Di susun Oleh:
Kelompok 2
SITI NURHALIZAH YASIN (131419006)
SUSANTI SULEMAN (131419012)
BAHMID ADE PUTRA MOKOGINTA (131419089)
KELAS:4A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami
dapatmenyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Matakuliah Manajemen Kurikulum. Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini
juga untukmenambah wawasan tentang masalah Apa saja tujuan manajemen
kurikulum, Apa sajafungsi manajemen kurikulum, Bagaimana prinsip-prinsip
manajemen kurikulum,Bagaimana ruang lingkup manajemen kurikulum, Bagaimana
proses manajemen kurikulum, dan Apa saja faktor pendukung dan penghambat proses
manajemen kurikulumAkhirnya kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Olehkarena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan
saran agar penyusunanMakalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasihdan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para
pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah utama yang dihadapi pesetadidik adalah tentang kurikulum yang selalu berganti-
ganti dari era 90 – sekarang. Di dalam dunia pendidikan kurikulum merupakan suatu hal
yang sangat penting, karena kurikulum merupakan langkah pertama untuk membuat
sistem pembelajarandapat berjalan dengan sistematik.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
KTSP diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2006 / 2007 hingga
tahun ajaran 2010 / 2011 sudah merata di semua kelas apada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Dalam struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan SD
memuat 8 mata pelajaran ditambah dengan muatan local.
Tyler menyatakan bahwa, terdapat empat hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan kurikulum diantaranya, berhubungan dengan tujuan pendidikan
yang ingin dicapai; pengalaman belajar untuk mencapai tujuan; pengorganisasian
pengalaman belajar; dan berhubungan dengan pengembangan evaluasi. Model
kurikulum yang dikembangkan mengacu pada pola sentralistik. Sehingga tujuan
kurikulum yang dimaksud oleh Tyler berkaitan dengan tujuan dari pendidikan
yang hendak dicapai sekaligus berkaitan juga dengan teori pendidikan yang
dianut oleh Negara tersebut.
Secara sederhana, pengalaman belajar sendiri dibagi menjadi tiga bentuk, yakni
pengalaman belajar mental yang berkaitan dengan pengembangan pengetahuan
peserta didik; pengalaman belajar fisik yang berkaitan dengan pengembangan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik; dan pengalaman belajar sosial yang
berkaitan dengan aktivitas belajar yang diberikan dengan dinamika sosial,
sehingga apa yang dipelajari ketika ia berada di sekolah tidak terlepas dari
dinamikanya sehari-hari. Dengan pengalaman belajar ini, harapan yang muncul
adalah peserta didik memiliki pengetahuan juga untuk menjawab masalah yang
dialaminya sehari-hari. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa guru
seharusnya menentukan pengalaman belajar yang sesuai sehingga dapat
membantu siswa materi pelajaran.
Selanjutnya, Tyler mengingatkan mengenai evaluasi. Evaluasi memegang peran
yang besar dalam berjalannya sebuah program. Dalam hal ini, Tyler
mengingatkan bahwa dalam pengembangan kurikulum perlu dilakukan evaluasi
terhadap kurikulum yang telah diselenggarakan. Sehingga melalui evaluasi, akan
diperoleh mengenai kekurangan dan kelebihan dari kurikulum yang telah
dijalankan. Melalui evaluasi ini juga, pemerintah akan mampu menentukan
kurikulum yang tepat yang dapat dikembangkan dalam rangka perbaikan
kurikulum sesuai dengan hasil evaluasi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
evaluasi kurikulum bukan hanya berkaitan dengan evaluasi terhadap hasil belajar
peserta didik semata melainkan evaluasi juga menyentuh seluruh aspek yang
berkaitan dengan penyelenggaraan kurikulum tersebut.
Taba juga menjelaskan lima langkah dalam pengembangan kurikulum yang tepat,
yakni: a) Mendiagnosis kebutuhan peserta didik dan menentukan proses
pembelajaran yang akan dijalankan, b) Menguji materi terlebih dahulu, sehingga
akan diperoleh informasi apakah materi tersebut dapat dipahami oleh peserta
didik atau tidak, c) Proses pembelajaran sebaiknya dapat dimodifikasi sehingga
dapat menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, d) Memastikan agar
lingkup pengembangan kurikulum sudah terpenuhi, e) Memberikan sosialisasi
dan pelatihan pada guru-guru agar dapat mengimplementasikan kurikulum di
dalam kelas.
a. Kurikulum Administrasi
Kurikulum administrasi pada umumnya dikenal dengan nama kurikulum top-
down, karena kurikulum ini berasal dari pemegang kekuasaan (pemerintah)
yang kemudian diberlakukan bagi seluruh sekolah atau lembaga pendidikan
formal yang berada di seluruh wilayah Negara tersebut. Kurikulum top-down
ini pada umumnya digunakan oleh Negara yang menganut sistem pendidikan
sentralistik atau terpusat. Sehingga seluruh administratif kependidikan
disediakan oleh Negara, sedangkan sekolah-sekolah yang ada di daerah-
daerah hanya menjalankan administratif yang telah diberikan oleh Negara.
