Anda di halaman 1dari 16

Makalah Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran

”MEMAHAMI PENGERTIAN MODEL,PROSEDUR DAN IMPLEMENTASI


PENGEMBANGAN KURIKULUM ”
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kearsipan yang Diampuh oleh
dosen Warni Tune Sumaar,S.Pd,M.Pd)

Di susun Oleh:
Kelompok 2
SITI NURHALIZAH YASIN (131419006)
SUSANTI SULEMAN (131419012)
BAHMID ADE PUTRA MOKOGINTA (131419089)
KELAS:4A

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami
dapatmenyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Matakuliah Manajemen Kurikulum. Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini
juga untukmenambah wawasan tentang masalah Apa saja tujuan manajemen
kurikulum, Apa sajafungsi manajemen kurikulum, Bagaimana prinsip-prinsip
manajemen kurikulum,Bagaimana ruang lingkup manajemen kurikulum, Bagaimana
proses manajemen kurikulum, dan Apa saja faktor pendukung dan penghambat proses
manajemen kurikulumAkhirnya kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Olehkarena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan
saran agar penyusunanMakalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasihdan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para
pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, dunia pendidikan menjadi kontrovesi publik baik itu

di dalam masyarakat semu ataupun majemuk.

Masalah utama yang dihadapi pesetadidik adalah tentang kurikulum yang selalu berganti-
ganti dari era 90 – sekarang. Di dalam dunia pendidikan kurikulum merupakan suatu hal
yang sangat penting, karena kurikulum merupakan langkah pertama untuk membuat
sistem pembelajarandapat berjalan dengan sistematik.

Kementrian pendidikan dan kebudayaan (kemendekbud) sekarang ini seakan – akan


sensetivitas terhadap dunia pendidkan sangat minim, pergantian pemimpin menjadi
langkah awal pergantian kurikulum.

B. Rumusan Masalah

Dari rumusan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Apakah yang dimaksud dengan manajemn kurikulum dan pengembangan


kurikulum?
2. Apa Model-model Pengembangan Kurikulum di Indonesia?
3. Apa Implementasi Pengembangan Kurikulum ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan pengembangan kurikulum


1. Pengertian Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi


dan bahan pelajaran serta cara yag dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Berdasarkan undang – undang nomor 20 tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional pasal 36 ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar
pendidikan tersebut maka perlu dikembangkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP).

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional


yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing – masing satuan pendidikan.
Sesuai dengan amanat peraturan pemerintah republic Indonesia nomor 19 tahun
2005 bahwa kurikulum t satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta
berpedoman pada panduan dari badan standar nasional pendidikan.

KTSP diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2006 / 2007 hingga
tahun ajaran 2010 / 2011 sudah merata di semua kelas apada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Dalam struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan SD
memuat 8 mata pelajaran ditambah dengan muatan local.

2. Pengembangan dalam kurikulum

Merupakan kegiatan menghasilkan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan


atau proses mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk
menghasilkan kurikulum. Pengembangan kurikulum juga bisa diartikan sebagai
kegiatan penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum.
Dalam pengembangannya, kurikulum melibatkan berbagai pihak, terutama
pihak – pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung memiliki
kepentingan dengan keberadaan pendidikan yang dirancang, yaitu mulai dari
ahli pendidikan, ahli bidang studi, guru, siswa, pejabat pendidikan, para praktisi
maupun tokoh panutan atau anggota masyarakat yang lainnya.

B. Model Pengembangan Kurikulum


Eureka Pendidikan. Dalam menerapkan kurikulum, sebuah Negara pada
umumnya memiliki model pengembangannya masing-masing. Beberapa ahli telah
mengemukakan beberapa jenis model pengembangan kurikulum. Model sendiri
berkaitan dengan teori yang membahas mengenai kurikulum dan
operasionalisasinya secara umum. Melalui adanya model pengembangan
kurikulum ini, dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembanagn kurikulum
atau sebagai acuan dalam memahami penerapan kurikulum di sebuah Negara.
Berikut akan dibahas mengenai beberapa model pengembangan kurikulum,
diantaranya:
1. Model Pengembangan Kurikulum Tyler (1970)

