BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Arsip dan Kearsipan
Setiap kegiatan pada sebuah organisasi memiliki bukti dari hasil kegiatan tersebut. Bukti-
bukti
tersebut terkenal dengan istilah arsip. Berikut akan dibahas beberapa pengertian arsip dan
kearsipan yang dikemukakan oleh para ahli.
2.1.1 Pengertian Arsip
M
yang merupakan setiap catatan tertulis baik dalam bentuk gambar ataupun bagan yang memuat
keterangan-keterangan mengeni suatu subyek (pokok persoalan) ataupun peristiwa yang dibuat
orang untuk membantu daya ingatan. Sedangkan menurut Sedarmayanti (2008)
mengatakan bahwa arsip adalah setiap catatan tertulis atau bergambar yang memuat keterangan
mengenai sesuatu hal atau peristiwa yang dibuat untuk sesuatu hal atau peristiwa yang dibuat
untuk suatu keperluan. Sebagai bukti dari tujuan organisasi, fungsi, prosedur pekerjaan atau
kegiatan pemerintah lainnya atau karena pentingnya informasi yang terkandung didalamnya.
Dapat disimpulkan bahwa
arsip adalah kumpulan warkat dalam bentuk huruf, angka, atau gambar yang disimpan secara
sistematis dengan tujuan agar dapat ditemukan dengan cepat pada saat dibutuhkan.
Dapat disimpulkan bahwa kearsipan adalah kegiatan penyimpanan sebuah dokumen atau
arsip agar tersusun
dengan baik dan dapat ditemukan dengan cepat apabila dibutuhkan.
2.2 Peranan Arsip
Menurut Barthos (2007), arsip mempunyai beberapa peranan adalah sebagai berikut:
1. Arsip sebagai sumber ingatan
Arsip yang disimpan dapat dijadikan acuan pencarian informasi apabila diperlukan yang
dapat membantu daya ingatan manusia.
2. Arsip sebagai sumber informasi
Arsip mempunyai peranan penting dalam penyajian informasi bagi pimpinan untuk
membuat keputusan dan merumuskan kebijakan.
3. Arsip sebagai alat pengawasan
Arsip yang berfungsi sebagai alat pembuktian apabila diperlukan yang memiliki
pertanggungjawaban bagi kegiatan di suatu organisasi.
2.4
Azas Penyimpanan Arsip
Menurut
Amsyah (2005) dalam penyimpanan arsip terdapat tiga azas pengorganisasian
yaitu meliputi azas sentralisasi, azas desentralisasi, dan campuran. Berikut keterangan dari
ketiganya:
1. Azas Sentralisasi
Penyimpanan arsip yang dipusatkan di satu unit khusus (unit kearsipan/sentral arsip)
yaitu pusat penyimpanan arsip sebagai sentral arsip. Azas ini lebih efektif dan efisien jika
digunakan oleh organisasi atau kantor yang kecil atau tidak terlalu besar.
Kelebihan:
a. Ruang dan peralatan arsip dapat dihemat.
b. Petugas dapat mengkonsentrasikan diri khusus pada pekerjaan kearsipan.
c. Kantor dapat menyimpan satu arsip, duplikasinya dapat dimusnahkan.
d. Sistem penyimpanan dari berbagai macam arsip dapat diseragamkan.
Kekurangan:
a. Hanya efisien dan efektif untuk organisasi kecil.
b. Tidak semua arsip dapat disimpan dengan satu sistem penyimpanan arsip yang
seragam.
c. Unit kerja yang memerlukan arsip akan memerlukan waktu lebih lama untuk
memperoleh arsip yang diperlukan.
2. Azas Desentralisasi
Pelaksanaan pengelolaan arsip yang ditempatkan di masing-masing unit kerja dalam
suatu organisasi. Sistem penyimpanan arsip yang digunakan masing-masing unit kerja
tergantung pada ketentuan kantor yang bersangkutan. Azas ini lebih cocok digunakan
untuk organisasi yang besar dengan ruang kantor yang terpisah-pisah.
Kelebihan:
a. Pengelolaan arsip dapat dilakukan sesuai kebutuhan unit kerja masing-masing.
b. Keperluan akan arsip mudah terpenuhi karena berada pada unit kerja sendiri.
c. Penanganan arsip lebih mudah dilakukan karena arsipnya sudah dikenal dengan
baik.
