellular yang
penting. Tidur dapat pula dipercaya mengkontribusi pemulihan psikologis dan fisiologis.
Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama
tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon
pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel otak.
Teori lain tentang fungsi tidur adalah tubuh menyimpan energy selama tidur. Otot skelet
berelaksasi secara progresif, dan karena tidak adanya kontraksi maka otot menyimpan
energi kimia untuk proses seluler.
Bangun (Pratidur)
NREM II NREM II
NREM IV
III.3 KLAFIKASI
a.Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan individu tidak mampu mendapatkan
tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga individu tersebut hanya
tidursebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaituinisial insomnia.
intermiten insomnia dan terminal insomnia. Inisialinsomnia merupakan ketidakmampuan
individu untuk jatuh tidur atau memulai tidur. Intermitten insomnia merupakan ketidakmampuan
tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari. Sedangkan terminalinsomnia merupakan
ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan
tidur ini kemungkinan besar disebakan adanya rasa khawatir dan tekanan jiwa.
b. Hipersomia
Hipersomia merupakan gangguan tidur dengan criteria tidur berlebihan. Pada umumnya,
lebih dari sembilan jam pada malam hari,yang disebabkan oleh kemungkinan masalah
psikologis, depresi,cemas, gangguan sususnan sistem saraf pusat, ginjal, hati, dangangguan
metabolisme.
c. Parasomia
d. Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak sengaja padawaktu tidur. Enuresis ada
dua macam, yaitu enuresis nocturnal danenuresis diurnal. Enuresis nocturnal merupakan
mengompol padawaktu tidur. Umumnya, terjadi sebagai gangguan tidur NREM.Enuresis diurnal
merupakan mengompol pada saat bangun tidur
e. Somnambulisme
f. Narkolepsi
g. Night terrors
h. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan
mulut. Amandel yang membengkakdan adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan
mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas padalansia. Otot-otot di bagian
belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan
b. Selain gangguan tidur yang telah diuraikan diatas, terdapat pula gangguantidur yang
diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thorpy, 1994),yaitu:
a. Disomnia
Merupakan gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh yang berbeda dan dibagi lagi
menjadi tiga kelompok besar, diantaranya:
b. Parasomnia
Merupakan perilaku tidak diinginkan yang terjadi terutama pada saattidur diantaranya
gangguan terjaga, terjaga sebagian, atau selamatransisi dalam siklus tidur atau dari tidur ke
terbangun.
III. 4 ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Kualitastersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk
tidurdan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya.
Berikut ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain:
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidurdengan nyenyak. Tetapi
pada orang yang sakit dan rasa nyeri,maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi
dengan baik sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak. Banyak penyakityang dapat
memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yangdisebabkan oleh infeksi terutama infeksi
limpa. Infeksi limpa berkaitan denga keletihan sehingga penderitanya membutuhkan banyak
tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yangmembuat penderitanya kesulitan tidur
atau bahkan tidak bisa tidur.Misalnya pada klien dengan gangguan pada sistem
pernapasan.Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidakmungkin dapat istirahat
dan tidur.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapatmempercepat proses
terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungna yangtidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat
menyebabkanhilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
c. Stress psikologis
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obatyang memengaruhi proses
tidur, seperti jenis golongan obatdiuretic yang dapat menyebabkan insomnia, antidepresan
yangdapat menekan REM, kafein yang dapat meningkatkan sarafsimpatis sehingga
menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya
insomnia, dan golongannarkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk
e. Nutrisi
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseoranguntuk tidur, sehingga dapat
mempengaruhi proses tidur. Selain itu,adanya keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan
gangguan proses tidur
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan gejala
seperti adanya perubahan-perubahan pada siklustidur biologiknya, daya tahan tubuh menurun
serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi,kelelahan, yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan dirisendiri atau orang lain.
a. Gejala:
1. Biasanya disertai dengan mimpi aktif
2. Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
3. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis
4. Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
5. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidakteratur
6. Mata cepat tertutup dan terbuka
b. Tanda:
1. Dewasa
a. Data Mayor: Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor:
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis, atau
respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk mengubah
peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari
III.6 PATOFISIOLOGI
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya
mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga,
tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur.
Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non
Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan
tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan
suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh
dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut
tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM
dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM.
Patofisiologi terjadinya gangguan tidur pada manusia adalah reseptor menerima implus atau
rangsangan kemudian dibawah ke medulla spinalis kemudian masuk ke formasi retikularis di
lanjutkan ke pons dan masuk ke medulalla oblongan kemudian diteruskan ke hipotalamus yang
menyebabkan menurunnya fungsi panca indra dan sampai masuk ke korteks serebri, sehingga
ditafsirkan atau disampaikan kembali ke formasi retikularis dilanjutkan ke medulla spinalis dan
dipersepsikan untuk tidur tetapi seseorang ini mengalami gangguan pola tidur seperti :
a. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa menit saja,
dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-20 menit,
semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai
dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut gelombang
tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap III ini ditandai
dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis (mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang berfluktuasi,
serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster : Meningkat
III.7 PATHWAY
Rutinitas &
Mengubah bekerja Mengurangi
Kecemasan
pola tidur rotasi kenyamanan
tidur
Tegang / Sulit tidur
Nutrisi & kalori Kesulitan
menyesuaikan frustasi
perubahan
Gangguan Motivasi
jadwal tidur
pencernaan Sering tidur
terbangun
Gangguan tidur
Keinginan
menanti tidur
Penyakit infeksi
Gangguan
Lemah & letih proses tidur
Gangguan Tidur
Butuh lebih
banyak tidur
Tidak dapat tidur
Tidak dapat tidur Perbaikan pola dalam periode
dengan kualitas baik tidur panjang
Kesiapan
Akibat factor Akibat factor meningkatkan
eksternal internal tidur
Deprivasi
tidur
Insomnia
Gangguan pola
tidur
III.8 KOMPLIKASI
1. Polisomnografi, yaitu studi tidur yang menilai kadar oksigen, pergerakan tubuh, dan
gelombang otak untuk menentukan cara mereka mengganggu tidur.
2. Electroencephalogram, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai aktivitas elektrik di
dalam otak dan mendeteksi potensi masalah.
3. Pemeriksaan darah genetik, umumnya berguna untuk mendiagnosis narkolepsi dan kondisi
kesehatan lainnya yang mungkin menyebabkan gangguan tidur.
III.10 PENATALAKSANAAN
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu
dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut
mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan
koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.