Tyler menyatakan bahwa, terdapat empat hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan kurikulum diantaranya, berhubungan dengan tujuan pendidikan
yang ingin dicapai; pengalaman belajar untuk mencapai tujuan; pengorganisasian
pengalaman belajar; dan berhubungan dengan pengembangan evaluasi. Model
kurikulum yang dikembangkan mengacu pada pola sentralistik. Sehingga tujuan
kurikulum yang dimaksud oleh Tyler berkaitan dengan tujuan dari pendidikan
yang hendak dicapai sekaligus berkaitan juga dengan teori pendidikan yang
dianut oleh Negara tersebut.

Secara umum, Tyler menggambarkan beberapa model kurikulum, diantaranya:


Discipline Oriented, kurikulum ini digunakan apabila tujuan yang hendak dicapai
adalah kemampuan akademis dari peserta didik. Kurikulum ini mengorientasikan
agar peserta didik menguasai disiplin keilmuan. Sehingga keberhasilan
pendidikan atau kurikulum diketahui melalui hasil belajar peserta didik terhadap
disiplin keilmuannya. Selain itu, Tyler memperkenalkan model Child Centered,
berkaitan dengan kurikulum yang memusatkan diri pada peserta didik. Model ini
dikenal lebih humanis dibandingkan Diciplin Oriented karena orientasinya tidak
hanya sekedar pemahaman peserta didik terhadap keilmuan melainkan
berorientasi pada pengembangan kepribadian serta keterampilan peserta didik.
Berbeda pula dengan Society Centered, yang mengorientasikan pada
perkembangan masyarakat ke arah yang lebih baik. Sehingga pendidikan dalam
hal ini tidak dilepaskan dari dinamika masyarakat. Pendidikan yang
diselenggarakan didasarkan pada kebutuhan masyarakat. Apa yang diperoleh oleh
pendidikan digunakan sebesar-besarnya untuk pengembangan masyarakat. Selain
itu, masyarakat pun dilibatkan dalam pengawasan terhadap penyelenggaraan
pendidikan.

Kemudian, apabila berbicara mengenai pengalaman belajar yang Tyler


maksudkan adalah agar kurikulum mengorientasikan pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran
yang ia dapatkan. Sehingga melalui pengalaman yang dimilikinya, ia akan dapat
mengembangkannya secara berkelanjutan. Point tersebut berkaitan pula dengan
pengorganisasian pengalaman belajar. Guru harus memikirkan dan merencanakan
pengalaman belajar apa yang hendak diberikan pada peserta didik. Pengalaman
belajar yang teroganisir akan membantu peserta didik dalam memahami materi
pelajaran yang dipelajarinya.

Secara sederhana, pengalaman belajar sendiri dibagi menjadi tiga bentuk, yakni
pengalaman belajar mental yang berkaitan dengan pengembangan pengetahuan
peserta didik; pengalaman belajar fisik yang berkaitan dengan pengembangan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik; dan pengalaman belajar sosial yang
berkaitan dengan aktivitas belajar yang diberikan dengan dinamika sosial,
sehingga apa yang dipelajari ketika ia berada di sekolah tidak terlepas dari
dinamikanya sehari-hari. Dengan pengalaman belajar ini, harapan yang muncul
adalah peserta didik memiliki pengetahuan juga untuk menjawab masalah yang
dialaminya sehari-hari. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa guru
seharusnya menentukan pengalaman belajar yang sesuai sehingga dapat
membantu siswa materi pelajaran.
Selanjutnya, Tyler mengingatkan mengenai evaluasi. Evaluasi memegang peran
yang besar dalam berjalannya sebuah program. Dalam hal ini, Tyler
mengingatkan bahwa dalam pengembangan kurikulum perlu dilakukan evaluasi
terhadap kurikulum yang telah diselenggarakan. Sehingga melalui evaluasi, akan
diperoleh mengenai kekurangan dan kelebihan dari kurikulum yang telah
dijalankan. Melalui evaluasi ini juga, pemerintah akan mampu menentukan
kurikulum yang tepat yang dapat dikembangkan dalam rangka perbaikan
kurikulum sesuai dengan hasil evaluasi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
evaluasi kurikulum bukan hanya berkaitan dengan evaluasi terhadap hasil belajar
peserta didik semata melainkan evaluasi juga menyentuh seluruh aspek yang
berkaitan dengan penyelenggaraan kurikulum tersebut.