Dengan demikian, kurikulum ini diberlakukan secara nasional dan
mengabaikan kemampuan serta kebutuhan daerah atau sekolah.
Pada umumnya, Negara yang masih menggunakan kurikulum model ini
adalah Negara yang mengharapkan pendidikan nasionalnya diselenggarakan
secara seragam. Namun, ada pula yang menyatakan bahwa Negara yang
menggunakan model kurikulum ini adalah Negara yang masih memiliki
sistem pengajaran yang rendah, karena sekolah dan guru-gurunya belum
dianggap mampu mengembangkan pembelajaran secara operasional. Di
samping itu, kurang percayanya pemerintah pada kompetensi daerah untuk
mengontrol operasionalisasi dari kurikulum.
Kurikulum administratif biasanya dirumuskan oleh beberapa pakar dalam
skala nasional, kemudian melibatkan beberapa staf ahli. Melalui staf ahli
kemudian kurikulum disebarluaskan pada skala sekolah pada setiap wilayah
melalui pelatihan-pelatihan berkala agar kurikulum dapat dipahami secara
massif.
b. Kurikulum Grassroots (Akar Rumput)
Berbeda dengan kurikulum administratif, kurikulum akar rumput merupakan
kurikulum buttom-up atau kurikulum yang berangkat dari bawah ke atas.
Sehingga dipahami bahwa kurikulum ini dikembangkan oleh daerah atau
sekolah secara mandiri. Kurikulum ini pada umumnya digunakan pada
Negara yang telah menganut sistem pendidikan nasional yang desentralistik,
atau menyerahkan pengembangan kurikulum pada daerah.
Pada umumnya desentralisasi tersebut diberlakukan berdasarkan keresahan di
tingkat daerah atau sekolah terhadap kurikulum yang jika diberlakukan secara
umum dapat menghambat pertumbuhan daerah karena tidak sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan daerah. Namun, kurikulum dengan desentrlasasi
ini hanya dapat dilaksanakan apabila daerah atau komponen sekolah telah
memiliki kemampuan dalam pengembangan pembelajaran. Sehingga
komponen yang ada di sekolah perlu memahami konsep kurikulum, teori
pembelajaran dan landasan-landasan operasional pendidikan lainnya agar
kurikulum dapat dilaksanakan secara maksimal.
Beberapa Negara yang menerapkan sistem pendidikan desentralistrik dengan
kurikulum akar rumput ini, pada dasarnya bukan berangkat dari keresahan
terhadap sistem pendidikan yang sentralistik. Beberapa Negara menunjukkan
bahwa, desentralisasi pendidikan perlu dilaksanakan karena situasi sosial
budaya yang terjadi di Negara tersebut mengharuskan adanya pengembangan
kurikulum dalam skala daerah. Sebagai contoh adalah Spanyol, yang
menyelenggarakan desentralisasi sebagai upaya menyelesaikan perang
saudara.
4. Model Pengembangan Kurikulum Beauchamp (1986)
Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal,sesuatu yang
dicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalamdokumen kurikulum
Kurikulum actual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses
pengajaran dan pembelajaran.
Kurikulum tersembunyi, yaitu segala seuatu yang terjadi pada saat
pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Kebiasaanguru
dating tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contohakan menjadi
kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruhkepada pembentukan
kepribadian peserta didik.
\
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan sebuah program yang direncanakan secara sistematis, yakni
perangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran.
Oleh sebab itu, kurikulum memiliki komponen yang saling berkaitan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa
yunani, yaitu curir yang artinya ‘pelari’ dan curere yang berarti ‘tempat berpacu’. Jadi,
Istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga terutama dalam bidang atletik pada zaman
romawi kuno.
UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa,
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan
kurikulum yang kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen berbasis
sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
B. Saran-saran
Dalam pembuatan kurikulum di harapkan tidak ada pengaruh faktor politik atau
kepentingan politik, sehingga dalam pembuatannya dapat mempertimbangkan dengan
sebaik-baik.
Daftar pustaka
http://sandimilzam.blogspot.com/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo_10.html?m=1
https://eurekapendidikan.com/model-pengembangan-kurikulum
https://catatanpenachoirin.blogspot.com/2017/04/pengembangan-kurikulum-model-
model.html?m=1
https://www.academia.edu/36536699/IMPLEMENTASI_PENGEMBANGAN_KURIKU
LUM