Kelemahan:
a. Memerlukan ruang dan peralatan arsip yang lebih banyak.
b. Dana untuk pemeliharaan dan penyusutan arsip lebih banyak.
c. Memerlukan pelatihan untuk pegawainya.
d. Adanya duplikasi arsip.
3. Kombinasi Sentralisasi dan Desentralisasi
Penyimpanan
arsip dilakukan di unit kearsipan dan juga di unit kerja masing-masing.
Arsip-arsip aktif dikelola oleh unit kerja masing-masing, sedangkan arsip inaktif dikelola
oleh unit kearsipan. Azas ini dipergunakan untuk mengatasi kelemahan kedua azas diatas.
Menurut Amsyah (2005) di dalam pengorganisasian yang dilakukan dengan azas
campuran, maka arsip yang masih aktif digunakan dikelola di unit kerja masing-masing
pengolah. Sedangkan arsip yang sudah jarang dipergunakan akan dikelola di sentral arsip.
Dengan demikian pengorganisasian arsip aktif dilakukan secara desentralisasi dan arsip-
arsip inaktif secara sentralisasi.
Sistem abjad adalah suatu sistem untuk menyusun nama-nama orang. Baik perihal
dari surat maupun instansi pengirim dapat disusun menurut abjad, yaitu menyusun
subyek itu dalam urutan A sampai Z. Untuk dapat menyusun itu maka nama-nama atau
kata-kata dibagi menjadi 4 golongan yaitu nama perorangan, nama perusahaan, nama
instansi pemerintahan, dan nama organisasi sosial atau perhimpunan-perhimpunan. Untuk
dapat menyusun nama-nama ini maka diperlukan sekali adanya peraturan-peraturan filing
yang merupakan standar peraturan-peraturan ini dapat ditentukan oleh organisasi,
sehingga semua anggota organisasi harus mengikuti prosedur yang ditentukan. Standar
tentang peraturan-peraturan dimaksud telah ada, sehingga setiap organisasi tidak perlu
bersusah payah menetukan lagi peraturan-peraturan yang diperlukan.
Keuntungan dari sistem abjad adalah sebagai berikut :
a) Dokumen yang berasal dari satu nama yang sama akan berkelompok menjadi satu.
b) Surat masuk dan pertanggal dari surat keluar disimpan bersebelahan dalam satu map.
c) Pencarian dokumen dapat dilakukan secara langsung melalui nama pengirim yang
mendapat surat, tanpa menpergunakan indeks.
d) Susunan guide dan folder sederhana.
e) Mudah dikerjakan dan cepat dalam penemuan.
b) Surat-surat atau dokumen-dokumen yang ada hubungan satu sama lain tetapi berbeda
nama
pengirimnya akan berbeda letak di dalam penyimpanan.
c) Ejaan huruf yang selalu salah berubah seperti oe-u, dj-j, ch-kh sedangkan nama orang
ditulis berdasarkan keinginan ejaan masing-masing.
d) Harus menggunakan peraturan mengindeks sehingga diperlukan pemahaman tentang
peraturan mengindeks.
2. Sistem Perihal/Subyek
Sistem perihal atau subyek adalah cara penyimpanan dan penemuan kembali surat
berpedoman pada perihal surat atau pokok isi surat. Untuk dapat melakukan penataan
arsip berdasarkan subyek atau pokok masalah ini, maka harus ditentukan dahulu masalah-
masalah yang pada umumnya terjadi dalam surat-surat yang ditangani setiap harinya
(Sedarmayanti, 2005).
2. Lamaran
2. Cuti Sakit
3. Cuti Tahunan
Gambar 2.2
3. Sistem Nomor
Sistem nomor adalah sistem penyimpanan dokumen yang berdasarkan kode
nomor sebagai pengganti dari nama orang atau nama badan.
Ada empat macam sistem nomor di dalam penyimpanan arsip, yaitu:
Sistem
nomor menurut Dewey (sistem desimal/klasifikasi)
Dalam klasifikasi, nomor yaitu daftar yang memuat semua masalah yang terdapat
dalam kantor atau organisasi. Setiap permasalahan diberi nomor tertentu. Terdapat tiga
pembagian dalam klasifikasi, yaitu:
a) Pembagian utama, memuat kegiatan atau masalah pokok dari kantor organisasi.
b) Pembagian pembantu, memuat uraian masalah yang terdapat pada pembagian utama.
c) Pembagian kecil, memuat uraian masalah yang terdapat pada pembagian pembantu.