2. Model Pengembangan Kurikulum Taba

Hilda Taba mengembangkan kurikulum yang didasarkan dari lapisan bawah


(Grassroots). Karena Taba mempercayai bahwa kurikulum akan lebih efektif dan
efisien apabila dibuat oleg guru dan bukan dari pengambil kebijakan. Model
pengembangan kurikulum Taba ini bukan hanya mempertimbangkan kebutuhan
dari peserta didik semata, melainkan juga mempertimbangkan bahwa sekolah
sebagai organisasi pengalaman belajar. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan kurikulum menurut Taba adalah tujuan yang hendak
dicapai karena nantinya akan berkaitan dengan proses dan bentuk evaluasi yang
digunakan.

Taba juga menjelaskan lima langkah dalam pengembangan kurikulum yang tepat,
yakni: a) Mendiagnosis kebutuhan peserta didik dan menentukan proses
pembelajaran yang akan dijalankan, b) Menguji materi terlebih dahulu, sehingga
akan diperoleh informasi apakah materi tersebut dapat dipahami oleh peserta
didik atau tidak, c) Proses pembelajaran sebaiknya dapat dimodifikasi sehingga
dapat menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, d) Memastikan agar
lingkup pengembangan kurikulum sudah terpenuhi, e) Memberikan sosialisasi
dan pelatihan pada guru-guru agar dapat mengimplementasikan kurikulum di
dalam kelas.

3. Model Pengembangan Kurikulum Zais (1976)


Robert S. Zais mengemukakan delapan model kurikulum. Berikut beberapa
model kurikulum yang dikembangkan oleh Zais. Namun, pada tulisan ini hanya
akan diuraikan dua contoh dari model kurikulum yang dikembangkan oleh Zais,
diantaranya:

a. Kurikulum Administrasi
Kurikulum administrasi pada umumnya dikenal dengan nama kurikulum top-
down, karena kurikulum ini berasal dari pemegang kekuasaan (pemerintah)
yang kemudian diberlakukan bagi seluruh sekolah atau lembaga pendidikan
formal yang berada di seluruh wilayah Negara tersebut. Kurikulum top-down
ini pada umumnya digunakan oleh Negara yang menganut sistem pendidikan
sentralistik atau terpusat. Sehingga seluruh administratif kependidikan
disediakan oleh Negara, sedangkan sekolah-sekolah yang ada di daerah-
daerah hanya menjalankan administratif yang telah diberikan oleh Negara.
Dengan demikian, kurikulum ini diberlakukan secara nasional dan
mengabaikan kemampuan serta kebutuhan daerah atau sekolah.
Pada umumnya, Negara yang masih menggunakan kurikulum model ini
adalah Negara yang mengharapkan pendidikan nasionalnya diselenggarakan
secara seragam. Namun, ada pula yang menyatakan bahwa Negara yang
menggunakan model kurikulum ini adalah Negara yang masih memiliki
sistem pengajaran yang rendah, karena sekolah dan guru-gurunya belum
dianggap mampu mengembangkan pembelajaran secara operasional. Di
samping itu, kurang percayanya pemerintah pada kompetensi daerah untuk
mengontrol operasionalisasi dari kurikulum.
Kurikulum administratif biasanya dirumuskan oleh beberapa pakar dalam
skala nasional, kemudian melibatkan beberapa staf ahli. Melalui staf ahli
kemudian kurikulum disebarluaskan pada skala sekolah pada setiap wilayah
melalui pelatihan-pelatihan berkala agar kurikulum dapat dipahami secara
massif.
b. Kurikulum Grassroots (Akar Rumput)
Berbeda dengan kurikulum administratif, kurikulum akar rumput merupakan
kurikulum buttom-up atau kurikulum yang berangkat dari bawah ke atas.
Sehingga dipahami bahwa kurikulum ini dikembangkan oleh daerah atau
sekolah secara mandiri. Kurikulum ini pada umumnya digunakan pada
Negara yang telah menganut sistem pendidikan nasional yang desentralistik,
atau menyerahkan pengembangan kurikulum pada daerah.
Pada umumnya desentralisasi tersebut diberlakukan berdasarkan keresahan di
tingkat daerah atau sekolah terhadap kurikulum yang jika diberlakukan secara
umum dapat menghambat pertumbuhan daerah karena tidak sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan daerah. Namun, kurikulum dengan desentrlasasi
ini hanya dapat dilaksanakan apabila daerah atau komponen sekolah telah
memiliki kemampuan dalam pengembangan pembelajaran. Sehingga
komponen yang ada di sekolah perlu memahami konsep kurikulum, teori
pembelajaran dan landasan-landasan operasional pendidikan lainnya agar
kurikulum dapat dilaksanakan secara maksimal.
Beberapa Negara yang menerapkan sistem pendidikan desentralistrik dengan
kurikulum akar rumput ini, pada dasarnya bukan berangkat dari keresahan
terhadap sistem pendidikan yang sentralistik. Beberapa Negara menunjukkan
bahwa, desentralisasi pendidikan perlu dilaksanakan karena situasi sosial
budaya yang terjadi di Negara tersebut mengharuskan adanya pengembangan
kurikulum dalam skala daerah. Sebagai contoh adalah Spanyol, yang
menyelenggarakan desentralisasi sebagai upaya menyelesaikan perang
saudara.
4. Model Pengembangan Kurikulum Beauchamp (1986)