Contoh dari sistem nomor menurut Dewey adalah
000 Kesejahteraan 500 Kepegawaian
100 Keuangan 600 Hubungan Masyarakat
200 Pembangunan 700 Logistik
300 Pendidikan 800 Research
400 Umum 900 Produksi
Sistem nomor soundex (phonetic system)
Sistem nomor soundex adalah sistem penyimpanan arsip berdasarkan
pengelompokan nama yang tulisannya atau bunyi pengucapannya hampir bersamaan.
Dalam sistem ini nama-nama diganti dengan kode yang terdiri dari satu huruf dan tiga
angka. Susunan penyimpanan adalah menurut abjad yang diikuti urutan nomor.
5. Sistem Tanggal/Kronologis
Sistem tanggal adalah sistem penyimpanan arsip yang didasarkan pada urutan
tanggal, dilihat dari tanggal surat yang diterima (untuk surat masuk) dan tanggal surat
dikirim (untuk surat keluar). Surat yang datang paling akhir ditempatkan di bagian paling
akhir pula tanpa memperhatikan masalah surat tersebut (Sedarmayanti, 2005).
Keuntungan dari sistem tanggal adalah sebagai berikut :
a) Mudah dilaksanakan.
b) Susunan dan urutan guide sederhana.
c) Cocok untuk klasifikasi menyeluruh dan berkelanjutan.
Adapun kerugian sistem tanggal adalah sebagai berikut :
a) Hanya bermanfaat untuk organisasi yang relatif kecil dengan jumlah dokumen yang
tidak banyak.
b) Tidak akan digunakan apabila tanggal, bulan dan tahun sebuah dokumen tidak
diketahui
c) Surat masuk dan surat keluar akan terpisah penyimpanannya.
Berikut
gambar penataan arsip berdasarkan sistem kronologis.
5. Penempatannya harus strategis: Tempat penyimpanan mudah dicapai oleh setiap unit atau
yang memerlukannya tanpa membuang banyak waktu.
6. Sistem yang digunakan harus fleksibel: Harus memberikan kemungkinan adanya
perubahan-perubahan dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan efisiensi.
7. Memahami pengetahuan di bidang kearsipan.
8. Menggandakan dan melayani peminjaman arsip.
9. Mencatat
dan menyimpan pidato serta peristiwa penting yang terjadi setiap hari, lengkap
dengan tanggal kejadiannya, agar dapat menemukan atau mempertimbangkan kembali
bila diperlukan.
10.Mengadakan pengontrolan arsip secara periodik agar dapat memahami seluruh media
informasi yang ada dan mengajukan saran untuk mengadakan penyusutan serta
pemusnahan bila perlu.
Penyortiran (Sorting)
Penyimpanan (Placing)
Setelah mengetahui kata tangkap dari arsip yang akan dicari, maka langkah selanjutnya
yaitu menentukan
kode penyimpanan dari arsip tersebut. Kode penyimpanan dapat berupa huruf
dan tanda-tanda lainnya yang mengandung suatu pengertian tertentu.
d) Pencarian Tempat Penyimpanan Arsip
Setelah kode arsip diketahui, maka langkah terakhir adalah menuju tempat penyimpanan
sesuai dengan kode penyimpanan tersebut untuk menemukan arsip yang dimaksud.
2.9 Peralatan dan Perlengkapan Penunjang Kearsipan
Menurut Sedarmayanti (2008) peralatan untuk menyimpan dan menemukan arsip antara
lain:
1) Letter Tray (Baki Surat)
Adalah semacam baki yang terbuat dari plastik atau metal untuk menyimpan surat yang
biasanya disimpan di atas meja.
3) Rak Buku (Lemari Terbuka)
Adalah rak seperti di perpustakaan untuk menyimpan buku-buku atau untuk menyimpan
ordner dan sejenisnya.
4) Lemari Arsip
Adalah lemari yang terbuat dari kayu atau metal berfungsi untuk menyimpan bermacam-
macam bentuk arsip.
Gambar 2.9
Lemari Arsip
5) Visible Record Cabinet
Adalah tempat penyimpanan arsip dengan menggunakan kantong-kantong kartu yang
tersusun disimpan dan dijepit di dalam laci atau baki kemudian tersusun dalam suatu cabinet.
Adalah sistem bertingkat yang dilengkapi dengan sistem kode, angka, abjad dan warna,
serta berpola tingkatan bentuknya bundar dan dapat berputar serta dapat mendeteksi lebih awal
bila terjadi kekeliruan.