Beauchamp menyatakan terdapat lima hal yang perlu diperhatikan dalam


pengembangan kurikulum, yakni: a) Menentukan wilayah, dalam hal ini perlu
diketahui terlebih dahulu wilayah yang akan menerapkan kurikulum apakah
dalam skala nasional, daerah tertentu atau bahkan hanya sekolah tertentu, b)
Menentukan pihak-pihak yang akan berperan dalam merancang kurikulum, baik
secara konseptual dan secara operasionalnya. Sehingga pihak-pihak yang
dipahami dalam hal ini bukan hanya berkaitan dengan pengambil kebijakan,
melainkan melibatkan praktisi atau pihak-pihak yang berhadapan langsung di
lapangan (sekolah). Dengan demikian, kurikulum yang akan dikembangkan dapat
dipahami secara menyeluruh, c) Menetapkan organisasi dan prosedur yang akan
ditempuh. Dalam hal ini perlu dikembangkan isi dari kurikulum yang akan
dikembangkan, dengan cara merumuskan tujuan umum, tujuan khusus, d)
Implementasi kurikulum, dalam hal ini tahap pengimplementasikan kurikulum
perlu mempertimbangkan teknis dalam pengimplementasiannya agar dapat
dipahami konsep dan operasionalisasinya oleh seluruh guru mata pelajaran. Pada
umumnya, sebelum implementasi diselenggarakan terdapat sosialisasi dan atau
pelatihan pengimplementasian kurikulum yang baru dikembangkan. Namun, hal
tersebut perlu dipertimbangkan efektivitas dan efisiensinya, e) Melaksanakan
evaluasi kurikulum, melalui informasi yang didapat dari guru-guru sebagai
pelaksana kurikulum di dalam kelas; evaluasi desain kurikulum; evaluasi
terhadap hasil belajar siswa berdasar pada kurikulum yang berlaku; serta evaluasi
keseluruhan kurikulum.

5. Model Pengembangan Kurikulum Oliva (1988)

Oliva memberikan pemahaman bahwa kurikulum seharusnya bersifat sederhana,


komprehensif, dan sistematik. Dalam hal ini, Oliva mengemukakan beberapa
komponen yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, yakni: a)
Menentukan filsafat yang digunakan; b) Menganalisis kebutuhan masyarakat, sesuai
dengan wilayah kurikulum itu akan digunakan; c) Merumuskan tujuan umum dari
kurikulum yanga akan dikembangkan; d) Merumuskan tujuan khusus, sebagai
turunan dari tujuan umum; e) Menentukan cara pengimplementasian kurikulum; f)
Menurunkan kurikulum dalam bentuk yang lebih operasional ke dalam tujuan mata
pelajaran yang akan dipelajari; g) Merumuskan tujuan khusus pembelajaran; h)
Menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan; i) Menetapkan teknik
penilaian yang tepat untuk digunakan; j) Mengimplementasikan strategi
pembelajaran; k) Mengevaluasi pembelajaran dan l) Mengevaluasi kurikulum.

Model-model Pengembangan Kurikulum di Indonesia


1. Kurikulum tahun 1964
Bersifat tradisonal yaitu pendidikan dan pengajaran dimaksudkan untuk memberi
pelajaran kepada siswa dengan ciri khusus yakni:
Tujuan pembelajaran hanya memberi bekal kepada siswa agar mampu melanjutkan
kejenjang selanjutnya.
Pembelajaran hanya menekankan penguasaan materi saja.
Pola pembelajaran satu arah (guru aktif siswa pasif)
Organisasi kurikulumnya bervariasi Khusus untuk sekolah kejuruan antara teori
dan praktik dipisahkan. Mata pelajaran PAI masuk kedalam pelajaran budi pekerti.
2. Kurikulum tahun 1968
Mata pelajaran PAI yang awalnya masuk dalam pelajaran budi pekerti pada tahun
1968 resmi menjadi mata pelajaran sendiri yakni mata pelajaran PAI karna PKI
dibubarkan, sehingga lebih mengarah kepada Pancasila sebagai dasar Negara RI.
3. Kurikulum tahun 1975
Adanya kurikulum yang mengajarkan bahwa pembelajran harus memperhatikan
lingkungan yang ada disekitar dimana tempat pembelajaran dilaksanakan.
Kurikulum 1975 mulai mengenal PPSI(Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional)
4. Kurikulum tahun 1984
Pola pembelajaran dua arah yakni siswa ikut aktif dalam mempelajari mata
pelajaran tertentu. Kurikulum 1984 mengenal adanya sistem semester untuk
jenjang SMP dan SMA sedangkan SD catur wulan (cawu).
5. Kurikulum tahun 1994
Adapun pengembangan kurikulum pada tahun 1994 yakni:
- Adanya penerapan muatan lokal
- Konsep link dan match (keterkaitan dan kesepadanan) antara penddikan
dengan dunia kerja
- Peningkatan wajib belajar yang awalnya 6 tahun menjadi 9 tahun.
6. Kurikulum tahun 1999
Karena adanya era reformasi maka Kurikulum 1999 disebut kurikulum suplemen
yaitu adanya pelajaran yang bisa tetap diajarkan dan ada yang tidak yakni
pelajaran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
7. Kurikulum tahun 2004
Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK)
Ciri khusus KBK yakni:
- Lebih memgutamakan kemampuan
- Menekankan bantuan alat
- Evaluasi lebih menekankan kepada kemampuan atau percepatan masing-
masing siswa.
- Berbasis kinerja: lebih menekankan kinerja.
8. Kurikulum tahun 2006/2007
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP memberikan kebebasan pada masing – masing sekolah, KTSP memberikan
kebebasan atau otonomi pada tingkat sekolah. Artinya kepada sekolah dan guru
memiliki keluasan dalam mengembangkan kurikulum secara tepat dan
proporsional.
9. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 mencoba mengurangi beban guru secara adminstratif yang
kemudian guru hanya akan terfokus pada proses pembelajaran. Kurikulum 2013
dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
- Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik.
- Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari
dissekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar.
- Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta menerapkan dalam
berbagai situasi disekolah dan masyarakat
- Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa tahapan yang harusdiperhatikan


agar sesuai dengan harapan sekolah. Tahapan pengembangankurikulum dengan
memilih kurikulum sesuai dengan karakteristik sekolah. Salahsatu model
pengembangan kurikulum adalah model Tyler yang dimodifikasi olehBrown
(1996). Model ini kemudian diadaptasi sejalan dengan kelaziman pengembangan
kurikulum yang merujuk kepada aspek juridis dan panduan penyusunan kurikulum
yang disarankan DIKTI (2008).Di bidang pengembangan kurikulum, banyak
model kurikulum yangdisusun selama bertahun-tahun, bervariasi dari yang
sederhana hingga yangrumit. Posner (1998) berpendapat bahwa berbagai
pendekatan ini dapat dipahami