Sumber: www.google.com, 2012
Gambar 2.12
Rotary Filing System
Adalah alat untuk menyimpan gambar, kartu-kartu, map cetakan dan lain-lain secara
vertical. Mobilplan
mudah dipindahkan karena ringan dan dilengkapi dengan roda sehingga
dapat mempercepat dan mempermudah pelaksanaan tugas.
Adalah semacam baki yang terbuat dari plastik atau metal untuk menyimpan arsip secara
horizontal, vertical,
ataupun kombinasi antara keduanya. Penggunaan alat ini mudah disesuaikan
dengan ruangan yang tersedia.
13) Microfilm
Adalah suatu alat untuk memproses fotografi, dimana arsip direkam pada film dalam
ukuran yang diperkecil untuk memudahkan kembali data, dilakukan dengan menekan kunci
tertentu.
Sumber: www.google.com, 2012
Gambar 2.20
Desk Tray
16) Rollafile Trolley
Adalah tempat untuk menyimpan map arsip yang dapat dengan mudah dipindahkan
karena mempunyai roda bawah.
Sumber:
www.google.com, 2012
Gambar 2.22
Filling Cabinet
2) Tab
Adalah bagian yang menonjol disebelah atas guide atau map dengan ukuran lebih kurang:
lebar 1,15cm, panjang 10cm berguna untuk mencantumkan pokok masalah, kode dan tanda-
tanda penunjuk file lainnya.
Sumber: www.google.com, 2012
Gambar 2.24
Tab
Sekat atau guide
3)
Adalah petunjuk dan pemisah antara kelompok masalah yang satu dengan kelompok
masalah yang lain sesuai dengan pengelompokan masalah pada klasifikasi arsip.
4) Hang Map
Adalah sejenis map yang dilengkapi dengan tembaga pada bagian atasnya, guna
menggantungkan di dalam laci filing cabinet dan berfungsi untuk meletakan tab.
Adalah map untuk menyimpan berkas yang telah dilubangi terlebih dahulu, sehingga
berkas tersebut
tidak dapat lepas dari kaitan.
6) Map (Folder)
Adalah map tanpa daun penutup pada sisinya dan dilengkapi tab untuk menempatkan
kode arsip.
7) Tickler File
Adalah alat atau kotak kecil berukuran lebih kurang 10x15cm yang digunakan untuk
menyimpan kartu-kartu kendali, yang cara penyusutan penyimpanan arsip berdasarkan sistem
tanggal atau sistem lainnya.
8) Perforator
Adalah alat yang berfungsi untuk melubangi dokumen agar dapat dimasukan ke dalam
besi yang ada di dalam ordner.
Alat yang digunakan untuk memberikan tanda pada dokumen yang sudah siap untuk
diarsipkan atau
disimpan. Berikut contoh stamp file yang akan digunakan dalam perancangan,
dapat dilihat pada Gambar
Sumber: Olah Data Penulis, 2012
Gambar 2.32 Prosedur Perancangan Sistem Kearsipan
Penjelasan dari gambar prosedur perancangan sistem kearsipan adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
Sebelum merancang suatu sistem kearsipan, terlebih dahulu harus melakukan
identifikasi masalah kearsipan yang ada dalam suatu perusahaan atau instansi yang
akan dijadikan sebagai dasar dalam menentukan sistem kearsipan.
2. Menentukan Sistem Kearsipan
Setelah mengidentifikasi masalah, tahap kedua yaitu menentukan sistem kearsipan.
Pada tahap ini dilakukan pemilihan sistem kearsipan yang tepat dan sesuai bagi
perusahaan atau instansi.
3. Menganalisis Sistem
Tahap analisis suatu sistem adalah menentukan sasaran organisasional sistem yang
disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai oleh perusahaan atau
instansi, menentukan kebutuhan-kebutuhan pemakai sistem dan persoalan-persoalan
yang berkenaan dalam sistem dan ruang lingkup mengenai studi-studi tertentu, mulai
dari mengumpulkan data-data dan selanjutnya diberikan kepada manajemen puncak
untuk mendapatkan persetujuan.
4. Perancangan Sistem
Pada tahap ini semua aspek dari sistem yang sedang berjalan dievaluasi untuk
dipadukan dengan kebutuhan sistem yang direncanakan. Hal yang harus diperhatikan
dalam tahap ini adalah pengevaluasian terhadap kelemaham-kelemahan yang terdapat
pada sistem yang dijalankan dan pencarian alternatif perbaikannya yang sesuai
dengan
sasaran perusahaan yang hendak dicapai.