C. Implementasi Pengembangan Kurikulum


Sebagai satu set tanggapan untuk pertanyaan perencanaan kurikulumyang berbeda
(Ilie,2013).Menurut Tyler ada 4 tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan
kurikulum yang meliputi:
1. Menentukkan tujuan pendidikan
2. Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan
3. Menentukan organisasi pengalaman belajar
4. Menentukan evaluasi pembelajaranBerdasarkan konsep pelaksanaan

kurikulum kita mengenal beberapa istilah kurikulum sebagai berikut.

 Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal,sesuatu yang
dicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalamdokumen kurikulum
 Kurikulum actual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses
pengajaran dan pembelajaran.
 Kurikulum tersembunyi, yaitu segala seuatu yang terjadi pada saat
pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Kebiasaanguru
dating tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contohakan menjadi
kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruhkepada pembentukan
kepribadian peserta didik.

Berdasarkan pengembangan dan penggunaannya, kurikulum dapat dibedakan


menjadi tiga, yaitu:

1. Kurikulum nasional, merupakan kurikulum yang disusun oleh tim


pengembang tingkat nasional dan digunaan secara nasional.
2. Kurikulum daerah, merupakan kurikulum yang disusun oleh masing-
masing daerah kabupaten/ kota.
3. Kurikulum sekolah merupakan kurikulum yang disusun oleh satuan
pendidikan sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari keinginan
untukmelakukan diferensiasi dalam kurikulum.
Dalam implementasi kurikulum, terdapat beberapa prinsip yang menunjang
tercapainya keberhasilan, yaitu :

1. Perolehan kesempatan yang sama.


Prinsip ini mengutamakan penyediaan tempat yangmemberdayakan
semua peserta didik secara demokratis dan berkeadilanuntuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Seluruh pesertadidik berasal dari
berbagai kelompok, termasuk kelompok yang kurang beruntung secara
ekonomi dan sosial yang memerlukan bantuan khusus.
2. Berpusat pada anak
Upaya untuk memandirikan peseta didik untuk belajar, bekerjasama dan
menilai diri sendiri sangat diutamakan agar peserta didikmampu
membangun kemauan, pemahaman dan pengetahuannya.
3. Pendekatan dan kemitraan
Seluruh pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan,mulai
dari taman kanak – kanak hingga kelas I sampaikelas XII. Pendekatan
yang digunakan dalam pengorgaisasian pengalaman belajar berfokus
pada kebutuhan peserta didik yang bervariasidan mengintegrasikan
berbagai disiplin ilmu. Keberhasilan pencapaian pengalaman belajar
menuntut kemitraan dan tanggung jawab bersama dari Peserta didik,
guru, sekolah, perguruan tinggi, dunia kerja dan industri,orang tua dan
masyarakat.
4. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan.
Standar kompetensi disusun oleh pusat dengan cara pelaksanaannya
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing –masing daerah
atau sekolah

\
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan sebuah program yang direncanakan secara sistematis, yakni
perangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran.

Oleh sebab itu, kurikulum memiliki komponen yang saling berkaitan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa
yunani, yaitu curir yang artinya ‘pelari’ dan curere yang berarti ‘tempat berpacu’. Jadi,
Istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga terutama dalam bidang atletik pada zaman
romawi kuno.

UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa,
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan
kurikulum yang kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen berbasis
sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

B. Saran-saran

Dalam pembuatan kurikulum di harapkan tidak ada pengaruh faktor politik atau
kepentingan politik, sehingga dalam pembuatannya dapat mempertimbangkan dengan
sebaik-baik.

Daftar pustaka
http://sandimilzam.blogspot.com/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo_10.html?m=1

https://eurekapendidikan.com/model-pengembangan-kurikulum

https://catatanpenachoirin.blogspot.com/2017/04/pengembangan-kurikulum-model-
model.html?m=1

https://www.academia.edu/36536699/IMPLEMENTASI_PENGEMBANGAN_KURIKU
LUM

Anda mungkin juga menyukai